Anda di halaman 1dari 14

BAB 3

DASAR TEORI

3.1. Metode Penambangan


Menurut Sukadarrumidi (2008) ada dua metode yang digunakan untuk
penambangan batubara, yaitu tambang dalam dan tambang terbuka dimana
tambang dalam dilakukan dengan membuat lubang persiapan baik berupa lubang
sumuran maupun berupa lubang mendatar atau menurun menuju ke lapisan
batubara yang akan ditambang. Selanjutnya dibuat lubang bukaan pada lapisan
batubaranya sendiri. Cara penambangan tambang dalam dapat dilakukan dengan:
a. Secara manual, yaitu menggunakan banyak alat dengan memakai kekuatan
tenaga manusia
b. Secara mekanis, yaitu dengan menggunakan peralatan sederhana hingga
menggunakan sistem elektronis dengan pengendalian jarah jauh.
Pada saat ini sebagian besar penambangan batubara yang dilakukan adalah
dengan menggunakan metode tambang terbuka karena lapisan batubara yang ada
di Indonesia tidak terlalu dalam dan juga tambang terbuka memiliki kelebihan
dibandingkan dengan tambang dalam. Tambang terbuka relatif lebih aman,
sederhana dan mudah dalam pengawasannya.
Selain itu pada metode tambang terbuka dapat digunakan alat-alat besar
yang mempunyai kapasitas muat dan angkut yang besar untuk membuang lapisan
tanah penutup batubara, sehingga proses pengupasan lapisan penutup batubara
menjadi lebih murah dan juga menekan biaya eksploitasi batubara.
Persentase batubara yang diambil (recovery) jauh lebih besar dibanding
dengan eksploitasi batubara dengan metode tambang dalam. Penambangan
batubara dengan menggunakan metode tambang terbuka saat ini dapat
memperoleh 85% dari total mineable reserve, sedang untuk metode tambang
dalam paling besar hanya 50% saja. Meskipun demikian penambangan secara
tambang terbuka memiliki batasan. Dengan peralatan yang ada saat ini memiliki
keterbatasan kedalaman lapisan batubara yang dapat ditambang. Pertimbangan

16 Universitas Sriwijaya
17

ekonomi antara biaya pengupasan lapisan tanah penutup dengan biaya


pengambilan batubara.

3.2. Aktivitas Penambangan


Penambangan adalah kegiatan yang dilakukan baik secara sederhana
(manual) maupun mekanis yang meliputi penggalian, pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan bahan galian.
3.2.1. Pembersihan lahan (Land Clearing)
Menurut Tenriajeng (2003), pembersihan lahan pada lokasi penambangan
dilakukan secara simultan dengan pengupasan tanah penutup. Kegiatan land
clearing ini bertujuan untuk membersihkan semak-semak, pohon-pohon, dan
menyingkirkan material yang dapat menghambat juga menghalangi kegiatan
penambangan yang akan dilakukan nantinya. Pekerjaan land clearing ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan arah kemajuan penambangan yang telah
direncanakan. Pada kegiatan ini jenis tanaman dan keadaan di lokasi
penambangan harus diketahui terlebih dahulu sehingga dapat diketahui alat-alat
apa saja yang akan digunakan.
Menurut Tenriajeng (2003), proses pengerjaan land clearing secara umum
adalah sebagai berikut:
a. Underbrushing
Underbrushing adalah kegiatan pembabatan pada land clearing yang
dilakukan terhadap pepohonan dengan diameter batang maksimal 30 cm.
b. Felling /Cutting
Felling/Cutting adalah kegiatan pembabatan pada pepohonan dengan
diameter batang lebih dari 30 cm. Umumnya, pada kegiatan felling/cutting
pepohonan dibabat tanpa meninggalkan tunggul/akar dengan
meminimalisirkan kerusakan terhadap tanah pucuk dan batang pohon yang
produktif dimanfaatkan.
c. Pilling
Pada kegiatan ini batang-batang pohon hasil pembabatan dikumpulkan.
Batang-batang produktif disimpan untuk selanjutnya dimanfaatkan dan

Universitas Sriwijaya
18

batang yang tidak produktif disiapkan untuk dilakukan kegiatan


selanjutnya.
d. Burning
Pembakaran terhadap batang-batang yang telah ditumbangkan yang tidak
produktif. Kemudian abu hasil pembakaran disebarkan merata, yang
bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah pucuk sebelum
dipindahkan. Namun pada tahap ini PT Bukit Asam tidak melakukan
tahapan burning.

