Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yusron Nur Hadi

NIM : 2103016009

Fakultas : Ilmu Tarbiyah & Keguruan (FITK)

Prodi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

TUGAS MATERI VI “Moderasi Beragama Sebagai Penguat Nilai Kebangsaan”

“Membuat Artikel tentang Moderasi Beragama dengan didukung Pendapat Ilmiah”

Sebelumnya, Saya memohon izin untuk menyampaikan Resume yang saya buat dari
penjelasan Bapak Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo Semarang yaitu Bapak Dr.
H. Imam Yahya, M. Ag. Tentang Mengenal Moderasi Beragama Sebagai Alat untuk
memperkuat nilai nilai kebangsaan secara Umum dan Secara Khusus di UIN Walisongo
Semarang ini.

Menurut Beliau, Moderasi Beragama merupakan Suatu Sikap dalam menyikapi dan
menghayati serta tak lupa memahami Nilai Nilai agama yaitu agama islam, dengan Tujuan Sikap
Moderasi Beragama ini adalah agar kita dalam Memandang sikap dalam Nilai Nilai Religius
atau Nilai Nilai agama Tidak terlalu memandang Ekstrem (Berlebihan), baik itu Ekstrem Kanan
maupun Kiri, atau bahkan Menumbuhkan Sikap Fanatik secara berlebihan dalam hal menyikapi
perbedaan. Beliau juga menjelaskan, bahwa Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang terdiri
dari berbagai macam Suku Suku, Bahasa Daerah, Budaya serta agama, Oleh karena itu, perlu
adanya Sikap untuk saling menghargai perbedaan pendapat, jangan saling salah menyalahkan
agar tidak menjadi kesenjangan sosial yang berlebihan.

Seperti yang di jelaskan oleh Bapak Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo
tadi, Agama islam itu pada dasarnya sudah menerapkan Sikap Moderasi beragama dalam aspek
pelaksanaan Syari`ah (Hablum Minallah) maupun dalam aspek pelaksanaan Mu`amalah
(Hablum Minan Nas), yang pada dasarnya itu semua berlandaskan dengan Agama Islam sebagai
Agama yang Rahmatan lil `Alamin.

Tadi beliau juga menjelaskan tentang contoh sikap moderasi beragama dalam aspek
pelaksanaan syari`ah (hukum) atau menjelaskan hubungan manusia dengan tuhan semesta alam
(Allah Swt.), yaitu adanya Rukhsah atau keringanan apabila ada keperluan yang mendesak,
Contoh : Ibadah saat dalam Perjalanan (Musafir), beliau tadi membacakan salah satu Ayat Suci
Al Qur`an yaitu Q.S. An Nisa` ayat 91 yang berarti “Dan apabila kamu bepergian di bumi,
maka tidaklah berdosa kamu meng-qasar salat, jika kamu takut diserang orang kafir.
Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”, maksud dari ayat tersebut
adalah : Kita apabila berpergian jauh, maka kita dapat melakukan Sholat Jama` dan Qashar
dengan Jarak minimal 119,9 km. (menurut pendapat mayoritas ulama`) atau dalam Pendapatnya
Imam Ibnu Abbas R.A. menjelaskan menurut beliau Jarak yang boleh untuk melakukan Sholat
Jama` dan Qashar adalah 4 burd atau 16 Farsakh (88,656 km).

Selain menjelaskan dalam aspek hablum minallah (syari`ah), Bapak Dr. H. Imam Yahya,
M. Ag. Juga menjelaskan dalam aspek Hablum Minannas (Mu`amalah), tadi beliau
mencontohkan tentang masalah Cadar, Beliau tadi sempat menjelaskan, untuk Masalah memakai
Cadar itu boleh, tetapi perlu diketahui harus ada Sebab sebabnya agar kedepan nya tidak jadi
Mudhorot bahkan Mafsadah bagi dirinya dan tidak menumbuhkan Sikap Su`udzhon dari orang
orang yang melihatnya. Contoh : Di Negeri Arab Saudi, Diwajibkan memakai Cadar dikarenakan
Kondisi Geografis dan Geologis disana berupa Gurun Pasir, Jadi apabila tidak memakai Cadar
atau sejenisnya, dikhawatirkan Debu Debu akan masuk ke mata yang hal itu dapat mengganggu
aktivitas Masyarakat Arab Saudi pada umumnya. Hal ini berbeda sekali dengan Kondisi
Geografis dan Geologis di Negara Indonesia, dimana Musim yang dimiliki hanya dua musim
serta Suhu nya tidak terlalu ekstrem, Jadi untuk memakai Cadar itu boleh tapi lebih baik
dihindari, karena akan menimbulkan suatu hal yang menyebabkan Mafsadah (Kerusakan),
Mudhorot dan bahkan Sikap Su`udzhon yang berefek samping kepada diri sendiri dan orang lain.

Selain diatas, Bapak Dr. H. Imam Yahya, M. Ag. Juga menjelaskan Empat Indikator kita
dalam menerapkan Moderasi Beragama, yaitu :
1. Komitmen kebangsaan yang berdasarkan Pancasila, UUD Republik Indonesia 1945, dan
Regulasi regulasi yang berada dibawahnya.
2. Toleransi antar perbedaan diantara sesame Warga Negara, yaitu dengan menerapkan
Toleransi, Tasamuh, dan Ta`awun serta tidak lupa untuk menjalin juga :
a. Ukhuwah Islamiyah : yaitu Ukhuwah atau Persaudaraan berdasarkan kesamaan
Agama yaitu Agama Islam
b. Ukhuwah Wathoniyah : yaitu Ukhuwah atau persaudaraan berdasarkan kesatuan
Bangsa dan Negara
c. Ukhuwah Basyariyah (Ukhuwah Insaniyah) : yaitu Ukhuwah atau persaudaraan
berdasarkan Kesatuan antar Umat Manusia
3. Menerapkan Suatu sikap Anti Kekerasan yang menegaskan bahwa Allah Swt. Itu
memiliki Nama Ar Rahman dan Ar Rahim, serta menunjukan bahwa Islam itu merupakan
Agama yang Rohmatan lil `Alamin (Rahmat bagi seluruh lapisan umat manusia)
4. Penerimaan terhadap local Wisdom (Tradisi Masyarakat / `Urf), Kita sebagai Mahasiswa
Generasi Penerus Walisongo Muda, agar bisa menerima tradisi Masyarakat atau `Urf
yang selama itu tidak bertentangan dengan Syari`at agama Islam. Kita bisa mencontoh
Sikap Para Walisongo, Dulu di Pulau Jawa sebelum Islam datang telah banyak
kebudayaan dan Tradisi yang berkembang dalam Masyarakat Jawa dikala itu, Kita salah
satunya bisa mencontoh Sikap Sunan Kalijaga (R. Syahid), yaitu beliau mencontohkan
Salah satu media dakwah Islam melalui Jalur Seni Budaya, pada waktu itu Masyarakat
jawa senang dengan Lagu Lagu Jawa bertabuh Gending dan Gamelan, Lalu beliau
membuatkan Syair berupa Lagu Lagu, Salah satunya : tembang Lir – Ilir dsb.

Dalam Masyarakat Indonesia yang multibudnya, sikap keberagaman yang eksklusif yang
hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu dapat menimbulkan gesekan
antar kelompok agama. (Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2. Februari – Maret 2019)

Konflik keragaman yang banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap
keberagaman yang eksklusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih
dukungan umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing masing menggunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu politik. (Jurnal Diklat Keagamaan, Vol. 13, no. 2.
Februari – Maret 2019)
Jadi dapat disimpulkan, Moderat dalam pemikiran islam adalah mengedepankan sikap
toleran dalam perbedaan. Keterbukaan menerima keberagaman. Baik beragam dalam mazhab
beragam dalam agama serta beragam dalam menyikapi perbedaan

http://yusronnurhadi2120.uinws.id/

Anda mungkin juga menyukai