0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas karakteristik generasi milenial (Gen Y) dan generasi Z (Gen Z) dalam konteks pendidikan. Generasi milenial menyukai kerja sama tim namun individualis, sedangkan Gen Z membutuhkan lingkungan yang memberi kebebasan berkreasi. Guru perlu menyesuaikan sistem pembelajaran dengan karakteristik Gen Z agar sesuai kebutuhan mereka sebagai "penduduk asli pribumi" teknologi.
Dokumen tersebut membahas karakteristik generasi milenial (Gen Y) dan generasi Z (Gen Z) dalam konteks pendidikan. Generasi milenial menyukai kerja sama tim namun individualis, sedangkan Gen Z membutuhkan lingkungan yang memberi kebebasan berkreasi. Guru perlu menyesuaikan sistem pembelajaran dengan karakteristik Gen Z agar sesuai kebutuhan mereka sebagai "penduduk asli pribumi" teknologi.
Dokumen tersebut membahas karakteristik generasi milenial (Gen Y) dan generasi Z (Gen Z) dalam konteks pendidikan. Generasi milenial menyukai kerja sama tim namun individualis, sedangkan Gen Z membutuhkan lingkungan yang memberi kebebasan berkreasi. Guru perlu menyesuaikan sistem pembelajaran dengan karakteristik Gen Z agar sesuai kebutuhan mereka sebagai "penduduk asli pribumi" teknologi.
Dengan karakteristik mereka ini, gen X menyukai bekerja secara
smart yaitu efisien dari
segi cara dan waktu untuk mendapatkan hasil maksimal. Mereka juga menyukai struktur yang jelas, namun dengan suasana kerja yang tidak kaku atau informal dan membutuhkan informasi berkaitan dengan manajemen perusahaan. Hal ini dibutuhkannya karena gen X cenderung menginginkan kejelasan dalam jenjang karier mereka dan berprinsip mereka perlu dihargai berdasarkan produktivitas mereka, bukan sekedar jumlah jam kehadiran bekerja. Dalam dunia kerja boleh dibilang mereka memiliki beberapa prinsip yang cukup berbeda dari generasi pendahulunya, namun dengan kelebihan mereka yang adaptif, mereka tetap nyaman berhubungan dengan figur otoritas yang ada.
Dibandingkan gen X, para milenial cenderung lebih optimis dan high achievers,
mereka memiliki keyakinan bahwa mereka berpotensi menjadi hebat. Dalam bekerja mereka menyukai kelompok atau tim kerja, namun di sisi lain mereka merupakan generasi yang dinilai individualis. Mereka bertumbuh di era informasi digital dimana merupakan generasi pertama yang menikmati mudahnya mendapatkan segala jenis informasi tanpa perlu bertanya pada orang lain. Mereka menyukai tantangan, mengejar sebuah makna yang lebih mendalam dalam bekerja seperti pekerjaan yang sesuai minat, hasrat, cita-cita ideal mereka, atau keselarasan pekerjaan dengan nilai pribadi mereka. Hal ini di satu sisi membuat mereka akan sangat tertantang ketika mendapatkan pekerjaan yang benar-benar sesuai, namun di sisi lain ini menjadi penyebab utama mengapa mereka mudah bosan bahkan kurang loyal dalam bekerja.
Karakteristik mereka yang paling menonjol adalah menginginkan segala sesuatu
serba instan. Mereka kurang menyukai berhadapan dengan proses panjang untuk mencermati masalah. Selain itu mereka punya ambisi yang cukup kuat untuk sukses. Sangat cepat dalam menguasai teknologi karena baginya teknologi bukanlah seperangkat alat atau platform melainkan telah menjadi gaya hidup yang menyatu dengannya. Dengan karakteristik mereka ini, para gen Z membutuhkan lingkungan yang banyak memberi mereka kebebasan untuk berkreasi dan kesempatan untuk menyalurkan ambisi mereka yang cukup besar. Siap atau tidak, dewasa ini organisasi perlu mengembangkan pendekatan yang boleh dibilang sama sekali berbeda untuk dapat menghadapi generasi penerus para milenial ini. Di konteks pendidikan, pemahaman tentang karakteristik setiap generasi menjadi penting untuk menentukan bagaimana strategi pendidikan yang efektif diberikan kepada siswa. Tujuannya tidak sekadar capaian akademik dan pedagogik siswa, tetapi juga bagaimana proses pendidikan dapat menumbuhkan karakter dan kecintaan siswa terhadap aktivitas belajar. Saat ini, sebagian besar dari Gen Z berada pada usia sekolah. Ini berarti, penyesuaian sistem belajar dalam ruang-ruang pendidikan kita harus mempertimbangkan karakteristik Gen Z agar sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa mengesampingkan minat dan habituasi mereka sebagai sebuah kelompok generasi. Pada karakter figital, sifat Gen Z sebagai “penduduk asli pribumi” sangat melekat. Guru harus banyak melakukan pengamatan tentang bagaimana siswa memadukan sisi fisik dan digital dalam cara mereka berinteraksi, hidup, dan belajar. Ini kemudian akan menjadi landasan bagi guru untuk menentukan metode pembelajaran yang akan gunakan. Penutupan sekolah karena masa pandemi COVID-19 sebenarnya memberikan dorongan positif bagi guru untuk lebih berkomitmen, konsisten dan terbiasa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Guru sudah harus semakin terbiasa menggunakan sarana pembelajaran yang beragam melalui teknologi digital, agar siswa tetap dapat aktif dan tersambung dalam pembelajaran dalam berbagai kondisi pembelajaran yang ada. Guru juga perlu untuk lebih terbuka terhadap tambahan leksikon baru sebagai media dan perangkat pembelajaran. Ini dapat berupa visual, video, atau bahkan simbol tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara siswa dan guru. Guru perlu lebih kreatif dalam mencari dan menerapkan solusi figital untuk meningkatkan dan menyebarkan budaya pembelajaran.