DASAR TEORI
16 Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
Universitas Sriwijaya
19
Pada excavator back hoe gerakan bucket pada saat menggali arahnya
adalah ke arah badan dari excavator back hoe itu sendiri. Proses penggalian yang
dilakukan excavator back hoe adalah setelah bucket terisi penuh lalu diangkat dan
memutar ke arah truk yang sudah berada pada posisi untuk dimuati lalu material
yang ada di dalam bucket ditumpahkan ke dalam bak truk (vessel).
Secara umum pola pemuatan dengan menggunakan backhoe ada 3 yaitu:
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
2. Pemuatan ini berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian
excavator back hoe terdapat 2 macam yaitu :
a. Top Loading
Top loading merupakan cara pemuatan material dengan kondisi
kedudukan alat gali muat berada diatas tumpukkan material galian atau
berada diatas jenjang. Cara ini hanya dipakai pada alat gali muat
excavator back hoe. Selain daripada itu cara ini memudahkan operator
alat gali muat excavator back hoe untuk melihat bak sehingga lebih
leluasa dalam menempatkan material galian.
Universitas Sriwijaya
22
b. Bottom Loading
Bottom loading merupakan cara pemuatan material dimana ketinggian
alat angkut dan ketinggian truk adalah sama.
3. Pemuatan ini berdasarkan cara manuver dari alat gali muat excavator
back hoe dan dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Frontal Cut
Alat gali muat berhadapan dengan muka jenjang atau front penggalian.
Pada pola ini memuat pertama kali pada dump truck sebelah kiri sampai
penuh dan berangkat, setelah itu dilanjutkan pada dump truck sebelah
kanan.
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
Universitas Sriwijaya
25
= 1,39 BCM
= 0,719
b Bentuk material
Bentuk material ini didasarkan pada ukuran butir material yang
akan mempengaruhi susunan butir-butir material dalam suatu kesatuan
volume atau tempat.
Universitas Sriwijaya
26
suatu alat. Semakin besar hasil produksi suatu alat dalam waktu yang singkat
berarti produktivitas alat tersebut juga akan semakin baik.
Kb Ff Sf Eff 3600
Q
Ct
Keterangan:
Q = Produktivitas alat gali muat (bcm/jam atau ton/jam)
Kb = Kapasitas bucket spec alat
Ff = Fill factor (faktor koreksi pengisian bucket)
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
2. Material
Dilihat dari kolom stratigrafi, material yang ada di Tambang Muara
Tiga Besar Selatan merupakan tipe sandy soil and dry soil karena
merupakan selang-seling lempung dan lanau. Pada saat batubara tersebut
dibongkar, ukuran butir yang harus dicapai ialah ≤ 20 cm. Penentuan
besar ukuran butir tersebut disesuaikan dengan ukuran spasi antar bar
grizzly, sehingga material yang masuk ke dump station menjadi seragam.
Perbedaan kekerasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi maka sering dilakukan pengelompokan sebagai berikut:
a. Lunak (soft) atau mudah digali (easy digging),misalnya : tanah atas
atau top soil, pasir (sand), lempung pasiran (sandy clay), pasir
lempungan (clayed sand).
b. Agak keras atau medium hard digging, misalnya : tanah liat atau
lempung (clay) yang basah dan lengket, dan batuan yang sudah lapuk
(wheathered rock).
c. Sukar digali atau keras (hard digging), misalnya: batu sabak (slate),
material yang kompak (compacted material), batuan sedimen
(sedimentary rock), konglomerat (conglomerate), dan breksi (breccia).
d. Sangat sukar digali atau sangat keras (very hard digging) atau batuan
segar (fresh rock) yang memerlukan pemboran dan peledakan sebelum
dapat digali, misalnya: batuan beku segar (fresh igneous rock), dan
batuan malihan segar (fresh metamorfic rock).
3. Disposal
Lokasi disposal harus disiapkan tempat yang tidak terlalu jauh dari lokasi
pemuatan, punya luas yang cukup untuk menampung disposal dan untuk manuver
dump truck saat dumping. Biasanya satu disposal di rancang tidak untuk satu
dump truck saja, melainkan diusahkan dapat menampung 2 dump truck untuk
Universitas Sriwijaya
29
manuver dalam waktu yang berdekatan, sehingga tidak ada waktu tunggu / tidak
ada dump truck yang mengantri untuk dumping disposal.
Keterangan:
MF = Match factor
nH = Jumlah truk
nL = Jumlah alat gali muat
CtH = Waktu edar alat angkut (menit)
CtL = Waktu edar alat gali muat (menit)
f = Frekuensi pengisian truk
Keserasian kerja antara alat gali muat dan alat angkut berpengaruh
terhadap faktor kerja. Hubungan yang tidak serasi antara alat gali muat dan alat
angkut akan menurunkan faktor kerja. Faktor kerja alat gali muat dan alat angkut
akan mencapai 100% jika MF = 1, sedangkan bila MF < 1 maka faktor kerja alat
angkut = 100% dan faktor kerja alat gali muat < 100% (alat loading menunggu
alat angkut). Sebaliknya bila MF > 1, maka faktor kerja alat gali muat = 100%
dan faktor kerja alat angkut < 100% (alat hauling antri). Keserasian kerja antara
alat gali muat dan alat angkut akan terjadi pada saat harga MF = 1, pada saat itu
kemampuan alat gali muat akan sesuai dengan kemampuan alat angkut..
Universitas Sriwijaya