Anda di halaman 1dari 59

Disusun oleh :

Dr. Ninis Agustini, M.Lib.

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI
2012
MILIK

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Dilarang mempublikasikan, menggandakan, mencetak sebagian atau seluruh


isi Modul/Bahan Ajar ini tanpa izin dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran
dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (diklat) Kepala
Perpustakaan Sekolah sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat Kepala
Perpustakaan Sekolah.

Bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diterbitkan oleh Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan
Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan penyelenggaraan diklat
yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
Perpustakaan Sekolah/madrasah.

Terbitnya bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas penyelenggaraan Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah dan
sekaligus mampu meningkatkan kualitas penyelenggaraan perpustakaan sekolah di tanah
air.

Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait
yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun
saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Kepala Perpustakaan Sekolah ini sangat
kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, Januari 2019


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI

Drs Widiyanto, M.Si.


NIP. 19600412 198703 1 001

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Deskripsi Singkat............................................................................. 2

1.3. Kompetensi Dasar .......................................................................... 2

1.4. Indikator Keberhasilan .................................................................... 2

BAB II PENGERTIAN PEMASARAN DAN RUANG LINGKUP PEMASARAN

PERPUSTAKAAN ...................................................................................... 3

2.1. Pengertian Pemasaran .................................................................... 3

2.2. Pentingnya Pemasaran Perpustakaan ............................................ 4

2.3. Produk Perpustakaan Yang Potensial Dipasarkan .......................... 6

BAB III KONSEP INTI, MANAJEMEN DAN PROSES PEMASARAN PER-

PUSTAKAAN ............................................................................................. 10

3.1 Konsep Inti Pemasaran Perpustakaan ............................................ 10

3.2 Manajemen Pemasaran Perpustakaan............................................ 12

3.3 Proses Pemasaran Perpustakaan ................................................... 14

BAB IV BAURAN PEMASARAN PERPUSTAKAAN .............................................. 16

4.1 Elemen-Elemen Four PS ................................................................. 16

4.2 Elemen-Elemen Four CS................................................................. 16

4.3 Bauran Pemasaran Untuk Perpustakaan......................................... 17

BAB V SEGMENTASI PASAR PERPUSTAKAAN ................................................ 24

iii
5.1 Karakteristik Segmentasi ................................................................. 24

5.2 Metode Segmentasi ........................................................................ 25

BAB VI RISET PEMASARAN PERPUSTAKAAN ................................................... 27

6.1 Memahami Riset Pemasaran .......................................................... 27

6.2 Langkah-langkah Riset Pemasaran ................................................. 27

BAB VII KOMUNIKASI PEMASARAN PERPUSTAKAAN ...................................... 30

7.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran................................................. 30

7.2 Komponen-Komponen Komunikasi ................................................. 30

7.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi ............. 31

7.4 Langkah-Langkah Mengembangkan Komunikasi yang Efektif ......... 33

7.5 Alat-Alat Komunikasi Pemasaran .................................................... 36

7.6 Komunikasi Pemasaran Untuk Perpustakaan .................................. 40

BAB VIII PERENCANAAN PROGRAM PEMASARAN PERPUSTAKAAN

DAN PENGEMBANGAN MINAT BACA..................................................... 43

8.1 Minat Baca dan Literasi Informasi ................................................... 43

8.2 Elemen-Elemen Pemasaran Minat Baca ......................................... 45

BAB IX PENUTUP .................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 49

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan signifikan terjadi di seluruh belahan dunia seiring denganadanya revolusi
informasi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal
inisecara otomatis memberi tantangan baru pada seluruh profesi termasuk pustakawan.
Hadirnya komputer pribadi dan jejaring telah mengubahtatanan perilaku pencarian
informasi. Seseorang dapat mencari, berbagi, ataupun menghasilkan informasi hanya
melalui komputer pribadi di rumah, di kantor atau di tempat lainnya, tanpa harus selalu
mengandalkan perpustakaan. Seseorang dapat terhubung dengan penyedia informasi
dimanapun di seluruh penjuru dunia hanya melalui komputer pribadinya.

Fenomena globalisasi tersebut menghadirkan nuansa kompetisi, ketika segala sesuatu


harus diraih dengan segala kemampuan yang ada dan tidak lagi hanya berdasar pada
aturan dan keputusan. Hal ini berdampak terhadap meningkatnya kebutuhan akan
layanan dan produk informasi untuk seseorang dapat berperan dalam kompetisi dan tetap
bertahan di dunia global. Seseorang harus memiliki informasi yang memadai di bidangnya
agar tetap diakui dan dihargai kompetensinya.

Disadari bahwa setiap orang sekarang ini sudah menjadi manusia global, dapat
memperoleh informasi melalui komputer pribadi di manapun juga, serta informasi menjadi
semakin penting untuk setiap orang berkompetisi secara global, namun institusi
perpustakaan menghadapi tantangan yang luar biasa dan perannya dipertanyakan,
terutama karena keberadaan beragam sumber informasi virtual yang dipersepsikan dapat
menggantikan perpustakaan. Hal ini menyebabkan perpustakaan perlu berbenah diri,
mereorientasikan keberadaannya, dan berkompetisi dengan lembaga informasi/institusi
perpustakaan lainnya, maupun dengan sumber informasi virtual. Hal ini menuntut
perpustakaan untuk aktif dalam aktivitas pemasaran untuk membangun citranya sebagai
institusi penyedia informasi yang handal dan berkualitas, serta untuk merebut minat
pengguna terhadap berbagai produk dan jasa layanan perpustakaan yang disediakan.

Oleh karena itu, salah satu upaya perpustakaan menyikapi perubahan-perubahan


tersebut, perpustakaan perlu menerapkan konsep dan teknik pemasaran sebagai strategi
pengembangan lembaga informasi/perpustakaan secara total.

1
1.2 Deskripsi Singkat
Mata ajar diklat ini membekali peserta tentang pengertian pemasaran dan ruang lingkup
pemasaran perpustakaan, konsep inti pemasaran perpustakaan, dan manajemen
pemasaran perpustakaan, bauran pemasaran perpustakaan, riset pemasaran
perpustakaan, komunikasi pemasaran perpustakaan, serta program pemasaran
perpustakaan dan pengembangan minat baca.

1.3 Kompetensi Dasar


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami konsep
dasar pemasaran perpustakaan dan manajemen pemasaran perpustakaan.

