Abstrak
Suatu bisnis memiliki organisasi yang terdiri dari banyak hubungan yang saling
berkaitan. Desain Organisasi Industri dilakukan sebagai langkah penting yang utama
dalam mencapai tujuan bersama suatu organisasi. Dalam pengambilan keputusan suatu
bisnis, perlu dilakukan analisis bisnis sebagai evaluasi prospek dan risiko perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta mengembangkan penciptaan desain
produk dan model bisnis dengan suatu inovasi pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas.
Integrasi metode Design Thinking sebagai tools dan Business Model Canvas sebagai bentuk
teknis dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian ini. Dari hasil analisis Design Thinking,
diketahui bahwa pemesanan tanpa mendatangi lokasi menjadi masalah utama pada Rumah
Makan Pindang Musi Rawas. Business Model Canvas Rumah Makan Pindang Musi Rawas
yang dibuat pada penelitian ini dapat berguna untuk membantu rumah makan tersebut
dalam mengenali lingkungan usaha yang dibangun. Inovasi website resmi diberikan untuk
memecahkan masalah yang ada. Berkaitan dengan solusi masalah pada Design Thinking,
elemen pada Business Model Canvas yang disolusikan adalah customer segment dan
channel.
Kata kunci: Business Model Canvas, Desain Organisasi Industri, Design Thinking,
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Design Thinking kini dikenal sebagai perangkat manajemen yang handal
dalam membantu pemecahan masalah dan mengembangkan inovasi produk maupun jasa
(liedtka 2018). Penelitian terdahulu oleh Brown, T (2008) tentang “Design Thinking”
menyatakan bahwa Design Thinking menggunakan kesensitifan designer dan metode yang
mencocokkan keinginan pengguna dengan teknologi yang layak serta bisnis strategi yang
sesuai, untuk mengubahnya menjadi nilai konsumen dan peluang pasar. Design thinking
adalah metode yang membantu cara berpikir untuk berpusat pada manusia (human
centered) untuk menciptakan inovasi yang menarik dengan mengintegrasikan kebutuhan
masyarakat, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk keberhasilan bisnis. Kunci dari
Design Thinking adalah berempati dengan masyarakat untuk mengungkapkan kebutuhan
yang belum terpenuhi dengan memahami nilai, motivasi, perilaku, rasa sakit, keuntungan
dan tantangan masyarakat yang dilanjutkan dengan memberikan solusi yang inovatif.
Design thinking melibatkan berbagai elemen dalam setiap fase untuk membantu inovator
menemukan masalah dan kebutuhan pengguna.
Menurut pendapat (Wheelen, 2010) mendefinisikan model bisnis sebagai “metode
yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana
perusahaan beroperasi”. Sebelumnya, (Rappa, 2000) juga memberikan definisi serupa,
yaitu “metode yang digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, yang membuat
perusahaan dapat bertahan”. Pendek kata, menurut definisi tersebut, model bisnis adalah
metode atau cara, yaitu cara menciptakan nilai. Pengertian lain model bisnis dikaitkan
dengan strategi bisnis. Apabila kita menggunakan Google untuk mencari aneka tulisan
artikel dan pendapat mengenai model bisnis, hampir selalu ada bagian yang
mempertanyakan dan kemudian mencoba menjelaskan perbedaan (atau persamaan) antara
model bisnis dengan strategi bisnis. Tidak heran bila ada penulis dengan definisi yang
bersifat menegaskan kesamaan antara model bisnis dengan strategi bisnis. Jadi model
bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki
perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan
nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba.
Osterwhalder & Pigneur mendeskripsikan Model Bisnis adalah sebuah model bisnis
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan
dan menangkap nilai. Osterwalder & Pigneur mengajukan pendekatan kanvas untuk
mengkaji ulang keseluruhan proses bisnis agar lebih kompetitif maupun dalam
pengembangan bisnis baru. Dengan tool ini kita seakan melihat bisnis dari gambaran besar
namun tetap lengkap dan mendetail apa saja elemen-elemen kunci yang terkait dengan
bisnis kita. Dewasa ini, tidak ada kepastian mengenai konsep model bisnis. Maka dari itu,
konsep model bisnis kanvas merupakan konsep yang dapat menjadi bahasa bersama yang
memungkinkan untuk menggambarkan dan memanipulasi model bisnis untuk membuat
alternatif kebijakan strategi yang baru. Dengan demikian kita bisa melihat gambaran utuh
yang sangat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis kita.
Dengan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci kita jadi lebih mudah
menganalisis apa yang kurang tepat, dan pada akhirnya kita bisa mengambil langkah untuk
mencapai tujuan bisnis kita.
Sebelum memulai bisnis, seorang entrepreneur hendaknya memiliki kemampuan
untuk melihat peluang bisnis yang ada. Peluang bisnis merupakan kondisi dimana seorang
entrepreneur atau pengusaha melihat peluang untuk masuk ke segmen pasar yang tersedia
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh profit secara
continue. Dalam menilai peluang bisnis ada beberapa unsur yang harus dipertimbangkan,
antara lain sumber modal, rekan kerja, komoditi yang akan dijual dan kemungkinan daya
serap pasar. Hal yang pertama kali harus dilakukan dalam memulai bisnis baru adalah
analisis kelayakan bisnis tersebut. Dasar dari analisis kelayakan bisnis baru adalah
menemukan jawaban apakah peluang bisnis baik yang berupa produk baru atau jasa dapat
dijual, berapa biaya yang dikeluarkan serta mampukah produk atau jasa tersebut
memperoleh laba. Sama seperti untuk memulai bisnis Rumah Makan Pindang Musi Rawas,
owner juga harus memiliki kemampuan Design Thinking dan Business Model Canvas
untuk menjalankan bisnisnya dengan cara memprediksi persaingan dan lain sebagainya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Adesya pada tahun 2020 (Suhardini &
Sari, 2020) yang berjudul Perancangan model bisnis Rumah Makan Pagi Sore menyebutkan,
bahwa akibat dari tidak memiliki model bisnis yaitu tidak adanya acuan yang dimiliki dalam
menjalankan suatu bisnis. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan model bisnis yang
dapat diterapkan di Rumah Makan Pagi Sore dan menguji kelayakan bisnis pada Rumah
Makan Pagi Sore saat membuka cabang baru menggunakan metode Design Thinking, dengan
tahap empathize menggunakan Empathy Map, Value Proposition Canvas, Lean Canvas,
Break Even Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Hasil
pada tahap Design Thinking tersebut menunjukkan bahwa gain dari konsumen lebih banyak
pada kemasan makanan yang praktis, diskon membership, menjual frozen food, dan memiliki
vacuum packing. Pada tahap Value Proposition Canvas didapat produk/service yaitu
menyediakan rumah makan yang memberikan kemasan berbentuk bowl, menyediakan
vacuum packing dan frozen food, bisa di pesan antar atau pre-order, dan memiliki member
card. Pada tahap Blue Ocean Strategy di dapatkan hasil untuk menciptakan produk baru
seperti kemasan berbentuk bowl, vacuum packing, membership, frozen food dan pesan antar
atau pre-order. Penelitian tersebut mengatakan bahwa bisnis ini layak berdasarkan hasil yang
diketahui, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Design Thinking sangat berguna
untuk proses memecahkan masalah menggunakan pendekatan solusi praktis dan kreatif yakni
dengan menekankan pendekatan dari pengguna.
Penelitian berjudul Analisa Model Bisnis pada Restoran Paparia Kitchen Menggunakan
Business Model Canvas yang dilakukan oleh William Johan Gondo dan Ratih Indriyani pada
tahun 2016 bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengembangkan model bisnis
pada restoran Paparia Kitchen dengan menggunakan Business Model Canvas (Johan Gondo
& Indriyani, 2016). Penelitian ini menjelaskan bahwa pertumbuhan restoran akan menuntut
para pelaku bisnis restoran untuk dapat melakukan inovasi dan menggunakan strategi
bersaing yang sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan bisnisnya. Dari hasil analisa
Business Model Canvas yang dilakukan, terdapat beberapa elemen dalam model bisnis yang
dapat dikembangkan kembali pada Restoran Paparia Kitchen. Yaitu, Paparia Kitchen sudah
memiliki nilai proposisi yang jelas yaitu membuat makanan yang enak dan murah, namun
sebagai restoran perlu mencari cara lain untuk mengembangkan nilai proposisinya. Penelitian
ini memberikan solusi dimana pemilik perlu membagi tugas kepada pegawainya supaya dapat
fokus untuk mengembangkan restoran (karena masih banyak bagian operasional rutin yang
dikerjakan oleh pemilik) dan inovasi merambah ke bisnis katering.
Integrasi metode Design Thinking dan Business Model Canvas dilakukan oleh Tri
Noviyanto dalam penelitiannya yang berjudul Konsep Pembelajaran Design Thinking dan
Business Model Canvas Pada Perancangan Produk Furnitur (Utomo, 2015). Penelitian ini
dilakukan pada Produk Furnitur karya Ayu Maharaningtyas, yang membuktikan bahwa
integrasi antara metode design thinking untuk produk industri dan model perencanaan dengan
BMC memberikan terobosan baru tentang bagaimana bisnis berbasis desain produk dapat
dikembangkan dan berkelanjutan. Dijelaskan pula bahwa integrasi dua metode tersebut
ditunjukkan pada kesinambungan fungsi, dimana Business Model Canvas adalah bentuk
teknis dari produk desain, dan Design Thinking adalah tools dalam merancang konsep ide.
Sehingga Business Model Canvas juga menyempurnakan solusi yang telah didapatkan dari
analisis Design Thinking yang sudah dilakukan sebelumnya.
3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi Design
Thinking dan Business Model Canvas terhadap analisis serta pengembangan penciptaan
desain produk dan model bisnis Rumah Makan Pindang Musi Rawas. Langkah awal yang
dilakukan adalah menjabarkan analisis Design Thinking dengan kelima tahap yang dimiliki
yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Proses Design Thinking ini memberikan
keluaran yang memiliki nilai inovatif (value propositions) berupa suatu produk. Hasil inilah
yang kemudian akan menjadi prinsip dasar dalam menyusun suatu model bisnis dalam
Business Model Canvas. Salah satu segmen dalam 9 blok tabel Business Model Canvas
adalah value proposition yang dihasilkan dari Design Thinking sebelumnya. Kesembilan blok
tersebut adalah Customer Segment, Value Propositions, Channels, Customer Relationships,
Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnerships, dan Cost Structure.
Penelitian ini dilakukan selama berjalannya rangkaian praktikum mata kuliah Desain
Organisasi Industri pada semester 5 jurusan Teknik Industri. Adapun sumber data yang
digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan melalui berbagai cara yaitu observasi, wawancara, kuesioner, hingga
dokumentasi. Hasil dari observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi tersebut yang
kemudian menjadi data primer yang digunakan. Sedangkan data sekunder yang digunakan
pada penelitian ini berupa data internal perusahaan yaitu Rumah Makan Pindang Musi
Rawas, studi pustaka, dan situs website. Alur penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :
Tabel 1. Need to Do
Need to do Pemesanan tanpa datang ke lokasi. Peningkatan keamanan kesehatan
lokasi.
Pain Kesulitan pelanggan dalam Keterbatasan jumlah pelanggan.
pemesanan take away. Sulitnya penertiban aturan keamanan
Keamanan pengantaran makanan kesehatan.
Gain Pemesanan dapat dilakukan tanpa Penetapan protokol kesehatan yang
mendatangi lokasi. baik sesuai anjuran pemerintah.
Kestabilan jumlah pelanggan di Keamanan kesehatan lokasi sebagai
masa pandemi jaminan bagi para pelanggan.
Dari tabel diatas diketahui terdapat dua need to do berupa pemesanan tanpa datang ke
lokasi dan peningkatan keamanan kesehatan lokasi. Selanjutnya pain yang dirasakan untuk
need to do yang pertama adalah kesulitan pelanggan dalam pemesanan take away dan
keamanan pengantaran makanan. Sedangkan pain yang dirasakan untuk need to do yang kedua
adalah keterbatasan jumlah pelanggan dan sulitnya penertiban aturan keamanan kesehatan.
Selanjutnya gain yang diinginkan untuk need to do yang pertama adalah pemesanan dapat
dilakukan tanpa mendatangi lokasi dan kestabilan jumlah pelanggan di masa pandemi.
