Anda di halaman 1dari 72

KAJIAN LITERATUR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


TERHADAP KEPUASAN PASIEN

ADITYA PURWANTO
NIM. 20166513003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020

i
ii

KAJIAN LITERATUR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


TERHADAP KEPUASAN PASIEN

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Keperawatan ( S.Tr. Kep )

ADITYA PURWANTO
NIM. 20166513003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
iii

i
iv

HALAMAN PERSETUJUAN

KAJIAN LITERATUR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


TERHADAP KEPUASAN PASIEN

Diusulkan Oleh

ADITYA PURWANTO
NIM. 20166513003

Telah disetujui di Pontianak


Pada tanggal Agustus 2020

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp M.Kes Ns. Puspa Wardhani, M.Kep
NIDN 4029037701 NIDN 4006037101

Ketua Prodi
Sarjana Terapan Keperawatan Pontianak

Ns. Puspa Wardhani, M.Kep


NIP 197103061992032011

ii
v

HALAMAN PENGESAHAN

KAJIAN LITERATUR

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


TERHADAP KEPUASAN PASIEN

Telah dipersiapkan dan disusun oleh

ADITYA PURWANTO
NIM. 20166513003

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


pada tanggal Agustus 2020

Susunan Tim Penguji

Tanda tangan

1. Ketua : Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp M.Kes ....……..….

2. Anggota 1 : Rima Rianti, S.ST. M.MB .....................

3. Anggota 2 : Ns. Puspa Wardhani, M.Kep .........……...

Pontianak, Agustus 2020


Ketua Jurusan Keperawatan

Nurbani, S.Kp, M.Kep


NIP 197603282002122001

iii
vi

BIODATA PENULIS

Nama : Aditya Purwanto


Tempat/Tgl lahir : Sanggau, 28 Oktober 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Ahmad Yani 2, Jl. Parit Haji Muhksin 2, Komplek
Mega Mas Blok A 51
Nomor HP : 081258120021
Email : adityawardanaputra92@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD : SDN 09 Padak
2. SLTP : SMP PGRI 27 Padak
3. SLTA : SMAN 1 Belitang Hilir

iv
vii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Aditya Purwanto
Nim : 20166513003
Prodi : Sarjana Terapan Keperawatan Pontianak
Jurusan : Keperawatan
Perguruan tinggi : Poltekkes Kemenkes Pontianak

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Kajian
Literatur saya yang berjudul :

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP


KEPUASAN PASIEN
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pontianak, 1 Agustus 2020

Penulis

Aditya Purwanto
NIM. 2016513003

v
viii

ABSTRAK

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN


KEPUASAN PASIEN

Aditya Purwanto1), Kelana Kusuma Darma2), Puspa Wardhani3)


1)
Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak
2),3)
Dosen Keperawatan Poltekkes Kemenkes Pontianak
Email: adityawardanaputra92@gmail.com

Latar Belakang : Salah satu tenaga kesehatan yang mendapatkan penilaian


langsung oleh pasien adalah tenaga keperawatan. Hasil menunjukkan masih
rendahnya kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik yaitu
36,4% rendahnya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan yaitu 37,5%. Salah
satu cara untuk meningkatkan kepuasan pasien adalah menerapkan komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien.
Metode : Jenis penelitian adalah kajian literatur dengan metode sytematic review. Sampel
dalam penelitian ini adalah 10 jurnal nasional yang membahas tentang hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien yang dicari menggunakan mesin
pencarian Google scholar, Search Engine dan Pub Med dalam rentang tahun 2011 - 2020
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil : Dari 10 jurnal didapatkan komunikasi teraupetik yang dilakukan perawat
sudah baik dalam memberikan pelayanan keperawatan. Hasil menunjukkan ada
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien. Disarankan perawat senantiasa menerapkan
komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga dapat
meningkatkan kepuasan pasien.

Kata Kunci : Komunikasi terapeutik, perawat, kepuasan pasien


Daftar Pustaka : 27 (2013-2020)

vi
ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF NURSE THERAUPETIC COMMUNICATION


WITH PATIENT SATISFACTION

Aditya Purwanto1), Kelana Kusuma Darma2), Puspa Wardhani3)


1)
Nursing Student in The Pontianak Health Polytechnic, Indonesian Health Ministry
2), 3)
Lecture of Nursing Department in The Pontianak Health Polytechnic,
Indonesian Health Ministry
Email: adityawardanaputra92@gmail.com

Background : One of the health workers who get direct assessment by patients is nursing
staff. The results showed that the nurse's ability to apply therapeutic communication was
still low, namely 36.4% and the patient's low dissatisfaction with service was 37.5%. One
way to increase patient satisfaction is to apply therapeutic communication carried out by
nurses.
Purpose : This study aims to determine the relationship between nurse therapeutic
communication with patient satisfaction.
Methods : This type of research is a literature review with the systematic review method.
The samples in this study were 10 national journals that discussed the relationship
between nurse therapeutic communication and patient satisfaction that were searched
using the Google Scholar, Search Engine and Pub Med in the range of 2011 - 2020
which had met the inclusion and exclusion criteria.
Results : From 10 journals, it was found that the therapeutic communication carried out
by nurses was good in providing nursing services. The results showed that there was a
relationship between nurse therapeutic communication with patient satisfaction.
Conclusion : There is a significant relationship between nurse therapeutic
communication with patient satisfaction. It is recommended that nurses always
implement therapeutic communication in providing nursing services so as to increase
patient satisfaction.

Keywords : Therapeutic communication, nurse, patient satisfaction


Bibliography : 27 (2013-2020)

vii
x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
kajian literatur yang berjudul “Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Terhadap Kepuasan Pasien” dapat terselesaikan.
Selanjutnya ucapan terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada
bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp M.Kep selaku pembimbing utama dan
ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku pembimbing pendamping yang penuh
kesabaran dan perhatiannya dalam memberikan bimbingan hingga kajian literatur
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan terselesaikannya kajian literatur ini, perkenankan pula saya untuk
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz, M.Si selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Nurbani, S.Kp M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Pontianak Poltekkes Kemenkes Pontianak.
4. Ibu Rima Rianti, S.ST.M.MB atas kesediaannya untuk menguji kajian
literatur ini.
5. Orang tua tercinta, adik serta keluarga yang telah memberikan semangat
dalam menyelesaikan pendidikan ini.
6. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Pontianak serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan kajian literatur ini.
7. Seluruh teman satu angkatan 2016 Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Pontianak yang memberikan semngat serta kenangan terindah selama
menempuh pendidikan ini.
Kajian literatur ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya.
Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan

viii
xi

kajian literatur ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan
pihak lain yang membutuhkan.

Pontianak, 19 Juli 2020

Penulis

ix
xii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
BIODATA PENULIS...................................................................................... iv
KEASLIAN PENELITIAN............................................................................ v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Komunikasi Terapeutik........................................................... 7
B. Konsep Pelayanan Keperawatan......................................................... 15
C. Konsep Kepuasan Pasien..................................................................... 18
D. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Tingkat Kepuasan............................................................................... 21
E. Kerangka Teori.................................................................................... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Metodologi Penelusuran...................................................................... 24
B. Strategi Penelusuran Literatur.............................................................. 26
C. Etika Penelusuran................................................................................. 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil..................................................................................................... 28
B. Pembahasan.......................................................................................... 38

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 52
B. Penutup................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 54

x
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................... 23


Gambar 3.1 Sistematika Penulisan Kajian Literatur.......................................... 26
Gambar 3.2 Strategi Penelusuran Literatur........................................................ 26

xi
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Proses Seleksi Literatur...................................................................... 28


Tabel 4.2 Hasil Jurnal Penelusuran.................................................................... 29

xii
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Penelitian Sefiana, 2020


Lampiran 2 Jurnal Penelitian Patmawati, 2020
Lampiran 3 Jurnal Penelitian Sembiring dan Novita, 2019
Lampiran 4 Jurnal Penelitian Dora dkk, 2019
Lampiran 5 Jurnal Penelitian Simanjuntak, 2019
Lampiran 6 Jurnal Penelitian Wanda dkk, 2018
Lampiran 7 Jurnal Penelitian Basri, 2018
Lampiran 8 Jurnal Penelitian Kusumo, 2017
Lampiran 9 Jurnal Penelitian Siti dkk, 2016
Lampiran 10 Jurnal Penelitian Hidayatullah, 2020

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang mempunyai posisi sangat strategis dalam menentukan mutu
pelayanan. Untuk menjaga pelayanan kesehatan yang bemutu tinggi, harus
dapat memenuhi standar ketenagaan, manajemen, dan sarana organisasi
tenaga keperawatan dalam hal ini bertanggung jawab pada pelayanan
kesehatan masyarakat khususnya di rumah sakit (Selfiana, 2020). Perawat
merupakan tenaga kerja dibidang kesehatan yang bertugas memberikan
pelayanan keperawatan, pencegahan penyakit dan pelayanan bagi pasien
(Patmawati, 2020).
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan jumlah
perawat di seluruh dunia sebanyak 19,3 juta orang. Jumlah perawat di negara
dunia yaitu Amerika Serikat sebanyak 2,8 juta perawat dan Jepang sebanyak
1,3 juta perawat (Kemenkes, 2018). Sedangkan jumlah perawat di Indonesia
tahun 2018 tercatat sebanyak 296.876 orang. Provinsi dengan jumlah perawat
terbanyak yaitu Provinsi Jawa Tengah sebanyak 35.773 orang, Jawa Barat
sebanyak 33.527 orang dan Jawa Timur sebanyak 33.377 orang. Sedangkan
paling sedikit terdapat di provinsi Papua Barat dan Sulawesi Barat yaitu
1.478 orang dan 1.675 orang. Berdasarkan tempat fasilitas pelayanan
kesehatannya, sebanyak 58,26% perawat didayagunakan di rumah sakit dan
29,46% didayagunakan di puskesmas dan sisanya ditempatkan di wilayah 3T
(Kemenkes, 2019).
Salah satu tenaga kesehatan yang mendapatkan penilaian langsung oleh
pasien adalah tenaga keperawatan. Tenaga keperawatan merupakan tenaga
kesehatan yang berada di garda terdepan dimana selalu mengobservasi setiap
masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus menerus. Perawat
sebagai tenaga profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan yang
komprehensif untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar secara
holistik. Untuk menjalankan perannya dengan baik, perawat perlu memiliki

1
2

keterampilan dalam mengklarifikasi nilai, konseling dan komunikasi. Perawat


dalam memberikan perawatan kepada pasien tidak terlepas dari kemampuan
berkomunikasi yang baik yang selanjutnya dapat mempengaruhi kepuasan
pasien. Meskipun sarana dan prasarana pelayanan sering dijadikan sebagai
ukuran mutu, namun ukuran utama dari pelayanan penilaian tetap tergantung
pada kemampuan berkomunikasi yang baik dalam memberikan pelayanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan (Sandra, 2013 dalam Oxyandi dan
Heni, 2019). Komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk
menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Pada asuhan
keperawatan, komunikasi ditunjukkan untuk mengubah perilaku pasien guna
mencapai tingkat kesehatan yang optimal yang dikenal dengan istilah
komunikasi terapeutik (Suryani, 2013 dalam Oxyandi dan Heni, 2019).
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh Selfiana (2020) didapatkan data
bahwa masih rendahnya kemampuan perawat yaitu 36,4% dalam menerapkan
komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
pasien, sehingga berefek pada ketidakpuasan pada pasien terhadap pelayanan
yang diberikan yaitu 37,5%. Selain itu juga, hasil penelitian Patmawati
(2020) juga menunjukkan 29 perawat yang melakukan komunikasi terapeutik
kurang baik, 82,8% pasien merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan
dan 17,2% pasien merasa puas dengan pelayanan keperawatan. Penelitian
yang dilakukan Basri (2018) dari 96 responden menunjukkan data
komunikasi terapeutik yang tidak efektif dengan responden yang merasa
tidak puas sebanyak 34 orang (72,3%), responden yang merasa puas
sebanyak 13 orang (27,7%). Kemudian untuk komunikasi terapeutik yang
efektif responden yang merasa tidak puas sebanyak 20 orang (40,8%),
sedangkan responden yang merasa puas sebanyak 29 orang (59,2%).
Komunikasi terapeutik perawat yang kurang baik dapat dikarenakan beberapa
kendala seperti tidak aktifnya pasien dan keluarga sehingga perawat hanya
berkomunikasi seperlunya saja, juga dapat dikarenakan keterbatasan perawat
yang belum mampu melayani seluruh pasien yang ada. Komunikasi terapetik
perawat yang tidak terjalin dengan baik dapat menyebabkan pasien dan
keluarga merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima serta minimnya
3

