Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN KONSEP DESIGN THINKING DAN BUSINESS MODEL CANVAS

DALAM ANALISA BISNIS PADA RUMAH MAKAN PINDANG MUSI RAWAS

Putri Meilani Rahmawati, Luthfiyyah Wasiilah Maahiroh, Muhammad Alfarif


Setiawan
1,2
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia Jl. Kaliurang Km.14,5 Sleman, Yogyakarta.
*
Email: Meilaniptr30@gmail.com

Abstrak
Suatu bisnis memiliki organisasi yang terdiri dari banyak hubungan yang saling
berkaitan. Desain Organisasi Industri dilakukan sebagai langkah penting yang utama
dalam mencapai tujuan bersama suatu organisasi. Dalam pengambilan keputusan suatu
bisnis, perlu dilakukan analisis bisnis sebagai evaluasi prospek dan risiko perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta mengembangkan penciptaan desain
produk dan model bisnis dengan suatu inovasi pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas.
Integrasi metode Design Thinking sebagai tools dan Business Model Canvas sebagai bentuk
teknis dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian ini. Dari hasil analisis Design Thinking,
diketahui bahwa pemesanan tanpa mendatangi lokasi menjadi masalah utama pada Rumah
Makan Pindang Musi Rawas. Business Model Canvas Rumah Makan Pindang Musi Rawas
yang dibuat pada penelitian ini dapat berguna untuk membantu rumah makan tersebut
dalam mengenali lingkungan usaha yang dibangun. Inovasi website resmi diberikan untuk
memecahkan masalah yang ada. Berkaitan dengan solusi masalah pada Design Thinking,
elemen pada Business Model Canvas yang disolusikan adalah customer segment dan
channel.

Kata kunci: Business Model Canvas, Desain Organisasi Industri, Design Thinking,

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Design Thinking kini dikenal sebagai perangkat manajemen yang handal
dalam membantu pemecahan masalah dan mengembangkan inovasi produk maupun jasa
(liedtka 2018). Penelitian terdahulu oleh Brown, T (2008) tentang “Design Thinking”
menyatakan bahwa Design Thinking menggunakan kesensitifan designer dan metode yang
mencocokkan keinginan pengguna dengan teknologi yang layak serta bisnis strategi yang
sesuai, untuk mengubahnya menjadi nilai konsumen dan peluang pasar. Design thinking
adalah metode yang membantu cara berpikir untuk berpusat pada manusia (human
centered) untuk menciptakan inovasi yang menarik dengan mengintegrasikan kebutuhan
masyarakat, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk keberhasilan bisnis. Kunci dari
Design Thinking adalah berempati dengan masyarakat untuk mengungkapkan kebutuhan
yang belum terpenuhi dengan memahami nilai, motivasi, perilaku, rasa sakit, keuntungan
dan tantangan masyarakat yang dilanjutkan dengan memberikan solusi yang inovatif.
Design thinking melibatkan berbagai elemen dalam setiap fase untuk membantu inovator
menemukan masalah dan kebutuhan pengguna.
Menurut pendapat (Wheelen, 2010) mendefinisikan model bisnis sebagai “metode
yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis dimana
perusahaan beroperasi”. Sebelumnya, (Rappa, 2000) juga memberikan definisi serupa,
yaitu “metode yang digunakan perusahaan untuk menjalankan bisnisnya, yang membuat
perusahaan dapat bertahan”. Pendek kata, menurut definisi tersebut, model bisnis adalah