Kemudian gain yang diinginkan untuk need to do yang kedua adalah penerapan protokol yang
baik sesuai anjuran pemerintah dan keamanan kesehatan lokasi sebagai jaminan bagi para
pelanggan.
4.1.2 Define
Pada saat wawancara, customer menyatakan bahwa berdasarkan need to do yang pertama
yaitu pemesanan tanpa datang ke lokasi, masalah yang krusial adalah pemesanan dapat
dilakukan tanpa mendatangi lokasi. Sedangkan berdasarkan need to do yang kedua yaitu
peningkatan keamanan kesehatan lokasi, masalah yang krusial adalah keterbatasan jumlah
pelanggan. Dari kedua permasalahan tersebut, customer menegaskan kembali bahwa
permasalahan yang paling krusial adalah pemesanan dapat dilakukan tanpa mendatangi lokasi.
Dengan alasan bahwa penerapan strategi ini lebih mudah dilakukan daripada keterbatasan
jumlah pelanggan yang akan memaksa pengelola untuk melakukan perluasan ruangan rumah
makan yang akan membutuhkan dana yang cukup besar walaupun target pelaksanaannya
dilakukan untuk akomodasi jumlah pelanggan seperti pada masa sebelum pandemi. Padahal
pemasukan rumah makan saat pandemi Covid-19 ini sedang menurun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa permasalahan krusial yang didapat adalah pemesanan dapat dilakukan tanpa
mendatangi lokasi.
4.1.3 Ideate
Dari masalah krusial yang dinyatakan, terdapat beberapa ide atau solusi yang peneliti
berikan yaitu :
a. Membuat website resmi rumah makan tersebut yang dapat memudahkan pelanggan untuk
memesan makanan tanpa harus datang langsung ke rumah makan.
b. Bermitra dengan aplikasi yang menyediakan jasa antar makanan seperti Go-Food,
GrabFood, Shopee Food, dan semacamnya.
c. Memberikan poin untuk setiap pemesanan melalui website, yang di kemudian hari dapat
ditukarkan dengan menu atau voucher tertentu.
d. Menyediakan promo untuk setiap pemesanan melalui website serta memberikan jaminan
pesan antar makanan dan penerapan protokol kesehatan.
e. Mengadakan drive thru sehingga pelanggan bisa menggunakan kendaraan mereka dan
memesan makanan tanpa harus keluar dari kendaraan mereka.
Pemilihan solusi atau ide yang baik untuk masalah ini adalah membuat website resmi
rumah makan tersebut. Karena dengan mediasi suatu website, rumah makan tersebut dapat
memberikan informasi yang lebih mendetail, lengkap, dan terkini secara bersamaan. Solusi ini
juga diharapkan dapat mempercepat proses pemesanan, memberikan jaminan kesehatan dari
virus Covid-19, serta mempermudah rumah makan untuk melakukan pembaruan menu dan
harga.
4.1.4 Prototype
Sebelumnya, Rumah Makan Musi Rawas sudah memiliki akun media sosial Instagram
@pindangmusirawas sebagai sarana promosinya. Namun hal ini masih dianggap kurang untuk
mempromosikan rumah makan ini. Perancangan website yang diajukan oleh peneliti akan
menitikberatkan beberapa menu dalam website sebagai penunjang. Menu tersebut adalah e-
catalog menu yang komplit, poin untuk setiap pemesanan melalui website yang kemudian dapat
ditukar dengan menu tertentu, promo untuk setiap pemesanan melalui website, informasi toko
secara umum, jaminan pesan antar makanan, dan penerapan protokol kesehatan dengan
pembayaran payless. Untuk perancangan prototype, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Prototype Website
4.1.5 Test
Hasil kuesioner google form pada pengujian inovasi website baru menunjukkan bahwa
responden berjumlah 10 orang dengan rincian satu orang pengelola, dua orang pegawai dan
tujuh orang pelanggan. Berdasarkan pertanyaan yang diberikan, rata-rata responden
berpendapat bahwa inovasi website ini merupakan inovasi yang cukup bagus karena
mempermudah pegawai dalam pengecekan pemesanan pelanggan, mempermudah pelanggan
dalam memesan makanan tanpa harus keluar rumah, serta mudah untuk dipahami dan praktis
saat digunakan. Namun terdapat beberapa kritikan berupa kesulitan pemesanan dan
ketidakpahaman terkait cara pembayaran. Hal ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya
penjelasan awal dari website terkait bagaimana cara memesan dan membayar secara benar.
