Pengertian Epistemologi
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa
Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk
menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang
filsafat yang berurusan dengan hakekat dan lingkungan pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan
dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. (Dwi
Hamlyn, History of Epstemology, dalam Amsal Bakhtiar. 2004 : 148). Epistemologi adalah pembahasan
mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistemologi membahas
pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa? Kriterianya apa saja? (Idris, Epistemologi / Filsafat
pengetahuan. 2010). Dalam Kamus Webster
metode, dan batas-batas ilmu pengetahuan Mengapa sesuatu disebut ilmu? Apa saja lintas batas ilmu
pengetahuan? Dan, bagaimana prosedur untuk memperoleh pengetahuan yang bersifat ilmiah?
Pertanyaan-pertanyaan itu agaknya yang dapat dijawab dari pengertian epistemologi yang sudah
disebutkan. Filsafat, tulis Suriasumantri, tertarik pada cara, proses, dan prosedur ilmiah di samping
membahas tentang manusia dan pertanyaan-pertanyaan di seputar ada, tentang hidup dan eksistensi
manusia.
2.
Epistemologi Sains
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan
dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu
manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku
catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan kita
diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari
penginderaan serta refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai
sejenis tempat penampungan,yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti
semua pengetahuan kita betapa pun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-
pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun
objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu
bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang factual.
b. Rasionalisme
Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme
mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis
perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di
dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna
mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat
ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
c. Fenomenalisme
Bapak Fenomenalisme adalah Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Barang
sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh
akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran.
Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti
keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya,
pengetahuan tentang gejala (Phenomenon). Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat
bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi
para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap
barang sesuatu serta pengalaman.
d. Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa,
atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil
pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga
dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di
samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat
merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh
penginderaan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun
pengalaman intuitif. Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai pengalaman inderawi yang
biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme setidak-tidaknya dalam beberapa
bentuk hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan
dari pengetahuan yang nisbi, yang meliputi sebagian saja yang diberikan oleh analisis. Ada yang
berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai
lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak
pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat
menyingkapkan kepada kita keadaanya yang senyatanya.
e. Dialektis
Yaitu tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta analisis sistematik
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari
dialektika berarti kecakapan untuk melekukan perdebatan. Dalam teori pengetahuan ini merupakan
bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi pemikiran itu seperti dalam percakapan,
bertolak paling kurang dua kutub. f
. Metode Ilmiah
Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut:
logico-hypothetico-verificartif
. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis kemudian lakukan
pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu
bidang ilmu yang disebut
Metode Riset
. Metode Riset menghasilkan model-model penelitian. Model-model penelitian inilah yang menjadi
instansi terakhir dan memang operasional dalam membuat aturan (untuk mengatur manusia dan alam)
tadi. Hasil-hasil penelitian itulah yang sekarang serupa tumpukan pengetahuan sain dalam berbagai
bidang.
Upload
Login
Signup
Home
Explore
Presentation Courses
PowerPoint Courses
by LinkedIn Learning
5 of 16
https://www.academia.edu/32816483/EPISTIMOLOGI_ONTOLOGI_DAN_AKSIOLOGI_PEN
GETAHUAN_SAINS
A. Pendahuluan
Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau t idak
langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan
manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada. sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban
bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.1 Lalu bagaimana kita menyusun
pengetahuan yang benar? Masalah inilah yang dalam kajian filsafat disebut epistemologi, dan
landasannya disebut metode ilmiah. Epistemologi disebut juga dengan filsafat ilmu, merupakan
cabang filsafat yang mempelajari dan menentukan ruang lingkup pengetahuan. Epistemologi
berusaha membahas bagaimana ilmu didapatkan, bukan untuk apa atau mengenai apa.
Kebenaran sebuah ilmu pengetahuan dapat diuji melalui landasan epistemologi. Karena
penelaahan epistemology adalah rasional dan logis menurut kaidah keilmiahan. Titik tolaknya
adalah bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh melalu tata cara dan prosedur ilmiah sehingga
dapat diterima kebenarannya Meskipun demikian tidak semua orang dapat disamakan
persepsinya terhadap kebenaran sebuah ilmu pengetahuan itu. Karena manusia sebagai subjek
tentu tingkat penelaahannya berbeda satu sama lain. Jika ilmu pengetahuan itu dianggap rasional
menurut daya tangkap indra dan akalnya maka ia mempunyai nilai positif, tetapi sebaliknya jika
tidak dapat diterima oleh pemikirannya maka ilmu itu dianggap negatif. Dengan demikian
sebuah kebenaran dari ilmu pengetahuan itu bersifat relative.
B. Pembahasan
1. Pengertia Epistemologi
1 Jujun S Sumantri " Filsafat Ilmu , Sebuah Pengantar Poupuler" (Jakarta : PT.Penebar Swadaya, , 2010),
hlm, 104
Epistemologi berasal dari kata bahasa yunani episteme yang berarti pengetahuan atau
kebenaran dan logos yang berarti kata, pikiran, ilmu atau teori. Karena itu secara etimologis,
epistemologi berarti ilmu atau teori tentang pengetahuan yang benar atau teori pengetahuan.2
Istilah epistemology digunakan pertama kali oleh J,F. Feriere dengan maksud untuk
membedakan dua cabang filsafat yaitu epistemologi dan ontologi (metafisika umum). Kalau
dalam metafisika pertanyaan pokok itu menyangkut yang ada atau adanya (being), maka
pertanyaan dasar dalam epistemology adalah apa yang saya ketahui.3
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan
gagasan pengetahuan manusia. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan
disusun dari bahan yang diperoleh dan dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah, yaitu
suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistemik dan logis. Dalam
rumusan lain, epistemology adalah cabang filsafat yang mempelajari watak, batas dan
berlakunya ilmu pengetahuan.4
Epistemologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan
pengetahuan. Epistemologi membahas pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana proses yang
memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Lalu benar itu sendiri apa?
Kriterianya apa saja? . Persoalan-persoalan penting yang dikaji dalam epistemology berkisar
pada masalah :asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan
pengetahuan dengan keniscayaan, hubungan pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan
skeptisisme universal, serta bentuk-bentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari
konseptualisasi baru mengenai dunia.5
2 Konrad Kebung, P. hd, "Filsafat Ilmu Pengetahuan " (Jakarta : PT. Pustakaraya, , 2011), hlm : 37
3 Ibid, hlm, 38
4 Nina W Syam M.S, " Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi " (Bandung : Remaja Rosda Karya, , 2010),
hlm :139
Dalam pembahasan lain bahwa Epistemologi juga disebut logika, yaitu ilmu tentang
pikiran. Akan tetapi, logika dibedakan menjadi dua, yaitu logika minor dan logika mayor. Logika
minor mempelajari struktur berpikir dan dalil-dalilnya, seperti silogisme. Logika mayor
mempelajari hal pengetahuan, kebenaran, dan kepastian yang sama dengan lingkup epistemologi.
Landasan epistemologisnya (menurut Wahyu dalam Filsafat Ilmu 2009 : slide 4 ) adalah titik
tolak penelahaan ilmu pengetahuan didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh
kebenaran. Dalam hal ini yang dimaksud adalah metode ilmiah. Adapun hal-hal yang hendak
diselesaikan epistemologi ialah tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, validitas pengetahuan, dan kebenaran pengetahuan.
2. Pengertian Sain
6 R.J. Hollingdale, Western Philosophy (London: Kahn & Averill, 1993) hal. 37
Dengan mensyaratkan observasi, sains harus bersifat empiris, baik berhubungan dengan
benda-benda fisik, kimia, biologi, dan astronomi maupun berhubungan dengan psikologi dan
sosiologi. Inilah karakter sains yang paling mendasar dalam pandangan epistemologi
konvensional. Sains merupakan produk eksperimen yang bersifat empiris. Eksperimen dapat
dilakukan, baik terhadap benda- benda mati (anorganik) maupun makhluk hidup sejauh hasil
eksperimen dapat diobservasi secara indrawi. Eksperimen pun dapat dilakukan terhadap
manusia, seperti yang dilakukan Waston dan penganut aliran behaviorisme klasik lainnya.
Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua objek yang
empiris. Jujun S Suriasumantri yang telah dikutip oleh Ahmad Tafsir mennyatakan bahwa objek
kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang
dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera.8
Objek kajian sain haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang harus ia
temukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti yang empiris ini diperlukan untuk menguji bukti
rasional yang telah dirumuskan dalam hepotesis.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tumbuhan, hewan, dan
manusia, serta kejadian-kejadian di sekitar alam, tumbuhan, hewan dan manusia itu; semuanya
8 Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2004), hlm 27
dapat diteliti oleh sain. Dari penelitian itulah muncul teori-teori sain. Teori-teori itu berkelompok
dan dikelompokkan dalam masing-masing cabang sain. Teori-teori yang berkelompok itulah
yang disebut struktur sain, baik cabang-cabang sain maupun isi masing-masing cabang sain
tersebut.9
1). Rasionalisme
Rasionalisme adalah madhab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber
dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada intelektualitas.
Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi
gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Ahmad tafsir menjelaskan bahwa Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa
akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya
diukur dengan akal pula.10 Konrad Kebung, menjelaskan bahwa Rasionalisme adalah aliran
berfikir yang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi
dasar pengetahuan ilmiah. Mereka memandang rendah pengetahuan yang diperoleh melalui
indera bukan dalam arti menolak nilai pengalaman dan melihat pengalaman melulu sebagai
perangsang bagi akal atau pikiran. Kebenaran dan kesesatan ada dalam pikiran kita dan
bukannya pada barang yang dapat dicerap oleh indera kita. Beberapa tokoh penting rasionalisme
adalah : Plato, Descartes, Spinoza dan Leibniz.11
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern
yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era industri dan
era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia
9 Ibid, hlm 28
2). Empirisme
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam
memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal. Istilah empirisme di ambil dari bahasa
Yunani empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman. Sebagai suatu doktrin empirisme
adalah lawan dari rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang kebenaran
yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di peroleh atau bersumber dari panca
indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah
sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia.
Bagi kaum filsup empiris, sumber pengetahuan satu-satunya adalah pengalaman dan
pengamatan inderawi. Data dan fakta yang ditangkap oleh panca indera kita adalah sumber
pengetahuan. Semua ide yang benar datang dari fakta ini. Sebab itu semua pengetahuan manusia
bersifat empiris.12
a. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang dibentuk
dengan menggabungkan apa yang dialami.
b. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan akal
atau rasio.
c. Semua yang kita ketahui pada akhirnya bergantung pada data inderawi.
d. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali beberapa kebenaran definisional logika dan
matematika).
e. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang realitas tanpa
acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca indera kita. Akal budi
mendapat tugas untuk mengolah bahan bahan yang di peroleh dari pengalaman.
12 Ibid, hlm. 55
f. Empirisme sebagai filsafat pengalaman, mengakui bahwa pengalaman sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan.
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu
pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan
manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran
empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan
memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan
penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George
Berkeley dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme.
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan
penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan.
3). Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran
sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian.
Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif,
digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu
pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.13
Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang
terukur. Terukur inilah sumbangan penting positivism.14
Sementara menurut Ahmad Tafsir bahwa ketiga faham diatas saling berkaitan,
Rasionalisme atau berfikir logis tidak menjamin dapat memperoleh kebenaran yang disepakati.
Kalau begitu diperlukan hal lain yaitu Empirisme. Sementara itu Empirisme hanya menemukan
13 Ibid, hlm. 56
Metode ilmiah itu secara tekhnis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang
disebut Metode Riset. Metode riset menghasilkan model-model penelitian. Dengan
menggunakan Model penelitian tertentu kita mengadakan penelitian. Hasil-hasil penelitian itulah
yang kita warisi sekarang berupa tumpukan pengetahuan sain dalam berbagai bidang sain.16
a. Uji logika, sebuah hepotesis bisa lolos apabila teori itu logis.
b. Uji Empiris, yaitu adakan eksperimen, ukuran kebenaran sains adalah benar jika
dapat ditemukan bukti empiris. Hipotesis yang terbukti maka menjadi teori
kemudian didukung bukti empiris maka teori itu menjadi hukum dan disebut
aksioma.17
15 Ibid , hlm, 33
16 Ibid, hlm, 33
Kebung, Konrad P. hd, "Filsafat Ilmu Pengetahuan " Jakarta : PT. Pustakaraya, , 2011.
Sumantri, Jujun S " Filsafat Ilmu , Sebuah Pengantar Poupuler" Jakarta : PT.Penebar
Swadaya, , 2010.
Syam, Nina W M.S, " Filsafat sebagai Akar Ilmu Komunikasi " Bandung : Remaja Rosda
Karya, , 2010.