Anda di halaman 1dari 44

Pembelajaran 4.

Fotografi untuk Desain Publikasi

A. Kompetensi
Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan
dapat mengembangkan konsep fotografi untuk desain publikasi

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menerapkan teori dasar komunikasi dalam konsep fotografi

2. Menerapkan teknik pengaturan sudut pengambilan, ketajaman gambar, dan


komposisi pemotretan

3. Menerapkan elemen pencahayaan dan perangkat penyinaran

4. Menerapkan teknik olah digital dasar dan prosedur pemotretan objek benda,
manusia, lingkungan, dan peristiwa

C. Uraian Materi

1. Teori dasar komunikasi dalam konsep fotografi


Sejak awal mula penciptaannya, fotografi telah demikian dekat dengan fungsi-
fungsi komunikasi. Alat bantu yang tadinya digunakan untuk membantu para
seniman melukis realis, dalam perkembangannya menjadi alat dokumentasi yang
dapat dipercaya. Ketepatan dan presisinya dalam merekam suatu objek membuat
fotografi dianggap sahih sebagai alat bukti suatu peristiwa benar terjadi. Disinilah
fotografi menjadi medium dokumentasi dan sekaligus komunikasi terkait
keberadaan suatu benda atau peristiwa.

Pada perkembangannya, penggunaan fotografi semakin meluas ke hampir


semua aspek-aspek kehidupan baik skala besar maupun kecil. Dalam dunia
komunikasi, fotografi mampu menghadirkan tanda yang disepakati dan diketahui
secara luas sebagai pesan yang memuat tanda yang dapat dipahami dan
dimengerti. Implementasi fotografi kemudian meluas, mulai dari jurnalisme, seni,

59 | Desaian Komunikasi Visual


dokumentasi, pencatatan, alat bukti, hingga dalam konteks industri media sebagai
penyampai pesan. Fotografi kemudian dianggap sebagai alat untuk mereproduksi
makna tanda. Tentu hal ini selalu melekat dengan konteks objek dan dimana foto
tersebut berada.

Suatu foto dokumentasi, akan menjadi representasi kenyataan yang nyaris persis
dengan aslinya. Pengertian ini muncul pada fotografi jenis jurnalisme, misalnya,
dimana suatu peristiwa dapat direpresentasikan kembali dengan foto. Foto-foto
bersejarah menjadi sangat penting, karena berkaitan dengan keberadaan suatu
jejak sejarah yang berpengaruh hingga masa sekarang. Termasuk dalam konteks
ini, foto dokumentasi keluarga, misalnya.

Konteks lainnya yaitu ketika fotografi dianggap mampu mereproduksi kenyataan.


Dalam hal ini kamera menjadi alat bagi fotografernya untuk menciptakan suatu
pesan yang ia inginkan. Misalnya, foto suatu produk yang akan dipasarkan.
Dengan pemahamannya terkait estetika dan pengetahuan seni, seorang
fotografer dapat melakukan komposisi, memilihan sudut pandang tertentu,
menambahkan properti atau detail tertentu yang semua itu disusun dan
dirumuskan dengan seksama supaya pesan yang ingin disampaikan kepada
pemirsa tersampaika. Misalnya; foto iklan produk minuman dingin. Maka, yang
umum dilakukan oleh fotografer yaitu menciptakan suatu bentuk visual yang
menggambarkan kesegarannya atau kenikmatan cita rasa minuman. Untuk itu
fotografer dapat melakukan pemilihan objek utama dan pendukung yang sesuai,
teknik pencahayaan dan angle pemotretan tertentu sehingga dapat mencapai
gambaran suatu minuman segar yang membangkitkan selera pemirsanya.

2. Teknik pengaturan sudut pengambilan, ketajaman


gambar, dan komposisi pemotretan.
a. Sudut Pengambilan Gambar

Istilah sudut dalam pembahasan ini mengacu pada derajat arah kamera ke
subjek1. Ini berbeda dengan istilah posisi pengambilan gambar yang mengacu

Desaian Komunikasi Visual | 60


pada ketinggian kamera secara relatif dari permukaan tanah atau bumi.
Memegang kamera pada level horizontal ke subjek dikenal sebagai ‘eye-level
angle’ (sudut level mata), memegang kamera menghadap ke bawah dikenal
sebagai ‘high angle’ (sudut tinggi), dan memegang kamera menghadap ke atas
dikenal sebagai ‘low angle’ (sudut rendah).

Pada praktiknya, saat memotret penting untuk mengamati dengan jeli objek yang
hendak difoto, sembari menganalisis dari sudut mana objek akan terlihat paling
menarik atau sesuai dengan konsep pemotretan yang diinginkan. Untuk itu,
pemotret perlu mendekati objek dari berbagai sudut pandang dan memvariasikan
posisi serta sudut pandang pemotretan.

1) High angle (sudut tinggi)

Pada angle ini, posisi kamera miring ke bawah atau menunduk. Sudut ini akan
menampilkan subjek secara keseluruhan, dan menghasilkan gambar deskriptif
berikut kondisi lingkungan sekitarnya akan terlihat. Perhatikan ilustrasi cara
memotret berikut ini.

Gambar SEQ Gambar_ \*


ARABIC 23. Pengambilan
gambar level
2) Eye-level angle (sudut High Angle
mata)

Merupakan sudut pemotretan yang paling sering ditemui, dimana kamera sama
tinggi atau sejajar dengan level mata. Hasil foto dengan angle ini akan tampak

61 | Desaian Komunikasi Visual


wajar dan akrab, serta memiliki kesan stabil. Sebab angle ini serupa dengan
penglihatan normal manusia.

Gambar 24. Pengambilan Gambar Eye-Level

3) Low angle (sudut rendah)

Kamera berada pada posisi menengadah atau menghadap ke atas. Pada objek
pemotretan yang tinggi, maka akan tercipta kesan kedalaman dan intimidasi.
Pada pemotretan arsitektur, maka akan terlihat kesan menjulang dan berwibawa.
Seringkali angle ini menyebabkan langit sebagai latar belakang, sehingga lebih
mudah dalam menyesuaikan komposisi foto.

Desaian Komunikasi Visual | 62


Gambar SEQ Gambar_ \*
ARABIC 25. Contoh
Pengambilan Gambar Low-angel
Berikut di bawah ini merupakan contoh implementasi dua sudut pemotretan yang
berbeda dengan obejk pemotretan sama. Terlihat perubahan perspektif di antara
hasil foto tersebut.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 26. Contoh


Implementasi dua sudut pemotretan yang berbeda
dengan objek pemotretan sama.
Memotret pada posisi eye-level (level mata)
Posisi seperti ini jamak ditemukan, pegangan jembatan pada sisi kanan dan kiri
tampak seimbang dan lebih pendek, serta kehilangan kesan kedalamannya.

63 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar menjadi terlihat netral dan tidak menyampaikan intensitas yang sangat
kuat.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 27. Contoh


Implementasi dua sudut pemotretan yang berbeda
dengan objek pemotretan sama.
Memotret pada low position (posisi rendah) Ini diambil dari posisi jongkok pada
level mata tanpa mengubah sudutnya. Karena pada posisi ini membuat penahan
jembatan tampak lebih jauh dari depan ke belakang, ini menyampaikan kesan
kedalaman.

Gambar 28. Contoh gambar Eye-level

Gambar sebelah kiri menunjukan cara memotret pada eye-level angle (sudut level
mata), gambar tampak wajar seperti biasanya dilihat. Gambar sebelah kanan,
menggunakan cara memotret dengan high angle (sudut tinggi). Gambar tersebut
menunjukan efek perspektif yang berlebihan karena bagian depan gambar
tampak lebih lebar dan bagian gambar yang paling ujung tampak lebih kecil.

Desaian Komunikasi Visual | 64


Pada foto-foto berikut di bawah ini dapat dibandingkan hasil foto dari objek yang
sama dengan beberapa sudut pemotretan yang berbeda. Perhatikan juga foto
penyerta di sebelah setiap foto untuk melihat posisi kamera terhadap objek.

a) Dari arah samping:

Gambar 30. Hasil foto diambil dari samping

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 29. Tampilan


posisi pengambilan gambar
Mengambil foto dari samping menciptakan komposisi yang menyampaikan secara
jelas tentang ketinggian subjek, misalnya seperti cangkir itu. Foto dari arah
samping seperti ini memberi kesan stabil pada objek yang difoto.

b) Dari atas, posisi diagonal:

65 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 31. Hasil poto dari atas posisi
diagonal

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 32.


Posisi pengambilan gambar
Sudut ini memudahkannya menangkap seluruh penampilan elemen, dan
posisinya secara relatif juga terdefinisi dengan baik.

c) Tepat dari atas:

Desaian Komunikasi Visual | 66


Gambar 33. Hasil Pengambilan gambar dari Atas

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 34.


Posisi pengambilan gambar dari atas
Dari sudut ini, bentuk objek foto terlihat jelas, foto menjadi terlihat datar dan
geometris. Sudut ini membantu menciptakan komposisi yang tertata baik, bahkan
apabila terdapat banyak piring di atas meja, seperti yang diilustrasikan dalam
contoh.

b. Ketajaman Gambar

Ketajaman dalam pembahasan ini mengacu pada fokus pemotretan. Hal ini relatif
lebih jarang dibahas daripada kecepatan rana dan bukaan diafragma. Hal ini
dikarenakan fokus dianggap lebih mudah untuk dioperasikan, apalagi dengan
adanya fitur auto-fokus. Namun demikian, fokus merupakan salah satu bagian
yang vital dalam menentukan kualitas suatu hasil foto. Proses fokus yang gagal
akan mengakibatkan hasil foto blur (kabur) total. Pada kasus fokus yang meleset,
akan mengakibatkan sasaran titik perhatian titik perhatian audiens juga akan turut

67 | Desaian Komunikasi Visual


luput. Meskipun teknik kecepatan dan diafragma yang dipakai telah baik, namun
jika titik fokusnya meleset, maka bisa dikatakan foto tersebut gagal baik secara
konten maupun secara estetika. Tingkat kesulitan dalam proses fokus tergantung
pada objek yang difoto, misalnya proses fokus pemandangan alam berupa
gunung dan lembah dan fokus untuk burung kolibri yang sedang terbang.

Faktor yang Mempengaruhi Proses Fokus

Proses fokus dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni:

a) Intensitas Pencahayaan

Cara kerja fokus, apalagi pada sistem auto-fokus, berbasis pada pembacaan
lensa terhadap cahaya yang mengenai objek. Persis seperti mata kita, semakin
gelap atau sebaliknya semakin terang suatu benda, maka semakin susah untuk
melihat dengan jelas bentuk benda. Pemotretan pertunjukan dalam ruangan atau
teater seringkali memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dalam proses fokusnya. Hal
ini disebabkan cahaya yang seringkali dibuat minimalis di atas panggung, atau
permainan cahaya yang dinamis sehingga susah untuk fokus.

Gambar 35. Hasil pemotretan dalam ruangan

b) Gerak Objek

Selain cahaya yang cukup, proses fokus hanya akan terkunci pada benda atau
objek yang tidak bergerak. Sehingga, proses fokus akan jauh lebih mudah pada
saat objek yag difoto diam. Jika tidak, maka titik fokus akan terus mencari atau
kalaupun bisa terkunci dan tombol rana ditekan, maka akan didapat hasil foto

Desaian Komunikasi Visual | 68


yang kabur. Pada kamera dan lensa auto-fokus yang sedang bekerja mencari titik
fokus, maka motor lensa akan terus bergerak berputar maju dan mundur hingga
didapat titik fokusnya.

Berikut di bawah ini merupakan ilustrasi terkait bagaimana kecepatan gerak


benda mempengaruhi ketajaman gambar.

Gambar 36. Ilustrasi terkai kecepatan gerak

benda mempengaruhi ketajaman gambar

c) Jarak antara lensa dan objek

69 | Desaian Komunikasi Visual


Jarak memberikan efek yang signifikan dalam proses fokus, karena pada
dasarnya proses ini membaca jarak antara objek dan lensa kamera. Itu sebabnya
dua benda yang sangat berdekatan akan tetap berbeda titik fokusnya. Perhatikan
gambar di bawah ini, jarak antar daun ke lensa yang berbeda mempengaruhi
ketajamannya.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 37. Gambar


Efek Fokus.
Secara teknis, sebagaimana disinggung sebelumnya di atas, ada tiga jenis cara
menggunakan fokus pada kamera.

1) Fokus manual (manual focus atau MF)

Menggunakan fokus manual atau MF artinya pemotret sendiri yang mengatur


fokus dengan cara memutar ring lensa atau bergerak maju dan mundur
menyesuaikan fokus yang diinginkan. Pada kamera tertentu fokus yang telah
terkunci ditandai dengan kedip lampu yang bisa dilihat dari dalam jendela bidik.
Bagi pemotret pemula pengoperasian MF ini akan sedikit memakan waktu.
Keuntungannya adalah moda ini bekerja berdasarkan gerak tangan pemotret
tidak tergantung pada ketersediaan cahaya saja. Hal ini memantau saat memotret
objek dengan pencahayaan yang minimal, pemotret masih dapat mengunci fokus.

Cara manual lainnya yaitu dengan cara si pemotret mengambil posisi mendekat
dan menjauh dari objek foto. Hal ini berkaitan dengan bahasan sebelumnya
bahwa, salah satu perkara tentang fokus adalah jarak. Dengan cara ini, pemotret
dapat bergerak dengan kamera stand by di tangan, hingga memperoleh fokus
yang diinginkan.

Desaian Komunikasi Visual | 70


2) Fokus Otomatis (automatic focus atau AF)

Sedangkan, pada auto-fokus atau AF, proses fokus diambil alih oleh mesin dalam
kamera dan motor kecil yang menggerakan lensa kamera. Cara pengaktifan AF
ini ialah dengan memencet tombol rana setengah, pada saat yang sama lensa
akan melakukan proses fokus. Saat menemukan fokus, lensa akan menguncinya
dan pemotret melanjutkan dengan memencet tombol rana penuh. Proses ini bisa
berlangsung sangat cepat, di bawah 1 detik. Tidak mengherankan jika moda AF
sangat diandalkan sebab sangat membantu pemotret. Kelemahan dari AF adalah
ia akan kesulitan membaca objek yang cahayanya minimalis atau pada batas
ambang gelap. Waktu yang dibutuhkan akan sedikit lebih lama, indikasinya
adalah ring lensa yang terus bergerak mencari.

c. Komposisi Gambar
Komposisi adalah upaya penataan atau pengaturan objek-objek dalam karya
visual untuk mencapai nilai estetika tertentu. Dengan komposisi yang baik, foto
akan lebih efektif menampilkan pesan pembuatnya dan menimbulkan dampak
yang lebih kuat. Komposisi foto merupakan salah satu cara bagaimana fotografer
mengekspresikan dirinya.

● Prinsip-prinsip komposisi, yaitu:

a) Berakar pada prinsip-prinsip universal dalam seni rupa (visual art).


b) Ragam aplikasinya dapat ditemukan dalam karya seni visual secara luas:
lukis, grafis, desain, fotografi, film dan lainnya, termasuk fashion.
c) Diformulasikan dari generalisasi pengalaman visual manusia dan
bagaimana penataan suatu elemen atau objek dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap karya visual (senang, sedih, ganjil, takut,
ceria dll).
d) Seorang visual artist perlu menerapkan ini supaya tercapai tujuan dari
pesan visual yang ingin disampaikan.

Berikut ini akan dibahas 3 teknik pokok komposisi yang jamak digunakan
dalam pemotretan.

1) Rule of Thirds (aturan sepertiga)

71 | Desaian Komunikasi Visual


Aturan sepertiga ini merupakan suatu panduan imajiner dalam menempatkan
objek utama dalam frame foto. Dapat dibayangkan bahwa bidang frame foto
dibagi dalam 3 kolom dan 3 baris, maka penempatan objek utama yakni diletakan
pada irisan di sepertiga bidang frame. Perhatikan contoh di bawah ini.

Gambar 38. Penggunaan Rule of Thirds

Sumber: foto.co.id

Pada prinsipnya, aturan seperti tiga ini beranggapan bahwa secara alami mata
manusia akan mencari ketidakseimbangan dalam suatu bidang objek. Porsi lebih
besar pada area latar belakang justru akan menyarankan kepada mata untuk
menuju objek yang menempati area lebih kecil namun strategis, yakni pada
bagian sepertiganya.

Perhatikan perbedaan 2 foto berikut:

Desaian Komunikasi Visual | 72


Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 39. Perbandingan poto Rule of Thirds

Sumber: id.wikipedia.org

Foto kiri dengan penempatan objek utama di tengah menjadi lebih statis dan stabil
jika dibanding dengan foto kanan yang lebih dinamis dan menarik.

2) Pola dan irama

Kedua hal ini mengacu pada susunan bentuk dan ukuran dinamis berulang yang
ada di alam. Pola merupakan susunan dari suatu benda sejenis yang berulang.
Sedangkan, irama mengacu pada elemen bentuk yang memiliki beragam ukuran
yang dinamis namun teratur. Pola dan irama biasanya dapat ditemukan pada
objek-objek yang berulang bentuknya (repetisi).

73 | Desaian Komunikasi Visual


Perhatikan contoh keduanya di bawah ini:

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 40. Contoh Pengulangan


Bentuk
Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 41. Contoh
Ritme, Pengulagan
Sumber: bentuk dengan dinamika tinggi
https://photography.tutsplus.com/
rendah – gelap terang

Sumber:

3) Kontras

Desaian Komunikasi Visual | 74


Merupakan cara untuk menonjolkan suatu objek foto dengan cara memberikan
perbedaan yang mencolok antara elemen dalam frame. Perbedaan tersebut dapat
berupa warna, tekstur, ukuran dan lainnya.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 43. Contoh kontras Warna

Gambar SEQ Gambar_ \*


ARABIC 42. Kontras warna dan
tekstur
3. Elemen pencahayaan dan perangkat penyinaran
Cahaya merupakan salah satu unsur pokok untuk terciptanya fotografi. Secara
teknis, keberadaan cahaya vital untuk menampilkan objek. Secara estetis,
keterampilan mengatur gelap terang dalam pemotretan merupakan kunci dari nilai
estetis suatu karya foto selain kemampuan untuk menata unsur objek (komposisi).
Pada bagian ini akan dibahas dua hal pokok, yaitu elemen pencahayaan dan
perangkat penyinaran.

75 | Desaian Komunikasi Visual


a) Elemen penyinaran
Termasuk dalam elemen penyinaran dalam fotografi adalah jenis-jenis sumber
cahaya dan pengaturan arah cahaya.

● Jenis sumber cahaya


1) Cahaya alami sinar matahari (natural light)

Cahaya merupakan aspek yang penting dalam pemotretan benda. Pada


pemotretan benda yang sederhana, bantuan cahaya matahari (natural light) bisa
digunakan. Pemanfaatan cahaya matahari ini diaplikasikan untuk pemotretan
baik di dalam maupun di luar ruang. Sinar matahari yang masuk melalui jendela
bisa dimanfaatkan untuk memberi pencahayaan benda yang sedang difoto.
Sehingga pencahayaan seperti ini disebut juga sebagai windows lighting
(pencahayaan jendela). Karakter dari pencahayaan ini lebih lembut daripada
cahaya langsung dari matahari luar ruang. Keuntungannya adalah lebih praktis,
tidak tergantung pada peralatan khusus dan daya listrik. Perhatikan contoh
berikut.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 44. Foto alam benda dengan


windows light

Efek garis cahaya yang terlihat pada foto merupakan efek dari cahaya matahari
di luar yang terhalang oleh celah jendela. Sementara itu foto di bawah ini
dilakukan di dalam ruang namun mendapat cahaya matahari dari jendela yang
terbuka.

Desaian Komunikasi Visual | 76


Gambar 45. Foto alam benda dengan windows light

Gambar 46. Foto alam benda dengan natural light – luar ruang
2) Cahaya buatan (artificial light)
Kelebihan menggunakan cahaya buatan adalah fotografer dapat mengendalikan,
baik intensitas maupun karakter cahaya yang diinginkan sesuai konsep.
Termasuk arah pencahayaan dapat diatur secara manual. Beberapa aksesoris
tambahan juga dapat membantu memberikan efek-efek tertentu, seperti warna,
tajam lembutnya bayangan, dan lainnya.

77 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 47. Foto situasi pemotretan alam benda di studio

3) Arah sumber cahaya


Arah sumber penting dalam membangun karakter dari suatu objek. Oleh sebab
itu, sangat penting menentukan arah sumber cahaya untuk pemotretan yang
sedang dilakukan. Arah sumber cahaya dapat diperolehbaik dari cahaya buatan
maupun cahaya alam. Hal yang membedakan adalah, pada cahaya buatan letak
lampu tinggal dipindah dan diatur sesuai keinginan, sedangkan pada cahaya alam
si objek yang perlu disesuaikan arahnya dengan arah matahari,

4) Cahaya samping

Pada berbagai pemotretan, cahaya dari arah samping dianggap paling baik untuk
membantu menampilkan dimensi suatu objek. Jatuhnya bayangan dari arah
samping membantu munculnya sisi gelap dan terang, memberi efek berdimensi,
sehingga objek tidak terlihat datar.

Desaian Komunikasi Visual | 78


Foto alam benda cahaya samping

5) Cahaya belakang

Cahaya belakang merupakan cahaya dengan sumber cahaya membelakangi


objek foto. Pada pemotretan alam benda dalam studio, teknik ini bisa
dimungkinkan dengan menempatkan lampu di belakang table top. Table top yang
semi transparan membuat cahaya dari lampu tetap bisa menerobos menyinari
benda dari belakang namun sudah lebih lembut karakternya sebab terhalang oleh
lapisan akrilik. Teknik ini baik digunakan untuk benda-benda transparan atau semi
transparan, dari kaca. Misalnya botol dan gelas. Memberi efek rim light (cahaya
dari belakang yang memunculkan garis benda) dan menampilkan warna cairan
pada botol atau gelas dengan baik. Hal yang perlu diantisipasi dari teknik ini
adalah kemungkinan over exposed dari arah belakang dan mengakibatkan siluet.

Gambar 48. Foto alam benda cahaya belakang

79 | Desaian Komunikasi Visual


6) Cahaya depan
Teknik ini paling sering diaplikasikan dalam pemotretan alam benda. Cahaya
depan secara langsung memberikan penyinaran pada detail bagian depan benda,
memudahkan identifikasi benda berikut jenis, warna dan bentuknya. Hal yang
perlu diantisipasi pada penerapan teknik ini adalah pada permukaan benda yang
reflektif (memantulkan sinar), cahaya yang jatuh bisa menyebabkan benda
kehilangan detail pun akan memberi efek blok warna putih lampu yang terpantul
pada permukaan kaca.

Gambar 49 Foto benda cahaya depan

7) Cahaya atas
Teknik ini memiliki kelemahan yakni membuat bayangan jatuh pada bagian bawah
benda, menghilangkan detail benda tersebut. Efek yang didapat yakni benda akan
terlihat dramatis dengan efek gelap bayangan yang muncul. Teknik ini jarang
diaplikasikan pada pemotretan alam benda.

Desaian Komunikasi Visual | 80


Gambar 50. Foto alam benda cahaya atas
8) Cahaya campuran
Selain cahaya samping, sumber cahaya dari dua atau lebih arah juga sering
diaplikasikan pada pemotretan alam benda. Pada contoh di bawah ini diketahui
bahwa cahaya datang dari dua arah. Pertama, dari arah belakang. Cahaya terlihat
menimpa latar belakang dan menyinari botol kaca dari belakang menimbulkan
efek detail pada garis botol. Kedua, dari arah samping. Terlihat cahaya menimpa
pada permukaan bunga yang menghadap ke samping dan permukaan bunga di
luar botol.

Arah cahaya campuran ini diaplikasikan sebagai upaya untuk memperlihatkan


detail benda dari beberapa arah, sehingga bagian benda yang mungkin gelap dan
tidak terlihat bisa dihindari. Selain itu, pencahayaan ini memberi nilai tambah
secara artistik.

81 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 51. Foto alam benda
cahaya campuran

b) Perangkat penyinaran
● Peralatan utama

Secara teknis, pemotretan benda sama dengan jenis pemotretan lainnya. Bisa
dilakukan baik di dalam maupun di luar ruang. Pembeda utama dari setiap jenis
pemotretran terletak pada konsep dan fungsi foto yang dihasilkan. Dalam ruang
lingkup pemotretan tentu saja peralatan pokok yang wajib hadir yaitu: kamera,
lensa, baterai, dan media penyimpan. Pada bagian ini, secara lebih mendalam
pembahasan akan lebih ditujukan pada perangkat penyinarannya.

● Lampu studio

Merupakan lampu dengan tiang penyangga sehingga bisa digunakan dalam


posisi berdiri. Lampu ini dapat dikendalikan secara intensitas cahaya, arah dan
jaraknya.

Desaian Komunikasi Visual | 82


Gambar 52. Foto lampu studio

● Lampu flash eksternal

Merupakan lampu yang bisa digunakan bersama dengan badan kamera.


Berfungsi sama dengan lampu studio, berbeda dalam intensitasnya.

Gambar 53. Foto lampu flash eksternal

● Soft box

Merupakan alat yang dipasang pada bagian denpan lampu studio. Berfungsi
untuk melembutkan dan meratakan efek cahaya yang jatuh ke benda. Berbentuk
kotak, dengan kain putih tembus cahaya yang berfungsi menyaring cahaya.
Sebagai alternatif dapat juga digunakan kertas kalkir, kain putih atau kardus.

83 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 54. Foto softbox

● Standard reflektor

Alat ini berbentuk cekung seperti mangkok. Efek dari penggunaannya yakni
cahaya menjadi keras dan terfokus (sudut pancaran terbatas). Bayangan yang
dihasilkan tajam dan pekat.

Gambar 55. Foto standard reflector

● Honey comb

Desaian Komunikasi Visual | 84


Merupakan alat yang menyerupai sarang lebah. Cahaya yang dihasilkan keras
namun ketajaman bayangan berkurang. Biasanya digunakan untuk penyinaran
bagian-bagian tertentu.

● Barn door Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC


56. Foto honeycomb
Berwujud seperti pintu yang bisa membuka dan menutup; dipasang pada bagian
depan lampu studio. Berfungsi untuk mengarahkan cahaya pada satu bagian
yang diinginkan, namun tidak menggangu bagian lain yang tidak ingin ditonjolkan.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 57. Foto


barndor

● Reflektor

Fungsi utama reflektor adalah memantulkan cahaya. Alat ini membantu


menambahkan cahaya pada area yang diinginkan, melalui cahaya yang
dipantulkan dari sumber utama. Kelebihannya adalah cahaya yang dipantulkan

85 | Desaian Komunikasi Visual


bersifat lembut dan spesifik pada bagian tertentu. Reflektor juga dapat
digunakan untuk mengurangi bayangan dari suatu objek.

● Flashmeter

Berfungsi untuk mengukur kekuatan sumber cahaya yang datang dalam


pemotretan dalam maupun luar ruang. Alat ini jauh lebih akurat dibandingkan

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 58. Foto


reflektor

GambarPada
light meter yang ada pada kamera. SEQpengaturan
Gambar_ \* manual, pembacaan dari
ARABIC 59. Foto flashmeter
flashmeter dapat diaplikasikan pada kamera.

4. Prosedur Pemotretan Benda dan Pemotretan Peristiwa

1. Pemotretan Benda

Istilah lain yang sering digunakan yaitu still life. Pengertian benda dalam hal ini
mencakup objek yang luas, mulai dari benda-benda aksesories yang berukuran
kecil hingga besar, misalnya mobil. Termasuk dalam pemotretan alam benda ayitu
pemotretan makanan.

Beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaan pemotretan benda yaitu:

Desaian Komunikasi Visual | 86


a) Menentukan tema pemotretan

b) Pemilihan objek dan properti pendukung

c) Mempersiapkan jenis dan teknik pencahayaan

d) Pengaturan komposisi

e) Pemotretan

2. Tema

Tema berperan penting untuk menentukan perencanaan dan persiapan terkait


properti, penataan (komposisi) dan teknik pencahayaan. Tema penting untuk
dirumuskan sedari awal sehingga bisa menjadi acuan dalam eksplorasi dan
eksekusi ide pemotretan.

Hal terpenting dalam menentukan tema yang tepat untuk suatu produk yakni:

a. Kenali produk. Apa bahan penyusun? Misalnya: jeruk, rempah-rempah,


titanium, dan lainnya. Darimana berasal? Misalnya: susu dari New
Zealand, kopi Sumatera, kari dari India dan lainnya. Manfaat yang
ditawarkan? Misalnya: aroma wangi, kesegaran
b. Target dari produk; lelaki, perempuan, anak-anak, remaja?
c. Segmentasi produk; ekonomi menengah ke atas, ekonomi bawah, ibu
rumah tangga, profesional muda, pelajar?
d. Apa fungsi/manfaat produk?
Dengan mengetahui hal-hal tersebut di atas, fotografer dapat melakukan
eksplorasi tema, konsep, hingga menentukan properti pendukung apa yang
dibutuhkan.

Berikut ini beberapa contoh tema yang dapat diaplikasikan dalam pemotretan
benda. Tema-tema ini bersifat umum dan bisa dikembangkan lebih lanjut pun
dikompilasi menjadi tema baru.

1) Vintage

87 | Desaian Komunikasi Visual


Merupakan tema dengan visualisasi yang memberi kesan antik dan klasik pada
keseluruhan foto akhir. Kesan antik dan klasik ini dibangun melalui pilihan benda-
benda (properti) pemotretan, warna, dan tata cahaya yang diaplikasikan.

Barang antik, jam tua, patung kuno, kain dengan motif klasik atau tradisional
merupakan beberapa contoh properti yang bisa digunakan untuk pemotretan
tema ini. Pilihan warna juga dapat diaplikasikan untuk tema ini yakni warna
monokrom cenderung kecoklatan (sephia) dan hitam putih. Termasuk vignetting
yaitu pemberian efek leboh gelap pada bagian pojok-pojok frame foto. Perhatikan
contoh berikut.

Gambar 60. Foto alam benda tema vintage

2) Sporty

Sporty dalam konteks ini tidak hanya berkaitan dengan peralatan olahraga, tapi
juga konsep yang menampilkan kesan sportifitas, energik dan dinamis. Pilihan
properti bisa menggunakan peralatan olahraga dan benda-benda alternatif
pendukung dalam dunia olahraga, misalnya: topi, sarung tangan, botol minuman.

Desaian Komunikasi Visual | 88


Efek lainnya yang bisa dieksplorasi misalnya efek cipratan air atau jejak sepatu
atau roda sepeda dan lainnya.

3) Elegan

Elegan dalam hal ini berkaitan dengan citra tampilan yang mewah dan eksklusif.

Gambar
Beberapa pilihan SEQ
warna Gambar_
yang dapat \*merepresentasikan
ARABIC 61. Foto alam bendaini
konsep tema
yakni hitam,
sporty
merah tua, emas, dan ungu. Properti pendukung bisa dipilih yang merupakan
bahan-bahan dengan karakter halus seperti kain beludru dan bulu yang embut,
karakter berkilau seperti emas, kristal, dan titanium. Kesan mewah juga bisa
ditampilkan dengan konsep simple, tidak terlalu banyak pernak pernik. Jam
tangan, perhiasan emas atau berlian merupakan contoh produk yang
menonjolkan kesan mewah.

89 | Desaian Komunikasi Visual


Gambar 62. Foto alam benda tema vintage

4) Maskulin

Merupakan citra yang menonjolkan sisi maskulinitas pada benda-benda yang


dipotret. Benda-benda yang difoto merupakan benda yang dekat dengan dunia
lelaki atau ditujukan khusus untuk lelaki. Misalnya; parfum, jam tangan, jenis
pakaian lelaki, sepatu lapangan dan lainnya. Warna hitam dan coklat merupakan
warna yang paling sering diaplikasikan untuk mempertegas kesan ini. Properti
pendukung yang umum digunakan yakni benda-benda yang dekat dengan
aktifitas fisik luar ruang. Misalnya; jenis serpihan kayu, batuan, tali dan lainnya.

Gambar 63. Foto alam benda tema maskulin

Desaian Komunikasi Visual | 90


5) Feminin

Merupakan konsep pemotretan yang bertujuan menampilkan cita rasa feminin


pada foto. Konsep ini banyak mengeksplorasi sisi “kewanitaan” dari benda-benda
yang difoto. Warna-warna yang mendukung konsep ini yakni warna-warna lembut
seperti merah muda, biru muda, dan merah. Supaya secara konsep benda-benda
tersebut menyatu, perlu ditambahkan adanya properti-properti yang mendukung.
Misalnya: bunga, perhiasan, dan sebagainya.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 64. Foto alam benda tema


feminin
Pada praktiknya, tema yang dapat diaplikasikan pada pemotretan benda tentu
saja tidak terbatas dari yang telah disebutkan di atas. Konsep lainnya misalnya
alam, teknologi, dan budaya urban.

Tema-tema tersebut dapat dikembangkan tergantung sesuai dengan objek utama


pemotretan. Misalnya, pemotretan baju bertema vintage. Contoh yang lain yakni
pemotretan makanan, dapat dikembangkan menjadi makanan bertema Asia,
Indonesia, street food, makanan penutup (dessert), vegetarian dan lainnya.

6) Makanan

91 | Desaian Komunikasi Visual


Pada buku ini pembahasan akan mengarah pada pemotretan bertema foto
makanan (food photography). Maraknya industri dan bisnis, makanan diikuti oleh
masifnya perkembangan media mengikutsertakan pula perkembangan dalam
fotografi makanan. Tidak lagi hanya untuk kepentingan penerbitan buku resep
saja, produsen makanan dan restoran-restoran saat ini giat menampilkan foto-
foto makanan yang dijual dalam berbagai medium publikasi.

5. Pemilihan Properti pendukung


Pertanyaan yang perlu dijawab saat memilih objek pendukung yakni:

● Apakah kehadiran dari benda ini mendukung kehadiran objek utama


secara konseptual? Sebagai contoh, aneka bumbu dan sayuran pada
foto di bawah dipilih, sebab sesuai dengan tema atau resep makanan
utama yakni kari. Sehingga, yang muncul sebagai objek pendukung
yakni cabe kering, rempah, jahe dan nasi sebagai pelengkapnya.
Pastinya akan terasa ganjil jika di sebelah kari yang muncul adalah keju.
● Apakah, secara visual, objek pendukung ini akan memperkuat atau justru
‘mencuri’ fokus dari si objek utama? Perhatikan warna, ukuran dan
bentuk dari objek pendukung dibanding dengan objek utama. Pada foto
contoh, meskipun berjumlah banyak tapi objek pendukung muncul dalam
jumlah kecil. Kari tetap muncul sebagai fokus utama, karena warna dan
ukurannya.

Desaian Komunikasi Visual | 92


Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 65. Eksplorasi properti pemotretan
makanan berdasarkan bahan pembuatnya.
a. Mempersiapkan jenis dan teknik pencahayaan

Bagian ini telah dibahas pada bagian sebelumnya yang memuat elemen-elemen
pencahayaan, jenis sumber, kualitas cahaya dan arah cahaya. Pada dasarnya,
pemotret dapat memilih mana pencahayaan yang paling sesuai dengan tema atau
konsep yang akan ia tampilkan. Selain itu jenis dan karakter benda yang difoto
juga dapat menjadi bahan pertimbangan.

Pada pemotretan makanan yang paling lazim diaplikasikan adalah pencahayaan


dari depan, dengan demikian tekstur, warna dan pola makanan tersebut terlihat
jelas. Cahaya samping yang tidak terlalu ekstrim juga sering diterapkan pada
pemotretan makanan. Reflektor digunakan untuk mengimbangi bagian objek yang
cenderung gelap, karena cahaya dari satu sisi.

b. Mengatur benda dalam suatu komposisi

Untuk membahas topik ini, digunakan kasus pemotretan makanan sebagai contoh
kasus.

Penerapan komposisi “sepertiga bidang” merupakan satu teknik penting dalam


menciptakan komposisi yang menarik. Salah satu kunci dalam seni pemotretan
makanan yakni makanan utama hampir selalu tampil disertai properti
pendukung lainnya. Misalnya peralatan makanan, bahan atau bumbu tertentu,

93 | Desaian Komunikasi Visual


hiasan makanan (garnish), yang menarik baik dari segi warna maupun
bentuknya. Namun demikian, kesemua properti tersebut sifatnya adalah
pendukung yang membantu mengarahkan penonton foto untuk melihat ke
objek utama. Penerapan prinsip komposisi ‘sepertiga bidang’ mendukung
untuk kepentingan tersebut.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 66. Penerapan aturan sepertiga bidang dalam
pengaturan komposisi
Tentukan pula sudut pemotretan untuk mendapatkan sisi dari makanan yang
paling menarik. Cari dan gali dari sudut mana makanan akan terlihat paling baik,
tidak terpaku pada pemotretan dari arah depan. Sudut pemotretan dari atas akan
berhasil untuk objek yang datar, seperti donat, sepiring spaghetti pun untuk
menunjukkan beberapa jenis makanan dengan bentuk dan pola yang menarik.
Menunjukkan pola dan detail makanan dari atas, cocok untuk makanan yang
ditata dengan cantik di piring saji.

Sedangkan, sudut pemotretan sejajar mata (eye level) dapat digunakan untuk
memperlihatkan makanan yang cenderung vertikal, dengan alat saji yang
cenderung tinggi.

Pemotretan dengan teknik close up efektif untuk menunjukkan bagian yang paling
menarik dari suatu makanan; misalnya tekstur, irisan daging, komposisi warna.
Melalui teknik close up, bagian yang paling menarik (rasa, warna, bentuk) akan

Desaian Komunikasi Visual | 94


terekspos dengan maksimal dengan tujuan untuk menggugah selera. Misalnya:
irisan daging tebal yang terlihat lembut dan berkaldu, lelehan keju dan lainnya.
Teknik close up ini nantinya akan diikuti oleh efek depth of field yang sempit,
sehingga mata penonton semakin terfokus pada bagian yang diutamakan.

Pengambilan gambar secara close up

6. Pemotretan
Setelah komposisi dan penataan properti pendukung telah ditata. Pencahayaan
juga sudah diatur, maka fotografer tinggal melakukan eksekusi pemotretan.
Fotografer alam benda pada umumnya melakukan pemotretan di studio dengan
bantuan lampu studio dan table top. Dengan demikian, fotografer lebih leluasa
dalam mengatur pencahayaan, memiliki waktu yang cukup untuk mendapatkan
foto terbaik tanpa harus terburu-buru menyesuaikan perubahan cahaya matahari
yang berubah seiring berjalannya waktu.

a. Prosedur pemotretan peristiwa (foto berita)

Foto berita merupakan bentuk khusus dari jurnalisme dalam bentuk visual, yang
dengan demikian terikat dengan kaidah-kaidah dalam jurnalisme, salah satu yang
terpenting adalah 5W 1H.

95 | Desaian Komunikasi Visual


5W 1H yakni who (siapa), what (apa), where (dimana), when (kapan), why
(mengapa) dan how (bagaimana). Merupakan kaidah atau rumusan dalam
jurnalisme yang membantu untuk mendalami suatu berita secara komprehensif.
Untuk memberi makna pada suatu foto berita, maka fotografer hendaknya
menanamkan kaidah tersebut di dalam benaknya selama proses pemotretannya.

Penggunaan 5W 1H juga merupakan tolok ukur bagi kelengkapan sebuah berita.


Jika sebuah berita bisa menjawab semua unsur pertanyaan 5W 1H, maka ia dapat
dikategorikan sebagai berita yang lengkap.

● Who (Siapa): Siapa yang melakukan? Siapa yang mengadakan? Siapa


yang terlibat? Unsur ini biasanya berupa nama orang atau lembaga.

● What (Apa): Apa yang dilakukan seseorang/lembaga? Kejadian apa?


Apa yang dikatakan? Ini adalah unsur yang cukup dominan dalam
menentukan isi berita.

● Where (Dimana): Di mana tempat kejadian perkara (TKP)? Di mana


tempat berita itu terjadi? Di mana seseorang membuat pernyataan?

● When (Kapan): Kapan peristiwa itu terjadi? Hari apa? Tanggal berapa?
Bulan apa? Siang atau malam? Pukul berapa?

● Why (Mengapa): Mengapa peristiwa itu terjadi? Apa penyebabnya? Apa


tujuannya? Kenapa suatu acara diadakan? Kenapa seseorang
mengucapkan pernyataan itu?

● How (Bagaimana): Bagaimana ceritanya? Bagaimana kejadiannya?


Bagaimana prosesnya? Ada apa saja? Ini adalah rincian dari sebuah
berita yang bersifat melengkapi unsur-unsur sebelumnya. Bisa pula
dijadikan alat untuk memperoleh kedalaman berita.

Desaian Komunikasi Visual | 96


Penerapan kaidah 5W 1H dalam medium foto tidak sesederhana penerapan pada
tulisan. Hal ini merupakan keterbatasan medium foto yang tidak bisa lepas dari
konteks realitas. Terutama untuk menjawab pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana”. Informasi yang lebih lengkap dimunculkan dalam badan teks berita.
Selain itu, foto juga dapat diberi keterangan tambahan yang disebut dengan
caption. Perhatikan contoh berikut.

Gambar SEQ Gambar_ \* ARABIC 67. Foto kebakaran hutan

Pada foto di atas dapat diketahui unsur-unsur 5W 1H.


Siapa? Seorang perempuan berjalan dengan latar belakang hutan terbakar.
Apa? Berjalan membawa karung sambil menutup hidung dan mulut.
Dimana? Di suatu lokasi; hutan.
Kapan? Waktu siang hari; tanggal tidak diketahui dalam foto.
Mengapa? Hutan terbakar sehingga menimbulkan kobaran api dan asap.
Bagaimana? (tidak muncul dalam foto)
Apa yang tidak diketahui dari foto tersebut ialah dimana tempat spesifiknya?
Pembaca hanya tahu bahwa itu ada di suatu hutan atau ladang.
Kapan kejadian tersebut berlangsung? Tanggal, bulan dan tahun berapa?
Bagaimana kebakaran bisa terjadi?
Jawaban berupa informasi atas pertanyaan-pertanyaan yang tersisa tersebut
dapat secara ringkas dijawab dengan bantuan caption; yang memang berfungsi

97 | Desaian Komunikasi Visual


membantu memperjelas pun menambah informasi penting yang tidak muncul
dalam foto, sehingga pembaca terbantu dalam memperoleh informasi secara
lengkap.
Pada foto di atas, caption-nya yakni;

Seorang perempuan melintasi kabut asap dan kobaran api akibat kebakaran
hutan di Siak, Provinsi Riau (21/9/2015)”.

Adapun jawaban atas unsur “bagaimana” dan “mengapa” selengkapnya muncul


pada badan berita.

Selain berbentuk foto tunggal seperti contoh di atas, foto berita juga dapat hadir
dalam bentuk rangkaian foto atau tampil dalam beberapa foto untuk mewakili tema
atau berita tertentu.

Perhatikan contoh foto cerita tentang Gempa di Nepal oleh Daniel Berehulak yang
muncul di New York Times berikut. Foto-foto tersebut pada dasarnya sama yakni
menampilkan dampak gempa.

Gambar 68. Foto dampak gempa di Nepal.

Desaian Komunikasi Visual | 98


b. Objektivitas dalam berita

Objektivitas merupakan hal yang dijunjung tinggi dalam dunia jurnalisme.


Objektivitas dalam hal ini dimaknai sebagai sesuai dengan kenyataan, tidak berat
sebelah dan bebas dari prasangka. Tak terkecuali fotografer berita, sebagai
reporter visual ia juga dituntut untuk bersikap objektif. Pada konteks ini, seorang
fotografer ditempatkan sebagai observer (pengamat); hanya melaporkan fakta
terkait apa yang dilihat dan didengar saja.

Objektivitas dalam pemberitaan memiliki tiga unsur pokok.

1) Unsur keseimbangan; meliputi keseimbangan jumlah kalimat maupun


kata yang digunakan wartawan dalam menyampaikan fakta.
Keseimbangan juga mencakup narasumber yang dikutip.
2) Unsur kebenaran; meliputi empat hal, yakni adanya fakta atau peristiwa
yang diberitakan, jelas sumbernya, kapan dan dimana terjadinya
3) Relevansi; yakni keterhubungan konteks antara judul berita dengan isi
serta kesesuaian antara narasumber yang dipilih dengan tema atau fakta
yang diangkat.
Pemberitaan yang berimbang (tidak berat sebelah) merupakan pemberitaan yang
tidak melebih-lebihkan pun dikurangi faktanya. Pemberitaan ditampilkan sesuai
porsi dan konteksnya. Selain itu, penyampaian berita tidak hanya bersumber dari
salah satu pihak saja, melainkan menggunakan sumber dari kelompok
berseberangan serta berbagai sumber lainyang sahih (cover both side).

Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa wartawan belum tentu memiliki
sikap objektif sepenuhnya. Bagaimana pun, wartawan adalah individu yang
memiliki frame of reference dan field of experience yang tidak sama satu dengan
yang lain. Misalnya, tidak mudah bagi wartawan yang berasal dari kalangan
menengah ke atas untuk menuliskan pemberitaan tentang penggusuran. Dia
cenderung akan menggunakan kutipan dari pejabat dibandingkan kutipan dari
warga yang tergusur. Sehingga, terkadang muncullah bias dalam pemberitaan.

Beberapa hal yang berpotensi bias bagi adalah: penguasa politik, pemilik modal,
ideologi media, stereotype, prasangka, dan gender. Meski demikian, seorang
jurnalis semaksimal mungkin perlu mengedepankan objektivitas dalam

99 | Desaian Komunikasi Visual


melakukan pemberitaan. Sebab, objektivitas dalam pemberitaan penting bagi
sebuah media massa untuk mendapatkan kepercayaan dari khalayak.

c. Keterangan gambar (caption)

Caption adalah keterangan berupa tulisan yang disertakan untuk memperjelas


informasi foto, atau menambahkan apa yang belum ditampilkan pada foto.
Tujuannya supaya informasi yang diterima pembaca sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh reporter, sehingga pembaca tidak salah informasi. Caption
biasanya dituliskan di bawah foto, dengan panjang sekitar 1-3 baris.

Penulisan caption hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :

1) Jelas menerangkan subjek foto – Teks harus menyebutkan dengan


jelas subjek dalam foto dan apa yang dilakukannya. Penting untuk
memastikan ejaan ditulis dengan benar. Selalu lakukan cek. Pada foto
yang memuat orang secara berderet sebutkan satu-persatu dan lakukan
penghitungan dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Penulisan keterangan
subjek harus menghindari penilaian pribadi.
2) Ringkas – Tulislah dalam bentuk kalimat pendek. Tidak perlu bertele-tele,
melainkan jelas dan langsung menyampaikan pokok informasi. Meski
begitu caption harus berupa kalimat lengkap supaya mudah dipahami.
● Memuat konteks foto – Caption yang diisi penjelasan tambahan (atau
disebut kalimat kedua) harus memuat konteks foto. Misalnya
penjelasan yang mengiringi peristiwa dalam foto seperti sebelum atau
sesudah momen terjadi atau sesuatu yang menarik terkait dengan isu
di dalam foto.

● Menggunakan kalimat aktif – Kalimat aktif menyajikan sebuah


gambaran yang hidup (vivid description) sehubungan dengan
kandungan peristiwa aktual yang ingin dinarasikan. Kalimat aktif dapat
menghindari pemborosan kata dan kesan penyampaian yang berputar-
putar.

● Menyertakan Fakta Geografis Penting – Sangat dianjurkan untuk


memasukkan fakta geografis penting dalam sebuah keterangan foto.
Lokasi pengambilan foto masuk ke dalam wilayah mana dan

Desaian Komunikasi Visual | 100


bagaimana tempat itu difungsikan dalam keterlibatannya dengan citra
visual yang tampak adalah dua contoh penting fakta geografis yang
mesti disertakan.

Dengan dasar pengetahuan di atas, maka secara ringkas dapat disampaikan


bahwa langkah-langkah pemotretan peristiwa, yaitu:

● Menentukan subjek pemotretan dengan tema yang telah dirancang


● Menyiapkan peralatan utama (kamera, baterai, media penyimpan).
● Menampilkan peristiwa dengan menggunakan kaidah jurnalistik 5W
1H
● Menentukan rangkaian gambar agar sesuai dengan tema
● Membuat narasi dan keterangan gambar (caption) dibuat untuk
melengkapi informasi yang belum ada.
● Menerbitkan foto di media massa

101 | Desaian Komunikasi Visual


D. Rangkuman
Fotografi dalam dunia desain komunikasi visual mencakup banyak fungsi dan
peran. Implementasinya dapat digunakan dalam pemotretan baik seni, desain,
iklan, dokumentasi hingga berita. Fotografi sebagai salah satu bidang yang
mensyaratkan keterampilan teknis, menuntuk penguasaan alat, medan dan
prosedur-prosedur yang telah umum. Namun demikian, juga penting untuk
memasukkan unsur estetika dalam bentuk penerapan komposisi yang sesuai dan
menarik.

Desaian Komunikasi Visual | 102

Anda mungkin juga menyukai