Kemudian didapatkan beberapa saran seperti agar seterusnya inovasi ini dapat dijalankan atau
diterapkan, memberikan petunjuk penggunaan website untuk setiap menu yang ada, dan
diharapkan dapat berkembang secara terus-menerus untuk memudahkan segala pihak yang
terkait pada rumah makan. Perbaikan yang perlu diterapkan pada inovasi website ini adalah
memberikan petunjuk penggunaan website secara jelas dan singkat untuk setiap menu, dan
menyediakan berbagai opsi pembayaran. Supaya pembayaran tersebut dapat dinilai lebih
fleksibel, perlu adanya barcode atau kode QR dan kode pembayaran pada saat pelanggan akan
melakukan pembayaran pesanan.
Solusi yang ada pada Design Thinking kemudian disempurnakan dalam Business Model
Canvas. Berkaitan dengan solusi masalah pada Design Thinking tersebut, elemen pada Business
Model Canvas yang disolusikan adalah customer segment dan channel.
4.2.3 Channels
Channel yang digunakan adalah direct marketing seperti pamflet hingga relasi pemilik,
dan social media marketing (media sosial untuk kegiatan pemasaran), dengan kecenderungan
menjangkau pelanggan melalui saluran milik sendiri, yaitu secara langsung melalui tenaga
penjualan dan secara tidak langsung melalui toko yang dimiliki atau dijalankan oleh rumah
makan tersebut Rumah makan ini sudah banyak dikenal bahkan hingga kalangan pejabat tinggi,
dimana hal ini dapat menjadi media penghubung yang sangat baik dan dapat mempengaruhi
perspektif masyarakat terhadap rumah makan tersebut.
Rp.
2. Nasi Ikan Seluang Rp. 30.000,- 8. Pindang Udang Jumbo
100.000,-
3. Nasi Brengkes
Rp.50.000,- 9. Nasi Pentol Ikan Gabus Rp. 20.000,-
Tempoyak
5. Sambal Mangga Rp. 10.000,- 11. Pindang Tulang Iga Sapi Rp. 62.500,-
Rumah Makan Pindang Musi Rawas hanya memiliki satu aliran atau arus pendapatan
yaitu melalui penjualan makanan baik secara langsung maupun bekerjasama dengan pihak
ketiga yaitu jasa antar makanan seperti Go-Food atau GrabFood.
Rumah Makan Pindang termasuk ke dalam value driven yakni perusahaan tidak
memperhatikan besar harga produksi/bahan baku karena hanya berfokus pada penciptaan nilai.
Jika dilihat dari karakteristiknya maka cost structure-nya memiliki karakteristik fixed cost biaya
tetap dan variable cost. Fixed cost atau biaya tetap dari Rumah Makan Pindang pada umumnya
adalah gaji pegawai yang harus dibayarkan kepada 15 pegawai tetap. Biaya variabel tergantung
pada besarnya jumlah produk yang dihasilkan, misalnya semakin banyak pesanan yang diterima
maka semakin besar pula bahan baku dibutuhkan untuk diolah.
4.2.10 Bagan Business Model Canvas
DAFTAR PUSTAKA
Brown, T., 2008, Design Thinking, Harvard Business Review, 85-92.
Gondo, W. J., 2016, Analisa Model Bisnis Pada Restoran Paparia Kitchen Menggunakan Business
Model Canvas, Agora, 4(1), 823-832.
Liedtka, J., 2018, Why Design Thinking Works, Harvard Business Review, 72-79.
Osterwalder, A., dan Yves, P., 2012, Business Model Generation, Jakarta, Elex Media
Kompuntindo.
Rappa, M., 2000, Business models on the web.
Suhardini, D., dan Sari, E., 2020, Perancangan model bisnis Rumah Makan Pagi Sore, Skripsi.
Utomo, T. N. P., 2015, Konsep Pembelajaran Design Thinking dan Business Model Canvas Pada
Perancangan Produk Furnitur, Dimensi Interior, 13(1), 55-62.
Wheelen, T. L., 2010, Strategic Management and Business Policy, Upper Saddle River, NJ,
Prentice Hall.
1