Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 4 (2) (2020)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Manajemen Logistik Alat Kesehatan di Puskesmas

Faizal Ramadhan 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Manajemen logistik alat kesehatan adalah ilmu pengetahuan dan atau seni dalam proses
Diterima 5 Februari 2020 perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan,
Disetujui 15 April 2020 penghapusan dan pengendalian material / alat-alat. Berdasarkan hasil observasi awal, Puskesmas
Dipublikasikan 30 April Boja II tidak memiliki gudang barang siap pakai, ketersediaan alat kesehatan yang baru mencapai
2020 70% dari kompendium alat kesehatan, serta masih sering terlambatnya pelaporan barang kepada
________________ Dinas Kesehatan. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Boja II pada Bulan Desember 2018
Keywords: sampaii dengan bulan September 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis input,
Logistics management, proses, dan output manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas Boja II. Jenis penelitian ini
Medical devices, Health adalah penelitian kualitatif. Informan berjumlah 11 orang dipilih menggunakan purposive
centers sampling. Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Hasil
____________________ penelitian menunjukkan bahwa masih ada beberapa fungsi logistik yang belum optimal. Antara
DOI: lain Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola logistik alat kesehatan masih dirangkap oleh petugas
https://doi.org/10.15294 kesehatan Puskesmas, perencanaan masih kurang maksimal, dan penghapusan hanya sebatas
/higeia/v4i2/32328 pelaporan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajemen logistik alat kesehatan
____________________ Puskesmas Boja II belum maksimal.

Abstract
___________________________________________________________________
Logistics management of medical devices was science and or art in the process of planning and determining the
needs, procurement, storage, dispensing, maintenance, removal and control of materials/tools. Based on the
results of initial observation, Puskesmas Boja II did not have a ready-made warehouse, the availability of
medical equipment that has reached 70% of the essence of medical devices, and still often slow reporting of
goods to the health office. The research was conducted in Boja II Puskesmas in December 2018 until September
2019. The purpose of this research was to analyze input, process, and output logistics management of health
equipment in Boja II Puskesmas. This type of research was qualitative research. The informant amounted to
11 people selected using purposive sampling—data retrieval techniques conducted through in-depth interviews
and observations. The results showed that there were still some logistics functions that were not optimal.
Among other human resources (HR) Logistics managers of medical devices were still trapped by health care
officers, planning was still less maximal, and deletion was only limited to reporting. Thus, it concluded that the
management of health equipment logistics of Boja II had not been maximized.

© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: faizalramadhan90@gmail.com

212
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

PENDAHULUAN optimalisasi (sesuai dengan kebutuhan), dan


akurasi (Alam, 2016).
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Menurut Ardiyanti (2014) dalam
sebagai salah satu fasilitas tingkat pertama penelitiannya berjudul “Gambaran Pelaksanaan
berkewajiban menyelenggarakan pelayanan Sistem Manajemen Logistik Barang Umum
kesehatan komprehensif. Pelayanan kesehatan RSUD Kota Depok” menyebutkan bahwa
komprehensif meliputi pelayanan kesehatan masalah yang berkaitan dengan ketersediaan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, logistik barang umum kerap terjadi seperti
pelayanan kebidanan, dan pelayanan kesehatan halnya yang terjadi dengan logistik barang
darurat medis, termasuk pelayanan penunjang umum di RSUD Kota Depok seperti
yang meliputi pemeriksaan laboratorium penyimpanan barang logistik yang masih belum
sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai sesuai dengan ketentuan karena masih banyak
dengan ketentuan peraturan perundang- barang-barang yang disimpan di lantai dan luas
undangan. Dalam penanganan pelayanan dari gudang penyimpanan, mobilisasi distribusi
kesehatan komprehensif tersebut, maka logistik barang umum yang masih mengalami
dibutuhkan peralatan yang memenuhi kendala karena jarak dan letak gudang
persyaratan yang tersedia dalam jumlah dan penyimpanan yaitu beberapa kilometer dari
kualitas yang mencukupi (Kemenkes RI, 2014). gedung utama RSUD Kota Depok, serta
Alat kesehatan adalah instrumen, terdapat penumpukan beberapa jenis barang
aparatus, mesin dan / atau implan yang tidak persediaan seperti form Askes dan Jamkesmas
mengandung obat yang digunakan untuk tahun sebelumnya.
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan Penelitian serupa juga dilakukan oleh
meringankan penyakit, merawat orang sakit, Oktaviana (2017) dalam skripsinya berjudul
memulihkan kesehatan pada manusia, dan / “Analisis Efektivitas Pengadaan Fasilitas Medis
atau membentuk struktur dan memperbaiki dan Obat-obatan (Studi Kasus pada RSUD
fungsi tubuh (Kemenkes RI, 2012). Saat ini, Lawang Kabupaten Malang)” menyebutkan
hampir tidak mungkin memberikan pelayanan bahwa ada permasalahan yang muncul seperti
kesehatan tanpa alat kesehatan (Dey, 2018). ketidaklengkapan prosedur dan flowchart pada
Mengingat ketersediaan alat kesehatan begitu bagian pejabat pembuat komitmen (PPK) dan
penting dalam upaya pelayanan kesehatan, juga pada tim pemeriksa dan penerimaan.
maka perlu adanya manajemen logistik alat Penelitian yang dilakukan oleh Barus
kesehatan untuk menjaga kualitas dalam jumlah (2015) dalam skripsinya berjudul “Sistem
yang sesuai dengan memperhatikan standar Pelaksanaan Manajemen Logistik Alat
sesuai dengan klasifikasi (Faruq, 2017). Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli
Menurut Subagya (1994) manajemen Serdang Tahun 2015” menyebutkan bahwa
logistik alat kesehatan adalah ilmu pengetahuan banyak alat-alat yang sangat dibutuhkan untuk
dan atau seni dalam proses perencanaan dan pelayanan kesehatan tetapi belum tersedia,
penentuan kebutuhan, pengadaan, bahkan beberapa alat-alat rusak dan tidak ada
penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan, gudang penyimpanan untuk alat kesehatan yang
penghapusan dan pengendalian alat-alat tak terpakai sehingga alat-alat tersebut hanya
kesehatan. Tujuan manajemen logistik alat diletakkan di depan ruangan.
kesehatan adalah agar alat-alat yang diperlukan Di dalam Rencana Pengembangan
untuk kegiatan pelayanan kesehatan dapat Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
tersedia dengan kuantitas, kualitas, waktu dan Kendal Tahun 2016-2021, arah kebijakan
tempat yang dibutuhkan dengan biaya seefisien pembangunan di bidang kesehatan adalah
mungkin, melalui penerapan konsep peningkatan kesehatan masyarakat melalui
standarisasi (standar teknik, standar peningkatan rumah tangga ber-PHBS,
penyimpanan, pemusnahan, pengadaan), peningkatan kualitas lingkungan sehat, dan

