1079 1945 1 SM
1079 1945 1 SM
ABSTRAK
Uveitis merupakan proses peradangan uvea, yang meliputi iris, badan siliar, dan koroid. Secara anatomi, terdapat empat klasifikasi uveitis, yaitu
uveitis anterior, uveitis intermediet, uveitis posterior, dan panuveitis. Uveitis posterior merupakan radang lapisan koroid dan struktur sekitarnya
pada posterior mata. Kelainan ini langka, namun paling sering dikaitkan dengan komplikasi kebutaan. Diagnosis uveitis posterior membutuhkan
pendekatan komprehensif karena bersifat kompleks dan multifaktorial. Penatalaksanaan yang tepat penting, terutama untuk menemukan dan
mengobati penyebab dasar agar dapat mencegah perburukan dan komplikasi yang lebih berat.
ABSTRACT
Uveitis is an inflammatory process in the uvea, consisted of iris, ciliary body, and choroid. Four anatomical types of uveitis include anterior uveitis,
intermediate uveitis, posterior uveitis and panuveitis. Posterior uveitis is the inflammation of the choroidal layer and surrounding structures in
the posterior eye. This disorder is considered rare, but most commonly related to ocular complications, such as blindness. Diagnosis requires
a comprehensive approach because of its complex and multifactorial nature. Appropriate management is important. Causal reatment can
prevent the worsening and more severe complications. Krisnhaliani Wetarini, Ni Made Widya Mahayani, Febyan. Diagnosis and Management
of Posterior Uveitis
akibat masalah autoimun, infeksi, dan/atau umum yang dapat membedakan uveitis antara lain lesi korioretina fokal, retinal
trauma pada mata.6 Beberapa gangguan yang anterior dari uveitis posterior adalah adanya whitening, dan penyelubungan pembuluh
dikaitkan dengan uveitis posterior adalah fotofobia serta nyeri tumpul atau berdenyut darah retina (vascular sheathing) (Gambar).8
koroiditis multifokal, birdshot choroidopathy, pada mata disebabkan oleh spasme otot Gambaran klinis dapat menunjukkan
sindrom Behcet, ankylosing spondylitis, siliar dan sfingter pupil.1 Pada uveitis anterior adanya vitritis, retinitis, perdarahan retina,
penyakit Lyme, sindrom Vogt-Koyanagi- juga dapat ditemukan injeksi siliar akibat koroiditis, dan kelainan papil saraf optik yang
Harada, sarkoidosis, neoplasma, dan psoriasis. vasodilatasi arteri siliaris longus dan arteri menentukan keterlibatan peradangan bagian
Namun demikian, patogenesis umum uveitis siliaris anterior yang mendarahi iris dan badan posterior uvea.1 Beberapa temuan khas untuk
posterior masih belum dapat dijelaskan.8 siliar. membedakan peradangan pada koroiditis
Pada anak-anak, kelainan ini sering dikaitkan dan retinitis tercantum dalam tabel 2.
dengan juvenile rheumatoid arthritis.1,2,4,7 Pemeriksaan slit-lamp dapat mengevaluasi
bilik mata depan, memperlihatkan adanya Optical Coherence Tomography (OCT)
DIAGNOSIS injeksi siliar dan episklera, skleritis, edema merupakan penunjang non-invasif untuk
Uveitis posterior dapat terjadi karena kornea, presipitat keratik, bentuk dan jumlah memperlihatkan adanya edema makula,
peradangan koroid dan retina, sebagai sel di bilik mata, hipopion, dan kekeruhan membran epiretinal, dan sindrom traksi
perluasan dari kelainan kornea dan sklera, atau lensa.1,8 Temuan tersebut merupakan tanda vitreomakula. Pada keadaan media keruh,
akibat kelainan sistemik.1 uveitis anterior, sehingga dapat membantu seperti pada katarak, vitritis, dan perdarahan
menyingkirkan diagnosis uveitis posterior.3 vitreus, dapat dilakukan Ultrasonography
Diagnosis klinis biasanya tidak sulit, namun B-scan (USG) atau spectral-domain OCT. USG
mencari diagnosis etiologi merupakan juga dapat membantu membedakan uveitis
masalah utama. Langkah penting diagnosis posterior yang disebabkan neoplasma atau
uveitis posterior adalah menentukan abses; dapat pula bermanfaat untuk evaluasi
penyebab dasar.1,6,7 ketebalan koroid dan mengetahui penebalan
ruang tenon yang ditandai dengan “T-sign”
Anamnesis dan pemeriksaan mata merupakan yang merupakan tanda patognomonis
tahap awal diagnosis. Uveitis posterior skleritis posterior.1,6 Ketebalan koroid normal
biasanya memiliki onset perlahan, namun adalah 1,1 milimeter.7,11
dapat sebagai serangan akut.1,7 Kelainan yang
dapat ditemukan adalah penurunan fungsi Gambar. Gambaran funduskopi pada koroiditis: Fundus Fluorescence Angiography (FFA)
penglihatan, gangguan lapang pandang, ditemukan lesi peradangan pada sisi nasal makula merupakan pemeriksaan fotografi fundus
berupa bercak putih kekuningan dengan batas
dan visual floaters yang biasanya tanpa nyeri, tidak tegas.10 dengan injeksi intravena zat pewarna natrium
mata merah, ataupun fotofobia.1 Penting fluoresen. Pemeriksaan ini untuk menilai
juga klasifikasi uveitis berdasarkan anatomi, sirkulasi pembuluh darah retina dan koroid
etiologi, dan perjalanan penyakit (Tabel 1).1,9 Pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui serta mengetahui secara detail epitel pigmen
kelainan di bagian posterior mata. Tanda retina.1,7,11
Ditinjau dari manifestasi klinis, perbedaan yang dapat ditemukan pada uveitis posterior,
Pemeriksaan penunjang laboratorium, seperti
Tabel 1. Klasifikasi uveitis berdasarkan SUN1,2,7,9 darah perifer, laju endap darah, serologi,
urinalisis, dan antinuclear antibody dapat
Klasifikasi Uveitis Manifestasi Klinis
menentukan diagnosis etiologi. Jika uveitis
Anatomi
posterior dicurigai disebabkan tuberkulosis,
Anterior (bilik mata depan) Iritis, iridosiklitis, siklitis anterior
dapat dimintakan pemeriksaan radiologis 2,7
Intermediet (vitreus) Pars planitis, siklitis posterior, hyalitis
Pada uveitis ringan dan pada kasus trauma,
Posterior (retina/koroid) Fokal, multifokal, koroiditis difusa, korioretinitis, retinitis, neuroretinitis
pemeriksaan penunjang biasanya kurang
Panuveitis Bilik mata depan, vitreus, dan retina/koroid
bermanfaat untuk diagnosis.1,2
Perjalanan Penyakit
Akut Onset mendadak dan durasi kurang dari empat minggu
Rekuren Episode uveitis berulang TATALAKSANA
Kronik Uveitis persisten atau kambuh sebelum tiga bulan setelah pengobatan dihentikan Medikamentosa
Tatalaksana uveitis posterior memiliki prinsip
Tabel 2. Perbedaan temuan funduskopi pada koroiditis dan retinitis11 menekan reaksi peradangan, mencegah
Koroiditis Retinitis dan memperbaiki kerusakan struktur mata,
Tampak sebagai bercak keputihan Tampak sebagai bercak kekuningan
mempertahankan fungsi penglihatan, dan
Berbatas tidak tegas Cenderung berbatas tegas mengurangi gejala.7 Reaksi peradangan dapat
Superfisial Lebih dalam terhadap pembuluh darah retina dihambat dengan kortikosteroid topikal,
Tepi lesi biasanya terlihat jelas Tepi lesi cenderung difus antara lain prednisolon 0,5%, prednisolon
Biasanya berhubungan dengan vitritis berat Vitritis lebih ringan-sedang asetat 1%, betametason 1%, deksametason
0,1%, dan fluorometolon 0,1%. Namun, golongan obat anti-inflamasi non-steroid seperti katarak, glaukoma sekunder,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang (OAINS) dan siklopegik untuk mencegah dan ablasio retina.1,12 Vitrektomi dapat
dapat menimbulkan risiko peningkatan komplikasi sinekia posterior.1 Siklopegik yang memperbaiki tajam penglihatan apabila
tekanan intraokular (glaukoma), katarak, dan dapat diberikan yaitu siklopentolat 0,5-2% dan kekeruhan vitreus pada uveitis posterior
risiko infeksi, sehingga harus diawasi dengan homatropin.1 tetap terjadi meskipun dengan pengobatan
cermat.1 Injeksi kortikosteroid periokular dapat medikamentosa.1
menghindari efek samping penggunaan Tatalaksana utama lain ditujukan untuk
steroid jangka panjang dan pada kasus yang mengobati penyebab dasar. Untuk PROGNOSIS
membutuhkan depo steroid.1 Kortikosteroid toksoplasmosis dapat diberi terapi Prognosis uveitis posterior lebih buruk
sistemik dapat diberikan pada uveitis derajat antitoksoplasma, meliputi kotrimoksazol, dibandingkan dengan uveitis jenis lain karena
cukup berat atau bilateral.1,6 klindamisin, pirimetamin, dan sulfadiazin.1,7 dapat menurunkan tajam penglihatan dan
Tuberkulosis dapat diberi terapi menimbulkan kebutaan.1 Risiko komplikasi
Jika radang tidak membaik dengan antituberkulosis, seperti isoniazid, rifampisin, seperti glaukoma, katarak, gangguan
kortikosteroid, dapat dilanjutkan dengan pirazinamid, dan etambutol. Pada infeksi penglihatan, kebutaan, dan ablasio retina lebih
agen imunosupresan.1,7 Imunosupresan sifilis, terapi utama adalah antibiotik golongan sering ditemukan pada uveitis posterior.12
juga merupakan lini pertama pada sindrom penisilin. Untuk infeksi virus dapat diberi
Behcet karena dapat mengancam jiwa.1 obat antivirus, seperti asiklovir, valgansiklovir, SIMPULAN
Agen imosupresan terdiri dari golongan gansiklovir, foskarnet, dan sidofovir.1 Uveitis posterior merupakan peradangan
antimetabolit (azatioprin, metotreksat, koroid dan struktur posterior mata.
dan mikofenolat mofenil), supresor sel T Non-Medikamentosa Keterlambatan diagnosis dan rujukan
(siklosporin dan tacrolimus) serta sitotoksik Pembedahan dapat dipertimbangkan pada meningkatkan risiko kerusakan permanen
(siklofosfamid dan klorambusil).1,7,11 kasus uveitis yang sudah teratasi, untuk struktur okular dan dapat menyebabkan
memperbaiki masalah fungsi penglihatan kebutaan.
Nyeri dapat diatasi dengan pemberian permanen yang disebabkan oleh komplikasi,
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitompul R. Diagnosis dan penatalaksanaan uveitis dalam upaya mencegah kebutaan. E-Jurnal Kedokteran Indonesia. 2016;4(1):60–70.
2. Harman LE, Margo CE, Roetzheim RG. Uveitis: The collaborative diagnostic evaluation. Am Fam Physician. 2014;90(10):711–6.
3. Grillo A, Levinson RD, Gordon LK. Practical diagnostic approach to uveitis. Expert Rev Ophthalmol. 2011;6(4):449–59.
4. Barisani-Asenbauer T, Maca SM, Mejdoubi L, Emminger W, Machold K, Auer H. Uveitis - a rare disease often associated with systemic diseases and infections - a
systematic review of 2619 patients. Orphanet J Rare Dis. 2012;7(57):1–7.
5. González MM, Solano MM, Porco TC, Oldenburg CE, Acharya NR, Lin SC, et al. Epidemiology of uveitis in a US population-based study. J Ophthalmic Inflamm Infect.
2018;8(1):1–8.
6. National Organization for Rare Disorders. Posterior uveitis. In: Rare disease database [Internet]. 2005 [cited 2019 December 2]. Available from: https://rarediseases.
org/rare-diseases/posterior-uveitis/
7. Sudharshan S, Ganesh SK, Biswas J. Current approach in the diagnosis and management of posterior uveitis. Indian J Ophthalmol. 2010;58(1):29–43.
8. Duplechain A, Conrady CD, Patel BC, Baker S. Uveitis. [Updated 2019 Jun 3]. In: StatPearls [Internet]. 2019 [cited 2019 December 2]. Available from: https://www.
ncbi.nlm.nih.gov/books/ NBK540993/
9. Jabs DA, Nussenblatt RB, Rosenbaum JT. Standardization of uveitis nomenclature for reporting clinical data. Results of the First International Workshop. Am J
Ophthalmol. 2005;140(3):509–16.
10. Li J, Li Y, Li H, Zhang L. Imageology features of different types of multifocal choroiditis. BMC Ophthalmol. 2019;19(39):1–7.
11. Sharma P, Majumder PD. Diagnosis and management of posterior uveitis. Curr Indian Eye Res. 2015;2(2):42–51.
12. Dick AD, Tundia N, Sorg R, Zhao C, Chao J, Joshi A, et al. Risk of ocular complications in patients with noninfectious intermediate uveitis, posterior uveitis, or
panuveitis. Ophthalmology 2016;123(3):655–62.