1
DAFTAR ISI
Kata pengantar..............................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................5
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Standar
diagnosa,standar intervensi dan standar luaran PPNI terkait gangguan komumikasi” . Dari
makalah ini semoga dapat memberikan informasi kepada kita semua bahwa pengambilan
Standar diagnosa,standar intervensi dan standar iuran PPNI itu sangat penting.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan tanggung jawab serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridohi segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
Kelompok 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah proses pertukaran suatu informasi antar individu atau kelompok
dengan adanya makna atau tujuan yang ingin disampaikan. Pesan atau informasi yang
disampaikan dapat berupa komunikasi verbal atau komunikasi non-verbal.
Komunikasi verbal berupa kata-kata yang diucapkan langsung (berbicara) bisa
dilakukan secara langsung (face to face) atau dengan perantara media, contohnya
berinteraksi menggunakan sosial media atau telepon genggam. Sedangkan komunikasi
verbal yang melalui tulisan bisa dilakukan menggunakan media seperti surat, postcard,
chating di media sosial, dan sebagainya.
Komunikasi non-verbal lebih sering terjadi dalam komunikasi secara langsung atau
face to face. Sebabnya, dalam komunikasi menggunakan media digital, komunikasi non-
verbal seringkali tidak mungking dilakukan. Contohnya ketika kita sedang chatting, tidak
mungkin kita bisa melihat ekspresi wajah lawan bicara kita atau mendengar intonasi
suaranya. Karena keterbatasan ini pula komunikasi non-verbal sering menimbulkan
kesalahpahaman. Contohnya, terkadang ada orang yang menggunakan emoji secara tidak
tepat. Misal seseorang salah mengirim emoji marah padahal sebenarnya dia ingin mengirim
emoji tersenyum yang terletak di sebelahnya. Hal ini bisa menyebabkan orang yang dikirimi
pesan menjadi salah paham dan ikut marah.
Komunikasi verbal dan non-verbal pada hakikatnya saling terkait dan saling
melengkapi. Dalam komunikasi langsung, kita terus-menerus mengirimkan pesan pada
lawan bicara kita. Komunikasi non-verbal sering terjadi seacar otomatis dan tanpa kita
kontrol. Contoh ketika kita marah atau senang, kita cenderung berbicara dengan lebih keras
dan cepat. Hal ini terjadi karena kita mengalami perubahan emosi. Komunikasi nonverbal
juga melengkapi komunikasi verbal kita. Ketika kita mengatakan satu hal, jika gerak-gerik
tubuh kita tidak mendukung, orang tentu tidak akan percaya. Semisal kita berkata sudah
mengerjakan PR namun dengan nada ragu-ragu, teman kita pasti tidak akan ada yang
percaya.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana standar diagnosa terkait ganguan komunikasi?
2. Bagaimana standar intervensi terkait gangguan komunikasi?
3. Bagaimana standar luaran PPNI terkait gangguan komunikasi?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui standar diagnosa terkait gangguan komunikasi.
2. Untuk mengetahui standar intervensi terkait gangguan komunikasi.
3. Untuk mengetahui luaran PPNI terkait gangguan komunikasi.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Disleksia gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca,
menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan kesulitan dalam mengidentifikasi
kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Disleksia tergolong gangguan saraf pada bagian otak yang memroses bahasa, dan
dapat dijumpai pada anak-anak atau orang dewasa. Meskipun individu dengan
disleksia kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan
seseorang.
Disartria adalah kelainan pada sistem saraf sehingga mempengaruhi otot yang
berfungsi untuk berbicara. Hal ini menyebabkan gangguan bicara pada penderitanya.
Disartria tidak memengaruhi kecerdasan atau tingkat pemahaman penderitanya,
namun tetap tidak menutup kemungkinan penderita kondisi ini memiliki gangguan
dalam kedua hal tersebut.
Afonia
adalah kehilangan sumber suara dan atau mekanisme suara tidak dapat bekerja
sebagaimana semestinya, sehingga kehilangan suara yang sempurna, Page 11 2014,
No.1754 11 sebagai suatu akibat dari histerikal (perubahan problem emosi ke arah
symptom fisik, psikosomatik, kelumpuhan, penyakit
Dislalia
merupakan masalah artikulasi yang disebabkan kondisi tak sempurna pada organ-
organ artikulasi.[1][2][3] Contoh kondisi yang dimaksudkan adalah pembentukan
saraf yang tak sempurna pada lidah.
Pelo
merupakan salah satu jenis dari gangguan berbicara yang sering terjadi. Pelo bisa
menjadi tanda awal seseorang mengalami stroke dan bisa menetap pada seseorang
pasca serangan stroke.
Gagap
adalah kondisi yang mengganggu kemampuan seseorang dalam berbicara. Kondisi ini
ditandai dengan pengulangan suku kata, kalimat, suara, atau pemanjangan
penyebutan suatu kata. Meski bisa dialami oleh siapa pun, kondisi ini lebih sering
diderita oleh anak-anak usia di bawah 6 tahun.
Tidak ada kontak mata
Sulit memahami komunikasi
Sulit mempertahankan komunikasi
Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah atau tubuh
Sulit Menyusun kalimat
Verbalisasi tidak tepat
Sulit mengungkapkan kata-kata
Disorientasi orang, ruang, dan waktu
Defisit penglihatan
Delusi
6
Stroke
Cedera Kepala
Trauma wajah
Peningkatan tekanan intracranial
Hipoksia kronis
Tumor
Miastenia gravis
Sklerosis multiple
Distropi muskuler
Penyakit Alzheimer
Kuadriplegia
Labiopalatoskizis
Infeksi laring
Fraktur rahang
Skizofrenia
Delusi
Paranoid
Autisme
7
Afonia 1 2 3 4 5
Disialia 1 2 3 4 5
Pelo 1 2 3 4 5
Gagap 1 2 3 4 5
8
4. Pengertian Promosi Komunikasi Defisif Visual, yaitu Menggunakan teknik komunikasi
tambahan pada individu dengan gangguan penglihatan
9
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
1. Kepala Bidang Keperawatan
Diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas dalam memberikan
pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang sudah diberikan selama ini, agar
kedepannya dilakukan penindak lanjutan menggunakan teori sebagai acuan saat ini
mengikuti kebijakan PPNI mengenai sumber dalam pemberian asuhan keperawatan
sebagimana standar diagnose keperawatan Indonesia ( SDKI ), standar luaran
keperawatan Indonesia (SLKI), dan ( SIKI ) standar intervensi keperawatan Indonesia.
Untuk keseragaman format sesuai dengan kebijakan PPNI maka perlu di sosialisasikan
penggunaan buku SDKI, SIKI dan SLKI pada perawat untuk mengikuti format terbaru yang
berlaku di Indonesia sehingga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sama sehingga mendapatkan tujuan dan kriteria hasil yang optimal.
2. Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes Yogyakarta
Untuk institusi pendidikan terutama institusi Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
terutama Jurusan Keperawatan selaku institusi pendidikan dalam penelitian ini,
diharapkan dapat dikembangkan dengan menggunakan metode wawancara sehingga
hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap sehingga tujuan penelitian dapat tercapai
sesuai dengan yang diharapkan serta dapat mendambah literatur di perpustakaan
jurusan keperawatn Poltekkes Denpasar dan sebagai bahan pustaka untuk peneliti
selanjutnya dalam mengembangakan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
kesehatan dan diharapkankedepannya menggunakan metodelogi penelitian yang
berbeda agar didapatkan hasil yang lebih optimal.
3. Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
hendaknya peneliti selanjtnya dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan
perbandingan dengan penelitian selanjutnya, mengenai asuhan keperawatan pasien
gangguan komunikasi dengan intoleransi aktivitas.
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
11