Dosen Pembimbing :
Isabella Floriana
Disusun oleh :
Fadhila Salsabila (13)
Fitra Ariani (14)
Maria Renata Angela S (20)
Niken Ayu Adelia (24)
Siti Azizah Kurnialloh (31)
Yokulies Sirait (34)
Teori pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen
yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936). Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini
termasuk pada Teori Behaviorisme, Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa
perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan dengan proses mental.
Perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Penyebab ketergantungan di film:
Angga mengalami bullying oleh temannya kemudian angga diajak ke belakang sekolah dan
diberikan obat (narkoba), awalnya Angga merasa bahwa yang diberikan oleh temannya adalah
suatu hal asing yang belum pernah ia rasakan, karena temannya melakukannya secara berulang
dan terus memberikan kepada Angga sehingga terbentuklah stimulus yang berdasarkan teori
belajar pavlov kita bisa menghasilkan suatu respons dengan mengombinasikan dua stimulus;
stimulus alami dan stimulus buatan.Pada situasi biasa, stimulus buatan ini nggak menghasilkan
respons apa-apa. Tapi apabila dikombinasikan dengan stimulus alami berkali-kali, stimulus
buatan ini pada akhirnya akan menghasilkan respons yang sama dengan stimulus alami.
Menurut Skinner, hubungan antar stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam
lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana
yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya. Dikatakannya bahwa respon yang diberikan oleh
seseorang/siswa tidaklah sesederhana itu. Sebab, pada dasarnya stimulus-stimulus yang
diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus
tersebut akan memepengaruhi bentuk respon yang akan diberikan. Demikian juga dengan respon
yang dimunculkan inipun akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi.
Analisa film:
Ketika Angga sudah mulai mengonsumsi obat yang diberikan temannya. Terlihat perubahan
sikap yang signifikan yang sebelumnya tidak pernah pulang terlambat menjadi sering pulang
malam tidak mau membantu orang tuanya, lebih banyak menghabiskan uang untuk membeli dan
berpesta obat – obatan (narkoba) bersama temannya. Hal ini juga terkait dengan teori belajar
skinner yang menyebutkan bahwa stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
lingkungannya yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku.
Analisa dengan teori belajar (Bandura)
Teori pembelajaran sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986).Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih
banyak penekanan pada kesan dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental
internal. Menurut Bandura, bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara
selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah
pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu
Analisis film:
Angga yang salah dalam lingkungan pertemanan yang mengubah perilakunya. Kemudian
kurangnya perhatian dan komunikasi angga dengan orang tuanya yang membuatnya semakin
terjerumus dan menghalalkan segala cara bahkan sampai mencuri uang orang tuanya agar dapat
membeli dan mengonsumsi narkoba. Sesuai dengan teori belajar menurut bandura bahwa
prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan pada kesan
dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-proses mental.
Teori yang dikemukakan Thorndike dikenal dengan teori stimulus-respon (S-R). Dalam teori S-R
dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewan, orang) belajar dengan
cara coba salah (trial end error). Apabila suatu organisme berada dalam suatu situasi yang
mengandung masalah, maka organisme itu akan mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari
kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk memecahkan masalah itu. Berdasarkan
pengalaman itulah, maka pada saat menghadapi masalah yang serupa, organisme sudah tahu
tingkah laku mana yang harus dikeluarkannya untuk memecahkan masalah. Ia mengasosiasikan
suatu masalah tertentu dengan suatu tingkah laku tertentu
Analisis film :
Pada akhirnya Angga merasakan akibat dari kecanduan narkoba yang membuatnya masuk rumah
sakit dan kemudian Angga dilakukan rehabilitasi. Hal ini sesuai dengan teori belajar menurut
Thorndike bahwa Apabila berada dalam suatu situasi yang mengandung masalah, maka akan
mengeluarkan tingkah laku yang serentak dari kumpulan tingkah laku yang ada padanya untuk
memecahkan masalah.
Analisa dengan teori perkembangan (Piaget)
Keluarga
Hubungan sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang
tua) memfasilitasi perkembangan kognitif anak. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat
bisa membuat anak mengalami kesulitan atau kelambatan dalam perkembangan
kognitifnya.
Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan anak, termasuk perkembangan berpikir anak. Karena itu, tenaga pengajar
atau guru di sekolah memiliki peranan sangat penting dalam menunjang perkembangan
kognitif.
Egosentrisme remaja
Egosentrisme remaja dibagi menjadi dua tipe pemikiran yaitu penonton imajinatif dan fabel
personal. Fabel personal merupakan egosentrisme yang melibatkan kesadaran remaja akan
keunikan dan kedigdayaan pribadi. Rasa keunikan tersebut memuat mereka merasa bahwa tidak
ada seorang pun yang dapat memahami bagaimana sesungguhnya perasaan mereka. Bahkan,
remaja seringkali menunjukkan sikap yang tidak terkalahkan berakibat pada munculnya perilaku
yang menantang bahaya seperti kebut-kebutan dan tindakan kriminal lainnya.