informasi yang diperoleh tentang prosedur dan perkembangan penyakit yang


diderita pasien.
Sebagai tenaga kesehatan, perawat harus dapat dan mampu
memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada pasien untuk
menciptakan kepuasan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien adalah memberikan pelayanan dengan komunikasi terapeutik
(Patmawati, 2020). Komunikasi terapeutik menjadi sangat penting karena
dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan (Kusumo, 2017). Hal ini sejalan dengan Musliha dan Siti
(2015) yang menyatakan bahwa 80% kesembuhan dan kepuasan pasien
ditentukan dari keberhasilan perawat dalam memberikan perawatan secara
medis, baik fisik maupun psikis melalui komunikasi terapeutik yang
diberikan. Komunikasi terapeutik digunakan pada setiap proses keperawatan
mulai dari pengkajian hingga evaluasi, sehingga dapat mengetahui apa yang
sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh pasien. Komunikasi terapeutik
sangat penting dan berguna bagi pasien, karena komunikasi yang baik dapat
memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu pasien dalam
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapinya (Prasanti, 2017).
Manfaat lain dengan menerapkan komunikasi terapeutik adalah akan
terciptanya hubungan saling percaya dengan pasien sehingga dapat mencegah
terjadinya masalah legal etik, serta dapat memberikan kepuasan profesional
dalam pelayanan keperawatan, meningkatkan citra profesi keperawatan dan
citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan (Dora dkk, 2019).
Kemampuan menerapkan komunikasi yang baik oleh perawat
merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan. Pasien akan merasa puas ketika kinerja pelayanan keperawatan
yang didapatkannya sama atau melebihi dengan apa yang diharapkannya, dan
sebaliknya ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila
kinerja dari pelayanan kesehatan yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa
yang diharapkannya. Komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat
dalam berinteraksi dengan pasien tentunya akan meningkatkan rasa saling
percaya, dan apabila tidak diterapkan dengan baik makan akan berdampak
4

pada hubungan terapeutik sehingga timbul rasa kepuasan pada pasien (Basri,
2018). Untuk itu diperlukan standar tertentu yang dapat digunakan untuk
mengukur kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan melalui
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat.
Menurut Nursalam (2016), untuk mengukur kepuasan pasien ditentukan
berdasarkan indeks kepuasan yang memiliki pengaruh pada kepuasan pasien
yaitu : product quality, service quality, emotional factor dan price. Pemberian
pelayanan agar bisa memberikan kepuasan pasien dapat dilihat dari
kemampuan perawat untuk senantiasa responsiveness (cepat tanggap),
reliability (pelayanan tepat waktu), assurance (sikap dalam memberikan
pelayanan), emphaty (kepedulian dan perhatian dalam memberikan
pelayanan) dan tangible (mutu jasa pelayanan) dalam setiap memberikan
asuhan keperawatan pada pasien (Oxyandi dan Heni, 2019).
Untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan kualitas yang
baik maka perlu adanya peningkatan pelayanan di semua bidang secara
terpadu, terencana, serta baik seperti senantiasa menerapkan komunikasi
terapeutik khususnya bagi tenaga keperawatan. Jika komunikasi terapeutik
yang diberikan oleh perawat dinilai baik maka pasien akan merasa puas
dalam mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit, sehingga derajat kesembuhan
pasien juga akan meningkat. Adanya penerapan komunikasi terapeutik
memiliki tujuan akhir yang dapat meberikan arti bahwa pelayanan Rumah
Sakit adalah kepuasan pasien, dan pasien akan memberikan suatu penilaian
terhadap jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan kepuasannya.
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan di atas, dimana data
menunjukkan tingkat kepuasan pasien dalam menerima pelayanan
keperawatan masih tergolong rendah serta masih banyak perawat yang belum
menerapkan komunikasi terapeutik yang baik maka penulis tertarik untuk
membuat kajian literatur yang berjudul “Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat terhadap Kepuasan Pasien”.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang sudah dipaparkan di atas
maka rumusan masalah dari kajian literatur ini adalah “Bagaimana Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari kajian literatur ini adalah untuk mengetahui
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap Kepuasan Pasien.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis beberapa literatur yang mengarah pada topik
hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.
b. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui hubungan komunikasi
terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan sebagai materi
pembelajaran keperawatan serta sebagai bahan acuan dalam melakukan
penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan


Sebagai referensi tambahan untuk tenaga kesehatan khususnya
perawat dalam memberikan pelayanan dalam bentuk asuhan keperawatan
kepada pasien dengan cara senantiasa menerapkan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik harus selalu diterapkan dan dapat dijadikan salah
satu upaya untuk mempercepat penyembuhan pasien sehingga kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang diberikan juga meningkat.

3. Manfaat Bagi Masyarakat


Sebagai bahan informasi dan sumber untuk menambah wawasan
bagi masyarakat umum tentang penerapan komunikasi terapeutik perawat
terhadap kepuasan pasien sehingga dapat diterapkan oleh pasien dan
keluarga sebagai subjek penerima layanan untuk dapat berbagi
pengetahuan, perasaan dan informasi kepada perawat dalam rangka
6

mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan


akan lebih cepat.

4. Manfaat Bagi Peneliti


Sebagai salah satu sarana untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dalam upaya peningkatan status pelayanan keperawatan
dengan cara perawat harus senantiasa menerapkan komunikasi terapeutik
yang baik sehingga kepuasan pasien juga meningkat.

5. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya


Kajian literatur ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
peneliti lain dalam menyusun penelitian terkait penerapan komunikasi
terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien. Selain itu, diharapkan kajian
literatur ini bisa menjadi gambaran bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian lanjutan tentang penerapan komunikasi terapeutik
dalam situasi atau menggunakan indikator tertentu untuk melihat sejauh
mana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang
diberikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunikasi Terapeutik


1. Definisi Komunikasi Terapeutik
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communication
yang artinya pemberitahuan atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau
pertukaran ide dalam suatu proses komunikasi akan ada pembicara yang
menyampaikan pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan
ada timbal balik atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015).
Terapeutik merupakan suatu hal yang diarahkan kepada proses dalam
memfasilitasi penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi terapeutik itu
sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi
yang dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses
penyembuhan pasien (Suryani, 2015).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah penting sebab
tanpa komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan
(Priyanto, 2013).
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang ahli dalam bidangnya yang di
aplikasikan dalam komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk
membantu pasien dalam beradaptasi atau mengatasi gangguan kesehatan
baik fisik maupun psikis.

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Menurut Suryani (2015) tujuan komunikasi terapeutik yaitu
mengembangkan segala yang ada dalam fikiran dan diri pasien ke arah
yang lebih positif yang nantinya akan dapat mengurangi beban perasaan
pasien dalam menghadapi maupun mengambil tindakan tentang
kesehatannya. Adapun tujuan lainnya yaitu :

7
8

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap


diri;
b. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial
dan saling bergantung dengan orang lain;
c. Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
pasien serta mencapai tujuan yang realistik;
d. Menjaga harga diri;
e. Hubungan saling percaya.

3. Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Menurut Anwani (2002) dalam Astutik (2018) terdapat tiga hal
mendasar karakteristik dalam komunikasi terapeutik :
a. Keikhlasan (Genuiness)
Terapis harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang
dimiliki oleh pasien serta keadaan pasien. Terapis yang mampu
menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai sikap
yang dipunyai oleh pasien sehingga mampu belajar untuk
mengkomunikasikan segala sesuatu dengan tepat.
b. Empati (Emphaty)
Empati proses kejiwaan seseorang individu larut dalam perasaan orang
lain baik suka maupun duka, seolah-olah merasakan atau mengalami
apa yang terjadi pada pribadi pasien. Empati merupakan suatu yang
jujur, sensitif, apa adanya dan tidak dibuat-buat (objektif) didasarkan
atas apa yang dialami orang lain. Empati cenderung bergantung pada
kesamaan pengalaman yang dialami diantara orang yang terlibat
komunikasi
c. Kehangatan (Warmth)
Dengan kehangatan terapis akan mendorong dan membantu pasien
untuk mengekspresikan ide-ide pikiran dan menuangkannya dalam
bentuk perbuatan tanpa rasa takut disalahkan atau dikonfrontasi.
Suasana yang hangat dan nyaman tanpa adanya ancaman,
menunjukkan adanya rasa penerimaan dari pasien. Sehingga pasien
akan mengekspresikan perasaannya lebih mendalam dan meluas.
9

4. Teknik Komunikasi Terapeutik


Menurut Astutik (2018) teknik komunikasi terapeutik antara lain :
a. Mendengarkan (Listening)
Mendengarkan merupakan dasar dari komunikasi yang akan
mengetahui perasaan seorang pasien. Teknik mendengarkan dengan
cara memberi kesempatan pasien untuk bicara banyak dan tenaga
kesehatan sebagai pendengar aktif tanpa memotong pembicaraan
terlebih dahulu. Tunjukkan perhatian bahwa tenaga kesehatan
mempunyai waktu untuk mendengarkan dengan teknik berikut :
1) Pandang wajah pasien ketika sedang bicara.
2) Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan dari pasien.
3) Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak
menyilangkan kaki dan tangan didepan pasien.
4) Hindari gerakan yang tidak begitu diperlukan.
5) Angkat kepala apabila pasien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik dari kita.
6) Condongkan tubuh kita ke arah lawan bicara (pasien).
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Memberikan inisiatif kepada pasien untuk menyeleksi topik bahasan
yang akan dibicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila pasien
menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif pasien. Apabila tenaga
kesehatan mendominasi interaksi dan menolak respon pasien maka
akan bernilai non terapeutik.
c. Mengulang (Restating)
Merupakan teknik yang dilakukan atau dilaksanakan dengan cara
mengulang pokok pikiran yang diungkapkan dan diutarakan pasien,
yang berguna untuk menguatkan ungkapan dari pasien dan memberi
indikasi tenaga kesehatan untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini
bernilai terapeutik jika ditandai dengan tenaga kesehatan
mendengarkan dan melakukan validasi, mendukung pasien dan
memberikan respon terhadap apa yang baru saja dikatakan oleh pasien.
10

d. Penerimaan (Acceptance)
Mendukung dan menerima informasi dari pasien dengan tingkah laku
yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan
berarti sebuah persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan
mendengar tanpa menunjukkan adanya suatu keraguan. Pelayanan
kesehatan perlu menghindari memutar mata keatas, menyilangkan kaki
atau tangan, melenggekkan kepala, mengerutkan atau memandang
dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan pasien.
e. Klarifikasi (Clarification)
Klarifikasi merupakan teknik yang digunakan apabila tenaga kesehatan
masih ragu, kurang jelas, tidak mendengar atau pasien malu
mengemukakan informasi dan tenaga kesehatan mencoba memahami
situasi yang digambarkan oleh pasien.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah mengarahkan kembali ide, pikiran, perasaan,
pertanyaan, da isi pembicaraan kepada pasien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian dari tenaga kesehatan tentang apa yang
diucapkan dan diutarakan pasien untuk menekankan empati, dan
penghargaan terhadap pasien (Suryani, 2015).
g. Memfokuskan (Focusing)
Memfokuskan adalah bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
pasien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi
pasien pada pencapaian tujuan. Metode ini dilakukan dengan tujuan
membatasi topik pembicaraan sehingga masalah lebih spesifik dan
dimengerti dan lebih mengarahkan komunikasi pasien pada pencapaian
tujuan dari topik pembahasan.
h. Diam (Silence)
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada pasien
menjawab pertanyaan dari tenaga kesehatan. Diam akan memberikan
kesempatan kepada tenaga kesehatan dan pasien untuk mengutarakan
pikiran masing-masing.
i. Memberikan Informasi (Informing)
11