213
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

peningkatan kualitas dan kuantitas sarana kasus, ada pasien yang membutuhkan
prasarana kesehatan, termasuk di dalamnya perawatan medis tetapi alat kesehatan yang
melalui peningkatan kualitas pelayanan publik dibutuhkan belum tersedia, sehingga pasien
dengan fokus pada penataan kelembagaan, tersebut harus dirujuk ke puskesmas lain atau
penyediaan sarana prasarana, dan manajemen rumah sakit terdekat.
(Pemkab, 2016). Pergantian bendahara barang yang sering
Menurut data dari Profil Kesehatan terjadi di Puskesmas Boja II menyebabkan
Kabupaten Kendal Tahun 2017, Kabupaten bendahara barang yang baru membutuhkan
Kendal memiliki 30 puskesmas yang terdiri dari waktu untuk beradaptasi dengan teknologi yang
10 puskesmas rawat inap dengan jumlah tempat digunakan. Hal ini berdampak pada sering
tidur sebanyak 220 buah, 20 puskesmas non terlambatnya pelaporan kepada Dinas
rawat inap, dan 54 puskesmas pembantu. Kesehatan Kabupaten Kendal.
Sebagai penyelenggara kesehatan daerah, Dinas Perbedaan antara penelitian ini dengan
Kesehatan Kabupaten Kendal telah melakukan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
berbagai upaya agar semua puskesmas dapat dilakukan di Puskesmas Boja II Kabupaten
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan Kendal dengan variabel terkait manajemen
sarana, prasarana, dan kebutuhan alat kesehatan logistik alat kesehatan. Aspek dalam
yang ada (Dinkes, 2017). manajemen logistik meliputi input, proses, dan
Hasil wawancara awal dengan petugas output. Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas
menunjukkan bahwa masih terdapat Boja II akan mempengaruhi kualitas mutu
permasalahan manajemen logistik alat pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, peneliti
kesehatan di Puskesmas, terutama pada bagian mengambil judul “Analisis Manajemen Logistik
pelaporan. Pelaporan dilakukan dari Puskesmas Alat Kesehatan di Puskesmas Boja II
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal secara Kabupaten Kendal Tahun 2018”.
online melalui aplikasi Simaset dan Aspak per
semester atau setiap 6 bulan sekali. Namun, METODE
beberapa puskesmas masih sering terjadi
keterlambatan pelaporan. Puskesmas yang Penelitian ini dilakukan di wilayah
paling sering mengalami keterlambatan Puskesmas Boja II pada bulan Desember 2018
pelaporan adalah Puskesmas Boja II. sampai dengan bulan September 2019. Metode
Puskesmas Boja II merupakan puskesmas penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
non rawat inap yang hanya melakukan Metode kualitatif digunakan untuk
pelayanan kesehatan rawat jalan. Berdasarkan menggambarkan secara mendalam pelaksanaan
observasi awal yang dilakukan, Puskesmas Boja manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas
II memiliki gudang barang berkapasitas kecil Boja II Kabupaten Kendal yang meliputi input,
yang digunakan untuk menyimpan barang tak proses, output. Input dalam dalam
terpakai dan alat-alat kesehatan yang rusak. permasalahan di fokuskan pada sarana
Sedangkan gudang penyimpanan barang siap prasarana, sumber daya manusia, metode
pakai belum ada. Beberapa barang ada yang pengelolaan, dan dana. Proses terdiri dari aspek
diletakkan di aula. perencanaan, penganggaran, pengadaan,
Ketersediaan alat kesehatan baru pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan,
mencapai 70% dari Kompendium alat kesehatan pengendalian, dan penghapusan alat kesehatan.
yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan RI. Output terdiri dari ketersediaan alat kesehatan
Pengadaan alat kesehatan seperti Analyzer dan penanganan penyakit efektif dan efisien.
sebenarnya sudah diusulkan dalam rencana Penelitian ini merupakan penelitian
pembelanjaan puskesmas sejak lama, tetapi kualitatif. Penelitian kualitatif berupaya untuk
masih belum terealisasikan. Pada beberapa memperoleh informasi yang mendalam tentang

