Anda di halaman 1dari 44

Parameter Hematologi

pada Infeksi
Pusparini
Bagian Patologi Klinik,Universitas Trisakti
Laboratorium Prodia Kedoya, Jakarta
Hal-hal yang akan dibahas
 Pendahuluan
 Parameter hematologi pada analyzer
secara umum
 Parameter hematologi pada infeksi
 Parameter tambahan yang ada pada
hematology analyzer
Pendahuluan
 Pasien dengan penyakit infeksi
dijumpai terbanyak di bangsal RS
 Penting untuk DD antara infeksi atau
bukan
 D/ : anamnesis, pemeriksaan fisik
petanda biokimia
kultur--- mahal dan butuh waktu
Pendahuluan
 Diperlukan tes yang cepat dan akurat
 Dapat menghindari tes laboratorium yang
tidak perlu
 Dapat membantu memulai atau modifikasi
terapi dengan lebih cepat
 Dapat menghindari penggunaan antibiotika
yang tidak diperlukan
 Salah satu tes laboratorium yang dapat
dijadikan petanda awal untuk membedakan
adanya infeksi atau sebab lainnya adalah
parameter hematologi
Hematology analyzer
Pada umumnya terdiri dari :
1. Hitung sel : complete blood count
2. Hitung jenis sel : 3 diff, 5 diff
3. Parameter tambahan
Perlu promosi dan informasi mengenai
parameter tambahan yang saat ini ada di
beberapa alat hematologi sehingga parameter
ini dapat membantu klinisi untuk skrining dan
diagnosis beberapa penyakit.
Parameter hematologi pada infeksi
Kelainan pada eritrosit
Anemia
 manifestasi tersering pada infeksi
 Contoh : malaria, babesiosis
Malaria :
P.Vivax / P. Ovale : menginfeksi retikulosit
parasitemia rendah
P. Malariae : menginfeksi eritrosit segala usia
parasitemia rendah
P. Falciparum :
- menginfeksi eritrosit segala usia, termasuk eritroblas.
- Parasitemia tinggi
- Normositik normokrom (paling sering)
Kelainan pada eritrosit
Non imun anemia hemolitik
 Clostridium perfringens
Penyebab : toksin alpha phopholipase C
• Haemophilus influenzae type B
Imun hemolitik anemia :
• Biasanya jenis cold aglutinin
• Mycoplasma, Epstein-Barr virus, HIV, varicella,
cytomegalo virus, Syphilis, Listeria
Kelainan pada eritrosit
Anemia penyakit kronis :
• Terdapat sekitar 18-95%
• Normositik/mikrositik
• Mekanisme :
- supresi sumsum tulang secara langsung
- inhibisi produksi eritropoietin
- gangguan pada metabolisme Fe
- produksi hepcidin pada liver
Kelainan pada eritrosit
Anemia mikrositik :
• Sekunder dari anemia penyakit kronis
• Sekunder dari anemia ec perdarahan : infeksi cacing
( Ancylostoma duodenale, Necator americanus,
Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius
vermicularis)
Anemia makrositik :
- Infeksi Diphyllobothrium latum
- Penularan melalui ikan yang dikonsumsi mentah
- Parasit mempunyai afinitas tinggi terhadap vitamin
B12
Kelainan pada leukosit
 Leukositosis : respons tipikal (infeksi bakteri)
 Leukopenia : neutropenia 24,6%
limfopenia 75,8 %
Penyebab : (thyphoid, TBC, Shigella,
brucellosis)
1. Tidak diketahui dengan pasti
2. Endotoxin
3. Sitokin mensupresi sumsum tulang
4. Marginasi neutrofil
Kelainan pada leukosit
Tuberculosis milier :
1. Leukopenia 15 %
2. Trombositopenia 23 %
3. Limfopenia 87%
Kelainan pada leukosit
Leukopenia : infeksi virus
Contoh : HIV, EBV, CMV, hepatitis virus
Herpes virus
Yellow fever
Varicella, Measles, Rubella
Pansitopenia :
dijumpai pada : infeksi virus/bakterial
Contoh : Parvovirus, HIV, infeksi hepatitis
Kelainan trombosit
Pada infeksi : trombositopenia
Penyebab trombositopenia :
1. Penurunan produksi : dengue fever,
parvovirus, rubella, mumps, varicella,
hepatitis C, EBV
2. Peningkatan destruksi : hemorrhagic fever
3. Multifaktorial : gabungan antara
kerusakan hepar dan disfungsi sumsum
tulang
Hematology analyzer
Parameter tambahan yang berhubungan
dengan infeksi :
1. CPD : cell population data
2. Lymph index
3. Total reactive lymphocytes
4. Granularity of neutrophil
5. Reactivity of neutrophil
6. Immature granulocytes
7. NLR : neutrophil lymphocyte ratio
8. CRP : C reactive protein
9. hsCRP : high sensitive CRP
10. SAA : serum amyloid A
Parameter tambahan
Cell Population data :
• Pada alat hematologi tertentu :
• VCS technology : volume, conductivity, scatter
• CPD Neutrofil : skrining sepsis/infeksi bakterial
(VCS meningkat)
• CPD limfosit : DD/ infeksi virus dan bakterial
DD/infeksi virus dan keganasan limfoid
• CPD monosit : DD/ malaria /dengue
• Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
keakuratan dari penggunaan CPD
Parameter tambahan
Lymph index = LV x LV-SD + LC
LV : mean volume lymphocyte CPD, LV-SD : standar deviasi lymphocyte
LC : lymphocyte conductivity
Lymph index
Lymph index
Total Reactive lymphocyte
 Limfosit B dan T yang teraktivasi
 Peningkatan intensitas fluorensein :
limfosit lainnya
 Interpretasi : terdapat peningkatan
respons imun innate dan adaptive cell
mediated immune respons
 Peningkatan : infeksi virus
Granularity of neutrophil
 Diukur granula dari neutrofil
 Respons terhadap inflamasi
 Meningkat : awal innate immune
response
Reactivity of neutrophil
• Pengukuran terhadap intensitas
fluorensein dari populasi neutrofil
• Menunjukkan aktivitas metabolik neutrofil
• Meningkat : awal innate immune
response
Immature granulocytes
 Jumlah total promielosit, mielosit dan
metamielosit
 Menunjukkan beratnya awal innate
immune response
NLR : neutrophil lymphocyte ratio
pada septic shock
Clinical application of CRP
Jun Fu, et al
Kesimpulan
 Parameter hematologi konvensional dapat membantu untuk
membedakan infeksi dan non infeksi
 Infeksi dapat memengaruhi eritrosit, leukosit maupun trombosit
 Parameter tambahan pada alat hematologi perlu dimanfaatkan
untuk DD antara infeksi dan non infeksi, infeksi virus dan bakteri
 Parameter tambahan CRP/hsCRP pada alat hematologi dapat
digunakan untuk DD infeksi bakteri/virus
 Parameter tambahan SAA dapat digunakan terutama pada awal
infeksi, lebih sensitif untuk infeksi virus

Anda mungkin juga menyukai