Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PSIKOLOGI

ANALISA KASUS ADIKSI

Dosen Pembimbing :
Isabella Floriana

Disusun oleh :
Fadhila Salsabila (13)
Fitra Ariani (14)
Maria Renata Angela S (20)
Niken Ayu Adelia (24)
Siti Azizah Kurnialloh (31)
Yokulies Sirait (34)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN


DIETETIKA JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
 Analisa dengan teori belajar (Pavlov)

Teori pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen
yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936). Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini
termasuk pada Teori Behaviorisme, Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan dengan proses mental.
Perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Penyebab ketergantungan di film:
Angga mengalami bullying oleh temannya kemudian angga diajak ke belakang sekolah dan
diberikan obat (narkoba), awalnya Angga merasa bahwa yang diberikan oleh temannya adalah
suatu hal asing yang belum pernah ia rasakan, karena temannya melakukannya secara berulang
dan terus memberikan kepada Angga sehingga terbentuklah stimulus yang berdasarkan teori
belajar pavlov kita bisa menghasilkan suatu respons dengan mengombinasikan dua stimulus;
stimulus alami dan stimulus buatan.Pada situasi biasa, stimulus buatan ini nggak menghasilkan
respons apa-apa. Tapi apabila dikombinasikan dengan stimulus alami berkali-kali, stimulus
buatan ini pada akhirnya akan menghasilkan respons yang sama dengan stimulus alami.

 Analisa dengan teori belajar (Skinner)

Menurut Skinner, hubungan antar stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana
yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakannya bahwa respon yang diberikan oleh
seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang
diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus
tersebut akan memepengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon
yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi.
Analisa film:
Ketika Angga sudah mulai mengonsumsi obat yang diberikan temannya. Terlihat perubahan
sikap yang signifikan yang sebelumnya tidak pernah pulang terlambat menjadi sering pulang
malam tidak mau membantu orang tuanya, lebih banyak menghabiskan uang untuk membeli dan
berpesta obat – obatan (narkoba) bersama temannya. Hal ini juga terkait dengan teori belajar
skinner yang menyebutkan bahwa stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
lingkungannya yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.
 Analisa dengan teori belajar (Bandura)

Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986).Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih
banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Menurut Bandura, bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu

Analisis film:

Angga yang salah dalam lingkungan pertemanan yang mengubah perilakunya. Kemudian
kurangnya perhatian dan komunikasi angga dengan orang tuanya yang membuatnya semakin
terjerumus dan menghalalkan segala cara bahkan sampai mencuri uang orang tuanya agar dapat
membeli dan mengonsumsi narkoba. Sesuai dengan teori belajar menurut bandura bahwa
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan
dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental.

 Analisa dengan teori belajar (Thorndike)

Teori yang dikemukakan Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon (S-R). Dalam teori S-R
dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewan, orang) belajar dengan
cara coba salah (trial end error). Apabila suatu organisme berada dalam suatu situasi yang
mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari
kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan
pengalaman itulah, maka pada saat menghadapi masalah yang serupa, organisme sudah tahu
tingkah laku mana yang harus dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan
suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu

Analisis film :
Pada akhirnya Angga merasakan akibat dari kecanduan narkoba yang membuatnya masuk rumah
sakit dan kemudian Angga dilakukan rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan teori belajar menurut
Thorndike bahwa Apabila berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka akan
mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk
memecahkan masalah.
 Analisa dengan teori perkembangan (Piaget)

Operasional Formal (12 tahun sampai dewasa)


Perumusan dan pengujian hipotesis pemikiran abstrak, penalaran hipotesis-deduktif, pemikiran
tidak lagi terikat pada persepsi indra, idealis. Setelah melalui tahapan ini, individu hanya
menambah sedikit skemata pada sistemnya, kebanyakan perubahan terjadi merupakan modifikasi
atas skemata yang sudah ada. Dalam tahapan ini, individu bergerak melalui pengalaman-
pengalaman konkret dan berpikir dalam cara-cara yang abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian
dari berpikir abstrak, anak-anak mengembangkan tentang gambaran situasi-situasi ideal. Pada
saat bersamaan saat remaja berpikir abstrak dan ideal, mereka juga mengembangkan kemampuan
berpikir yang lebih logis mengenai konsep-konsep abstrak. Anak-anak cenderung memecahkan
masalah dengan uji coba, membuat rencana untuk memecahkan masalah secara sistematis dan
memilih jalan penyelesaian yang paling baik. Jenis pemecahan masalah tersebeut disebut dengan
penalaran hipotesis deduktif. Penalaran tersebut membutuhkan hipotesis dan menyimpulkan
implikasinya yang menyediakan cara untuk menguji hipotesis. Jadi, secara umum anak yang
berada di tahap operasional formal dapat mengembangkan hipotesis mengenai cara-cara untuk
memecahkan masalah dan kemudian secara sistematis menyimpulkan jalan terbaik untuk
memecahkan masalah.
Lingkungan
Banyak studi maupun penelitian yang mendukung faktor lingkungan memengaruhi tingkat
kognitif atau intelegensi seseorang. Faktor lingkungan yang paling berperan dalam menunjang
perkembangan kognitif anak adalah keluarga dan sekolah.

 Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang
tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat
bisa membuat anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan
kognitifnya.
 Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak, termasuk perkembangan berpikir anak. Karena itu, tenaga pengajar
atau guru di sekolah memiliki peranan sangat penting dalam menunjang perkembangan
kognitif.

Egosentrisme remaja
Egosentrisme remaja dibagi menjadi dua tipe pemikiran yaitu penonton imajinatif dan fabel
personal. Fabel personal merupakan egosentrisme yang melibatkan kesadaran remaja akan
keunikan dan kedigdayaan pribadi. Rasa keunikan tersebut memuat mereka merasa bahwa tidak
ada seorang pun yang dapat memahami bagaimana sesungguhnya perasaan mereka. Bahkan,
remaja seringkali menunjukkan sikap yang tidak terkalahkan berakibat pada munculnya perilaku
yang menantang bahaya seperti kebut-kebutan dan tindakan kriminal lainnya.
Penyebab ketergantungan dari film :
Awalnya anak ini merupakan anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan berprestasi
juga di sekolah. Sampai suatu hari, ada kejuaran mekanik di sekolahnya, tetapi dia tidak lulus.
Saat itu, ada teman yang membullynya lalu mengajaknya ke belakang sekolah dan memberikan
obat (narkoba). Menurut teori perkembangan Piaget, sekolah dimana terdapat teman-teman yang
menjadi faktor perkembangan anak. Oleh karena itu, teman-temanya ini menjadi salah satu
penyebab ketergantungannya terhadap narkoba. Di samping itu, dia juga melakukan uji coba
terhadap narkoba sebagai penyelesaian masalahnya yang tidak lolos kejuaraan. Menurut teori
perkembangan Piaget, anak ini berpikir melalui hipotesa-deduktif. Oleh karena itu, pemikiran
dan tindakan uji cobanya ini menjadi salah satu penyebab ketergantungannya terhadap narkoba.
Sebenarnya, orang tuanya sudah perhatian terhadap anaknya, tetapi karena egosentrisme remaja
yang dimiliki si anak membuatnya memiliki perilaku yang menantang sehingga dapat terjerumus
dalam kasus narkoba. Dari semua penyebab-penyebab tadi, ketergantungan narkoba sudah pasti
akan terjadi jika seseorang mengonsumsinya terus-menerus.

Analisa dengan teori perkembangan Erikson


Identity vs Role Confusion (identitas vs kekacauan identitas) (12 tahun-18 tahun)
Pada tahap ini, anak sudah memasuki usia remaja dan mulai mencari jati dirinya. Masa ini adalah
masa peralihan antara dunia anak-anak dan dewasa. Secara biologis, anak pada tahap ini sudah
mulai memasuki tahap dewasa. Namun, secara psikis usia remaja masih belum bisa diberi
tanggung jawab yang berat layaknya orang dewasa. Pertanyaan “Siapa Aku?” menjadi penting
pada tahapan ini. Pada tahap ini, seorang remaja akan mencoba banyak hal untuk mengetahui jati
diri mereka yang sebenarnya. Biasanya mereka akan melaluinya dengan teman-teman yang
mempunyai kesamaan komitmen dalam sebuah kelompok. Hubungan mereka dalam kelompok
tersebut sangat erat sehingga mereka memiliki solidaritas yang tinggi terhadap sesama anggota
kelompok. Erikson (dalam Shaffer, 2005) percaya bahwa individu tanpa identitas yang jelas
akhirnya akan menjadi tertekan dan kurang percaya diri ketika mereka tidak memiliki tujuan atau
bahkan mereka mungkin sungguh-sungguh menerima bila dicap sebagai orang yang memiliki
identitas negatif, seperti menjadi kambing hitam, nakal, atau pecundang. Alasan mereka
melakukan ini karena mereka lebih baik menjadi seseorang yang dicap sebagai orang yang
memiliki identitas negatif daripada tidak memiliki identitas sama sekali. Jika anak dapat
menjalani berbagai peran baru dengan positif dan dukungan orang tua, maka identitas yang
positif juga akan tercapai. Akan tetapi, jika anak kurang mendapat bimbingan dan mendapat
banyak penolakan dari orang tua terkait berbagai peranannya, maka ia bisa jadi akan mengalami
kebingungan identitas serta ketidakyakinan terhadap hasrat serta kepercayaan dirinya.
Penyebab ketergantungan dari film :
Karena anak ini tidak lolos kejuaraan, maka anak ini mengira identitasnya tidak jelas ditambah
lagi ada teman-temannya yang sempat membully sehingga menimbulkan tekanan dan kurang
percaya diri. Oleh karena itu, anak ini tidak memiliki tujuan yang jelas dan pada saat itu juga ada
teman-temannya yang mengajaknya ke belakang sekolah lalu memberikannya obat (narkoba).
Hal inilah yang membuatnya merasa memiliki identitas walaupun identitas yang negatif, tetapi
karena anak ini melakukannya bersama dengan teman-teman yang menurutnya memiliki
komitmen yang sama dengannya, maka anak ini tetap melakukan identitas negatif tersebut.
Menurut teori perkembangan Erikson, hal ini dapat terjadi karena anak ini berpikir lebih baik
memiliki identitas negatif daripada tidak memiliki identitas sama sekali. Sebenarnya, orang
tuanya memberikan dukungan yang positif dari setiap hal yang dilakukan anaknya, tetapi karena
anaknya mengalami kebingungan harus melakukan apa agar mendapatkan identitas, maka anak
ini lebih memilih teman-temannya yang memiliki peranan yang kuat buat dirinya. Menurut teori
perkembangan Erikson, pengaruh dari teman-temannya yang kuat di fase perkembangannya
yang sangat penting dalam mencari jati diri inilah yang menjadi salah satu penyebab
ketergantungannya terhadap narkoba karena dia melakukannya secara terus-menerus bersama
dengan teman-temannya. Dari semua penyebab-penyebab tadi, ketergantungan narkoba sudah
pasti akan terjadi jika dilakukan secara terus-menerus dan dapat menyebabkan berbagai penyakit
bahkan dapat menyebabkan kematian.

Faktor yang mempengaruhi ia Adiksi:


1. Iya tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (terlalu menyendiri)
2. Lemah dan tidak percaya diri
3. Terpengaruhi oleh teman baru yang mengajak dia untuk nongkrong
4. Tidak mampu mengendalikan diri dorongan ingin tahu,ingin mencobanya
5. Mengalami tekanan jiwa dan tidak memikirkan akibatnya dikemudian hai
6. Orang tua yang terlalu acuh kepada anaknya

Dampak terhadap kesehatan:


1. perubahan dalam sikap,dan kepribadian
2. sering membolos, menurunnya kedisiplinan, dan nilai-nilai pelajaran
3. menjadi mudah tersinggung dan cepat marah
4. tidak memedulikan kesehatan pribadinya
5. bisa dehidrasi, halusinasi,menurunnya tingkat kesehatan, kematian
 Saran yang efektif untuk menghentikan adiksi
Pengguna narkoba yang sudah mengalami kecanduan, tidak akan mudah lepas
dari jerat barang tersebut. Diperlukan sebuah langkah yang cepat, salah satunya dengan
menghubungi BNN.Proses rehabilitasi nantinya akan dilakukan secara total agar pemakai
tidak kembali memakai obat-obatan tersebut. Secara umum, ada 5 langkah yang
dilakukan untuk mengatasi kecanduan narkoba dan di antaranya adalah:

1. Pemeriksaan
 Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan adakah
efek samping yang muncul. Jika si pemakai mengalami depresi atau bahkan
gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut baru
melakukan rehabilitasi.

