Modul 2 Sesak Napas Emergency Dan Traumatology
Modul 2 Sesak Napas Emergency Dan Traumatology
SESAK NAPAS
BLOK KEGAWATDARURATAN DAN TRAUMATOLOGI
KELOMPOK 8
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil TUTORIAL MODUL SESAK NAPAS dari kelompok 8
ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan
shalawat kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa kita dari alam yang gelap menuju ke alam yang terang benderang.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa
TUTORIAL khususnya kepada dokter pembimbing yang telah banyak membantu
selama proses PBL berlangsung. Dan kami juga mengucapkan permohonan maaf
kepada setiap pihak jika dalam proses PBL telah berbuat salah baik disengaja
maupun tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak
yang telah membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri.
Diharapkan setelah membaca laporan ini dapat memperluas pengetahuan
pembaca,dan kami mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki laporan
hasil diskusi kami berikutnya.
Kelompok 8
KASUS
Skenario 2: Sesak Napas
Seorang perempuan usia 4 tahun dibawa ke Puskesmas dengan keluhan
sesak napas penderita terlihat pucat dan kebiruan. Nadi teraba cepat dan lemah.
KATA KUNCI
Perempuan usia 4 tahun
Sesak napas
Terlihat pucat dan kebiruan
Nadi teraba cepat dan lemah
PERTANYAAN
1. Anatomi dan fisiologi saluran pencernaan
2. Perbedaan sesak napas trauma dan non trauma
3. Penanganan awal ( primary survey,secondery survey,dan disability)
JAWABAN
1. Anatomi dan fisiologi sistem pernafasan
Kapasitas Paru-Paru
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang kita hirup
pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk melalu saluran
pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus. Oksigen yang terdapat
dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel alveolus. Akhirnya masuk ke
dalam pembuluh darah dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat dalam darah
menjadi oksihemoglobin. Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya dilepaskan ke dalam sel-sel tubuh sehingga oksihemoglobin
kembali menjadi hemoglobin. Karbondioksida yang dihasilkan dari
pernapasan diangkut oleh darah melalui pembuluh darah yang akhirnya
sampai pada alveolus Dari alveolus karbon dioksida dikeluarkan melalui
saluran pernapasan pada waktu kita mengeluarkan napas.Dengan demikian
dalam alveolus terjadi pertukaran gas yaitu oksigen masuk dan
karnbondioksida keluar.
Proses Pernafasan
Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi
serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot
diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus.
Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari
berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga
dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat
mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas.
Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik
sehingga udara keluar. Jadi, udara mengalir dari tempat yang bertekanan
besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.
Jenis Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi
dan ekspirasi, orang sering menyebut pernapasan dada dan pernapasan perut.
Sebenarnya pernapasan dada dan pernapasan perut terjadi secara bersamaan.
(1) Pernapasan dada terjadi karena kontraksi otot antar tulang rusuk, sehingga
tulang rusuk terangkat dan volume rongga dada membesar serta tekanan
udara menurun (inhalasi).Relaksasi otot antar tulang rusuk, costa menurun,
volume kecil, tekanan membesar (e kshalasi). (2) Pernapasan perut terjadi
karena kontraksi /relaksasi otot diafragma ( datar dan melengkung), volume
rongga dada membesar , paru-paru mengembang tekanan mengecil
(inhalasi).Melengkung volume rongga dada mengecil, paru-paru mengecil,
tekanan besar/ekshalasi.
Mekanisme Pernafasan Manusia.
Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
A. Pernafasan dada
Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang
rusuk. Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang
rusuk luar yang berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan
tulang rusuk dalam yang berfungsi menurunkan atau mengembalikan
tulang rusuk ke posisi semula. Bila otot antar tulang rusuk luar
berkontraksi, maka tulang rusuk akan terangkat sehingga volume dada
bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan tekanan dalam
rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena
tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir
dari luar tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses
’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot
dalam, tulang rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan
udara didalam tubuh meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan
dalam rongga dada, dan aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini
disebut ’espirasi’.
B. Pernafasan perut
Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan
otot dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi
diafragma akan mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada
bertambah besar sehingga tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan
tekanan udara menyebabkan mengembangnya paru-paru, sehingga udara
mengalir masuk ke paru- paru(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi
oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas
maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan
pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam
adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel
tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika
tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk.
Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara
akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara
(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan
dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada dan perut terjadi secara bersamaan.
Sesak napas
Pucat dan kebiruan
Nadi cepat dan lemah
Head-tilt/chin lift
Bila tidak ada cedera kepala dengan cara head tilt atau chin lift
Cara melakukan:
1. Letakkan satu tangan pada dahi tekan perlahan ke posterior,
sehingga kemiringan kepala menjadi normal atau sedikit ekstensi
(hindari hiperekstensi karena dapat menyumbat jalan napas).
2. Letakkan jari (bukan ibu jari) tangan yang lain pada tulang rahang
bawah tepat di ujung dagu dan dorong ke luar atas, sambil
mempertahankan cara 1.
Jaw thrust
Bila tidak sadar dan ada cedera kepala dengan cara jaw thrust
Cara melakukannya:
1. Posisi penolong di sisi atau di arah kepala
2. Letakkan 2-3 jari (tangan kiri dan kanan) pada masing-masing
sudut posterior bawah kemudian angkat dan dorong keluar.
3. Bila posisi penolong diatas kepala. Kedua siku penolong
diletakkan pada lantai atau alas dimana korban diletakkan.
4. Bila upaya ini belum membuka jalan napas, kombinasi dengan
head tilt dan membuka mulut (metode gerak triple)
Untuk cedera kepala/ leher lakukan jaw thrust dengan immobilisasi
leher.
(A) (B)
Gambar 1. (A) Head-tilt dan Chin-lift. (B) Jaw thrust
2. OBSTRUKSI TOTAL
a. Tanpa alat secara manual
Back blows (kalau pasien sadar)
Pukulan punggung dilakukan 5 kali dengan pangkal tangan diatas tulang
belakang diantara kedua tulang belikat.Jika memungkinkan rendahkan
kepala di bawah dada.
Heimlich maneuver (pasien sadar)
Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan kedua lengan mengitari
pinggang, peganglah satu sama lain pergelangan atau kepalan tangan
(penolong).
Abdominal thrust(kalau pasien tidak sadar)
Letakkkan kedua tangan (penolong) pada perut antara pusat dan prosessus
sifoideus, tekanlah ke arah abdomen atas dengan hentakan cepat 3-5 kali.
B. BREATHING
Breating dilakukan apabila pemeriksaan airway telah dilaksanakan.Atau
apabila tidak terdapat tanda-tanda obstruksi.
a. Tanpa menggunakan alat:
Mouth to mouth
Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan nafas
buatan dengan mulut dengan cara tarik nafas dalam, tiup dan liat
pengembangan dada. Dengan konsentrasi oksigen 16%.
Mouth to mask
Caranya :
a. Pasang sungkup dengan ukuran sesuai umur sehingga menutup mulut
dan hidung, lalu rapatkan
b. Sambil mempertahankan posisi kepala (jalan nafas) lakukan tiupan
nafas dengan menggunakan :
Kanula oksigen : dengan oksigen 2-3 liter/menit, konsentrasi
30%
Sungkup sederhana : dengan oksigen 6-8 liter/menit, konsentrasi
60%
Sungkup berbalon : dengan oksigen >10 liter/menit, konsentrasi
100%
c. Kemudian liat pengembangan dada.
d. Evaluasi pernapasan, nadi dan warna kulit.
Evaluasi pernapasan, Bernapas Perawatan
nadi dan warna kulit observasi
Nadi > 100
Sianosis
Nadi < 100 Beri tambahan O2
Sianosis menetap
Ventilasi efektif Perawatan pasca
Berikan VTP
Nadi > 100 resusitasi
Berikan VTP
Lakukan kompresi dada
Berikan epinfrin
Pemberian Ventilasi Tekanan positif
1. Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita
2. Pastikan jalan napas penderita bebas.
3. Tangan kiri memegang masker sedemikian rupa sehingga masker rapat ke
wajah penderita dan pastikan tidak ada udara yang keluar dari sisi masker
pada saat dipompa. Tangan kanan memegang bag dan memompa sampai
dada penderita terlihat mengembang.
4. Kecukupan ventilasi dinilai dengan melihat gerakan dada penderita.
C. CIRCULATION
Indikasi pijat jantung : bradikardia ( <60x/m atau henti jantung )
Lokasi pemijatan : 1/3 bagian bawah tulang dada (sternum) dengan kedalaman
pijatan 1/3 tebal dada. Metode kompressi yaitu 1 pangkal telapak tangan
dengan frekuensi pemijatan± 100x/menit. Koordinasi antara pijat jantung dan
nafas buatan yaitu 5 : 1 dengan 20 siklus
Penilaian Awal
Riwayat dan pemeriksaan fisik
uskultasi, otot bantu napas, denyut jantung, frekuensi napas) dan bila mungkin faal paru (APE atau VEP1, saturasi O2), AGDA dan pemeriksaan lain
Serangan Asma Ringan Serangan Asma Sedang/Berat Serangan Asma Mengancam Jiwa
Pengobatan Awal
Oksigenasi dengan kanul nasal
Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat (nebulisasi), setiap 20 menit dalam satu jam) atau agonis beta-2 injeksi (Terbutalin 0,5 ml subkutan atau Adrenalin 1/1000 0,3 ml subkutan)
Kortikosteroid sistemik :
- serangan asma berat
- tidak ada respons segera dengan pengobatan bronkodilator
- dalam kortikosterois oral
Pulang
Dirawat di ICU
Bila APE > 60% prediksi / terbaik. Tetap berikan pengobatan oral atau inhalasi Bila tidak perbaikan dalam 6-12 jam
Nilai derajat serangan(1)
(sesuai tabel 3)
Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi
4. Penanganan untuk intoksikasi makanan
1. Stabilisasi
Penatalaksanan keracunan pada waktu pertama kali berupa tindakan
resusitasi kardiopulmonal yang dilakukan dengan cepat dan tepat
berupa:
Pembebasan jalan nafas
Perbaikan fungsi pernapasan (Ventilasi dan okigenasi)
Perbaikan sistem sirkulasi darah
2. Dekontaminasi GI
Dekomtaminasi merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk
menurunkan pemaparan terhadap racun mengurangi absorpsi dan
mengurangi kerusakan. Tindakan dekontaminasi tergantung pada
loksi tubuh yang terkena racun. Pada GI, penelanan makanan
merupakan rute pemaparan yang tersering sehingga tindakan
pemberian bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau
mengeluarkan isis ambung dengan cara induksi muntah atau
aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan
bahan toksik.
3. Eliminasi
Tindakan mempercepat pengeuaran racun yang sedang beredar
dalam darah atau dalam sal.GI setelah lebih dari 4 jam. Apabila
masih dalam sal.cerna dapat digunakn pemberian arang aktif yang
diberikan berulang dengan dosis 30-50 gr (0,5-1 gr/kgBB) setiap 4
jam per orl atau enteral. Tinadakan ini dapat bermanfaat pada
keracunan obat seperti karbamazepin,dll.
Terapi gejaa penyerta
Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa.
Kebutuhan dasar cairan harian adalah 30-35 ml/kgBB hari,
Natrium 1-1,5 mmol/kgBB/hari., kalium 1 mmol/kgBB/hari.
Apabila ada gangguan elektrolit dan asam basa harus dikoreksi
sesuai derajat bert ringannya.
Buruk
SECONDARY SURVEY
A. Anamnesis
Anamnesis yang harus diingat :
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E : Event/Environtment yang berhubungan dengan kejadian perlukaan.
B. PemeriksaanFisik
1. Kepala dan Maksilofasial
a) Penilaian
Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk adanya laserasi,
kontusi, fraktur dan luka termal
Re-evaluasi pupil
Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS
Penilaian mata untuk perdarahan, luka tembus, ketajaman penglihatan,
dislokasi lensa, dan adanya lensa kontak
Evaluasi syaraf kranial
Periksa telinga dan hidung akan adanya kebocoran cairan serebro-
spinal
Periksa mulut untuk adanya perdarahan dan kebocoran cairan serebro-
spinal, perlukaan jaringan lunak dan gigi goyang.
b) Pengelolaan
Jaga airway, pernafasan dan oksigenasi
Cegah kerusakan otak sekunder
d. Perineum/rectum/penis
Penilaian :
Penilaian perineum : perdarahan uretra, laserasi, dsb
Penilaian rektum : perdarahan rektum
Tonus sfinkter ani
Utuhnya dinding rectum
Fragmen tulang
Posisi prostat
e. Muskuloskeletal
Penilaian :
Inspeksi lengan dan tungkai akan adanya trauma tumpul/tajam, termasuk
adanya laserasi kontusio dan deformitas
Palpasi lengan dan tungkai akan adanya nyeri tekan, krepitasi,
pergerakan abnormal, dan sensorik
Palpasi semua arteri perifer untuk kuatnya pulsasi dan ekualitas
Nilai pelvis untuk adanya fraktur dan perdarahan
Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis dan lumbalis untuk adanya
trauma tajam/ tumpul, termasuk adanya kontusio, laserasi, nyeri tekan,
deformitas, dan sensorik
f. Neurologis
Penilaian :
Re-evaluasi pupil dan tingkat kesadaran
Tentukan skor GCS
Evaluasi motoric dan sensorik dari keempat ekstremitas
Tentukan adanya tanda lateralisasi
Obat-Obat Bronkodilator
1. Adrenergik
2. Antikolinergik
3. Xanthin
1. Adrenergika
Zat-zat ini bekerja lebih kurang selektif terhadap reseptor b2 adrenergis dan
praktis tidak terhadap reseptor- b1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap
kedua reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap
jantung, seperti efedrin, inprenalin, orsiprenalin dan heksoprenalin. Pengecualian
adalah adrenalin (reseptor dan b) yang sangat efektif pada keadaan kemelut.
Zat adrenergik ini dengan efek alfa + beta adalah bronchodilator terkuat
dengan kerja cepat tetapi singkat dan digunakan untuk serangan asma yang hebat.
Sering kali senyawa ini dikombinasi dengan tranquillizer peroral guna melawan
rasa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin tidak aktif.
Efek samping berupa efek sentral (gelisah, tremor, nyeri kepala) dan
terhadap jantung palpitasi, aritmia), terutama pada dosis lebih tinggi. Timbul pula
hyperglikemia, karena efek antidiabetika oral diperlemah.
Dosis pada serangan asma i.v. 0,3 ml dari larutan 1 : 1.000 yang dapat
diulang dua kali setiap 20 meter (tartrat).
Efek samping, pada orang yang peka, efedrin dalam dosis rendah sudah
dapat menimbulkan kesulitan tidur, tremor, gelisah dan gangguan berkemih. Pada
overdose, timbul efek berbahaya terhadap SSP dan jantung (palpitasi) (3,4).
Adalah isomer isoprenalin dengan resorpsi lebih baik, yang efeknya dimulai
lebih lambat (oral sesudah 15-20 menit tetapi bertahan lebih lama, sampai 4 jam.
Mulai kerjanya melalui inhalasi atau injeksi adalah setelah 10 menit.
Dosis 4 dd 20 mg (sulfat), i.m. atau s.c. 0,5 mg yang dapat diulang setelah ½
jam, inhalasi 3 – 4 dd 2 semprotan.
Efek samping jarang terjadi dan biasanya berupa nyeri kepala, pusing-
pusing, mual, dan tremor tangan. Pada overdose dapat terjadi stimulasi reseptor b -
1 dengan efek kardiovaskuler: tachycardia, palpitasi, aritmia, dan hipotensi. Oleh
karena itu sangat penting untuk memberikan instruksi yang cermat agar jangan
mengulang inhalasi dalam waktu yang terlalu singkat, karena dapat terjadi
tachyfylaxis (efek obat menurun dengan pesat pada penggunaan yang terlalu
sering).
Dosis 3-4 dd 2-4 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 100 mcg, pada
serangan akut 2 puff yang dapat diulang sesudah 15 menit. Pada serangan hebat
i.m. atau s.c. 250-500 mcg, yang dapat diulang sesudah 4 jam.
Derivat metil dari orsiprenalin (1970) ini juga berkhasiat b 2 selektif. Secara
oral, mulai kerjanya sesudah 1-2 jam, sedangkan lama kerjnya ca 6 jam. Lebih
sering mengakibatkan tachycardia.
Dosis 2-3 dd 2,5-5 mg (sulfat) inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 250 mcg,
maksimum 16 puff sehari, s.c. 250 mcg, maksimum 4 kali sehari (3,4).
Fenoterol (berotec)
Adalah derivat terbutalin dengan daya kerja dan penggunaan yang sama.
Efeknya lebih kuat dan bertahan ca 6 jam, lebih lama daripada salbutamol (ca 4
jam).Dosis : 3 dd 2,5-5 mg (bromida), suppositoria malam hari 15 mg, dan
inhalasi 3-4 dd 1-2 semprotan dari 200 mcg.
2. Antikolinergika
Ipratropium : Atrovent
Teofilin aman bagi wanita hamil. Karena dapat mencapai air susu ibu,
sebaiknya ibu menyusui bayinya sebelum menelan obat ini.
Alkaloida ini (1908) terdapat bersama kofein (trimetilksantin) pada daun teh
(Yuntheos = Allah, phykllon = daun) dan memiliki sejumlah khasiat antara lain
berdaya spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi
jantung (efek inotrop positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga menstimulasi SSP
dan pernafasan, serta bekerja diuretis lemah dan singat. Kofein juga memiliki
semua khasiat ini meski lebih lemah, kecuali efek stimulasi sentralnya yang lebih
kuat. Kini, obat ini banyak digunakan sebagai obat prevensi dan terapi serangan
asma.
Efek sampingnya yang terpenting berupa mual dan muntah, baik pada
penggunaan oral maupun rektal atau parenteral. Pada overdose terjadi efek sentral
(gelisah, sukar tidur, tremor, dan konvulsi) serta gangguan pernafasan, juga efek
kardiovaskuler, seperti tachycardia, aritmia, dan hipotensi. Anak kecil sangat peka
terhadap efek samping teofilin.
Adalah garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini
bersifat basa dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering
mengakibatkan gangguan lambung (mual, muntah), juga pada penggunaan dalam
suppositoria dan injeksi intramuskuler (nyeri). Pada serangan asma, obat ini
digunakan sebagai injeksi i.v.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ajar
– PUSDIKLAT KESEHATAN)
3. www.emedicine.com
4. www.medlinux.blogspot.com