Deddy Sumantri (FORENSIK)
Deddy Sumantri (FORENSIK)
Oleh:
Deddy Simantri
NPM: 20710067
Dosen Pembimbing:
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Forensik
Tanggal……………………………………
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan
referat yang berjudul “Forensik”. Penyusunan referat ini diajukan untuk
memenuhi tugas pada KSM Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam
menempuh pendidikan profesi dokter di RSUD IBNU SINA Kabupaten Gresik
juga dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi penulis.
Dalam pembuatan referat ini, penulis mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp. F (K), SH, DFM.selaku pembimbing yang
telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, serta
arahannya dalam penyusunan referat ini.
2. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa agar penulis
mampu menyelesaikan referat ini.
3. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah membantu
dalam menyelesaikan referat ini.
Dalam penulisan referat ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan
semoga referat ini bermanfaat untuk pembaca dan semua orang yang
memanfaatkannya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iv
iv
4.6 Pengambilan Gas CO2 dari Sumur................................................... 24
4.7. Alkali Dilution Test.......................................................................... 25
4.8 Tes Apung Paru ................................................................................ 26
4.9. Emboli Udara Vena.......................................................................... 27
4.10. Emboli Udara Arteri....................................................................... 27
4.11. Emboli Lemak................................................................................ 28
4.12. Pneumothorax................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 30
v
BAB I
FORENSIK KLINIK
1
f. Cadaveric spasme. Merupakan tanda vital yang terjadi pada waktu
korban berusaha menyelamatkan diri., dengan cara memegang apa
saja yang terdapat dalam air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air
h. Penurunan suhu mayat
i. Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
Tanda-Tanda Intravital
1. Kaku pada sebagian otot/ cadaveric spasme, posisi, dan
kekuatan sesuai orang hidup.
2. Luka- luka lecet: gesekan / benturan dalam air
3. Luka- luka lecet di tempat lain: kekerasan pada kasus
pembunuhan
4. Busa halus pada hidung & mulut
5. Perdarahan/pelebaran pembuluh darah pada mata
Pemeriksaan Dalam
1. Busa halus, benda-benda asing / pasir di saluran nafas–
bronchus –bronchioles
2. Drowning lung / aquoes pulmonum
3. Emphysema dan edema
4. Ptekie sedikit – bercak perdarahan
5. Bercak paltauf di paru
6. Otak, ginjal, hati, dan limpa mengalami perbendungan
2
7. Lambung dapat sangat besar, berisi air, lumpur dll.
8. Air dan lumpur juga dapat ditemukan pada usus–usus.
Pada mayat yang segar maka diagnosis tenggelam dapat
ditegakkan dengan perubahan patologis/anatomis, histologis, kimiawi
darah jantung kanan dan kiri, pemeriksaan diatom dan algae,
pemeriksaan darah jantung kiri, pemeriksaan kimiawi lain.
3
Pada tipe ini bentuk lubang hymen bisa annular, semilunar atau
labiiformis dengan tepi yang bercelah atau defek kongenital yang
dangkalatau jika terdapat banyak celah maka tergantung sifat celahnya.
Pemeriksaan Anus
Pemeriksaan anus dikerjakan untuk mengetahui tanda-tanda kekerasan
seksual yang terjadi pada korban sodomi yang pemeriksaannya dilakukan
dengan cara berikut ini :
1 Posisikan pasien dalam posisi tidur miring, posisi ini untuk pasien laki-
laki maupun perempuan
2 Gunakan handscoon
4
3 Inspeksi pada jaringan perianal dan lakukan palpasi pada kulit
disekitarnya
4 Renggangkan pantat dan lakukan inspeksi pada area anal untuk
mengetahui karakteristik kulit dan lesi serta perhatikan apakah terdapat
tanda-tanda kekerasan pada bagian ini
5 Untuk melakukan pemeriksaan pada bagian dalam anus, oleskan
lubrikan pada jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan
kemudian secara perlahan masukkan kedalam lubang anus dan
perhatikan apakah terdapat nyeri tekan
6 Saat mengeluarkan tangan perhatikan apakah terdapat darah atau feses
yang menempel pada sarung tangan
5
kedalaman pada luka yang menandakan ketidakteraturan
benda yang mengenainya
6
c. Luka Robek (Laserasi)
Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing
tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan
bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah
kulit. Tepi dari laserasi irregular dan kasar, disekitarnya terdapat
luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda
tersebut.
7
Luka bacok terjadi akibat benda atau alat yang berat dengan
mata tajam atau agak tumpul yang dilakukan dengan suatu ayunan
disertai tenaga yang cukup besar.
f. Luka iris
Luka yang disebabkan karena alat yang digunakan tepinya
tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit
dengan kekuatan yang realif ringan yang digeserkan sepanjang
permukaan kulit.
Klasifikasi Luka
a. Luka yang tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam
melakukan pekerjaan sehari-hari atau luka ringan.
b. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari atau luka sedang.
c. Luka berat ada 7:
I. Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya
maut (misalnya : luka tusuk pada perut).
II. Luka yang menyababkan tidak mampu melakukan pekerjaan
sehari-hari selama seumur hidup (misalnya: pemain piano yang
kehilangan jarinya, dokter bedah tulang yang kehilangan fungsi
tangannya).
III. Luka yang menyababkan kehilangan salah satu panca indra.
IV. Cacat berat misalkan kaki dan tangan putus karena amputasi.
V. Mengalami kelumpuhan.
VI. Wanita hamil yang mengalami keguguran.
VII. Tergantungnya daya pikir lebih dari 4 minggu.
BAB II
8
1. Pastikan mulut dalam keadaan kosong, lebih baik sebelum melakukan
sikat gigi pada pagi hari dan sebelum makan apapun.
4. Dengan hati-hati hapuslah swab stick pada bagian pipi dalam dekat
gigi bawah dan atas, kemudian secara lembut gosoklah dengan
memutar swab sepanjang bagian dalam pipi selama 5-10 detik,
pastikan bahwa seluruh swab-tip telah melakukan kontak dengan pipi.
10. Simpan swab pada amplop yang disediakan untuk segera dikirim
ke laboratorium atau transfer ke freezer sampai semua siap untuk
pengujian.
9
2.2 Pengambilan Darah
Darah yang diperoleh dari pembuluh darah perifer merupakan spesimen
darah pilihan untuk analisis toksikologi, karena konsentrasi senyawa dalam
darah dari jantung mungkin dapat berubah setelah kematian oleh karena
redistribusi darah dari paru-paru atau hati. Darah yang dikumpulkan kemudian
harus disimpan dalam tabung berpenutup abu-abu yang mengandung NaF
(sodium florida).6
Darah merupakan sampel paling baik untuk tes toksikologi postmortem,
dan umumnya 20 ml, atau 2 tabung vacutainer cukup untuk dilakukan tes.
Jika pada jenazah dilakukan otopsi, pengambilan darah perifer dan sentral
harus dilakukan ketika rongga tubuh terbuka. Darah perifer merupakan
spesimen pilihan dan dapat diambil dari vena femoralis, vena iliaka, yang
mudah di akses saat pemeriksaan internal, atau dari vena subsklavia di dalam
dada. Ukuran sampel dari 15-20 ml seharusnya cukup adekuat untuk
pemeriksaan toksikologi. Pengambilan darah dengan volume yang lebih besar
(> 20 mL) dapat menyebabkan pergerakan darah antar pembuluh darah dan
terjadi percampuran darah dalam pembuluh darah yang berbeda. Risiko ini
lebih besar terjadi pada vena subsklavia dibandingkan vena femoralis dan
vena iliaka.
10
Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan.
Prosedur pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi,
vena femoralis dapat dengan mudah terekspos dan pengambilan sampel darah
perifer dapat dilakukan. Demikian juga jantung dapat dapat diekspos dan
ventrikel kiri dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan darah
sentral dapat dilakukan.
Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat
untuk pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan
postmortem.
