Anda di halaman 1dari 33

MODUL PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

TIM PENYUSUN

VENDI EKO K. S.Kep.,Ns.,M.Kes


ELi RAHMAWATI,S.Kep.,Ns

i
MODUL PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN KOMUNITAS I

Tim Penyusun:

Vendi EKo K. S.Kep.,Ns.,M.Kes

Eli Rahmawati,S.Kep.,Ns

Penerbit: SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas


limpahan berkat dan karunia dan hidayahNya akhirnya Penulis mampu
menyelesaikan penyusunan modul Komunitas I dengan metode pembelajaran
disepadankan dengan kurikulum KKNI 2015. Modul ini disusun sebagai salah
satu media pembelajaran bagi mahasiswa dalam mata kuliah komunitas I yang
menjelaskan kepada mahasiswa tentang metode pembelajaran, penilain selama
pembelajaran dan materi pembelajaran. Dengan adanya modul ini diharapkan
mahasiswa dapat belajar secara mandiri dan mengerti akan tujuan pembelajaran.
Penyusunan modul ini belum sempurna, penulis dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang dapat menyempurnakan modul
pembelajaran ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan
memberikan perkembangan positif dalam pendidikan keperawatan.

Jombang, Januari 2019


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................ i


Kata pengantar ............................................................................................... ii
Daftar isi ................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan ......................................................................................... 1
Deskripsi modul dan tujuan modul ................................................................ 1
Rancangan Program Pembelajaran ................................................................ 3
Bab II Materi Perkuliahan .............................................................................. 9
Daftar Pustaka ................................................................................................ 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Modul
Modul ini sebagai panduan mahasiswa dalam materi Komunitas I yang berisi
tentang masalah gizi, faktor yang mempengaruhi dan pemenuhan gizi pada
masyarakat, serta kesehatan lingkungan yang mempengaruhi upaya
penanggulangannya dengan metode pembelajaran Kurikulum Berbasisa
Kompetensi (KBK).

B. Tujuan Modul
Setelah menggunakan modul ini mahasiswa mampu menjelaskan tentang
masalah gizi, faktor yang mempengaruhi dan pemenuhan gizi pada masyarakat,
serta kesehatan lingkungan yang mempengaruhi upaya penanggulangannya
dengan metode pembelajaran menyesuaikan dengan Kurikulum KKNI 2015.

C. INFORMASI MATA KULIAH


Materi : Komunitas I
Sasaran : Mahasiswa keperawatan semester V

DESKRIPSI MATA KULIAH


Fokus pada pemahaman teori dan model keperawatan mahasiswa mampu
memahami tentang masalah gizi, faktor yang mempengaruhi dan pemenuhan gizi
pada masyarakat, serta kesehatan lingkungan yang mempengaruhi upaya
penanggulangannya. Dengan pendekatan proses keperawatan sebagai dasar
pemecahan masalah keperawatan, dalam menjalankan peran perawat sebagai care
provider, advocacy dan educator dan berlandaskan pada wawasan budaya.

STANDART KOMPETENSI :
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran komunitas I mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan konsep dasar ilmu gizi

1
2. Menjelaskan program perbaikkan gizi di masyarakat
3. Menjelaskan konsep dasar kesehatan lingkungan
4. Menjelaskan konsep dasar P2M

2
RANCANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN

Minggu Kemampuan akhir Bahan kajian Strategi Waktu Referensi


yang diharapkan pembelaja
ran
I Hard skill 1. Pengertian ilmu gizi Discovery 2x50  Mubarak iqbal, dkk.,
2. Penggolongan zat gizi (2005), buku ajar ilmu
Mahasiswa mampu Learning menit
3. Fungsi zat gizi keperawatan komunitas 2,
menjelaskan konsep
4. Akibat gangguan zat gizi pada
dasar ilmu gizi dan Jakarta : Sagung Seto.
fungsi tubuh
masalah gizi  Notoatmodjo, Soekidjo.
masyarakat dengan 2003. Pendidikan Dan
tepat dan benar.
Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Soft Skill  Wiramihardja KK.
Mahasiswa memiliki Memodifikasi Perilaku
Tanggung jawab, Makan dan Aktivitas Fisik
untuk Menurunkan Berat
antusias,
Badan.Dalam: Soegih R,
Komunikasi, Wiramihardja KK,
menghargai penyunting. Obesitas:
 permasalahan dan terapi
pendapat, kerjasama
praktis. Jakarta: CV Sagung
kelompok, serta Seto; 2009. hlm. 71–84.

3
mampu  Hidayat A. Aziz Alimul.
mengaplikasikan (2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
konsep-konsep
Jakarta: Salemba Medika
pemenuhan gizi  Asmadi.(2008). Konsep
serta cara Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
penanggulannya.
Kedokteran EGC
 Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
II Hard Skill 1. Program peningkatan status gizi Discovery 2x50  Mubarak iqbal, dkk.,
anak (2005), buku ajar ilmu
Mahasiswa mampu Learning menit
2. Program perbaikan gizi keperawatan komunitas 2,
menjelaskan masyarakat
Jakarta : Sagung Seto.
3. Lingkup kegiatan perbaikan gizi
program perbaikan  Notoatmodjo, Soekidjo.
gizi 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Soft Skill  Wiramihardja KK.
Mahasiswa memiliki Memodifikasi Perilaku
Tanggung jawab, Makan dan Aktivitas Fisik
untuk Menurunkan Berat
antusias,

4
Komunikasi, Badan.Dalam: Soegih R,
menghargai Wiramihardja KK,
penyunting. Obesitas:
pendapat, kerjasama
 permasalahan dan terapi
kelompok, serta praktis. Jakarta: CV Sagung
mampu Seto; 2009. hlm. 71–84.
 Hidayat A. Aziz Alimul.
mengaplikasikan
(2007). Pengantar Konsep
pengelolaan ilmu Dasar Keperawatan Eds 2.
gizi ke masyarakat. Jakarta: Salemba Medika
 Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
 Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
III Hard Skill 1. Pengertian kesehatan Discovery 2x50  Mubarak iqbal, dkk.,
Mahasiswa mampu lingkungan Learning menit (2005), buku ajar ilmu
keperawatan komunitas 2,
menjelaskan Konsep 2. Ruang lingkup kesehatan
Jakarta : Sagung Seto.
Kesehatan lingkungan  Notoatmodjo, Soekidjo.
Lingkungan 3. Sasaran kesehatan lingkungan 2003. Pendidikan Dan

5
Soft Skill 4. Pencemaran lingkungan Perilaku Kesehatan. Rineka
Mahasiswa memiliki 5. Kerusakan lingkungan Cipta. Jakarta.
 Wiramihardja KK.
Tanggung jawab,
Memodifikasi Perilaku
antusias, Makan dan Aktivitas Fisik
Komunikasi, untuk Menurunkan Berat
Badan.Dalam: Soegih R,
menghargai
Wiramihardja KK,
pendapat, kerjasama penyunting. Obesitas:
kelompok, serta  permasalahan dan terapi
mampu praktis. Jakarta: CV Sagung
Seto; 2009. hlm. 71–84.
mengaplikasikan
 Hidayat A. Aziz Alimul.
pengelolaan ilmu (2007). Pengantar Konsep
gizi ke masyarakat. Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
 Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
 Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier
IV Hard Skill 1. Tujuan P2M Discovery 2x50  Mubarak iqbal, dkk.,

6
Mahasiswa mampu 2. Sasaran P2M Learning menit (2005), buku ajar ilmu
menjelaskan Konsep 3. Kebijakan Pelaksanaan keperawatan komunitas 2,
Jakarta : Sagung Seto.
P2M 4. Kegiatan pokok kegiatan
 Notoatmodjo, Soekidjo.
Soft Skill indiktif program P2M 2003. Pendidikan Dan
Mahasiswa memiliki 5. Program Pelaksanaan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tanggung jawab,
 Wiramihardja KK.
antusias, Memodifikasi Perilaku
Komunikasi, Makan dan Aktivitas Fisik
menghargai untuk Menurunkan Berat
Badan.Dalam: Soegih R,
pendapat, kerjasama Wiramihardja KK,
kelompok, serta penyunting. Obesitas:
mampu  permasalahan dan terapi
praktis. Jakarta: CV Sagung
mengaplikasikan
Seto; 2009. hlm. 71–84.
pengelolaan ilmu  Hidayat A. Aziz Alimul.
gizi ke masyarakat. (2007). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan Eds 2.
Jakarta: Salemba Medika
 Asmadi.(2008). Konsep
Dasar Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku

7
Kedokteran EGC
 Potter A. Patricia and Anne
G. Perry. 2009.
Fundamental of Nursing 7th
Edition. Singapore: Elsevier

8
BAB II
MATERI PERKULIAHAN

MATERI PERTEMUAN PERTAMA


KONSEP GIZI DAN KESEHATAN MASYARAKAT

I. Pengertian
Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza” yang berarti makanan
(Soekirman, 2000). Menurut Almatsier (2001), kata gizi dihubungkan dengan
kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, memelihara
jaringan tubuh dan mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. Keadaan gizi merupakan suatu keadaan akibat dari
keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi
tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler
tubuh (Supariasa dkk., 2001).
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi
berbagai bahan makanan (Kartasapoetra & Marsetyo, 2005). Menurut Departemen
Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI (2008), bahwa bahan makanan yang
telah dikonsumsi tersebut akan diuraikan menjadi zat gizi. Fungsi umum zat gizi
tersebut ialah: (a) sebagai sumber energi atau tenaga, (b) menyumbang
pertumbuhan badan, (c) memelihara jaringan tubuh, mengganti sel yang rusak
atau aus, (d) mengatur metabolisme dan mengatur keseimbangan air, mineral dan
asam-basa di dalam tubuh, (e) berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh
terhadap penyakit sebagai antibodi dan antitoksin.
Komponen zat gizi terbesar dari susunan diet, berfungsi untuk menyuplai energi
dan zat-zat esensial (pertumbuhan sel/ jaringan), pemeliharaan aktivitas tubuh.
Karbohodrat (hidrat arang), lemak, protein, vitamin dan mineral.

9
II. Pengelompokan Zat Gizi Menurut Kebutuhan
1. Makronutrien
Golongan makronutrien terdiri dari : a).Karbohidrat – Glukosa (serat),
b). Lemak/ lipida – Asam linoleat (omega-6); asam linolenat (omega-3), c).
Protein – Asam-asam amino; leusin; isoleusin; lisin; metionin; fenilalanin;
treonin; valin; histidin; nitrogen nonesensial.
2. Mikronutrien
Golongan mikronutrien terdiri dari : a).Mineral: Kalsium; fosfor;
natrium; kalium; sulfur; klor; magnesium; zat besi; selenium; seng; mangan;
tembaga; kobalt; iodium; krom fluor; timah; nikel; silikon, arsen, boron;
vanadium, molibden. b). Vitamin: Vitamin A (retinol); vitamin D
(kolekalsiferol); vitamin E (tokoferol); vitamin K; tiamin; riboflavin; niacin;
biotin; folasin/folat; vitamin B6; vitamin B12; asam pantotenat; vitamin C. c).
Air.

III. Fungsi Zat Gizi


a Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan
ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.
b Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein,
mineral dan air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan
menganti sel yang rusak.
c Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin.
Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi
normal sarafdan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh,
seperti dalam darah, cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh,
peredaran darah, pembuangan sisa-sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.

10
IV. Akibat Gangguan Gizi pada Fungsi Tubuh
1) Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas)menyebabkan gangguan pada proses-proses:
 Pertumbuhan
 Produksi tenaga
 Pertahanan tubuh
 Struktur dan Fungsi Otak
 Perilaku
2) Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh
Gizi lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang
dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan adalah
salah satu faktor terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti: hipertensi,
diabetes melitus, jantung koroner, hati dan kandung empedu.

11
MATERI PERTEMUAN KE DUA
PROGRAM PERBAIKAN GIZI PADA ANAK

I. Program peningkatan status anak


Program dalam meningkatkan status anak sebagai upaya kesehatan
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya
kesehatan yang berhasil dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota
masyarakat, sasaran program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan baik pemerintah maupun swasta, dan didukung oleh peran serta
masyarakat dan sistem pembiayaan. Perhatian utama diberikan pada
pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirja, 2009).

II. Program perbaikan gizi masyarakat


Program perbaikan gizi masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan
status gizi masyarakat maupun di instansi dalam rangka meningkatkan
kemandirian, Intelektualitas Sumber Daya Manusia. Program Pondok Gizi
Budarzi merupakan program pelayanan gizi masyarakat yang berorientasi pada
pemeliharaan kesehatan dan gizi balita (anak), pembangunan kesadaran
masyarakat khususnya ibu untuk menerapkan kaidah gizi dan kesehatan dalam
menyusun menu keluarga khususnya balita (anak) mendampingi dan melayani
serta memanfaatkan potensi lokal dalam upaya meningkatkan dan memperbaiki
status gizi masyarakat.

III. Lingkup kegiatan perbaikan gizi


Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi meliputi : (1) Scaning status
gizi, (2) Scanning kualitas konsumsi, (3) Pemberian makanan tambahan, (4)
Konsultasi gizi dan kesehatan, (5) Pendampingan keluarga pembedayaan
masyarakat (Soedirja, 2009).

12
Kegiatan yang dilakukan dalam program ini antara lain : 1).
Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi informasi
dan edukasi (KIE), 2). Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari
masyarakat (seperti pos pelayanan terpadu, Pondok Bersalin desa, dan usaha
kesehatan sekolah) dan generasi muda, dan 3). Peningkatan kesehatan kepada
masyarakat (Plepu, 2009).
Perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (anak) melalui Pondok
Gizi sering dijumpai ditengah-tengah kehidupan masyarakat menjadi faktor
permasalahan pokok, yaitu: 1). Pengetahuan ibu tentang gizi yang rendah, 2).
Pendapatan keluarga yang rendah, 3). Persediaan pangan tingkat rumah tangga
yang rendah, 4). Perilaku pengasuhan yang belum sehat, 5). Konsumsi makanan
yang tidak mengikuti kaidah gizi dan kesehatan, 6). Kondisi kesehatan ibu
ataupun anak penanganan terhadap masalah gizi di masyarakat melalui
Posyandu ternyata belum berjalan dengan baik dan pola penanganan dalam
mengatasi masalah gizi kurang dan buruk ini dapat ditangani melalui program
perbaikan dan pemeliharaan status gizi balita (Depatemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, 2008).
Adanya Pondok Gizi Burdarzi (Ibu Sadar Gizi) yaitu sebuah
pelayanan yang terdapat dalam masyarakat dan berkonsentrasi untuk menangani
masalah gizi balita serta memelihara status gizi balita agar tetap baik dan sehat,
dengan jalan pendampingan keluarga serta pemanfaatan potensi lokal yang
bermanfaat untuk meningkatkan status gizi yang mempunyai visi dan misi. Visi :
menuju anak Indonesia sehat, cerdas dan terbatas dari masalah gizi. Misi yaitu:
1). Mengelola pondok gizi Budarzi sebagai sarana pembinaan, pendampingan,
dan pelayanan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas gizi
masyarakat khususnya balita (anak), 2). Mencetak kader gizi Budarzi yang
memiliki kompetensi dasar baik dari pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
dan sikap / tindakan dibidang gizi (Depatemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
2008).
Lingkup kegiatan Pondok Gizi Budarzi yaitu : 1). Pendaftaran balita,
2). Penimbangan, 3). Pemberian makanan tambahan, 4). Konsultasi gizi, 5).

13
Scaning satus gizi, 6). Pendampingan keluarga, 7). Pertemuan dari mingguan
anggota PG Budarzi, 8). Demo makanan sehat (Toni, 2008).

14
MATERI PERTEMUAN KE TIGA
KONSEP KESEHATAN LINGKUNGAN

I. Pengertian Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam
hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya
dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan lingkungan fisik semata-
mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan
yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan
organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar
dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

II. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi

15
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam


Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada
8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

III. Sasaran Kesehatan Lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan
kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
b. Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
c. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis

16
d. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk
umum
e. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan
yang berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara
besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus.

Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran


lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran
tanah, pencemaran udara..

IV. Pencemaran Lingkungan


Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1982, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses alam
sehingga kualiatas klingkungan turun samapai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (H.J Mukono, 2003)
Unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut suatu lingkungan telah
tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1) Masuk atau dimasukkanya komponen-komponen (makhluk hidup, zat,
energi, dan lain-lain)
2) Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan
3) Kegiatan manusia
4) Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke
tingkat tertentu
5) Fungsi lingkungan menjadi berkurang atu tidak dapat berfungsi
6) Menurut perutukannya

17
V. Kerusakan Lingkungan
Kerusakan Lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan perubahan
langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik dan atau hayatinya yang
mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi lagi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan (Siahaan, 2004).
Masih banyak manusia yang bersikap tidak tahu atau tidak mau peduli
dan tidak butuh pandangan dan manfaat jangka panjang sumber daya alam,
sekaligus tidak peduli dengan tragedi kerusakan lingkungan yang terjadi. Bagi
mereka, kesejahteraan material sesaat menjadi kepedulian utama dan pada saat
yang sama mengabaikan berbagai tragedi kerusakan lingkungan yang umumnya
padahal justru mendatangkan kerugian bagi mereka juga dan bahkan bagi orang
lain yang tidak tahu menahu (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).
Kerusakan lingkungan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Kerusakan internal adalah kerusakan yang terjadi diakibatkan alam itu sendiri.
Kerusakan karena faktor internal sulit dicegah karena merupakan proses alami
yang terjadi pada bumi/alam (Dyahwanti Inarni Nur, 2007).
Kerusakan lingkungan karena faktor internal antara lain adalah :
1) Letusan gunung berapi yang merusak lingkungan alam sekitarnya
2) Gempa bumi yang menyebabkan dislokasi lapisan tanah
3) Kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang,
disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api (pada
titik fokusnya) pada saat terkena cahaya matahari, tepat pada saat embun
belum menguap.
4) Banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat badai

Kerusakan lingkungan karena faktor internal pada umumnya diterima


sebagai musibah bencana alam. Kerusakan yang terjadi dalam waktu singkat
namun akibatnya dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama (Dyahwanti
Inarni Nur, 2007).
Kerusakan karena faktor eksternal adalah kerusakan yang diakibatkan
oleh ulah manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan

18
hidupnya. Pada umumnya disebabkan karena kegiatan industri, berupa limbah
buangan industri.
Kerusakan karena faktor eksternal antara lain disebabkan oleh :
a. Pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik (kegiatan
industri) dan juga gas buangan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil
(pada system transportasi)
b. Pencemaan air yang berasal dari limbah buangan industri
c. Pencemaran daratan (tanah) oleh kegiatan industri maupun penumpukan
limbah padat/barang bekas
d. Penambangan untuk mengambil kekayaan alam (mineral) dari perut
bumi.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup, definisi dampak lingkungan hidup adalah pengaruh perubahan
pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan.
Menurut Hadi (2006), dampak lingkungan itu pada umumnya menimpa pada
orang lain dan bukan pemrakarsa kegiatan yang menimbulkan dampak dimaksud.
Banjir, tanah longsor, kebisingan, bau, debu, intrusi air laut, kemiskinan,
hilangnya mata pencaharian merupakan dampak lingkungan yang dirasakan oleh
mereka yang bukan memprakarsai kegiatan.

19
MATERI PERTEMUAN KE EMPAT
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DI MASYARAKAT
( P2M )

I. Tujuan Program Pemberantasan Penyakit Menular


Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan
kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular.
 Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria,
demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria,
kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan
masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health
risk of international concern).
 Penyakit idak menular yang diutamakan adalah: penyakit jantung, kanker,
diabetes melitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif,
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.

2. Sasaran
a. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI)
sebesar 98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka
keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia
kurang dari 15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.
e. Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.
f. CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.
g. ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART sebanyak
100%.
h. Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta hukum
kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.

20
i. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang
hingga ke desa.

3. Kebijakan Pelaksanaan
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan
kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif
terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di
perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan
wilayah setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman
penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan
masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra
regional untuk kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah dan bencana
maupun kesehatan matra, serta kemampuan untuk melakukan rapid
assessement dan rapid respons.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan
jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat
termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan
teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum

21
penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di
tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan
pemberantasan penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan
partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan,
mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk
mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit hingga ke desa.
i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus
penyakit secara berkualitas hingga ke desa.

4. Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program P2M


a. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan
dan perundang-undangan, dan kebijakan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk
pencegahan dan penanggulangan faktor resiko;
3) Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko sebagai stimulam;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
6) Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko;

22
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko;
8) Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
pencegahan dan pemberantasan penyakit.

b. Peningkatan imunisasi
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan
diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
peningkatan imunisasi;
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan
yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan
kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan
juklak/juknis/protap program imunisasi;
5) Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi;
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program imunisasi
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi;
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi;
9) Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi;
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
imunisasi;

23
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
imunisasi.
c. Penemuan dan tatalaksana penderita:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan
tatalaksana penderita dan diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan
penemuan dan tatalaksana penderita;
3) Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita;
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita;
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
penemuan dan tatalaksana penderita;
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita;
8) Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan
tatalaksana penderita;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
penemuan dan tatalaksana penderita.

d. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah:


1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan
perundang-undangan, dan kebijakan peningkatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan
kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah;

24
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
5) Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/
wabah, termasuk dampak bencana;
6) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit
untuk melaksanakan program surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah;
7) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;
8) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja
informasi dan konsultasi teknis peningkatan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah;
9) Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah;
10) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.
11) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.

e. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan


pemberantasan penyakit:
1) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-
undangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya;
2) Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.

25
3) Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
sebagai stimulan;
4) Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit;
5) Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk
melaksanakan program komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
pencegahan dan pemberantasan penyakit;
6) Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
7) Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
8) Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;
9) Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit;
10) Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional
pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit.

5. PROGRAM NASIONAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


a. Program Pengawasan Terhadap Penyakit Menular
Pokok Persoalan dan Tantangan:
Pemerintah Indonesia telah mengubah sistem pemerintahannya menjadi sistem
desentralisasi yang membahayakan sistem pengawasan Penyakit Menular.
Sasaran:
 Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan
seksual (STI).

26
 Memperkuat pengawasan HIV.

b. PROGRAM PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN DAN


PENGAWASAN TERHADAP PENYAKIT MENULAR
Pokok Persoalan dan Tantangan :
Infeksi Filariasis dan penularannya selalu terdapat di banyak daerah
tanpa kegiatan pengawasan yang cukup.Proyek percobaan untuk ELF
memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu ditingkatkan ke tingkat
propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target penghapusan global
(Mekhong Plus).
Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus
meningkat di daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka
kesakitan namun menurunnya angka kematian yang menjanjikan. Partisipasi
dan jaringan masyarakat diperlukan untuk memulai pengawasan dari
penularan dengue (terutama di perkotaan) dan filariasis (terutama di
pedesaan).
Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada
laporan yang mengancam.Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah
utama yang memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk
memperkuat pengawasan dan vaksin pencegahan.
Frambesia dan kusta adalah penyakit menular yang dapat diobati,
namun dengan penularan utama yang terjadi di daerah yang miskin, terpencil,
kurang pelayanannya, diperlukan kesadaran yang ditingkatkan dan dukungan
dari pemerintah setempat, dan juga tingkat daerah.Helminthiasis yang sangat
umum dan sangat endemis dengan pengaruh kesehatan yang kronik yang
dapat secara luas ditingkatkan melalui pemberantasan cacing yang berulang-
ulang secara masal, yang harus dikoordinasikan dengan perawatan ELF
dimanapun memungkinkan.

27
Sasaran :
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen
terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk
mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang
ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk
pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming,
leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.

28
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak iqbal, dkk., (2005), buku ajar ilmu keperawatan komunitas 2, Jakarta :

Sagung Seto.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Wiramihardja KK. Memodifikasi Perilaku Makan dan Aktivitas Fisik untuk

Menurunkan Berat Badan.Dalam: Soegih R, Wiramihardja KK, penyunting.

Obesitas : permasalahan dan terapi praktis. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.

hlm. 71–84.

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2.

Jakarta: Salemba Medika

Asmadi.(2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

29

Anda mungkin juga menyukai