Memberikan informasi tambahan merupakan suatu tindakan


penyuluhan kesehatan untuk pasien. Teknik ini sangat membantu
dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada pasien tentang
aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan kemandirian diri
untuk penyembuhan pasien. Informasi tambahan yang diberikan
kepada pasien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman
yang lebih baik tentang masalah yang dihadapi pasien serta membantu
pasien dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.
j. Menyimpulkan (Summarizing)
Menyimpulkan merupakan teknik komunikasi yang membantu pasien
menganalisa point penting dari interaksi tenaga kesehatan. Teknik ini
membantu tenaga kesehatan untuk memiliki pikiran dan ide yang sama
dalam membuat atau menetapkan pendapat terakhir dari sesuatu yang
disimpulkan.
k. Mengubah Cara Pandang (Reframing)
Teknik ini bertujuan untuk memberikan cara pandang lain sehingga
pasien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja
(Gerald dalam Suryani, 2015). Teknik ini memungkinkan pasien untuk
membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.
l. Eksplorasi
Menurut Antai Otong dalam Suryani (2015), teknik ini bertujuan untuk
mencari atau menggali lebih dalam masalah yang dialami pasien agar
masalah tersebut bisa diatasi dengan tepat. Teknik ini bermanfaat pada
tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah
yang dialami oleh pasien.
m. Membagi Persepsi (Sharing Perception)
Membagi persepsi adalah meminta pendapat pasien atau bertukar
pikiran tentang hal yang tenaga kesehatan rasakan atau pikirkan.
Teknik ini digunakan ketika tenaga kesehatan merasakan adanya
perbedaan antara respon verbal atau non verbal dari pasien.
n. Identifikasi Tema
12

Tenaga kesehatan harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan


pasien dan harus mampu menangkap tema dari seluruh pembicaraan
tersebut. Identifikasi tema berguna untuk meningkatkan pengertian dan
menggali masalah penting yang terjadi pada pasien.
o. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan
Teknik ini menganjurkan pasien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan yang menunujukkan bahwa pasien sedang mengikuti apa
yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang dibicarakan untuk
selanjutnya.

5. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik


Menurut Tamsuri (2005) dalam Astutik (2018), dalam melakukan
komunikasi, salah satunya komunikasi terapeutik dapat dipengaruhi
beberapa hal sebagai berikut :
a. Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi efektif tenaga kesehatan harus mengerti
pengaruh perkembangan usia baik dari sisi bahasa, cara berfikir dan
proses berfikir dari orang tersebut. Cara berkomunikasi pada usia
dewasa dengan usia balita tentunya berbeda, pada usia dewasa kita
barangkali perlu belajar bahasa “gaul” mereka sehingga yang kita ajak
bicara akan merasa kita mengerti mereka dan komunikasi diharapkan
akan lancar.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang dalam mengenali suatu
kejadian atau peristiwa. Persepsi ini, dibentuk oleh pengalaman dan
harapan. Perbedaan suatu persepsi dapat mengakibatkan perdebatan
dan terhambatnya komunikasi.

c. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang mempengaruhi perilaku sehingga penting
bagi perawat untuk menyadari nilai dari seorang pasien. Perawat perlu
berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat
13

membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan pasien. Dalam


hubungan profesionalnya diharapkan tenaga ksesehatan tidak
terpengaruh oleh nilai pribadinya.
d. Latar Belakang Sosial Budaya
Bahasa dan gaya komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi
seseorang.
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian, seperti
marah, sedih, senang akan dapat mempengaruhi tenaga kesehatan
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat perlu mengkaji
emosi pasien dan keluarga sehingga perawat mampu memberikan
asuhan keperawatan dengan tepat dan baik. Selain itu perawat juga
perlu mengevaluasi emosi pada dirinya sendiri agar dalam
memberikan asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi
dibawah sadarnya.
f. Jenis Kelamin
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya berkomunikasi yang
berbedabeda. Tanned (1990) menyebutkan bahwa pria dan wanita
mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3 tahun wanita
ketika bermain dalam kelompoknya menggunakan bahasa untuk
mencari kejelasan, meminimalkan sebuah perbedaan, serta
membangun dan mendukung keintiman, sedangkan laki-laki
menggunakan bahasa untuk kemandirian aktifitas bermainnya, dimana
jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan cara
bermain.

g. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan sangat mempengaruhi komunikasi yang
dilakukan. Seseorang yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit
merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dibanding
14

dengan seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi. Perawat


perlu mengetahui tingkat pengetahuan pasien sehingga perawat dapat
berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapat memberikan suatu
asuhan keperawatan yang tepat pada pasien.
h. Peran dan Hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
terlibat komunikasi. Cara komunikasi seorang perawat dengan
sejawatnya, dengan cara komunikasi seorang perawat pada pasien
akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan
muridnya.
i. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana
bising, ramai, tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan
kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan dari pasien.
j. Jarak
Jarak akan mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan
rasa aman dan kontrol tersendiri. Dapat dimisalkan dengan pasien
yang merasa terancam ketika seseorang tidak dikenal tiba-tiba berada
pada jarak yang sangat dekat dengan dirinya. Hal ini juga yang
dialami oleh pasien pada saat pertama kali berinteraksi dengan
perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak pada saat
melakukan hubungan dengan pasien.
k. Masa Kerja
Masa kerja adalah waktu dimana seseorang mulai bekerja disebuah
tempat. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman
yang dimilikinya sehingga semakin baik pula komunikasinya.

6. Komunikasi terapeutik Perawat


Perawat merupakan profesi yang difokuskan pada perawatan
individu keluarga dan masyarakat sehingga mereka dapat mencapai,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas
hidup dari lahir sampai mati (Aripuddin, 2014). Salah satu hal yang
dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien
15

dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan


tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah klien
adalah dengan berkomunikasi. Dengan berkomunikasi perawat dapat
mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan
keperawatan (Mundakir, 2013). Jadi komunikasi terapeutik sangat penting
untuk citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, Komunikasi yang
terjadi di puskesmas tapen masih kurang efektif, sehingga sering terjadi
kesalah pahaman antara perawat dan pasien

B. Konsep Pelayanan Keperawatan


1. Definisi Pelayanan Keperawatan
Keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan / asuhan yang
bersifat humanistik dan professional, holistik berdasarkan ilmu dan kiat,
standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang
melandasi perawat professional secara mandiri atau melalui upaya
kolaborasi. Pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien meliputi
asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan terdiri dari beberapa aspek yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan
(implementasi) dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengakajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
berbagai sumber utuk mengevaluasi dan mengidentfikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan ketubutuhan individu.
Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai
dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan respon individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam
standar praktik keperawatan dari American Nursing Association
(ANA) (Nursalam, 2015). Pengakajian data dasar pada proses
keperawatan merupakan kegiatan yang komphrehensif dan
menghasilkan kumpulan data mengenai status kesehatan klien,
16

kemampuan klien, untuk mengelola kesehatan dan perawatan terhadap


dirinya sendiri, serta hasil konsultasi medis atau profesi kesehatan
lainnya (Nursalam, 2015). Pengkajian fokus keperawatan merupakan
pemilihan data spesifik yang ditentukan oleh perawat, klien, terhadap
kesehatan dan masalah kesehatannya serta mencakup data-data yang
brehubungan dengan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien.
Penyusunan pengakajian keperawatan tidak sama dengan pengkajian
medis, meskipun kadang-kadang hasil pengkajian keperawatan dapat
mendukung identifikasi diagnosis medis. Pengkajian medis difokuskan
pada keadaan patologis, sedangkan pengakajian keperawatan ditujukan
pada respon klien terhadap masalah-masalah kesehatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pada
pengakajian fokus perawat perlu menambahkan pertanyaan atau
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan data-data penunjang
terhadap diagnosis keperawatan yang akan muncul (Nursalam, 2015).
b. Diagnosa keperawatan
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon
individu (klien dan masyarakat) tetang masalah kesehatan aktual dan
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai
tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat
(Nursalam, 2015). Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status
kesehatan atau penyakit, mengindentifikasi faktor-faktor yang
menunjang atau menyebabkan suatu masalah, dan untuk
mengidetifikasi kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah (Nurasalam, 2015). Langkah-langkah menegakkan diagnosa
keperawatan yaitu setelah semua data telah dikumpulkan dan telah
diidentifikasi maka dapat ditegakkan diagnosa keperawatannya.
Penegakan diagnosa keperawatan harus melalui klasifikasi dan analisa
data, interpretasi data dan validasi data. Selanjutnya setelah semua
17

langkah telah dilakukan maka diagnosa keperawatan dapat ditegakkan


(Nursalam, 2015).
c. Perencanaan (Intervensi)
Secara sederhana rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu
dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan
intervensi keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi
desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-
masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap
ini dimulai setelah menetukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi. Rencana asuhan keperawatan
mempunyai dua tujuan yaitu tujuan administrasi dan tujuan klinik, dan
langkah-langkahnya yaitu menentukan prioritas masalah, menyusun
kriteria hasil, rencana intervensi dan pendokumentasian (Nursalam,
2015).
d. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implentasi dimulai setelah
rencana observasi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam,
2008). Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
memfasilitasi koping.

e. Evaluasi
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sitematik pada status klien. Dengan mengukur perkembangan klien
dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan
efektiftas asuhan keperawatan (Nursalam, 2015). Tujuan evaluasi
adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini
18

dapat dilakukan dengan melihat respon klien terhadap asuhan


keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan.

C. Konsep Kepuasan Pasien


1. Definisi Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul
sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru
akan merasa puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya
sama atau melebihi dari apa yang menjadi harapannya dan sebaliknya,
ketidakpuasan akan timbul atau perasaan kecewa pasien akan terjadi
apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan harapannya (Putra, 2013). Sedangkan menurut Pohan (2013)
Kepuasan pasien adalah keluaran (outcome), layanan kesehatan. Dengan
demikian kepuasan pasien merupakan salah satu tujuan dari peningkatan
mutu layanan kesehatan. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
diperolehnya setelah pasien membandingkan dengan apa yang
diharapkannya. Kepuasaan pasien merupakan suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja dari layanan kesehatan yang
diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan
(Simanjuntak, 2019).
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah perasaan
pasien yang timbul setelah tindakan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan terhadap dirinya yang mana sebelumnya sudah ada
perbandingan antara harapan pasien terhadap kinerja seseorang dan
harapan nya tercapai bahkan lebih.

7. Instrumen Kepuasan Pasien


Instrumen kepuasan pasien berdasarkan lima karakteristik
(Nursalam, 2015) :
a. Kenyataan (Tangible)
19

Merupakan wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang


mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana,
kondisi SDM, dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa
yang diberikan.
b. Keandalan (Reliability)
Yaitu pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan
merupakan aspek-aspek keandalan sistem pelayanan yang diberikan
oleh pemberi jasa diantaranya kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan rencana.
c. Tanggungjawab (Responsiveness)
Yaitu keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang
dibutuhkan konsumen.
d. Jaminan (Assurance)
Yaitu adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan
jaminan kepastian terhadap tanggungjawab.
e. Empati (Emphaty)
Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi
yang diberikan kepada para pasien dengan berupaya memahami
keinginan pasien.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien


Menurut Sangadji dan Sopiah (2013), adapun faktor-faktor yang
memperngaruhi kepuasan pasien antara lain :

a. Karakteristik Pasien
Faktor penentu tingkat pasien dan konsumen oleh karakteristik dari
pasien tersebut yng merupakan ciri-ciri seseorang atau kekhasan
seseorang yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lain.
Karakteristik tersebut berupa nama, umur, jenis kelamin, latar
belakang, pendidikan, suku bangsa, agama, pekerjaan, dan lain-lain.
b. Sarana Fisik
20

Berupa bukti fisik yang dapat dilihat meliputi gedung, perlengkapan,


seragam pegawai dan sarana komunikasi.
c. Jaminan
Pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang
dimiliki perawat.
d. Kepedulian
Kemudahan dalam membangun komunikasi baik antara pegawai
dengan klien perhatian pribadi dan dapat memahami kebutuhan
pelanggan.
e. Kehandalan
Kemampuan dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan
cepat, tepat, akurat dan memuaskan.
Adapun menurut Sefiana (2020) menyebutkan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah memberikan pelayanan
dengan komunikasi yang terapeutik.

9. Aspek Kepuasan Pasien


Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang sangat
penting bagi kelangsungan suatu rumah sakit. Kepuasan pasien adalah
nilai subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Penilaian
subjektif tersebut didasarkan pada pengalaman masa lalu, pendidikan,
situasi psikis waktu itu, dan pengaruh lingkungan waktu itu (Sefiana,
2020). Menurut hasil penelitian Kiki Miranty Sareong dkk (2013)
menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara kepuasan pasien
terhadap beberapa aspek berikut :
a. Kenyamanan
Banyak faktor yang bisa ditingkatkan yang memperngaruhi
kenyamanan pasien, seperti kondisi ruangan seperti kebersihan,
kerapian dan kelengkapan alat-alat yang dipakai petugas. Fasilitas juga
turut mempengaruhi kenyamanan termasuk toilet, tempat duduk
diruang tunggu. Selain itu lokasi pelayanan kesehatan yang mudah
dijangkau oleh masyarakat.
b. Pelayanan Petugas
21

Pelayanan petugas berhubungan dengan tugas para tenaga kesehatan


untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kesehatan sesuai dengan
bidang keahlian atau kewenangan tenaga kesehatan yang
bersangkutan. Mematuhi standart profesi dan menghormati hak pasien.
Selain itu pelayanan petugas juga berkaitan dengan hubungan antar
manusia, yaitu antara pemberi layanan dengan pasien secara langsung.
c. Prosedur Pelayanan
Prosedur pelayanan berkaitan dengan sistem pelayanan dan juga
standart pelayanan. Pada prosedur pelayanan ini meliputi kegiatan
registrasi pasien diloket dan pendaftaran pasien serta informasi dan
petunjuk pelayanan.
d. Hasil Layanan
Kepuasan terhadap hasil layanan akan dinyatakan oleh keluaran dari
penyakit atau bagaimana perubahan yang dirasakan oleh pasien
sebagai hasil dari layanan kesehatan.

D. Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat


Kepuasan
Salah satu hal yang dapat dilakukan perawat dalam menjalin kerjasama
yang baik dengan pasien untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien
maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi
masalah pasien adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi yang dilakukan
adalah komunikasi terapeutik antara perawat dan pasien. Dengan
berkomunikasi terapeutik perawat dapat mengetahui perasaan pasien dan
menjelaskan prosedur tindakan keparawatan. Komunikasi terapeutik yang
dilakukan oleh perawat merupakan hal yang sangat mempengaruhi kesehatan
pasien selama menjalani perawatan karena pasien merasa terlayani dengan
baik jika pelayanan kesehatan yang diterimanya sesuai dengan harapan.
Kepuasan pasien merupakan suatu perasaan yang timbul sebagai akibat dari
kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien mebandingkan
dengan apa yang diharapkan (Basri, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh
Patmawati (2020) menyatakan ada hubungan komunikasi terapeutik perawat
dengan tingkat kepuasan pada pasien rawat inap di RSUD Majalengka
22

Kabupaten Majalengka (p value = 0,000). Adanya hubungan dikarenakan


dengan membangun komunikasi antara perawat dan pasien maka akan
terjalin suatu hubungan yang harmonis dan saling terbuka sehingga keluhan
pasien dan keluarga dapat diketahui secara pasti oleh perawat dan perawat
dapat memberikan pelayanan sesuai dengan harapan atau keluhannya
(Patmawati, 2020). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Kusumo (2017) di Rawat Jalan RSUD Jogja menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.
Komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina hubungan
teraupetik karena mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan.
Komunikasi teraupetik menjadi sangat penting karena dapat mempengaruhi
kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Komunikasi
terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat yang
direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemulihan
pasien. Dengan memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang baik,
perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien,
dan hal ini akan lebih efektif bagi perawat dalam memberikan kepuasan
profesional dalam asuhan keperawatan (Heriandi, 2017 dalam Sefiana, 2020).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat
penting bagi perawat untuk mendukung proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dimensi mutu pelayanan rumah sakit yang mempengaruhi mutu pelayanan
salah satunya merupakan dimensi hubungan perawat dengan pasien. Hal ini
sejalan dengan teori bahwa kepuasan pasien terhadap komunikasi yang di
lakukan oleh perawat merupakan perasaan pasien setelah membandingkan
komunikasi perawat yang dirasakan dengan yang diinginkan oleh pasien
setelah mendapatkan pelayanan kesehatan. Salah saatu indikasi kepuasan
konsumen terhadap pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit adalah
kepuasan terhadap komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
khususnya perawat (Mamik, 2015).
23

E. Kerangka Teori

Komunikasi Terapeutik yang


Faktor - faktor yang dilakukan :
mempengaruhi : 1. Menunjukkan perhatian
1. Perkembangan a. Memandang pasien
2. Persepsi b. Kontak mata
3. Nilai c. Sikap terbuka
4. Latar belakang sosial d. Rileks
budaya e. Mengangguk
5. Emosi f. Mencondongkan tubuh
6. Jenis kelamin ke arah pasien
7. Pengetahuan 2. Menunjukkan penerimaan
8. Peran dan hubungan a. Mendengarkan
9. Lingkungan b. Memberikan umpan
10. Jarak balik
11. Masa kerja c. Komunikasi non verbal
dan verbal sesuai
d. Tidak mendebat dan
mengekspresikan
keraguan

Faktor - faktor yang Kepuasan pasien didasarkan


mempengaruhi : pada :
1. Karakteristik pasien 1. Kenyataan
2. Sarana fisik 2. Keandalan
3. Jaminan 3. Tanggungjawab
4. Kepedulian 4. Jaminan
5. Kehandalan 5. Empati
24

Gambar 2.1 Kerangkat Teori


Sumber : Astutik (2018) Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelusuran
Metode yang digunakan dalam kajian literatur ini menggunakan metode
Systematic Review dimana metode ini terdiri atas serangkaian proses yang
sistematis, mulai dari mengumpulkan, mengidentifikasi, menilai serta
menginterpretasikan bukti (evidence) dari hasil-hasil penelitian sebelumnya
dengan tujuan untuk dijadikan sebagai landasan praktik klinis berdasarkan
bukti (evidence-based practice). Metode ini menggunakan pendekatan
metodologi ilmiah untuk merangkum hasil penelitian, proses pencarian hasil
penelitian dan artikel dikerjakan secara sistematis dengan menetapkan
kriteria yang jelas untuk artikel yang akan dimasukkan. Kajian literatur dalam
penelitian ini dilakukan dengan menganalisis jurnal untuk mendapatkan
kesimpulan mengenai Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap
Kepuasan Pasien.
Hasil kajian literatur ini akan disajikan dalam bentuk paper atau artikel.
Kajian literatur ini melewati 3 tahapan yaitu planning, conducting dan
reporting (Rahma, 2019). Metode yang digunakan adalah melakukan
pencarian literatur dengan menggunakan mesin pencarian Google Scholar,
Search Engine dan Pub Med. Pada tahap awal pencarian jurnal dengan
menggunakan Google Scholar dan Search Engine yang dipublikasikan dari
rentang tahun 2011-2020 menggunakan kata kunci “Komunikasi Terapeutik”,
“Perawat” dan “Kepuasan Pasien”. Selain itu peneliti juga akan
menggunakan mesin pencarian Pub Med dengan menelusuri jurnal dari
rentang tahun 2011-2020 menggunakan kata kunci berdasarkan PICO
(Patient / Problem, Intervention, Compare to, Outcome) yaitu
“communication theraupetic”, “nurse” dan “patient satisfaction”.
Selanjutnya dilakukan seleksi terhadap jurnal yang ditemukan berdasarkan
pada kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi pemilihan jurnal ini
meliputi: 1) Merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional; 2) korelasi yang dianalisis adalah komunikasi terapeutik perawat
dan kepuasan pasien; 3) Variabel independen adalah komunikasi terapeutik

25
26

perawat; 4) Variabel dependen adalah kepuasan pasien; dan 5) Hasil


penelitian dipublikasikan dalam rentang tahun 2011-2020. Dan kriteria
eksklusi meliputi : 1) Bukan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross
sectional; 2) Sampel yang digunakan bukan pasien; dan 3) Intervensi yang
diberikan bukan komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat. Proses
pencarian literatur pada penelitian ini akan dilakukan selama 7 hari (1
minggu) terhitung mulai dari tanggal 3 Agustus 2020 – 10 Agustus 2020.
Dari hasil pemilihan jurnal dan setelah dianalisa berdasarkan kriteria inklusi
yang dibutuhkan penulis, didapatkan sejumlah jurnal yang relevan atau sesuai
dengan topik penelitian.
Penulisan kajian literatur ini dimulai dari tahap studi literatur, dimana
jurnal yang sudah didapat berdasarkan hasil seleksi dilakukan pengkajian
secara mendalam, kemudian dilanjutkan pada tahap pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan data-data yang diperlukan didalam penelitian,
selanjutnya dianalisis oleh peneliti untuk menemukan persamaan, perbedaan,
perbandingan serta hubungan pada setiap penelitian. Setelah data dianalisis,
data tersebut akan dituangkan dalam bentuk pembahasan pada bab hasil dan
pembahasan, dimana akan dijelaskan substansi dari setiap jurnal dan
dilakukan analisis untuk melihat hubungan antar setiap jurnal sesuai dengan
topik pembahasan dan diakhiri dengan kegiatan menyimpulkan hasil jurnal
dan menjelaskan keterbatasan dari kajian literatur yang dilakukan.
Kesimpulan diambil dari proses telaah dan analisis yang dilakukan peneliti.
Secara keseluruhan alur penulisan kajian literatur ini dijelaskan dalam skema
berikut :
27

Studi literatur

Pengumpulan data dari Google


Scholar

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap


Kepuasan Pasien

Analisis literatur

Menyajikan hasil dan


pembahasan

Membuat kesimpulan dan


saran
Gambar 3.1 Sistematika Penulisan Kajian Literatur

B. Strategi Penelusuran Literatur


Dalam proses pencarian literatur, peneliti akan melakukan pencarian
menggunakan mesin pencarian Google Scholar, Search Engine dan Pub Med
dengan rentang tahun 2011-2020 yang sesuai dengan topik penelitian.
Selanjutnya jurnal tersebut diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi sehingga didapatkan jurnal yang relevan. Tahapan selanjutnya adalah
melakukan analisis dan menuangkan hasil literatur dalam kajian literatur ini.
Adapun strategi pencarian literatur dituangkan pada skema di bawah ini :

Beberapa jurnal ditemukan dengan pencarian kata


kunci di Google Scholar dari tahun 2011-2020

Jumlah jurnal sesuai dengan


Jumlah jurnal tidak sesuai
topik penelitian
dengan topik penelitian

Jumlah jurnal sesuai dengan Jumlah jurnal tidak sesuai


kriteria inklusi dan eksklusi dengan kriteria inklusi dan
eksklusi

Jumlah jurnal dijadikan bahan untuk


kajian literatur untuk dianalisis
Gambar 3.2 Strategi Penelusuran Literatur
C. Etika Penelusuran
28

Penelitian studi literatur ini mengimplementasi beberapa prinsip etik


diantaranya :
1. Prinsi Berbuat Baik (Beneficience)
Prinsip ini menegaskan kewajiban peneliti untuk berbuat baik,
mengusahakan manfaat semaksimal mungkin, dan meminimalkan
kerugian pada pihak lain dengan cara mencantumkan sumber literatur yang
digunakan. Penulisan kajian literatur ini dilakukan secara teliti sehingga
tidak merugikan pihak manapun dengan selalu menerapkan prinsip do no
harm, termasuk dalam kasus adanya konflik kepentingan.

2. Prinsip Integritas Keilmuan


Prinsip ini menegaskan bahwa setiap peneliti memiliki kewajiban
etis untuk menjaga integritas keilmuan dengan menghargai kejujuran,
kecermatan, ketelitian, dan keterbukaan dalam penelitian, publikasi dan
penerapannya. Peneliti wajib berpegang pada komitmennya untuk
menjunjung tinggi obyektivitas dan kebenaran. Peneliti menjunjung tinggi
penghargaan atas karya orang lain, atas hal ini peneliti melakukan
pencantuman sumber atas setiap kutipan baik langsung maupun tidak
langsung yang dilakukan peneliti. Penghindaran atas plagiarism peneliti
akan melakukan uji plagiarism setelah laporan dibuat dan sebelum
kegiatan ujian akhir dilaksanakan.