metode atau cara, yaitu cara menciptakan nilai. Pengertian lain model bisnis dikaitkan
dengan strategi bisnis. Apabila kita menggunakan Google untuk mencari aneka tulisan
artikel dan pendapat mengenai model bisnis, hampir selalu ada bagian yang
mempertanyakan dan kemudian mencoba menjelaskan perbedaan (atau persamaan) antara
model bisnis dengan strategi bisnis. Tidak heran bila ada penulis dengan definisi yang
bersifat menegaskan kesamaan antara model bisnis dengan strategi bisnis. Jadi model
bisnis adalah gambaran hubungan antara keunggulan dan sumber daya yang dimiliki
perusahaan, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengakuisisi dan menciptakan
nilai, yang membuat perusahaan mampu menghasilkan laba.
Osterwhalder & Pigneur mendeskripsikan Model Bisnis adalah sebuah model bisnis
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan
dan menangkap nilai. Osterwalder & Pigneur mengajukan pendekatan kanvas untuk
mengkaji ulang keseluruhan proses bisnis agar lebih kompetitif maupun dalam
pengembangan bisnis baru. Dengan tool ini kita seakan melihat bisnis dari gambaran besar
namun tetap lengkap dan mendetail apa saja elemen-elemen kunci yang terkait dengan
bisnis kita. Dewasa ini, tidak ada kepastian mengenai konsep model bisnis. Maka dari itu,
konsep model bisnis kanvas merupakan konsep yang dapat menjadi bahasa bersama yang
memungkinkan untuk menggambarkan dan memanipulasi model bisnis untuk membuat
alternatif kebijakan strategi yang baru. Dengan demikian kita bisa melihat gambaran utuh
yang sangat membantu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis kita.
Dengan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci kita jadi lebih mudah
menganalisis apa yang kurang tepat, dan pada akhirnya kita bisa mengambil langkah untuk
mencapai tujuan bisnis kita.
Sebelum memulai bisnis, seorang entrepreneur hendaknya memiliki kemampuan
untuk melihat peluang bisnis yang ada. Peluang bisnis merupakan kondisi dimana seorang
entrepreneur atau pengusaha melihat peluang untuk masuk ke segmen pasar yang tersedia
dengan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk memperoleh profit secara
continue. Dalam menilai peluang bisnis ada beberapa unsur yang harus dipertimbangkan,
antara lain sumber modal, rekan kerja, komoditi yang akan dijual dan kemungkinan daya
serap pasar. Hal yang pertama kali harus dilakukan dalam memulai bisnis baru adalah
analisis kelayakan bisnis tersebut. Dasar dari analisis kelayakan bisnis baru adalah
menemukan jawaban apakah peluang bisnis baik yang berupa produk baru atau jasa dapat
dijual, berapa biaya yang dikeluarkan serta mampukah produk atau jasa tersebut
memperoleh laba. Sama seperti untuk memulai bisnis Rumah Makan Pindang Musi Rawas,
owner juga harus memiliki kemampuan Design Thinking dan Business Model Canvas
untuk menjalankan bisnisnya dengan cara memprediksi persaingan dan lain sebagainya.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Mampu mengetahui manfaat dari Design Thinking dalam memecahkan suatu
masalah.
2. Mampu menciptakan inovasi berdasarkan Design Thinking untuk menyelesaikan
masalah pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas.
3. Mampu memahami Business Model Canvas serta elemen-elemennya serta
memahami konsep Business Model Canvas suatu perusahaan.