Penyebab ketergantungan dari film :
Awalnya anak ini merupakan anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya dan berprestasi
juga di sekolah. Sampai suatu hari, ada kejuaran mekanik di sekolahnya, tetapi dia tidak lulus.
Saat itu, ada teman yang membullynya lalu mengajaknya ke belakang sekolah dan memberikan
obat (narkoba). Menurut teori perkembangan Piaget, sekolah dimana terdapat teman-teman yang
menjadi faktor perkembangan anak. Oleh karena itu, teman-temanya ini menjadi salah satu
penyebab ketergantungannya terhadap narkoba. Di samping itu, dia juga melakukan uji coba
terhadap narkoba sebagai penyelesaian masalahnya yang tidak lolos kejuaraan. Menurut teori
perkembangan Piaget, anak ini berpikir melalui hipotesa-deduktif. Oleh karena itu, pemikiran
dan tindakan uji cobanya ini menjadi salah satu penyebab ketergantungannya terhadap narkoba.
Sebenarnya, orang tuanya sudah perhatian terhadap anaknya, tetapi karena egosentrisme remaja
yang dimiliki si anak membuatnya memiliki perilaku yang menantang sehingga dapat terjerumus
dalam kasus narkoba. Dari semua penyebab-penyebab tadi, ketergantungan narkoba sudah pasti
akan terjadi jika seseorang mengonsumsinya terus-menerus.
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan tidak hanya oleh dokter tetapi juga terapis. Pemeriksaan
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kecanduan yang dialami dan adakah
efek samping yang muncul. Jika si pemakai mengalami depresi atau bahkan
gangguan perilaku, maka terapis akan menyembuhkan efek tersebut baru
melakukan rehabilitasi.
2. Detoksifikasi
Mengatasi kecanduan harus melalui beberapa tahapan dan salah satu yang cukup
berat adalah detoksifikasi. Di sini pengguna harus 100% berhenti menggunakan
obat-obatan berbahaya tersebut. Reaksi yang akan dirasakan cukup menyiksa
mulai dari rasa mual hingga badan terasa sakit. Disamping itu pecandu akan
merasa tertekan karena tidak ada asupan obat penenang yang dikonsumsi seperti
biasa.
Selama proses detoksifikasi, dokter akan meringankan efek yang tidak
mengenakkan tersebut dengan memberikan obat. Di samping itu, pecandu juga
harus memperbanyak minum air agar tidak terkena dehidrasi serta mengkonsumsi
makanan bergizi untuk memulihkan kondisi tubuh. Lamanya proses ini sangat
bergantung pada tingkat kecanduan yang dialami serta tekad yang dimiliki oleh si
pemakai untuk sembuh.
3. Stabilisasi
Setelah proses detoksifikasi berhasil dilewati, selanjutnya dokter akan menerapkan
langkah stabilisasi. Tahapan ini bertujuan untuk membantu pemulihan jangka panjang
dengan memberikan resep dokter. Tidak hanya itu, pemikiran tentang rencana ke depan
pun diarahkan agar kesehatan mental tetap terjaga dan tidak kembali terjerumus dalam
bahaya obat-obatan terlarang.
4. Pengelolaan Aktivitas
Jika sudah keluar dari rehabilitasi, pecandu yang sudah sembuh akan kembali ke
kehidupan normal. Diperlukan pendekatan dengan orang terdekat seperti keluarga
dan teman agar mengawasi aktivitas mantan pemakai. Tanpa dukungan penuh
dari orang sekitar, keberhasilan dalam mengatasi kecanduan obat terlarang tidak
akan lancar.
Banyak pemakai yang sudah sembuh lantas mencoba menggunakan kembali obat-
obatan tersebut karena pergaulan yang salah. Karena itulah pengelolaan aktivitas
sangat penting agar terhindar dari pengaruh negatif.
2) Pendekatan Humanistik
Hal yang paling mendasar dari pendekatan humanistik adalah bagaimana manusia
bisa menyelesaikan masalahnya sendiri yaitu menciptakan kepribadian yang integral
dan berdiri sendiri. Kepribadian integral adalah struktur kepribadian yang terpecah
artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal dengan kenyataan diri
sebenarnya. Kepribadian yang berdiri sendiri adalah kepribadian yang mampu
menentukan pilihan, untuk menentukan pilihan tentunya individu harus memahami
dirinya (kekuatan dan kelemahannya), dan keadaan diri tersebut harus ia terimah.
(Sofyan S. Wilis, 2013: 64) Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan beberapa
metode untuk mendapatkan kepribadian yang integral dan berdiri sendiri. Di bawah
ini dipaparkan 2 bentuk metode yang berlandaskan kepada teori humanistik yaitu;
terapi client-centered dan terapi gestalt.
4) Terapi Gestalt
Pelopor dari terapi ini ialah Frits, mengatakan terapis perlu menantang klien
dalam urutan tertentu untuk membantu mereka menjadi lebih sadar tentang perasaan
mereka dan menghadapi masalah. Terapi gestalt mendorong klien untuk menentukan
apakah mereka akan terus membiasakan masa lalu mengendalikan masa depan
mereka atau apakah mereka akan memilih saat ini juga apa yang mereka inginkan di
masa depan. Teknik lain yang digunakan dalam terapi gestalt adalah bermain peran
dengan klien, terapis atau keduanya. Maksudnya apabila klien mengalami masalah
dengan ibunya maka terapis dapat memainkan peran sebagai ibu. (Laura A. King :
365)
5) Pendekatan Behavioral
Teori ini memandang manusia sebagai satu susunan yang terdiri dari kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Olehnya itu ditekankan perlunya
faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh seseorang dalam perkembangannya, dan
kegoncangan emosi dan sosial adalah hasil dari salah satu faktor dari:
(a) kegagalan mempelajari atau memperoleh tingkah laku yang sesuai.
(b) mempelajari pola tingkah laku yang tidak sesuai atau penyakit
(c) seseorang menghadapi sesuatu pertarungan yang menghendaki ia untuk
membedakan dan mengambil keputusan dimana ia merasa tidak sanggup
mengerjakannya. (Sattu Alang, 2011: 8)
Terapi behavior merupakan penggantian tingkah laku lama dengan tingkah
laku baru, karena manusia di pandang mempunyai potensi untuk berperilaku baik
dan buruk tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah
lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar
tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku lain.
6) Pendekatan Kognitif
Pandangan pendekatan kognitif bahwa masalah-masalah atau gangguan-gangguan
yang muncul disebabkan dari pikiran (Kognitif). Pikiran-pikiran yang dimaksud
adalah pikiran yang berasal dari pengalaman-pengalaman yang didapatkan pada awal
kehidupannya. Suatu kognisi yang keliru akan tetap bisa laten sampai pada suatu saat
ralitas yang menjadi pemancing keluarnya kognisi yang salah yang didapatkan di
awal kehidupannya. Misalnya seorang anak yang diusir keluar kelas oleh gurunya
karena tidak mampu mengerjakan tugas dengan baik, maka secara otomatis dalam
pikiran anak ini akan membuat suatu keputusan bahwa dia tidak bisa mengerjakan
sesuatu dengan baik. Masalah ini muncul apabila sianak ini di hadapkan dengan
kondisi yang sama yaitu diberi tugas oleh seseorang maka yang akan muncul adalah
perasaan cemas. (Yustinus Samiun : 192)
Terapi kognitif (cognitive therapies) lebih mengiterfensi pada bagian individu
atau perasaan-perasaan (pikiran), karena hal tersebut merupakan sebuah penyebab
terjadi suatu perilaku yang abnormal, masalah psikologis dan karenanya mereka
berusaha untuk mengubah perasaan dan perilaku individu dengan mengubah kognisi.
Terapi kognitif memberikan bantuan untuk memandu individu dalam mengungkap
pikiran-pikiran yang tidak rasional dan yang menundukkan diri sendiri. Selanjutnya
mereka menerapkan berbagai teknik untuk mendorong klien menentang pikiran-
pikiran ini dan mencari cara pikir yang lebih rasional atau pasitif. (Laura A. King :
369)
7) Terapi Sosiologik
Keberhasilan sebuah program rehabilitasi dalam arti luas seharusnya tidak hanya
diukur dari kemampuan merehabilitasi tubuh dan mental pecandu, tetapi juga dari
keberhasilan mengintegrasi mereka kembali ke masyarakat. Namun jika ukuran itu
yang digunakan, tidak banyak lembaga rehabilitasi yang berani mengklaim program
mereka efektif. Tanpa perlu memperpanjang bahasan ini, pada kenyataannya banyak
pecandu justru sering menemui jalan buntu. Ketika mereka pulih dan siap terjun ke
masyarakat, terjadilah penolakan terhadap mereka. Bentuk frustrasi seperti itu dapat
mengakibatkan terjadinya relapse (kembali menjadi pecandu). Di sisi lain,
masyarakat pun sering dikecewakan; ketika pintu kesempatan dibuka, pecandu sering
labil dan kembali ke kubang an lama mereka. Itu menimbulkan krisis kepercayaan
masyarakat terhadap mantan pecandu.