2. Detoksifikasi
 Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu yang cukup
berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan
obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa
mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Disamping itu pecandu akan
merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang dikonsumsi seperti
biasa.
 Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak
mengenakkan tersebut dengan memberikan obat. Di samping itu, pecandu juga
harus memperbanyak minum air agar tidak terkena dehidrasi serta mengkonsumsi
makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh. Lamanya proses ini sangat
bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad yang dimiliki oleh si
pemakai untuk sembuh.

3. Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan menerapkan
langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu pemulihan jangka panjang
dengan memberikan resep dokter. Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan
pun diarahkan agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam
bahaya obat-obatan terlarang.

4. Pengelolaan Aktivitas
 Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan kembali ke
kehidupan normal. Diperlukan pendekatan dengan orang terdekat seperti keluarga
dan teman agar mengawasi aktivitas mantan pemakai. Tanpa dukungan penuh
dari orang sekitar, keberhasilan dalam mengatasi kecanduan obat terlarang tidak
akan lancar.
 Banyak pemakai yang sudah sembuh lantas mencoba menggunakan kembali obat-
obatan tersebut karena pergaulan yang salah. Karena itulah pengelolaan aktivitas
sangat penting agar terhindar dari pengaruh negatif.

5. Mengatasi dengan Layanan Rehabilitasi BNN


 Layanan yang disediakan oleh balai besar ini cukup menyeluruh, tidak hanya
untuk penyembuhan fisik dan mental tetapi juga kerohanian. Beberapa di
antaranya adalah:
1. Rehabilitasi Medis
 Rehabilitasi secara medis meliputi detoksifikasi, pemeriksaan
kesehatan, penanganan efek buruk dari penyalahgunaan narkoba,
psiko terapi, rawat jalan, dan lain-lain.
2. Rehabilitasi Sosial
 Aktivitas yang dilakukan pada tahapan rehabilitasi ini meliputi
seminar, konseling individu, terapi kelompok, static group, dan
sebagainya.
3. Kegiataan Kerohanian
 Tahapan ini bertujuan untuk mempertebal mental pecandu agar
semakin kuat mempertahankan niat untuk sembuh dari kecanduan.
4. Peningkatan Kemampuan
 Kegiatan di lembaga rehabilitasi juga diisi oleh aktivitas positif
salah satunya adalah mengasah skill yang dimiliki oleh pecandu
agar rasa tak enak karena tidak mengkonsumsi obat-obatan
teralihkan.
Menurut Isep Zainal Arifin (2009) bahwa orang yang mengalami kecanduan narkoba
telah merusak empat aspek kehidupannya yaitu, organobiologik, psikofarmakologi, psikologik,
sosiologik dan spritual, dengan dasar ini maka ditawarkan suatu bentuk terapi yang sifatnya
menyeluruh (Holistik). Dibawah ini akan di jelaskan keempat aspek tersebut dengan
berlandaskan terhadap teori yang pernah di kemukakan oleh para ahli.
a. Terapi Organobiologik
Efek yang ditimbulkan akibat penggunaan narkoba salah satunya adalah biologik,
olehnya itu di perlukan pendekatan dari sisi biologi. Karena menyangkut tentang biologi
maka yang akan digunakan adalah farmakologi atau medik. Telah disepakati oleh para
neorolog dan psikiater bahwa dalam pendekatan medik semua gejala perilaku dan
penyimpangannya dikembalikan kedasar-dasar biologis. (Suprapti Sumarmo Markam,
2003: 81)
b. Pendekatan Medis
Dari sudut medik-psikiatrik bila seseorang mengomsumsi NAZA dengan berbagai
cara misalnya meminum, menelan, menghirup dan menyuntik satu atau lebih jenis
NAZA, menganggu sinyal penghantar saraf (neorurotransmitter) sel-sel saraf pusat
