Anda di halaman 1dari 4

Kelompok : Muhammad Hasan Maulana & Faiz

David Hume (lahir 26 April 1711 – meninggal 25 Agustus 1776 pada umur 65


tahun)[1] adalah filsuf Skotlandia, ekonom, dan sejarawan. Dia dimasukan sebagai salah
satu figur paling penting dalam filosofi barat dan Pencerahan Skotlandia. Walaupun
kebanyakan ketertarikan karya Hume berpusat pada tulisan filosofi, sebagai
sejarawanlah dia mendapat pengakuan dan penghormatan. Karyanya The History of
England[2] merupakan karya dasar dari sejarah Inggris untuk 60 atau 70 tahun
sampai Karya Macaulay.[3]

7 Mei 1711
Lahi Edinburgh, Skotlandia
r

Men 25 Agustus 1776 (umur 65)


ingg Edinburgh, Skotlandia
al

Era Filsafat abad ke-18

Alir Pencerahan
an Skotlandia; Naturalisme, Skeptisisme, Emp
irisisme, Utilitarianisme, Liberalisme
klasik

Min Epistemologi, Metafisika, Filsafat
at pikiran, Etika, Filsafat
uta politik, Aestetika, Filsafat agama, Ekonomi
ma klasik

Gag Masalah sebab-akibat, induksi, masalah


asan adalah-seharusnya, Utilitas, Sains manusia
pen
ting

Alm Universitas Edinburgh


ama
ter
Dipengaruhi

 Locke, Descartes, Berkeley, Hobbes, Hut
cheson, Newton, Leibniz, Epicurus, Cicer
o, Malebranche, Earl Shaftesbury, Sextus
Empiricus, Pyrrho, Pierre Bayle

Memengaruhi

 Adam Smith, Adam Ferguson, Immanuel


Kant, Jeremy Bentham, James
Madison, Alexander Hamilton, Arthur
Schopenhauer, African Spir, Auguste
Comte, John Stuart Mill, Baron
d'Holbach, Charles Darwin, Thomas
Huxley, William James, Johann Georg
Hamann, Bertrand Russell, Albert
Einstein, Karl Popper, A. J. Ayer, J. L.
Mackie, Noam Chomsky, Simon
Blackburn, David Kellogg Lewis, W.V.O.
Quine, Daniel Dennett, Jerry
Fodor, Kenneth Binmore, Gilles Deleuze

Pemikiran pemikiran nya

Empirisme Hume

Epistemologi Hume didasarkan atas Empirisme, yaitu bahwa seluruh pengetahuan diturunkan dari
pengalaman dan sebab itu, tidak boleh ada yang di luar itu.[2] Bagi Hume, ilmu pengetahuan tentang
manusia (science of man) adalah satu-satunya fundasi solid bagi ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu
pengetahuan tentang manusia ini harus didasarkan atas pengalaman dan observasi atasnya Namun, Hume
juga disebut sebagai seorang Skeptis, sebab ia menyatakan “tis still certain we cannot go beyond
experience; and any hypothesis, that pretends to discover the ultimate original qualities of human nature,
ought at firs to be rejected as presumptuous and chimerical.

Hume meneruskan tradisi Empirisme John Locke. Bagi Locke, “Ide datang dari Sensasi atau
Refleksi … Pikiran adalah sebuah Kertas kosong, tanpa Ide. Lalu dari mana isinya … Atas pertanyaan ini
saya menjawab, dengan satu kata, dari Pengalaman. Dari Pengalamanlah Pengetahuan kita didirikan.”[4]
Locke, juga Hume, berseberangan dengan Rene Descartes. Descartes menekankan teori Ide kekal dan
intuisi rasional. Bagi Descartes, manusia memiliki akal murni (pure reason) sehingga ia dapat melakukan
pemahaman atas realitas tanpa harus mengambil Pengalaman sebelumnya. Hume justru sebaliknya, Ide
baru muncul setelah Kesan, yaitu saat indera mencerap obyek material di luar pikiran manusia. Apabila
manusia berpikir di luar pengalamannya, maka Hume menyebutnya Imajinasi.
Hume dan Persepsi

Fundasi filsafat David Hume adalah pandangannya atas cara berpikir manusia. Konsep sentral
Hume dalam membedah cara berpikir manusia adalah Persepsi. Persepsi adalah isi, atau elemen
penyusun kesadaran manusia.[5] Persepsi adalah blok-blok bangunan dasar dunia mental, dan sebab
itu ia merupakan isi total dari pikiran kita.[6] Parushkova menyamakan Persepsi dalam pikiran Hume
dengan atom dalam pikiran Newton.[7] Jadi, kesadaran manusia tidak lain terdiri atas gulungan
persepsi, seperti manusia dan seluruh material alam tersusun atas atom-atom. Hume menyatakan,
“tidak ada satupun yang benar-benar ada di dalam pikiran manusia kecuali Persepsi.” Bagi Hume,
persepsi adalah satu-satunya eksistensi yang diketahui secara pasti. Persepsi segera muncul melalui
kesadaran manusia, yang dinamakan pikiran.

Kesan dan Ide Sederhana dan Rumit

Persepsi juga dibedakan Hume menjadi dua: Persepsi Sederhana dan Persepsi Rumit. Keduanya,
diterapkan baik untuk Kesan maupun Ide. Jadi, ada Kesan Sederhana dan Rumit juga ada Ide Sederhana
dan Rumit.[16] Ide Sederhana adalah salinan Kesan tunggal dan Ide Rumit adalah kombinasi aneka Ide
Sederhana.[17] Ide Rumit, sebab itu, bukan salinan dari aneka Kesan Rumit karena akan berlebihan
(redundant), kendati Kesan Rumit ini punya peran dalam mengkomposisi watak manusia. Kembali ke
pokok, yaitu Persepsi Sederhana dan Rumit. Bagi Hume, Persepsi Sederhana menerima tidak adanya
pembedaan dan pemisahan, baik dalam konteks Kesan maupun Ide. Sebaliknya, Persepsi Rumit adalah
kondisi di mana Kesan ataupun Ide dapat dibagi lagi ke dalam sejumlah bagian (diuraikan).

Memory dan Imajinasi

Hume, seperti telah disebutkan, fokus pada Ide, karena observasi atas Kesan ia serahkan pada
ilmuwan eksakta. Masih dalam rangka pembicaraan mengenai Ide Sederhana dan Ide Rumit, beserta
asosiasinya, maka dalam hal Ide, Hume membaginya menjadi dua yaitu Memory dan Imajinasi. Memory
(ingatan) memunculkan Ide yang didasarkan pada pengalaman (Kesan) yang sungguh terjadi (faktual)
kendati obyeknya sudah lama berlalu. Sebaliknya, Imajinasi memunculkan Ide yang bisa dipecah, dibagi,
lalu disusun kembali, baik itu mengacu pada Memory (ingatan yang bersifat faktual) maupun tidak.
Mengenai Imajinasi ini Hume menyatakan bahwa “saat Imajinasi melihat perbedaan antar Ide, ia dengan
mudah melakukan pemisahan, pembagian, dan penggabungan kembali

Sebab-Akibat

Sebab-akibat dalam pemikiran Hume adalah tidak ada. Apa yang disangka sebagai sebab-akibat,
sesungguhnya adalah sekadar peristiwa yang bersamaan kejadiannya. Contoh yang sering dikutip orang
dari Hume adalah bola bilyar. Jika bola putih didorong dan mengenai bola hitam, lalu bola hitam bergerak,
maka dikatakan bola putih menyebabkan bola hitam bergerak. Bagi Hume, sebab-akibat yang terjadi atas
bola-bola bilyar bukan sebab-akibat yang sesungguhnya, melainkan sekadar kebiasaan (kita sering
tegaskan dalam kata 'biasanya'). Akibat selalu terjadi bersamaan, maka apabila bola putih didorongkan ke
bola hitam (atau bola kuning, hijau, atau biru), maka bola lainnya itu akan bergerak. Sebab itu, maka kita
selalu berharap itu untuk terjadi.

Bagi Hume, fenomena bola putih menggerakkan bola hitam itu terdiri atas 3 noumena. Pertama,
bola putih bergerak ke arah bola hitam. Kedua, terjadi persentuhan antara bola putih dan bola hitam.
Ketiga, bola hitam bergerak (entah ke mana). Bagi Hume, ada 3 noumena terpisah dan masing-masing
otonom. Orang tidak bisa menyimpulkan bahwa bola putih itu sebab, dan gerakan bola hitam akibat. Hume
secara kritis menganggap ada sesuatu yang lain terjadi, yaitu tepat saat bola putih mengalami persentuhan
dengan bola hitam. Persentuhan ini, menurut Hume, yang dapat saja berakibat pada konsekuensi berbeda.
Bagi Hume, selalu ada kemungkinan ‘persentuhan’ itu menggerakkan atau tidak menggerakkan bola hitam.

Identitas Manusia

Dalam hal Identitas manusia, Hume berdalih bahwa tidak ada yang namanya ego. Ego adalah Ide
Rumit, bukan Ide Sederhana. Seperti sudah disampaikan Hume, bahwa manusia tidak lain sekadar
gulungan Persepsi. Ego dengan demikian tidak bersifat tetap melainkan selalu dalam kondisi berubah.
‘Saya’ yang kemarin, tidak sama dengan ‘saya’ hari ini. Atau, samakah ‘saya’ ketika kelas 2 SMP dengan
‘saya’ ketika tengah menempuh S1? Mungkin hanya namanya saja yang sama tetapi Persepsinya pasti
berbeda.

Anda mungkin juga menyukai