11
9 Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi
10 Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen
11 Bawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan gram dan kultur.
2.4 Pengambilan Urin
Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali
dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen,
penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.
Spesimen urine yang ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di
mana aliran pertama urine dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung
dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum
aliran urine habis.
Aliran pertama urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba
dari luar uretra agar tidak mencemari spesimen urine. Sebelum dan sesudah
pengumpulan urine, pasien harus mencuci tangan dengan sabun sampai
bersih dan mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
Pasien juga perlu membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita
yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih sebelum
menampung spesimen.
Pasien yang tidak bisa berkemih sendiri perlu dibantu orang lain
(misalnya keluarga atau perawat). Orang-orang tersebut harus diberitahu dulu
mengenai cara pengumpulan sampel urin, mereka harus mencuci tangannya
sebelum dan sesudah pengumpulan sampel, menampung urine midstream
dengan baik. Untuk pasien anak-anak mungkin perlu dipengaruhi/dimotivasi
untuk mengeluarkan urine. Pada pasien bayi dipasang kantung penampung
urine pada genitalia.
12
2. Jika pasien ingin buang air besar, kandung kemih harus dikosongkan
terlebih dahulu untuk menghindari kehilangan air seni dan kontaminasi
feses pada sampel urin wanita.
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada
wadah, pengumpulan urine dihentikan.
4. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
13
2.5 Pengambilan Muntahan dan Isi Lambung
1. Pengambilan sampel lambung dan isinya dilakukan dengan cara :
a. Lambung diikat pada 2 tempat :
- Yang berbatasan dengan kerongkongan
- Yang berbatasan dengan usus halus
b. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil
atau tablet yang tertelan korban untuk memudahkan dilakukannya
pemeriksaan
c. Sedangkan cara lain yang bisa dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter sehingga dapat
diperkirakan jenis racun apa yang ditelan oleh korban
14
b. 3 buah toples yang masing-masing berukuran 1 liter untuk
lambung beserta isiny, otak dan ginjal.
c. 4 buah toples yang masing-masing berukuran 25 ml untuk darah
yang terdiri dari 2 buah, urine, dan empedu.
15
BAB III
PEMERIKSAAN TOKSOLOGI
16
1) Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang
disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh
muntahan. Misalnya bercak warna coklat karena asam sulfat
atau kuning karena asam nitrat
2) Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga
mempunyai makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya
adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. Pada
korban yang keracunan CO lebam mayat berwarna Cherry Red,
korban keracunan sianida lebam mayat berwarna merah terang
dan pada korban keracunan nitrit lebam mayat berwarna coklat
kebiruan.
3) Warna kulit : pada korban yang mengalami hiperpigmentasi
dan keratosis pada telapak tangan dan kaki yang diakibatkan
keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan
akibat keracunan perak (Ag). Pada keracunan tembaga (Cu)
dan fosfor kulit akan berwarna kuning akibat hemolisis juga
pada keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena
terjadi gangguan fungsi hati.
4) Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa
yang dikiranya ditelan oleh korban misaln ya : minyak tanah,
karbol, alkohol
b. Pemeriksaan Dalam
1) Racun yang bersifat korosif, pada pemeriksaan lambung dapat
ditemukan lambung yang hiperemi, mengalami perlunakan,
ulserasi dan perforasi.
2) Pada urin bisa ditemukan warna kehijauan pada kasus
keracunan salisilat
17
1) Bahan-bahan yang diambil :
a) Stat. I : Lambung dan usus beserta isinya
b) Stat. II : Hati lebih kurang 500 gram, otak lebih kurang
500 gram, dan paru lebih kurang 250 gram.
c) Stat. III : Ginjal (diambil sebagian kanan dan kiri),
kandung kemih.
2) Bahan-bahan lain yang dapat diambil:
a) Darah sebanyak 50 – 100 ml
b) Urin sebanyak 100 ml
18
6) Bahan-bahan tersebut kemudian diberikan pengawet berupa
alkohol 96% selain itu bisa juga diberikan es batu, dry ice, Na
flurida dan merkuri nitrat. Setelah bahan terendam dalam
pengawet tutup dengan paraffin kemudian ikat dan beri label
dan setelah itu di segel dengan cek dinas.
Dalam proses pengiriman perlu diperhatikan :
a) Sertakan contoh bahan pengawet lebih kurang 100 ml
dalam botol bersih, dilabel dan di segel
b) Dikirim segera setelah bahan di ambil
c) Diantar via kurir ataupun via paket
b. Syarat-syarat surat pengambilan dan pengumpulan bahan :
1) Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
2) Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat)
3) Surat tentang laporan otopsi
4) Berita acara pembungkusan dan penyegelan (cap segel dinas)
c. Isi label pengambilan dan pengumpulan bahan :
1) Identitas korban
2) Jenis dan jumlah bahan pemeriksaan
3) Bahan pengawet yang dipakai
4) Tempat dan saat pengambilan bahan, pembungkus dan
penyegelan
5) Tanda tangan dan nama terang penyegel dan dokter yang
melakukan otopsi
6) Cap stempel dinas dan segel dinas
d. Pengambilan dan pengumpulan bahan pada penggalian jenazah :
1) Bila mungkin bahan tersebut seperti diatas
2) Contoh tanah : bagian atas atau bawah, kiri atau kanan jenazah
3) Pembanding : contoh tanah radius 5 meter dengan kedalaman
yang sama dengan jenazah
4) Masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri
19
BAB IV
LABORATORIUM FORENSIK
20
- Korban biasanya diperiksa di rumah sakit
- Barang bukti dapat ditemukan di mulut, vagina dan anus korban
- Tiap item ditempatkan pada wadah tersendiri, beri label
- Dipak dan kirim ke laboratorium
21
Pakaian dengan noda darah diletakan dalam permukaan bersih,
keringkan di udara.
Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas
plastik. Akan menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah
dan timbul bakteri yang dapat merusak barang bukti.
Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)
Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA
b. Benda dengan bercak darah basah
Benda kecil biarkan kering di udara, kumpulkan.
Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap
bercak tersebut dengan kain katun bersih kemudian keringkan di
udara.
Masukan dalam kantong kertas.
Beri label dan segeraa kirim ke laboratorium
3) Bercak darah kering
a) Pada benda yang dapat dipindahkan, misal : senjata, kain, sprei
Kumpulkan benda tersebut
Tiap item masukan dalam kantong kertas
Beri label dan segera kirim ke laboratorium
b) Pada benda yang padat dengan permukaan tidak menyerap dan tidak
dapat dipindahkan, misal : lantai
Bercak dikerok dengan alat bersih
Masukan dalam kantong kertas
Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium
c) Bercak darah kering pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
atau dipotong serta tidak dapat dikerok.
Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang telah dibasahi
dengan cairan salin steril atau air steril yang digosokan pada
area bercak.
Kapas dikeringkan di udara
Setelah kering masukan dalam kantong kertas
22
Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
23
4.5 Tes Getah Paru
Tes getah paru dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Paru-paru diletakkan diatas meja kemudian permukaan paru-paru
dibersihkan satu kali dengan pisau posisi tegak lurus
2. Kemudian di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub
pleura) dan di tutup
3. Objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
4. Dilihat dibawah mikroskop akan didapatkan lumpur, pasir, telur cacing,
diatome, alga, dll.
Hasilnya :
1. Tes getah paru (+) : korban sempat atau pernah bernafas dalam air
2. Tes getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam
air atau tidak sempat bernafas dalam air, airnya jernih sama dengan air
minum, spasme laring, vagal reflex.
24
e. Setelah botol terisi oleh gas CO2 maka botol diangkat ke atas dengan cara
botol dibalik kembali seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa
terus sampai botol sampai di atas
f. Setelah sampai diatas botol segera ditutup rapat kemudian diberikan label
dan disegel untuk dilakukan pemeriksaan
Tes CO2 ada dua yaitu :
1. Kualitatif : dilakukan dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan
baru dibuat atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisi udara saat
dilakukan pengambilan dari tempat sampel. Apabila terdapat endapan
putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 berarti gas CO2 positif.
2. Kuantitatif :
- Grafimetri melakukan penimbangan terhadap endapan yang terjadi
- Volumetri dilakukan dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2
atau BaOH2 dengan konsentrasi tertentu
- Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif)
Hasil :
a. Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam
b. Keracunan gas CO dan HCN (kluwek, pete, gaplek) : cherry red
25
Hasil :
1. Darah kontrol akan segera berubah warnanya menjadi merah hijau
kecoklatan karena terbentuk hematin alkali.
2. Sedangkan darah yang mengandung COHb tidak berubah segera
(tergantung konsentrasi COHb) karena lebih resisten terhadap alkali.
3. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda
selama beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit.
4. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga
bersifat resisten terhadap alkali.
26
4.9 Emboli Udara Vena
Emboli udara vena biasanya terjadi karena vena teriris biasanya yang teriris
vena jugularis di leher sehingga udara masuk ke dalam pembuluh darah vena
kemudian menuju ke jantung kanan menuju percabangan arteri pulmonale
kemudian menuju ke paru-paru dan menyebabkan sesak.
27
Korban meninggal karena kapiler paru buntu oleh udara sehingga terjadi
asfiksia, dimana jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-
150 cc.
Otopsi yang dilakukan adalah
1. Membuka kulit dinding thorax kemudian memotong sternum pada
processus Xypoideus setinggi ICS II dibawah costa II agar vena brachialis
cab vena clavicula tidak ikut terpotong
2. Ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik kemudian isi dengan
air sampai menggenang
3. Lakukan tusukan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
4. Ditemukan adanya gelembung udara
5. Penyebab emboli udara vena :
g. Luka pada pembuluh balik leher, terutama vena jugularis
h. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan
28
tersebut menjadi sesak kemudian mati serta kasus sesorang yang hendak
dioperasi karena patah tulang paha yang berakhir meninggal akibat sesak.
Dari kasus diatas penyebab terjadinya kematian adalah karena adanya emboli
lemak setelah dilakukan pemeriksaan pada paru-paru, ec. Fraktur tulang
panjang.
1 Lemak terpecah dan terlepas karena terkena pukulan pada kulit
seluruh punggung dan karena patahnya tulang panjang sehingga
cairan lemak masuk ke dalam pembulu darah vena yang robek dan
masuk ke dalam vena cava superior kemudian masuk ke atrium kanan
dan masuk ke ventirkel kanan setelah itu masuk ke arteri pulmonale
dan membuntu di paru-paru (alveoli)
2 Korban meninggal karena kapiler buntu dan terjadi asfiksia.
3 Dilakukan tes emboli lemak dengan organ yang diambil adalah paru-
paru. Jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam
arang cair (frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong
20 mikron dan di cat dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke
laboratorium
4 Pengiriman ke laboratorium PA atau pengawetan dilakukan dengan
cara paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry
ice agar tidak membusuk. Jangan mengirim menggunakan alcohol
atau formalin karena lemak akan larut.
4.12 Pneumothorax
Pneumothorax merupakan adanya udara dalam rongga thorax.
Otopsi yang dilakukan :
a. Membuka kulit dinding thorax dengan potongan huruf ‘I’ atau dengan
potongan huruf ‘Y’
b. Setelah costa terlihat, tarik potongan costa kemudian tarik potongan
kulit hingga membentuk kantong
c. Isikan air sampai tergenang
d. Lakukan tusukan pada paru-paru yang berada diantara ICS2
29
e. Ditemukan hasil positif bila hasil test tersebut ditemukan gelembung
udara
f. Pada gas pembusukan ditemukan sedikit gelembung udara
DAFTAR PUSTAKA
30
Satyo, A. C. 2006. Aspek medikolegal luka pada forensic klinik.
Majalah Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433 .
31