3. Prinsip Kepercayaan dan Tanggungjawab


Prinsip ini menegaskan bahwa peneliti wajib membangun
kepercayaan dengan mitra peneliti, partisipan penelitian dan semua yang
terlibat dalam penelitian. Prinsip ini juga menegaskan bahwa peneliti perlu
menyadari tanggung jawab profesional dan keilmuannya terhadap
masyarakat dan terhadap komunitas tempat ia bekerja. Dalam rangka
menjunjung tinggi dan menegakkan standar profesionalitasnya, setiap
peneliti harus peka terhadap perkembangan IPTEKS, situasi sosial, budaya
dan dampak penelitian terhadap masyarakat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan hasil pencarian didapatkan sebanyak 19 jurnal yang
dianggap sesuai dengan judul penelitian kemudian dijadikan satu lalu
dilakukan screening apakah judul pada artikel tersebut ada yang sama atau
tidak. Setelah dilakukan screening didapatkan ada 10 jurnal yang judulnya
sama, dari 10 judul ini kemudian di screening berdasarkan eligibility sesuai
dengan kriteria inklusi dan ekslusi untuk selanjutnya dilakukan review.
Tabel 4.1 Proses Seleksi Literatur
No Mesin Pencari Google Scholar
1 Hasil Penelusuran 76
2 Full Text dari tahun 2011 – 2020 76
3 Judul Sesuai 19
4 Judul Sama 10
5 Eligible sesuai kriteria inklusi dan ekslusi 10
Result 10

29
30 29

Tabel 4.2 Hasil Jurnal Penelusuran

Jurnal 1
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien
di Ruang Poliklinik Rawat Jalan RSUD Indramayu Tahun 2020
Penulis Wilda Sefiana
Tahun 2020
Jurnal dan -
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 3 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pada
Penelitian pasien
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 88 orang dengan teknik accidental sampling
teknil
sampling
Lokasi RSUD Indramayu
Penelitian
Hasil Hasil uji statitik didapatkan perawat dengan komunikasi terapeutik
Penelitian pada pasien yang kurang baik sebanyak 32 orang (36,4%) dan perawat
yang komunikasi terapetik pada pasiennya baik sebanyak 56 orang
(63,6%). Hasil selanjutnya yaitu pasien yang tidak puas sebanyak 33
orang (37,5%) dan pasien yang puas sebanyak 55 orang (37,5%)
terhadap pelayanan keperawatan. Serta pasien yang tidak puas dengan
komunikasi terapeutik perawat kurang baik sebanyak 21 orang
(65,6%), lebih tinggi dibanding dengan pasien yang tidak puas dengan
komunikasi terapeutik perawat baik sebanyak 12 orang (21,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square diperoleh p value
= 0,000 yang artinya p value < α (0,05) sehingga hipotesis nol ditolak,
sehingga ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik
dengan kepuasan pada pasien di RSUD Indramayu Tahun 2020.
Kesimpula 1. Kurang dari setengahnya (36,4%) perawat di Ruang Poliklinik
n Rawat Jalan RSUD Indramayu dengan komunikasi terapeutik
pada pasien kurang baik.
2. Kurang dari setengahnya (37,5%) pasien di Ruang Poliklinik
Rawat Jalan RSUD Indramayu merasa tidak puas terhadap
pelayanan keperawatan.
3. Ada hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pada
pasien di Ruang Poliklinik Rawat Jalan RSUD Indramayu (p
value = 0,000).
31

Jurnal 2
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien
Dalam Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2020
Penulis Nita Patmawati
Tahun 2020
Jurnal dan -
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 4 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
Penelitian kepuasan pada pasien rawat inap.
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 59 orang dengan teknik purposive sampling
teknil
sampling
Lokasi RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka
Penelitian
Hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 29 perawat yang melakukan
Penelitian komunikasi terapeutik kurang baik, 82,8% pasien merasa tidak puas
dengan pelayanan keperawatan dan 17,2% pasien merasa puas dengan
pelayanan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien rawat inap
yang tidak puas sebagian besar terdapat pada komunikasi terapetik
perawat yang kurang baik dibanding dengan komunikasi terapetik
perawat yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh p value =
0,000 yang artinya p value < α (0,05) sehingga hipotesis nol ditolak.
Kesimpula Ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
n kepuasan pada pasien rawat inap di RSUD Majalengka Kabupaten
Majalengka Tahun 2020.
32

Jurnal 3
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien Rawat
Inap Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso
Penulis Mohammad Syarif Hidayatullah, Husnul Khotimah, Setyo Adi
Nugroho
Tahun 2020
Jurnal dan Jurnal Keperawatan Profesional (JKP) Volume 8, Nomor 1 Februari
Volume 2020
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 4 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan
Penelitian pelayanan pasien Rawat Inap di Puskesmas Tapen Kabupaten
Bondowoso dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien di ruang Rawat Inap
di Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso.
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 30 responden
teknil
sampling
Lokasi Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso
Penelitian
Hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 30 responden sebagian besar
Penelitian perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik
sebanyak 76,7% (23 responden) dan responden puas terhadap
pelayanan rawat inap di Puskesmas Tapen sebanyak 76,7% (23
responden). Hasil analisa statistik dengan uji korelasi Spearman
diperoleh nilai p-value 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien rawat inap.
Kesimpula Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat
n dengan kepuasan pasien rawat inap.
33

Jurnal 4
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien
Rawat Inap
Penulis Iskandar Markus Sembiring, Novita Br Ginting Munthe
Tahun 2019
Jurnal dan Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi (JKF) e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1
Volume No.2 Edisi November2018-April 2019
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 5 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
Penelitian kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Deli Serdang.
Metode Penelitian ini adalah deskriptif korelasi
Sampel dan 36 responden dengan purposive sampling.
teknil
sampling
Lokasi RSUD Deli Serdang
Penelitian
Hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 36 responden di Rumah Sakit
Penelitian Umum Daerah Deli Serdang bahwa responden mengatakan
komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat saat
berkomunikasi dengan pasien keterampilannya cukup sebanyak 27
orang (75,0%), sangat baik 2 orang (5.6%), baik 2 orang (5.6%), dan
kurang 5 orang (13.9%) dan responden yang tingkat kepuasaannya
Tidak Puas sebanyak 22 orang (61,1%), sangat puas 2 orang (5.6%),
puas 6 orang (16.7), dan sangat tidak puas 6 orang (16.7%). Hasil
penelitian antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menunjukkan nilai
P=0,043 dimana nilai tersebut (P<0,05), dengan nilai r=0,339 maka
artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun
2018 dengan kekuatan korelasi lemah.
Kesimpula Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan
n kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang.
34

Jurnal 5
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien
Penulis Mechi Silvia Dora, Dini Qurrata Ayuni, Yanti Asmalinda
Tahun 2019
Jurnal dan Jurnal Kesehatan - Volume 10 Nomor 2 (2019) 101-105
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 5 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
Penelitian kepuasan pasien di ruang rawat inap non bedah RSUD Padang
Pariaman.
Metode Penelitian ini adalah deskriptif korelasi
Sampel dan 30 responden dengan purposive sampling.
teknil
sampling
Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman
Penelitian
Hasil Hasil penelitian didapatkan bahwa krakteristik responden berdasarkan
Penelitian usia yaitu sebagian kecil pada usiadewasa awal sebanyak 9 pasien
(36,7%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan seimbang. Penerapan
komunikasi teraupetik sebagian besar 20 orang (66,7%) tidak efektif
dan sebagian besar pasien (56,7%) menyatakan tidak puas terhadap
komunikasi terapeutik perawat. Hasil uji statistik didapatkan bahwa
perawat yang keterampilan komunikasi terapeutiknya tidak efektif dan
pasien merasa tidak puas sebanyak 16 pasien (80%) dan merasa puas
sebanyak 4 orang (20%). Sedangkan yang komunikasi terapeutiknya
efektif, pasien merasa tidak puas sebanyak 1 pasien (10%), dan yang
merasa puas sebanyak 9 pasien (90 %). Berdasarkan uji statistik
dengan menggunakan chi square didapat nilai p-value = 0,000 (p
value < α 0.05) berarti ada hubungan bermakna antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
Kesimpula Ada hubungan bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan
n kepuasan pasien.
35

Jurnal 6
Judul Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Kepuasan Pasien Kemoterapi One Day Care Rumah Sakit Murni
Teguh Memorial Hospital Medan
Penulis Yunida Turisna Simanjuntak
Tahun 2019
Jurnal dan Jurnal Online Keperawatan Indonesia Vol. 2 No. 1 2019
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 6 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan pelaksanaan komunikasi teraupetik perawat
Penelitian terhadap kepuasan pasien kemoterapi one day care di Rumah Sakit
Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional
Sampel dan 64 responden dengan teknik total sampling
teknil
sampling
Lokasi Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan
Penelitian
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi
Penelitian terapeutik perawat mayoritas baik (92,2%) dan kepuasan pasien
mayoritas puas (93,8%). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p
= 0,028 < α = 0.05 yang artinya ada hubungan pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien kemoterapi
one day care di Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Kesimpula Untuk pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien
n kemoterapi one day care mayoritas baik, Kepuasan pasien kemoterapi
one day care mayoritas puas, ada hubungan pelaksanaan komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien kemoterapi one day care
di Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
36

Jurnal 7
Judul Komunikasi Terapeutik Perawat Dan Tingkat Kepuasan Pasien
Penulis Maria Yuliana Wanda, Yustina Kristianingsih, Theresia Etik Lusiana
Tahun 2018
Jurnal dan Jurnal Penelitian Kesehatan, Jilid 6, nomor 1, Juli 2018, hlm. 33-38
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 7 Agustus 2020
Tujuan Menganalisis hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat
Penelitian dengan tingkat kepuasan pasien
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 33 responden menggunakan teknik consecutive sampling.
teknil
sampling
Lokasi Ruang Medikal Bedah RSK Budi Rahayu Blitar
Penelitian
Hasil Hasil penelitian didapatkan jenis kelamin yang paling banyak adalah
Penelitian berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 (61%) responden, dilihat
dari usia menunjukan responden berada pada usia 11-70 dengan rata-
rata 47,27 ± 17,47 tahun, jika ditinjau dari pendidikan yang paling
banyak adalah pendidikan SD sebanyak 13 (39%) responden
sedangkan responden yang paling banyak dengan pekerjaan petani
yaitu 10 (31%) responden. Berdasarkan lama waktu perawatan
menunjukan bahwa paling banyak responden dirawat selama 2-4 hari,
Komunikasi terapeutik perawat sangat baik sebanyak 15 responden
dimana 9 (60%) responden mengatakan sangat puas, 4 (27%)
responden mengatakan puas dan 2 (13%) responden mengatakan
kurang puas. Komunikasi terapeutik perawat baik sebanyak 4
responden dimana 3 (75%) responden mengatakan sangat puas dan 1
(25%) mengatakan kurang puas, komunikasi terapeutik perawat
sedang sebanyak 7 responden dimana 4 (57%) responden mengatakan
puas dan 3 (43%) responden mengatakan sangat puas, komunikasi
terapeutik perawat buruk sebanyak 4 reponden dimana 4(100%)
responden mengatakan kurang puas, dan komunikasi terapeutik
perawat sangat buruk sebanyak 3 (100%) responden. Hasil uji
hipotesis dilakukan menggunakan uji Rank spearman dan didapatkan
p=0.02 di mana nilai p < 0.05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan
antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien,
dan nilai rs + 0.521 artinya ada hubungan positif kekuatan sedang
yang memiliki kemaknaan peningkataan komunikasi terapeutik akan
memberikan peningkatan terhadap kepuasan pasien.
Kesimpula Ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
n kepuasan pasien
37

Jurnal 8
Judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Diruang Rawat Inap Rsud Poso
Penulis Burhanuddin Basri
Tahun 2018
Jurnal dan Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice
Volume
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 7 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat
Penelitian kepuasan pasien
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 96 responden menggunakan teknik total sampling.
teknil
sampling
Lokasi Di Ruang Rawat Inap Rsud Poso
Penelitian
Hasil Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi teraupetik yang
Penelitian diberikan perawat tidak efektif sebanyak 34 reponden (72,3%).
Gambaran kepuasan keluarga pasien dalam pelayanan di ruang rawat
inap RSUD Poso menunjukan bahwa pasien tidak puas sebesar 54
reponden (56,3%). Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSUD Poso dengan p value (0,04) < 0,05.
Kesimpula Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat
n dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Poso.
38