214
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, kegiatan yang dilakukan adalah menyusun


motivasi, serta perilaku responden. Penyajian rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian,
datanya menggunakan metode deskriptif. mengurus perizinan penelitian, memilih dan
Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif menentukan informan, dan menyiapkan
yang dilakukan, bermaksud menggambarkan perlengkapan penelitian. Pada tahap, kegiatan
secara sistematis fakta dan karakteristik suatu yang dilakukan adalah peneliti melakukan
objek atau subjek yang diteliti secara tepat. wawancara mendalam dengan informan utama
Teknik pengambilan sampel/informan secara dan informan triangulasi. Selain itu, peneliti
purposive sampling. Cara pemilihan narasumber melakukan observasi dan pengumpulan data,
penelitian ini tidak didasarkan pada jumlah serta dokumentasi kegiatan. Prosedur penelitian
tetapi berdasarkan asas kesesuaian dan asas yang terakhir adalah tahap pasca penelitian.
kecukupan. Dalam penelitian ini yang menjadi Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data-
informan utama yaitu kepala Puskesmas Boja data yang diperoleh selama proses penelitian
II, bendahara barang Puskesmas Boja II, 3 berlangsung. Setelah dilakukan proses analisis
petugas pengurus barang Puskesmas Boja II, data, dilakukan penarikan kesimpulan
dan koordinator ruang balai pelayanan umum penelitian oleh peneliti dengan menggunakan
Puskesmas Boja II. Sedangkan untuk informan metode-metode tertentu. Pemeriksaan
triangulasi terdiri dari kepala sub bagian keabsahan data dalam penelitian ini
perencanaan dan keuangan Dinas Kesehatan menggunakan metode triangulasi. Teknik
Kabupaten Kendal serta bendahara barang triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal. adalah triangulasi sumber.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi Teknik analisis data dilakukan dengan
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu model Miles dan Huberman, yang terdiri dari
sendiri. Namun dalam pelaksanaannya peneliti tiga bagian, yaitu reduksi data sebagai proses
menggunakan alat bantu perekam suara, pemilihan, menfokuskan pada hal-hal penting,
pedoman wawancara, dan pedoman observasi. pencarian tema dan polanya dan membuang
Dengan tujuan supaya data yang diperoleh yang tidak perlu, membuat kategorisasi yang
dapat tersimpan dengan baik dalam alat dipandu oleh tujuan penelitian yang akan
perekam suara dan pedoman wawancara. dicapai.. Tahap selanjutnya adalah penyajian
Pedoman wawancara digunakan agar data, pengujian data kualitatif yang digunakan
wawancara yang dilakukan tidak menyimpang adalah dalam bentuk uraian singkat dan teks
dari tujuan penelitian. Pedoman observasi bersifat naratif. Tahap yang terakhir adalah
digunakan untuk memperoleh kondisi fisik penarikan kesimpulan/verifikasi, penarikan
maupun non fisik pelaksanaan manajemen kesimpulan dengan membandingkan
logistik. pertanyaan peneliti dengan hasil penelitian.
Teknik pengambilan data yang digunakan Kesimpulan akan kredibel bila didukung oleh
yaitu observasi, wawancara mendalam, dan bukti-bukti yang valid dan konsisten.
pengumpulan data dengan dokumen.
Wawancara mendalam dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
untukmemperoleh informasi yang kompleks.
Pada saat wawancara berlangsung, peneliti Puskesmas Boja II terletak di Kecamatan
dibantu dengan panduan wawancara dan alat Boja, Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah
perekam. Pengumpulan data dengan dokumen dengan luas wilayah kerja mencapai 64,10 km 2.
berupa daftar alat kesehatan yang ada di Sebagian besar wilayah di Kecamatan Boja
Puskesmas Boja II. digunakan sebagai lahan pertanian (tanah
Prosedur penelitian meliputi 3 tahap, sawah dan tanah tegalan, hutan, perkebunan)
yaitu tahap pra-penelitian, tahap penelitian, dan yaitu mencapai 64,65% dan sisanya 35,53%
tahap pasca penelitian. Pada tahap penelitian, digunakan untuk hutan negara dan bangunan

215
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

Tabel 1. Karakteristik Informan Utama


Informan Jenis kelamin Umur Pendidikan Masa kerja Jabatan
(Tahun) Terakhir (Tahun)
1 Laki-laki 51 S1 Kedokteran 10 Kepala Puskemas
2 Perempuan 38 D3 Analis 1,5 Bendahara Barang
Kesehatan
3 Perempuan 53 SMA 38 Tim Pengurus Barang
4 Laki-laki 52 S2 Hukum 2 Tim Pengurus Barang
Kesehatan
5 Perempuan 51 D3 Kebidanan 29 Tim Pengurus Barang
6 Perempuan 47 S1 Kedokteran 8 Koordinator Ruang Balai
Pelayanan Umum