1.3 Manfaat Penelitian


1. Bagi karyawan dan pengunjung, mencegah terjadinya kerumunan yang dapat
menyebabkan penyebaran virus Covid 19 di tempat Rumah Makan Pindang Musi
Rawas.
2. Bagi Rumah Makan Pindang Musi Rawas, mendapatkan sarana yang lebih baik
dalam menjual produk (makanan) pada kondisi pandemi Covid 19.
3. Bagi Peneliti, mendapatkan dan mengetahui tujuan, fungsi, serta implementasi dari
Design Thinking dan Business Model Canvas dalam dunia kerja.
4. Bagi Penelitian selanjutnya, mendapatkan pelajaran dan manfaat dari peneliti
sebelumnya dalam melaksanakan penelitian mengenai konsep Design Thinking dan
Business Model Canvas sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian
selanjutnya menjadi lebih efektif.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Adesya pada tahun 2020 (Suhardini &
Sari, 2020) yang berjudul Perancangan model bisnis Rumah Makan Pagi Sore menyebutkan,
bahwa akibat dari tidak memiliki model bisnis yaitu tidak adanya acuan yang dimiliki dalam
menjalankan suatu bisnis. Penelitian tersebut bertujuan untuk menentukan model bisnis yang
dapat diterapkan di Rumah Makan Pagi Sore dan menguji kelayakan bisnis pada Rumah
Makan Pagi Sore saat membuka cabang baru menggunakan metode Design Thinking, dengan
tahap empathize menggunakan Empathy Map, Value Proposition Canvas, Lean Canvas,
Break Even Point, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Hasil
pada tahap Design Thinking tersebut menunjukkan bahwa gain dari konsumen lebih banyak
pada kemasan makanan yang praktis, diskon membership, menjual frozen food, dan memiliki
vacuum packing. Pada tahap Value Proposition Canvas didapat produk/service yaitu
menyediakan rumah makan yang memberikan kemasan berbentuk bowl, menyediakan
vacuum packing dan frozen food, bisa di pesan antar atau pre-order, dan memiliki member
card. Pada tahap Blue Ocean Strategy di dapatkan hasil untuk menciptakan produk baru
seperti kemasan berbentuk bowl, vacuum packing, membership, frozen food dan pesan antar
atau pre-order. Penelitian tersebut mengatakan bahwa bisnis ini layak berdasarkan hasil yang
diketahui, sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Design Thinking sangat berguna
untuk proses memecahkan masalah menggunakan pendekatan solusi praktis dan kreatif yakni
dengan menekankan pendekatan dari pengguna.
Penelitian berjudul Analisa Model Bisnis pada Restoran Paparia Kitchen Menggunakan
Business Model Canvas yang dilakukan oleh William Johan Gondo dan Ratih Indriyani pada
tahun 2016 bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan mengembangkan model bisnis
pada restoran Paparia Kitchen dengan menggunakan Business Model Canvas (Johan Gondo
& Indriyani, 2016). Penelitian ini menjelaskan bahwa pertumbuhan restoran akan menuntut
para pelaku bisnis restoran untuk dapat melakukan inovasi dan menggunakan strategi
bersaing yang sesuai dengan perkembangan kondisi lingkungan bisnisnya. Dari hasil analisa
Business Model Canvas yang dilakukan, terdapat beberapa elemen dalam model bisnis yang
dapat dikembangkan kembali pada Restoran Paparia Kitchen. Yaitu, Paparia Kitchen sudah
memiliki nilai proposisi yang jelas yaitu membuat makanan yang enak dan murah, namun
sebagai restoran perlu mencari cara lain untuk mengembangkan nilai proposisinya. Penelitian
ini memberikan solusi dimana pemilik perlu membagi tugas kepada pegawainya supaya dapat
fokus untuk mengembangkan restoran (karena masih banyak bagian operasional rutin yang
dikerjakan oleh pemilik) dan inovasi merambah ke bisnis katering.
Integrasi metode Design Thinking dan Business Model Canvas dilakukan oleh Tri
Noviyanto dalam penelitiannya yang berjudul Konsep Pembelajaran Design Thinking dan
Business Model Canvas Pada Perancangan Produk Furnitur (Utomo, 2015). Penelitian ini
dilakukan pada Produk Furnitur karya Ayu Maharaningtyas, yang membuktikan bahwa
integrasi antara metode design thinking untuk produk industri dan model perencanaan dengan
BMC memberikan terobosan baru tentang bagaimana bisnis berbasis desain produk dapat
dikembangkan dan berkelanjutan. Dijelaskan pula bahwa integrasi dua metode tersebut
ditunjukkan pada kesinambungan fungsi, dimana Business Model Canvas adalah bentuk
teknis dari produk desain, dan Design Thinking adalah tools dalam merancang konsep ide.
Sehingga Business Model Canvas juga menyempurnakan solusi yang telah didapatkan dari
analisis Design Thinking yang sudah dilakukan sebelumnya.

3. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah integrasi Design
Thinking dan Business Model Canvas terhadap analisis serta pengembangan penciptaan
desain produk dan model bisnis Rumah Makan Pindang Musi Rawas. Langkah awal yang
dilakukan adalah menjabarkan analisis Design Thinking dengan kelima tahap yang dimiliki
yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test. Proses Design Thinking ini memberikan
keluaran yang memiliki nilai inovatif (value propositions) berupa suatu produk. Hasil inilah
yang kemudian akan menjadi prinsip dasar dalam menyusun suatu model bisnis dalam
Business Model Canvas. Salah satu segmen dalam 9 blok tabel Business Model Canvas
adalah value proposition yang dihasilkan dari Design Thinking sebelumnya. Kesembilan blok
tersebut adalah Customer Segment, Value Propositions, Channels, Customer Relationships,
Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnerships, dan Cost Structure.
Penelitian ini dilakukan selama berjalannya rangkaian praktikum mata kuliah Desain
Organisasi Industri pada semester 5 jurusan Teknik Industri. Adapun sumber data yang
digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Pengumpulan
data primer dilakukan melalui berbagai cara yaitu observasi, wawancara, kuesioner, hingga
dokumentasi. Hasil dari observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi tersebut yang
kemudian menjadi data primer yang digunakan. Sedangkan data sekunder yang digunakan
pada penelitian ini berupa data internal perusahaan yaitu Rumah Makan Pindang Musi
Rawas, studi pustaka, dan situs website. Alur penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :

Gambar 1. Alur Penelitian

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Design Thinking
4.1.1 Empathize
Dari hasil observasi langsung yang dilakukan, diperoleh need to do, pain, dan gain
Rumah Makan Pindang Musi Rawas yaitu sebagai berikut :

Tabel 1. Need to Do
Need to do Pemesanan tanpa datang ke lokasi. Peningkatan keamanan kesehatan
lokasi.
Pain Kesulitan pelanggan dalam Keterbatasan jumlah pelanggan.
pemesanan take away. Sulitnya penertiban aturan keamanan
Keamanan pengantaran makanan kesehatan.
Gain Pemesanan dapat dilakukan tanpa Penetapan protokol kesehatan yang
mendatangi lokasi. baik sesuai anjuran pemerintah.
Kestabilan jumlah pelanggan di Keamanan kesehatan lokasi sebagai
masa pandemi jaminan bagi para pelanggan.
Dari tabel diatas diketahui terdapat dua need to do berupa pemesanan tanpa datang ke
lokasi dan peningkatan keamanan kesehatan lokasi. Selanjutnya pain yang dirasakan untuk
need to do yang pertama adalah kesulitan pelanggan dalam pemesanan take away dan
keamanan pengantaran makanan. Sedangkan pain yang dirasakan untuk need to do yang kedua
adalah keterbatasan jumlah pelanggan dan sulitnya penertiban aturan keamanan kesehatan.
Selanjutnya gain yang diinginkan untuk need to do yang pertama adalah pemesanan dapat
dilakukan tanpa mendatangi lokasi dan kestabilan jumlah pelanggan di masa pandemi.
Kemudian gain yang diinginkan untuk need to do yang kedua adalah penerapan protokol yang
baik sesuai anjuran pemerintah dan keamanan kesehatan lokasi sebagai jaminan bagi para
pelanggan.

4.1.2 Define
Pada saat wawancara, customer menyatakan bahwa berdasarkan need to do yang pertama
yaitu pemesanan tanpa datang ke lokasi, masalah yang krusial adalah pemesanan dapat
dilakukan tanpa mendatangi lokasi. Sedangkan berdasarkan need to do yang kedua yaitu
peningkatan keamanan kesehatan lokasi, masalah yang krusial adalah keterbatasan jumlah
pelanggan. Dari kedua permasalahan tersebut, customer menegaskan kembali bahwa
permasalahan yang paling krusial adalah pemesanan dapat dilakukan tanpa mendatangi lokasi.
Dengan alasan bahwa penerapan strategi ini lebih mudah dilakukan daripada keterbatasan
jumlah pelanggan yang akan memaksa pengelola untuk melakukan perluasan ruangan rumah
makan yang akan membutuhkan dana yang cukup besar walaupun target pelaksanaannya
dilakukan untuk akomodasi jumlah pelanggan seperti pada masa sebelum pandemi. Padahal
pemasukan rumah makan saat pandemi Covid-19 ini sedang menurun. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa permasalahan krusial yang didapat adalah pemesanan dapat dilakukan tanpa
mendatangi lokasi.

4.1.3 Ideate
Dari masalah krusial yang dinyatakan, terdapat beberapa ide atau solusi yang peneliti
berikan yaitu :
a. Membuat website resmi rumah makan tersebut yang dapat memudahkan pelanggan untuk
memesan makanan tanpa harus datang langsung ke rumah makan.
b. Bermitra dengan aplikasi yang menyediakan jasa antar makanan seperti Go-Food,
GrabFood, Shopee Food, dan semacamnya.
c. Memberikan poin untuk setiap pemesanan melalui website, yang di kemudian hari dapat
ditukarkan dengan menu atau voucher tertentu.
d. Menyediakan promo untuk setiap pemesanan melalui website serta memberikan jaminan
pesan antar makanan dan penerapan protokol kesehatan.
e. Mengadakan drive thru sehingga pelanggan bisa menggunakan kendaraan mereka dan
memesan makanan tanpa harus keluar dari kendaraan mereka.
Pemilihan solusi atau ide yang baik untuk masalah ini adalah membuat website resmi
rumah makan tersebut. Karena dengan mediasi suatu website, rumah makan tersebut dapat
memberikan informasi yang lebih mendetail, lengkap, dan terkini secara bersamaan. Solusi ini
juga diharapkan dapat mempercepat proses pemesanan, memberikan jaminan kesehatan dari
virus Covid-19, serta mempermudah rumah makan untuk melakukan pembaruan menu dan
harga.

4.1.4 Prototype
Sebelumnya, Rumah Makan Musi Rawas sudah memiliki akun media sosial Instagram
@pindangmusirawas sebagai sarana promosinya. Namun hal ini masih dianggap kurang untuk
mempromosikan rumah makan ini. Perancangan website yang diajukan oleh peneliti akan
menitikberatkan beberapa menu dalam website sebagai penunjang. Menu tersebut adalah e-
catalog menu yang komplit, poin untuk setiap pemesanan melalui website yang kemudian dapat
ditukar dengan menu tertentu, promo untuk setiap pemesanan melalui website, informasi toko
secara umum, jaminan pesan antar makanan, dan penerapan protokol kesehatan dengan
pembayaran payless. Untuk perancangan prototype, dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Prototype Website

4.1.5 Test
Hasil kuesioner google form pada pengujian inovasi website baru menunjukkan bahwa
responden berjumlah 10 orang dengan rincian satu orang pengelola, dua orang pegawai dan
tujuh orang pelanggan. Berdasarkan pertanyaan yang diberikan, rata-rata responden
berpendapat bahwa inovasi website ini merupakan inovasi yang cukup bagus karena
mempermudah pegawai dalam pengecekan pemesanan pelanggan, mempermudah pelanggan
dalam memesan makanan tanpa harus keluar rumah, serta mudah untuk dipahami dan praktis
saat digunakan. Namun terdapat beberapa kritikan berupa kesulitan pemesanan dan
ketidakpahaman terkait cara pembayaran. Hal ini bisa jadi disebabkan karena tidak adanya
penjelasan awal dari website terkait bagaimana cara memesan dan membayar secara benar.
Kemudian didapatkan beberapa saran seperti agar seterusnya inovasi ini dapat dijalankan atau
diterapkan, memberikan petunjuk penggunaan website untuk setiap menu yang ada, dan
diharapkan dapat berkembang secara terus-menerus untuk memudahkan segala pihak yang
terkait pada rumah makan. Perbaikan yang perlu diterapkan pada inovasi website ini adalah
memberikan petunjuk penggunaan website secara jelas dan singkat untuk setiap menu, dan
menyediakan berbagai opsi pembayaran. Supaya pembayaran tersebut dapat dinilai lebih
fleksibel, perlu adanya barcode atau kode QR dan kode pembayaran pada saat pelanggan akan
melakukan pembayaran pesanan.
Solusi yang ada pada Design Thinking kemudian disempurnakan dalam Business Model
Canvas. Berkaitan dengan solusi masalah pada Design Thinking tersebut, elemen pada Business
Model Canvas yang disolusikan adalah customer segment dan channel.

4.2 Business Model Canvas


4.2.1 Customer Segment
Dalam penentuan customer segment pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas ini
terdapat penentuan yang perlu dipertimbangkan. Pertama, tingkat ekonomi masyarakat disekitar
lokasi. Karena letaknya yang berdekatan dengan pemukiman warga dan sebuah hotel, maka
harga disesuaikan menjadi tergolong murah dan bisa dijangkau baik oleh masyarakat kalangan
menengah ke atas maupun menengah ke bawah. Penentuan kedua adalah umur, dimana
disarankan bagi masyarakat dengan umur dibawah 50 tahun karena makanan di rumah makan
ini bisa mengakibatkan naiknya kolesterol dan asam urat bagi konsumen di atas umur 50 tahun.
Penentuan ketiga adalah komunitas tertentu, dimana adanya komunitas Kuliner Makanan Khas
yang selalu mencoba setiap makanan yang ada di daerah indonesia, dimana rumah makan ini
menyediakan makanan khas Palembang yaitu pindang. Penentuan terakhir adalah perilaku
khusus, dimana pada rumah makan ini menyediakan bahan baku makanan siap masak pada saat
hari libur nasional seperti hari raya idul fitri/adha, dan hari kemerdekaan. Sehingga
memungkinkan pelanggan yang malas untuk memasak dalam porsi banyak agar dapat memesan
di Rumah Makan Pindang Musi Rawas.

