Anda di halaman 1dari 15

1.

RESUSITASI NEONATUS
a. Bantuan resusitasi di fasilitas yang terbatas (The First Golden Minutes: Helping
Babies Breathe (HBB)
Sepuluh persen bayi baru lahir membutuhkan bantuan pernafasan pernapasan dalam satu
menit pertama (the golden minute). Bantuan pernapasan (HBB) untuk fasilitas terbatas,
sebagai berikut (Oswari et al., 2016):

Gambar 1. Skema rencana pelaksanaan HBB Golden minute berada disudut kanan
atas menunjukkan bahwa balon/sungkup ventilasi harus disediakan dalam satu
menit.

Tabel 1. Catatan penggunaan kasus untuk menggambarkan jalur klinis rencana aksi
Helping Babies Breathe/ HBB

1 2 3 4 5 6
If meconium, clear airway
Dry Dry Dry Dry Dry Dry
thoroughly thoroughly thoroughly thoroughly thoroughly thoroughly

Crying Not crying Not crying Not crying Not crying Not crying

Keep warm Keep warm Keep warm Keep warm Keep warm Keep warm
Check Position head Position head Position head Position head Position head
breathing
Clear airway Clear airway Clear airway Clear airway Clear airway
Stimulate Stimulate Stimulate Stimulate Stimulate
breathing breathing breathing breathing breathing

Breathing Breathing Not breathing Not breathing Not breathing Not breathing
well well

Cut cord Cut cord Cut cord Cut cord Cut cord Cut cord
Routine care Routine care Ventilate Ventilate Ventilate Ventilate

Breathing Not breathing Not breathing Not breathing


well

Monitor with Call for help Call for help Call for help
mother
Continue/ Continue/ Continue/
improve improve improve
ventilation ventilstion ventilstion

Breathing Not breathing Not breathing


Monitor with Continue Continue
mother ventilation ventilation

Normal heart Slow heart


rate rate OR
Normal heart
rate
Breathing Not breathing

Monitor with Continue


mother ventilation
Advance care

Intervensi sederhana di fasilitas terbatas seperti perbaikan langkah untuk menolong bayi
baru lahir dapat menurunkan angka kematian 47% (Little et al., 2011 dalam Oswari et al.,
2016).
b. Bantuan resusitasi di fasilitas kesehatan yang lebih lengkap

Gambar 2. Algoritma Resusitasi Neonatus –Pembaharuan 2015


Konsuling antenatal,
briefing tim dan periksa
kelengkapan alat

Bayi lahir
Bayi tetap bersama ibu untuk
perawatan rutin: jaga kehangatan
Usia gestasi cukup bulan? Ya dan temperatur normal, posisikan
Tonus baik? jalan nafas, bersihkan sekret bila
Bernafas atau menangis? diperlukan, keringkan.
Evaluasi berkelanjutan.
Tidak
Jaga kehangatan dan temperatur normal, posisikan
1 menit jalan napas, bersihkan secret bila diperlukan, keringkan,
beri rangsangan/stimulus.

Ya Tidak Sulit bernafas atau


Apnoe atau gasping? sianosis menetap?
Nadi dibawah 100x/mnt?

Posisikan dan bersihkan jalan napas


VTP Pantau SpO2
Pantau SpO2 Suplementasi O2 bila diperlukan
Pertimbankan pemantauan EKG Pertimbangkan CPAP

Tidak
Nadi dibawah 100 x/mnt?
Perawatan post resusitasi
Ya Debriefing tim

Lihat pergerakan dada


Koreksi ventilasi bila diperlukan
ETT atau laryngeal mask bila diperlukan
Target SpO2 Preduktal
Setelah Lahir
Tidak Nadi dibawah 60 x/mnt? 1 menit 60 – 65 %
2 menit 65% - 70%
Ya
3 menit 70% - 75%
Intubasi bila belum dilakukan 4 menit 75% - 80%
Kompresi dada terkoordinasi dengan VTP 5 menit 80% - 85%
100 % O2
10 menit 85% - 95%
Pantau dengan EKG
Pertimbangkan kateter umbilical emergensi

Nadi dibawah 60 x/mnt?

Ya
Epinefrin intravena
Jika nadi tetap dibawah 60x/menit
Pertimbangkan hipovolemi
Pertimbangkan pneumothorax

Sumber: AHA 2015; Myra et al., 2015; Oswari et al., 2016.


SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)
RESUSITASI NEONATUS
1 Pengertian Bantuan yang diberikan pada bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur
2 Tujuan Melancarkan kelangsungan pernafasan bayi baru lahir
3 Persiapan alat Siapkan dan cek fungsi alat-alat untuk:
a. Thermal management: nyalakan infant radiant warmer, hangatkan
handuk, dan selimut/kain sebelum bayi lahir
b. Airway: Balon penghisap (bulb syringe); Penghisap mekanik
(suction); Kateter suction no 5,6,810 Fr; Pipa lambung 8 Fr (feeding
tube) & syringe 20 ml; Aspirator meconium; Shoulder roll (kain
pengganjal bahu)
c. Breathing
- Perlengkapan balon & sungkup/masker: oral airway, neonatus
cukup bulan dan prematur; balon resusitasi neonatus dengan katup
pelepas tekanan; reservoir oksigen untuk memberikan O2 90-100%;
oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter)dan pipa oksigen;
sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran untuk neonatus
cukup bulan dan premature; kanul hidung atau kateter hidung
- Peralatan intubasi: Laringoskop dengan daun lurus, No.0
(premature), dan No.1 (neonatus cukup bulan); Lampu dan baterai
cadangan untuk laringoskop; pipa ET: 2,(2,5),3,(3,5),4 mm; Stylet;
Gunting; Sarung tangan
d. Circulation
- Alat: Klem tali pusat; sarung tangan steril; kateter umbilicus/pipa
lambung (3,5Fr),(5Fr); Treeway stopcocks; suture; kateter IV;
syringe 1,3,5,10,20,50 ml
- Obat-obatan: Epinefrin 1:10.000; Cairan pengganti volume/plasma
expander, satu atau lebih dari bahan sbb (NaCl 0,9%, RL, Darah
lengkap/ whole blood golongan darah O positif); Natrium
bicarbonate 4,2 %; Dekstrosa 10%; Nalokson; Aqua steril.
e. Alat lain-lain: Stetoskop; jam dinding/stopwatch; pulse oxymetri;
lampu prosedur
4 Prosedur Penilaian awal saat bayi lahir
1. Lakukan penilaian visual secara cepat segera setelah bayi lahir untuk
menjawab 3 pertanyaan:
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi bernafas atau menangis?
c. Apakah tonus otot baik?
Bila semua jawaban “Ya” letakkan bayi diperut/ dada ibu dan lakukan
perawatan rutin:
- Beri kehangatan
- Jaga agar jalan nafas tetap terbuka
- Keringkan
Bila ada jawaban “Tidak” maka lanjutkan langkah awal
Langkah awal
2. Letakkan bayi dibawah infant warmer
3. Buka jalan napas dengan cara:
- Posisikan bayi supine dengan kepala bayi sedikit ekstensi. Gunakan
kain yang telah dilipat untuk mengganjal bahu bayi
- Bila terdapat banyak secret di dalam mulut, posisikan kepala bayi
kesatu sisi agar secret terkumpul disisi tersebut kemudian hisap
secret dari mulut kemudian hidung

4. Keringkan bayi dengan handuk hangat setelah itu singkirkan handuk


yang basah tersebut dan ganti dengan kain/selimut hangat

5. Lakukan stimulasi dengan rangsang taktil


- Tepuk telapak kaki bayi
- Sentil tumit bayi
- Gosok punggung, perut atau tungkai bayi

Evaluasi
6. Nilai pernafasan bayi dengan melihat pengembangan/gerakan dinding
dada
7. Nilai frekuensi jantung dengan menghitung frekuensi jantung dalam 6
detik, kemudian hasil perhitungan dikali 10.
Bila: Bayi bernafas spontan
Frekuensi jantung >100x/mnt
Maka lakukan perawatan rutin
Bila: Napas dangkal
Sianosis menetap
Maka pasang pulse oxymetri dan CPAP
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
8. Pasang sungkup yang sesuai dengan ukuran bayi sehingga dapat
menutupi hidung dan mulut dengan rapat
Pegang sungkup dengan ibu jari dan telunjuk, sedangkan jari III,IV dan
V menahan mandibular

9. Pompa balon sebanyak 20-30 x selama 30 detik

10. Lakukan penilaian frekuensi jantung


11. Bila frekuensi jantung >100x/mnt, lakukan perawatan pasca resusitasi
Bila frekuensi jantung tetap dibawah 100 x/mnt, cek kembali apakah
ventilasi adekuat (posisi kepala, obstruksi jalan nafas, perlekatan
sungkup di wajah, atau balon tidak bocor)
Bila ventilasi yang diberikan sudah adekuat tetapi frekuensi jantung
tetap <100 x/mnt, lakukan intubasi endotrakeal, lalu lanjutkan lagi
VTP selama 30 detik
Setelah 30 detik VTP, nilai kembali: bila frekuensi jantung <60 x/mnt
lakukan VTP + kompresi dada

VTP + Kompresi dada


12. Minta tenaga tambahan untuk melakukan VTP (1 orang melakukan
VTP, 1 orang melakukan komponen kompresi)
Tentukan lokasi kompresi dada: buat garis imaginer yang
menghubungkan kedua papilla mammae (nipple line). Area kompresi
berada di antara nipple line dan processus xyphoideus

13. Lakukan kompresi dada dengan salah satu cara kompresi:


- Teknik ibu jari (thumb technique)

- Teknik 2 jari (two finger technique

14. Lakukan kompresi dengan kedalaman 1/3 diameter anterior posterior


dinding dada

15. Lakukan penekanan dengan waktu yang lebih singkat dibanding saat
melepaskan tekanan (memungkinkan dada untuk rekoil). Pada saat
melepas tekanan jari tetap melekat pada dada.
16. Lakukan komnpresi bergantian dengan VTP dengan perbandingan
3:1 (setiap 3 x kompresi diikuti dengan 1 x VTP) selama 30 detik (45
kompresi, 15 VTP)

17. Lakukan penilaian frekuensi jantung


- Bila > 100 x/mnt, lakukan perawatan bayi pasca resusitasi
- Bila < 100 x/mnt, lakukan VTP
- Bila < 60x/mnt, berikan ephinefrin intravena atau melalui pipa
endotracheal secara cepat dengan dosis 0,1 to 0,3 ml/kg of
1;10. Pemberian epinefrin dapat diulangi tiap 3-5 menit
18. Lakukan penilaian frekuensi jantung
Bila tetap < 60x/mnt
- Recek: efektifitas ventilasi, kompresi dada, intubasi
endotrakeal, dan pemberian epinefrin
- Pikirkan kemungkinan syok hipovolemik (kulit nampak pucat,
perfusi perifer menurun  capillary refile time >3 detik), atau
asidosis metabolik berat.
19. Bila terdapat tanda syok hipovolemik, berikan cairan normal salin
(NaCl 0,9%), atau Ringer Laktat (RL), atau darah lengkap golongan
O positif sebanyak 10 ml/kg melalui vena umbilikalis selama 5-10
menit.

Beberapa perubahan tatalaksana resusitasi 2010 vs 2015 (AHA dalam Oswari et al.,
2016.)
f. Manajemen tali pusat: penundaan penjepitan tali pusat
2010: Semakin banyak bukti, manfaat dari menunda penjepitan tali pusat selama
minimal satu menit pada bayi cukup bulan dan prematur yang tidak memerlukan
resusitasi. Belum ada cukup bukti untuk mendukung atau menolak rekomendasi
penundaan menjepit tali pusat pada bayi yang membutuhkan resusitasi.
2015: Menunda penjepitan tali pusat 30 detik disarankan untuk bayi cukup bulan dan
bayi prematur yang tidak memenuhi resusitasi. Belum ada cukup bukti untuk
mendukung atau menolak rekomendasi penundaan penjepitan tali pusat pada bayi
yang membutuhkan resusitasi.
Dari penelitian metaanalisis: 25 penelitian uji klinis (19-12 bayi), penundaan
penjepitan tali pusat paling sedikit 2 menit memberi keuntungan pada bayi usia 2
sampai 6 bulan berupa hematokrit yang tinggi, peningkatan status zat besi,
pengurangan resiko anemia, tetapi mempunyai resiko untuk terjadi positemia
asimtomatik.
g. Membersihkan/ menghisap cairan amnion yang bercampur meconium pada bayi
yang lahir tidak bugar
2010: Belum ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan perubahan dalam
melakukan endotracheal suctioning pada bayi tidak bugar dengan cairan meconium.
2015: Jika bayi lahir melalui cairan ketuban yang bercampur meconium, menunjukkan
tonus otot yang jelek dan upaya pernafasan tidak adekuat, langkah awal resusitasi
harus diselesaikan dibawah radian warmer.
h. Penilaian denyut jantung
2010: Meskipun penggunaan EKG tidak disebutkan pada tahun 2010, beberapa cara
menilai denyut jantung dapat berupa:
1. Auskultasi denyut jantung secara intermitten
2. Saat denyut terdeteksi, palpasi nadi tali pusat juga dapat memberikan perkiraan
denyut nadi secara cepat dan hasilnya lebih akurat dibandingkan palpasi ditempat
lain.
3. Pulse oksimetri dapat memberikan penilaian denyut jantung berkelanjutan tanpa
adanya gangguan dari tindakan resusitasi, namun alat oksimeter memakan waktu 1
hingga 2 menit untuk memperoleh hasil denyut jantung dan saturasi, dan mungkin
tidak berfungsi saat perfusi kurang baik.
2015: Selama resusitasi pada bayi cukup bulan dan bayi prematur, penggunaan 3-lead
EKG dapat menunjukkan hasil yang cepat dan akurat dari denyut jantung bayi baru
lahir, penggunaan EKG tidak menggantikan kebutuhan pulse oksimetri untuk
mengevaluasi oksigenasi bayi yang baru lahir.
i. Pemberian oksigen kepada bayi prematur
2010: Hal yang wajar saat memulai resusiatasi dengan udara ruangan (FiO2 21%)
pemberian oksigen dapat diberikan dan dititrasi untuk mencapai target saturasi
oksigen reduktal. Sebagian besar data target saturasi berasal dari bayi cukup bulan
yang tidak diresusitasi, dan satu penelitian dari bayi prematur yang membutuhkan
resusitasi.
2015: Resusitasi bayi prematur <35 minggu harus dimulai dengan oksigen rendah
(FiO2 20% - 30%), dan konsentrasi oksigen harus dititrasi untuk mencapai saturasi
oksigen reduktal mendekati kisaran interkuartil yang diukur pada bayi sehat setelah
kelahiran pervaginam. Memulai resusitasi pada bayi prematur yang baru lahir dengan
oksigen yang tinggi (FiO2 65% atau lebih besar). Rekomendasi ini mencerminkan
preferensi untuk tidak mengekspos bayi baru lahir prematur dengan pemberian
oksigen.
j. Penanganan hipotermi pasca resusitasi
2010: Bila bayi lahir dengan usia >36 minggu atau lebih disertai ensephalopaty
hipoksik-iskhemik sedang hingga berat, harus ditawarkan terapi hipotermia. Terapi
hipotermia harus diberikan dibawah protokol yang jelas sesuai dengan yang digunakan
dalam uji klinis yang sudah dipublikasikan dan di fasilitas dengan kemampuan
keperawatan multidisiplin dan pemantauan panjang.
2015: Penggunaan terapi hipotermia pada sumber daya yang terbatas (yaitu,
kurangnya staf yang berkualitas, peralatan yang tidak adekuat dll) dapat
dipertimbangkan dan ditawarkan protocol yang sesuai yang digunakan dalam uji klinis
yang telah dipublikasi dan difasilitasi dengan kemampuan keperawatan multidisiplin
dan pemantauan jangka panjang.
k. Mempertahankan lingkungan suhu yang netral
Proses kondukssi, konveksi, evaporasi, maupun radiasi dapat menyebabkan hipotermi
atau hipertermi, oleh karena itu keadaan yang dapat mempengaruhi efektifitas
termoregulasi selama resusitasi harus dicegah. Untuk mencegah keadaan tersebut,
maka perlu menjaga suhu tubuh bayi antara 36,5 – 37,50C. Adapun upaya untuk
pengaturan suhu antara lain:
1. Suhu ruangan yang hangat (24 – 26 0C)
2. Tidak meletakkan bayi dibawah pendingin ruangan
3. Infant warmer dihangatkan terlebih dahulu sebelum bayi lahir (untuk
menghangatkan matras, kain, topi, dan selimut bayi)
4. Gunakan kain yang hangat dan kering saat mengeringkan bayi
5. Gunakan plastik bening untuk membungkus bayi dengan berat kurang dari 1500
gram
6. Memakaikan topi pada kepala bayi
7. Gunakan matras penghangat untuk bayi < 1000 gram.
8. Gunakan inkubator transport yang sudah dihangatkan atau transportasi dengan
contact skin to skin (metode kanguru) pada fasilitas terbatas saat memindahkan
bayi dari ruang bersalin keruang perawatan.
l. Bantuan respirasi diruang persalinan
Pendekatan apa yang paling baik untuk menstabilkan bayi prematur yang mempunyai
resiko untuk berkembang menjadi syndrome distress pernafasan:
1. Apakah kita menggunakan sustain inflation dan/ atau positive end expiratory
pressure (PEEP).
Sustained inflation adalah strategi alternatif untuk mendukung aerasi paru dengan
cara menahan perpanjangan tekanan mengembang, untuk mencapai fungsi
kapasitas residual.
Dengan melakukan sustained inflation terjadi perubahan gas diparu yang dapat
kita lihat pada gambar dibawah ini. Masih dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut
untuk menerapkannya secara luas.
2. Apakah diruang persalinan perlu dilakukan intubasi dan pembetian surfaktan
profilaksis dan dilanjutkan dengan dukungan ventilator?
Dalam penelitian the surfactant, positive pressure, and pulse oximetry
randomized trial (SUPPORT) study group of the Eunie Kennedy Shriver
National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) neonatal
research network yang melakukan penelitian pada 1316 bayi dengan usia gestasi
24-27 minggu. Bayi tersebut dirandomisasi untuk mendapat intubasi dan
surfaktan atau continuous positive airway pressure (CPAP) dalam 1 jam pertama
setelah lahir. Dari penelitian ini didapatkan kelompok yang diintubasi dan
surfaktan lebih lama memakai ventilator dan lebih banyak yang memakai steroid
untuk terapi dysplasia bronkopulmonal.
3. Apakah diruang persalinan melakukan intubasi dan pemberian surfaktan
profilaksis tanpa dianjurkan dengan bantuan ventilator.
Sandri dkk, CURPAP studi group melakukan penelitian pada 208 bayi usia
gestasi 25-28 minggu dan dirandomisasi kedalam kelompok CPAP atau intubasi
dan diberikan surfaktan kenudia di ekstubasi ke CPAP dalam 30 menit. Dari
penelitian ini didapatkan hasil bahwa 78% bayi tidak mengalami dysplasia
broncopulmonal pada kedua kelompok, sehingga surfaktan profilaksis tidak lebih
superior dibandingkan CPAP dini dan rescue (surfaktan yang terindikasi).
Rojes dkk melakukan Cochrane meta-analisis membandingkan antara surfaktan
profilaksis versus rescue surfaktan (surfaktan terindikasi) pada bayi prematur
yang mengalami distress pernapasan dengan luaran berupa penyakit paru kronik
dan kematian. Dari meta-analisis ini didapatkan bahwa penyakit paru kronik atau
kematian lebih sedikit pada yang mendapat surfaktan terindikasi dibandingkan
surfaktan profilaksis.
4. Profilaksis surfaktan sebaiknya dihindari oleh karena surfaktan membutuhkan
intubasi. Sering setelah pemberian surfaktan prifilaksis bayi mendapat ventilasi
tekanan positif dan ventilasi mekanik. Dari penelitian menunjukkan bahwa
keuntungan pemberian surfaktan profilaksis terjadi di era penggunaan antenatal
steroid rendah dan penggunaan CPAP yang minimal.
m. Langkah-langkah stabilisasi pasca resusitasi
Program STABLE dirancang sebagai sumber informasi tentang stabilisasi neonatus
untuk semua kalangan fasilitas kesehatan. Tujuannya adalah sebagai referensi
tindakan stabilisasi yang telah dilakukan pasca resusitasi/ pre transport pada bayi
sakit; memperbaiki keselamatan pasien dengan melakukan standarisasi prosedur,
mendukung kerja tim, mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dan mengurangi
kondisi merugikan yang dapat dicegah.
Program STABLE, meliputi:
n. S- Sugar and safe care (kadar gula darah dan perawatan yang aman)
o. T- Temperatur
p. A- Airway (jalan nafas)
q. B- Blood pressure (tekanan darah)
r. L- Laboratorium work up (pemeriksaan laboratorium)
s. E- Emosional support (dukungan emosional)
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman AHA 2015 untuk
CPR dan ECC. Circulation, 132(5), 293. https://doi.org/10.1016/S0210-5691(06)74511-
9
Atkins, D. L., Berger, S., Duff, J. P., Gonzales, J. C., Hunt, E. A., Joyner, B. L., …
Schexnayder, S. M. (2015). Part 11: Pediatric basic life support and cardiopulmonary
resuscitation quality: 2015 American Heart Association guidelines update for
cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiovascular care. Circulation, 132(18),
S519–S525. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000265
Changes, M., Changes, M., & Sequence, C. (2017). Part 11 : Pediatric Basic Life Support and
Cardiopulmonary Resuscitation Quality 2017 Summary of Key Issues and Major
Changes 2015 Summary of Key Issues and Major Changes, 1–41.
de Caen, A. R., Berg, M. D., Chameides, L., Gooden, C. K., Hickey, R. W., Scott, H. F., …
Samson, R. A. (2015). Part 12: Pediatric Advanced Life Support. Circulation, 132(18
suppl 2), S526. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000266
Hazinski, M., Shuster, M., Donnino, M., Travers, A., Samson, R., Schexnayder, S., … Atkins,
D. (2015). Highlights of the 2015 American Heart Association - Guidelines Update for
CPR and ECG. American Heart Association, 1–36.
Lubrano, R., Cecchetti, C., Bellelli, E., Gentile, I., Loayza Levano, H., Orsini, F., … Elli, M.
(2012). Comparison of times of intervention during pediatric CPR maneuvers using ABC
and CAB sequences: A randomized trial. Resuscitation, 83(12), 1473–1477.
https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2012.04.011
Marsch, S., Tschan, F., Semmer, N. K., Zobrist, R., Hunziker, P. R., & Hunziker, S. (2013).
ABC versus CAB for cardiopulmonary resuscitation: A prospective, randomized
simulator-based trial. Swiss Medical Weekly, 143.
https://doi.org/10.4414/smw.2013.13856
Myra H. Wyckoff, C., Aziz;, K., Escobedo;, M. B., Kapadia;, V. S., Kattwinkel;, J., Perlman;,
J. M., … Zaichkin, J. G. (2015). Neonatal resuscitation: 2015 American Heart
Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care. Pediatrics, 112(24_suppl), IV-188-IV-195.
https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.105.166574
Oswari, H., Djer, M.M., Dewi, R.,& Harijadi. (2016). Kiat membuat anak sehat, tinggi, dan
cerdas. Ikatan DOKTER ANAK INDONESIA CABANG DKI JAKARTA, 27–28.
Spencer, B., Chacko, J., Sallee, D., & American Heart, A. (2011). The 2010 American Heart
Association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency cardiac care: an
overview of the changes to pediatric basic and advanced life support. Critical Care
Nursing Clinics of North America, 23(2), 303–310.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.ccell.2011.04.002
Sutton, R. M., French, B., Niles, D. E., Donoghue, A., Topjian, A. A., Nishisaki, A., …
Meaney, P. A. (2014). 2010 American Heart Association recommended compression
depths during pediatric in-hospital resuscitations are associated with survival.
Resuscitation, 85(9), 1179–1184. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2014.05.007

Anda mungkin juga menyukai