(lahan untuk bangunan dan halaman sekitar) observasi dan menyesuaikan kondisi di
dan lain-lain. Adapun wilayah kerja Puskesmas lapangan. Pada saat penelitian dibantu dengan
Boja II meliputi 8 Desa yaitu Desa Medono, alat perekam dan kamera.
Desa Pasigitan, Desa Banjarejo, Desa Leban, Informan utama dalam penelitian ini
Desa Kliris, Desa Puguh, Desa Ngabean, dan berjumlah 6 orang yang terdiri dari kepala
Desa Karangmanggis. Untuk batas wilayah puskesmas, bendahara barang, tim pengurus
kerja puskesmas Boja II sebelah utara barang berjumlah 3 orang, dan koordinator
berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah ruang balai pelayanan umum Puskesmas Boja
selatan berbatasan dengan Kecamatan II. Adapun karakteristik informan utama dapat
Limbangan, sebelah timur berbatasan dengan dilihat dalam Tabel 1.
Kabupaten Semarang dan sebelah barat Kemudian, informan triangulasi dalam
berbatasan dengan Kecamatan Singorojo. penelitian ini berjumlah 2 orang yang terdiri
Dengan letaknya yang cukup jauh dari pusat dari bendahara barang Dinas Kesehatan
Kota Kendal dan akses jalan yang terbatas Kabupaten Kendal, dan kepala sub bagian
menjadi salah satu kendala bagi Puskesmas Boja perencanaan dan keuangan Dinas Kesehatan
II melaksanakan kegiatan manajemen logistik Kabupaten Kendal. Adapun karakteristik
alat kesehatan. informan triangulasi dapat dilihat dalam Tabel
Tempat pelaksanaan penelitian 2.
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Boja Untuk mewujudkan alat kesehatan yang
II. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu setelah mencukupi kuantitas dan kualitas, harus ada
waktu pelayanan di Puskesmas selesai. Untuk sistem manajemen logistik alat kesehatan yang
wawancara dengan informan triangulasi terkoordinir dengan baik. Input merupakan
dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
Kendal. Wawancara mendalam dilakukan dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat
dengan waktu kurang lebih 30 menit dengan berfungsinya sistem tersebut (Sukoco, 2006).
menggunakan pedoman wawancara. Observasi Jika salah satu elemen tersebut tidak tersedia
dilakukan dengan mengacu pada lembar dengan baik, maka akan mengganggu

Tabel 2. Karakteristik Informan Triangulasi


Informan Jenis kelamin Umur Pendidikan Masa Jabatan
(Tahun) Terakhir kerja
Informan 1 Perempuan 41 S1 Manajemen 10 Bendahara Barang
Dinkes Kabupaten
Kendal
Informan 2 Laki-laki 33 S1 Kesehatan 10 Kepala Sub Bagian
Masyarakat Perencanaan dan
Keuangan Dinkes
Kabupaten Kendal

216
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

keberlangsungan proses untuk mencapai tujuan barang, dan tim pengurus barang. Namun,
dari sistem tersebut. Di dalam manajemen banyak dari SDM pengelola logistik alat
logistik alat kesehatan, yang menjadi input kesehatan tersebut yang merangkap jabatan
antara lain sarana prasarana, Sumber Daya sehingga beban kerja mereka meningkat. Dilihat
Manusia (SDM), metode pengelolaan, dan dari kompetensinya, bendahara barang harus
dana. memiliki kemampuan menguasai komputer
Sarana prasarana diperlukan untuk untuk membuat pelaporan kepada dinas
pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat. kesehatan yang sistemnya online melalui Sistem
Bila terjadi kesenjangan antara ketersediaan Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).
sarana parasana, maka akan menurunkan Menurut informan dinas kesehatan, walaupun
efektivitas pelayanan. Oleh karena itu, penting kompetensi bendahara barang Puskesmas Boja
untuk menganalisa dan memahami kebutuhan II dinilai masih kurang, tetapi terus berupaya
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Dey, 2018). untuk meningkatkan kemampuan dan
Menurut hasil pengamatan, kondisi sarana pengetahuannya
prasarana yang ada di Puskesmas Boja II dalam Dalam mengelola alat kesehatan,
keadaan baik dan layak digunakan. Akan tetapi, puskesmas mengacu pada peraturan
ketersediaannya masih kurang. Hal ini bisa Kepmendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang
dilihat dari Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Kesehatan (ASPAK) yang presentasenya hanya Daerah. Di dalam peraturan tersebut meliputi
sekitar 70% saja. Menurut penelitian yang perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
dilakukan oleh Ristiani (2017), ketersediaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan
sarana dan prasarana keberadaannya sangat penyaluran, penggunaan, penatausahaan,
penting. Sarana prasarana yang lengkap pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
kepuasan pasien. Sarana dan prasarana akan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian,
secara nyata menunjang tingkat pencapaian pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Pada
ketersediaan alat kesehatan serta penanganan penggunaan, alat kesehatan milik daerah
penyakit efektif dan efisien. ditetapkan status penggunaannya untuk
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas
tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan Kabupaten Kendal dan dapat
tenaga kesehatan berpengaruh penting dalam dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan yang mendukung pelayanan umum sesuai dengan
maksimal kepada masyarakat agar masyarakat tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan
mampu untuk meningkatkan kesadaran, Kabupaten Kendal. Penilaian alat kesehatan
kemauan, dan kemampuan hidup sehat milik daerah dilakukan dalam rangka
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang penyusunan neraca pemerintah daerah,
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pemanfaatan dan pemindahtanganan alat
pembangunan sumber daya manusia yang kesehatan milik daerah. Penetapan milai milik
produktif secara sosial dan ekonomi. daerah dalam rangka penyusunan neraca
Berdasarkan Permendagri nomor 17 tahun pemerintah daerah dilakukan dengan
2007, menyebutkan bahwa pengurus barang berpedoman pada Standar Akuntansi
milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas Pemerintahan (SAP). Penilaian alat kesehatan
untuk mengurus barang daerah dalam proses milik daerah dilaksanakan oleh tim yang
pemakaian yang ada di setiap satuan kerja ditetapkan oleh Bupati Kendal dan dapat
perangkat daerah / unit kerja (Kemendagri, melibatkan penilai independen yang bersertifikat
2007). Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola di bidang penilaian aset. Pada bagian
logistik alat kesehatan yang ada di Puskesmas pemindahtanganan, bentuk-bentuk
Boja II yaitu kepala puskesmas, bendahara pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas

217
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

penghapusan alat kesehatan milik daerah, yang perencanaan, penganggaran, pengadaan,


meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan,
penyertaan modal pemerintah daerah. pengendalian, dan penghapusan.Perencanaan
Pemindahtanganan barang milik daerah disebut sebagai salah satu fungsi manajemen
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten paling inti dalam organisasi sebagai strategi
Kendal setelah mendapatkan persetujuan Bupati untuk mengelola lingkungan yang kompetitif
Kendal. Berdasarkan hasil penelitian, (Ufartiene, 2014). Perencanaan dilakukan untuk
Puskesmas Boja II tidak memiliki peraturan merumuskan sasaran dan menentukan langkah-
khusus yang dibuat sendiri oleh pihak langkah yang harus dilaksanakan untuk
puskesmas. Pengelolaan alat kesehatan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
sepenuhnya mengacu pada Keputusan Menteri Perencanaan alat kesehatan di puskesmas
Dalam Negeri nomor 17 tahun 2007 tentang dilakukan setiap satu tahun sekali pada awal
Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik tahun. Perencanaan meliputi penentuan
Daerah tersebut. kebutuhan, jenis, spesifikasi, dan jumlah alat
Pada prinsipnya, pengelolaan dana kesehatan yang diperlukan. Hasil bottom up
merupakan suatu metode untuk pengembangan planning tersebut kemudian diusulkan kepada
dan pelaksanaan keputusan manajerial yang Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal dan
terkait dengan pembentukan, distribusi dan dianalisis sesuai dengan anggaran keuangan.
penggunaan sumber daya untuk memastikan Dalam fungsi penganggaran, semua
ukuran dan struktur aset yang diperlukan sesuai rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan
tujuan yang diinginkan. diketahui bahwa penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk
sumber dana pengelolaan logistik alat kesehatan disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-
puskesmas berasal dari dana Anggaran dana yang tersedia. Kegiatan penganggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mencakup proses persiapan penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah rencana / anggaran seperti halnya pembuatan
(APBD) dan JKN. Pemanfaatan dana kapitasi panitia, melakukan pengumpulan data dan
bagi pasien yang terdaftar dalam BPJS, antara informasi yang diperlukan, melakukan
lain 60% untuk jasa pelayanan dan 40% untuk penyusunan anggaran secara sistematis,
sarana prasarana, termasuk alat kesehatan. mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran atau
Dana yang berasal dari APBN dan APBD tahap implementasi anggaran, melakukan
digunakan untuk membeli alat-alat kesehatan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran,
seperti dental unit, coldstore, tensimeter, hemo menyusun kebijakan sebagai follow up dari hasil
analyser, dopler, meja instrument, dll. evaluasi. Pelaksanaan penganggaran yang ada
Sementara dana yang berasal dari JKN, di Puskesmas Boja II terbatas hanya pada
digunakan untuk membeli Bahan Habis Pakai Bahan Habis Pakai (BHP). Sementara untuk
(BHP). Hasil penelitian yang dilakukan oleh alat kesehatan harus diusulkan ke Dinas
Barus (2015) menunjukkan bahwa untuk Kesehatan Kabupaten Kendal.
memenuhi kebutuhan alat kesehatan, Pengadaan alat kesehatan mencakup
puskesmas dan dinas kesehatan membuat seluruh proses sejak perencanaan, persiapan,
kebijakan subsidi silang agar puskesmas yang perizinan, hingga tahap pelaksanaan dan proses
dana kapitasinya sedikit dapat menikmati administrasi dalam pengadaan barang.
fasilitas alat kesehatan dan sarana prasarana Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan
yang memenuhi. berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif,
Dalam manajemen, komponen proses transparan dan terbuka, bersaing, adil dan tidak
dapat dilihat sebagai keseluruhan kegiatan yang diskriminatif, serta akuntabel. Pengadaan alat
mencakup perencanaan kinerja, pengukuran kesehatan pemerintah daerah dilakukan oleh
dan perbaikan kinerja. Proses manajemen panitia pengadaan barang, yaitu Pejabat
logistik alat kesehatan antara lain meliputi Pembuat Komitmen (PPK) di Dinas Kesehatan

218
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

Kabupaten Kendal. Yakni, secara online pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya


melalui aplikasi Sistem Pengadaan Secara serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup
Elektronik (SPSE). Layanan yang tersedia semua kegiatan mengenai pengurusan,
dalam SPSE saat ini adalah e-tendering. Selain pengelolaan, dan penyimpanan alat kesehatan.
itu, dalam SPSE juga telah disiapkan fasilitas Fungsi lain adalah agar kualitas alat kesehatan
untuk audit secara online dan e-purchasing dapat dipertahankan, terhindar dari kerusakan,
produk alat kesehatan. Proses pengadaan alat pencarian yang mudah dan aman dari pencuri.
kesehatan pemerintah secara elektronik akan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
lebih meningkatkan dan menjamin terjadinya Puskesmas Boja II hanya memiliki gudang
efisiensi, efektivitas, trasnparansi, dan untuk menyimpan alat-alat kesehatan yang
akuntabilitas dalam pembelanjaan uang negara rusak. Untuk alat-alat kesehatan yang masih
(Nurchana, 2014). terpakai dan belum terpakai diletakkan di ruang
Kegiatan-kegiatan dalam distribusi pelayanan. Dengan diletakkannya alat-alat
logistik meliputi proses pemesanan, kesehatan tersebut di ruang pelayanan,
pergudangan, trasnportasi, dan persediaan. diharapkan pelayanan lebih tanggap bila
Dengan adanya ketelitian dan disiplin yang sewaktu-waktu alat kesehatan tersebut
ketat dalam distribusi logistik, diharapkan dibutuhkan. Dari segi keamanan, puskesmas
penyaluran barang dari produsen ke konsumen memiliki penjaga malam yang bertugas untuk
dapat tersalurkan dengan baik (Fadli, 2014). menjaga puskesmas agar tetap aman dan
Proses pendistribusian alat kesehatan yang menghindari adanya pencurian alat-alat
dilakukan oleh Puskesmas Boja II dilakukan kesehatan.
dengan menyesuaikan jenis barang. Untuk alat- Alat kesehatan akan berfungsi dengan
alat kesehatan yang berukuran besar, seperti baik jika penggunaan dan pemeliharaan alat
dental unit, meja instrument, dll puskesmas tersebut sesuai dengan petunjuk. Pemeliharaan
menggunakan ambulance dan colt 300. Namun, alat yang baik akan mencegah potensi bahaya
untuk Bahan Habis Pakai (BHP), puskesmas yang ada pada peralatan tersebut sehingga tidak
tidak menggunakan kendaraan khusus. Tahapan mencederai manusia dan lingkungannya.
distribusi yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Pemeliharaan juga akan meningkatkan
Kabupaten Kendal kepada puskesmas, yaitu alat kegunaan, mengurangi biaya pemeliharaan,
kesehatan yang telah melalui proses pengadaan, serta siap digunakan pada waktu yang
diterima melalui panitia penerima. Lalu, panitia dibutuhkan (Hendrayani, 2017). Pemeliharaan
penerima melakukan pengecekan alat kesehatan alat kesehatan di Puskesmas Boja II dilakukan
sesuai jenis, spesifikasi, dan jumlahnya. Setelah oleh koordinator masing-masing ruangan. Alat
barang selesai diperiksa, maka akan disalurkan kesehatan yang sudah dipakai kemudian
ke puskesmas. Bendahara barang dinas disterilkan dan disimpan pada tempatnya.
kesehatan akan membuat dokumen-dokumen Untuk alat-alat kesehatan yang rusak akan
dan berita acara serah terima. Kemudian, alat didata oleh bendahara barang dan kemudian
kesehatan yang didistribusikan ke puskesmas diusulkan ke dinas kesehatan. Oleh dinas
akan diterima oleh pengurus alat kesehatan di kesehatan, akan dilakukan kalibrasi secara
puskesmas. Pengurus alat kesehatan puskesmas periodik sehingga alat tersebut dapat berfungsi
melakukan pengecekan alat kesehatan sesuai sebagaimana mestinya. Namun, menurut
dengan jenis, jumlah, dan spesfikasinya informan di puskesmas, kalibrasi tersebut
Penyimpanan dimaksudkan sebagai suatu terbatas hanya pada alat kesehatan yang pokok
kegiatan dan usaha untuk melakukan seperti coldstore, hemo analyser, dan lain
pengelolaan barang persediaan di tempat sebagainya. Untuk alat kesehatan yang rawan
penyimpanan. Penyimpanan berfungsi untuk seperti tensimeter, timbangan, dan lain
menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan sebagainya apabila sudah rusak tidak akan
dalam fungsi-fungsi sebelumnya dengan diperbaiki dan hanya diletakkan di gudang. Hal

219
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

tersebut dikarenakan alat-alat tersebut rawan Dalam Kepmenkes Nomor 118 tahun
rusak sehingga bila diperbaiki justru akan 2014 tentang kompendium alat kesehatan,
menambah biaya perawatan. kompendium alat kesehatan merupakan
Kegiatan-kegiatan dalam pengendalian pedoman yang dijadikan sebagai acuan oleh
logistik alat kesehatan meliputi antara lain fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas
inventarisasi yang menyangkut kegiatan- kesehatan rujukan tingkat lanjutan alam
kegiatan dalam perolehan data logistik, memberikan pelayanan kesehatan (Kemenkes
pengawasan yang menyangkut kegiatan- RI, 2014). Berdasarkan pengamatan dan hasil
kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya penelusuran dokumen sekunder, alat kesehatan
deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana- yang dimiliki Puskesmas Boja II antara lain
rencana logistik, dan evaluasi yang menyangkut terbagi menjadi 3 jenis yaitu alat kesehatan
kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan elektromedik, alat kesehatan non elektromedik,
membentuk data-data logistik yang diperlukan dan aroduk diagnostik in vitro. Alat kesehatan
sebagai informasi bagi fungsi-fungsi logistik elektromedik yang dimiliki Puskesmas Boja II
lainnya. Pengendalian logistik di puskesmas antara lain dental unit, elektrokardiograf, doppler,
dilakukan dengan pembuatan Kartu Inventari dll. Alat kesehatan non elektromedik yang dimiliki
Ruangan (KIR) dan Kartu Inventaris Barang Puskesmas Boja II antara lain stetoskop manual,
(KIB). KIR dan KIB merupakan daftar yang tempat tidur periksa, tempat tidur persalinan,
berisikan data-data berupa jenis alat kesehatan, tensimeter jarum, tensimeter air raksa,
merk / model, nomor seri pabrik, ukuran, timbangan injak dewasa, timbangan bayi,
bahan, dan tahun pembuatan. Sebagian besar instrumen bedah, stand infus, dll. Produk
alat kesehatan di puskesmas telah terkodefikasi diagnostik in vitro yang dimiliki Puskesmas Boja
melalui barcode. II antara lain hematology analyser, glucose analyser,
Menurut Permendagri nomor 17 tahun cholesterol test strip, pregnancy rapid test, dll.
2007, kegiatan penghapusan merupakan Berdasarkan kompendium alat kesehatan yang
kegiatan menghapus barang milik daerah dari digunakan sebagai acuan oleh fasilitas
daftar barang dengan menerbitkan Surat kesehatan tingkat pertama, maka dapat
Keputusan (SK) dari pejabat berwenang untuk dikatakan bahwa alat kesehatan yang dimiliki
membebaskan pengguna dan atau kuasa Puskesmas Boja II kurang lengkap.
pengguna dan atau pengelola dari Dalam era JKN, puskesmas sebagai
tanggungjawab administrasi dan fisik atas fasilitas kesehatan tingkat pertama diberikan
barang yang berada dalam penguasaannya tugas oleh BPJS Kesehatan sebagai
(Kemendagri, 2007). Puskesmas Boja II telah penyelenggara JKN untuk dapat menangani 155
melakukan penghapusan alat kesehatan dengan penyakit di puskesmas sesuai dengan peraturan
cara melaporkan kepada Dinas Kesehatan dari Konsiil Kedokteran Indonesia. Tugas yang
Kabupaten Kendal. Kemudian, laporan tersebut diemban oleh puskesmas ini akan dapat
ditindaklanjuti oleh dinas kesehatan dengan terlaksana dengan baik apabila ditunjang
menerbitkan SK. Di tahun 2018, terjadi dengan beberapa hal, diantaranya ketersediaan
perubahan aturan. Menurut aturan lama, alat kesehatan dalam kuantitas dan kualitas
instansi yang berwenang melakukan penerbitan yang mencukupi (Kemenkes, 2012). Dari hasil
SK adalah Bakeuda. Namun, menurut aturan penelitian, diketahui bahwa ketersediaan alat
yang baru, instansi yang berwenang untuk kesehatan masih kurang lengkap, sehingga
menerbitkan SK adalah Dinas Kesehatan puskesmas belum dapat menangani 155 macam
Kabupaten Kendal. Meski sudah berjalan, penyakit.
pelaksanaan penghapusan alat kesehatan masih Berdasarkan hasil penelitian yang
belum optimal, ditandai dengan masih adanya dilakukan oleh Majid (2017) menunjukkan
alat-alat yang rusak seperti tensimeter dan bahwa ketidaklengkapan fasilitas alat kesehatan
timbangan yang hanya diletakkan di gudang. akan mempengaruhi kenaikan angka rujukan

220
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

puskesmas. Sistem rujukan dimaksudkan agar membuat jawaban lebih bersifat subjektif. Saran
puskesmas sebagai gate keeper dapat untuk penelitian selanjutnya adalah peneliti
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas diharapkan lebih mampu menemukan variabel
pelayanan. Tingginya angka rujukan akan penelitian yang berbeda, wawancara dilakukan
mengakibatkan tidak efisiensi dan efektifnya dengan lebih mendalam, dan observasi instansi
pelayanan kesehatan. tempat penelitian dilakukan dengan seteliti
mungkin untuk menghindari gap antara
PENUTUP jawaban informan dengan kenyataan yang ada
di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, pada
komponen input masih terdapat kendala dalam DAFTAR PUSTAKA
sarana prasarana dan SDM. Presentase
ketersediaan sarana prasarana di Puskesmas Alam, H. S., Sudiro and Purnami, C. 2016.
masih berkisar pada 70%. Sementara SDM ‘Pengembangan Sistem Informasi
pengelola logistik alat kesehatan sebagian besar Pemantauan Alat Kesehatan Untuk
Mendukung Penjaminan Mutu Pelayanan
masih dirangkap oleh petugas kesehatan
Kesehatan di Balai Kesehatan Indera
Puskesmas Boja II sehingga beban kerja mereka
Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah’,
menjadi meningkat. Dalam segi perencanaan, Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(3):
dilaksanakan setiap satu tahun di awal periode 187–195.
dengan mempertimbangkan prioritas Barus, M. 2015. Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik
kebutuhan. Penganggaran dan pengadaan alat Alat Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli
kesehatan telah berjalan dengan baik, ditandai Serdang Tahun 2015. Medan: Universitas
dengan telah terintegrasi di dalam aplikasi SIM Sumatera Utara.
Aset. Penyimpanan alat kesehatan masih Dey, S. and Chattopadhyay, S. 2018. ‘Assessment of
Quality of Primary Healthcare Facilities in
terdapat kendala yaitu tidak adanya gudang
West Bengal’, International Journal of Research
penyimpanan alat-alat kesehatan, sehingga
in Geography, 4(2): 22–33.
beberapa barang ada yang diletakkan di aula Fadli, A. 2014. ‘Efektivitas Distribusi Fisik dalam
puskesmas. Pengendalian alat kesehatan Meningkatkan Penjualan (Studi Kasus pada
dilakukan dengan pembuatan KIR dan KIB CV. Agrotama Kota Malang)’, Jurnal
yang pembuatannya merujuk pada pedoman Administrasi Bisnis, 7(1): 1–10.
dan peraturan. Penghapusan alat kesehatan Faruq, Z. H., Badri, C. and Sodri, A. 2017. ‘Penilaian
masih sebatas pelaporan ke dinas kesehatan, Manajemen Peralatan Laboratorium Medis di
beberapa alat yang rusak ada yang hanya RSUD Se Provinsi DKI Jakarta’, Labora
Medika, 1(1): 16–20.
diletakkan di gudang.Pada segi output,
Hendrayani, A. 2017. ‘Pengaruh Pendampingan
ketersediaan alat kesehatan di Puskesmas Boja
Inspeksi Perawatan Pencegahan (Preventive
II masih kurang lengkap dengan Maintenance) Alat Kardiografi’, Jurnal
membandingkan pada kompendium alat Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 8(1): 11–16.
kesehatan yang telah dikeluarkan Kementerian Kasengkang, R. A., Nangoy, S., & Sumarauw, J.
Kesehatan RI. Penanganan penyakit masih 2016. Analisis Logistik (Studi Kasus Pada PT.
belum dapat menangani 155 macam penyakit Remenia Satori Tepas-Kota Manado). Jurnal
sebagaimana yang telah ditetapkan Konsil Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(1): 750-759.
Kedokteran Indonesia. Kementerian Dalam Negeri. 2007. Permendagri No 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Kelemahan dalam penelitian kualitatif ini
Barang Milik Daerah. Jakarta: Menteri Dalam
adalah subjektivitasnya yang tinggi. Seseorang
Negeri.
akan lebih sensitif apabila dihadapkan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
pertanyaan-pertanyaan terkait kinerja dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
pencapaian, sehingga jawaban informan akan 118/Menkes/SK/IV/2014 tentang Kompendium
cenderung menonjolkan sisi-sisi positif saja yang Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian

221
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)

Kesehatan Republik Indonesia. Putrayasa, I. M., & Saputra, M. D. 2018.


Lestari, P. B., & Haksama, S. 2017. Analisis Fungsi Penganggaran dan Analisis Anggaran
Manajemen Logistik Di Badan Pemberdayaan Penjualan. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan,
Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota 14(1): 24-33.
Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Ristiani, I. 2017. ‘Pengaruh Sarana Prasarana dan
Indonesia, 5(1). Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Majid, R. 2017. ‘Studi Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien’, Coopetition, 8(2): 155–166.
Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) pada Safitri, H. M., Rahman, A., & Usman, A. 2015.
Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Analisis Pengendalian Intern atas
Perumnas Kota Kendari Tahun 2016’, Jurnal Pelaksanaan Prosedur Persediaan Obat-
Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyaraka, 2(5): Obatan pada Rumah Sakit PHC Surabaya.
1–6. Jurnal Akuntansi UBHARA, 4(1): 141-151.
Nurchana, A. R., Haryono, B. S. and Adiono, R. Ufartiene, R. 2014. ‘Importance of Planning in
2014. ‘Efektivitas E-Procurement Dalam Management Developing Organization’,
Pengadaan Barang / Jasa’, Jurnal Administrasi Journal of Advanced Management Science, 2(3):
Publik, 2(2): 355–359. 176–180.

222

Anda mungkin juga menyukai