(otak). Akibatnya adalah fungsi alam pikiran (akal), perasaan atau perilaku terganggu
(error), sehingga yang bersangkutan akan mengalami gangguan mental dan perilaku. Hal
ini dapat dilihat dari perubahan kepribadian, sifat, tabiat dan karakter yang bersangkutan,
amat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kepribadian, sifat, tabiat dan karakter
sebelum ia mengomsumsi naza atau dengan kata lain ia akan menjadi seseorang yang anti
sosial (psikopat). (Dadang Hawari, 2004: 279)
c. Terapi Psikofarmakologi
Efek obat dapat mengubah keadaan psikologis pasien atau pun dokter, keluarga
pasien, tenaga para medis dan masyarakat. Sebaliknya efek obat sendiri dapat
dipengaruhi oleh umur, sex, suku bangsa, keadaan keluarga, keadaan ekonomi, latar
belakang pendidikan dan faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
efek obat yang sebenarnya, perlu diadakan penyelidikan buta ganda dengan plasebo
sebagai perbandingan, tanpa mengabaikan etik dan moral. Untuk menghindari masalah
etik maka dapat juga dilakukan perbandingan dengan suatu obat lain yang sudah menjadi
standar. Bila kita sudah mengetahui kemampuan dan kelemahan suatu obat, barulah dapat
kita memakainya dengan baik sesuai dengan tujuannya. (Willy F. Maramis dan Albert A.
Maramis, 2009: 453)
Obat Psikotropik atau Psikofarmakon adalah obat yang mempunyai efek
terapeutik langsung pada proses mental pasien karena efeknya pada otak (ingat akan
reaksi holistik), akan tetapi perlu diingat pula bahwa bila gangguan mental itu disebabkan
oleh suatu masalah psikologis, sosial, ataupun spritual, maka tidak ada obat apapun yang
dapat menyelesaikan persoalan itu, kecuali pasien itu sendiri, sedangkan dokter serta obat
hanya sekadar membantu kearah penyelesaian atau penyesuaian diri yang lebih baik.
Kemanjuran pengobatan psikotropik, seperti juga dalam farmakoterapi pada umumnya,
tergantung pada pemberian obat yang dapat memengaruhi sasaran pengobatan dalam
dosis yang sesuai, dalam bentuk preparat yang cocok, melalui jalan pemberian yang
efektif dalam jangka waktu yang tertentu. (Willy F. Maramis dan Albert A. Maramis,
2009: 451)
d. Terapi Psikologik
Menurut Dadang Hawari orang yang menyalahgunakan dan memakai NAZA
(Narkotika Alkohol dan Zat Adiktif) adalah orang yang mengalami gangguan jiwa, yang
disebabkan karena terganggunya sinyal pengantar saraf (neurotransmitter). Pengobatan
aspek psikologis diperlukan dalam proses penyembuhan korban naza tersebut.
Psikoterapi adalah proses yang digunakan oleh seorang profesional di bidang kesehatan
mental untuk membantu mengenali, mendefenisikan dan mengatasi kesulitan
interpersonal serta psikologis yang dihadapi individu dalam meningkatkan penyusaian
diri mereka. Psikoterapis menggunakan sejumlah strategi untuk mencapai tujuan ini:
berbicara memaknai, mendengarkan, memberi penguatan, dan memberi contoh, baik
psikolog maupun psikiater menggunakan psikoterapi. (Dadang Hawari, 2004: 270)
Di dalam bagian ini akan dipusatkan pada empat pendekatan psikoterapi yaitu
pendekatan psikodinamik, humanistik, perilaku dan kognitif.
1) Pendekatan Psikodinamik
Psikologi freudian atau lebih dikenal dengan psikoanalisis diperkenalkan oleh
Sigmund Freud (1856-1939). Freud merupakan tokoh yang paling berpengaruh
terhadap perkembangan psikologi ilmiah. Istilah psikoanalisis mempunyai 3 arti
penting yaitu:
(a) sebagai suatu konsep teoritik dalam ilmu perilaku yang menjelaskan struktur
dan dinamika kepribadian manusia
(b) suatu bentuk terapi terhadap gangguan jiwa dan gangguan kepribadian
(c) sebagai teknik untuk menginvestigasi pikiranpikiran dan perasaan individu
manusia yang tidak disadari. (Sattu Alang, 2011: 6)

2) Pendekatan Humanistik
Hal yang paling mendasar dari pendekatan humanistik adalah bagaimana manusia
bisa menyelesaikan masalahnya sendiri yaitu menciptakan kepribadian yang integral
dan berdiri sendiri. Kepribadian integral adalah struktur kepribadian yang terpecah
artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal dengan kenyataan diri
sebenarnya. Kepribadian yang berdiri sendiri adalah kepribadian yang mampu
menentukan pilihan, untuk menentukan pilihan tentunya individu harus memahami
dirinya (kekuatan dan kelemahannya), dan keadaan diri tersebut harus ia terimah.
(Sofyan S. Wilis, 2013: 64) Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa
metode untuk mendapatkan kepribadian yang integral dan berdiri sendiri. Di bawah
ini dipaparkan 2 bentuk metode yang berlandaskan kepada teori humanistik yaitu;
terapi client-centered dan terapi gestalt.

3) Terapi Client Centered


Terapi ini dikembangkan oleh Carl Rogers, dimana terapis menyediakan atmosfir
hangat dan suportif untuk meningkatkan konsep diri klien dan mendorong klien
memperoleh pemahaman terhadap masalah. Dalam terapi client centered bertujuan
bukan untuk membuka rahasia dalam diri ketidaksadarannya, tetapi untuk membantu
klien mengenali dan memahami perasaan sesungguhnya. Satu cara untuk mencapai
tujuan ini adalah dengan mendengar aktif dan pembicaraan reflektif, sebuah teknik
dimana terapis menjadi cermin untuk perasaan yang dialami klien. Rogers juga
mendukung perlunya empati dan totalitas dalam sebuah terapi.

4) Terapi Gestalt
Pelopor dari terapi ini ialah Frits, mengatakan terapis perlu menantang klien
dalam urutan tertentu untuk membantu mereka menjadi lebih sadar tentang perasaan
mereka dan menghadapi masalah. Terapi gestalt mendorong klien untuk menentukan
apakah mereka akan terus membiasakan masa lalu mengendalikan masa depan
mereka atau apakah mereka akan memilih saat ini juga apa yang mereka inginkan di
masa depan. Teknik lain yang digunakan dalam terapi gestalt adalah bermain peran
dengan klien, terapis atau keduanya. Maksudnya apabila klien mengalami masalah
dengan ibunya maka terapis dapat memainkan peran sebagai ibu. (Laura A. King :
365)
5) Pendekatan Behavioral
Teori ini memandang manusia sebagai satu susunan yang terdiri dari kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Olehnya itu ditekankan perlunya
faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh seseorang dalam perkembangannya, dan
kegoncangan emosi dan sosial adalah hasil dari salah satu faktor dari:
(a) kegagalan mempelajari atau memperoleh tingkah laku yang sesuai.
(b) mempelajari pola tingkah laku yang tidak sesuai atau penyakit
(c) seseorang menghadapi sesuatu pertarungan yang menghendaki ia untuk
membedakan dan mengambil keputusan dimana ia merasa tidak sanggup
mengerjakannya. (Sattu Alang, 2011: 8)
Terapi behavior merupakan penggantian tingkah laku lama dengan tingkah
laku baru, karena manusia di pandang mempunyai potensi untuk berperilaku baik
dan buruk tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah
lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar
tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku lain.
6) Pendekatan Kognitif
Pandangan pendekatan kognitif bahwa masalah-masalah atau gangguan-gangguan
yang muncul disebabkan dari pikiran (Kognitif). Pikiran-pikiran yang dimaksud
adalah pikiran yang berasal dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan pada awal
kehidupannya. Suatu kognisi yang keliru akan tetap bisa laten sampai pada suatu saat
ralitas yang menjadi pemancing keluarnya kognisi yang salah yang didapatkan di
awal kehidupannya. Misalnya seorang anak yang diusir keluar kelas oleh gurunya
karena tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik, maka secara otomatis dalam
pikiran anak ini akan membuat suatu keputusan bahwa dia tidak bisa mengerjakan
sesuatu dengan baik. Masalah ini muncul apabila sianak ini di hadapkan dengan
kondisi yang sama yaitu diberi tugas oleh seseorang maka yang akan muncul adalah
perasaan cemas. (Yustinus Samiun : 192)
Terapi kognitif (cognitive therapies) lebih mengiterfensi pada bagian individu
atau perasaan-perasaan (pikiran), karena hal tersebut merupakan sebuah penyebab
terjadi suatu perilaku yang abnormal, masalah psikologis dan karenanya mereka
berusaha untuk mengubah perasaan dan perilaku individu dengan mengubah kognisi.
Terapi kognitif memberikan bantuan untuk memandu individu dalam mengungkap
pikiran-pikiran yang tidak rasional dan yang menundukkan diri sendiri. Selanjutnya
mereka menerapkan berbagai teknik untuk mendorong klien menentang pikiran-
pikiran ini dan mencari cara pikir yang lebih rasional atau pasitif. (Laura A. King :
369)
7) Terapi Sosiologik
Keberhasilan sebuah program rehabilitasi dalam arti luas seharusnya tidak hanya
diukur dari kemampuan merehabilitasi tubuh dan mental pecandu, tetapi juga dari
keberhasilan mengintegrasi mereka kembali ke masyarakat. Namun jika ukuran itu
yang digunakan, tidak banyak lembaga rehabilitasi yang berani mengklaim program
mereka efektif. Tanpa perlu memperpanjang bahasan ini, pada kenyataannya banyak
pecandu justru sering menemui jalan buntu. Ketika mereka pulih dan siap terjun ke
masyarakat, terjadilah penolakan terhadap mereka. Bentuk frustrasi seperti itu dapat
mengakibatkan terjadinya relapse (kembali menjadi pecandu). Di sisi lain,
masyarakat pun sering dikecewakan; ketika pintu kesempatan dibuka, pecandu sering
labil dan kembali ke kubang an lama mereka. Itu menimbulkan krisis kepercayaan
masyarakat terhadap mantan pecandu.

 Saran preventif untuk menghentikan adiksi


Saran preventif yaitu saran yang dilakukan untuk menangani suatu kejadian yang
terjadi pada lingkungan, dengan diharapkan tidak akan terulang kembali di masa yang
akan datang. pencegahan terhadap suatu kegiatan buruk sebelum kegiatan itu
dilakukan. Saran preventif untuk kasus film pendek penyalahgunaan narkoba :
1) Jalin komunikasi
Menjalin komunikasi tentang bahaya narkoba sangat diperlukam. Dimulai dari
lingkungan keluarga, orang tua dapat memberikan pemahaman tentang apa itu narkoba
dan bahaya yang dapat ditimbulkan. Dalam lingkungan masyarakat juga pentig
diadakannya penyuluan tentang narkoba kepada remaja sehingga penyalahangunaan
narkoba tidak terjadi lagi.
2) Mencontohkan kebiasaan yang baik
Kita dapat menerapkan perilaku yang baik seperti melakukan hobi atau aktivitas
yang positif kepada orang lain khususnya korban penyalahgunaan narkoba. Dan
mengajak mereka untuk melakukan kegiatan yang positif guna menyibukkan diri agar
terhindar dari bahaya narkoba.
3) Terapkan peraturan dirumah
Peran orang tua dalam mendidik anak adalah hal yang paling penting. Orang tua
dapat membuat peraturan-peraturan yang bersifat membuat anak jera tentang narkoba.
Seperti misalnya pulang sekolah langsung pulang kerumah.
4) Hadapi masalah dengan cepat
Masalah terjerumus narkoba bukanlah masalah yang dapat dianggap sepele.
Untuk itu, masalah yang satu ini harus ditangani dengan cepat agar pelaku tidak
semakin lama menggunakan narkoba yang lama-kelamaan efeknya semakin
membahayakan tubuh. Dan juga sebagai bentuk pencegahan agar pelaku tidak
mengajak orang lain terjerumus menggunakan narkoba.
5) Ajak terapi atau konseling
Cara menghindari narkoba bisa juga dilakukan dengan menjalani aktivitas terapi
atau konseling. Dewasa ini, semakin banyak orang yang mengalami perasaan depresi.
Banyak orang mengalami pasang surut emosi dalam hidup yang sulit untuk diatasi.
Pengguna narkoba seringkali adalah orang-orang yang mencoba mengobati diri sendiri
untuk masalah psikologis mereka. Untuk itu kita bisa menyarankan atau mengajak
mereka ketempat teapi atau konseling agar mereka bisa terbebas dari masalah
penyalahgunaan narkoba.

Anda mungkin juga menyukai