PROPOSAL
TUGAS AKHIR
Oleh
PROPOSAL SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST)
di Program Studi D-IV Rekam Medik Jurusan Kesehatan
Oleh
Dwiki Ananta Dewantara
NIM G41160272
i
BAB 1. PENDAHULUAN
i
masalah masalalu dan sekarang. Daftar ini harus secara jelas terdokumentasi di
dalam catatan medis pasien. Daftar ini tidak perlu berisi masalah yang timbul
berulangkali, tapi harus mencakup setiap keadaan bedah dan medis yang berarti,
setiap alergi dan reaksi obat yang tidak diingikan, dan obat-obatan yang
digunakan saat ini dan sebelumnya.
Dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan
tertentu, laporan hasil pemeriksaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan
harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan, dan
rekaman elektro diagnostik. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan
dan dokumen tentang indentitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan pasien. Rekam medis harus dibuat secara
tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Penyelenggaraan rekam medis
dengan menggunakan teknologi informasi elektronik diatur lebih lanjut dengan
peraturan tersendiri. Dokter, dokter gigi dan/atau tenaga kesehatan tertentu
bertanggungjawab atas catatan dan/atau dokumen yang dibuat pada rekam medis.
Sarana pelayanan kesehatan wajib menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
rangka penyelenggaraan rekam medis (Permenkes, 2008).
Pengisian dokumen rekam medis harus diisi selengkap-lengkapnya agar
berkesinambungan dan dijadikan sebagai alat bukti hokum apabila dibutuhkan.
Maka pengisian dokumen rekam medis harus diisi sebaik mungkin unntuk
kesinambungan informasi. Oleh sebab itu bagian rekam medis di rumah sakit
perlu melaksanakan pemantauan kualitas tentag mutu berkas rekam medis rawat
inap dengan melaksanakan analisis. Analisis dibagi menjadi dua yakni analisis
kuantitatif dan kualitatif, analisis kualitatif dibagi lagi menjadi dua yaitu, analisis
kualitatif administratif dan analisis kualitatif medis (Anindyta, 2014)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem
penyelenggaraan suatu instalasi/unit kegiatan, sedangkan kegiatan pencatatannya
sendiri merupakan salah satu bentuk yang tercantum di dalam uraian tugas (job
discription) pada unit instalansi rekam medis (Depkes RI, 2006). Rekam medis
diselenggarakan di unit rekam medis diantaranya unit rawat inap. Adapun tempat
i
penghasil dan pengolah data rekam medis terdiri dari Unit Rawat Inap (URI),
Assembling, dan Filling. (Budi, 2011).
Kegunaan utama rekam medis adalah sebagai bukti perjalanan penyakit
pasien dan pengobatan yang telah diberikan, alat komunikasi diantara para tenaga
kesehatan yang memberikan perawatan kepada pasien, sumber informasi untuk
riset dan pendidikan, serta sebagai sumber dalam pengumpulan data statistik
kesehatan. Kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek
administrasi, aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, aspek
pendidikan dan aspek dokumentasi. Rekam medis yang baik berisi data yang
lengkap dan dapat diolah menjadi informasi, sehingga memungkinkan
dilakukannya evaluasi objektif terhadap kinerja pelayanan kesehatan dan dapat
menjadi basis pendidikan, penelitian dan pengembangan. Tanggun jawab utama
akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang bertanggung jawab
merawat pasien. Kelengkapan penulisan pada berkas rekam medis merupakan
suatu hal yang penting. Rekam medis yang tidak lengkap tidak cukup memberikan
informasi untuk pengobatan selanjutnya ketika pasien datang. Kembali ke sarana
pelayanan kesahatan tersebut.
Ketidaklengkapan pengisian berkas rekam medis dapat disebabkan oleh
banyak faktor, salah satunya menurut Fitiah (2007) faktor yang menyebabkan
ketidaklengkapan pengisian diagnosis pada lembar ringkasan klinik karena dokter
lebih mengutamakan memberikan pelayanan, banyaknya pasien sehingga dokter
berusaha untuk memberikan pelayanan dengan cepat, dokter masih menunggu
pemeriksaan lab untuk lebih memastikan diagnosis yang lebih spesifik, kesibukan
dokter, terbatasnya jumlah dokter, kurangnya kerjasama antar perawat dan
petugas rekam medis, dokter kurang peduli terhadap rekam medis.
Berdasarkan studi penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang
pada triwulan I Tahun 2014. Hasil analisa kualitatif DRM rawat inap kasus bedah
tindakan hernioraphy periode triwulan I Tahun 2014, ketidaklengkapan tertinggi
terdapat pada review kelengkapan dan pencatatan kekonsistensian diagnosa,
perawatan dan pengobatan yaitu 37 DRM (73%) lengkap dan 14 DRM (27%)
tidak lengkap atau tidak konsisten dalam pencatatan diagnosa. Hasil penelitian
i
untuk review pencatatan dari 51 DRM Rawat Inap kasus bedah tindakan
hernioraphy periode Triwulan I tahun 2014, untuk review pencatatan
menunjukkan 47 (92%) lengkap dan 4 (8%) tidak lengkap karena tidak terdapat
tanda tangan pasien dan dokter pemberi informasi. Untuk review hasil penelitian
untuk review pencatatan dari 51 dokumen rekam medis yang diteliti pada
dokumen rekam medis rawat inap periode triwulan I tahun 2014, untuk review
pencatatan menunjukkan 47 (92%) konsisten karena tidak ada pencatatan pada
formulirnya atau formulir kosong. Hasil Deliquent Medical Record (DMR)
sebanyak 48 DRM (94%) tidak lengkap. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
masih terdapat ketidaklengkapan pada dokumen rekam medis di RSUD Tugurejo
Semarang pada triwulan I Tahun 2014.
Berdasarkan survei pendahuluan pada 17 Juni 2019 di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Mohammad Saleh (RSUD) ditemukan Angka Ketidak
Lengkapan Pengisian Catatan Medik (AKLPCM) pada lampiran 1 menunjukan
bahwa jumlah AKLPCM pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Dr. Mohammad
Saleh Kota Probolinggo masih mengalami peningkatan setiap bulannya.
Walaupun jumlah kunjungannya pada tahun 2019 triwulan I hanya 42 pasien. Dari
hasil wawancara dengan bagian verifikasi data atau bagian assembling sebelum
dimasukkan rak penyimpanan dari 10 berkas ada 6 belum akurat dan belum
lengkap. Adanya masalah kelengkapan tsb masih mempengaruhi mutu dokumen
rekam medis di Rumah Sakit Dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo.
Berdasarkan studi penelitian pada Dokumen Rekam medis kasus Demam
Berdarah di Rumah Sakit Dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo Triwulan I
tahun 2019. Dari 5 dokumen yang ambil secara acak terdapat beberapa kriteria
analisis kuantitatif administratif yang tidak dilengkapi yaitu masukan konsisten ke
5 dokumen tidak konsisten. Tidak ada persetujuan tindakan kedokteran (informed
consent). Telaah rekaman meliputi tulisan terbaca, 5 dokumen tersebut masih ada
tulisan yang tidak terbaca, belum menggunakan singkatan baku, hal ini
menyebabkan ketidaklengkapan rekaman sesuai standar rekaman yang ditetapkan.
Ditinjau dari analisis kuantitatif medis dari segi pemanfaatan informasi yang
diberikan pasien misalnya lama demam dari 10 berkas masih ada 6 berkas yang
i
belum di manfaatkan dengan baik informasi yang di dapat dari pasien. Tidak
dimanfaatkannya hasil laboratorium Hb, Thrombo, SGOT, dan SGPTyang
terdapat pada berkas. Tidak dilakukan pemeriksaan trombosit secara berulang
Kesepuluh berkas tersebut tidak dituliskan derajat diagnosis. Kepmenkes (2008)
menyatakan rekam medik yang lengkap adalah rekam medik yang telah diisi
lengkap oleh dokter dalam waktu kurang dari 24jam setelah selesai pelayanan
rawat jalan atau setelah pasien rawat inap diputuskan untuk pulang dengan standar
kelengkapannya adalah 100%.
Menurut Hatta (2013), analisis kuantitatif dilakukan untuk menilai
kelengkapan dan keakuratan rekam kesehatan rawat inap yang dimiliki sarana
pelayanan kesehatan dan dapat dilakukan saat pasien masih berada di sarana
pelayanan kesehatan rumah sakit (Concurrent review) ataupun sesudah pasien
pulang (retrospective review). Analisis terdiri dari 4 aspek yaitu kelengkapan
aspek identifikasi, pelaporan penting, pendokumentasian yang benar, dan aspek
autentifikasi (Sudra, 2013). Semakin lengkap tenaga kesehatan memberikan data
tindak lanjut dalam pelayanan kesehatan berarti semakin banyak pemanfaatan
kelengkapan informasi oleh tenaga kesehatan. Berarti pula, kualitas pelayanan
kesehatan yang diberikan semakin dapat dibuktikan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan terkait.
Rahmawati (2014) menyatakan bahwa pentingnya kelengkapan data
Rekam Medis sebagai dokumen rekam medis apabila terjadi kasus gugatan dari
pasien, maka Rekam medis pasien harus lengkap sehingga dapat membantu
dokter maupun tenaga kesehatan lain sebagai bukti pelayanan yang telah
diberikan oleh rumah sakit. Agar dokumen Rekam Medis berkesinambungan
maka pengisian dokumen rekam medis harus di isi selengkap-lengkapnya dan
juga dijadikan sebagai alat bukti hukum apabila dibutuhkan. Maka pengisian
dokumen rekam medis harus diisi sebaik mungkin dan selengkap mungkin untuk
kesinambungan informasi dan sebagai salah satu syarat dalam akreditasi Rumah
Sakit.
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan
i
Medis dalam Dokumen Rekam Medis Rawat Inap ditinjau dari Review Kuantitatif
Di RSUD dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo pada tahun 2019”
i
5. Mengidentifikasi lama pengembalian berkas pasien ke ruang berkas
Rekam Medis Departemen kesehatan RI pada dokumen rekam medis
rawat inap pada Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medik
tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohammad Saleh Kota
Probolinggo
6. Mendentifikasi apakah asuhan keperawatan sesuai standar pelayanan
medis tata laksana Departemen kesehatan RI pada dokumen rekam medis
rawat inap pada Angka Ketidak Lengkapan Pengisian Catatan Medik
tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohammad Saleh Kota
Probolinggo
7. Mengidentifikasi keakuratan dalam pengisian laporan kematian yang
sesuai standar pelayanan medis tata laksana Departemen kesehatan RI
pada dokumen rekam medis pada Angka Ketidak Lengkapan Pengisian
Catatan Medik tahun 2019 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Mohammad
Saleh Kota Probolinggo
1.4 Manfaat Teoritis
1.4.1 Bagi Peneliti
i
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
i
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk melihat seberapa angka ketidaklengkapan data yang ada pada lahan
penelityian di rumah sakit PKU muhammdiyah Cepu, pada bulan maret 2014
peneliti melakukan survey awal dengan mengambil 10 dokumen sebagai sampel
pada penyakit gastroenteritis yang merupakan penyakit terbanyak pada bulan
januari-maret 2014 yaitu sebanyak 86 kasus untuk dinilai ketidaklengkapannya
dan dihitung DMR nya. Dengan perincian tingkat ketidaklengkapannya
berdasarkan tiasp-tiap review yaitu : review identifikasi kelengkapan tertinggi
pada RM 3, RM 4, RM 5, RM 10 dan RM 11, ,sebesar 100%, ketidaklengkapan
tertingi pada RM 2, sebesar 80% dengan kelengkpan sebesar 20%. Review
pelaporan kelengkapan tertinggi pada RM 3, RM 7, RM 8, dan informed consent
sebesar 100%, ketidaklengkapan tertinggi pada RM 1, RM 3, RM 6, RM 7,RM 8
dan informed consent sebesar 100%,ketidaklengkapan tertinggi pada RM 8
sebesar 100% ketidaklengkapan tertinggi pada RM 11 sebesar 4% dengan
kelengkapan sebesar 60%. Review autentifikasi kelengkapan tertinggi pada RM 8
sebesar 100% ketidaklengkapan tertinggi pada RM3 sebesar 100. Berdasarkan
review identifikasi, review pelaporan, review pencatatan dan review autentifikasi
didapatkan tingkat kebandelan terhadap dokumen rekam medis rawat inap sebesar
100%. Berdasarkan analisa kualitatif pada review kelengkapan dan
kekonsistensian diagnosa di dapatkan 90% DRM yang konsisten dan 10% yang
tidak konsisten, pada review kekonsistensian pencatatan didapatkan sebesar 100%
DRM yang konsisten, pada review pencatatan hal yang dilakukan saat perawatan
dan pengobatan didapatkan 100% DRM yang lengkap, pada review pencatatan
informed consent didapatkan 100% DRM yang lengkap , pada review praktek
pencatatan didapatkan 30% DRM yang pencatatannya baik dan 70% DRM yang
i
pencaatannya tidak baik, dan berdasarkan review hal –hal yang berpotensi ganti
rugi didapatkan 100% DRM yang lengkap.
2.1.2 Analisa kuantitatif dan kualitatif dokumen rekam medis rawat inap kasusu
bedah pada tindakan hernioraphy di RSUD Tugurejo Semarang pada
triwulan I tahun 2014.
Hasil analisa kualitatif DRM rawat inap kasus bedah tindakan hernioraphy
periode triwulan I Tahun 2014, ketidaklengkapan tertinggi terdapat pada review
kelengkapan dan pencatatan kekonsistensian diagnosa, perawatan dan pengobatan
yaitu 37 DRM (73%) lengkap dan 14 DRM (27%) tidak lengkap atau tidak
konsisten dalam pencatatan diagnosa. Hasil penelitian untuk review pencatatan
dari 51 DRM Rawat Inap kasus bedah tindakan hernioraphy periode Triwulan I
tahun 2014, untuk review pencatatan menunjukkan 47 (92%) lengkap dan 4 (8%)
tidak lengkap karena tidak terdapat tanda tangan pasien dan dokter pemberi
informasi. Untuk review hasil penelitian untuk review pencatatan dari 51
dokumen rekam medis yang diteliti pada dokumen rekam medis rawat inap
periode triwulan I tahun 2014, untuk review pencatatan menunjukkan 47 (92%)
konsisten karena tidak ada pencatatan pada formulirnya atau formulir kosong.
Hasil Deliquent Medical Record (DMR) sebanyak 48 DRM (94%) tidak lengkap.
i
muhammadiyah hernioraphy di ditinjau dari
cepu periode RSUD Tugurejo Review Kuantitatif
triwulan I tahun Semarang pada Di RSUD dr.
2014 triwulan I Tahun Mohammad Saleh
2014 Kota Probolinggo
pada tahun 2019
2 Tujuan Mengetahui analisis Mengetahui Melakukan Analisis
kualitatif dan gambaran analisis Angka Ketidak
kuantitatif dokumen kualitatif dan Lengkapan
rekam medis rawat kuantitatif dokumen Pengisian Catatan
inap kasus rekam medis pasien Medis dalam
gastroenteritis di rawat inap kasus Dokumen Rekam
rumah sakit pku bedah pada Medis Rawat Inap
muhammadiyah tindakan ditinjau dari
cepu periode hernioraphy di Review Kuantitatif
triwulan I tahun RSUD Tugurejo Di RSUD dr.
2014 Semarang Mohammad Saleh
Kota Probolinggo
pada tahun 2019
3 Objek Dokumen rekam Dokumen rekam Dokumen rekam
medis rawat inap medis rawat inap medis pasien rawat
kasus gastroenteritis. kasus bedah pada inap kasus
tindakan herioraphy AKPLCM
4 Metod Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif Analisis deskriptif
e dan kualitatif dan kualitatif kuantitatif
i
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan
b. Jenis-jenis pelayanan rumah sakit
Permenkes (2008) menyatakan, jenis-jenis pelayanan rumah sakit yang
minimal wajib disediakan oleh rumahsakit meliputi :
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan instensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
9. Pelayanan rehabilitasi medic
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pencegah pengendalian infeksi.
2.3.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit
i
Sejarah RSUD Dr. Mohammad Saleh diawali dari sebuah Balai
Pengobatan yang didirikan Pemerintah Kolonial Belanda yang berfungsi
memberikan pelayanan pengobatan kepada masyarakat pada jaman
penjajahan. Balai pengobatan ini pada perkembangan awalnya beroperasi
belum mempunyai nama, sedangkan dokter pertama yang melakukan
pelayanan adalah Dokter Sardadi, seorang dokter pribumi serta seorang dokter
berkebangsaan Swiss yaitu Dr. Pryter.
Rumah Sakit yang berlokasi di Jalan Mayjen Pajaitan No.65 ini diubah
lagi namanya menjadi RSUD Dokter Mohammad Saleh Kotamadiya
Probolinggo dengan status sebagai rumah sakit umum dan menempati lahan
seluas 9.982 m2. Saat terjadi perubahan peraturan tentang pembagian daerah
administrasi wilayah probolinggo menjadi kota Probolinggo dan Kabupaten
Probolinggo, maka selanjutnya nama rumah sakit secara resmi menjadi RSUD
Dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo.
i
Kesehatan RO Nomor 001/Menkes/SK/2009 pada tanggal 6 Januari 2009 dan
saat ini menempati lahan seluas 11.752.142 m2.
i
b. Tujuan rekam medis
Dick et al dalam Hatta (2012) menyatakan tujuan rekam medis dibagi
menajdi dua yaitu tujuan primer dan tujuan sekunder, dimana yang paling
berhubungan langsung dengan pelayanan pasien adalah tujuan primer dan yang
berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubungan
langsung secara spesifik adalah tujuan sekunder.
Tujuan utama (primer) Rekam medis (RM)/ Rekam kesehatan (RK)
terbagi dalam 5 (lima) kepentingan yaitu untuk:
i
yang ada pada organisasi pelayanan di RS, menganalisis kecenderungan
yang terjadi dan mengomunikasikan informasi diantara klinik yang
berbeda.
5. Pembiayaan, rekam kesehatan yang akurat mencatat segala pemberian
pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan
besarnya pembayaran yang harus dibayar baik secara tunai atau melalui
asuransi (Hatta, 2012).
Dick et al dalam Hatta (2012) menyatakan Tujuan sekunder rekam
kesehatan ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar
pelayanan pasien yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan
kebijakan. Adapun yang dikelompokkan dalam kegunaan sekunder adalah
kegiatan yang tidak berhubungan secara spesifik antara pasien dan tenaga
kesehatan.
2.6 Standar Pelayanan Minimal Rekam Medis
Permenkes (2008) menyatakan jenis pelayanan rekam medis dengan
indikator :
1. Kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan
adalah 100%
2. Kelengkapan informed consent setelah mendapatkan informasi yang jelas
harus 100%.
i
Tujuan analisis kuantitatif terutama untuk mengidentifikasi omisi yang
jelas dan selalu terjadi, yang bisa diperbaiki dengan mudah pada prosedur normal
rumah sakit. Prosedur ini membuat catatan medis lebih lengkap untuk dirujuk
pada asuhan yang berkensinambungan, untuk melindungi kepentingan hokum
pasien, dokter, dan rumah sakit dan untuk memenuhi persyaratan lisensi,
akreditasi dan sertifikasi (Huffman, 1999).
b. Hasil analisis kuantitaif
Analisis kuantitaif mengidentifikasi defisiensi spesifik. Defisiensi ini haus
dilengkapkan oleh penyedia asuhan kesehatan dalam waktu singkat setelah
diidentifikasi. Aturan staf medis menentukan kerangka waktu untuk pelengkapan
catatan medis, sesuai dengan persyaratan lisensi, akreditasi dan
sertifikasi(Huffman, 1999).
2.2 Visi, Misi, Motto
VISI, MISI, MOTTO, KEBIJAKAN DASAR, KOMITMEN
KARYAWAN/WATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER
MOHAMMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO.
VISI
MISI
MOTTO
i
KOMITMEN KARYAWAN/WATI
1. Man
Ketenagaan RSUD Dr. Mohammad Saleh Kota Probolinggo pada
tahun 2018, jumlah tenaga medik dasar (dokter umum) telah
memenuhi standar, jumlah tenaga medik spesialis mengalami
penambahan namun kurang memenuhi standar DEPKES, dan untuk
tenaga paramedic jumlah yang dimiliki rumah sakit telah memenuhi
standar kelas B Non Pendidikan
2. Money
Pendapatan Rumah sakit dari tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami
kenaikan.
3. Method
Pada hasil evaluasi Standar Pelayanan minimal tahun 2018 dari
pencapaian kinerja dari 21 pelayanan yang mencapai prosentase diatas
50% ada 16 pelayanan yaitu Instalasi Gawat Darurat, Rawat Jalan,
i
Rawat Inap, instalasi Bedah Sentral, Intensif (ICU&ICCU), Radiologi,
Laboratorium, Rehabilitas Medik, Gizi, Transfusi Darah, Pengelolaan
Limbah, Administrasi dan Manajemen, Pemulasaraan Jenazah,
Laundry, Pencegahan dan pengendalian infeksi dan Pelayanan
Yanmed (GAKIN) sedangkan pelayanan yang mencapai dibawah 50%
ada 5 yaitu Persalinan & Perinatologi, Administrasi dan Manajemen,
Ambulance, Pemeliharaan sarana rumah sakit.
- Standart Operating Prosedure yang ada sudah dijalankan namun
perlu dioptimalkan Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap SOP.
4. Material
Jumlah peralatan kesehatan RSUD Dr. Mohammad Saleh per unit
pelayanan di Rumah Sakit mengalami kenaikan dari tahun 2016 ke
tahun 2017 yaitu rata rata kinerja pengadaan fasilitas alat kesehatan
rumah sakit 7.8%.
2.6 Ringkasan Hambatan
1. SDM
a) Kurangnya jumlah dokter spesialis sesuai dengan standar Rumah
Sakit kelas B Non Pendidikan.
b) Minimnya jumlah tenaga pelayanan khusus (ICU, ICCU,
Perinatologi, dll) yang bersitifikasi
c) Disiplin dokter dalam melaksanakan pelayanan masih perlu
ditingkatkan.
d) Ketaatan terhadap formularium Rumah Sakit masih kurang.
2. Peralatan dan Sarana
a) Kurangnya jumlah dan jenis peralatan kedokteran sesuai dengan
standar Rumah Sakit kelas B Non Pendidikan.
i
b) Fasilitas gedung perawatan banyak telah berumur tua dan
membutuhkan pemeliharaan dengan biaya tinggi.
c) Kondisi ruang perawatan rawat inap yang tidak sesuai standar
pelayanan.
d) Belum memiliki ruangan perawatan untuk kasus khusus, misalkan
HIV/AIDS, Flu Burung, dll.
e) Sarana Prasarana pelayanan gizi belum sesuai standar.
3. Metode
a) Ketaatan terhadap pelaksanaan SOP masih belum optimal.
b) Sistem inventarisasi barang secara komputer dan terkoneksi
dengan unit pengadaan dan SIM barang.
c) Pengawasan dan pengendalian pelayanan dan penunjang medis
belum optimal.
d) Belum tertatanya peraturan-peraturan internal Rumah Sakit sebagai
paying hokum dalam melaksanakan pelayanan medis menuju Good
Clinical Governance.
e) Belum adanya pemetaan mekanikal dan elektrikal Rumah Sakit
sebagai bahan masukan kegiata pemeliharaan sarana prasarana
Rumah Sakit.
f) Pelaksanaan asuhan keperawatan masih perlu dioptimalkan.
g) Banyak protap yang memerlukan revisidan belum disosialisasikan
secara terprogram ke unit kerja terkait.
h) Berkas Rekam Medis belum terkelola dengan baik dan belum
memakai teknologi penyimpanan berbasis komputer.
4. Lingkungan
a) Pengembangan pelayanan terhambat karena terbatasnya lahan
Rumah Sakit.
b) Kesadaran pengunjung Rumah Sakit dalam berperilaku hidup
bersih sehat masih rendah.
2.7 Pemecahan Masalah
i
Berdasarkan identifikasi masalah maka direncanakan beberapa
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :
1. SDM
a) Melakukan kerjasama kemitraan dengan dokter non PNS untuk
melaksanakan pelayanan di Rumah Sakit.
b) Memaksimalkan pelaksanaan pelatihan pelayanan khusus baik
secara internal maupun eksternal.
2. Peralatan dan sarana
a) Pengadaan peralatan kedokteran secara maksimal dengan dana
fungsional RS dan dana bantuan propinsi maupun pusat.
b) Perbaikan saluran dan IPAL berdasarkan dokumen UKL/UPL.
c) Rehab gedung pelayanan agar layak untuk digunakan sebagai
ruang perawatan pasien.
d) Mengajukan usulan relokasi Rumah Sakit ke tempat yang sesuai
dengan standar lokasi RS Kelas B Non Pendidikan atau merehab
Rumah Sakit pada gedung-gedung yang sudah tidak layak atau
tidak sesuai standar Rumah Sakit kelas B Non Pendidikan.
3. Dana
a) Penyediaan anggaran untuk pelaksanaan evaluasi pelayanan secara
periodik dan tersistem antar unit kerja dalam melaksanakan
kegiatan penelitian dan pengembangan melalui Inovasi Pelayanan
Publik.
4. Metode
a) Menyusun prioritas program pengembangan pelayanan dan
mengoptimalkan program yang memiliki daya ungkit besar
terhadap peningkatan mutu pelayanan.
b) Menyusun sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan protap.
c) Penerapan sistem inventarisasi barang yang komprehensif.
i
d) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pelayanan medis dan
penunjang medis melalui kegiatan evaluasi rutin, audit medic dan
morning report.
e) Inventarisasi, penyusunan dan sosialisasi peraturan hukum dan
perundang-undangan yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan Rumah Sakit.
f) Segera dilakukan pemetaan mekanikal, elekrikal dan site plan
Rumah Sakit.
g) Pengelolaan farmasi sesuai dengan standar Kemenkes termasuk
evaluasi formularium, penetapan formularium dan kebijakan one
day dose agar resep bisa terlayani semua di apotik RS sudah Odd
tetapi belum semua ruangan.
h) Perbaikan manajemen pengelolaan tenaga cleaning service
5. Lingkungan
a) Peningkatan penyuluhan PHBS kepada pengunjung Rumah Sakit,
penertiban jam berkunjung serta penertipan Kawasan Tanpa Rokok
(KTR).
i
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Identifikasi masalah
1. Identifikasi masalah
Tahapan yang pertama dalam penelitian ini adalah identifikasi masalah
yang ada pada objek yang diteliti yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Mohammad Saleh Kota Probolinggo, sehingga masalah yang didapatkan pada
i
tahap ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian dan menemukan solusi
dari permasalahan tersebut.
2. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi-
informasi dari beberapa referensi yang relevan dengan permasalahan yang akan
dibahas. Tujuannya untuk memperluas dan memperdalam wawasan dan
pengetahuan peneliti mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan diteliti. Teori tersebut akan dijadikan dasar untuk
pengolahan data.
3. Studi lapang
Studi lapang adalah langkah selanjutnya setelah kita mendapatkan
gambaran-gambaran. Studi lapang bertujuan untuk mengetahui kondisi
sebenarnya dari objek yang diteliti, sehingga peneliti memliki objek yang jelas
tentang penelitiannya. Studi lapang dilakukan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi, sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan analisa pembahasan masalah dan
pemecahannya.
4. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian digunakan untuk mempertajam pembahasan dalah
melakukan proses penelitian dan menyusun hasil penelitian.
5. Menentukan unit analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah semua dokumen rekam medis
pasien rawat inap kasus demam berdarah dengue periode januari-maret tahun
2015. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah petugas rekam medis.
6. Mengisi lembar kuisioner
Pengisian lembar kuisioner dilakukan oleh peneliti dengan objek dokumen
rekam medis pasien rawat inap kasus demam berdarah
7. Penilaian hasil kuisioner
Penilaian hasil kuisioner dilakukan dengan melihat seberapa banyak
angket yang terjawab dengan setiap poin jawaban memliki nilai.
8. Hasil dan pembahasan
i
Pada tahap ini dibahas sesuai dengan hasil yang diteliti dan dicari
pemecahan masalah dari factor yang ada. Sehingga masalah tersebut dapat
dipecahkan.
9. Kesimpulan dan saran
Pada tahap ini akan disimpulkan semua aktivitas penelitian yang sudah
dilakukan. Kesimpulan penelitian yaitu kesimpulan dari rumusan pemecahan
alternative untuk kebijakan yang lebih baik.
i
DAFTAR PUSTAKA