3.2.2. Pengupasan Overburden


Overburden adalah material yang harus diambil sebelum dapat dilakukan
penambangan batubara. Terdapat dua jenis overburden yaitu tanah pucuk (humus)
dan tanah penutup berupa batuan.
a. Tanah Pucuk (Top Soil)
Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan terlebih dulu dan ditempatkan
terpisah dengan batuan penutup, agar pada saat pelaksanaan reklamasi
dapat dimanfaatkan kembali. Pengupasan tanah pucuk ini dilakukan
sampai pada batas lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana telah
sampai di lapisan batuan penutup. Kegiatan pengupasan tanah pucuk ini
terjadi jika lahan yang digali masih berupa rona awal yang asli (belum
pernah digali/tambang). Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya
diangkut menggunakan dump truck dan disimpan pada lokasi tertentu yang
dikenal dengan istilah top soil bank. Untuk selanjutnya, tanah pucuk yang
terkumpul di top soil bank akan dipergunakan sebagai lapisan paling atas
pada tahapan program reklamasi.

b. Batuan Penutup (Overburden)


Pembongkaran lapisan tanah penutup bertujuan untuk membuang tanah
penutup (overburden) agar endapan atau bahan galian mudah di dapat atau
mudah di tambang. Pengertian pengupasan tanah penutup sendiri adalah
pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada diatas cadangan
bahan galian agar bahan galian tersebut dapat diambil. Bila material tanah
penutup tidak terlalu keras bisa langsung dilakukan penggalian, namun
apabila material tanah penutup keras bisa menggunakan ripper ataupun

Universitas Sriwijaya
19

pemboran dan peledakan. Setelah tanah penutup dibongkar, maka tanah


dapat dimuat menggunakan excavator ke alat angkut dump truck untuk di
timbun ke disposal area.

3.2.3. Penambangan Batubara


Penambangan batubara merupakan kegiatan penggalian batubara yang
sudah tersingkap setelah tanah penutupnya dibuang. Kegiatan ini dilakukan
dengan menggunakan alat gali dan muat yang pada umumnya dilakukan secara
konvensional yaitu dengan metode shovel and truck. Batubara yang akan diambil
diberai terlebih dahulu dengan menggunakan bulldozer (ripping) ataupun
dilakukan pemboran dan peledakan jika batubara tersebut terlalu keras, lalu
dimuat dengan excavator yang kemudian dilakukan pengangkutan menggunakan
dump truck menuju ke stockpile. Selanjutnya batubara akan diteruskan ke TLS
(Train Loading System) ataupun ke temporary stock.

3.3. Peralatan Mekanis


Dalam melakukan proses penambangan dibutuhkan peralatan yang dapat
digunakan untuk mempermudah proses penambangan dan meningkatkan produksi
dalam jumlah yang besar. Dalam proses penambangan secara tambang terbuka
ada tiga peralatan yang harus ada yaitu alat gali muat, alat angkut, dan alat
bantu/penunjang.

3.3.1. Alat Gali Muat


Alat gali muat adalah alat yang digunakan untuk menggali bahan galian
lunak sekaligus memuat material kedalam alat angkut. Salah satu alat gali muat
yang sering digunakan dalam kegiatan penambangan adalah excavator back hoe.

Pada excavator back hoe gerakan bucket pada saat menggali arahnya
adalah ke arah badan dari excavator back hoe itu sendiri. Proses penggalian yang
dilakukan excavator back hoe adalah setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dan
memutar ke arah truk yang sudah berada pada posisi untuk dimuati lalu material
yang ada di dalam bucket ditumpahkan ke dalam bak truk (vessel).
Secara umum pola pemuatan dengan menggunakan backhoe ada 3 yaitu:

Universitas Sriwijaya
20

1. Pemuatan ini berdasarkan jumlah penempatan posisi truk,dimana pada


pola pemuatan ini ada 3 macam pemuatan yaitu :
a. Single Spotting/Single Truck Back Up
Truk kedua menunggu selagi alat gali muat memuat ke truk pertama,
setelah truk pertama berangkat, truk kedua berputar dan mundur. Saat
truk kedua dimuat, truk ketiga datang dan melakukan manuver, dan
seterusnya.

Gambar 3.1. Single Back Up (Indonesianto)

b. Double Spotting / Double Truck Back Up


Truck memutar dan mundur ke salah satu sisi alat gali muat selagi alat
gali muat memuati truk pertama. Begitu truk pertama berangkat, alat gali
muat mengisi truk kedua dimuati, truk ketiga datang dan langsung
berputar dan mundur kearah alat gali muat, demikian seterusnya.

Gambar 3.2. Double Back Up (Indonesianto)

Universitas Sriwijaya
21

c. Triple Spotting / Triple Truck Back Up


Tiga truk menempati tiga posisi yang berbeda di dekat excavator back
hoe, begitu truk pertama berangkat alat gali muat mengisi truk kedua,
setelah truk kedua berangkat alat gali muat mengisi truk ketiga, lalu
setelah truk ketiga berangkat alat gali muat mengisi kembali truk
keempat yang telah berada di posisi truk pertama.

Gambar 3.3. Triple Back Up (Indonesianto)

2. Pemuatan ini berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian
excavator back hoe terdapat 2 macam yaitu :
a. Top Loading
Top loading merupakan cara pemuatan material dengan kondisi
kedudukan alat gali muat berada diatas tumpukkan material galian atau
berada diatas jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat gali muat
excavator back hoe. Selain daripada itu cara ini memudahkan operator
alat gali muat excavator back hoe untuk melihat bak sehingga lebih
leluasa dalam menempatkan material galian.

Gambar 3.4. Top Loading (Indonesianto)

Universitas Sriwijaya
22

b. Bottom Loading
Bottom loading merupakan cara pemuatan material dimana ketinggian
alat angkut dan ketinggian truk adalah sama.

Gambar 3.5. Bottom Loading (Indonesianto)

3. Pemuatan ini berdasarkan cara manuver dari alat gali muat excavator
back hoe dan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Frontal Cut
Alat gali muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian.
Pada pola ini memuat pertama kali pada dump truck sebelah kiri sampai
penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah
kanan.

Gambar 3.6. Frontal Cut (Indonesianto)

b. Parallel Cut With Drive By


Excavator back hoe bergerak melintang dan sejajar dengan front
penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki dua
akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan.

Universitas Sriwijaya
23

Gambar 3.7. Parallel Cut With Drive By (Indonesianto)

3.3.2. Alat Angkut


Alat angkut merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut bahan
galian dari lokasi front tambang ke stock pile. Salah satu alat angkut yang
digunakan pada penambangan adalah dump truck.
Pada aktivitas penambangan sebisa mungkin dump truck yang digunakan
sesuai dengan macam dan medan kerja seperti alat gali di lokasi front tambang.
Bentuk bak dump truck sebaiknya disesuaikan dengan material yang akan
diangkut, sehingga material yang diangkut bisa tumpah dengan mudah. Alat
angkut dikombinasikan dengan alat gali muat, maka sangat perlu memilih
kapasitas alat angkut yang serasi dengan kapasitas alat gali muat. Kapasitas dari
alat angkut yang digunakan akan sangat mempengaruhi terhadap hasil produksi
dari aktivitas penambangan, sehingga perlu diketahui kapasitas dan jumlah dump
truck yang menguntungkan untuk digunakan.
Berikut ini perbandingan dump truck yang berkapasitas kecil dengan
dump truck berkapasitas besar:
a. Dump truck kapasitas kecil
Keuntungan dump truck dengan kapasitas kecil ialah lebih fleksibel
dalam manuver yang akan sangat menguntungkan pada jarak angkut
pendek dan memiliki kecepatan yang lebih tinggi. Sedangkan kerugian
dari dump truck berkapasitas kecil ialah memerlukan banyak unit dump
truck dan operator.

b. Dump truck kapasitas besar


Keuntungan dump truck dengan kapasitas besar ialah material yang
diangkut lebih banyak dan jumlah unit dump truck serta operator yang

Universitas Sriwijaya
24

dibutuhkan lebih sedikit dari pada penggunaan dump truck berkapasitas


kecil. Kerugian dari dump truck berkapasitas besar ialah waktu yang
dibutuhkan alat gali muat lebih lama dan suku cadang yang dibutuhkan
lebih sukar untuk didapatkan dipasaran.

3.3.3. Alat Bantu/Penunjang


Alat gusur adalah alat yang merubah energi mesin menjadi energi
mekanik. Yang dimaksud dengan energi mekanik adalah berupa gaya
dorong/gusur yang sering disebut juga dozing, namun apabila energi mekanik
tersebut berupa tarikan oleh gaya tarik maka disebut alat tarik (tractor). Sehingga
tractor yang dilengkapi alat gusur (berupa blade) dinamakan bulldozer. Selain
alat gusur alat penunjang yang sering digunakan adalah ripper.
Berkat kemajuan teknologi ripper yang pada awalnya digunakan dengan
cara ditarik tractor sekarang telah dipasang pada bulldozer, sehingga bulldozer
memiliki dua fungsi pemakaian yaitu dozing dan ripping.

3.4. Pemilihan Alat Mekanis


Faktor-faktor dalam pemilihan alat mekanis yaitu :
1. Kondisi Medan Kerja
Alat yang digunakan pada medan kerja yang berbatu dan bergelombang
akan sangat lain dan alat yang digunakan pada medan kerja yang lunak maupun
berlumpur. Ketidaksesuaian alat dengan kondisi medan kerja menimbulkan
kerugian karena banyak waktu yang hilang. Altitute (ketinggian tempat kerja)
berpengaruh terhadap kerja mesin,semakin tinggi altitude tekanan udara makin
berkurang dari pengalaman diketahui bahwa tenaga mesin diesel akan berkurang 3
% setiap naik ketinggian 1000 feet.

2. Jenis Material Yang Akan Ditangani


Jenis material yang dimaksud adalah sifat-sifat fisik dari material
yaitu:

Universitas Sriwijaya
25

a. Pengembangan dan penyusutan material


Pengenbangan dan penyusutan material adalah perubahan volume
material apabila material tersebut digali atau dipindahkan dari tempat
aslinya. Perubahan volume tersebut akan diikuti dengan perubahan
density material dalam kondisi yang sama. Pada kondisi loose, densitas
material akan berkurang dibanding densitas pada kondisi bank karena
adanya pori-pori udara. Untuk mengkonversikan densitas material dari
bank ke loose digunakan rumus yaitu:

= 1,39 BCM

Sedangkan untuk mengkonversikan densitas material dari loose ke


bank dapat menggunakan rumus :

= 0,719

b Bentuk material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material yang
akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam suatu kesatuan
volume atau tempat.

c. Kekerasan dari material


Kekerasan material akan berpengaruh terhadap mudah tidaknya
material tersebut dapat dibongkar. Material yang keras akan lebih sulit
dibongkar atau digali dengan menggunakan alat mekanis selain juga
menekan produktivitas alat.

3.5. Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut


Menurut Indonesianto (2013), kemampuan produksi penambangan dapat
diketahui dengan melakukan perhitungan kemampuan produksi alat mekanis
masing-masing rangkaian kerja yang telah ditetapkan. Kemampuan produksi alat
gali muat dan alat angkut dapat digunakan untuk menilai kemampuan kerja dari

Universitas Sriwijaya
26

suatu alat. Semakin besar hasil produksi suatu alat dalam waktu yang singkat
berarti produktivitas alat tersebut juga akan semakin baik.

3.5.1. Produktivitas Alat Gali Muat


Produktivitas alat gali muat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:

Kb  Ff  Sf  Eff  3600
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (bcm/jam atau ton/jam)
Kb = Kapasitas bucket spec alat
Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)

Sf = Swell factor ( x 100 %)

Eff = Efisiensi kerja alat


Ct = Waktu edar alat gali muat (detik)

3.5.2. Produktivitas Alat Angkut


Produktivitas alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Kt  Eff  60
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat angkut (bcm/jam atau ton/jam)
Kt = Kapasitas vessel (banyak pengisian (n) x Sf x Ff x Kb)
Eff = Efisiensi kerja alat
Ct = Waktu edar alat angkut (menit)

3.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas


1. Front Penambangan
Merupakan kondisi dan keadaan fisik di lokasi pengambilan batubara,
meliputi :
a. Lebar dan luas front

