Emma LP Abses-Dikonversi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN: ABSES PLANTAR POSTERIOR DI


RUANG KENANGA RSUD dr. RUBINI MEMPAWAH

Disusun oleh:

Nama : EMMA ARDIANA


NIM : 201133022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KLINIK STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Mata Kuliah : Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah


Semester : II / Genap
Prodi / Jurusan : Ners / Keperwatan
Fakultas : Poltkkes Kemenkes Pontianak
Nama Mahasiswa : Emma Ardiana
NIM : 201133022

Mempawah, April 2021


Mengetahui

Clinical Teacher Clinical Instruktur

Ns. Hendra, M. Kep. WOTCN Rahmi Fidyati, S. Kep, Ners


NIP. NIP.198509262010012015

Koordinator Stase Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Azhari Baedlawi, M. Kep


NIP.19911205 20180301
BAB I
KONSEP DASAR

1. Definisi
Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak mempunyai morfologi spesifik yang dapat diin
Abses adalah penumpukan nanah di dalam rongga di bagian tubuh setelah terinfeksi bakteri.
Nanah adalah cairan yang mengandung banyak protein dan sel darah putih yang telah mati.
Nanah berwarna putih kekuningan (Craft, 2012; James et al., 2016).
Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah mati) yangterakumulasi disebuah
kavitas jaringan karena adanya proses infeksi (biasanyaoleh bakteri atau parasit) atau karena
adanya benda asing (serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi kebagian tubuh
yanglain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong berisi nanah.
2. Etiologi
Abses pada umumnya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, walaupun bisa disebabkan
oleh bakteri lain, parasite, atau benda asing.
Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara;
- Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum yang tidak steril
- Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain
- Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan
gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses
Penyebab lain dari peningkatan insidensi adalah makin banyaknya pemakaian obat-obatan
imunosupresi, keganasan, transplantasi organ, tindakan intervensi medis, dan infeksi luka
operasi (Tognetti et al., 2012: Esposito et al., 2017)
3. Tanda dan Gejala
Abses tergantung lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau saraf, karena abses
merupakan salah satu manifestasi peradangan maka manifestasi lain yang mengikuti abses
dapat merupakan tanda dan gejala dari proses inflamasi, gejalanya bisa berupa;
a) Nyeri (Dolor)
Nyeri merupakan respon yang bersifat subyektif terhadap adanya stressor fisik dan
psikologik. Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan. Nyeri
disebabkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan terutama karena tekanan
pus di dalam rongga abses. Beberapa mediator kimiawi pada radang akut termasuk
bradikinin, prostaglandin, dan serotinin, diketahui juga dapat mengakibatkan nyeri.
b) Nyeri tekan
Nyeri yang timbul bila ditekan di daerah yang terjadi kerusakan jaringan.
c) Pembengkakan (Tumor)
Pembengkakan sebagai hasil adanya edema merupakan suatu akumulasi cairan di dalam
rongga ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat dan dalam jumlah
sedikit, kelompok sel radang yang masuk dalam daerah tersebut.
d) Kemerahan (Rubor)
Jaringan yang mengalami radang akut tampak merah, sebagau contoh kulit yang terkena
sengatan matahari. Warna kemerahan ini terjadi akibat adanya dilatasi pembuluh darah
kecil dalam daerah yang mengalami kerusakan.
e) Panas (Calor)
Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian perifer/tepi tubuh, seperti pada kulit.
Peningkatan suhu ini diakibatkan oleh peningkatan aliran darah (hiperemia) yang hangat
pada daerah tersebut, mengakibatkan sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan darah yang
hangat pada daerah tersebut. Demam sistemik sebagai hasil dari beberapa mediator kimiawi
proses radang juga ikut meningkatkan temperatur lokal.
f) Hilangnya Fungsi
Kehilangan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari suatu nproses radang.
Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara
reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit. Pembengkakan yang hebat secara fisik
mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan.
4. Komplikasi
Beberapa abses bisa sembuh Ketika pecah dan nanah mengering. Tetapi Sebagian besar abses
memerlukan pengobatan dan intervensi berupa tusukan jarum (pungsi) bahkan insisi atau
operasi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium pada abses terdiri atas (Craft, 2012; James et al., 2016; Barbic et
al., 2016):
a. Leukositosis bisa terjadi terutama saat kondisi akut
b. Pemeriksaan gram dari pus menunjukkan kumpulan kokus Gram positif
c. Kultur didapatkan pertumbuhan S. aureus
d. Ultrasonografi bisa dilakukan jika diagnose klinis meragukan.
6. Penatalaksanaan
Abses luka biasanya tidak membutuhkan penanganan menggunakan antibiotik. Namun
demikian, kondisi tersebut butuh ditangani dengan intervensi bedah, debridemen dan kuretase
untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikeluarkan isinya. Salah satu pembedahannya yaitu dengan laparatomi eksplorasi. Suatu
abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi penyebabnya, terutama apabila
disebabkan oleh benda asing karena benda asing tersebut harus diambil. Apabila tidak
disebabkan oleh benda asing, biasanya hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan
dengan pemberian obat analgesic dan mungkin juga antibiotik. Drainase abses dengan
menggunakan pembedahan biasanya di indikasikan apabila abses telah berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjadi tahap pus yang lebih lunak. Apabila menimbulkan
resiko tinggi, misalnya pada area yang kritis, tindakan pembedahan dapat ditunda atau
dikerjakan sebagai tindakan terakhir yang perlu dilakukan.
BAB II
WOC ABSES KULIT

