Faizal Ramadhan 1
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Univesitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Logistics management of medical devices was science and or art in the process of planning and determining the
needs, procurement, storage, dispensing, maintenance, removal and control of materials/tools. Based on the
results of initial observation, Puskesmas Boja II did not have a ready-made warehouse, the availability of
medical equipment that has reached 70% of the essence of medical devices, and still often slow reporting of
goods to the health office. The research was conducted in Boja II Puskesmas in December 2018 until September
2019. The purpose of this research was to analyze input, process, and output logistics management of health
equipment in Boja II Puskesmas. This type of research was qualitative research. The informant amounted to
11 people selected using purposive sampling—data retrieval techniques conducted through in-depth interviews
and observations. The results showed that there were still some logistics functions that were not optimal.
Among other human resources (HR) Logistics managers of medical devices were still trapped by health care
officers, planning was still less maximal, and deletion was only limited to reporting. Thus, it concluded that the
management of health equipment logistics of Boja II had not been maximized.
Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: faizalramadhan90@gmail.com
212
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
213
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana kasus, ada pasien yang membutuhkan
prasarana kesehatan, termasuk di dalamnya perawatan medis tetapi alat kesehatan yang
melalui peningkatan kualitas pelayanan publik dibutuhkan belum tersedia, sehingga pasien
dengan fokus pada penataan kelembagaan, tersebut harus dirujuk ke puskesmas lain atau
penyediaan sarana prasarana, dan manajemen rumah sakit terdekat.
(Pemkab, 2016). Pergantian bendahara barang yang sering
Menurut data dari Profil Kesehatan terjadi di Puskesmas Boja II menyebabkan
Kabupaten Kendal Tahun 2017, Kabupaten bendahara barang yang baru membutuhkan
Kendal memiliki 30 puskesmas yang terdiri dari waktu untuk beradaptasi dengan teknologi yang
10 puskesmas rawat inap dengan jumlah tempat digunakan. Hal ini berdampak pada sering
tidur sebanyak 220 buah, 20 puskesmas non terlambatnya pelaporan kepada Dinas
rawat inap, dan 54 puskesmas pembantu. Kesehatan Kabupaten Kendal.
Sebagai penyelenggara kesehatan daerah, Dinas Perbedaan antara penelitian ini dengan
Kesehatan Kabupaten Kendal telah melakukan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini
berbagai upaya agar semua puskesmas dapat dilakukan di Puskesmas Boja II Kabupaten
melaksanakan tugas dan fungsinya dengan Kendal dengan variabel terkait manajemen
sarana, prasarana, dan kebutuhan alat kesehatan logistik alat kesehatan. Aspek dalam
yang ada (Dinkes, 2017). manajemen logistik meliputi input, proses, dan
Hasil wawancara awal dengan petugas output. Berdasarkan uraian di atas, pelaksanaan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas
menunjukkan bahwa masih terdapat Boja II akan mempengaruhi kualitas mutu
permasalahan manajemen logistik alat pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, peneliti
kesehatan di Puskesmas, terutama pada bagian mengambil judul “Analisis Manajemen Logistik
pelaporan. Pelaporan dilakukan dari Puskesmas Alat Kesehatan di Puskesmas Boja II
ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal secara Kabupaten Kendal Tahun 2018”.
online melalui aplikasi Simaset dan Aspak per
semester atau setiap 6 bulan sekali. Namun, METODE
beberapa puskesmas masih sering terjadi
keterlambatan pelaporan. Puskesmas yang Penelitian ini dilakukan di wilayah
paling sering mengalami keterlambatan Puskesmas Boja II pada bulan Desember 2018
pelaporan adalah Puskesmas Boja II. sampai dengan bulan September 2019. Metode
Puskesmas Boja II merupakan puskesmas penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
non rawat inap yang hanya melakukan Metode kualitatif digunakan untuk
pelayanan kesehatan rawat jalan. Berdasarkan menggambarkan secara mendalam pelaksanaan
observasi awal yang dilakukan, Puskesmas Boja manajemen logistik alat kesehatan di Puskesmas
II memiliki gudang barang berkapasitas kecil Boja II Kabupaten Kendal yang meliputi input,
yang digunakan untuk menyimpan barang tak proses, output. Input dalam dalam
terpakai dan alat-alat kesehatan yang rusak. permasalahan di fokuskan pada sarana
Sedangkan gudang penyimpanan barang siap prasarana, sumber daya manusia, metode
pakai belum ada. Beberapa barang ada yang pengelolaan, dan dana. Proses terdiri dari aspek
diletakkan di aula. perencanaan, penganggaran, pengadaan,
Ketersediaan alat kesehatan baru pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan,
mencapai 70% dari Kompendium alat kesehatan pengendalian, dan penghapusan alat kesehatan.
yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan RI. Output terdiri dari ketersediaan alat kesehatan
Pengadaan alat kesehatan seperti Analyzer dan penanganan penyakit efektif dan efisien.
sebenarnya sudah diusulkan dalam rencana Penelitian ini merupakan penelitian
pembelanjaan puskesmas sejak lama, tetapi kualitatif. Penelitian kualitatif berupaya untuk
masih belum terealisasikan. Pada beberapa memperoleh informasi yang mendalam tentang
214
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
215
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
(lahan untuk bangunan dan halaman sekitar) observasi dan menyesuaikan kondisi di
dan lain-lain. Adapun wilayah kerja Puskesmas lapangan. Pada saat penelitian dibantu dengan
Boja II meliputi 8 Desa yaitu Desa Medono, alat perekam dan kamera.
Desa Pasigitan, Desa Banjarejo, Desa Leban, Informan utama dalam penelitian ini
Desa Kliris, Desa Puguh, Desa Ngabean, dan berjumlah 6 orang yang terdiri dari kepala
Desa Karangmanggis. Untuk batas wilayah puskesmas, bendahara barang, tim pengurus
kerja puskesmas Boja II sebelah utara barang berjumlah 3 orang, dan koordinator
berbatasan dengan Kota Semarang, sebelah ruang balai pelayanan umum Puskesmas Boja
selatan berbatasan dengan Kecamatan II. Adapun karakteristik informan utama dapat
Limbangan, sebelah timur berbatasan dengan dilihat dalam Tabel 1.
Kabupaten Semarang dan sebelah barat Kemudian, informan triangulasi dalam
berbatasan dengan Kecamatan Singorojo. penelitian ini berjumlah 2 orang yang terdiri
Dengan letaknya yang cukup jauh dari pusat dari bendahara barang Dinas Kesehatan
Kota Kendal dan akses jalan yang terbatas Kabupaten Kendal, dan kepala sub bagian
menjadi salah satu kendala bagi Puskesmas Boja perencanaan dan keuangan Dinas Kesehatan
II melaksanakan kegiatan manajemen logistik Kabupaten Kendal. Adapun karakteristik
alat kesehatan. informan triangulasi dapat dilihat dalam Tabel
Tempat pelaksanaan penelitian 2.
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Boja Untuk mewujudkan alat kesehatan yang
II. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu setelah mencukupi kuantitas dan kualitas, harus ada
waktu pelayanan di Puskesmas selesai. Untuk sistem manajemen logistik alat kesehatan yang
wawancara dengan informan triangulasi terkoordinir dengan baik. Input merupakan
dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
Kendal. Wawancara mendalam dilakukan dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat
dengan waktu kurang lebih 30 menit dengan berfungsinya sistem tersebut (Sukoco, 2006).
menggunakan pedoman wawancara. Observasi Jika salah satu elemen tersebut tidak tersedia
dilakukan dengan mengacu pada lembar dengan baik, maka akan mengganggu
216
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
keberlangsungan proses untuk mencapai tujuan barang, dan tim pengurus barang. Namun,
dari sistem tersebut. Di dalam manajemen banyak dari SDM pengelola logistik alat
logistik alat kesehatan, yang menjadi input kesehatan tersebut yang merangkap jabatan
antara lain sarana prasarana, Sumber Daya sehingga beban kerja mereka meningkat. Dilihat
Manusia (SDM), metode pengelolaan, dan dari kompetensinya, bendahara barang harus
dana. memiliki kemampuan menguasai komputer
Sarana prasarana diperlukan untuk untuk membuat pelaporan kepada dinas
pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat. kesehatan yang sistemnya online melalui Sistem
Bila terjadi kesenjangan antara ketersediaan Informasi Manajemen Daerah (SIMDA).
sarana parasana, maka akan menurunkan Menurut informan dinas kesehatan, walaupun
efektivitas pelayanan. Oleh karena itu, penting kompetensi bendahara barang Puskesmas Boja
untuk menganalisa dan memahami kebutuhan II dinilai masih kurang, tetapi terus berupaya
pemanfaatan pelayanan kesehatan (Dey, 2018). untuk meningkatkan kemampuan dan
Menurut hasil pengamatan, kondisi sarana pengetahuannya
prasarana yang ada di Puskesmas Boja II dalam Dalam mengelola alat kesehatan,
keadaan baik dan layak digunakan. Akan tetapi, puskesmas mengacu pada peraturan
ketersediaannya masih kurang. Hal ini bisa Kepmendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang
dilihat dari Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Kesehatan (ASPAK) yang presentasenya hanya Daerah. Di dalam peraturan tersebut meliputi
sekitar 70% saja. Menurut penelitian yang perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
dilakukan oleh Ristiani (2017), ketersediaan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan
sarana dan prasarana keberadaannya sangat penyaluran, penggunaan, penatausahaan,
penting. Sarana prasarana yang lengkap pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
kepuasan pasien. Sarana dan prasarana akan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian,
secara nyata menunjang tingkat pencapaian pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Pada
ketersediaan alat kesehatan serta penanganan penggunaan, alat kesehatan milik daerah
penyakit efektif dan efisien. ditetapkan status penggunaannya untuk
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Dinas
tentang Tenaga Kesehatan menyatakan bahwa Kesehatan Kabupaten Kendal dan dapat
tenaga kesehatan berpengaruh penting dalam dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan yang mendukung pelayanan umum sesuai dengan
maksimal kepada masyarakat agar masyarakat tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan
mampu untuk meningkatkan kesadaran, Kabupaten Kendal. Penilaian alat kesehatan
kemauan, dan kemampuan hidup sehat milik daerah dilakukan dalam rangka
sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang penyusunan neraca pemerintah daerah,
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pemanfaatan dan pemindahtanganan alat
pembangunan sumber daya manusia yang kesehatan milik daerah. Penetapan milai milik
produktif secara sosial dan ekonomi. daerah dalam rangka penyusunan neraca
Berdasarkan Permendagri nomor 17 tahun pemerintah daerah dilakukan dengan
2007, menyebutkan bahwa pengurus barang berpedoman pada Standar Akuntansi
milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas Pemerintahan (SAP). Penilaian alat kesehatan
untuk mengurus barang daerah dalam proses milik daerah dilaksanakan oleh tim yang
pemakaian yang ada di setiap satuan kerja ditetapkan oleh Bupati Kendal dan dapat
perangkat daerah / unit kerja (Kemendagri, melibatkan penilai independen yang bersertifikat
2007). Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola di bidang penilaian aset. Pada bagian
logistik alat kesehatan yang ada di Puskesmas pemindahtanganan, bentuk-bentuk
Boja II yaitu kepala puskesmas, bendahara pemindahtanganan sebagai tindak lanjut atas
217
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
218
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
219
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
tersebut dikarenakan alat-alat tersebut rawan Dalam Kepmenkes Nomor 118 tahun
rusak sehingga bila diperbaiki justru akan 2014 tentang kompendium alat kesehatan,
menambah biaya perawatan. kompendium alat kesehatan merupakan
Kegiatan-kegiatan dalam pengendalian pedoman yang dijadikan sebagai acuan oleh
logistik alat kesehatan meliputi antara lain fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas
inventarisasi yang menyangkut kegiatan- kesehatan rujukan tingkat lanjutan alam
kegiatan dalam perolehan data logistik, memberikan pelayanan kesehatan (Kemenkes
pengawasan yang menyangkut kegiatan- RI, 2014). Berdasarkan pengamatan dan hasil
kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya penelusuran dokumen sekunder, alat kesehatan
deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana- yang dimiliki Puskesmas Boja II antara lain
rencana logistik, dan evaluasi yang menyangkut terbagi menjadi 3 jenis yaitu alat kesehatan
kegiatan-kegiatan memonitor, menilai dan elektromedik, alat kesehatan non elektromedik,
membentuk data-data logistik yang diperlukan dan aroduk diagnostik in vitro. Alat kesehatan
sebagai informasi bagi fungsi-fungsi logistik elektromedik yang dimiliki Puskesmas Boja II
lainnya. Pengendalian logistik di puskesmas antara lain dental unit, elektrokardiograf, doppler,
dilakukan dengan pembuatan Kartu Inventari dll. Alat kesehatan non elektromedik yang dimiliki
Ruangan (KIR) dan Kartu Inventaris Barang Puskesmas Boja II antara lain stetoskop manual,
(KIB). KIR dan KIB merupakan daftar yang tempat tidur periksa, tempat tidur persalinan,
berisikan data-data berupa jenis alat kesehatan, tensimeter jarum, tensimeter air raksa,
merk / model, nomor seri pabrik, ukuran, timbangan injak dewasa, timbangan bayi,
bahan, dan tahun pembuatan. Sebagian besar instrumen bedah, stand infus, dll. Produk
alat kesehatan di puskesmas telah terkodefikasi diagnostik in vitro yang dimiliki Puskesmas Boja
melalui barcode. II antara lain hematology analyser, glucose analyser,
Menurut Permendagri nomor 17 tahun cholesterol test strip, pregnancy rapid test, dll.
2007, kegiatan penghapusan merupakan Berdasarkan kompendium alat kesehatan yang
kegiatan menghapus barang milik daerah dari digunakan sebagai acuan oleh fasilitas
daftar barang dengan menerbitkan Surat kesehatan tingkat pertama, maka dapat
Keputusan (SK) dari pejabat berwenang untuk dikatakan bahwa alat kesehatan yang dimiliki
membebaskan pengguna dan atau kuasa Puskesmas Boja II kurang lengkap.
pengguna dan atau pengelola dari Dalam era JKN, puskesmas sebagai
tanggungjawab administrasi dan fisik atas fasilitas kesehatan tingkat pertama diberikan
barang yang berada dalam penguasaannya tugas oleh BPJS Kesehatan sebagai
(Kemendagri, 2007). Puskesmas Boja II telah penyelenggara JKN untuk dapat menangani 155
melakukan penghapusan alat kesehatan dengan penyakit di puskesmas sesuai dengan peraturan
cara melaporkan kepada Dinas Kesehatan dari Konsiil Kedokteran Indonesia. Tugas yang
Kabupaten Kendal. Kemudian, laporan tersebut diemban oleh puskesmas ini akan dapat
ditindaklanjuti oleh dinas kesehatan dengan terlaksana dengan baik apabila ditunjang
menerbitkan SK. Di tahun 2018, terjadi dengan beberapa hal, diantaranya ketersediaan
perubahan aturan. Menurut aturan lama, alat kesehatan dalam kuantitas dan kualitas
instansi yang berwenang melakukan penerbitan yang mencukupi (Kemenkes, 2012). Dari hasil
SK adalah Bakeuda. Namun, menurut aturan penelitian, diketahui bahwa ketersediaan alat
yang baru, instansi yang berwenang untuk kesehatan masih kurang lengkap, sehingga
menerbitkan SK adalah Dinas Kesehatan puskesmas belum dapat menangani 155 macam
Kabupaten Kendal. Meski sudah berjalan, penyakit.
pelaksanaan penghapusan alat kesehatan masih Berdasarkan hasil penelitian yang
belum optimal, ditandai dengan masih adanya dilakukan oleh Majid (2017) menunjukkan
alat-alat yang rusak seperti tensimeter dan bahwa ketidaklengkapan fasilitas alat kesehatan
timbangan yang hanya diletakkan di gudang. akan mempengaruhi kenaikan angka rujukan
220
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
puskesmas. Sistem rujukan dimaksudkan agar membuat jawaban lebih bersifat subjektif. Saran
puskesmas sebagai gate keeper dapat untuk penelitian selanjutnya adalah peneliti
memaksimalkan efisiensi dan efektivitas diharapkan lebih mampu menemukan variabel
pelayanan. Tingginya angka rujukan akan penelitian yang berbeda, wawancara dilakukan
mengakibatkan tidak efisiensi dan efektifnya dengan lebih mendalam, dan observasi instansi
pelayanan kesehatan. tempat penelitian dilakukan dengan seteliti
mungkin untuk menghindari gap antara
PENUTUP jawaban informan dengan kenyataan yang ada
di lapangan.
Berdasarkan hasil penelitian, pada
komponen input masih terdapat kendala dalam DAFTAR PUSTAKA
sarana prasarana dan SDM. Presentase
ketersediaan sarana prasarana di Puskesmas Alam, H. S., Sudiro and Purnami, C. 2016.
masih berkisar pada 70%. Sementara SDM ‘Pengembangan Sistem Informasi
pengelola logistik alat kesehatan sebagian besar Pemantauan Alat Kesehatan Untuk
Mendukung Penjaminan Mutu Pelayanan
masih dirangkap oleh petugas kesehatan
Kesehatan di Balai Kesehatan Indera
Puskesmas Boja II sehingga beban kerja mereka
Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah’,
menjadi meningkat. Dalam segi perencanaan, Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(3):
dilaksanakan setiap satu tahun di awal periode 187–195.
dengan mempertimbangkan prioritas Barus, M. 2015. Sistem Pelaksanaan Manajemen Logistik
kebutuhan. Penganggaran dan pengadaan alat Alat Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Deli
kesehatan telah berjalan dengan baik, ditandai Serdang Tahun 2015. Medan: Universitas
dengan telah terintegrasi di dalam aplikasi SIM Sumatera Utara.
Aset. Penyimpanan alat kesehatan masih Dey, S. and Chattopadhyay, S. 2018. ‘Assessment of
Quality of Primary Healthcare Facilities in
terdapat kendala yaitu tidak adanya gudang
West Bengal’, International Journal of Research
penyimpanan alat-alat kesehatan, sehingga
in Geography, 4(2): 22–33.
beberapa barang ada yang diletakkan di aula Fadli, A. 2014. ‘Efektivitas Distribusi Fisik dalam
puskesmas. Pengendalian alat kesehatan Meningkatkan Penjualan (Studi Kasus pada
dilakukan dengan pembuatan KIR dan KIB CV. Agrotama Kota Malang)’, Jurnal
yang pembuatannya merujuk pada pedoman Administrasi Bisnis, 7(1): 1–10.
dan peraturan. Penghapusan alat kesehatan Faruq, Z. H., Badri, C. and Sodri, A. 2017. ‘Penilaian
masih sebatas pelaporan ke dinas kesehatan, Manajemen Peralatan Laboratorium Medis di
beberapa alat yang rusak ada yang hanya RSUD Se Provinsi DKI Jakarta’, Labora
Medika, 1(1): 16–20.
diletakkan di gudang.Pada segi output,
Hendrayani, A. 2017. ‘Pengaruh Pendampingan
ketersediaan alat kesehatan di Puskesmas Boja
Inspeksi Perawatan Pencegahan (Preventive
II masih kurang lengkap dengan Maintenance) Alat Kardiografi’, Jurnal
membandingkan pada kompendium alat Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 8(1): 11–16.
kesehatan yang telah dikeluarkan Kementerian Kasengkang, R. A., Nangoy, S., & Sumarauw, J.
Kesehatan RI. Penanganan penyakit masih 2016. Analisis Logistik (Studi Kasus Pada PT.
belum dapat menangani 155 macam penyakit Remenia Satori Tepas-Kota Manado). Jurnal
sebagaimana yang telah ditetapkan Konsil Berkala Ilmiah Efisiensi, 16(1): 750-759.
Kedokteran Indonesia. Kementerian Dalam Negeri. 2007. Permendagri No 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Kelemahan dalam penelitian kualitatif ini
Barang Milik Daerah. Jakarta: Menteri Dalam
adalah subjektivitasnya yang tinggi. Seseorang
Negeri.
akan lebih sensitif apabila dihadapkan pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.
pertanyaan-pertanyaan terkait kinerja dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
pencapaian, sehingga jawaban informan akan 118/Menkes/SK/IV/2014 tentang Kompendium
cenderung menonjolkan sisi-sisi positif saja yang Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian
221
Faizal, R. / Manajemen Logistik Alat / HIGEIA 4 (2) (2020)
222