4.2.2 Value Propositions


Terdapat beberapa faktor dari value proposition yang dimiliki Rumah Makan Pindang
Musi Rawas yaitu:
a. Price (Harga)
Harga makanan yang ditawarkan sangat terjangkau serta sesuai dengan kualitas cita rasa
makanannya dan harapan konsumen. Seperti menu nasi pindang patin dengan harga mulai
Rp.45.000,-. Harga yang ditetapkan oleh Rumah Makan Pindang Musi Rawas tergolong tidak
terlalu murah ataupun tidak terlalu mahal yaitu mulai dari Rp.20.000,- rupiah hingga
Rp.206.000,- sesuai dengan menu yang dipilih.
b. Customization
Customization yang ditawarkan yaitu khusus pada pesanan makanan dalam jumlah besar,
yang artinya customer tersebut dapat memesan makanan dengan lauk yang dapat diganti
sesuai dengan keinginan pelanggan dan ketersediaan bahan baku yang ada.
c. Accessibility
Lokasi berada di tempat yang sangat strategis yaitu di jalan raya pusat orang mencari
makan di daerah Palembang Barat. Hal ini menjadi nilai lebih untuk memudahkan konsumen.
Selain itu, disediakan pula layanan pesan antar makanan, yang dengan adanya layanan ini
konsumen bisa memesan makanan sesuai dengan keinginan tanpa perlu datang ke lokasi.
Layanan pesan antar ini menjangkau seluruh area Palembang dengan biaya kirim yang
disesuaikan dengan lokasi pengiriman. Mulai Rp. 10.000,- sampai Rp. 25.000,- dan tidak ada
minimum pembelian.

4.2.3 Channels
Channel yang digunakan adalah direct marketing seperti pamflet hingga relasi pemilik,
dan social media marketing (media sosial untuk kegiatan pemasaran), dengan kecenderungan
menjangkau pelanggan melalui saluran milik sendiri, yaitu secara langsung melalui tenaga
penjualan dan secara tidak langsung melalui toko yang dimiliki atau dijalankan oleh rumah
makan tersebut Rumah makan ini sudah banyak dikenal bahkan hingga kalangan pejabat tinggi,
dimana hal ini dapat menjadi media penghubung yang sangat baik dan dapat mempengaruhi
perspektif masyarakat terhadap rumah makan tersebut.

4.2.4 Customer Relationship


Customer relationships yang digunakan adalah personal assistant (dasar hubungan pada
interaksi antar manusia) melalui social media Instagram. Dengan akun media sosial Instagram
@pindangmusirawas, Rumah Makan Pindang Musi Rawas memiliki hubungan yang baik
dengan pelanggan karena sering berinteraksi dengan pelanggan melalui story Instagram. Hal ini
dilakukan untuk menjaga loyalitas pelanggan serta agar pelanggan melakukan repeat order.
Karyawan restoran juga telah melayani pelanggan dengan baik dan ramah, yang kemudian akan
memberikan dampak positif dimana pemilik dan pelanggan menjadi saling mengenal satu sama
lain sehingga terbangun relasi yang baik pula.

4.2.5 Revenue Streams


Revenue streams Rumah Makan Pindang Musi Rawas dihasilkan melalui cara asset sale
atau penjualan produk. Rumah Makan Pindang Musi Rawas menjual produknya (aset) berupa
makanan yang akan dibayar langsung oleh konsumen. Berikut merupakan menu Rumah Makan
Pindang Musi Rawas yaitu :

Tabel 2. Daftar Menu Rumah Makan Pindang Musi Rawas


Menu Harga Menu Harga

1. Nasi Pindang Patin 7. Pindang Ikan Patin ½


Rp. 53.000,- Rp. 25.000,-
Badan Porsi

Rp.
2. Nasi Ikan Seluang Rp. 30.000,- 8. Pindang Udang Jumbo
100.000,-

3. Nasi Brengkes
Rp.50.000,- 9. Nasi Pentol Ikan Gabus Rp. 20.000,-
Tempoyak

4. Nasi Pindang Patin 10. Nasi Pindang Tulang Iga


Rp. 50.000,- Rp. 65.000,-
Buntut Sapi

5. Sambal Mangga Rp. 10.000,- 11. Pindang Tulang Iga Sapi Rp. 62.500,-

6. Sambal Terasi Rp. 10.000,-

Rumah Makan Pindang Musi Rawas hanya memiliki satu aliran atau arus pendapatan
yaitu melalui penjualan makanan baik secara langsung maupun bekerjasama dengan pihak
ketiga yaitu jasa antar makanan seperti Go-Food atau GrabFood.

4.2.6 Key Resources


Dalam key resources perlu dirincikan beberapa sumber daya yang ada pada Rumah
Makan Pindang Musi Rawas. Sumber daya tersebut adalah sebagai berikut :
a. Fisik
Rumah Makan Pindang Musi Rawas menggunakan bangunan yang berlokasi di
Jl.Angkatan 45 No.18, Lorok Pakjo Kec.Ilir Barat I, Kota Palembang, Sumatera Selatan 30137
sebagai tempat untuk mengolah produk dan agar pelanggan bisa menikmati hidangan langsung
ditempat. Lokasi tersebut strategis dan dapat dengan mudah dijangkau oleh pelanggan.
Sumber daya fisik pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas juga meliputi peralatan yang
digunakan untuk membuat hidangan dan sebuah lahan parkir seluas 500m 2.
b. Intelektual
Faktor intelektual Rumah Makan Pindang Musi Rawas terletak pada pengetahuan resep
menu yang dipegang oleh pemilik. Dimana resep ini dijaga turun-menurun sejak didirikannya
Rumah Makan Pindang Musi Rawas pada tahun 1986 oleh H. Tjek Hasan dan HJ. Zaleha.
c. Manusia
Pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas, karyawan menjadi ujung tombak
keberlangsungan operasional rumah makan tersebut. Jumlah karyawan Rumah Makan Pindang
Musi Rawas sebanyak 15 orang yang memiliki tugasnya masing-masing. Pembagian tugas
karyawan tersebut yaitu bagian pelayanan (termasuk pramusaji), produksi (masak),
pemasaran, kasir, dan juru parkir.
d. Finansial
Dalam sebuah model bisnis tentunya diperlukan sumber daya finansial atau jaminan
finansial, misalnya uang tunai, kredit, dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk memenuhi
kebutuhan sumberdaya perusahaan. Pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas, sumberdaya
finansialnya berasal dari dana pribadi pemilik perusahaan.

4.2.7 Key Activities


Aktivitas operasional Rumah Makan Pindang Musi Rawas sehari-harinya dimulai dengan
melakukan proses produksi makanan. Produksi dilakukan di satu tempat yaitu Rumah Makan
Pindang Musi Rawas tersebut. Pada pagi hari, sebelum rumah makan buka, pegawai yang
berjumlah 5 orang akan melakukan proses produksi makanan. Kemudian aktivitas berikutnya
menerima order yang dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu datang langsung ke Rumah Makan
Pindang Musi Rawas dan dapat melalui online lewat Go-Food atau Grabfood.Aktivitas problem
solving penanganan kerusakan makanan pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas mempunyai
metode tertentu. Kerusakan makanan dapat berupa tidak sesuainya rasa, makanan tumpah, tidak
sesuai pesanan, atau semacamnya. Rumah Makan Pindang Musi Rawas akan menyelidiki
penyebab kerusakan makanan di bagian produksi (dapur) .Aktivitas untuk memelihara network
Rumah Makan Pindang Musi Rawas adalah menghubungi pelanggannya, yang dapat dilakukan
melalui akun media sosial Instagram @pindangmusirawas agar pelanggan dapat mengetahui
info terbaru dari Rumah Makan Pindang Musi Rawas seperti penawaran jenis makanan yang
baru.

4.2.8 Key Partnerships


Key partnerships Rumah Makan Pindang Musi Rawas terdapat 3 toko supplier tetap yang
bermitra dengan Rumah Makan Pindang Musi Rawas, yaitu supplier daging yang selalu
menyediakan daging berkualitas setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan toko seperti iga
sapi, kemudian ada toko agen ikan segar yang menyediakan dan mengirim kebutuhan ikan
untuk Rumah Makan Pindang Musi Rawas seperti ikan patin dan ikan seluang, dan terakhir ada
supplier rempah-rempahan yang bernama Rempah Cap Bunga Matahari yang selalu
menyediakan rempah-rempah yang dibutuhkan oleh Rumah Makan Pindang Musi Rawas.

4.2.9 Cost Structure


Pada Rumah Makan Pindang Musi Rawas terdapat jenis-jenis biaya yang terjadi yang
membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jenis-jenis biaya tersebut adalah biaya bangunan,
biaya bahan baku, biaya gaji pegawai, biaya listrik, dan biaya air. Berikut rincian biaya yang
dikeluarkan Rumah Makan Pindang Musi Rawas :

Tabel 3. Rincian Biaya yang Dikeluarkan


Jenis Kebutuhan Harga

Bahan Baku Makanan Rp. 10.000.000 ,-

Biaya Gaji Pegawai Rp. 2.500.000,-

Biaya Bangunan Rp. 15.000.000,-

Biaya Listrik Rp. 500.000,-

Biaya Air Rp. 750.000,-

Rumah Makan Pindang termasuk ke dalam value driven yakni perusahaan tidak
memperhatikan besar harga produksi/bahan baku karena hanya berfokus pada penciptaan nilai.
Jika dilihat dari karakteristiknya maka cost structure-nya memiliki karakteristik fixed cost biaya
tetap dan variable cost. Fixed cost atau biaya tetap dari Rumah Makan Pindang pada umumnya
adalah gaji pegawai yang harus dibayarkan kepada 15 pegawai tetap. Biaya variabel tergantung
pada besarnya jumlah produk yang dihasilkan, misalnya semakin banyak pesanan yang diterima
maka semakin besar pula bahan baku dibutuhkan untuk diolah.
4.2.10 Bagan Business Model Canvas

Gambar 3. Bagan Business Model Canvas

5. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
1. Manfaat dari Design Thinking dalam memecahkan suatu masalah di Rumah Makan
Pindang Musi Rawas yaitu dapat meningkatkan penghasilan dari Rumah Makan
Musi Rawas, dengan memberikan inovasi website baru.
2. Menerapkan Design Thinking untuk memecahkan masalah yang terjadi di Rumah
Makan Pindang Musi Rawas seperti pemesanan yang dilakukan tanpa datang ke
lokasi dan peningkatan keamanan kesehatan. Inovasi yang diberikan berdasarkan
permasalah tersebut yaitu membuat website berisi Daftar Menu, Order, Promo, Poin,
dan Informasi Resto. Hasil evaluasi dari inovasi website tersebut menunjukkan
bahwa inovasi website untuk Rumah Makan Pindang Musi Rawas ini merupakan
inovasi yang sudah cukup bagus.
3. Business Model Canvas adalah alat untuk memvisualisasikan, menilai, dan
mengubah Business Model. Business Model merupakan suatu cara bagaimana sebuah
organisasi menciptakan, menghantarkan, dan menangkap sebuah nilai. Business
Model Canvas memiliki framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-
elemen penting dalam sebuah model bisnis, sehingga dapat menjadi satu strategi
bisnis yang utuh hanya dalam suatu tabel khusus serta memudahkan penggambaran
dan memvisualisasikan komponen bisnis. Sembilan elemen pada Business Model
Canvas, yaitu : Customer Segments, Customer Relationships, Value Proposition,
Channels, Revenue Streams, Key Activities, Key Partners, Resources, dan Cost
Structure. Business Model Canvas Rumah Makan Pindang Musi Rawas yang dibuat
pada penelitian ini dapat berguna untuk membantu rumah makan dalam mengenali
lingkungan usaha yang dibangun. Dikarenakan keterhubungan dari sembilan elemen
yang ada pada Business Model Canvas tersebut dapat terlihat dan dipahami secara
baik dan sederhana dalam sebuah bagan Business Model Canvas yang dibuat.
5.2 Saran
Bagi Rumah Makan Pindang Musi Rawas :
1. Perlu dikembangkan kembali terkait penggunaan website dalam pemesanan dan
pembayaran dengan mengontrol perkembangan penggunaannya.
2. Memberikan kemudahan dalam penggunaan website bagi pelanggan dengan
memberikan petunjuk penggunaan website secara jelas dan singkat untuk setiap
menu, serta menyediakan berbagai opsi pembayaran beserta kodenya.
Bagi peneliti selanjutnya :
1. Melanjutkan penelitian mengenai desain ulang dari model bisnis Rumah Makan
Pindang Musi Rawas saat ini dengan menggunakan teknik analisis data seperti
SWOT.
2. Penelitian yang selanjutnya dapat membahas secara lebih detail dalam setiap elemen
Business Model Canvas yang ada, dan membahas saluran distribusi (channel) dengan
dikaitkan pada supply chain management untuk mengetahui bagaimana saluran
distribusi yang efektif bagi perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, T., 2008, Design Thinking, Harvard Business Review, 85-92.
Gondo, W. J., 2016, Analisa Model Bisnis Pada Restoran Paparia Kitchen Menggunakan Business
Model Canvas, Agora, 4(1), 823-832.
Liedtka, J., 2018, Why Design Thinking Works, Harvard Business Review, 72-79.
Osterwalder, A., dan Yves, P., 2012, Business Model Generation, Jakarta, Elex Media
Kompuntindo.
Rappa, M., 2000, Business models on the web.
Suhardini, D., dan Sari, E., 2020, Perancangan model bisnis Rumah Makan Pagi Sore, Skripsi.
Utomo, T. N. P., 2015, Konsep Pembelajaran Design Thinking dan Business Model Canvas Pada
Perancangan Produk Furnitur, Dimensi Interior, 13(1), 55-62.
Wheelen, T. L., 2010, Strategic Management and Business Policy, Upper Saddle River, NJ,
Prentice Hall.
1

Anda mungkin juga menyukai