Infeksi bakteri Bakteri Tubuh bereaksi


Benda asing mengadakan untuk perlindungan
menyebabkan multiplikasi dan terhadap
luka merusak jaringan penyebaran
Reaksi hypersensitive

Terjadi proses
peradangan

Faktor predisposisi

Nyeri akut Abses terbentuk dan


terlokasi (dari matinya
jaringan nekrotik, bakteri,
Resiko infeksi Penyebaran infeksi dan sel

Operasi Dilepasnya gas Kurang informasi


pirogen leukosit
pada jaringan

Gg Kerusakan integritas Ansietas


Kulit/jaringan

Panas
Defisit Pengetahuan

Hipertermia
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Asuhan keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon manusia
terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah kesehatan dapat berhubungan
dengan klien keluarga juga orang terdekat atau masyarakat. Proses keperawatan
mendokumentasikan kontribusi perawat dalam mengurangi/mengatasi masalah-masalah
kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu: pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk


mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan.
Pengumpulan data
Pengumpulan data atau mengumpulkan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal
dalam proses keperawatan. Dari data yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan
untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien
1). Data awal:

Identitas klien: nama, jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan dan alamat.
Data Subjektif:

a. Keluhan utama: Nyeri, panas, bengkak, dan kemerahan pada area


abses.

b. Riwayat keluhan utama

Hal-hal yang perlu dikaji diantaranya adalah:


1) Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali,
sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan.
2) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau
terkena peluru.
3) Riwayat infeksi (suhu tinggi) sebelumnya yang secara cepat
menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak
bisa dikeluarkan.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit menular dan kronis, seperti TBC dan diabetes


mellitus.
d. Aktivitas atau istirahat
Gejala: Malaise
e. Sirkulasi

Tanda: tekanan darah normal atau sedikit dibawah jangkauan


normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik): lemah
atau lembut atau mudah hilang, takikardia ekstrem (syok). Kulit
hangat, vasodilatasi, pucat, lembab, burik (vasokontriksi)
f. Makanan/cairan

Gejala: anoreksia, mual, muntah

Tanda: penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan atau masa


otot (malnutrisi). Penurunan haluaran konsentrasi urin.
g. Neurosensori

Gejala: sakit kepala dan pusing

Tanda: gelisah, kacau mental, ketakutan

h. Nyeri atau kenyamanan

Gejala: lokalisasi rasa sakit atau ketidanyamanan

i. Pernapasan

Tanda: takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan


j. Keamanan
Tanda: suhu umumnya meningkat (37,95°C atau lebih) tetapi mungkin
normal, kadang subnormal (dibawah 36,63°C), menggigil, lokalisasi
nyeri.
2) Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik klien dengan abses ditemukan:
a. Luka terbuka atau tertutup
b. Organ atau jaringan terinfeksi
c. Massa eksudat dengan bermata
d. Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan
e. Abses superficial dengan ukuran berfariasi
f. Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuatif

Anlisa data
Analisa data adalah kemampuan menghubungkan data tersebut dengan
konsep, teori dan prinsip relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan
masalah kesehatan dan keperawatan klien.
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0130 Hipertermia berhubungan dengan Proses Penyakit Infeksi (Abses)
b. D.0129 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi
(Luka Insisi)
c. D.0077 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Inflamasi) Agen
Pencedera Fisik (Prosedur Operasi)
d. D.0080 Ansietas berhubungan dengan Krisis Situasional, Kurang Terpapar Informasi
(Prognosis Penyakit, Menghadapi Tindakan Operasi)
e. D.0111 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Krisis Situasional, Kurang
Terpapar Informasi
f. D.0142 Resiko infeksi berhubungan denganKetidakadekuatan pertahanan tubuh
primer (Kerusakan Integritas Kulit)
1. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 D.0130 Hipertermia L. 14134 Termoregulasi I.15506 Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Observasi:
Proses Penyakit Infeksi tindakan keperawatan 1x8 jam
- Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
(Abses) diharapkan suhu tubuh tetap berada inkubator)
pada rentang normal - Monitor suhu tubuh
Kriteria Hasil: - Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
Menggigil Menurun
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Suhu tubuh Membaik 2. Terapeutik:
Suhu kulit Membaik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau asprin
- Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi

- Anjurkan tirah baring


4. Kolaborasi

▪ Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2 D.0129 Gangguan L.14125 Luaran utama: integritas I.14564 Perawatan luka


Integritas Kulit/Jaringan kulit atau jaringan 1. Observasi
berhubungan dengan Luaran tamabahan: - Monitor karakteristik luka (mis: drainase,warna,ukuran,bau
Perubahan Sirkulasi (Luka - Fungsi sensori - Monitor tanda –tanda inveksi
Insisi) - Kontrol resiko 2. Terapiutik
- Perfusi parifer - lepaskan balutan dan plester secara perlahan
- Status nutrisi - Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
- Status sirkulasi - Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non toksik,sesuai kebutuhan
Setelah dilakukan tindakan - Bersihkan jaringan nekrotik
keparawatan selama 3x24 jam - Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
diharapkan Gangguan integritas - Pasang balutan sesuai jenis luka
kulit/jaringan meningkat, dengan - Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
kriteria hasil: - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Kerusakan jaringan menurun - Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai kondisi pasien
- Demam menurun - Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
- Kemerahan menurun - Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
- Pendarahan menurun amino),sesuai indikasi
- Nyeri menurun - Berikan terapi TENS (Stimulasi syaraf transkutaneous), jika perlu
- Nekrosis menurun 3. Edukasi
- - Jelaskan tandan dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika perlu

Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

3 D.0077 Nyeri akut L.08066 Luaran utama: tingkat I. 08238 Manajeme nyeri
Faktor penyebab: nyeri 1. Observasi
- Agen pencendera Luaran tambahan: - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologi (mis, - Fungsi gastro interstinal - Identifikasi skala nyeri
inflamasi, iskemik, - Kontrol nyeri - Identifikasi respon nyeri non verbal
neoplasma) - Mobilisasi fisik - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Agen pencendera fisik - Penyembuhan luka - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(mis abses, prosedur - Perfusi parefer - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
operasi) - Status kenyamanan - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Tingkat cidera - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Setelah dilakukan tindakan - Monitor efek samping penggunaan analgetik
keparawatan selama 3x24 jam 2. Terapeutik
diharapkan nyeri akut dapat teratasi - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
dengan kriteria hasil: akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
- Keluhan nyeri menurun terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
- Meringis menurun - Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
- Gelisah menurun kebisingan)
- Kesulitan tidur menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Tekanandarah normal - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
- Frekuensi nadi sedang 3. Edukasi
Pola nafas sedang - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


4 D.0080 Ansietas L.09093 Tingkat Ansietas I.09314 Reduksi Ansietas
berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan Observasi:
Krisis Situasional, Kurang tindakan keperawatan 3x24 jam
- Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Terpapar Informasi diharapkan tingkat ansietas
(Prognosis Penyakit, menurun - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Menghadapi Tindakan Kriteria Hasil:
- Monitor tanda-tanda ansietas
Operasi)
Terapeutik:
Konsentrasi Membaik
Pola tidur Membaik - Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
Perilaku Membaik
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Verbalisasi kebingungan Menurun
Verbalisasi khawatir akibat kondisi
- Pahami situasi yang membuat ansietas

yang dihadapi Menurun - Dengarkan dengan penuh perhatian


Perilaku tegang Menurun
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

Edukasi

- Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


- Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- Latih teknik relaksasi
5 D.0111 Defisit L.12111 Tingkat Pengetahuan I.12383 Edukasi Kesehatan
Pengetahuan berhubungan Tujuan: Setelah dilakukan
Observasi:
dengan Krisis Situasional, tindakan keperawatan 3x24 jam
Kurang Terpapar diharapkan tingkat pengetahuan
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Informasi membaik - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
Kriteria Hasil: perilaku hidup bersih dan sehat

- Perilaku sesuai anjuran Terapeutik:


Meningkat
- Sediaakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Kemampuan menjelaskan
pengetahuan suatu topik - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Meningkat
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi Menurun Edukasi

- Persepsi yang keliru terhadap - Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
masalah Menurun
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat Menurun - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
- Perilaku Menurun sehat

6 D.0142 Risiko infeksi L.14134 termoregulasi I.14507 Manajemen hipotermi


Observasi:
ditandai dengan Tujuan: Setelah dilakukan
- Monitor suhu tubuh
Ketidakadekuatan tindakan keperawatan 3 x 8 jam, - Identifikasi penyebab hipotermia
pertahanan tubuh primer termoregulasi membaik. - Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
(Kerusakan Integritas Kriteria Hasil: -
Terapeutik
Kulit) menggigil Menurun - Sediakan lingkungan yang hangat
pucat Menurun - Ganti pakaian dana tau linen yang basah
- Lakukan penghangatan pasif
Suhu tubuh membaik. - Lakukan penghangatan aktif eksternal
Suhu kulit membaik. - Lakukan penghangatan aktif internal
Edukasi:
- Anjurkan makan/minum hangat
Aplikasi Pemikiran Kritis
Infeksi bakteri pada kulit dan jaringan lunak mempunyai morfologi spesifik yang dapat
diinAbses adalah penumpukan nanah di dalam rongga di bagian tubuh setelah terinfeksi bakteri.
Nanah adalah cairan yang mengandung banyak protein dan sel darah putih yang telah mati. Nanah
berwarna putih kekuningan (Craft, 2012; James et al., 2016).
Strategi penatalaksanaan nyeri atau lebih dikenal dengan manajemen nyeri adalah suatu
tindakan untuk mengurangi nyeri. Manajemen nyeri non farmakologi perlu dilakukan oleh perawat
di ruang bedah meskipun banyak kendala beban kerja yang tinggi. Dalam dunia keperawatan,
Perawat memiliki peran penting dalam mengatasi nyeri. Proses keperawatan ini dilakukan untuk
meminimalisir kerusakan saraf yang dianggap sebagai salah satu penyebab nyeri pasca operasi
(Damayati & Wiyono, 2019).
Manajemen pereda nyeri nonfarmakologis merupakan tindakan menurunkan respon
nyeri. Strategi melakukan intervensi keperawatan nonfarmakologis merupakan tindakan
independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien. Manajemen nyeri sangat
beragam salah satunya adalah teknik relaksasi genggam jari (Finger Hold). Teknik relaksasi Finger
Hold merupakan teknik relaksasi yang sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun yang
berhubung dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh. Teknik relaksasi genggam jari
dan nafas efektif dalam menurunkan nyeri haid Mengenggam jari sambil menarik nafas
dalam/relaksasi dapat mengurangi nyeri dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi. Teknik
tersebut nantinya dapat menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada median (energi
channel) yang terletak pada jari tangan kita, sehingga mampu memberikan rangsangan secara
reflex/spontan pada saat genggaman. Rangsangan yang didapat nantinya akan mengalir gelombang
menuju ke otak, kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ tubuh yang mengalami gangguan,
sumbatan di jalur energi menjadi lancar.
Prevalensi skala nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi Finger Hold adalah 16,0.
Penurunan skala nyeri terjadi karena responden sudah diberi intervensi teknik relaksasi Finger
Hold selama 10-20 menit. Nyeri sering timbul sebagai manifestasi klinis pada suatu proses
patologis, dimana nyeri tersebut memrovokasi saraf - saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi
ketidaknyamanan, distres, atau penderitaan (Mardana & Aryasa, 2017).
Terapi musik terapi ini merupakan terapi yang murah dan efektif untuk mengurangi nyeri
dan kecemasan. Relaksasi lebih mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun (Rasubala
& Mulyadi, 2017).
Relaksasi Nafas dalam merupakan relaksasi menggunakan pernafasan yang biasa
digunakan dirumah sakit pada psien yang mengalami nyeri atau kecemasan. Teknik relaksasi nafas
dalam lebih mudah dilakukan dan tidak ada efek samping apapun (Rasubala & Mulyadi, 2017).
Teknik Nafas dalam merupakan salah satu cara untuk mengurangi rasa nyeri. Dengan menarik
nafas dalam-dalam pada saat nyeri dengan menggunakan pernafasan dada melalui hidung akan
mengalirkan oksigen ke darah yang kemudian dialirkan keseluruh tubuh akan mengeluarkan 14
Universitas Muhammadiyah Magelang hormon endorphin yang merupakan penghilang rasa sakit
yang alami di dalam tubuh (Novita, Rompas, & Bataha, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan. Nanda Nic-Noc. Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction.
Damayanti, R.., I., & Wiyono, J. (2019). Differences Pain Intensity Between Back Massage
Therapy And Finger Hold Relaxation In Patien Post Laparatomy. Jurnal Keperawatan
Terapan (E-Journal), 5(1), 10 - 21. doi:10.31290/jkt.v5i1.671
Esposito S, Basseti M, Concia E, De Simone G, De Rosa FG, Grossi P, et al. 2017. Diagnosis
and Management of Skin and Soft Tissue Infections (SSTI) a Literature Review and
Consensus Statement: An Update. J of Chemother. 1-18.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell.
James WD, Berger TG, and Elston DM. 2016. Bacterial Infection. In:Andreas` Disease of the
skin. Clinical Dermatology. 12th Ed. Philadelphia: Elsevier. 254-5.
Mardana, I, K, R, P., & Aryasa, T. (2017). Penilaian Nyeri. SMF/Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar
Novita, K. R., Rompas, S., & Bataha, Y. (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam
terhadap Respon Nyeri Pada Ibu Inpartu Kala I Fase Aktif di Puskesmas Bahu Kota
Manad0. E-Journal Keperawatan, 5, 1–4.
Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Rasubala, G. F., & Mulyadi, L. T. K. (2017). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI BENSON
TERHADAP SKALA. E-Journal Keperawatan(e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017, 5.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia\
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai