D 6111901041 Bella Lorenza
D 6111901041 Bella Lorenza
Pada awal abad ke-20, Politik Etis menuntut tanggung jawab moral kolonial terhadap
kesejahteraan rakyat Nusantara yang dijajah. Hal ini membawa perubahan bagi kehidupan
masyarakat termasuk dalam bidang arsitektur. Arsitek-arsitek modern Belanda yang
membawa pemikiran baru mengenai arsitektur mulai berdatangan ke Nusantara. Menurut
Hendrik Petrus Berlage dalam bukunya Myn Indische Reis Rotterdam, bangsa Indonesia
harus memiliki gaya dan langgam arsitekturnya sendiri. Dengan demikian, abad ke-20
menjadi titik munculnya karakter modernisme dalam wujud arsitektur Indonesia.
Seiring dengan munculnya gerakan modernisme di Eropa, para arsitek Belanda
berusaha menggabungkan gaya modernisme Eropa dengan unsur lokal yang dimaknai
sebagai iklim, prototipe sejarah, dan budaya lokal. Upaya yang dilakukan oleh para arsitek
tersebut berupa pendekatan dari lokal menuju modern dan dari modern menuju lokal.
Pendekatan dari lokal menuju modern berupa tampilan/sosok lokal yang dikemas dalam
bentuk dan digabungkan dengan teknologi modern. Salah satu hasil pendekatan ini ialah Aula
Institut Teknologi Bandung (ITB) karya H. Maclaine Pont yang menyatukan tampilan atap
tradisional dengan konstruksi modern kala itu berupa paduan laminated wood dengan baja.
Secara kontras, pendekatan dari modern menuju lokal ditandai dengan tampilan modern barat
seperti yang dihasilkan oleh Le Corbusier, Mies van der Rohe, Frank Lloyd Wright, dan lain-
lain yang diberi cita rasa lokal seperti yang tertuang dalam Villa Isola karya C.P.W.
Schoemaker.
Gambar 3. Paduan Laminated Wood dengan Baja pada Konstruksi Aula ITB
(Sumber: jokosarwono.wordpress.com)
Upaya pencarian langgam arsitektur Indonesia dalam memadukan unsur modern dan
lokal juga dilakukan oleh orang Indonesia. Setelah merdeka dari penjajahan, Soekarno
mengarahkan para arsitek Indonesia kepada pembangunan citra modern Indonesia sebagai
bentuk kehadiran Indonesia yang merdeka dan berdaulat di mata dunia. Pembentukan Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) dan sekolah arsitektur membuka jalan bagi partisipasi arsitek
Indonesia dalam pembangunan negara. Pencanangan proyek pembangunan Nation Building
juga menjadi jalan bagi terlaksananya pembangunan citra modern arsitektur Indonesia.
Proyek Nation Building yang dilakukan berupa pembangunan patung monumen nasional,
gedung pencakar langit, jalan bebas hambatan, hotel berbintang, pusat perbelanjaan, stadion,
dan lain-lain.
Wujud arsitektur yang berkembang pada masa Orde Lama cenderung menggunakan
pendekatan modernisme Eropa yang mengedepankan fungsi dan unsur tropis. Salah seorang
arsitek yang banyak berperan pada masa tersebut adalah Friedrich Silaban. Semangat
modernisme yang diadopsi oleh Friedrich Silaban berupa bentuk yang geometris dan
platonik, penggunaan brise soleil (tampilan yang mengurangi efek sinar matahari yang
masuk), dan ekspresi masif/berat dengan kesan ringan/melayang (pilotis). Dalam menyikapi
unsur tropis, Friedrich Silaban menggunakan bentuk atap perisai dengan teritisan yang lebar
seperti pada Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta dan konsep ventilasi silang dengan
menggunakan kerawang seperti pada Masjid Istiqlal di Jakarta. Selain itu, penggunaan
material alam dan selasar pada bangunan juga menjadi karakter arsitektur Friedrich Silaban.
Akan tetapi, wujud arsitektur Indonesia juga mengalami perubahan pada masa Orde
Baru. Walaupun memulai peletakan dasar pembangunan nasional, kondisi ekonomi yang
berkembang memberi dampak negatif bagi gerakan modernisme arsitektur di Indonesia. Para
“orang kaya baru” yang baru lahir mengekspresikan dirinya dengan meniru gaya bangunan
klasik Yunani, Romawi, dan Spanyol. Gaya arsitektur klasik dianggap sebagai wajah
pembeda status sosial ekonomi masyarakat kala itu. Alhasil, pengembangan langgam
arsitektur Indonesia dalam semangat modernisme mengalami kemunduran.
Masuknya masa Reformasi di Indonesia berjalan seiring dengan berkembangnya
gerakan postmodernisme sebagai perlawanan terhadap modernisme yang mengedepankan
rasionalisme. Nilai etik, nilai estetika, nilai budaya, dan semangat keragaman bentuk sebagai
bagian dari gerakan postmodernisme merupakan kritik bagi keseragaman tampilan yang
membosankan dalam gerakan modernisme arsitektur. Masuknya gerakan postmodernisme
kembali mengubah wajah arsitektur Indonesia dengan karakter yang eklektik dan rumit.
Dengan membawa perubahan mengenai nilai budaya, elemen penanda kota yang dibangun
pada masa Orde Lama dilahirkan kembali. Dengan demikian, karakter modernisme dalam
arsitektur Indonesia hanya dapat dikenang hingga saat ini melalui perawatan dan pelestarian
bangunan-bangunan yang telah dibangun.
PENUTUP
Keberadaan karakter modernisme pada arsitektur Indonesia dimulai sejak bangsa Eropa
yang membawa wujud arsitekturnya ke Indonesia. Perubahan wujud arsitektur ini menjadi
awal hilangnya langgam arsitektur Indonesia. Serangkaian perubahan kepemimpinan politik,
baik pada masa kolonial hingga pascakolonial, berperan besar bagi perubahan karakter
modernisme dan perwujudan langgam pada arsitektur Indonesia. Perjalanan perubahan
karakter arsitektur tersebut dimulai dari arsitektur Eropa yang dipaksakan di Indonesia,
dilanjutkan dengan mulai menanggapi iklim dan mencari langgam arsitektur Indonesia
dengan paduan gaya modernisme, hingga akhirnya perkembangan gaya modernisme berhenti
bersamaan dengan hilangnya kembali langgam arsitektur Indonesia. Alhasil, karakter
modernisme dalam arsitektur Indonesia pada masa kini hanya dapat ditemukan dalam
bangunan yang telah dibangun pada masa kejayaan gerakan modernisme arsitektur di
Indonesia.
Gambar 6. Skema Proses Pembentukan Karakter Modernisme pada Arsitektur Indonesia
(Sumber: dokumen pribadi)
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, A. (2010, January 18). Aula Barat dan Aula Timur ITB; Citra Lokal yang
Monumental. Retrieved from itb.ac.id:
https://www.itb.ac.id/news/read/2688/home/aula-barat-dan-aula-timur-itb-citra-lokal-
yang-monumental
Dominic Gallagher, K. F. (2019, August 30). Modernist architecture: Roots (1920-1929).
Retrieved from open.edu: https://www.open.edu/openlearn/history-the-
arts/history/heritage/modernist-architecture-roots-1920-1929
Herwindo, R. P. (2020). Topic 11 Modern Indonesia 01. Retrieved from ide.unpar.ac.id:
https://ide.unpar.ac.id/pluginfile.php/331313/mod_resource/content/0/Modern03.pdf
Herwindo, R. P. (2020). Topic 12 Modern Indonesia 02. Retrieved from ide.unpar.ac.id:
https://ide.unpar.ac.id/pluginfile.php/335206/mod_resource/content/0/Modern
%2004.pdf
Herwindo, R. P. (2020). Topic 13 Modern Indonesia 03. Retrieved from ide.unpar.ac.id:
https://ide.unpar.ac.id/pluginfile.php/338485/mod_resource/content/0/Modern
%2005.pdf
Indrayudantara, Y. (n.d.). sejarah arsitektur kontemporer indonesia. Retrieved from
atelierriri.com: http://atelierriri.com/sejarah-arsitektur-kontemporer-indonesia/
Maulana, D. (2017, December 18). Form Follow Function; Jakarta dan Modernisme.
Retrieved from medium.com: https://medium.com/@darinamaulana/form-follow-
function-jakarta-dan-modernisme-a3441f7bc904
Mumford, E. (2019, September 30). CIAM and Its Outcomes. Retrieved from
researchgate.net:
https://www.researchgate.net/publication/336175207_CIAM_and_Its_Outcomes
Pawitro, U. (2010, January-March). Fenomena Post-Modernisme dalam Arsitektur Abad ke-
21. Rekayasa Vol. 14, pp. 40-48.
Pusat Dokumentasi Arsitektur. (2012). Tegang Bentang: Seratus Tahun Perspektif Arsitektur
di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Putri, A. S. (2020, March 13). Kolonialisme dan Imperialisme: Pengertian dan Latar
Belakang. Retrieved from kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/13/190000969/kolonialisme-dan-
imperialisme--pengertian-dan-latar-belakang?page=all#:~:text=Pengertian
%20kolonialisme%20dan%20imperialisme,maksud%20untuk%20memperluas
%20negara%20itu.
RIBA. (n.d.). Modernism. Retrieved from architecture.com:
https://www.architecture.com/explore-architecture/modernism
Sugiarto, R. (2020). Topic 14 Isu Permasalahan Identitas Arsitektur (Kota). Retrieved from
ide.unpar.ac.id:
https://ide.unpar.ac.id/pluginfile.php/340298/mod_resource/content/0/isu
%20permasalahan%20identitas%20arsitektur%20%28Kota%29%202020.pdf
Utomo, H. P. (2018, September 2). Kandang Manusia: Sarkasme yang Tidak Seberapa
terhadap Rupa Buram Arsitektur Kontemporer di Indonesia. Retrieved from
medium,com: https://medium.com/@hartmantyo/kandang-manusia-sarkasme-yang-
tidak-seberapa-terhadap-rupa-buram-arsitektur-kontemporer-di-bc4904f9ee43
Surat Pernyataan
‘Saya, Nama : Bella Lorenza NPM : 6111901041 menyatakan bahwa saya mengerjakan sendiri Ujian Akhir Semester
mata kuliah Sejarah dan Teori Arsitektur Modern dan tidak bekerjasama dengan orang lain. Bila terindikasi ada
kecurangan maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku’.
Tanda Tangan,