Universitas Sriwijaya
27

Sebagai lokasi pengambilan batubara, hendaknya front


penambangan dibuat agar dapat mengakomodasi seluruh aktivitas alat
bongkar, gali, dan muat yang akan berlangsung di dalam front sehingga
tercapai efisiensi kerja yang maksimal pada masing-masing alat. Lebar
front disesuaikan dengan manuver yang akan dilakukan oleh alat gali
muat excavator backhoe Komatsu PC 800 dan PC 400 yaitu swing boom
saat menggali dan memuat. Lalu diperhitungkan pula lebar front untuk
dump truck bermanuver mundur-maju dan memutar saat menunggu
loading hingga penuh.
Setelah didapat kondisi lebar yang pas yang dapat mendukung
kerja alat, maka luas front dapat ditentukan pula. Karena hal ini berkaitan
dengan perencanaan seberapa luas batubara yang akan diekspos dan
ditambang.
b. Kondisi jalan angkut
Jalan angkut pada lokasi tambang sangat mempengaruhi kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Beberapa
geometri yang perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan gangguan atau
hambatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan
pengangkutan. Perhitungan lebar jalan angkut didasarkan pada lebar
kendaraan terbesar yang dioperasikan. Semakin lebar jalan angkut yang
digunakan maka operasi pangangkutan akan semakin aman dan lancar.
Meliputi keadaan jalan yang bagus dan rata, karena hal ini berkaitan
dengan kinerja alat yang akan beroperasi diatasnya. Ratanya front dapat
mempermudah ban dump truck dalam mencengkram jalan dan tidak selip
saat berjalan dalam keadaan vessel penuh. Karena pada saat vessel penuh,
kerja mesin dump truck akan semakin berat, jika tidak didukung dengan
kondisi jalan yang rata dan bagus khususnya setelah terjadi hujan, maka
waktu yang diperlukan dalam satu edar sangat besar yang bisa
berpengaruh pada produktivitas alat angkut, dan juga hal ini akan
meningkatkan resiko kecelakaan.
Lebar jalan angkut pada lokasi penambangan Muara Tiga Besar
Selatan ± 12 meter pada front penambangan dan ±25 meter pada jalan

Universitas Sriwijaya
28

utama. Kemiringan jalan grade rata-rata di Tambang Muara Tiga Besar


Selatan sekitar 8%. Dengan kondisi jalan yang padat, bebas debu, dan
rata.

2. Material
Dilihat dari kolom stratigrafi, material yang ada di Tambang Muara
Tiga Besar Selatan merupakan tipe sandy soil and dry soil karena
merupakan selang-seling lempung dan lanau. Pada saat batubara tersebut
dibongkar, ukuran butir yang harus dicapai ialah ≤ 20 cm. Penentuan
besar ukuran butir tersebut disesuaikan dengan ukuran spasi antar bar
grizzly, sehingga material yang masuk ke dump station menjadi seragam.
Perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi maka sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging),misalnya : tanah atas
atau top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir
lempungan (clayed sand).
b. Agak keras atau medium hard digging, misalnya : tanah liat atau
lempung (clay) yang basah dan lengket, dan batuan yang sudah lapuk
(wheathered rock).
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya: batu sabak (slate),
material yang kompak (compacted material), batuan sedimen
(sedimentary rock), konglomerat (conglomerate), dan breksi (breccia).

d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan
segar (fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum
dapat digali, misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock), dan
batuan malihan segar (fresh metamorfic rock).

3. Disposal
Lokasi disposal harus disiapkan tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi
pemuatan, punya luas yang cukup untuk menampung disposal dan untuk manuver
dump truck saat dumping. Biasanya satu disposal di rancang tidak untuk satu
dump truck saja, melainkan diusahkan dapat menampung 2 dump truck untuk

Universitas Sriwijaya
29

manuver dalam waktu yang berdekatan, sehingga tidak ada waktu tunggu / tidak
ada dump truck yang mengantri untuk dumping disposal.

4. Faktor Keserasian Kerja (Match Factor)


Pada kegiatan penambangan, keserasian kerja antara alat gali muat dan alat
angkut perlu diperhatikan. Untuk melihat keserasian kerja antara alat gali muat
dan alat angkut digunakan persamaan berikut:

Keterangan:
MF = Match factor
nH = Jumlah truk
nL = Jumlah alat gali muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat gali muat (menit)
f = Frekuensi pengisian truk

Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh
terhadap faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat
angkut akan menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut
akan mencapai 100% jika MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat
angkut = 100% dan faktor kerja alat gali muat < 100% (alat loading menunggu
alat angkut). Sebaliknya bila MF > 1, maka faktor kerja alat gali muat = 100%
dan faktor kerja alat angkut < 100% (alat hauling antri). Keserasian kerja antara
alat gali muat dan alat angkut akan terjadi pada saat harga MF = 1, pada saat itu
kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan kemampuan alat angkut..

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai