Anda di halaman 1dari 2

EVALUASI PELAJARAN 5: IKHTISAR

1. Bacalah teks ilmiah berikut dengan saksama, lalu


a. tentukan gagasan pokok atau butir-butir pentingnya!
b. buatlah ikhtisarnya dalam bentuk verbal!
c. buatlah ikhtisarnya dalam bentuk bagan/skema

Rakyat Setuju Hukum Mati bagi Pengedar Narkoba

(1) Sebagaimana dilansir banyak media baik domestik maupun asing, Kejaksaan Agung RI
telah mengeluarkan surat perintah untuk eksekusi mati terhadap 10 terpidana mati. Ini adalah
keputusan pelaksanaan eksekusi mati gelombang kedua. Walau ada penolakan, namun
mayoritas rakyat Indonesia atau sebanyak 86 persen ternyata setuju dan mendukung hukuman
mati bagi pengedar narkoba.
(2) Keputusan pemerintah memberikan hukuman mati kepada pengedar narkoba menuai
pro dan kontra. Banyak masyarakat yang setuju dan mendukung langkah Presiden untuk
mengeksekusi mati pengedar narkoba. Menurut hasil survei nasional Indo Barometer,
mayoritas publik Indonesia atau sekitar 86,3 persen menyatakan setuju dengan hukuman mati
yang diberikan kepada pengedar narkoba. Pihak yang kontra dari dalam negeri hanya 10,3
persen. Selain itu, ada beberapa negara asing yang memberikan tekanan agar Indonesia
membatalkan hukuman mati. Bahkan ada yang mengancam akan memutuskan hubungan
diplomatik dan kerja sama ekonomi.
(3) Alasan bagi masyarakat yang setuju dengan hukuman mati, karena narkoba telah
merusak generasi muda bangsa. Selain itu, hukuman mati merupakan cara untuk membuat efek
jera. Alasan yang banyak diungkap bahwa narkoba merusak generasi muda sebesar 60,8%, dan
alasan untuk memberikan efek jera sebesar 23,7%.
(4) Sedangkan publik yang tidak setuju, alasan yang banyak diungkap adalah masih ada
jenis hukuman lain yang lebih manusiawi (36,2%). Selain itu, mereka berpendapat bahwa
hukuman mati merupakan pelanggaran hak asasi manusia (28,4%).

2. Bacalah teks ilmiah berikut dengan saksama, lalu


a. tentukan (garis bawahi) butir-butir pentingnya!
b. buatlah ikhtisar (sinopsis)nya!.
c. kutiplah satu kalimat yang paling menarik untuk penguat sinopsis buatan Anda!

ATHEIS

Hasan tak tahan lagi untuk membiarkan Anwar tetap hidup. Dengan menepuk meja, ia bangkit
dengan tiba-tiba. Seperti kucing garong yang hendak menerkam mangsanya, badannya seolah-
olah mengembung tinggi. Tiba-tiba jongos disiakkannya ke pinggir, lalu bergegaslah ia ke luar.
(Hlm. 230). Bergegas Bergegas setengah lari keluar hotel, ke atas trottoir, ke jalan besar....
dalam malam yang setengah gelap. Berkelatak suara bakiak yang copot dari kakinya, la
bergegas terus dengan dadanya berat turun-naik. Bergegas terus. Tidak melihat ke kiri ke
kanan. Tidak peduli apa yang dilaluinya. Tidak melihat apa-apa lagi. Segala serba kabur, la
seperti didorong oleh suatu tenaga yang gaib, yang menguasainya seluruhnya, la menjadi kuat
untuk berjalan cepat. .Cepat! Cepat!
"Kau biarkan begitu saja? Kau biarkan begitu saja? Tidakkah kau merasa terhina?! Kau
biarkan begitu saja?! Kau.... Kau... Kau...?!
Suara itu mendesing-desing seperti radio tidak tepat kena stasiun, memukul-mukul seperti
cambuk memukul kuda. Hasan sudah lupa akan dirinya sendiri, lupa apa yang ada sekelilingnya,
la bergegas terus!
"Kau biarkan begitu saja....?! Kau biarkan begitu saja?"
Makin cepat makin bergegas! Cepat! Cepat!
"Kau biarkan begitu saja ....?! Sudah lupa akan ajaran agama, akan ajaran Tuhan, akan
ajaran kemanusiaan. Kesusilaan .... Atas nama semua itu kau harus membalas dendam! Harus
kau hancurkan si pelanggar hukum semua itu ...."
Hasan lari terus menuju tempat Anwar! Lari terkapah-kapah! Napasnya mengap-mengap.
"Kau harus membalas dendam pada Anwar! Hancurkan dia! Basmi dia!" Mendesing-
desing terus suara itu! Berputar-putar seolah-olah bumi.
"Sedang Hamlet si Tukang Sangsi itu, pada akhirnya membalas juga! Karena tak mau ia
dihina-hina! To be or not be! To kill or not kill! And he kills! He kills! And you?! You?!"'
Ngeeooong, ngeeeooong.... ngeeeoooong. Sirene tiba-tiba berbunyi. Tanda bahaya udara.
Hasan agak mengerem larinya. Tapi ia lari terus.
"Kau biarkan begitu saja ?!
"Kusyu Keiho! Kusyu Keiho!"
Seorang keibodan berteriak-teriak sambil lari ke sana kemari dengan corong pengeras
suara.
"Kusyu Keiho! Kusyu Keiho! Lampu! Lampu Padam!
Ngeeeooongng, ngeeooongng, ngeeeooong !
Rrrrttt, lampu-lampu semuanya padam. Gelita turun menyelimuti kota. Orang-orang
berlari-larian mencari perlindungan, (hlm. 231)
Hasan tertegun sebentar. Mau berlindung? Agak bimbang. Tapi lihatlah masih ada orang-
orang yang lari, maka ia pun larilah lagi. Lari terus!
"Kau biarkan begitu saja?! Kau biarkan begitu saja?"
Makin gencar serasa bumi berputar-putar bagi Hasan. Gelap! Gelap baginya! la bergegas
terus, Tidak peduli ada bahaya udara. Tidak peduli orang-orang pada berlindung. Dadanya
dibakar terus oleh api amarah yang menjolak-jolak ke atas, yang menyalakan matanya,
mengaburkan telinganya, mengacaukan pikirannya.
la bergegas terus. Dalam gelap gulita ….
Tiba-tiba... tar! tar! aduh!
Hasan jatuh tersungkur. Darah menyebrot dari pahanya, la jatuh pingsan. Peluru senapan
menembus daging pahanya sebelah kiri. Darah mengalir dari lukanya, meleleh di atas betisnya.
Badan yang lemah itu berguling-guling sebentar di atas aspal, bermandi darah. Kemudian
dengan bibir melepas kata "Allahu Akbar", tak bergerak lagi
"Mata-mata ya! Mata-mata ya! Orang jahat!..." (hlm- 232)
(dikutip dari Achdiat K.Mihardja, Atheis, hl. 230-232, dengan penambahan penanda koherensi)

Anda mungkin juga menyukai