Anda di halaman 1dari 23

ANALISA JURNAL

KEPERAWATAN GERONTIK
PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH
PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI DESA BALEREJO
KABUPATEN MADIUN

Di susun Oleh :
Johan Brikana
PN.200891

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA JURNAL
PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA
DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI DESA
BALEREJO KABUPATEN MADIUN

Analisa jurnal ini telah dibaca dan diperiksa


pada hari/tanggal :………………………

Mengetahui
Pembimbing Akademik Mahasiswa

(Yuli Ernawati, S. Kep., Ns., M. Kep. ) Johan Brikana


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian utama secara global.
Salah satu jenis penyakit tidak menular yang selalu mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun adalah penyakit diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat menghasilkan hormon insulin
yang cukup atau ketika tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang dihasilkan
(WHO, 2011). Penderita didiagnosis DM apabila kadar glukosa darah puasa lebih dari
126 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu lebih dari 200 mg/dl.
Angka kejadian DM di dunia dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Data terakhir dari World Health Organization (WHO) menunjukkan
pada tahun 2000 sebanyak 150 juta penduduk dunia menderita DM dan angka ini
akan menjadi dua kali lipat sampai pada tahun 2025 (WHO, 2014). International
Diabetes Federation (2014) telah melaporkan terdapat kematian sebesar 4,6 juta setiap
tahunnya dan lebih dari 10 juta pasien mengalami kelumpuhan dan komplikasi seperti
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan dan amputasi.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang sering ditemukan di
dunia. Pada orang dewasa, DM tipe 2 di dunia sebesar 90-95% kasus dari pada tipe
diabetes yang lain seperti diabetes mellitus tipe 1 dan gestasional. Di antara 29,1
miliar penderita penyakit diabetes di Amerika Serikat, 8,1 miliar penderita tidak
menyadari bahwa mereka memiliki penyakit diabetes ini. Pada usia 20 tahun keatas,
lebih dari 10 orang menderita komplikasi akibat diabetes sedangkan pada usia 65
tahun ke-atas, kasus DM tipe 2 ini meningkat 1-4 kali lipat (IDF, 2013).
Studi International Diabetes Federation pada tahun 2013 penyakit DM diderita
oleh 382 juta orang di seluruh dunia. Pada usia 20 tahun keatas, lebih dari 10 orang
menderita komplikasi akibat diabetes sedangkan pada usia 65 tahun ke-atas, kasus
DM tipe 2 ini meningkat 1-4 kali lipat. Indonesia merupakan negara yang menduduki
urutan ketujuh dengan penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa dan diperkirakan akan
terus meningkat enam persen setiap tahunnya (Rachmaningtyas, 2013).
Peningkatan angka insiden diabetes mellitus tipe 2 ini diikuti oleh peningkatan
kejadian komplikasi. Komplikasi yang dialami penderita bervariasi diantaranya
komplikasi fi sik, psikologis, sosial dan ekonomi. Komplikasi fi sik yang timbul
berupa kerusakan mata, kerusakan ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
stroke bahkan sampai menyebabkan gangren. Penyakit diabetes juga dapat kualitas
hidup dari penderitanya, seperti Kesehatan psikologi, fungsi fi sik, dan peranan sosial.
Kualitas hidup merupakan salah satu kriteria utama untuk mengetahui intervensi
pelayanan kesehatan seperti morbiditas, mortalitas, fertilitas dan kecacatan.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan mengenai kualitas hidup telah
dilakukan oleh Larasati (2012), di Rumah Sakit Abdul Moeloek Lampung yang
memperoleh gambaran bahwa dari 89 responden pasien DM tipe 2 sebanyak 59,6%
memiliki kualitas hidup sedang, 27,0% memiliki kualitas hidup baik dan 13,5%
memiliki kualitas hidup buruk. Penelitian Pertiwi (2013) di Poliklinik RSUD
Panembahan Senopati, dari 49 pasien didapatkan kualitas hidup buruk sebesar 55,1%
dan baik sebesar 44,9%. Dari penelitian terdahulu membuktikan bahwa responden
DM tipe 2 terbukti memiliki kualitas hidup lebih rendah daripada responden yang
tidak memilikinya. Pasien juga mengatakan saat diketahui memiliki penyakit DM tipe
2, pasien tidak dapat bekerja lagi seperti biasanya terutama yang telah mengalami
komplikasi dengan penyakit lainnya.
Dukungan keluarga diyakini memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup
penderita DM. Keluarga merupakan bagian penting dari seseorang begitu pula dengan
penderita DM. Penderita DM tipe 2 diasumsikan memiliki masa-masa sulit seperti
berbenah diri, sering mengontrol gula darah, pola makan, dan aktivitas. Noviarini dkk
(2013), mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
hidup adalah adanya dukungan keluarga, pola diet sehat, dan aktivitas fisik.
Dukungan keluarga dan kepedulian dari orangorang terdekat penderita
diabetes mellitus memberikan kenyamanan, perhatian, kasih sayang, dan motivasi
pencapaian kesembuhan dengan sikap menerima kondisinya. Hal tersebut dapat
teramati melalui ungkapan salah satu penderita diabetes mellitus yang menyebutkan
bahwa melalui usahanya serta bantuan dari orang-orang terdekat, penderita tersebut
dapat teratur mengonsumsi obat sesuai dosis yang diberikan dokter. Penelitian Yusra
(2010), menyatakan bahwa hasil wawancara dengan lima orang pasien DM tipe 2, dua
orang diantaranya mengatakan sudah bosan dengan penyakitnya dan merasa telah
membebani keluarga, sedangkan tiga pasien lainnya merasa sulit melakukan ibadah
dan kurang diperhatikan keluarganya. Oleh sebab itu, kondisi penyakit DM tipe 2
menimbulkan masalah psikologis dan fisik yang berfokus pada pentingnya dukungan
orang sekitar terutama keluarga.
Pada tahun 2012 terdapat 25,1% kasus di yang berasal dari Surabaya, Jawa
Timur. Kasus DM ini juga mengalami peningkatan menjadi 30,2% pada tahun 2013.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang berada pada peringkat ke-5 dari 49
penyakit menular dan penyakit tidak menular di RS Sentinel di Jawa Timur
(Retnowati, 2015).
Data Dinkes Provinsi Jawa Timur mengenai STP Puskesmas (2017),
menyatakan penemuan kasus diabetes mellitus di kabupaten Pamekasan umumnya
mengalami jumlah yang berbeda-beda tiap tahun. Pada tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 1700 kasus namun 2 tahun berikutnya mengalami penurunan.
Tahun 2016 mengalami peningkatan kasus kembali sebanyak 1742 kasus. Hasil survei
dari Dinas Kesehatan Kota Pamekasan tahun 2012 terdapat jumlah penderita Diabetes
Mellitus usia 50-70 tahun terdapat sejumlah 2147 orang, total jumlah lansia di
Puskesmas Pademawu sejumlah 3461 lansia sehat maupun yang sakit, sedangkan
lansia yang menderita penyakit DM di wilayah kerja puskesmas Pademawu sejumlah
214 lansia. Menurut data medical record Puskesmas Pademawu kabupaten Pamekasan
selalu terjadi peningkatan dari tahun ke tahun.
Tingginya kasus DM tipe 2 merupakan ancaman bagi status kesehatan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas. Penyakit DM tipe 2 yang tidak segera
ditangani dapat menimbulkan berbagai permasalahan fisik maupun psikologis. Salah
satu permasalahan adalah komplikasi DM tipe 2 yang akan semakin menurunkan
kualitas hidup penderita. Penurunan kualitas hidup DM tipe 2 dapat disebabkan oleh
faktor-faktor seperti kurangnya dukungan keluarga maupun sosial demografi. Oleh
karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup penderita DM, dimana belum pernah dilakukan penelitian sejenis di
Puskesmas Pademawu, Kabupaten Pamekasan.

B. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup penderita DM di Puskesmas Pademawu, menganalisis hubungan
variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita DM dan komplikasi
DM dengan kualitas hidup penderita DM tipe 2.

C. Analisa Jurnal Menggunakan PICO

P (Problem/Population) : Penderita DM tipe 2


I (Intervention : Tidak Ada
C (Comparation) : Tidak Ada
O (Outcome) : Kualitas Hidup
Dari masalah diatas kami menetukan keyword lansia, Senam kaki dan Diabetes
Mellitus. Kemudian dilakukan penelusuran melalui mesin pencari google chrome
dengan alamat google cendekia dan ditemuka 29 jurnal dari 29 jurnal yang ada
penulis mengambil satu jurnal yang sesuai dengan asuhan keperawatan yang
dilkelola dengan judul jurnal PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP
PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II DI DESA BALEREJO KABUPATEN MADIUN.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Konsep Medis Penyakit Diabetes Melitus

DIABETES MELITUS
PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah kelainan yang Pathway
ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hyperglikemia) dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak
Manifestasi klinis
dan protein yang disebabkan oleh
Menurut Digiulio dan Jackson (2014),
kekurangan hormon insulin secara relatif
tanda dan gejala DM antara lain:
maupun absolut, apabila dibiarkan tidak
1. DM tipe 1
terkendali dapat terjadinya komplikasi
a) Serangan cepat karena tidak ada insulin yang
metabolik akut maupun komplikasi vaskuler
diproduksi.
jangka panjang yaitu mikroangiopati dan
b) Nafsu makan meningkat (Polyphagia) karena
makroangiopati (Damayanti, 2015) sel-sel kekurangan energi, pertanda perlu
banyak nutrisi.
2. DM tipe 2
a) Serangan lambat karena sedikit insulin
ETIOLOGI diproduksi.
1. Penyebab diabetes melitus tipe 1 b) Haus meningkat (polydispia) karena tubuh

Diabetes tipe 1 diperkirakan timbul berusaha membuang glukosa.

akibat destruksi otoimun sel-sel beta


pulau langerhans yang dicetuskan oleh
lingkungan
2. Penyebab diabetes melitus tipe 2 Prognosis
Prognosis penyakit diabetes miletus secara umum
Diabetes melitus tipe 2 tampaknya berkaitan
bergantung pada obesitas, riwayat penyakit
dengan kegemukan. Selain itu, pengaruh
keturunan, dan pola makan yang tidak teratur.
genetik, yang menentukan kemungkinan
Diabetes Mellitus
D

MASALAH Penatalaksanaan :
KEPERAWATAN :
KOMPLIKASI Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk
a.Nyeri akut b.d agen injuri
1.Akut : ketidakseimbangan PENCEGAHAN mengatasi penyakit DM Menurut Soegondo
akut antara glukosa darah, biologis (penurunan perfusi
a. Mempertahankan berat badan (2006),
2.Kronis
ideal dengan mengonsumsi jaringan perifer)
a.Komplikasi makrovaskuler 1.Obat Hiperglikemik Oral (OHO)
makanan rendah lemak.
b. Mengonsumsi makanan tinggi serat
b. Ketidakseimbangan
b. Komplikasi 2.Insulin
seperti buah dan sayur. nutrisi kurang dari kebutuhan
mikrovaskuler c. Mengurangi konsumsi makanan 3. Terapi kombinasi
dan minuman manis. tubuh b.d. ketidakmampuan
d. Berolahraga secara rutin dan menggunakan glukose (tipe 1)
banyak melakukan aktivitas fisik.
e. .Mengurangi waktu duduk diam c. Ketidakseimbangan nutrisi
terlalu lama, seperti ketika
lebih dari kebutuhan tubuh
menonton televisi.
Menghindari atau berhenti b.d. kelebihan intake nutrisi
merokok
(tipe 2)
d. Defisit Volume Cairan b.d
Kehilangan volume cairan
secara aktif, Kegagalan
mekanisme pengaturan
e. Perfusi jaringan tidak efektif
b.d hipoksemia jaringan
A. Konsep Senam Kaki Diabetes

Pengertian Manfaat senam kaki


1. Memperbaiki sirkulasi darah yang
Senam kaki merupakan
terganggu
latihan yang dilakukan bagi
2. Memperbaiki kekuatan otot tungkai
penderita DM atau bukan dan kaki
penderita untuk mencegah 3. Melatih sendi agar tetap lentur dan
terjadinya dan membantu tidak kaku
melancarkan peredaran 4. Mencegah komplikasi diabetes pada
darah bagian kaki SENAM KAKI DIABETES
(Soebagio, 2011)

5. Lalu kembali angkat kedua kaki sejajar sehingga tungkai


atas dan tungkai bawah membentuk garis horizontal lurus.
Gerakkan kedua telapak kaki ke depan seperti hendak
Langkah-langkah Guided Imagery menginjak rem mobil. Ulangi gerakan tersebut setidaknya
dua puluh kali.
1. Lepaskan sepatu, kaos kaki, atau alas kaki lainnya. 6. Setelah itu, angkat satu kaki sehingga tungkai kaki lurus.
2. Letakkan telapak kaki di lantai. Pertahankan tumit di lantai, lalu Lalu gerakkan kaki dan pergelangan kaki seperti sedang
gerakkan jari-jari kaki ke atas dan ke bawah. Lakukan gerakan menulis angka nol hingga 10 bergantian. Lakukan hal yang
tersebut secara berulang, setidaknya sebanyak 20 kali. sama pada sisi kaki lainnya.
3. Selanjutnya, angkat telapak kaki kiri dengan bertumpu pada tumit 7. Letakkan kertas di lantai. Bentuk kertas tersebut menjadi
(tumit tetap menyentuh lantai). Lakukan gerakan memutar sebuah bola dengan menggunakan kedua kaki. Setelah
dengan telapak kaki ke arah luar, setidaknya sebanyak 20 kali. terbentuk bola, rapikan kembali kertas tersebut seperti
Lakukan hal yang sama pada kaki kanan. semula dengan menggunakan kaki.
4. Setelah itu, angkat kedua kaki sejajar sehingga tungkai atas dan 8. Lalu dengan tetap menggunakan kedua kaki, robeklah
tungkai bawah membentuk garis horizontal lurus, lalu kembali kertas tersebut menjadi dua. Setelah itu, sobeklah kertas
turunkan kaki. Ulangi gerakan tersebut setidaknya sebanyak 20 tersebut menjadi serpihan kertas kecil dengan kaki.
kali.
BAB III
ANALISA JURNAL

Judul Jurnal Yang di Analisis: PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PERUBAHAN


KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI
DESA BALEREJO KABUPATEN MADIUN
Penulis Jurnal :
1. Priyoto, Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Bhakti Husada Mulia
2. Dian Anisia Widyaningrum, Program Studi Profesi Ners, Stikes Bhakti
Husada Mulia
Alamat email: priyo2014@gmail.com
Alamat jurnal :
Jurnal Keperawatan Vol.10, No.1, januari 2019, PP74-80.
Website: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan
Kata Kunci : lansia, Senam kaki dan Diabetes Mellitus.
Title and abstract 1 1. Judul Jurnal
PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP PERUBAHAN
KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE II DI DESA BALEREJO
KABUPATEN MADIUN
2. Abstrack
Peningkatan prevalensi penyakit Diabetes Melitus tipe
2 pada negara maju maupun negara berkembang
sehingga menjadi masalah kesehatan atau penyakit
global pada masyarakat.Oleh karena itu Diabetes
Melitus tipe 2 dapat dicegah dengan olahraga rutin,
hidup sehat dan teratur. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh senam kaki terhadap perubahan
kadar gula darah pada lansia penderita diabetes melitus
tipe 2 di Posyandu Mawar Desa Balerejo Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun. Jenis penelitian ini
adalah pre-eksperimental dengan pendekatan one group
pre-post test. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 30
lansia penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Posyandu
Mawar Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun. Sampel dalam penelitian ini adalah
semua lansia yang menderita diabetes mellitus tipe 2 di
Posyandu Mawar Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun sebanyak 30 lansia. Tehnik
sampling yang digunakan adalah total sampling.
Metode pengumpulan data menggunakan lembar
observasi sebelum dan sesudah diberikan senam kaki.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Wilcoxon dengan α 0,05. Hasil penelitian diketahui
bahwa terdapat perubahan pada kadar gula darah
sebelum dan sesudah diberikan senam kaki dengan
mean sebelum diberikan senam kaki adalah 182,80
mg/dl sedangkan mean sesudah diberikan senam kaki
adalah 143,13 mg/dl. Hasil analisa Wilcoxon diperoleh
nilai signifikansi P value = 0,000 < α = 0,05 artinya ada
pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula
darah penderita diabetes mellitus tipe 2 Desa Balerejo
Kabupaten Madiun. Dari hasil penelitian senam kaki
dapat mempengaruhi penurunan kadar gula darah,
selain itu usia responden juga dapat mempengaruhi
seberapa sering melakukan aktifitas fisik olahraga
seperti senam setiap minggu.

Introduction
Background/rationale 2 Diabetes Melitus termasuk kelompok penyakit metabolik
yang dikarakteristikkan oleh tingginya kadar glukosa dalam
darah (hiperglikemia) karena defek sekresi insulin, defek
kerja insulin atau kombinasi keduanya [1]. Menurut ADA
(American Diabetes Association) tahun 2010 diabetes
Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Ditambahkan, Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis,
progresif yang dikarakteristikan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein awal terjadinya hiperglikemia [2].
Diabetes Melitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu
penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama.
Perubahan gaya hidup seperti makan, berkurangnya
aktifitas fisik dan obesitas di anggap sebagai faktor-faktor
penyebab tidak terkontrolnya kadar gula darah sehingga
mengakibatkan DM tipe 2. Masalah yang sering terjadi
pada penderita DM tipe 2 adalah ketidak stabilan gula darah
yang di sebabkan karena tidak seimbangnya antara diet,
latihan fisik dan obat- obatan. Penyakit DM tipe 2
prevalensinya terus mengalami peningkatan di dunia, baik
pada negara maju atau negara sedang berkembang sehingga
di katakan bahwa DM tipe 2 sudah menjadi masalah
kesehatan atau penyakit global pada masyarakat [3].
Pada era saat ini, banyak penderita DM yang lebih fokus
dan lebih mengutamakan pada penanganan diet dan
mengkonsumsi obat-obatan, padahal penanganan diet yang
teratur belum menjamin akan kestabilan kadar glukosa
dalam darah, akan tetapi hal ini harus diseimbangi dengan
latihan fisik yang sesuai. Sebab jika penderita Diabetes
Melitus tidak melakukan latihan fisik maka metabolisme
otot yang terjadi hanya sedikit, sehingga pemakaian glukosa
dalam darah berkurang, hal ini dapat menyebabkan
penumpukan glukosa dalam darah, sehingga kadar glukosa
dalam darah tinggi. Latihan fisik atau pergerakan tubuh
sering diabaikan oleh setiap penderita DM, hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai faktor seperti keterbatasan waktu
untuk melakukan senam (latihan fisik) oleh karena
pekerjaan, usia yang tidak memungkinkan, dan minat yang
kurang untuk melakukan latihan fisik, serta kurangnya
pengetahuan akan pentingnya latihan fisik seperti senam
[4].
Peningkatan jumlah penderita DM tipe 2 dikarenakan
kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat, misalnya banyak
yang mengkonsumsi makanan berlemak, sehingga
menimbulkan kegemukan, dan berkurangnya aktifitas fisik
seperti olahraga yang membuat metabolisme dalam tubuh
yang tidak sempurna sehingga tidak stabilnya kadar gula
darah. Penyakit diabetes Melitus dapat di cegah jika kita
mengetahui dasar-dasar penyakit dengan baik dan
mewaspadai perubahan gaya hidup kita [5]. Diabetes
Melitus yang disebabkan oleh faktor kebiasaan hidup
tersebut dapat diatasi antara lain dengan olahraga rutin,
hidup sehat dan teratur, pada prinsipnya olahraga bagi
penderita diabetes tidak berbeda dengan orang yang sehat,
juga antara penderita baru maupun lama.
Prevalensi WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang Diabetes Melitus di Indonesia menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030, tingginya angka tersebut
menjadikan Indonesia menempati urutan ke empat dunia
setelah Amerika Serikat, India, dan China [1]. RISKESDAS
(2013) prevalensi diabetes di Indonesia mengalami
peningkatan dari 1,1%. Tahun 2015, Indonesia menduduki
peringkat ke-7 di dunia untuk angka kejadian penyakit
diabetes Melitus tertinggi di dunia diikuti oleh China, India,
Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan

jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta [6].


Berdasarkan Komunikasi Informasi (KOMINFO) tahun
2015 di Indonesia terdapat 10 juta orang penderita diabetes,
dan 17,9 juta orang yang beresiko menderita penyakit ini.
Sementara Provinsi Jawa Timur masuk 10 besar prevalensi
penderita diabetes se- Indonesia atau menempati urutan ke 9
dengan prevalensi 6,8 juta orang. Jumlah penderita DM di
Kabupaten Madiun pada tahun 2016 sebanyak 4,656 orang.
Berdasarkan hasil survei pendahulan di Posyandu Mawar
Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.di
dapatkan data bahwa jumlah lansia pada tahun 2016 lansia
yang menderita DM sebanyak 17 lansia dari 40 lansia, pada
Tahun 2017 lansia yang menderita DM sebanyak 25 lansia
dari 51 lansia dan pada tahun 2018 lansia yang menderita
DM sebanyak 30 lansia dari 60 lansia dengan rincian
20 lansia menderita hipertensi,10 lansia menderita asam
urat dan 30 lansia menderita diabetes melitus.
Aktivitas olahraga merupakan salah satu pilar
penatalaksanaan diabetes melitus disamping yaitu terapi
nutrisi (diet), latihan fisik, pemantauan, terapi farmakologi
dan pendidikan. Manfaat aktivitas olahraga bagi penderita
diabetes Melitus antara lain meningkatkan penurunan kadar
gula darah, mencegah kegemukan dengan cara membakar
kalori tubuh sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk
energi. Dengan demikian kadar gulanya bisa turun [1]. Pada
penderita DM tipe 2, latihan jasmani memiliki peran utama
dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada penderita
diabetes Melitus tipe 2, produksi insulin tidak terganggu,
tetapi karena respon reseptor pada sel terhadap insulin
(resistensi) masih kurang, maka insulin tidak dapat
membantu transfer glukosa kedalam sel. Pada saat
berolahraga, keadaan permeabilitas membran terhadap
glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga
resistensi insulin berkurang [4]. Latihan (aktifitas fisik)
merupakan cara yang sangat penting untuk dilakukan oleh
penderita diabetes Melitus terutama dalam menangani
peningkatan glukosa dalam darah.
Salah satu latihan yang dianjurkan adalah Senam Kaki.
Senam kaki diabetes adalah salah satu bentuk latihan
jasmani penderita diabetes Melitus pada semua usia untuk
menghindari adanya luka sehingga sirkulasi darah bagian
kaki dapat dilancarkan. Salah satu cara mengatasi penyakit
DM dilakukan senam kaki diabetes dalam mengatasi
keterbatasan pergerakan sendi, kelainan pada bentuk kaki,
meningkatkan kekuatan otot kecil kaki, paha, betis,
memperbaiki sirkulasi darah [7]. Senam kaki yang
direkomendasikan bagi orang dewasa adalah 30 menit
minimal 3-4 kali dalam seminggu sedangkan bagi anak-
anak dan remaja adalah 60 menit [8]. Senam kaki
merupakan gerakan untuk melatih otot kecil kaki dan
memperbaiki sirkulasi darah yang dilakukan dalam berbagai
posisi seperti duduk, berdiri maupun tiduran.Gerakan-
gerakan senam kaki ini dapat memperlancar peredaran
darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat
otot kaki dan mempermudah gerakan sendi kaki.Dengan
demikian diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat
baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita
diabetes. Senam lebih diminati oleh masyarakat karena
tidak membutuhkan biaya yang besar [9].
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruben, dkk,
menyimpulkan bahwa dari hasil pengukuran rata-rata
perubahan kadar gula darah pada kelompok eksperimen
sebelum melakukan senam kaki DM 4,35 dan pada
kelompok kontrol sebesar 3,56. Setelah diberikan perlakuan
dengan melakukan senam kaki selama 7 hari berturut- turut,
terjadi peningkatan perubahan kadar gula darah pada
kelompok eksperimen sebesar 4,85, sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan tetap
yaitu sebesar 3,56 dengan hasil uji statistik p<0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa melakukan senam kaki
DM dapat meningkatkan perubahan kadar gula darah pada
pasien DM tipe 2 [10]. dunia dan diperkirakan menjadi
penyebab utama kematian ketiga pada tahun 2020. PPOK
diperkirakan meningkat dalam beberapa dekade yang akan
datang karena paparan terhadap faktor risiko dan
meningkatnya populasi lansia (GOLD, 2017). Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan sindroma klinis yang
mempunyai karakteristik kronis, progresif, dan kondisi
pernafasan yang melemahkan, yang ditandai dengan
keterbatasan aliran udara yang irreversible (Lim et al.,
2015).

Objectives 3 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh


senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada
lansia penderita diabetes melitus tipe II di Desa Balerejo
Kabupaten Madiun

Methods
Study design 4 DM, Senam Kaki Diabetes, Kadar Gula Darah.
Setting 5 Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental
dengan pendekatan one group pre test and post test design.
Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yang
mana semua responden lansia yang menderita diabetes
mellitus tipe 2 menjadi sampel penelitian. Pengukuran
kadar gula dalam darah dilakukan pengukuran sebanyak 2
kali yaitu sebelum intervensi (pre-test) dan setelah
pemberian intervensi (post-test). Uji analisa data
menggunakan uji wilcoxon dengan signifikasi α : 0,05.

Participants 6 Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang


menderita diabetes mellitus tipe 2 di Posyandu Mawar Desa
Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun
sebanyak 30 lansia.
Variables 7 Variabel bebas dalam penelitaian ini adalah Senam Kaki
Diabetes.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kadar Gula
Darah
Data sources / 8 Kelompok populasi dalam penelitian ini akan di cek gula
measurement darah terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi senam
kaki diabetes. Lalu setelah diberikan intervensi akan dicek
kadar gulanya lagi.
Bias 9 Kemungkinan tidak terjadi bias dalam penelitian ini.
Study size 1 Participan dalam penelitian ini sejumlah 30 pasien yang
0 dibagi menjadi 23 pasien pada kelompok perlakuan dan 23
pasien pada kelompok kontrol.
Quantitative variables 1 Sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada Kelompok
1 dilakukan pengukuran kadar gula darah.
Statistical methods 1 Desain penelitian yang digunakan adalah pre-eksperimental
2 dengan pendekatan one group pre test and post test design.
Penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling, yang
mana semua responden lansia yang menderita diabetes
mellitus tipe 2 menjadi sampel penelitian. Pengukuran
kadar gula dalam darah dilakukan pengukuran sebanyak 2
kali yaitu sebelum intervensi (pre-test) dan setelah
pemberian intervensi (post-test). Uji analisa data
menggunakan uji wilcoxon dengan signifikasi α : 0,05.

Results
Participants 1 Participant dalam penelitian ini sejumlah 30 lansia
3 penderita Diabetes Melitus tipe 2 di Posyandu Mawar Desa
Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun. Sampel
dalam penelitian ini adalah semua lansia yang menderita
diabetes mellitus tipe 2 di Posyandu Mawar Desa Balerejo
Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun sebanyak 30
lansia.

Descriptive data 1 Participant dalam penelitian ini pasien lansia yang


4 menderita DM tipe 2. Dilakukan pengukuran kadar gula
darah sebelum dan sesudah intervensi.
Outcome data 1 Participant dalam penelitian ini adalah pasien yang
5 mengalami DM tipe 2 yang diukur kadar gula darahnya lalu
diberikan intervensi senam kaki diabetes. Setelah diberikan
intervensi lalu kembali participant kembali di cek kadar
gula darahnya.
Discussion
Key results 1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ada pengaruh
6 senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 di Posyandu Mawar Desa
Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.
Limitations 1 Dalam jurnal tidak di sebutkan kriteria inklusi dan eksklusi
7 dalam pemilihan sampel. Hal ini untuk menghidari
terjadinya bias dalam penelitian.
Generalisability 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah
8 sebelum dilakukan senam kaki dengan skor rata-rata
menjadi 182,80 mg/dl. Nilai standart deviasi sebelum
diberikan intervensi senam kaki 28,207 mg/dl. Dan hasil
nilai minimal sebelum diberikan intervensi senam kaki 117
mg/dl, sedangkan nilai maksimal sebelum diberikan
intervensi 230 mg/dl.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah
sesudah diberikan intervensi senam kaki dengan nilai rata-
rata 143.13 mg/dl. Nilai standart deviasi sebelum diberikan
intervensi senam kaki 25.445mg/dl. Dan hasil nilai minimal
sesudah diberikan intervensi menjadi 99, sedangkan nilai
maksimal sesudah diberikan intervensi menjadi 182 mg/dl.
Berdasarkan hasil analisis kadar gula darah sebelum dan
sesudah diberikan intervensi senam kaki dijelaskan bahwa
negative ranks atau selisih antara variabel sebelum dan
sesudah yang negative sebanyak 30 responden yang
menderita diabetes mellitus tipe 2 atau dengan kata lain
terdapat 30 responden mengalami penurunan setelah
dilakukan intervensi senam kaki dengan presentase 100%.
Uji statistik wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan nilai p
= 0,000 < α = 0,05 hal ini berarti Ho ditolak dan Ha
diterima artinya dapat diartikan ada pengaruh yang
signifikan senam kaki terhadap perubahan kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Posyandu Mawar
Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti, saat aktifitas fisik (senam) resistensi insulin
berkurang, pada saat seseorang melakukan latihan jasmani,
pada tubuh akan terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar
tubuh oleh otot yang aktif dan terjadi pula reaksi tubuh yang
kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme dan
susunan saraf otonom. Dimana glukosa yang disimpan
dalam otot dan hati sebagai glikogen, glikogen cepat
diakses untuk dipergunakan sebagai sumber energi pada
latihan jasmani terutama pada beberapa atau permulaan
latihan jasmani dimulai setelah melakukan latihan jasmani
10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dalam
kebutuhan biasa. Setelah 60 menit akan meningkat sampai
35 kali.
Other information
Funding 1 Dalam penelitian ini, peneliti tidak menjelaskan tentang
9 sumber pendanaan dan peran penyandang dana.
Hasil analisis individu 2 Title and abstract
berdasarkan jurnal di 0 Melihat dan membaca judul jurnal di atas, judul tersebut
atas sudah memenuhi kriteria judul yang baik. Karena dalam
judul tersebut telah termuat masalah yang akan diteliti,
tindakan untuk mengatasi masalah, hasil yang diharapkan
dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah. Isi
dari abstrak jurnal ini juga sudah baik karena didalamnya
telah mencakup isi dari jurnal yang peneliti telah lakukan
dari awal hingga tercapainya keberhasilan tindakan yang
telah dilaksanakan.
Introduction
Dalam atau isi latar belakang jurnal ini dijelaskan tentang
prevalensi DM dari tahun-ketahun, teori – teori tentang
Diabetes mellitus, tipe-tipe DM, masalah-masalah yang
sering terjadi pada pasien DM dan tindakan untuk
mengatasi masalah, materi yang dianggap sebuah masalah,
hasil yang diharapkan sudah terdapat pada isi latar belakang
jurnal ini,tetapi dalam jurnal ini tidak dituliskan apakah
peneliti sudh melakukan study pendahuluan atau belum.
Tujuan dalam penelitian ini sudah baik dan memenuhi
kriteria yang diharapkan karena didalam tujuan penelitian
ini sudah mengacu pada masalah yang akan diselesaikan.
Methods
Metodologi penelitian pada jurnal ini, saya pikir telah
memenuhi kriteria yang baik, karena pada isi metodologi
penelitian telah menjelaskan dengan rinci metode dan
desain yang digunakan. Metode yang digunakan dalam
jurnal ini sudah sesuai dengan judul jurnal. Telah dijelaskan
semua prosedur, tahap – tahap penelitian mulai dari
persiapan penelitian hingga berakhir dan laporan hasil
penelitian. Tetapi dalam jurnal tidak disebutkan tentang uji
validitas terhadap instrument yang digunakan.

Results
Dalam penelitian ini juga disebutkan kriteria sampel, cara
menentukan sampel, intervensi yang diberikan dan cara
pengukuran hasil dari variabel terikat.
Hasil penelitian ini menjawab dari tujuan penelitian yaitu
Ada pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Posyandu
Mawar Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten
Madiun dengan nilai signifikan p Value = 0,000.

Discussion
Menurut kami pembahasan jurnal sudah cukup tepat karena
sudah menjawab dengan rinci tujuan dari penelitian. Dalam
jurnal ini juga disebutkan bahwa responden lansia yang
menderita DM.
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. Perawat ikut berperan serta dalam memajukan kesehatan lansia di masyarakat.


2. Perawat dapat menambah pengetahuan tentang senam kaki.
3. Edukasi kesehatan tentang senam kaki dan PHBS pada pasien DM dimasyarakat bisa
dilakukan setiap saat.
4. Menerapkan senam kaki diabetes pada pasien diabetes tidak hanya dimasyarakat tapi
bisa di klinik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi pursed-lip breathing dan guided
imagery music terbukti meningkatkan nilai Peak expiratory flow lebih tinggi
dibandingkan dengan terapi pursed-lip breathing tanpa kombinasi.

B. Saran
1. Intervensi pursed-lip breathing dan guided imagery music dapat diterapkan
pada lansia yang mengalami PPOK karena terbukti mampu menurunkan tingkat
kecemasan dan miningkatkan Peak Expiratory flow
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan alat ukur yang
berbeda diantaranya dengan pemeriksaan faal paru (Spirometry test) sebagai
salah satu alat ukur.
DAFTAR PUSTAKA

Amatiria,G &Antoro, G (2017). Pengaruh Teknik Relaksasi Guided Imagery terhadap tingkat
kecemasan pasien preoperasi katarak. Jurnal Keperawatan Volume XIII, No.2 ,
Oktober 2017 dalam file:///C:/Users/HP/Downloads/938-3160-1-SM.pdf

Canga, B., Azoulay, R., Raskin, J.(2015) Clical trial paper AIR; advances in Respiration e
Music therapy in the treatment of chronic pulmonary disease, Respiratory Medicine,
109(12), 1532-1539.

GOLD (2017) Global Initiative for Chronic Obstructive Lung A Guide for Health Care
Professionals. 2017th edn. Edited by R. Hadfield. Sydney.

Haryono, R., Soedarsono., makhfudi. (2019). Pengaruh kombinasi pursed-lip Breathing dan
Guided Imagery Music terhadap peak respiratory flow pada pasien penyakit paru
obstruktif kronis, Jurnal keperawatan, 10(1), 74-80.

Hayen, A., Herigstad, M. and Pattinson, (2013) ‘Understanding dyspnea as a complex


individual experience’, Maturitas. Elsevier Ireland Ltd, 76(1), pp. 45–50. doi:
10.1016/j.maturitas.2013.06.005.

K.Kulich, Dorothy L Keininger, Brian Tiplady, D. B. (2015) ‘Symptoms and impact of


COPD assessed by an electronic diary in patients with moderate- to- severe COPD :
psychometric results from the SHINE study’, International Journal of COPD, pp.
79–94. doi: 10.2147/COPD.S73092.

Lai, W., Chao, S., Ping, Y., Chen, H. (2010) ‘Efficacy of Guided Imagery With Theta Music
for Advanced Cancer Patients With Dyspnea : A Pilot Study’, Biological Research
for Nursing, (1), pp. 1–10. doi: 10.1177/1099800409347556.

Laurin, C., Bacon, S. L. and Lavoie, K. L. (2012) ‘Pulmonary Perspective Impact of Anxiety
and Depression on Chronic Obstructive Pulmonary Disease Exacerbation Risk’,
American Journal of Respiratory Critical Care Medicine, 185(9), pp. 918–923. doi:
10.1164/rccm.201105-0939PP.
Leivseth, L., Nielsen, T., Mai, M., Johnsen, R. (2012) ‘Lung function and anxiety in
association with dyspnoea : The HUNT study’, Respiratory Medicine. Elsevier Ltd,
106(8), pp. 1148–1157. doi: 10.1016/j.rmed.2012.03.017.
Lim, S., Leung, D., Muttalif, A., Yunus, F.(2015) ‘Impact of chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) in the Asia-Pacific region : the EPIC Asia population-based survey’,
Asia Pacific Family Medicine, pp. 1–11. doi: 10.1186/s12930-015-0020-9.
Maind, G., Nagarwala, R. and Retharekar, S. (2015) ‘Comparison Between Effect Of Pursed
Lip Breathing And Mouth Taping On Dyspnoea : A Cross Sectional Study’,
International Journal of Current Respiratory Review, 7(16), pp. 17–22.
Poovishnudevi, T., & Mohanasundari, s,K. (2017). Comparation of effetiveneess of Music
Therapy and Visual Imaginary Technique on Anxiety and Depression in moderate
chronic, International Journal Of Innovative Research In Science, Enggineering and
Technology, 6(6), 12427-14231.

Potter & Perry (2010). Fundamental Keperawatan, edisi 7 buku 2, Salemba Medika, Jakarta.
Purnama, B. (2015). Guided Imagery terhadap tinnkat kecemasan menjelang persalinan pada
ibu hamil, jurnal ilmiah Psikoligi terapan Vol.03, No.02, agustus 2015, fakultas
Psikologi Univeristas Muhamadiyah Malang dalam
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/view/3533/4066

Putri, D.M & Amalia, R (2019). Terapi komplementer Konsep dan aplikasi dalam
keperawatan, PT.Pustaka baru, Yogyakarta.

Rossi, Renata Claudino Pastre, C. M. (2016) ‘Effect of Pursed-Lip Breathing in Patients With
COPD : Linear and Nonlinear Analysis of Cardiac Autonomic Modulation Effect of
Pursed-Lip Breathing in Patients With COPD : Linear and Nonlinear Analysis of
Cardiac Autonomic Modulation’, (July). doi: 10.3109/15412555.2013.825593.

Rossman, M. L. (2017) Guided Imagery and Interactive Guided Imagery. Fourth Edi,
Integrative Medicine. Fourth Edi. Elsevier Inc. doi: 10.1016/B978-0- 323-35868-
2.00097-9.

Sitalakshmi, Poornima and Karthick (2013) ‘The Peak Expiratory Flow Rate (PEFR): the
Effect of Stress in a Geriatric Population of Chennai- A Pilot Study’, Journal of
Clinical and Diagnostic Research, pp. 409–410. doi:
10.7860/JCDR/2013/5356.2728.

Anda mungkin juga menyukai