Anda di halaman 1dari 30

Pembelajaran 5.

Videografi untuk Desain


Komunikasi Visual

A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan
dapat menguasai secara mendalam keterpaduan penerapan fakta, konsep,
prinsip, teori, dan prosedur.videografi untuk Desain Komunikasi Visual.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menerapkan prosedur pembuatan skrip, storyboard untuk video iklan


2. Menerapkan cara kerja kamera video dan pengambilan gambar (shooting)
3. Menerapkan prosedur dan teknik penggunaan komputer grafis untuk
editing video dan audio

C. Uraian Materi

1. Prosedur pembuatan skrip, storyboard untuk video iklan


Salah satu bentuk medium komunikasi visual yang tak kalah kuatnya dengan
media cetak yaitu medium video. Dimana dilakukan penggabungan antara visual
bergerak, audio, dan desain artistik secara keseluruhan. Video hadir dalam bentuk
tayangan dengan durasi tertentu, hadir menyajikan informasi secara lebih
kompleks jika didanding dengan media cetak. Berbeda dengan sinematografi
yang meliputi segala elemen visual yang akan ditampilkan pada layar ketika film
ditayangkan, videografi dalam hal ini mengutamakan teknik pengoperasian
kamera, seni menangkap momen dari suatu adegan, dan menghasilkan video
dengan kualitas baik. Namun demikian, dalam suatu proses produksi video, ada
beberapa tahapan produksi lainnya yang penting dilakukan, dan dalam konteks
pembelajaran, juga perlu dipelajari sebagai landasan berpikir dan bekerja dalam
tim, di antaranya yaitu: skrip, story board, dan teknik penyuntingan atau editing.
Selain pokok dari videografi itu sendiri yaitu proses perekaman.

103 | Desaian Komunikasi Visual


Pada suatu kerja periklanan, maka suatu produksi video untuk iklan tidak bisa
lepas dari komponen-kompenen lainnya. Kurang lebih alur kerjanya dapat
dipahami melalui bagan di bawah ini:

Gambar 69. Alur Kerja Periklanan

Ide atau gagasan iklan yang akan diproduksi terutama harus melalui proses
negosiasi atau kesepakatan antara perusahaan iklan dan perusahaan atau
pemilik produk. Tim kreatif dalam hal ini melakukan riset dan pengembangan dari
konsep-konsep yang diinginkan oleh pemilik produk, terkait citra dan bentuk
kampanye seperti apa yang akan ditampilkan dalam iklan. Ketika suatu konsep
iklan telah disepakati dan menghasilkan rangkuman kreatif (creative brief), maka
tim kreatif beserta tim produksi akan mengembangkannya dan menyusun
langkah-langkah strategis untuk produksi. Pada iklan dengan bentuk video, maka
langkah produksi berikutnya yaitu pengembangan konsep menjadi sinopsis, skrip,
storyboard, produksi video (shooting), penyuntingan dan finalisasi.

Berikutnya pada modul ini pembahasan akan difokuskan pada pembuatan skrip,
storyboard untuk video iklan; cara kerja kamera video dan pengambilan gambar
(shooting); dan prosedur dan teknik penggunaan komputer grafis untuk editing
video dan audio.

Desaian Komunikasi Visual | 104


a. Prosedur pembuatan skrip untuk iklan
Skrip merupakan karya kreatif berbentuk tertulis (naskah) yang secara spesifik
memuat keseluruhan cerita dan gambaran eksekusi adegan iklan dari awal hingga
akhir. Fungsi skrip iklan sangat penting karena berangkat dari naskah inilah
sebuah proses produksi iklan akan dilaksanakan. Ini menjadi pedoman atau cetak
biru dalam sebuah produksi iklan, sebab skrip memberikan detail informasi,
seperti dialog dan gerakan pemeran, sudut pengambilan gambar untuk Director
Of Photography (DOP), tipe pencahayaan, persiapan yang diperlukan oleh penata
suara (soundman), lokasi atau setting, termasuk properti apa saja yang
digunakan. Semua pihak mulai dari pemeran, sutradara, kameraman, penata
suara, tim artistik hingga editor akan berpegang pada naskah ini sebagai acuan
kerja mereka.

Sebagai langkah awal untuk mempelajari mengenai penulisan skrip, maka perlu
dipahami terkait struktur dasar pembuatannya berikut ini.

Struktur Dasar Dalam Membuat Video Iklan Pembuka

Hal pertama yang perlu ditekankan pada pembuka yakni merebut atensi
penonton. Buat pembukaan yang kuat dan membangkitkan minat untuk terus
menonton sampai akhir. Bagian pembuka bertujuan untuk membangun rasa
urgensi atau misteri dalam video.

1) Rumusan masalah
Pada bagian ini, mulai tampilan dengan menguraikan permasalahan yang
dihadapi penonton video. Dengan demikian, cerita dalam video telah
memperlihatkan ruang lingkup permasalahannya. Dalam hal ini perhatikan
siapa target penonton dan pemasaran produk. Misalnya targetnya adalah
sabun cuci piring. Contoh pesan yang dapat ditampilkan misalnya: “Ingin
mencuci lebih cepat dengan hasil maksimal?
2) Solusi
Disinilah produk ditampilkan sebagai solusi permasalahan yang muncul
sebelumnya. Uraian tentang produk dapat ditampilkan lebih terperinci dan
tunjukan bahwa khalayak lebih luas senang dan puas terhadap produk.

105 | Desaian Komunikasi Visual


3) Ajakan untuk melakukan sesuatu
Sisi persuasif dimunculkan lebih dominan dan terkadang menjadi lebih
eksplisit dalam bagian ini. Ajak penonton untuk melakukan sesuatu,
misalnya: mengisi formulir, mengunjungi situs web, atau membeli produk
kamu. Pastikan nama merek, alamat situs web, dan hal lainnya
ditampilkan dengan jelas pada bingkai akhir video kamu dan ditampilkan
lebih lama untuk bisa diproses oleh penonton.

Langkah-langkah pembuatan skrip iklan


Secara umum langkah-langkah pembuatan skrip iklan, yakni:

a) Ide dasar, dalam produksi iklan ide ini biasanya sudah terlebih dahulu
dirumuskan dalam rangkuman kreatif), yang memuat konsep dan gagasan
mendasar apa dan bagaimana iklan akan disampaikan, hingga sasaran
atau tujuan iklan. Rangkuman kreatif ini biasanya sudah melalui
persetujuan antara klien sebagai pemilik produk dan tim yang akan
memproduksi iklan.

b) Premis adalah simpulan dari ide-ide yang sudah bermunculan ke dalam


sebuah kalimat yang jelas. Premis biasanya terdiri dari satu kalimat yang
dipaparkan secara jelas dan tegas, serta mencakup keseluruhan dari isi
cerita.

c) Alur adalah runtutan jalannya iklan atau kronologis peristiwa demi


peristiwa dari awal sampai akhir.

d) Plot adalah kronologis peristiwa yang berupa pergerakan cerita dari satu
kejadian ke kejadian yang lain hingga saling berkaitan, sengaja
dibenturkan untuk menimbulkan ketegangan, klimaks, antiklimaks,
hingga ending..

e) Pembuatan deskripsi karakter, berisi penjelasan tentang nama karakter,


gender, usia, hobi atau kebiasaan, ciri-ciri fisik, ukuran tinggi dan berat
badan, serta latar belakang kehidupan tokoh. Tujuan dari pembuatan
deskripsi karakter adalah untuk membuat penanaman informasi sehingga
penonton dapat memahami isi cerita. Selain itu, deskripsi karakter juga

Desaian Komunikasi Visual | 106


dibutuhkan untuk mempermudah penonton dalam mengenal karakter
tokoh.

f) Sekuens atau storyline, adalah rangkaian kelompok cerita yang akan


dibentuk di tiap babak-babak. Sekuens berbentuk garis besar dari cerita
yang akan ada di setiap babak, mirip dengan chapter yang ada di film atau
buku[7].

g) Step outline, mempunyai tujuan untuk membantu memperjelas peristiwa-


peristiwa lengkap dengan tegangan-tegangan yang ada di dalamnya[7].

h) Treatment adalah rangkaian scene tanpa disertai dialog. Berisi tentang


deskripsi apa yang ada pada scene tersebut.

Format Penulisan Skrip

Pada penulisan skrip, penting untuk memperhatikan format standar yang telah
ditetapkan. Format penulisan ini memuat struktur yang telah diakui bersama
dalam produksi video secara umum, di dalam format ini telah mengandung unsur-
unsur penting yang dapat membantu semua komponen produksi memahami
peran dan tugasnya. Dua jenis format yang lazim digunakan yaitu dua kolom dan
satu kolom.

1) Skrip dua kolom.


a) Satu kolom sebelah kiri dibuat untuk melukiskan rentetan adegan. Kolom
kiri ini disebut dengan judul visual atau video. Kolom ini memuat
keterangan gerakan pemeran, situasi lokasi atau set, dan pergerakan
kamera.
b) Kolom sebelah kanan dibuat untuk menjelaskan suara apa saja yang
harus atau akan terdengar pada saat visual ditampilkan.

107 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 70. Contoh Skript

Sumber: Buku Ajar Penulisan Naskah Iklan, 2017

Gambar 71 Contoh Skript Video

Desaian Komunikasi Visual | 108


2) Skrip satu kolom

Pada naskah satu kolom, penulisan deskripsi unsur audio dan visual tidak
dipisahkan. Semua ditulis berurutan tanpa pemisahan kolom. Khusus untuk
program yang akan direkam dengan multikamera dan tidak dengan teknik film
(satu kamera) perlu diperhatikan bahwa:

Adegan (scene) tidak perlu diberi nomor urut karena tahapan perekaman akan
berjalan bersamaan dengan saat penampilan. Pendekatan produksi video
(multikamera) akan memudahkan proses pascaproduksi. Contoh naskah satu
kolom:

Gambar 72. Contoh Naskah

Sumber: Buku Ajar Keteknikan Videografi, 2016

b. Prosedur pembuatan storyboard untuk video iklan


Storyboard adalah kumpulan sketsa gambar yang disusun secara berurutan
berdasarkan naskah iklan untuk memberikan gambaran susunan adegan atau
ide iklan. Kumpulan sketsa ini juga digunakan pembuat iklan sebagai pegangan
untuk proses visualisasi iklan dan memberikan gambaran kepada komponen yang
berkepentingan mengenai visualisasi dari awal hingga akhir iklan sebelum
produksi dimulai. Story board dilengkapi dengan arah kamera, dialog, atau detail-

109 | Desaian Komunikasi Visual


detail penting lainnya. Sketsa ini menunjukan bagaimana suatu video dijabarkan
dalam shot by shot. Storyboard menunjukan bagaimana film akan dikerjakan
hingga selesai.

● Fungsi Storyboard

Berikut adalah beberapa fungsi dari storyboard yang perlu untuk diketahui.

a) Media Perencanaan
Fungsi dari pembuatan storyboard yang pertama adalah sebagai media untuk
perencanaan, yakni menampilkan adegan apa saja yang akan ditampilkan. Hal ini
juga berkaitan dengan alat, setting atau properti pendukung yang perlu
dipersiapkan pada adegan tertentu. Selain itu story board memudahkan dalam
persiapan kebutuhan produksi, baik properti, pemeran, setting lokasi dan alat-alat
produksi lainnya.

b) Memudahkan Pembuatan Alur Cerita


Dengan storyboard sebagai panduan maka adegan-adegan bisa diurutkan sesuai
alur skenario atau skrip. Meskipun demikian pada produksi-produksi tertentu
ruang untuk membuat beberapa opsi gambar masih dapat dilakukan. Hal ini
dilakukan jika kondisi produksi memungkinkan sehingga ketika penyusunan alur
cerita dapat dipilih yang terbaik dan paling mendukung konsep iklan.

c) Memberikan Penjelasan Tentang Alur Cerita


Fungsi terakhir dari pembuatan storyboard untuk iklan adalah memberikan
penjelasan terkait susunan alur cerita, dengan suatu storyboard alur iklan akan
lebih mudah dipahami dengan bantuan penjelasan dari storyboard. Selain itu juga
memudahkan para pihak atau komponen produksi memahami alur cerita sebelum
produksi sesungguhnya dimulai.

● Unsur-unsur dalam storyboard:

1) Gambar, sketsa, gambar referensi atau foto yang merepresentasikan


setiap frame.
2) Deskripsi shot, informasi lainnya yang relevan dengan action, dialog dan
komposisi.

Desaian Komunikasi Visual | 110


3) Spesifikasi shot – ukuran shot, panjang lensa yang digunakan, jumlah shot
dan lainnya.
4) Tanda panah untuk menunjukan kamera dan atau pergerakan karakter
atau bagaimana setiap shot berhubungan dengan shot berikutnya.
● Format atau bentuk storyboard:

Pada dasarnya beragam dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan


kebutuhan produksi. Mulai dari figur-figur yang ditempel dengan sederhana
hingga sketsa yang detail, selama setiap setiap board menampilkan informasi
yang cukup dan diperlukan oleh si pembuat video. Bentuk pembuatan storyboard
lebih fleksibel selama dapat memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan
karakteristik produksi.

● Bentuk umum yang digunakan dalam storyboard seperti di bawah ini:

Gambar 73. Gambar 74. Story board “The Pen”

Sumber: studiobinder.com

Menggunakan sketsa dengan pensil yang memasukan detail informasi, seperti


tanda panah untuk menunjukan pergerakan kamera, karakter, properti dan hal
lainnya. Penggunaan pensil dalam pembuatan story board memudahkan
dilakukannya perubahan atau revisi jika diperlukan, dapat dihapus dan

111 | Desaian Komunikasi Visual


ditambahkan kembali atau diperbaiki. Pada story board di atas dapat diketahui
banyak sisipan detail informasi terkaitan pengambilan adegan.

Format lainnya yaitu storyboard thumbnail yang tidak memasukan unsur


tulisan apapun. Pengertian thumbnail disini mengacu pada gambar bukan
pada gaya board-nya. Semakin detail pembuatan stry board akan semakin
mudah bagi para pelaksana produksi. Jenis ini kurang populer dibanding format
yang telah dijelaskan sebelumnya, namun dapat digunakan dengan efektif untuk
produksi skala kecil dengan jumlah tim yang tidak terlalu banyak. Perhatikan
contoh di bawah ini.

Gambar 75. Contoh story board thumbnail

Sumber: studiobinder.com

Cara Membuat Storyboard Untuk Video Iklan

Berikut ini adalah langkah-langkah dasar untuk membuat storyboard:

a) Membuat Alur Waktu (Timeline)


Pada langkah pertama, perlu dibuat urutan kejadian dalam video. Pada tahap
ini ditentukan narasi yang akan disampaikan dan jenis alur yang digunakan.
Gambaran tentang bagaimana cerita akan dijalankan sudah muncul.
b) Tentukan Adegan Utama
Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk menentukan adegan-adegan
kunci. Misalnya: adegan yang menunjukkan perbedaan produk kamu dengan
produk lainnya, testimoni pelanggan yang menggunakan produk, atau bagian

Desaian Komunikasi Visual | 112


pembuka yang menarik, atau dengan menampilkan lelucon dan unsur
kejutan. Intinya, bangun adegan utama yang dapat memikat penonton dan
mendorong mereka untuk mengambil tindakan.
c) Tambahkan Detail yang Diperlukan ke Setiap Adegan
Tentukan pendekatan yang akan digunakan pada adegan dalam video,
kemudian sertakan tambahan-tambahan detail yang memberi nilai tambah
video. Apakah perlu menggunakan efek animasi untuk memberi kesan
dramatis? Apakah perlu menggunakan musik yang populer? Apapun detail
pemanis yang akan digunakan, pastikan tidak mengganggu informasi utama.
d) Penulisan story board
Tentukan format storyboard yang yang akan digunakan dan paling sesuai
dengan karakteristik video dan cara kerja produksi. Kemudian, buat dan
susun storyboard sesuai dengan olah gagasan di atas. Pada produksi
tertentu, detail informasi pada setiap scene bisa sangat penting dan
membantu komponen produksi lainnya untuk melakukan tugasnya.
e) Pilih Alat Untuk Membuat Storyboard
Selain dengan cara konvensional, menggunakan alat tulis, pensil warna dan
kertas untuk membuat storyboard, dapat pula digunakan beberapa perangkat
lunak, seperti:

a) Perangkat lunak presentasi, seperti Microsoft PowerPoint atau Google


Slides
b) Perangkat lunak desain grafis, seperti Adobe Illustrator dan Adobe
InDesign
c) Perangkat lunak iPad, seperti adobe Photoshop Sketch
d) Perangkat lunak Storyboarding, seperti Amazon Storyteller atau
Storyboard That
Saat menyiapkan template untuk storyboard, pastikan thumbnail yang digunakan
memiliki ukuran yang sama dengan dimensi video yang digunakan dengan tujuan
memberikan skala proporsi yang sama. Setelah alat untuk menulis atau
menggambar telah ditentukan, berikutnya adalah mulai membuat sketsa.

6. Membuat Sketsa

113 | Desaian Komunikasi Visual


Tuangkan rangkuman brief dan gagasan yang telah diolah, dan disusun
menggunakan struktur di atas bidang gambar. Pada umumnya satu adegan dalam
video akan diwakili oleh satu papan atau bidang gambar (thumbnail) dalam story
board.

7. Beri Catatan Dengan Detail Pada Setiap Adegan

Selain dalam bentuk gambar panduan, tambahkan juga informasi-informasi yang


relevan dalam produksi. Misalnya dialog atau voice over dari skrip, ke setiap
thumbnail. Tambahkan catatan arah untuk orang-orang yang akan mengerjakan
video, seperti pencahayaan yang diinginkan dan sudut pandang kamera.

8. Tambahkan Potongan (Cuts)

Potongan atau cuts adalah kapanpun video diperbesar lebih dekat untuk
menyoroti tindakan, termasuk petunjuk tentang transisi dan jaan cerita video.

1. Cara kerja kamera video dan pengambilan gambar (shooting)

a. Cara kerja kamera video

Bagan perekaman gambar

Sumber: Buku Ajar Penulisan Skenario, 2018

Desaian Komunikasi Visual | 114


Pada dasarnya cara kerja kamera video dan foto memiliki prinsip yang sama, yaitu
cahaya yang dipantulkan suatu permukaan benda ditangkap melalui lensa dan
diteruskan ke bidang perekam. Jika dalam fotografi hasil rekaman berupa gambar
diam (foto) sementara untuk video hasil akhirnya yaitu gambar bergerak yang
diikuti oleh bunyi atau suara (video).

Secara lebih lengkap, prinsip kerja video kamera digambarkan sebagai


berikut :

● Lensa menangkap gambar, lalu diteruskan ke bagian panel penangkap


gambar. Penangkap gambar atau biasa disebut sensor CCD -yang juga
berfungsi sebagai view finder- mengirimkan gambar ke LCD. Sementara
pada kamera DSLR, gambar juga dilewatkan ke cermin pantulan yang
merefleksikan gambar ke jendela intip (eye finder).
● Gambar yang ditangkap oleh lensa, dilewatkan pada filter warna yang
kemudian akan ditangkap oleh CCD atau sensor gambar. Jarak antara
lensa dan sensor ini dikenal dengan istilah focal length. Jarak ini pula
yang akan menjadi faktor pengali pada lensa.
● Tugas CCD adalah merubah sinyal analog (gambar yang ditangkap oleh
lensa) menjadi sinyal listrik. Pada CCD ini terdapat jutaan titik sensor
yang dikenal dengan pixel
● Gambar yang ditangkap oleh sensor CCD diteruskan ke bagian
pemroses gambar yang tugasnya memproses semua data dari sensor
CCD menjadi data digital berupa file format gambar, serta melakukan
proses kompresi sesuai format gambar yang dipilih (RAW, JPEG, dan
sebagainya). Di bagian ini selain chipset yang berperan, software
(firmware) dari kamera yang bersangkutan juga menentukan hasil akhir
gambar.
● Proses yang terakhir adalah mengirimkan hasil file gambar dalam format
yang dipilih ke bagian penyimpanan (storage) atau memory card.
● Tahapan selanjutnya adalah proses yang dilakukan di luar kamera.

Untuk lebih memahami secara lebih detail cara penerapan perekaman gambar,
berikut ini dijabarkan mengenai fitur-fitur dasar dalam kamera video berikut
fungsinya, beberapa istilah dan piranti pendukung lainnya.

115 | Desaian Komunikasi Visual


1) Rasio mengacu pada ukuran dimensi video saat nantinya ditampilkan.
Biasanya hal ini juga menyesuaikan media yang akan menampilkan;
apakah untuk televisi atau layar bioskop, dan lainnya. Misalnya: 4:3 dan
16:9

2) AF-Lock AF merupakan singkatan dari Auto Focus, fitur ini berfungsi


untuk mengatur kunci fokus di satu atau beberapa titik tertentu dari
gambar yang direkam. Cara pengoperasiannya dengan menekan
setengah tombol shutter hingga fokus gambar dikunci. Dengan fungsi
kunci fokus ini, Anda dapat memilih di sisi manapun dari area rekam.

3) Aperture, pada dasarnya mengacu pada besarnya bukaan lensa kamera


untuk menentukan berapa banyak cahaya yang bisa masuk dan
mengenai sensor gambar di kamera. Dampaknya terhadap gambar yang
direkam yaitu tingkat terang dan gelapnya serta area ketajaman suatu
bidang gambar. Fitur ini bisa diatur melalui moda manual ataupun
otomatis.

4) Autofocus (AF) merupakan kemampuan kamera digital untuk secara


otomatis mencari titik fokus suatu benda pada bidang gambar. Pada
kamera dan lensa analog fungsi ini hanya memungkinkan menentukan
fokus di satu titik. Namun pada kamera dan lensa digital, moda
pengaturannya lebih beragam dan memuat banyak pilihan.

5) Sensor gambar, salah satu yang populer sebagai sensor gambar ini
disebut dengan CCD (Charge Coupled Device), merupakan chip di dalam
kamera yang berfungsi sebagai sensor gambar. CCD terdiri dari jutaan
kapasitor. Fungsinya yaitu saat cahaya masuk ke dalam kamera melalu
lensa, maka cahaya akan mencapai bagian CCD. Teknologi yang lebih
populer saat ini yaitu CMOS (complementary metal-oxide semiconductor)
merupakan sensor gambar dalam kamera digital yang terdiri atas sirkuit
yang terintegrasi untuk merekam suatu gambar. CMOS terdiri dari jutaan
sensor pixel yang termasuk di dalamnya sebuah photodetector. Saat
cahaya masuk ke dalam kamera, setiap photodetector akan membuat
arus listrik berdasarkan intensitas cahaya yang mengenainya. Kamera

Desaian Komunikasi Visual | 116


digital akan mengubah data dari CMOS menjadi pixel yang akhirnya
menjadi sebuah foto. Saat ini CMOS lebih populer dibanding dengan CCD
karena kecepatan dalam merekam gambar dan konsumsi energi
baterainya lebih hemat.

6) Media penyimpan hasil rekaman (memory card), ada beberapa tipe.


Salah satunya yang sering digunakan yaitu Compact Flash (CF), kartu
SD dan Multimedia Memory Card (MMC). Kartu memori ini dapat dilepas
dari kamera, dan dapat dibaca oleh perangkat lain yang kompatibel.

7) Zoom merupakan fitur kamera digital untuk memperbesar atau


memperkecil jarak (zoom) gambar dalam media rekam. Pada sistem
analog maupun digital, fungsi ini dapat dilakukan dengan pengaturan
panjang fokal lensa (optical zoom). Selain itu, pada sistem kamera digital
menggunakan pula menggunakan perangkat lunak yang terdapat di
dalam kamera (digital zoom). Pada digital zoom, maka sistem perangkat
lunak kamera akan memperbesar suatu gambar dengan memotong
kualitas gambar dari ukuran asli yang terekam. Efeknya adalah kualitas
rekam gambar akan menurun.

8) EXIF Data EXIF merupakan informasi mengenai foto yang dihasilkan,


seperti tanggal, waktu, jenis kamera, dan pengaturan kamera. Data EXIF
akan ditambahkan dalam file foto.

9) Format penyimpanan file, pada umumnya kamera digital menghasilkan


file dengan format JPEG. Beberapa kamera digital juga bisa
menghasilkan format file RAW dan TIFF. Untuk penyimpanan media
videografi maka format yang lazim digunakan yaitu xxx. Secara khusus,
kualitas rekam dalam media perekaman ini dinamakan resolusi yaitu
jumlah detail berupa titik kecil berbentuk kotak (pixel) yang dapat direkam
oleh kamera melalui bidang perekamnya. Satuan resolusi yaitu pixel.
Semakin besar nilai resolusi maka semakin banyak pixel pembentuk
gambar, semakin rapat pixel, semakin baik kualitas gambarnya. Nilai pixel
ini, misalnya: kemampuan rekam 2,1 mega pixel lebih baik dibanding
dengan 1,5 mega pixel. Ini akan berpengaruh pada kualitas cetak atau

117 | Desaian Komunikasi Visual


hasil tampilan akhir, semakin besar ukuran cetak atau tayangannya,
maka diperlukan semakin banyak jumlah pixel.

10) Lensa, merupakan alat utama dalam perekaman gambar. Melalui lensa,
gambar akan dapat dilihat oleh kameramen, sehingga memungkinkan
untuk melakukan komposisi gambar dan mengatur fokus.

11) Frames per second (fps), istilah ini menunjukkan jumlah gambar yang
akan ditampilkan secara berurutan dalam 1 detik. Misalnya 30fps, maka
gambar akan ditampilkan sebanyak 30 buah gambar dalam waktu 1 detik.
Umumnya fps yang masih nyaman ditonton adalah 24fps-30fps.

12) HDMI (High Definition Multimedia Interface) merupakan sebuah


antarmuka untuk mengirim gambar digital antar perangkat. Umumnya
HDMI digunakan pada HDTV atau komputer. HDMI connector dapat
memudahkan Anda menampilkan video ke perangkat lain seperti
komputer atau HDTV. Hal ini penting dalam proses produksi video, untuk
dapat memantau pergerakan kamera dan adegan yang direkam,
sehingga dapat dilakukan koreksi dan kontrol dalam proses shooting.

13) High-definition Video (HD Video), merupakan video dengan resolusi


tinggi, setidaknya 1024x768 pixel.

b. cara kerja pengambilan gambar (shooting)

1) Pengambilan Gambar (Shot)

Shot adalah unsur terkecil dari sebuah struktur film yang utuh, yang dapat dilihat
pesan dari shot itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan
gambar yaitu: faktor manusia, faktor ruang, faktor waktu, faktor peristiwa dramatik
dan faktor suara. Faktor manusia ditampilkan untuk melambangkan perwatakan
atau masalah dalam sebuah film. Faktor manusia menjadi bagian integral dengan
peristiwa yang ingin disajikan dalam film.

Desaian Komunikasi Visual | 118


Gambar 76 Faktor Manusia atau pemeran

Faktor ruang ada dua macam, yaitu ruang alami dan non alami. Ruang alami
adalah ruang yang sesungguhnya untuk sebuah peristiwa yang terjadi. Ruang non
alami adalah ruang pengganti yang dipakai untuk menggambarkan suatu
peristiwa atau biasa disebut studio. Biasanya untuk non alami seperti studio
bluescreen atau green screen, sehingga dalam pengeditan latar belakang hijau
atau biru dapat diganti latar belakang ruang alami atau kreasi dari 3 dimensi.

Gambar 77. Studio Alami dan Non Alami

Faktor waktu memiliki dua pengertian yaitu pengertian waktu secara fisik seperti
pagi, siang, dan malam serta waktu kejadian ketika sebuah peristiwa berlangsung.
Jadi waktu di film sangan berbeda dengan waktu sesungguhnya (real time).

119 | Desaian Komunikasi Visual


Faktor peristiwa dramatik adalah peristiwa dalam film yang diharapkan mampu
menimbulkan reaksi emosional penonton yang lebih besar.

Gambar 78. Faktor Suara

Faktor suara berfungsi sebagai informasi ruang, waktu dan peristiwa. Pada
awalnya faktor ini hanya sebagai pelengkap dan penunjang visual saja.

2) Camera Angle
Posisi kamera yang mengarah pada obyek tertentu berpengaruh terhadap makna
dan pesan yang akan disampaikan. Banyak juru kamera tidak terlalu
memperhatikan sudut pandang kamera, karena dianggap sepele. Sudut
pengambilan high angle berbeda maknanya dengan low angle. Dengan low angle,
menjadikan obyek yang ditangkap menjadi lebih besar dan megah, sedangkan
high angle, menjadikan obyek terasa kecil. Pada prinsipnya teknik pengambilan
gambar meliputi sudut pengambilan, ukuran shot, gerakan obyek dan gerakan
kamera.

Sudut pengambilan gambar ada lima macam yaitu bird eye view, high angle, eye
level, low angle, dan frog eye. Masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda
sehingga karakter dan pesan yang dikandung tiap shot akan berbeda pula. Bird
view adalah suatu teknik pengambilan gambar dengan posisi kamera di atas
ketinggian obyek yang direkam. Tujuannya adalah memperlihatkan obyek-obyek
yang ditangkap terkesan lemah, sehingga penonton merasa iba dan tergerak
hatinya.

Desaian Komunikasi Visual | 120


Gambar 79. Bird View Gambar 13 High Angle

High angle adalah teknik pengambilan gambar dari atas obyek, tetapi lebih rendah
dari bird view. Tujuannya adalah obyek yang ditangkap terkesan dilemahkan dan
tak berdaya. Low angle adalah pengambilan gambar dari bawah obyek. Kesan
yang timbulkan obyek menjadi terkesan dominan dan besar.

Gambar 80. Low angle Gambar dan Eye level

Eye level adalah pengambilan gambar yang sejajar dengan posisi obyek. Sudut
pengambilan ini yang paling sering dilakukan oleh juru kamera. Sudut
pengambilan ini kurang mengandung kesan tertentu. Namun harus diperhatikan
komposisi pada frame agar enak dilihat. Frog eye adalah teknik pengambilan
gambar yang di mana posisi kamera sejajar dengan posisi dasar dari sebuah
obyek. Kesan yang ditimbulkan adalah dramatis karena memperlihatkan suatu
visual yang menarik tapi diambil dengan variasi tidak seperti biasanya.

121 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 81. Frog eye

3) Frame Size (Ukuran Gambar)


Ukuran gambar (frame size) dalam setiap shot memiliki maksud dan maknanya
sendiri- sendiri. Untuk itu juru kamera dituntut untuk memahami ukuran gambar
yang disesuaikan dengan kebutuhan skenario sebuah adegan. Extreme Close Up
(ECU) yaitu ukuran sangat dekat sekali dengan obyek, memiliki makna
menampilkan detail dari sebuah obyek.

Gambar 82, Extreme close up, Big close up, Close up

Big Close Up (BCU) yaitu dari batas kepala hingga dagu obyek, memiliki kesan
menampilkan obyek untuk menimbulkan eksperesi tertentu. Close Up (CU) yaitu
dari batas kepala hingga leher bagian bawah, memiliki kesan memberikan
gambaran obyek secara jelas. Medium Close Up (MCU) yaitu dari batas kepala
hingga dada ke atas, memiliki kesan menegaskan profil seseorang.

Desaian Komunikasi Visual | 122


Gambar 83. Medium close up, medium shot, dan full shot

Medium Shot (MS) yaitu dari batas kepala sampai pinggang (perut bagian bawah),
memiliki kesan memperlihatkan sesorang dengan tampangnya. Full Shot (FS)
yaitu dari batas kepala hingga kaki, memiliki makna memperlihatkan obyek
dengan lingkungan sekitar. Long Shot (LS) yaitu obyek penuh dengan latar
belakangnya, memiliki makna menonjolkan obyek dengan latar belakangnya.

Long shot

Obyek Bergerak

123 | Desaian Komunikasi Visual


Umumnya jika juru kamera membidik obyek yang tidak bergerak tentu sangat
mudah karena tinggal mengatur komposisi saja. Namun jika obyeknya bergerak,
contohnya orang, maka dia akan bergerak dinamis. Untuk dapat mengikuti obyek
terus menerus, dapat juga digunakan alat bantu seperti crane, rel, dan lain-lain.
Obyek yang menjauhi kamera disebut walk out, dan obyek yang mendekati
kamera disebut walk in. Untuk obyek yang masuk ke frame kamera disebut in
frame, sebaliknya, obyek keluar dari frame kamera disebut out frame.

Gerakan Kamera (Camera Movement)


Zoom in dan zoom out, secara fisik kamera tidak bergerak, yang tekan hanyalah
tombol zooming. Jika ditekan ke belakang maka menimbulkan efek obyek
menjauh, sebaliknya ditekan ke depan, maka menimbulkan efek obyek mendekat.

Gambar 84. Zoom out & in; Camera Tilt

Tilting, gerakan kamera ke atas dan gerakan kamera ke bawah, biasanya untuk
menampilkan sosok tertentu dan menimbulkan rasa penasaran penonton, ada
dua macam tilting yaitu tilt up dan tilt down. Dolly shot, pengambilan gambar
dengan menggunakan dolly yang bisa digerakkan maju dan mundur.

Desaian Komunikasi Visual | 124


Gambar 85. Dolly shot dan Camera pan

Panning, pengambilan gambar yang mengerakkan posisi kamera dari kiri ke


kanan atau sebaliknya. Menampilkan kesan urutan obyek secara rapi. Untuk
panning, juru kamera tidak boleh terlalu cepat karena berdasarkan psikologi
penglihatan, bahwa seseorang penonton akan mampu mengindentifikasi obyek
dalam waktu minimal 3 detik. Kurang dari itu, maka penonton akan sulit mengenali
obyek yang dilihatnya.

Crane shot, atau biasa disebut jimmy jib, dengan panjang sekitar 9 meter, alat ini
dilengkapi tombol zoom, dan dilengkapi monitor kecil. Kelebihannya adalah dapat
menggunakan berbagai macam angle, dibanding dengan handheld.

kendaraan dan lainnya.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 86. Crane shot dan Follow shot

1) Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pengambilan gambar:

125 | Desaian Komunikasi Visual


2) Penggunaan zoom berlebihan akan mengakibatkan gambar tidak fokus,
terutama pada kamera dengan zoom digital.
3) Penting untuk tidak memusatkan perhatian kepada objek utama, namun
juga eksplorasi sekitar objek utama.
4) Beri perhatian ekstra pada adegan dengan pencahayaan minim, gunakan
fitur-fitur kamera atau pencahayaan tambahan untuk mendapat hasil
maksimal.
5) Tripod sangat membantu untuk kestabilan pengambilan gambar,
konsistensi letak dan sudut kamera, dan untuk keamanan kamera dan
kenyamanan kerja cameramen
6) Eksplorasi sudut pandang (angle) supaya gambar lebih dinamis.
7) Disarankan untuk penambahan efek dilakukan pada pasca produksi,
bukan menggunakan efek pada kamera supaya hasil lebih maksimal.
8) Selalu perhatikan komposisi dan framing.
9) Untuk perekaman suara lebih maksimal gunakan mikrofon eksternal,
sehingga suara-suara yang tidak diinginkan (noise) teredam.
10) Selalu perhatikan situasi latar belakang, untuk menghindari gerakan-
gerakan atau objek yang tidak

2. Prosedur dan teknik penggunaan komputer grafis untuk


editing video dan audio
a. prosedur untuk editing video dan audio
Editing atau penyuntingan merupakan proses penggabungan beberapa hasil
pengambilan gambar dan suara dengan urutan – urutan yang benar sesuai
dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat
dengan keadaan ceritera atau irama musik.

1) Memerinci prosedur untuk editing video dan audio

Berikut ini prosedur atau langkah-langkah editing audio dan video

a) Preview; dilakukan saat editor memulai kerja. Editor perlu melihat hasil
shooting yang telah dilakukan, sehingga mengenali keseluruhan materi
yang akan disunting.

Desaian Komunikasi Visual | 126


b) Capture; ini merupakan proses pemindahan gambar atau trasnfer video
hasil shooting yang masih berbentuk pita kaset menjadi materi digital dan
dapat disimpan serta disunting menggunakan komputer. Format standar
yang digunakan yaitu AVI 720x576 pixels.

c) Logging; adalah proses memilah dan memilih hasil shooting dengan


panduan catatan khusus penyuntingan atau menggunakan laporan time
code. Pilihan-pilihan yang dilakukan untuk mendapatkan gambar dan alur
cerita yang sesuai dengan skenario.

d) Assembling; penyuntingan memasuki tahapan menyusun dan


menyambung setiap shoot sesuai dengan urutan scene pada skenario.
Pada tahap ini penyambungan yang dilakukan masih bersifat kasar dan
belum menggunakan transisi.

e) Rough Cut; editor memotong & membuang adegan-adegan yang tidak


dipakai dan merangkumnya menjadi satu alur cerita. Kemudian, memilih
shot-shot yang dianggap sudah mewakili skenario. Editor melakukan
penyusunan pertama berdasarkan inti cerita yang ingin dicapai. Pada
tahap ini editor melakukan banyak komunikasi dan diskusi terutama
dengan sutradara untuk mendapatkan hasil yang paling relevan.

f) Fine Cut & Triming; editor melakukan pemotongan dan penghalusan


transisi gambar yang sudah tersusun baik. Editor juga memberikan efek-
efek sebagai penyambungan/ perpindahan shot dan scene. Tujuan dari
tahap ini adalah agar alur cerita tersusun baik dengan insert shot yang
tepat.

Tahap berikutnya yaitu proses mastering, meliputi beberapa hal.

1) Colour grading; yaitu koreksi warna untuk mencapai keselarasan warna.


Ini dilakukan dengan cara memakai efek video, seperti: image control,
color balance, color corection atau memakai perangkat lunak terpisah
seperti Adobe After Effect dan Magic Bullet.

2) Titling; pemberian title atau judul, credit title dan informasi bersifat tulisan
lainnya. Perangkat lunak yang digunakan, misalnya Adobe After Effect 6.5

127 | Desaian Komunikasi Visual


dan Adobe Photoshop 7.0 untuk membuat counting leader, bumper
in/bumper out. Title design dan efek fade out dapat dikerjakan dengan
perangkat lunak editing seperti Adobe Premiere 6.5 .

3) Audio Mixing; setelah gambar selesai disunting maka tahap berikutnya


yaitu audio mixing. Ini merupakan proses yang menyatukan dan
menyelaraskan suara sekaligus memberikan tambahan seperti musik
instrumen, musik ilustrasi atau efek suara yang mendukung penceritaan.
Perangkat lunak pendukung kerja ini misalnya Audio Effect yang tersedia
di Adobe Premiere, atau Adobe Audition, CoolEdit Pro, Wavelab, dan
lainnya.

4) Release Master; setelah proses penyuntingan selesai maka hasil akhirnya


diekspor dalam bentuk movie dengan frame rate 720x576, kemudian
diubah ke dalam bentuk MPEG II (DVD) atau MPEG I (VCD) dengan
menggunakan software WinAvi, Canopus Procorder, TMPEG gen, Movie
Factory 4, dan lainnya.

Salah satu hal yang membuat kualitas penyuntingan baik adalah penerapan
transisi yang tepat. Ini berperan dalam halus tidaknya perpindahan antar scene
yang dapat berimbas pada kualitas konten video secara keseluruhan. Berikut
beberapa teknik transisi yang dapat digunakan.

1) Cutting; yaitu memotong gambar – gambar yang diperlukan sesuai


dengan waktu atau kebutuhan, kemudian disambung atau digabung
menghasilkan gabungan dari beberapa gambar.

2) Cross fade; suatu bentuk transisi video dimana satu atau beberapa
sumber video pelan – pelan hilang (fade out) dan pada saat bersamaan
secara pelan – pelan dimunculkan gambar baru (fade in)

3) Dissolve (Mix); merupakan teknik pergantian dimana gambar yang


sebelumnya meredup dan menghilang kemudian secara bersamaan
menumpuk dengan gambar yang pelan-pelan semakin jelas. Atau sering
disebut dengan pergantian gambar secara Mix. 4. WIPE Perpindahan

Desaian Komunikasi Visual | 128


gambar dimana gambar kedua muncul dengan memindahkan gambar
kedua.

4) Iris, yaitu bentuk perpindahan gambar dimana gambar kedua muncul dari
gambar pertama dengan bentuk dari berbagai bidang atau kurva, seperti:
kotak, lingkaran, segitiga, bintang, dan lainnya.

5) Page peel, yaitu perpindahan gambar dimana bentuk perpidahannya dari


gambar pertama ke gambar kedua dengan cara menggulung (roll), dengan
pilihan arah menggulung center, turn, roll away, dan lainnya.

b. Teknik penggunaan komputer grafis untuk editing video dan audio


Secara umum ada dua macam penyuntingan yang dikenal yaitu teknik editing
analog atau linear dan non linear.

1) Editing Analog atau Linear

adalah proses pengeditan video pasca produksi untuk memilih, mengatur, dan
memodifikasi gambar dan suara dalam urutan yang telah ditentukan sebelumnya
dan menggunakan alat atau mesin analog untuk setiap tahapannya; player,
recorder, monitor, ECU (editing control unit).

Gambar 87. Bagan Editing Linera

Metode ini memiliki dua jenis berdasarkan cara kerjanya, yaitu:

a) Off Line Editing

129 | Desaian Komunikasi Visual


Pengerjaan editing secara sekunder atau editing yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang masih kasar (rough cut). Menyusun gambar yang dipakai
dan membuang yang salah. Cara ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
workpoint atau hasil duplikat dari bahan – bahan siaran yang asli dan khusus
digunakan untuk editing.

b) On Line Editing

Kegiatan pasca produksi yang melalui tahapan editing (pemotongan +


penyambungan) kemudian dilanjutkan tahap mixing. Sistem ini dilakukan dengan
cara langsung mencari edit point pada pita original, selanjutnya menggunakan
teknik assamble. Metode ini memakan waktu yang lebih lama dan pengerjaannya
tergantung pada peralatan profesional broadcast.

Termasuk dalam metode on line editing, yaitu:

● Cut Editing (A Roll ) + Mixing

yaitu sistem editing yang menggunakan peralatan editing terdiri: 1 player, 1


recorder, dan ECU. Jenis ini biasanya digunakan untuk menyunting konten
berupa liputan berita harian yang aktual.

● AB Roll Editing + Mixing

Peralatan yang digunakan terdiri dari 2 player (VTR); 1 recorder, 1 video mixer,
1 audio mixer, 1 ECU; beberapa monitor dan kabel. Metode ini digunakan untuk
menyunting gambar dan suara dengan hasil transisi berupa cutting, disolve, fade
in – out, wipe.

● Pasca Produksi ( Edit + Mixing)

Sistem ini umum digunakan dalam proses pasca produksi yang digunakan
dalam studio televisi untuk penyiaran, dimana alat yang digunakan beragam dan
berasal dari berbagai sumber gambar. Alat yang digunakan diantaranya: video
mixer, audio mixer, camera, microphone, VTR, ECU, dan lainnya.

Contoh-contoh alat editing linear:

Desaian Komunikasi Visual | 130


Gambar 88. Contoh alat editing linear

2) Editing Non Linear

Merupakan proses pasca produksi yang menggunakan seperangkat alat digital


berikut perangkat lunaknya sebagai alat perekam, pemotong sekaligus untuk
menggabungkan audio video hingga hasil akhir. Alur kerja editing ini digambarkan
oleh bagan di bawah ini:

Gambar 89. Bagan Editing Non Linear

Adapun gambaran proses kerjanya pada komputer seperi gambar berikut:

131 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 90. Editing Non Linear

D. Rangkuman
Berbeda dengan cara kerja fotografi, bidang keahlian videografi lebih kompleks
dan melibatkan lebih beragam kompetensi lainnya untuk menyelesaikan proyek.
Kerja tim dibutuhkan dalam kerja videografi. Untuk tujuan videografi periklanan,
maka konsep dasar merupakan hasil kompromi dan negosiasi antara pengguna
jasa (pemilik produk) dan tim periklanan. Tim kreatif bertanggungjawab untuk
merumuskan gagasan dasar ke dalam suatu creative brief atau rangkuman
kreatif.

Tim produksi kemudian menerjemahkan rangkuman kreatif tersebut ke dalam


langkah-langkah produksi, yakni membuat skrip, membuat story board,
melakukan perekaman atau shooting, hingga penyuntingan dan menjadi produk
akhir.

Desaian Komunikasi Visual | 132

Anda mungkin juga menyukai