Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN

DAN BUDAYA ANTI


KORUPSI
Korupsi yang berkaitan dengan
Benturan
Kepentingan dalam
Pengadaan
Nama Kelompok 6 :

Hadir Nada A. P27833216020


Nabilla Jihan F. P27833216021
Fitriastuti Febriana P27833216022
Aulia Nur A. P27833216023
Nafisa Pratiwi P27833216024
Rahayu Agung P. P27833216038
Definisi :
Benturan kepentingan merupakan suatu kondisi dimana
pertimbangan pribadi mempengaruhi dan/atau dapat
menyingkirkan profesionalitas seorang pejabat dan pegawai di
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam
mengemban tugas.

Pertimbangan pribadi tersebut dapat berasal dari kepentingan


pribadi, kerabat, kelompok yang kemudian mendesak atau mereduksi
gagasan yang dibangun berdasarkan nalar profesionalnya sehingga
keputusannya menyimpang dari orisionalitas keprofesionalannya dan
akan berimplikasi pada penyelenggaraan negara khususnya di bidang
pelayanan publik menjadi tidak efisien dan efektif.
(Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015)
Atau singkatnya..
Situasi dimana pejabat dan pegawai Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah memiliki
atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap
penggunaan wewenang sehingga dapat mempengaruhi
kualitas keputusan dan/atau tindakannya.
(Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015)
Sumber Penyebab benturan
Kepentingan
1. Penyalahgunaan wewenang
2. Perangkapan jabatan, sehingga tidak dapat
melaksanakan jabatannya secara profesional,
independen, dan akuntabel
3. Hubungan afilisasi (pribadi, golongan)
4. Gratifikasi
5. Kelemahan sistem organisasi
Jenis Benturan Kepentingan
1. Kebijakan yang berpihak akibat pengaruh, hubungan dekat, ketergantungan,
dan/atau pemberian gratifikasi.
2. Pemberian izin yang diskriminatif
3. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas
jasa/rekomendasi/pengaruh dari jabatan pemerintah
4. Pemilihan partner atau rekanan kerja berdasarkan keputusan yang tidak
profesional
5. Melakukan komersialisasi pelayanan publik
6. Menggunakan aset, dokumen dan informasi rahasia negara untuk kepentingan
pribadi
7. Melakukan pengawasan tidak sesuai norma, standar, dan prosedur
8. Melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain
9. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain
10. Menjadi bawahan pihak yang dinilai
11. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai
12. Pengangkatan/mutasi/promosi pengawai yang tidak fair dan berindikasi adanya
pengaruh dan kepentingan pihak tertentu
Contoh Kasus
Identifikasi Kasus :
Nama kasus :
Kasus suap kuota impor daging sapi melibatkan Luthfi Hasan Ishaq dan Ahmad Fathanah.

Tersangka : Basuki Hariman (BHR) menjadi terduga pemberi suap dalam Operasi Tangkap Tangan
(OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), terhadap hakim konstitusi Patrialis Akbar (PAK). 

Kronologi :
• BHR disebut-sebut memiliki 20 perusahaan di bidang impor. BHR diduga sebagai tersangka pemberi
suap uang ratusan ribu dolar kepada Patrialis Akbar, dalam 
perkara uji materi UU Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
• Uji materi UU 41 Tahun 2014 tersebut diajukan pada November 2015, yaitu Pasal 36C ayat 1 dan 3,
36D ayat 1 dan 36E ayat 1.
• Sementara, Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Basarian Pandjaitan sebelumnya
mengatakan, Hakim Konstitusi Patrialis Akbar terjaring Operasi Tangkap Tangan (OTT) bersama
barang bukti sejumlah uang ribuan dolar Amerika Serikat dan Singapura.
• Basaria mengatakan uang tersebut merupakan hadiah yang dijanjikan pemberi suap kepada Patrialis
Akbar yang menerima hadiah US$20 ribu dan  200 ribu dolar Singapura.
• Basaria mengatakan, Patrialis Akbar menyanggupi untuk membantu agar uji materi kasus tersebut
dikabulkan. Patrialis lantas ditangkap di Mal Grand Indonesia, Jakarta, pada Rabu 25 Januari 2017,
sekitar pukul 21.30 WIB.
Kasus 2
Identifikasi Kasus :
Nama kasus : Korupsi First Travel
Jenis kasus : Penipuan dan Korupsi berdasarkan benturan
kepentingan
Tersangka : Andika Surachman, Anniesa Hasibuan, Kiki
Hasibuan
Kronologi :
Bos First Travel diduga menggunakan dana Rp. 127 miliar
dari dana setoran jamaah umrah untuk kepentingan
operasional dan pribadi (Hidup konsumtif dan mewah).
ex : fashion show
• Kasus 3
Identifikasi Kasus :
Nama kasus : Korupsi Pajak Gayus
Tersangka :Gayus Tambunan
Kronologi :
Tindakan korupsi Gayus dapat terlaksana karena dia memiliki
suatu kekuasaan/ wewenang. Jabatannya sebagai Penelaa
Keberatan Direktorat Jendral Pajak sangat memudahkan untuk
memanipulasi data, mempengaruhi suatu kebijakan sehingga
dapat meraup keuntungan untuk pribadi (Perilaku Konsumtif dan
mewah).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai