KEPERAWATAN KOMUNITAS I
TIM PENYUSUN
i
MODUL PEMBELAJARAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS I
Tim Penyusun:
Eli Rahmawati,S.Kep.,Ns
ii
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Modul
Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Komunitas I yang berisi
tentang masalah gizi, faktor yang mempengaruhi dan pemenuhan gizi pada
masyarakat, serta kesehatan lingkungan yang mempengaruhi upaya
penanggulangannya dengan metode pembelajaran Kurikulum Berbasisa
Kompetensi (KBK).
B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang
masalah gizi, faktor yang mempengaruhi dan pemenuhan gizi pada masyarakat,
serta kesehatan lingkungan yang mempengaruhi upaya penanggulangannya
dengan metode pembelajaran menyesuaikan dengan Kurikulum KKNI 2015.
STANDART KOMPETENSI :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran komunitas I mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar ilmu gizi
1
2. Menjelaskan program perbaikkan gizi di masyarakat
3. Menjelaskan konsep dasar kesehatan lingkungan
4. Menjelaskan konsep dasar P2M
2
RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
3
mampu Hidayat A. Aziz Alimul.
mengaplikasikan (2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
konsep-konsep
Jakarta: Salemba Medika
pemenuhan gizi Asmadi.(2008). Konsep
serta cara Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
penanggulannya.
Kedokteran EGC
Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
II Hard Skill 1. Program peningkatan status gizi Discovery 2x50 Mubarak iqbal, dkk.,
anak (2005), buku ajar ilmu
Mahasiswa mampu Learning menit
2. Program perbaikan gizi keperawatan komunitas 2,
menjelaskan masyarakat
Jakarta : Sagung Seto.
3. Lingkup kegiatan perbaikan gizi
program perbaikan Notoatmodjo, Soekidjo.
gizi 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Soft Skill Wiramihardja KK.
Mahasiswa memiliki Memodifikasi Perilaku
Tanggung jawab, Makan dan Aktivitas Fisik
untuk Menurunkan Berat
antusias,
4
Komunikasi, Badan.Dalam: Soegih R,
menghargai Wiramihardja KK,
penyunting. Obesitas:
pendapat, kerjasama
permasalahan dan terapi
kelompok, serta praktis. Jakarta: CV Sagung
mampu Seto; 2009. hlm. 71–84.
Hidayat A. Aziz Alimul.
mengaplikasikan
(2007). Pengantar Konsep
pengelolaan ilmu Dasar Keperawatan Eds 2.
gizi ke masyarakat. Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
III Hard Skill 1. Pengertian kesehatan Discovery 2x50 Mubarak iqbal, dkk.,
Mahasiswa mampu lingkungan Learning menit (2005), buku ajar ilmu
keperawatan komunitas 2,
menjelaskan Konsep 2. Ruang lingkup kesehatan
Jakarta : Sagung Seto.
Kesehatan lingkungan Notoatmodjo, Soekidjo.
Lingkungan 3. Sasaran kesehatan lingkungan 2003. Pendidikan Dan
5
Soft Skill 4. Pencemaran lingkungan Perilaku Kesehatan. Rineka
Mahasiswa memiliki 5. Kerusakan lingkungan Cipta. Jakarta.
Wiramihardja KK.
Tanggung jawab,
Memodifikasi Perilaku
antusias, Makan dan Aktivitas Fisik
Komunikasi, untuk Menurunkan Berat
Badan.Dalam: Soegih R,
menghargai
Wiramihardja KK,
pendapat, kerjasama penyunting. Obesitas:
kelompok, serta permasalahan dan terapi
mampu praktis. Jakarta: CV Sagung
Seto; 2009. hlm. 71–84.
mengaplikasikan
Hidayat A. Aziz Alimul.
pengelolaan ilmu (2007). Pengantar Konsep
gizi ke masyarakat. Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
IV Hard Skill 1. Tujuan P2M Discovery 2x50 Mubarak iqbal, dkk.,
6
Mahasiswa mampu 2. Sasaran P2M Learning menit (2005), buku ajar ilmu
menjelaskan Konsep 3. Kebijakan Pelaksanaan keperawatan komunitas 2,
Jakarta : Sagung Seto.
P2M 4. Kegiatan pokok kegiatan
Notoatmodjo, Soekidjo.
Soft Skill indiktif program P2M 2003. Pendidikan Dan
Mahasiswa memiliki 5. Program Pelaksanaan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tanggung jawab,
Wiramihardja KK.
antusias, Memodifikasi Perilaku
Komunikasi, Makan dan Aktivitas Fisik
menghargai untuk Menurunkan Berat
Badan.Dalam: Soegih R,
pendapat, kerjasama Wiramihardja KK,
kelompok, serta penyunting. Obesitas:
mampu permasalahan dan terapi
praktis. Jakarta: CV Sagung
mengaplikasikan
Seto; 2009. hlm. 71–84.
pengelolaan ilmu Hidayat A. Aziz Alimul.
gizi ke masyarakat. (2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
7
Kedokteran EGC
Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
8
BAB II
MATERI PERKULIAHAN
I. Pengertian
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan
(Soekirman, 2000). Menurut Almatsier (2001), kata gizi dihubungkan dengan
kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, memelihara
jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan gizi merupakan suatu keadaan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler
tubuh (Supariasa dkk., 2001).
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi
berbagai bahan makanan (Kartasapoetra & Marsetyo, 2005). Menurut Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2008), bahwa bahan makanan yang
telah dikonsumsi tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi. Fungsi umum zat gizi
tersebut ialah: (a) sebagai sumber energi atau tenaga, (b) menyumbang
pertumbuhan badan, (c) memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak
atau aus, (d) mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam tubuh, (e) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap penyakit sebagai antibodi dan antitoksin.
Komponen zat gizi terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi
dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh.
Karbohodrat (hidrat arang), lemak, protein, vitamin dan mineral.
9
II. Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan
1. Makronutrien
Golongan makronutrien terdiri dari : a).Karbohidrat – Glukosa (serat),
b). Lemak/ lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3), c).
Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin;
treonin; valin; histidin; nitrogen nonesensial.
2. Mikronutrien
Golongan mikronutrien terdiri dari : a).Mineral: Kalsium; fosfor;
natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan;
tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel; silikon, arsen, boron;
vanadium, molibden. b). Vitamin: Vitamin A (retinol); vitamin D
(kolekalsiferol); vitamin E (tokoferol); vitamin K; tiamin; riboflavin; niacin;
biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin B12; asam pantotenat; vitamin C. c).
Air.
10
IV. Akibat Gangguan Gizi pada Fungsi Tubuh
1) Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas)menyebabkan gangguan pada proses-proses:
Pertumbuhan
Produksi tenaga
Pertahanan tubuh
Struktur dan Fungsi Otak
Perilaku
2) Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan adalah
salah satu faktor terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti: hipertensi,
diabetes melitus, jantung koroner, hati dan kandung empedu.
11
MATERI PERTEMUAN KE DUA
PROGRAM PERBAIKAN GIZI PADA ANAK
12
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1).
Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi
dan edukasi (KIE), 2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari
masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha
kesehatan sekolah) dan generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada
masyarakat (Plepu, 2009).
Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok
Gizi sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor
permasalahan pokok, yaitu: 1). Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah, 2).
Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga
yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan
yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu
ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui
Posyandu ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam
mengatasi masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program
perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008).
Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah
pelayanan yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani
masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat,
dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang
bermanfaat untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi :
menuju anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu:
1). Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan,
dan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi
masyarakat khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang
memiliki kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
dan sikap / tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).
Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita,
2). Penimbangan, 3). Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5).
13
Scaning satus gizi, 6). Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan
anggota PG Budarzi, 8). Demo makanan sehat (Toni, 2008).
14
MATERI PERTEMUAN KE TIGA
KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN
15
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.
16
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.
17
V. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan (Siahaan, 2004).
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli
dan tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam,
sekaligus tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi
mereka, kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat
yang sama mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya
padahal justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang
lain yang tidak tahu menahu (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).
Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Kerusakan internal adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri.
Kerusakan karena faktor internal sulit dicegah karena merupakan proses alami
yang terjadi pada bumi/alam (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).
Kerusakan lingkungan karena faktor internal antara lain adalah :
1) Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya
2) Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah
3) Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,
disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada
titik fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun
belum menguap.
4) Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai
18
hidupnya. Pada umumnya disebabkan karena kegiatan industri, berupa limbah
buangan industri.
Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :
a. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan
industri) dan juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil
(pada system transportasi)
b. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri
c. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan
limbah padat/barang bekas
d. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut
bumi.
19
MATERI PERTEMUAN KE EMPAT
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI MASYARAKAT
( P2M )
2. Sasaran
a. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)
sebesar 98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka
keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia
kurang dari 15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.
e. Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.
f. CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.
g. ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART sebanyak
100%.
h. Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta hukum
kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
20
i. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang
hingga ke desa.
3. Kebijakan Pelaksanaan
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan
kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif
terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan
wilayah setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman
penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan
masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra
regional untuk kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah dan bencana
maupun kesehatan matra, serta kemampuan untuk melakukan rapid
assessement dan rapid respons.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan
jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat
termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan
teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum
21
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan
pemberantasan penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan
partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan,
mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk
mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus
penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
22
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko;
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.
b. Peningkatan imunisasi
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi;
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan
kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan
juklak/juknis/protap program imunisasi;
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi;
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi;
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi;
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi;
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi;
23
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi.
c. Penemuan dan tatalaksana penderita:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan
tatalaksana penderita dan diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
penemuan dan tatalaksana penderita;
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita;
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita;
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita;
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita;
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.
24
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/
wabah, termasuk dampak bencana;
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah;
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah;
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah;
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
25
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit;
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit;
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional
pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
26
Memperkuat pengawasan HIV.
27
Sasaran :
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen
terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk
mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang
ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk
pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming,
leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.
28
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak iqbal, dkk., (2005), buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2, Jakarta :
Sagung Seto.
Jakarta.
hlm. 71–84.
29