Jurnal 9
Judul Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien
di Rawat Jalan RSUD Jogja
Penulis Mahendro Prasetyo Kusumo
Tahun 2017
Jurnal dan Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen Rumah Sakit, 6 (1): 72-81,
Volume April 2017
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 9 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap
Penelitian kepuasan pasien Poliklinik dan IGD di RSUD Jogja
Metode Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 140 responden menggunakan teknik proportionate cluster random
teknil sampling
sampling
Lokasi Di IGD di RSUD Jogja
Penelitian
Hasil Analisis data menggunakan uji regresi linier ganda. Penelitian ini
Penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik perawat
terhadap kepuasan pasien rawat jalan dan IGD di RSUD Jogja, dan
tahap orientasi komunikasi terapeutik merupakan tahap yang paling
berpengaruh terhadap kepuasan pasien, sedangkan tahap komunikasi
terapeutik yang paling berpengaruh di IGD adalah Tahap Terminasi.
Kesimpulan Terdapat Pengaruh Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat pada
Tahap Orientasi, Tahap Kerja dan Tahap Terminasi terhadap
Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat dan Poliklinik RSUD
Jogja. Tahap Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat yang paling
mempengaruhi terhadap Kepuasan Pasien di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Jogja adalah Tahap Terminasi, sedangkan Komunikasi
Terapeutik Perawat yang paling mempengaruhi terhadap Kepuasan
Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUD Jogja adalah Tahap Orientasi.
39

Jurnal 10
Judul Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan
Pasien
Penulis Misi Siti, Zulpahiyana, Sofyan Indrayana
Tahun 2016
Jurnal dan Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia Vol. 4, No. 1, Tahun 2016, 30-
Volume 34
Reviewer Aditya Purwanto
Tanggal 9 Agustus 2020
Tujuan Mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
Penelitian kepuasan pasien di ruang rawat inap pringgodani RSU Rajawali Citra
Bantul Yogyakarta.
Metode Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dan 57 responden menggunakan teknik accidental sampling
teknil
sampling
Lokasi Rumah Sakit Rajawali Citra Bantul, Yogyakarta
Penelitian
Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan responden penelitian sebagian besar
Penelitian berusia 36-45 tahun yaitu 14 orang (24,6%), jenis kelamin perempuan
yaitu 31 orang (54,4%), tingkat pendidikan tamat SMA yaitu 23 orang
(40,4%), pekerjaan adalah non-PNS/ wiraswasta sebanyak 39 orang
atau sebesar (68,4%). Hasil analisis yaitu sebesar 49,1% komunikasi
terapeutik perawat baik dan 68,4% responden puas dan uji kendall tau
menunjukkan p=0,003 dan nilai korelasi sebesar r=0,371.
Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien.

B. Pembahasan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang memiliki posisi sangat strategis dalam memastikan kualitas
pelayanan, hal ini dikarenakan jumlah perawat paling banyak dari profesi lain
serta sangat lama melaksanakan kontak dengan pasien ataupun penderita.
Sehingga keperawatan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan serta
sering digunakan sebagai indikator penanda pelayanan kesehatan yang
bermutu, dan berfungsi dalam memastikan tingkatan kepuasan pasien (Arofiati
dan Wahyuni, 2017). Perawat harus dapat memberikan asuhan keperawatan
secara profesional kepada pasien untuk menciptakan kepuasan. Salah satu
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien adalah memberikan pelayanan
dengan komunikasi terapeutik yang baik (Patmawati, 2020).
Komunikasi terapeutik adalah kemampuan perawat untuk membantu
pasien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar
40

bagaimana berhubungan dengan orang lain (Nugroho, 2016 dalam Sefiana,


2020). Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara
perawat dan pasien, dalam hubungan ini perawat dan pasien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional pasien. Pendekatan konseling yang memungkinkan pasien
menemukan siapa dirinya merupakan fokus dari komunikasi terapeutik
(Cangara, 2016 dalam Sefiana, 2020). Komunikasi terapeutik berguna dalam
proses keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan dan
yang dibutuhkan oleh pasien. Melalui komunikasi terapeutik yang ditunjukkan
dengan sikap yang hangat, tulus, dan penuh perhatian dapat membina
hubungan saling percaya, saling menghargai dan saling menghormati sehingga
pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatan dengan penuh
pengertian dan kekecewaan pasien tidak timbul atau dapat dihindarkan (Wong,
2015 dalam Patmawati, 2020).
Tingkat kepuasan pasien tergantung pada mutu pelayanan yang diberikan
rumah sakit kepada pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
berhubungan dengan tingkah laku konsumen yaitu faktor budaya, faktor pribadi
dan faktor psikologi. Faktor budaya memberikan pengaruh yang paling luas
dan mendalam terhadap perilaku klien. Faktor pribadi merupakan keputusan
seseorang dalam menerima pelayanan dan menanggapi pengalaman sesuai
dengan tahap-tahap kedewasaannya. Faktor pribadi klien dipengaruhi oleh usia
dan tahap siklus hidup, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi,
gaya hidup, dan kepribadian / konsep diri (Dora dkk, 2019). Dari hasil telaah
dan analisis pada 10 jurnal yang membahas dengan hubungan komunikasi
terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien, maka peneliti akan membahas
tentang gambaran komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat,
gambaran kepuasan pasien dan hasil analisis antara komunikasi terapeutik
perawat terhadap kepuasan pasien.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, tujuan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komunikasi
terapeutik adalah media untuk saling memberikan dan menerima antar perawat
dengan klien berlangsung secara verbal dan non verbal (Afnuhazi,2015).
41

Komunikasi terapeutik berfungsi untuk mendorong dan menganjurkan


kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien.
Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasikan dan
mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam
perawatan, proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah
laku klien dan membantu klien dalam rangka mengatasi persoalan yang
dihadapi pada tahap perawatan, sedangkan pada tahap preventif kegunaannya
adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri klien
(Afnuhazi.R, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Sembiring
dan Novita (2019) didapatkan hasil bahwa komunikasi terapeutik yang
dilakukan perawat terhadap pasien yang dirawat inap dengan jumlah responden
sebanyak 36 orang bahwa mayoritas kategori cukup yaitu sebanyak 27 orang
(75,0%). Hal ini sejalan dengan penelitian Basri (2018) yang menyatakan hasil
komunikasi terapeutik perawat dengan total sampel 96, dalam kategori tidak
efektif sebanyak 47 dengan (49,0%), dan kategori efektif sebanyak 49 dengan
(51,0%). Nilai tertinggi terdapat pada kategori efektif. Penelitian Hidayatullah
(2020) menyatakan bahwa dari 30 responden sebagian besar perawat sudah
melakukan komunikasi terapeutik dengan baik sebanyak 76,7% (23
responden). Hasil analisa kuisioner dalam komunikasi terapeutik yang paling
baik dilakukan oleh perawat menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan
bukan bahasa medis saat berkomunikasi, perawat menyampaikan pesan yang
ringkas dan tidak tergesa - gesa saat berkomunikasi dan perawat mengakhiri
wawancara atau komunikasi dengan cara yang baik.
Menurut asumsi peneliti komunikasi terapeutik yang banyak
dilaksanakan perawat adalah mengucapkan salam ketika masuk kamar pasien,
menyapa/tersenyum ketika bertemua pasien, menanyakan keadaan pasien, dan
memberikan saran pada pasien tentang tindak lanjut yang akan dilakukan. Hal
tersebut dilakukan perawat karena berhubungan dengan keramahan dan
tatakrama perawat dengan pemberian asuhan keperawatan, sehingga mereka
sudah terbiasa mengucapkan salam ketika masuk kamar pasien, tersenyum dan
menanyakan keadaan pasien. Perawat juga memberikan saran kepada pasien
tentang tindakan lanjut yang akan dilakukan sebagai bentuk peran dari perawat
42

sebagai tempat konsultasi bagi para pasien sehingga pasien mendapatkan


layanan yang prima (Sembiring dan Novita, 2019). Komunikasi terapeutik
yang dilakukan perawat terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi.
Penelitian Kusumo (2017) menjelaskan secara rinci mengenai tahapan
komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh perawat dimana hasil menunjukkan
pada tahap orientasi memiliki nilai t hitung > t tabel (5.374> 1968) dengan nilai
signifikansi < 0,05 dan koefisiensi regresi mempunyai nilai positif pada
komunikasi terapeutik tahap orientasi maka Ho di tolak. Artinya ada pengaruh
komunikasi terapeutik perawat pada tahap orientasi terhadap kepuasan pasien
rawat jalan RSUD Jogja. Tahap Orientasi adalah tahap yang dimulai dengan
pertemuan dengan pasien dimana bertujuan dalam memvalidasi keakuratan
data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan pasien saat ini.
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,
penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontak
dengan pasien. Diharapkan pasien berperan serta secara penuh dalam kontrak,
namun pada kondisi tertentu, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat
perlu mengulang kontrak jika kontak realitas pasien meningkat. Selanjutnya
untuk komunikasi terapeutik pada tahap kerja memiliki nilai t hitung > t tabel
(3.945> 1968) dengan nilai signifikansi < 0,05 dan koefisiensi regresi
mempunyai nilai positif pada komunikasi terapeutik tahap kerja maka Ho di
tolak. Artinya ada pengaruh komunikasi terapeutik perawat pada tahap kerja
terhadap kepuasan ipasien rawat jalan RSUD Jogja. Tahap kerja merupakan
tahap yang terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung pasien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respon ataupun pesan
komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh pasien. Dalam tahap
ini perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga
mampu membantu pasien untuk mendefiniskan masalah yang sedang dihadapi
oleh pasien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya. Tahap kerja
dalam komunikasi terapeutik merupakan tahap dimana perawat memberikan
kesempatan kepada pasien untuk bertanya, menanyakan keluhan pasien,
43

memulai segala tindakan dengan baik dan melakukan tindakan sesuai dengan
yang telah di sepakati. Tahap terakhir dalam komunikasi terapeutik yaitu tahap
terminasi memiliki nilai t hitung > t tabel (4.107>1968) dengan nilai
signifikansi < 0,05 dan koefisiensi regresi mempunyai nilai positif pada
komunikasi terapeutik tahap terminasi maka Ho di tolak. Artinya ada pengaruh
komunikasi terapeutik perawat pada tahap terminasi terhadap kepuasan pasien
rawat jalan RSUD Jogja. Tahap terminasi merupakan tahap dimana perawat
dan pasien bersama-sama meninjau kembali proses pelayanan kesehatan yang
telah di lalui. Perawat diharapkan dapat mengevaluasi pencapaian tujuan
interaksi yang telah dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah
berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu serta membuat kontrak
untuk pertemuan berikutnya. Pada saat tahap terminasi inilah perawat dan
pasien bersama-sama meninjau kembali proses pelayanan kesehatan yang telah
di lalui. Perawat diharapkan dapat mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi
yang telah dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi
atau setelah melakukan tindakan tertentu serta membuat kontrak untuk
pertemuan berikutnya (Kusumo, 2017).
Salah satu indikator untuk menilai kinerja dari layanan kesehatan suatu
rumah sakit adalah melalui kepuasan pasien. Jika persentase kepuasan pasien
yang diperoleh tinggi berarti layanan kesehatan rumah sakit tersebut baik, dan
sebaliknya jika tingkat kepuasan pasien rendah, maka layanan rumah sakit
tersebut perlu dibenahi khususnya dalam hal berkomunikasi. Kepuasan pasien
adalah tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan
kesehatan yang diperolehnya, setelah pasien membandingkan dengan apa yang
diharapkannya (Pohan, 2017).
Penjelasan mengenai analisis dari 10 jurnal yang membahas tentang
hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien yaitu
sebagai berikut :
Pada jurnal pertama yang membahas tentang Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruang Poliklinik Rawat Jalan RSUD Indramayu
Tahun 2020 yang dilakukan oleh Wilda Sefiana (2020) dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pada
pasien. Hasil uji statitik didapatkan perawat dengan komunikasi terapeutik pada pasien
44

yang kurang baik sebanyak 32 orang (36,4%) dan perawat yang komunikasi terapetik
pada pasiennya baik sebanyak 56 orang (63,6%). Hasil selanjutnya yaitu pasien yang
tidak puas sebanyak 33 orang (37,5%) dan pasien yang puas sebanyak 55 orang
(37,5%) terhadap pelayanan keperawatan. Serta pasien yang tidak puas dengan
komunikasi terapeutik perawat kurang baik sebanyak 21 orang (65,6%), lebih tinggi
dibanding dengan pasien yang tidak puas dengan komunikasi terapeutik perawat baik
sebanyak 12 orang (21,4%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji chi square
diperoleh p value = 0,000 yang artinya p value < α (0,05) sehingga hipotesis nol
ditolak, sehingga ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik dengan
kepuasan pada pasien di RSUD Indramayu Tahun 2020.
Pada jurnal kedua yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2020 yang dilakukan oleh Nita Patmawati
(2020), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pada pasien rawat inap. Hasil penelitian
didapatkan bahwa dari 29 perawat yang melakukan komunikasi terapeutik kurang
baik, 82,8% pasien merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan dan 17,2%
pasien merasa puas dengan pelayanan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien rawat inap yang tidak puas sebagian besar terdapat pada komunikasi terapetik
perawat yang kurang baik dibanding dengan komunikasi terapetik perawat yang baik.
Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh p value = 0,000 yang artinya p value < α
(0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian maka ada hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pada pasien rawat inap di
RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2020.
Pada jurnal ketiga yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan
Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso yang
dilakukan oleh Mohammad Syarif Hidayatullah, Husnul Khotimah, Setyo Adi
Nugroho (2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
komunikasi terapeutik dengan kepuasan pelayanan pasien Rawat Inap di Puskesmas
Tapen Kabupaten Bondowoso dan untuk mengetahui seberapa besar hubungan
Komunikasi Terapeutik dengan Kepuasan Pasien di ruang Rawat Inap di Puskesmas
Tapen Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 30 responden
sebagian besar perawat sudah melakukan komunikasi terapeutik dengan baik sebanyak
76,7% (23 responden) dan responden puas terhadap pelayanan rawat inap di
Puskesmas Tapen sebanyak 76,7% (23 responden). Hasil analisa statistik dengan uji
45

korelasi Spearman diperoleh nilai p-value 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan yang
signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap.
Penelitian keempat yang membahas tentang Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap yang dilakukan oleh
Iskandar Markus Sembiring, Novita Br Ginting Munthe (2019), dimana penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 36 responden di Rumah Sakit Umum Daerah
Deli Serdang bahwa responden mengatakan komunikasi terapeutik yang diterapkan
oleh perawat saat berkomunikasi dengan pasien keterampilannya cukup sebanyak 27
orang (75,0%), sangat baik 2 orang (5.6%), baik 2 orang (5.6%), dan kurang 5 orang
(13.9%) dan responden yang tingkat kepuasaannya Tidak Puas sebanyak 22 orang
(61,1%), sangat puas 2 orang (5.6%), puas 6 orang (16.7), dan sangat tidak puas 6
orang (16.7%). Hasil penelitian antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menunjukkan nilai
P=0,043 dimana nilai tersebut (P<0,05), dengan nilai r=0,339 maka artinya ada
hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2018 dengan kekuatan korelasi lemah.
Pada penelitian kelima yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik
Perawat Dengan Kepuasan Pasien dengan nama peneliti Mechi Silvia Dora, Dini
Qurrata Ayuni, Yanti Asmalinda (2019). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap
non bedah RSUD Padang Pariaman. Hasil penelitian didapatkan bahwa krakteristik
responden berdasarkan usia yaitu sebagian kecil pada usiadewasa awal sebanyak 9
pasien (36,7%), jenis kelamin laki-laki dan perempuan seimbang. Penerapan
komunikasi teraupetik sebagian besar 20 orang (66,7%) tidak efektif dan sebagian
besar pasien (56,7%) menyatakan tidak puas terhadap komunikasi terapeutik perawat.
Hasil uji statistik didapatkan bahwa perawat yang keterampilan komunikasi
terapeutiknya tidak efektif dan pasien merasa tidak puas sebanyak 16 pasien (80%)
dan merasa puas sebanyak 4 orang (20%). Sedangkan yang komunikasi terapeutiknya
efektif, pasien merasa tidak puas sebanyak 1 pasien (10%), dan yang merasa puas
sebanyak 9 pasien (90 %). Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan chi square
didapat nilai p-value = 0,000 (p value < α 0.05) berarti ada hubungan bermakna antara
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
46

Hasil analisis pada jurnal keenam yang berjudul Hubungan Pelaksanaan


Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Kemoterapi One Day Care
Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan oleh Yunida Turisna
Simanjuntak (2019), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan komunikasi teraupetik perawat terhadap kepuasan pasien kemoterapi one
day care di Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat mayoritas baik
(92,2%) dan kepuasan pasien mayoritas puas (93,8%). Berdasarkan uji Chi-Square
diperoleh nilai p = 0,028 < α = 0.05 yang artinya ada hubungan pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien kemoterapi one day care di
Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan. Kesimpulan penelitian untuk
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat kepada pasien kemoterapi one day care
mayoritas baik, Kepuasan pasien kemoterapi one day care mayoritas puas, ada
hubungan pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
kemoterapi one day care di Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Jurnal ketujuh yang membahas tentang Komunikasi Terapeutik Perawat Dan
Tingkat Kepuasan Pasien oleh Maria Yuliana Wanda, Yustina Kristianingsih, Theresia
Etik Lusiana (2018), dimana penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil
penelitian didapatkan jenis kelamin yang paling banyak adalah berjenis kelamin
perempuan sebanyak 20 (61%) responden, dilihat dari usia menunjukan responden
berada pada usia 11-70 dengan rata-rata 47,27 ± 17,47 tahun, jika ditinjau dari
pendidikan yang paling banyak adalah pendidikan SD sebanyak 13 (39%) responden
sedangkan responden yang paling banyak dengan pekerjaan petani yaitu 10 (31%)
responden. Berdasarkan lama waktu perawatan menunjukan bahwa paling banyak
responden dirawat selama 2-4 hari, Komunikasi terapeutik perawat sangat baik
sebanyak 15 responden dimana 9 (60%) responden mengatakan sangat puas, 4 (27%)
responden mengatakan puas dan 2 (13%) responden mengatakan kurang puas.
Komunikasi terapeutik perawat baik sebanyak 4 responden dimana 3 (75%) responden
mengatakan sangat puas dan 1 (25%) mengatakan kurang puas, komunikasi terapeutik
perawat sedang sebanyak 7 responden dimana 4 (57%) responden mengatakan puas
dan 3 (43%) responden mengatakan sangat puas, komunikasi terapeutik perawat buruk
sebanyak 4 reponden dimana 4(100%) responden mengatakan kurang puas, dan
komunikasi terapeutik perawat sangat buruk sebanyak 3 (100%) responden. Hasil uji
hipotesis dilakukan menggunakan uji Rank spearman dan didapatkan p=0.02 di mana
47

nilai p < 0.05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kepuasan pasien, dan nilai rs + 0.521 artinya ada hubungan
positif kekuatan sedang yang memiliki kemaknaan peningkataan komunikasi
terapeutik akan memberikan peningkatan terhadap kepuasan pasien.
Hasil penelitian jurnal kedelapan yang berjudul Hubungan Komunikasi
Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap Rsud Poso
oleh Burhanuddin Basri (2018), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Hasil
penelitian menunjukan bahwa komunikasi teraupetik yang diberikan perawat tidak
efektif sebanyak 34 reponden (72,3%). Gambaran kepuasan keluarga pasien dalam
pelayanan di ruang rawat inap RSUD Poso menunjukan bahwa pasien tidak puas
sebesar 54 reponden (56,3%). hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik
perawat dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Poso dengan p
value (0,04) < 0,05.
Jurnal penelitian kesembilan yang berjudul Pengaruh Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja oleh Mahendro
Prasetyo Kusumo (2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien Poliklinik dan IGD di RSUD
Jogja. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh komunikasi terapeutik
perawat terhadap kepuasan pasien rawat jalan dan IGD di RSUD Jogja, dan tahap
orientasi komunikasi terapeutik merupakan tahap yang paling berpengaruh terhadap
kepuasan pasien, sedangkan tahap komunikasi terapeutik yang paling berpengaruh di
IGD adalah Tahap Terminasi.
Hasil analisis pada jurnal terakhir yang berjudul Komunikasi Terapeutik
Perawat Berhubungan dengan Kepuasan Pasien oleh Misi Siti, Zulpahiyana, Sofyan
Indrayana (2016), dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap
pringgodani RSU Rajawali Citra Bantul Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan
responden penelitian sebagian besar berusia 36-45 tahun yaitu 14 orang (24,6%), jenis
kelamin perempuan yaitu 31 orang (54,4%), tingkat pendidikan tamat SMA yaitu 23
orang (40,4%), pekerjaan adalah non-PNS/ wiraswasta sebanyak 39 orang atau sebesar
(68,4%). Hasil analisis yaitu sebesar 49,1% komunikasi terapeutik perawat baik dan
68,4% responden puas dan uji kendall tau menunjukkan p=0,003 dan nilai korelasi
sebesar r=0,371. Kesimpulan ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
48

Berdasarkan hasil telaah dan analisis pada 10 jurnal di atas, dapat


disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi teraupetik yang
dilakukan oleh perawat dengan kepuasan pasien dengan nilai p = 0, 000, 0,043,
0,02, 0,04, 0,003 (Sefiana, 2020; Patmawati, 2020; Hidayatullah dkk, 2020;
Sembiring dan Novita, 2019; Dora dkk, 2019, Lusiana, 2018; Basri, 2018; Siti
dkk, 2016).
Hasil analisis peneliti mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien
terhadap komunikasi teraupetik didapatkan bahwa sebagian besar pasien
merasa tidak puas. Penelitian Patmawati (2020) menyatakan bahwa hampir
setengahnya pasien yang di rawat di Ruang Rawat Inap RSUD Majalengka
Kabupaten Majalengka merasa tidak puas terhadap pelayanan keperawatan
yaitu sebesar 49,2%. Hal ini sejalan dengan penelitian Basri (2018) dimana
kepuasan pasien dengan total sampel 96 pasien, dalam kategori tidak puas
sebanyak 54 pasien dengan (56,3%), dan kategori puas sebanyak 42 pasien
dengan (43,8%). Nilai tertinggi terdapat pada kategori tidak puas. Pasien yang
tidak puas dapat dikarenakan pelayanan yang diterima pasien tidak sesuai
dengan harapan, seperti keluhan yang tidak cepat ditanggapi, informasi yang
diterima kurang puas, akibatnya pasien merasa pelayanan yang dialaminya
tidak puas. Jika hal ini dibiarkan akan berdampak pasien tidak mau lagi
berkunjung ke rumah sakit (Patmawati, 2020). Penyebab ketidakpuasan lainnya
dijelaskan dalam penelitian Dora dkk (2019) yang menyatakan banyak
responden yang menyatakan komunikasi terapeutik pada kategori tidak puas,
hal ini harus mendapat perhatian serius dari perawat dalam menerapkan
komunikasi terapeutik saat kontak pertama antara pasien dan perawat. Hal ini
dibuktikan dengan pernyataan pasien bahwa masih terdapat perawat yang tidak
mengucapkan salam pada pasien. Perawat tidak memperkenalkan diri pada
pasien serta perawat yang tidak menjelaskan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk suatu posedur tindakan.
Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayatullah
(2020) yang berjudul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dengan Kepuasan
Pasien Rawat Inap Puskesmas Tapen Kabupaten Bondowoso didapatkan hasil
bahwa dari 30 responden sebagian besar responden puas terhadap pelayanan
49

rawat inap di Puskesmas Tapen sebanyak 76,7% (23 responden). Analisa hasil
kepuasan pasien menunjukkan bahwa pasien paling puas saat perawat
menengok dan memeriksa keadaan anda seperti mengukur tensi, suhu, nadi,
pernafasan, dan cairan infus dan perawat memberi tahu dengan jelas tentang
hal-hal yang dilarang dalam perawatan (Hidayatullah, 2020).
Pelaksanaan komunikasi terapeutik sangat berpengaruh terhadap
kepuasan pasien sehingga dapat mempengaruhi jumlah pasien yang bersedia
dirawat di rumah sakit tersebut. Dengan meningkatnya perhatian perawat
kepada pasien yang dirawat juga akan menambah kesempurnaan dalam
pemberian asuhan keperawatan maupun tindakan keperawatan. Hal tersebut
akan berefek terhadap penambahan jumlah pasien yang akan berobat sehingga
target atau capaian yang telah dibuat dalam rencana dan strategi seluruhnya
tercapai. Pelaksanaan komunikasi terapeutik oleh perawat mampu
mendatangkan kepuasan pasien, karena dengan komunikasi yang baik, pasien
akan merasa nyaman saat diberikan perawatan, sehingga pada akhirnya mereka
merasa puas dengan apa yang didapatkan dalam pelayanan kesehatannya.
Keberhasilan pelaksanaan komunikasi terapeutik dapat dilihat dari jumlah
pasien yang bersedia dirawat dan kepuasan yang dirasakan pasien. Hal tersebut
tidak lepas dari kewajiban perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik
terhadap semua pasien. Komunikasi terapeutik yang bermutu adalah
komunikasi yang dilakukan berdasarkan standar operasional dan dapat
memuaskan pasien.
Hasil telaah dan analisis peneliti pada 10 jurnal didapatkan bahwa semua
jurnal menyatakan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat
terhadap kepuasan pasien. Penelitian Patmawati (2020) menyatakan dari 29
perawat yang melakukan komunikasi terapeutik kurang baik, 82,8% pasien
merasa tidak puas dengan pelayanan keperawatan dan 17,2% pasien merasa
puas dengan pelayanan keperawatan. Hal ini menunjukkan bahwa pasien rawat
inap yang tidak puas sebagian besar terdapat pada komunikasi terapetik
perawat yang kurang baik dibanding dengan komunikasi terapetik perawat
yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh p value = 0,000 yang
artinya p value < α (0,05) sehingga hipotesis nol ditolak. Dengan demikian
50

maka ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan


pada pasien rawat inap di RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun
2020. Penelitian Hidayatullah (2020) juga menunjukkan hasil yang sama
dimana hasil analisa statistik dengan uji korelasi Spearman diperoleh nilai p
value 0,000 (p<0,005) artinya ada hubungan yang signifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap. Sejalan denganDora
dkk (2019) yang menyatakan hasil analisa univariat menunjukkan bahwa
43,3% responden menyatakan puas dan 56,7% responden menyatakan tidak
puas, pada analisa bivariat di dapatkan p value = 0,000 berarti terdapat
hubungan yang bermakna antara komunikasi terapeutik perawat dengan
kepuasan pasien rawat inap non bedah RSUD Padang Pariaman. Penelitian lain
menyatakan bahwa dari 92,2% pelaksanaan komunikasi terapeutik yang baik
89,1% puas dan 3,1% tidak puas. Sedangkan, dari 7,8% pelaksanaan
komunikasi terapeutik yang tidak baik 4,7% puas dan 3,1% tidak puas. Hasil
uji diperoleh nilai p = 0,028 (p<0,05 ) yang menyatakan ada hubungan
pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien
kemoterapi one day care Rumah Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan
(Simanjuntak, 2019). Adanya hubungan hal ini dapat dikarenakan dengan
membangun komunikasi antara perawat dan pasien maka akan terjalin suatu
hubungan yang harmonis dan saling terbuka sehingga keluhan pasien dan
keluarga dapat diketahui secara pasti oleh perawat dan perawat dapat
memberikan pelayanan sesuai dengan harapan atau keluhannya (Patmawati,
2020).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa komunikasi adalah suatu
alat yang penting untuk membina hubungan teraupetik karena dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan termasuk kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan. Komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk
membantu penyembuhan atau pemuliha pasien. Dengan memiliki keterampilan
komunikasi terapeutik yang baik, perawat akan lebih mudah menjalin
hubungan saling percaya dengan pasien, dan hal ini akan lebih efektif bagi
perawat dalam memberikan kepuasan profesional dalam asuhan keperawatan.
51

Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan teori bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien adalah komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat untuk mendukung
proses keperawatan yang meliputi pengkajian diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Dimensi mutu pelayanan rumah sakit
yang mempengaruhi mutu pelayanan salah satunya merupakan dimensi
hubungan perawat dengan pasien (Suryani, 2015).
Hasil telaah dan analisis pada jurnal literatur yang terdapat dalam kajian
literatur ini, ditemukan bahwa terdapat beberapa jurnal yang memiliki
kelemahan dimana pada saat proses pelaksanaan komunikasi teraupetiknya
masih belum terdapat tahapan pada saat pelaksanaan komunikasi terapeutik
yang dilakukan oleh perawat, seperti hasil penelitian Hidayatullah (2020),
Selfiana (2020), Patmawati (2020), Dora dkk (2019), Sembiring dan Novita
(2019), Simanjuntak (2019), Basri (2018), Wanda dkk (2018), Siti dkk (2016).
Selain itu masih ada beberapa jurnal yang tidak melampirkan hasil analisis dari
karakteristik responden yang dipilih dan dijadikan subjek penelitian, sehingga
peneliti mengalami kesulitan dalam menentukan faktor-faktor yang
memungkinkan berpengaruh terhadap kualitas komunikasi yang diterima oleh
responden. Sementara kelebihan dari 10 jurnal yang dianalisis yaitu ada jurnal
yang menjelaskan secara rinci tahapan dari komunikasi terapeutik yang
dilakukan perawat mulai dari tahap orienmtasi, kerja dan terminasi yaitu jurnal
penelitian Kusumo (2017).
Kesimpulan dari analisis 10 jurnal menunjukkan bahwa masih
terdapatnya pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan, maka upaya yang perlu dilakukan oleh perawat adalah
memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat lebih baik serta lebih
tanggap lagi dalam mengatasi keluhan pasien. Bagi pasien dan keluarga agar
mematuhi prosedur pelayanan yang berlaku di rumah sakit agar mendapatkan
pelayanan yang lebih maksimal. Selain itu masih terdapat perawat yang
komunikasi terapetiknya kurang baik, maka pihak rumah sakit perlu
mengadakan kegiatan pendidikan dan pelatihan non formal bagi perawat secara
berkesinambungan agar menghasilkan perawat yang profesional dan mampu
52

mengembangkan komunikasi terapetik pada pasien. Bagi pasien dan keluarga


agar aktif bertanya kepada perawat jika ada yang belum dimengerti mengenai
prosedur pelayanan. Perlunya perawat membina hubungan kepercayaan dengan
klien melalui suatu komunikasi terapeutik, yang berguna sebagai penunjang
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang
sedang dirasakan dan yang dibutuhkan oleh klien sehingga diharapkan dengan
adanya kemampuan komunikasi terapeutik perawat yang baik depat
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil telaah dan analisis dari 10 junal pada kajian literatur
yang membahas tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat terhadap
kepuasan pasien yang telah dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Komunikasi teraupetik yang dilakukan perawat sudah baik dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Akan tetapi, masih terdapatnya
ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan,
maka upaya yang perlu dilakukan oleh perawat adalah memberikan
pelayanan kepada pasien yang dirawat secara lebih baik dan tanggap lagi
dalam mengatasi keluhan pasien.
2. Ada hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat
dengan kepuasan pasien.
Hasil kesimpulan di atas menunjukkan bahwa perlu ditingkatkannya
kemampuan perawat dalam menerapkan komunikasi terapuetik untuk
meningkatkan kepuasan pasien yang terdiri atas 3 tahapan, yaitu tahap
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi, sehingga mutu dari pelayanan
keperawatan dan kepuasan pasien sebagai penerima pelayanan juga meningkat.

D. Saran
1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teori bagi profesi keperawatan serta dapat dijadikan
referensi kepustakaan dalam memberikan pelayanan keperawatan
khususnya terhadap penerapan komunikasi terapeutik perawat untuk
meningkatkan kepuasan pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan.

6. Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Sebagai bahan masukan bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan
tentang penerapan komunikasi terapeutik perawat untuk meningkatkan
kepuasan pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan.

53
54

7. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil ini diharapkan untuk memberikan masukan kepada institusi
pendidikan agar tulisan ini dapat dimanfaatkan dengan baik sebagai media
peningkatan ilmu pengetahuan mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa
keperawatan tentang penerapan komunikasi terapeutik perawat untuk
meningkatkan kepuasan pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan.

8. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
referensi bagi masyarakat tentang penerapan komunikasi terapeutik perawat
untuk meningkatkan kepuasan pasien dalam memberikan pelayanan
keperawatan. Masyarakat harus aktif mencari informasi lain tentang
komunikasi terapeutik yang didapatkan dari tenaga kesehatan atau dari
sumber informasi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi.R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta : Gosyen Publising.

Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal Mula Profesi Perawat. Jakarta :


Angkasa.

Arofiati dan Wahyuni. (2017). Pemeriksaan Fisioterapi. Surakarta : Universitas


Muhammadiyah.

Astutik, A. R. (2018). Komunikasi Terapeutik Dengan Tingkat Kepuasan Pasien.


Keperawatan, 1–103.

Basri, Burhanuddin. (2018). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan


Tingkat Kepuasan Pasien Diruang Rawat Inap RSUD Poso. STIKes
Husada Mandri Poso. Indonesian Journal of Nursing Sciences and
Practice.

Dora, Mechi Silvia, Dini Qurrata Ayuni dan Yanti Asmalinda. (2019). Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Piala Sakti, Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Jurnal
Kesehatan – Volume 10 Nomor 2 (2019) 101-105.

Hidayatullah, M. S, Husnul K dan Setyo A. N. (2020). Hubungan Komunikasi


Terapeutik Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas Tapen
Kabupaten Bondowoso. Universitas Nurul Jadid. Jurnal Keperawatan
Profesional (JKP) Volume 8, Nomor 1 Februari 2020 p-ISSN: 2355-679X;
e-ISSN: 2685-1830.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2018.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kusumo, Mahendro Prasetyo. (2017). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat


Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Jogja. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Medicoeticolegal dan Manajemen
Rumah Sakit, 6 (1): 72-81, April 2017. Tersedia di
https://doi.org/10.18196/jmmr.6130 diakses tanggal 1 Juli 2020.

Mamik. (2015). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Jakarta :


EGC.

Mundakir. (2013). Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan.


Yogyakarta: Graha Ilmu. Diakses tanggal 19 Juli 2020.

55
56

Musliha dan Siti Fatmawati. (2015). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Professional. Jakarta: Salemba Medika.

Oxyandi, Miming dan Heni Mustikasari. (2019). Hubungan Penerapan


Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di
Instalasi Gawat Darurat. Program Studi DIII Keperawatan, STIKES
‘Aisyiyah Palembang.

Patmawati, Nita. (2020). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan


Kepuasan Pasien Dalam Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap
RSUD Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun 2020. Program Studi
Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.

Pohan. (2013). Jaminan Mutu Layanan Kesehatan; Dasar-dasar, Pengertian dan


Penerapan. Jakarta : EGC.

Pohan. (2017). Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.

Prasanti, D. (2017). Komunikasi Terapeutik Tenaga Medis tentang Obat


Tradisional bagi Masyarakat.MediaTor, Vol 10 (1).

Priyanto, A. (2013). Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana


Pelayanan Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba
Medika.

Putra, A. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan


Pasien Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel
Abidin, 2013. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1).

Rahma, Z. A. (2019). Systematic Literature Review Terhadap Kebijakan Publik


dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Publik Zahra. Universitas
Padjadjaran.

Sangadji, E.M., dan Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis


Disertai : Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sefiana, W. (2020). Kepuasan Pasien Di Ruang Poliklinik Rawat Jalan Rsud


Indramayu Tahun 2020 Jurnal Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Cirebon Kepuasan Pasien Di Ruang
Poliklinik Rawat Jalan Rsud Indramayu Tahun 2020. Keperawatan.

Sembiring, Iskandar Markus dan Novita Br G. M. (2019). Hubungan Komunikasi


Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap. Institut
57

Kesehatan Medistra Lubuk Pakam. Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi


(JKF), e-ISSN: 2655-0830 Vol. 1 No.2 Edisi November2018-April 2019.
DOI: https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.170.

Simanjuntak, Y. T. (2019). Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


Perawat Dengan Kepuasan Pasien Kemoterapi One Day Care Rumah
Sakit Murni Teguh Memorial Hospital Medan. Keperawatan, 2(1), 110–
123.

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik, Ed 2. ECG, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai