Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PBAK

 Mencari kasus korupsi yang ada di Indonesia


 Identifikasi kasus tersebut dan penyebabnya

NAMA KELOMPOK 2 :

1. Nurihza Arum Adyatma (P17440191003)


2. Nabila Latifatul Shafna (P17440191006)
3. Alfia Nur Kholifah (P17440191008)
4. Nabila Islamiyah (P17440192025)
5. Yuni Pratiwi (P17440193029)
6. Syafira Kirana Wijayanti (P17440193030)
7. Alda Injellia Oktadiasih (P17440193032)

KASUS :

Kasus Korupsi Haji, Suryadharma Ali Dituntut 11 Tahun Penjara


Rabu, 23 Desember 2015 | 14:04 WIB
Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali menjalani persidangan dengan agenda
pembacaan tuntutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2015).
Penulis: Ambaranie Nadia Kemala Movanita | Editor: Sabrina Asril

JAKARTA, KOMPAS.com — Terdakwa kasus korupsi penyelenggaraan haji, Suryadharma


Ali, dituntut hukuman 11 tahun penjara oleh jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan
Korupsi.
Suryadharma dianggap terbukti menyalahgunakan wewenangnya selaku Menteri Agama selama
pelaksanaan ibadah haji tahun 2010-2013.
"Menuntut agar majelis hakim memutuskan, menyatakan terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah sebagaimana diatur dalam dakwaan kedua," ujar Jaksa Muhammad
Wiraksajaya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (23/12/2015). Selain itu,
Suryadharma juga dituntut membayar denda sebesar Rp 750 juta subsider enam bulan kurungan.

Menurut jaksa, pertimbangan memberatkan untuk Suryadharma diberikan karena dia dianggap
berbelit-belit dalam menyampaikan keterangan serta tidak mau mengakui dan menyesali
perbuatannya. Selain itu, selaku Menteri Agama, seharusnya Suryadharma menjunjung tinggi
nilai keagamaan, yaitu keadilan dan kejujuran. "Perkara terdakwa terkait penyelenggaraan ibadah
haji yang seharusnya terbebas dari niat dan perbuatan yang menyimpang," kata jaksa. Yang
meringankan, Suryadharma belum pernah dihukum dan memiliki tanggungan keluarga. Atas
penyalahgunaan wewenangnya, Suryadharma dianggap merugikan keuangan negara sebesar Rp
27.283.090.068 dan 17.967.405 riyal Saudi.
Manfaatkan kuota haji

Dalam penyelenggaraan haji tersebut, Suryadharma menunjuk orang-orang tertentu yang tidak
memenuhi persyaratan menjadi petugas panitia penyelenggara ibadah haji di Arab Saudi. Mantan
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu pun dianggap memanfaatkan sisa kuota
haji nasional dengan tidak berdasarkan prinsip keadilan. Suryadharma mengakomodasi pula
permintaan Komisi VIII DPR untuk memasukkan orang-orang tertentu supaya bisa naik haji
gratis dan menjadi petugas panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) Arab Saudi. Tak hanya itu,
dia juga memasukkan orang-orang dekatnya, termasuk keluarga, ajudan, pengawal pribadi, dan
sopir terdakwa ataupun sopir istri terdakwa agar dapat menunaikan ibadah haji secara gratis.

Dana menteri untuk liburan keluarga

Suryadharma juga dianggap menggunakan dana operasional menteri (DOM) untuk kepentingan
pribadinya. Selama menjadi menteri, DOM yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang diterima Suryadharma berjumlah Rp 100 juta per bulan. "Terdakwa tidak
bisa memisahkan kepentingan publik dengan kepentingan pribadi. Dapat disimpulkan, terdakwa
menyalahgunakan uang untuk kepentingan pribadi dan mencampurkannya dengan kepentingan
negara," tutur jaksa.

Suryadharma menggunakan DOM untuk biaya pengobatan anaknya sebesar Rp 12,4 juta. Selain
itu, ia juga membayar ongkos transpornya beserta keluarga dan ajudan ke Singapura untuk
liburan sebesar Rp 95.375.830. Dia juga menggunakan dana tersebut dalam membayar biaya
pengurusan visa, membeli tiket pesawat, pelayanan di bandara, transportasi, dan akomodasi
untuk dia beserta keluarga dan ajudan ke Australia sebesar Rp 226.833.050. Kepergiannya ke
Australia sekaligus untuk mengunjungi putrinya, Sherlita Nabila, yang menempuh pendidikan di
sana.

Tak hanya itu, DOM sebagai Menteri Agama juga digunakan untuk pengobatan di Jerman,
pembayaran TV kabel, internet, pengurusan paspor cucu, hingga pembelian alat tes narkoba.
Dalam penyelenggaraan haji tahun 2015, Suryadharma meloloskan penawaran penyewaan rumah
jemaah haji yang diajukan pengusaha di Arab Saudi, Cholid Abdul Latief Sodiq Saefudin.
Sementara itu, dia tahu bahwa pemondokan tersebut sudah berkali-kali ditolak oleh tim
penyewaan perumahan haji. Sebagai imbalan, Suryadharma menerima kiswah atau kain penutup
Kakbah dari Cholid.
ANALISIS :

Faktor internal

1. Sifat tamak/rakus : Pada kasus korupsi dana haji oleh Suryadharma Ali terbukti digunakan
untuk kepentingan pribadi. Sudah jelas sebagai menteri agama, beliau sudah tentu hidup
berkecukupan namun sepertinya tersangka masih merasa kurang sehingga melakukan korupsi
untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Gaya hidup yang konsumtif : beliau menggunakan dana haji untuk liburan bersama keluarga
dan ajudannya ke Australia.

3. Kebutuhan hidup yang mendesak : kemungkinan Suryadharma Ali menggunakan dana haji
untuk kebutuhan mendesak yaitu biaya berobat anaknya sebesar 12.4 juta.

4. Ajaran agama dan moral yang kurang diterapkan: Pada kasus korupsi dana haji ini dilakukan
oleh menteri agama yang pada dasarnya sudah paham betul dan tahu ajaran moral dan agama
yang benar ataupun salah. Sudah jelas bahwa korupsi merupakan perbuatan tercela dan dilarang
oleh agama namun tetap saja dilakukan oleh tersangka.

Faktor eksternal

1.Aspek organisasi
Organisasi mendukung pelaku dan bekerja sama dalam melakukan korupsi. Hal ini dibuktikan
bahwa pelaku mengakomodir permintaan komisi VII DPR untuk memasukkan orang-orang
tertentu supaya bisa naik haji gratis dan menjadi Petugas Penyelenggara Ibadah haji (PPIH) Arab
Saudi meskipun tidak memenuhi persyaratan.

2.Sikap masyarakat terhadap korupsi


Masyarakat cenderung tidak menyadari tindak korupsi yang dilakukan oleh pejabat yang
bersangkutan karena dampak yang ditimbulkan tidak secara langsung terlihat sehingga
masyarakat tidak merasakan kerugian. Dalam kasus ini, Suryadharma menetapkan perumahan
yang harga sewanya lebih mahal dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah RI untuk keperluan
pemondokan Jemaah haji. Selain itu dalam penggunaan sisa kuota haji nasional, Suryadharma
menetapkan penggunaan sisa kuota haji nasional dengan tidak mengutamakan calon Jemaah haji
yang masih dalam antrean. Hal tersebut jelas merugikan masyarakat, tetapi masyarakat tidak
menyadarinya.

3.Aspek ekonomi
Gaya hidup konsumtif Suryadharma Ali menjeadi salah satu faktor yang penyebab tindak
korupsi ini dilakukan. Terbukti jika beliau menggunakan Dana Opersional Menteri (DOM) untuk
kepentingan pribadinya seperti liburan ke luar negeri, pengobatan di jerman, pembayaran TV
kabel, internet, pengurusan paspor cucu, hingga pembelian alat tes narkoba.

REFERENSI :

https://nasional.kompas.com/read/2015/12/23/14043601/Kasus.Korupsi.Haji.Suryadharma.Ali.D
ituntut.11.Tahun.Penjara

Anda mungkin juga menyukai