1.4 Indikator Keberhasilan


Setelah mengikuti mata ajar diklat ini peserta diharapkan memiliki kemampuan dalam hal:
a. Menjelaskan pengertian pemasaran
b. Menjelaskan ruang lingkup pemasaran perpustakaan
c. Menjelaskan konsep inti pemasaran perpustakaan
d. Menjelaskan manajemen pemasaran perpustakaan
e. Menjelaskan bauran pemasaran perpustakaan
f. Menjelaskan riset pemasaran perpustakaan
g. Menjelaskan komunikasi pemasaran perpustakaan
h. Menjelaskan program pemasaran perpustakaan dan pengembangan minat baca.

2
BAB II
PENGERTIAN PEMASARAN DAN RUANG LINGKUP
PEMASARAN PERPUSTAKAAN

Secara sederhana konsep pemasaran dalam bidang perpustakaan merupakan gabungan


antara teori dan praktik yang menawarkan beragam produk perpustakaan seperti
kemampuan akses perpustakaan ke berbagai macam produk informasi, kepada pengguna
dan pemangku kepentingan. Pemasaran dapat membantu perpustakaan dalam
menentukan visi ke depannya, menentukan ceruk pasar konsumennya, dengan cara
mengidentifikasi kebutuhan pengguna, kualitas produk layanan dan berbagai program
informasi yang dapat ditawarkan pada masyarakat.

2.1 Pengertian Pemasaran


Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain
(Kotler& Keller, 2009:6). Pemasaran seringkali digambarkan sebagai seni menjual produk,
padahal penjualan hanya merupakan puncak kecil gunung es pemasaran. Menurut Peter
Drucker (1973 dalam Kotler& Keller, 2009:7), tujuan pemasaran bukan untuk memperluas
penjualan akan tetapi untuk mengetahui dan memahami pelanggan sedemikian rupa
sehingga produk atau jasa yang ditawarkan cocok dengan pelanggan dan selanjutnya
produk dan jasa tersebut menjual dirinya sendiri. Dalam hal pemasaran perpustakaan,
Bushing(1995 dalam Jain,1999:8) menjelaskan bahwa

Marketing offers both theory and a process by which libraries link products, result, and
roles. Marketing can assist libraries in determining their future and in identifying quality
products-service, programs and materials. A marketing audit and the resulting plan can
contribute to a library’s ability to find a niche in the present as wellas in the future and to fill
that niche by an optimal allocation of resources. A marketing orientation can assist
libraries in defining their role and in guaranteeing their future. Marketing provides a
theoretical framework within which to address the specific library and information science
questions facing public, school, special, and academic libraries in both the public and
private sectors. What the library will look like and what it will offer as products can be
determined through the use of modern marketing theory and practice.

3
Penjelasan Bushing menyatakan betapa pentingnya peran pemasaran dalam sebuah
institusi perpustakaan. Hal ini erat kaitannya dengan bagaimana perpustakaan
mencitrakan institusinya dalam dunia informasi yang sangat kompetitif di era global ini.
Dengan merancang dan melakukan pemasaran yang baik, maka perpustakaan dapat
selalu memperbaiki citra dan kualitasnya sebagai penyedia layanan jasa informasi.

2.2 Pentingnya Pemasaran Perpustakaan


Pemasaran merupakan hal penting untuk diterapkan di perpustakaan karena di
perpustakaan manapun pustakawan bekerja, baik di perpustakaan sekolah, perpustakaan
perguruan tinggi, perpustakaan komunitas, perpustakaan khusus, perpustakaan umum,
perpustakaan nasional, atau lembaga informasi lain, pustakawan harus membuat orang
tahu bahwa pustakawan adalah orang yang dapat membantu mereka. Terlebih lagi orang
harus tahu bagaimana pustakawan membantu mereka dengan segala fasilitas yang
disediakan di perpustakaan. Selain itu pustakawan perlu juga meyakinkan para pengambil
kebijakan di tempat mereka bekerja akan nilai tambah yang diberikannya pada lembaga
tersebut.

Pustakawan melakukan pengelolaan informasi mulai dari collecting, processing,


disseminating and preserving of information di perpustakaan untuk dapat memberikan
layanan informasi yang sesusai kebutuhan pemustakanya. Akan tetapi apakah pemustaka
sasaran memahami hal tersebut? Apakah pemustaka sasaran menganggap apa yang
dilakukan pustakawan penting baginya? Apakah pemustaka sasaran tahu bagaimana
keterampilan pustakawan dapat membantu kinerja mereka menjadi lebih baik?
Berdasarkan hal tersebut maka pemasaran membantu pustakawan menyediakan layanan
informasi seperti yang diinginkan pemustaka sasaran, serta memberikan nilai tambah bagi
lembaga.

Selanjutnya hadirnya era global yang salah satunya ditandai oleh kehadiran informasi
dalam jumlah yang sangat besar secara terus menerus dari berbagai penjuru dunia,
merupakan fenomena yang terjadi begitu saja tanpa seorangpun dapat menghindarinya.
Globalisasi 3.0 yang terjadi mulai tahun 2000, karena pesatnya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, telah menyusutkan dunia yang kecil menjadi sangat kecil
namun sekaligus menjadi kekuatan baru yang ditemukan untuk bekerjasama dan bersaing
secara individual di kancah global.

4
Fenomena tersebut oleh Friedman (2006:10) dikatakan sebagai tatanan dunia datar (flat-
world-platform) yaitu konvergensi antara komputer pribadi dimana setiap individu dapat
menjadi pembuat dan atau penyampai dan atau penerima informasi tanpa menghiraukan
jarak antar mereka, sehingga memungkinkan mereka secara bersama-sama mengerjakan
suatu materi digital atau berbagi informasi secara online. Kekuatan individu dan kelompok-
kelompok kecil sebagai motor penggerak globalisasi semakin nyata dengan adanya mesin
pencari seperti google, yahoo dan lain-lain serta maraknya jejaring sosial seperti
facebook, twitter dan lain-lain. Mereka secara individual maupun berkelompok
menghilangkan batas negara untuk berinteraksi, membahas dan menyelesaikan satu
masalah yang sama secara bersama-sama.

Namun demikian, hadirnya informasi yang begitu beragam dan dalam jumlah yang begitu
besar secara terus menerus ternyata tidak selalu membuat hidup menjadi lebih
mudah.Memilih dan menentukan informasi yang paling dibutuhkan dengan skala prioritas
ternyata sulit dan butuh keahlian. Globalisasi 3.0 amat membutuhkan pustakawan sebagai
profesi yang memiliki kompetensi mengelola informasi agar informasi yang tepat dapat
sampai pada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dengan format dan cara yang
tepat, serta di tempat yang tepat pula. Artinya saat ini pustakawan merupakan pemain
kunci yang memiliki kekuatan dan pengaruh untuk mengelola pengetahuan masyarakat
khususnya pemustaka sasaran.Akan tetapi diperlukan strategi tersendiri yang mampu
menampilkan kemampuan pustakawan untuk memasarkan kompetensi dirinya serta
fasilitas perpustakaannya yaitu melalui strategi pemasaran jasa perpustakaan.yang akan
membuat perbedaan.

Selain itu gelombang informasi yang begitu besar mengakibatkan semakin bervariasinya
informasi yang juga berdampak pada beragamnya kebutuhan, keinginan, dan peminatan,
serta permintaan pemustaka akan informasi serta cara memperolehnya. Dapat dikatakan
bahwa era global menyebabkan pustakawan menghadapi beberapa tantangan yaitu;

a. meningkatnya pemustaka potensial dan aktual, meningkatnya keragaman mereka,


meningkatnya kebutuhan informasimereka, dan meningkatnya harapan mereka,
b. meningkatnya biaya pengadaan informasi dan teknologi informasi dan komunikasi
untuk dapat memberikan layanan bagi pemustaka yang jumlahnya semakin
meningkat,

5
c. meningkatnya kesulitan mengidentifikasi pemustaka, keingingan mereka dan melayani
mereka.

Oleh karenanya sudah saatnya pustakawan mengelola perpustakaan seperti seorang


direktur perusahaan atau manager perusahaan dengan menerapkan konsep dan teknik
pemasaran untuk menyediakan layanan informasi/layanan perpustakaan yang sesuai
dengan kebutuhan, keinginan dan perminatan serta permintaan pemustaka sasaranatau
istilahnya one game one customer. Dengan kata lain pustakawan tidak menawarkan atau
menyediakan layanan informasi/layanan perpustakaan yang dimilikinya, akan tetapi
menawarkan atau menyediakan layanan informasi/layanan perpustakaan yang memang
dibutuhkan, diinginkan, diminati dan diminta oleh pemustaka sasaran. Jika biasanya
pustakawan akan menyediakan layanan informasi yang tersedia dan diminta pemustaka,
maka perlu ditingkatkan dengan melakukan riset-riset secara sistematis untuk
mengantisipasi keinginan pemustaka sasaran di waktu mendatang, dan menyiapkan
produk-produk terbaru untuk pemustaka sasaran.

Penerapan konsep dan teknik pemasaran di perputakaan mendorong pengambil kebijakan


dan pustakawan untuk selalu berpikir secara sistematis tentang;

a. Pemustaka sasaran, kompetisi, kekhasan produk yang ditawarkan.


b. Desain dari bauran pemasaran (produk, harga, tempat, promosi).
c. Sistem untuk menjangkau dan berinteraksi dengan pemustaka sasaran.
d. Produksi dan sistem untuk menyampaikan hasil produksi pada pemustaka sasaran.
e. Perencanaan, organisasi, dan pengawasan pada keempat hal tersebut diatas.

2.3 Produk Perpustakaan Yang Potensial Dipasarkan


Sejatinya produk apapun dapat dipasarkan seperti, barang, jasa, acara khusus (event),
pengalaman, orang, tempat, properti, organisasi, informasi, dan gagasan. Perlu dijelaskan
bahwa barang berbeda dengan jasa. Jika barang merupakan suatu benda, objek, atau
alat, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja, atau usaha dan tidak dpat dimiliki.
Selanjutnya jasa memiliki empat karakteristik yaitu;

2.3.1 intangibility, jasa tidak dapat dilihat, dicium, didengar, atau disentuh. Orang tidak
dapat menilai kualitas jasa sebelum mengkonsumsinya sendiri. Orang akan
menyimpulkan kualitas jasa dari tempat, orang, peralatan, bahan-bahan,
komunikasi, symbol dan harga jasa tersebut,

6
2.3.2 inseparability, jika barang diproduksi kemudian dijual, maka jasa dijual dulu baru
kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersama-sama.
2.3.3 variability, sifat jasa sangat variable artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan
jenis, tergantung siapa, kapan dan dimana jasa tersebut dihasilkan.
2.3.4 perishability, jasa merupakan komoditas yang tidak dapat disimpan, dan tidak tahan
lama (Tjiptono, 2008:136-137).

Adapun produk yang dapat dipasarkan oleh perpustakaan adalah barang dan jasa,
organisasi, orang, tempat, dan isu-isu sosial.

a. Barang dan Jasa


Bisnis utama dari sebuah perpustakaan adalah jasa layanan informasi/layanan
perpustakaan yang memberikan keuntungan dan menjawab kebutuhan pemustaka
sasaran. Membuat desain produk jasa layanan informasi/layanan perpustakaan mulai dari
menyeleksi, menentukan informasi yang sesuai permintaan pemustaka potensial hingga
mengemas dan menyampaikannya merupakan tugas pustakawan. Yerbury (1991 dalam
Elliot de Saez: 2007:8) menjelaskan bahwa the design of the information product is a
planned solution to an information-handling problem…. based on knowledge of the user,
knowledge of the subject matter and knowledge of how to present the message.

Produk berupa barang yang dapat dipasarkan oleh perpustakaan dapat berupa; paket-
paket informasi terseleksi baik untuk bisnis, pendidikan, penelitian dan lain-lain, yang
dikemas dalam media cetak atau CD. Sementara itu, produk berupa jasa yang dapat
ditawarkan oleh perpustakaan dapat berupa; jasa peminjaman, jasa silang layan, jasa
penyediaan fasilitas pencarian secara online termasuk e-books, e-journal, jasa
manajemen data, jasa story telling, dan jasa konsultasi informasi, serta jasa pelatihan
literasi informasi.

b. Organisasi/Lembaga
Perpustakaan dapat dipasarkan sebagai sebuah organisasi/lembaga. Banyak contoh
keberhasilan pemasaran sebuah organisasi/lembaga seperti: Garuda Indonesia Airways,
Museum Gajah, Perpustakaan Nasional RI, Partai Demokrat dan lain-lain. Corporate
image dan corporate identity sebuah organisasi /lembaga dibangun atas dasar pemikiran
pemasaran yaitu bahwa apapun yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh
organisasi/lembaga tersebut akan berdampak pada persepsi tentang organisasi/lembaga
tersebut termasuk kinerja serta barang dan jasa yang dimilikinya (Elliot de Saez: 2007:9).

7
c. Orang
Banyak contoh dari keberhasilan strategi pemasaran melalui orang seperti Aburizal
Bakrie, Surya Paloh, untuk dunia partai politik Indonesia, Ayu Ting Ting, Agnes Monica,
Olga, Raffi Ahmad, Sule dari dunia hiburan Indonesia, Blasius Sudarsono, Putu Laxman
Pendit, Sulistyo Basuki dari dunia kepustakawan Indonesia dan lain-lain. Perpustakaan
Nasional RI menggunakan Tantowi Yahya, kemudian Andy F, Noya sebagai Duta
Baca.Selain itu beberapa artis seperti Mat Solar (Bajuri), Diah Pitaloka (Oneng), Kiwil juga
digunakan Perpustakaan Nasional RI untuk memasarkan program minat baca. Para
pengambil kebijakan, pemustaka, dan staf sebuah perpustakaan dapat menjadi bagian
dari kegiatan pemasaran lembaganya dengan cara berbagi informasi melalui media baik
cetak maupun elektronik.

d. Tempat
Negara, provinsi, kota, kabupaten kota, gedung, ruang, merupakan bagian yang dapat
dipasarkan. Perpustakaan Umum di Pekan Baru dan di Malang dikenal sebagai gedung
perpustakaan umum terbaik di Indonesia, sehingga banyak orang ingin melihatnya. Meski
pada awalnya ingin melihat gedung sebagai obyek wisata, tetapi dapat sekaligus
dimanfaatkan untuk memasarkan produk-produk perpustakaan yang disediakan.
Perpustakaan Nasional RI dan perpustakaan lain di Indonesia juga telah banyak
memanfaatkan peluang yang ada untuk menarik pemustaka aktual dan potensial
berkunjung ke Perpustakaan.

Dengan demikian membangun gedung perpustakaan, ruang perpustakaan harus menarik


dari segi estetika maupun fungsi. Gedung atau ruang perpustakaan tidak harus berkesan
kaku dan serius dengan warna-warna gelap baik dinding, rak, dan furniturnya.
Perpustakaan harus menjadi simbol pintar, cerdas, kreatif, dan inovatif sebagai pusat
belajar dimana ilmu dan pengetahuan dapat digali, dikaji, dikonstruksi untuk hidup yang
lebih baik. Suasana gedung dan ruang perpustakaan harus diatur sedemikian rupa agar
setiap pemustaka merasa memiliki kebebasan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan,
dan permintaan informasinya. Selain itu perpustakaan juga dapat memasarkan fasilitas
ruangan yang dimilikinya, seperti ruang baca, ruang diskusi, ruang seminar, ruang nonton,
ruang musik dan lain-lain.

e. Isu-Isu Sosial
Kampanye anti rokok, anti narkoba “say no to drugs”, HIV Aids. KDRT (Kekerasan dalam
Rumah Tangga), Traficcking (Penjualan manusia), Hemat Enerji dan lain-lain merupakan

8
contoh-contoh dari pemasaran isu sosial yang dilakukan. Perpustakaan juga memiliki isu
sosial yang dapat dipasarkan seperti “Membaca adalah jendela dunia”, “Membaca, cara
pintar untuk pintar” dan lain-lain. Melalui simbol – simbol inovatif dan kreatif yang dibangun
oleh perpustakaan akan menarik masyarakat untuk lebih mendalami fungsi dan peran
perpustakaan saat ini. Di era teknologi pustakawan memegang peran penting dalam
mengawal dan mempertemukan seseorang dengan informasi yang dibutuhkannya. Oleh
karenanya mengangkat isu-isu sosial yang menggambarkan kepedulian dan kompetensi
pustakawan merupakan strategi pemasaran yang dapat digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman, Zeithmal, dan Berry(1985


dalam Elliot de Saez,2007:5), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pemustaka atas
layanan jasa yang diberikan ( SERVQUAL) adalah sebagai berikut:
1) Access
2) Reliability
3) Credibility
4) Security
5) Customer expectations
6) Responsiveness
7) Courtesy
8) Competence
9) Communication
10) Tangible Evidence

Secara umum, pemasaran perpustakaan merupakan strategi untuk memasarkan produk-


produk layanan jasa informasi yang disediakan oleh perpustakaan. Produk layanan jasa
informasi yang dipasarkan oleh perpustakaan meliputi produk tangible dan produk
intangible, antara lain barang dan jasa, organisasi, orang, tempat, dan isu-isu sosial. yang
berhubungan dengan perpustakaan.

Pemasaran digunakan oleh perpustakaan sebagai salah satu upaya pencitraan diri untuk
membangun kepercayaan pengguna dan pemangku kepentingan terhadap keberadaan
perpustakaan. Dengan demikian, semua produk perpustakaan yang dipasarkan akan
dinilai oleh pengguna – kebermaknaan dan kebermanfaatannya – dalam memenuhi
kebutuhan informasi, memperkaya informasi dan memberi nilai tambah kepada pengguna

9
10
BAB III
KONSEP INTI, MANAJEMEN DAN PROSES
PEMASARAN PERPUSTAKAAN

3.1 Konsep Inti Pemasaran Perpustakaan


Dasar pemikiran pemasaran dimulai dari kebutuhan dan keinginan manusia. Konsep inti
pemasaran meliputi;
a. Kebutuhan adalah ketidakberadaan beberapa kepuasaan dasar. Manusia
membutuhkan makanan, pakaian, tempat berlindung, keamanan, hak milik, harga diri.
Kebutuhan tidak diciptakan akan tetapi merupakan hakekat biologis dan kondisi
manusia.

b. Keinginan adalah hasrat akan pemuas kebutuhan tertentu. Orang dari suku Sunda
membutuhkan makanan dan menginginkan nasi timbel dan lalab. Sedang orangdari
suku Jawa lebih menginginkan nasi gudeg untuk memenuhi hasrat kebutuhan
makanannya. Jika kebutuhan tidak dapat diciptakan, tidak demikian dengan keinginan.
Keinginan manusia dapat dibentuk, dan pemasar dapat mengambil peran dalam
membangun, membentuk hasrat untuk memenuhi kebutuhan. Seseorang yang
membutuhkan informasi dapat diarahkan untuk mencarinya di sebuah perpustakaan
dengan dipandu oleh pustakawan, seseorang yang memerlukan informasi dapat
memperolehnya dengan nilai akurasi yang tinggi atau relevan dengan kebutuhan
informasi yang diperlukan. sebagai keinginan memenuhi kebutuhan informasinya dan
bukan di tempat fotokopi.

c. Permintaan adalah keinginan akan produk tertentu yang didukung oleh kemampuan
dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan akan menjadi permintaan apabila
didukung daya beli. Bagi sebuah lembaga penting untuk mengetahui berapa banyak
orang yang menginginkan produk mereka, tetapi lebih penting untuk mengetahui
berapa banyak orang yang bersedia dan mampu membelinya. Demikian juga dengan
perpustakaan yang perlu mengidentifikasi kebutuhan layanan informasi/layanan
perpustakaan yang dapat dijangkau diperlukan oleh pemustaka sasaran.

d. Produk dapat berupa barang, jasa dan gagasan. Orang memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan produk. Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan

11
untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan. Misalnya perpustakaan
menyediakan barang berupa paket informasi, juga jasa berupa pencarian informasi,
serta gagasan yaitu menghemat waktu karena pemustaka tidak perlu mencari sendiri.

e. Nilai, Biaya, Dan Kepuasan. Seseorang memilih sebuah produk untuk memenuhi
kebutuhannya di antara banyak produk yang ditawarkan, dengan mempertimbangkan
tiga hal yaitu nilai, biaya, dan kepuasaan. Seseorang yang memesan paket informasi
akan mempertimbangkan nilai dari informasi yang akan dia peroleh. Jika paket
informasi tersebut diperlukan untuk menyelesaikan skripsi/tesis/disertasi atau
memenangkan sebuah proyek, maka dia tidak akan mempermasalahkan biayanya,
karena dia akan mendapat kepuasan yang memadai yaitu gelar atau pekerjaan seperti
yang diinginkannya.

f. Pertukaran dan Transaksi. Pertukaran adalah tindakan memperoleh produk dari


seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Seseorang dapat
memperoleh produk melalui empat cara;
1) memproduksi sendiri,
2) memaksa/mengambil milikorang lain,
3) meminta-minta,
4) pertukaran. Pemasaran terjadi saat orang memutuskan untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran.

Ada lima kondisi yang harus terpenuhi agar pertukaran dapat terjadi yaitu,
(a) sedikitnya ada dua belah pihak, (b) masing-masing pihak memiliki sesuatu
yang mungkin berharga bagi orang lain, (c) masing-masing pihak mampu
berkomunikasi dan melakukan penyerahan, (d) masing-masing pihak bebas
menerima atau menolak tawaran pertukaran, (e) masing-masing pihak yakin
bahwa berunding dengan pihak lain adalah layak dan bermanfaat (Kotler,
1997:10).

Beranalogi pada kondisi yang harus ada supaya terjadi pertukaran, maka
perpustakaan memerlukan kehadiran masyarakat yang memerlukan informasi.
Perpustakaan mampu menyediakan informasi yang sesuai kebutuhan pemustaka
atau masyarakat yang memerlukan informasi.

12
Transaksi adalah perdagangan nilai-nilai antara dua pihak atau lebih. Agar
pertukaran berhasil, maka pemasar menganalisis apa yang diharapkan untuk
diperoleh dan diberikan oleh masing-masing pihak dari suatu transaksi.

g. Hubungan Dan Jaringan. Jaringan Pemasaran hubungan adalah praktik membangun


hubungan jangka panjang yang memuaskan dengan pihak-pihak kunci. Sebagai
contoh di perpustakaan yang termasuk dengan pihak kunci adalah, pemustaka,
pemasok koleksi pustaka (cetak dan noncetak), penerbit, penulis dan lain-lain. Adapun
jaringan pemasaran terdiri dari lembaga dan semua pihak-pihak pendukung yang
berkepentingan seperti pemustaka, pustakawan, pemasok, penyalur, penerbit,
penulis, agen iklan, ilmuwan universitas dan lainnya yang telah membangun
kerjasama yang saling menguntungkan.

h. Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan
tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu melaksanakan pertukaran
untuk memuaskan kebutuhan dan keinnginan tersebut. Pasar bagi perpustakaan
adalah pemustaka aktual dan pemustaka potensial.

i. Pemasar dan calon pembeli


Pemasar adalah seseorang yang mencari calon pembeli yang akan terlibat dalam
pertukaran nilai. Sementara itu calon pembeli adalah seseorang yang diidentifikasi
oleh pemasar sebagai orang yang mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam
pertukaran nilai. Bagi perpustakaan yang menjadi pemasar adalah setiap individu
yang bekerja di perpustakaan tersebut mulai dari pengambil kebijakan, pustakawan,
serta seluruh staf yang ada. Kemudian pemustaka potensial merupakan calon
pembeli.

3.2 Manajemen Pemasaran Perpustakaan


Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan, pemikiran,
penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk
menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan organisasi
(Kotler,1997:13). Berdasar pada definisi tersebut diketahui ada dua elemen yang perlu
diperhatikan:

a. Tujuan kunci dari sebuah proses pemasaran yaitu,


1) mencapai tujuan lembaga,

13
2) mencapai tujuan seluruh individu yang terlibat di lembaga tersebut baik staf di
setiap level maupun pasar sasaran,
3) tujuan-tujuan tersebut harus dicapai secara bersamaan.

b. Perencanaan pemasaran yang meliputi,


1) analisis peluang pemasaran,
2) meneliti dan memilih pasar sasaran,
3) mendesain strategi pemasaran,
4) merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, dan mengendalikan program
pemasaran.

Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran ada lima konsep yang dapat dipilih yaitu:
1) Konsep produksi: merupakan pandangan bahwa konsumen akan menyukai produk
yang tersedia di banyak tempat dan murah. Kemudahan mendapatkan produk dan
harga yang rendahberlaku untuk situasi permintaan melebihi penawaran, dimana
konsumen tidak terlalu tertarik pada mutu produk. Kemudian situasi dimana biaya
produksi yang tinggi dan harus diturunkan untuk memperluas pasar.
2) Konsep produk: pandangan bahwa konsumen akan menyukai produk yang
menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif yang terbaik. Hal ini sering
menyebabkan kegagalan penjualan karena harga produk yang tinggi dibanding
pesaing.
3) Konsep Penjualan: pandangan bahwa jika konsumen diabaikan maka mereka tidak
akan melakukan pembelian. Sehingga lembaga perlu melakukan usaha promosi yang
agresif. Situasi ini terjadi pada penjualan produk yang tidak dicari. tujuan mereka
adalah menjual apa yang mereka hasilkan, dan bukan membuat apa yang pasar
inginkan.
4) Konsep Pemasaran: pandangan bahwa untuk meraih tujuan organisasi adalah
menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran untuk
menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keininan pasar sasaran.
5) Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial: pandangan bahwa tugas lembaga adalah
menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran dan memberikan
kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan
mempertahankan dan meningkatkan kesejateraan mereka dan masyarakat.

14
3.3 Proses Pemasaran Perpustakaan
Proses pemasaran perpustakaan meliputi; analisis peluang pasar perpustakaan,
pengembangan strategi pemasaran perpustakaan, perencanaan program pemasaran
perpustakaan, dan pengelolaan usaha pemasaran perpustakaan.

a. Menganalisis peluang pasar perpustakaan dilakukan melalui riset untuk


mengidentifikasi peluang dan tantangan serta kekuatan dan kelemahan produk, juga
isu-isu utama yang dihadapi lini produk. Perpustakaan dan pustakawan perlu
mengetahui siapa pemustaka sasaran baik kelompok pemustaka aktual dan kelompok
pemustaka potensial serta segala sesuatu yang berhubungan dengan sikap dan
perilaku pemenuhan kebutuhan informasi mereka.

Selain itu perpustakaan dan pemustaka perlu mengidentifikasi lembaga informasi lain
yang menyediakan produk yang sama serta mengetahui sejauh mana lembaga
tersebut dapat memenuhi kebutuhan informasi para pemustaka sasaran. Mengenali
pemustaka sasaran, dan berinteraksi dengan mereka merupakan hal penting untuk
menentukan spirit perpustakaan dan pustakawan dalam melihat peluang dan
tantangan serta merencanakan penyediaan dan penawaran produk perpustakaan
yang sesuai dengan kekuatan yang dimiliki pada mereka.

b. Mengembangkan strategi pemasaran dengan cara mengembangkan strategi


diferensiasi dan penentuan posisi produk pada pasar sasaran. Perpustakaan dan
pustakawan perlu mendefinisikan pemustaka sasaran serta posisi/kesan yang akan
ditanamkan dalam pikiran pemustaka sasaran tersebut atas produk yang
disediakan/ditawarkan. Kemudian menjalankan kegiatan perpustakaan yang memiliki
ciri/kekhasan yang menggambarkan kesan yang ingin ditanamkan. Misalnya, kesan
yang ingin ditanamkan pada kelompok pemustaka yang ditentukan (misalnya
mahasiswa) adalah ” Perpustakaan penyedia informasi tercepat”, “Pustakawan yg
ramah dan kompeten”, maka kegiatan operasional perpustakaan sehari-hari harus
menggambarkan kesan tersebut.

c. Merencanakan program pemasaran dengan memilih dan menentukan bauran


pemasaran yang tepat. Perpustakaan dan pustakawan membuat rancangan program
pemasaran dengan memperhitungkan secara menyeluruh komponen-komponen 4P (
product, price, place, promotion) dan 4C (consumer, cost, convenience,
communication).Program pemasaran yang dimulai dari memilih dan produk yang akan

15
disediakan dan ditawarkan harus mempertimbangkan seluruh komponen tersebut di
atas baik dari sisi pandang lembaga sebagai penyedia produk maupun sisi pandang
pemustakasasaran sebagai pemakai produk.

d. Mengelola usaha pemasaran yaitu mengorganisasikan, menerapkan, dan


mengendalikan rencana pemasaran. Perpustakaan membuat sebuah organisasi
pemasaran yang menerapkan dan mengendalikan rencana pemasaran secara terus
menerus.

16
BAB IV
BAURAN PEMASARAN PERPUSTAKAAN

Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan organisasi


untuk mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran di
perpustakaan merupakan bagian dari perencanaan pemasaran yang ditentukan atas
dasar hasil-hasil dari kajian lingkungan pemasaran, riset pasar, kajian pengguna, serta
kajian kualitas produk yang ditawarkan.

Selain itu bauran pemasaran juga merupakan bagian penting dari sebuah strategi
pemasaran yang mencakup seluruh aspek produk seperti, sesuai kebutuhan pemustaka?
kemudahan akses? menarik tidaknya? terjangkau harganya? Bauran pemasaran juga
membantu memposisikan produk perpustakaan dalam persepsi pemustaka sasaran,
sehingga perpustakaan dan pemustaka dapat menyediakan/menawarkan beragam produk
atas dasar beragam kelompok pemustaka sasaran.

4.1 Elemen-Elemen Four Ps


Elemen-elemen bauran pemasaran 4 P terdiri dari product, price, place, promotion.
a. Product, merupakanseluruh produk yang ditujukan untuk pasar sasaran.
b. Price, merupakanseluruh biaya yang dipertimbangkan untuk dikenakan kepada pasar
sasaran dan tidak berarti hanya uang.
c. Place, merupakan tempat dimana produk dapat diperoleh dan bagaimana cara
memperolehnya.
d. Promotion, merupakan seluruh teknik komunikasi yangn digunakan untuk menjangkau
pasar sasaran.

4.2 Elemen-Elemen Four Cs


Elemen-elemen bauran pemasaran 4C meliputi customer, cost, convenience,
communication. Bauran pemasaran 4 C merupakan konsep yang dikembangkan oleh
Philip Kotler atas dasar pemikiran bahwa pemasaran harus berfokus pada konsumen.
Kotler (dalam Elliot, 2007:53) menjelaskan bahwa paradigma penjual 4P-product, price,
place, promotion harus berubah menjadi 4C, oleh karenanya bauran pemasaran yang
berfokus dan berorientasi pada konsumen, maka product menjadi customer value; price
menjadi cost untuk konsumen termasuk unsur tenaga dan waktu; place untuk konsumen

17
harus convenience; dan promotion menjadi communication yang berarti dua arah atau
timbal balik.

Kegiatan pemasaran sebuah perpustakaan menggabungkan kedua konsep bauran


pemasaran tersebut, dimana keseluruhan elemen harus ada secara berbeda tergantung
dari jenis perpustakaannya, perbedaan waktu, serta pemustaka sasarannya.

4.3 Bauran Pemasaran Untuk Perpustakaan


Pemustaka dari sebuah perpustakaan dipengaruhi oleh bagaimana bauran pemasaran
(4P dan 4C) secara keseluruhan ditangani. Keragaman karakteristik pemustaka dari
berbagai aspek seperti usia, pendidikan, pekerjaan, ekonomi dan lain-lain dapat
mempengaruhi keragaman kebutuhan informasi, cara memenuhi kebutuhan informasi,
format media informasi yang diinginkan dan lain-lain, sehingga diperlukan rancangan
bauran pemasaran yang berbeda, yang sesuai dengan kelompok pemustaka sasaran.

Sebagai contoh sebuah perpustakaan umum yang memiliki fungsi untuk memberikan
layanan informasi kepada berbagai segmen atau kelompok pemustaka seperti anak-anak,
ibu rumah tangga, ibu pekerja, pensiunan, pelajar, mahasiswa dan lain-lain. Masing-
masing segmen membutuhkan infomasi yang berbeda seperti artikel ilmiah, cerita anak,
informasi masakan, informasi sekolah, informasi pekerjaan dan lain-lain.

Selain itu mereka mencari kebutuhan informasi dengan cara yang berbeda pula seperti
mencari di rak kolekasi, atau bertanya pada pustakawan, atau mencari di database yang
dilanggan perpustakaan, atau konsultasi melalui telepon atau internet/media sosial dan
lain-lain. Selanjutnya mereka juga memilih media informasi yang mereka inginkan bisa
tercetak atau elektronik. Oleh karenanya bauran pemasaran yang meliputi;
product/customer value, price/user cost, place /user convenience, promotion/user
communication untuk setiap segmen/kelompok pemustaka dirancang berbeda agar sesuai
dengan keinginan pemustaka sasaran.

Rancangan bauran pemasaran sebuah perpustakaan juga harus memperhatikan


bagaimana perpustakaan tersebut dipandang dan dipersepsi oleh pemustaka sasaran.
Apa produk perpustakaan yang menarik? apakah perpustakaan yang berteknologi tinggi?
apakah perpustakaan yang berkualitas? apakah perpustakaan yang konvensional? dan
lain-lain. Selain itu perlu juga mengetahui seberapa banyak pemustaka potensial yang
tertarik menggunakan perpustakaan? mengapa masih ada pemustaka potensial yang

18
tidak menggunakan perpustakaan? perubahan apa yang harus dilakukan agar dapat
menyediakan layanan informasi yang lebih efektif? dan lain-lain.

Sikap pemustaka sasaran terhadap perpustakaan dapat mempengaruhi perilakunya


terhadap perpustakaan termasuk layanan yang disediakan. Oleh karenanya riset tentang
bagaimana penerimaan pemustaka sasaran terhadap perpustakaan dapat menjadi dasar
bagi rancangan bauran pemasaran. Berikut ini adalah penjelasan tentang elemen-elemen
bauran pemasaran untuk perpustakaan;
a. Produk dan Layanan/ Customer Value
Kotler&Amstrong (2008:204) menjelaskan, bahwa product is anything can be offered
to a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want ro
need. Selanjutnya Kotler & Amstrong juga menjelaskan bahwa produk meliputi,
physical goods, services, experiences, events, persons, places, properties,
organizations, information, and ideas.
Adapun produk yang dapat disediakan/ditawarkan oleh perpustakaan (dijelaskan di
Bab II) meliput;
1) produk/layanan,
2) organisasi,
3) orang,
4) tempat,
5) 5isu-isu sosial.

Pada prinsipnya produk yang disediakan/ditawarkan oleh perpustakaan harus memiliki


nilai yang lebih besar dari biaya yang telah dikeluarkan baik oleh pemustaka aktual
maupun pemustaka potensial. Desain dan kualitas layanan perpustakaan
dimanifestasikan dalam faktor-faktor yang bersifat tangible, seperti ketepatan waktu
layanan, keakuratan dan kemutakhiran informasi, ketepatan media informasi yang
disediakan. Kemudian desain dan layanan perpustakaan juga dimanifestasikan dalam
faktor-faktor yang bersifat intangible berupa pelatihan dan peningkatan motivasi para
pustakawan, penggunaan sumber-sumber informasi secara efektif, dan pengetahuan yang
luas dan mendalam tentang karakteristik pemustaka aktual dan pemustaka potensial.

Perlu diingat bahwa produk perpustakaan di desain sesuai dengan karakteristik


segmen/kelompok pemustaka sasaran, karena setiap kelompok memiliki perbedaan
kebutuhan informasi dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut.

19
Sebagai contoh sebuah perpustakaan perguruan tinggi, dapat menawarkan beragam
layanan peminjaman, silang layan, fasilitas akses dan lain-lain yang berbeda untuk
segmen/kelompok mahasiswa S1, segmen/kelompok mahasiswa pascasarjana S2 dan S3
dan kelompok dosen.

Setiap segmen/kelompok mencari keluasan dan kedalaman informasi yang berbeda, juga
memanfaatkan untuk tujuan yang berbeda. Produk-produk perpustakaan seperti layanan
informasi dapat secara kreatif dibuat untuk menjawab berbagai kebutuhan layanan
perpustakaan/layanan informasi dari beragam segmen/kelompok pemustaka.
Perpustakaan umum dapat menawarkan layanan penelusuran informasi untuk
segmen/kelompok pelaku bisnis, atau acara-acara khusus (special event) seperti diskusi
tentang mendidik anak untuk segmen/kelompok ibu dan anak, nonton barenguntuk
segmen/kelompok pencinta film, pagelaran mini untuk segmen/kelompok pencinta musik
dan lain-lain.

Menurut Jain (1999:110-112), ada empat alasan penting mengapa produk perpustakaan
harus direncanakan yaitu:

1. Perubahan kebutuhan pemustaka Kebutuhan dan keinginan pemustaka berubah dari


waku ke waktu. Misalnya kebutuhan informasi tentang penelitian yang dapat diperoleh
melalui abstrak akan terus berubah seiring dengan perkembangan dan perubahan
kegiatan penelitian yang terus berjalan. Kemudian kebutuhan subjek yangdapat terus
berubah, juga jumlah dan tipe jurnal yang dibutuhkan oleh pemustaka sasaran dapat
berubah. Dengan kata lain produk yang disediakan/ditawarkan perpustakaan harus
disesuaikan dengan perubahan-perubahan kebutuhan dan keinginan dari pemustaka
sasaran,

2. Perubahan profil pemustaka. Beberapa faktor eksternal seperti pendidikan dan


pekerjaan dapat merubah kebutuhan informasi dari pemustaka sasaran. Oleh
karenanya perlu dipertimbangkan untuk menyediakan/menawarkan produk baru yang
sesuai dengan mereka tanpa menghilangkan produk yang telah ada , karena produk
lama pasti tetap ada yang membutuhkan,

3. Perubahan pada produk kompetitor. Peningkatan kuantitas dan kualitas produk yang
disediakan/ditawarkan oleh kompetitor akan membuat produk kita menjadi kurang
dimata pemustaka sasaran kita,

20
4. Perubahan teknologi. Perubahan teknologi informasi dan komunikasi membuat
dampak signifikan pada kegiatan perpustakaan. Melalui sarana teknologi kecepatan
akses relatif tidak memerlukan waktu yang lama, informasi yang diperlukan dapat
dihimpun melalui beragam sumber dengan materi informasi yang mutakhir/terkini
Informasi yang dikemas dalam media elektronik dapat diakses lebih cepat, lebih
mudah karena dapat darimana saja, serta dengan isi yang lebih mutakhir. Oleh
karenanya perlu dipertimbangkan untuk menyediakan produk layanan perpustakaan
dan informasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi.

b. Price/User Cost
Harga merupakan elemen bauran pemasaran yang paling sulit dipertimbangkan dan
diterapkan di perpustakaan sehingga harga seringkali tidak digunakan sebagai elemen
dalam bauran pemasaran sebuah perpustakaan. Namun perlu diingat untuk dapat
memenuhi kebutuhan informasi pemustaka sasaran dibutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Kelengkapan koleksi baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik seperti e-
books, e-journal dan harus selalu dijaga kemutakhirannya, serta segala fasilitas untuk
kemudahan dan kenyamanan pemustaka sasaran merupakan produk yang
disediakan/ditawarkan perpustakan sebagai lembaga informasi.

Semua itu membutuhkan pembiayaan yang besar. Namun demikian, selama lembaga
payung yang bertanggung jawab pada perpustakaan dan segala kegiatannya
memahami serta bersedia dan mampu menanggulangi seluruh biaya maka seluruh
layanan perpustakaan dan informasi dapat diberikan secara cuma-cuma. Sebenarnya
biaya dapat dikenakan pada layanan-layanan tertentu seperti fotokopi, paket informasi
terseleksi, dan layanan antar. Selain itu untuk menjadi anggota perpustakaan dapat
juga dikenakan biaya.

Perpustakaan komunitas yang saat ini banyak terdapat di kota-kota besar di Indonesia
seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta menentukan sejumlah biaya untuk menjadi
anggota dan untuk memanfaatkan koleksi serta fasilitas yang disediakan/ditawarkan.
Sejauh ini tidak ada keberatan dari anggota untuk membayar biaya yang ditentukan
karena perpustakaan tersebut menyediakan kebutuhan informasinya. Tentu saja
harga atau biaya yang dikenakan dapat berdasar pada tipe produk dan
segmen/kelompok pemustaka sasaran dari produk tersebut.

21
Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk menentukan harga/biaya layanan
perpustakaan dan informasi yaitu,

1. Perpustakaan yang memasarkan produk. Perpustakaan dari sebuah organisasi profit


dapat menentukan harga layanan perpustakaan dan informasi yang harus
dibayarkanoleh pemustakasasaran bahkan untuk memperoleh keuntungan.
Sedangkan perpustakaan yang didanai sebagian atau sepenuhnya oleh sebuah
organisasi dapat mempertimbangkan untuk mengenakan biaya pada layanan
perpustakaan dan informasinya hanya untuk menutup biaya operasional semata.
Namun demikian keputusan untuk mengenakan biaya harus diambil dengan hati-hati
agar tidak mengganggu citra perpustakaan tersebut dimata pemustaka sasaran,

2. Produk yang dipasarkan. Karakteristik produk seperti ketepatan, kesesuaian isi


informasi, kemudian tipe produk seperti kemasan cetak atau non cetak, layanan antar,
dan nilai tambah produk bagi pemustaka akan memengaruhi harga/biaya produk
perpustakaan tersebut,

3. Pemustaka yang membeli/memanfaatkan produk tersebut.


Nilai informasi bagi pemustaka, kemampuan untuk membayar, serta keinginan
pemustaka untuk membayar merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk
menentukan harga/biaya produk perpustakaan tersebut,

4. Kompetisi. Perlu mencari tahu apakah ada lembaga informasi lain yang menyediakan
produk yang sama dan bergerak pada segmen/kelompok pemustaka yang sama
mengenakan harga/biaya dan berapa besarnya. Informasi ini menjadi pertimbangan
untuk menentukan harga/biaya produk perpustakaan,

5. Memahami sensitivitas pada pengenaan harga/biaya untuk sebuah


layananperpustakaan dan informasi. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi
pemikiran kritis pemustaka berupa kerelevanan antara besaran biaya dan kualitas
layanan yang diberikan.

c. Place/User Convenience

Place atau Tempatdalam pemasaran dapat diartikan sebagai pendistribusian, dan


pada pemasaran perpustakaan berkaitan dengan dimana serta bagaimana layanan
perpustakaan dan informasi tersedia untuk pemustaka sasaran. Ketersediaan layanan

22
meliputi lokasi perpustakaan yang mudah dijangkau pemustaka serta kenyamanan
untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

Tempat/Pendistribusian ini meliputi;

1. Jam buka. Setiap jenis perpustakaan dapat menerapkan jam buka perpustakaan
yang berbeda tergantung dari segmen/kelompok pemustaka yang dilayanainya.
Misalnya perpustakaan perguruan tinggi dapat menyediakan layanan
perpustakaan dan informasi hingga malam hari karena civitas akademika,
khususnya para mahasiswa memerlukannya.

2. Layanan keliling. Layanan perpustakaan dan informasi seharusnya dapat juga


dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal jauh dari perpustakaan. Oleh
karenanya diperlukan layanan perpustakaan keliling yang dapat menjangkau
mereka. Di Indonesia di kenal dengan perpustakaan keliling yang menggunakan
mobil untuk mencapai pemustaka hingga ke pelosok

3. Lokasi perpustakaan selain harus mudah dijangkau oleh pemustaka kemudahan


transportasi, juga harus mempertimbangkan faktor keamanan.

4. Tampilan dan suasana gedung/ ruang perpustakaan. Tata ruang sebuah


perpustakaan merupakan faktor penting bagi pembentukan persepsi pemustaka
tentang perpustakaan tersebut. Kesan yang ingin dibangun dapat dimulai dari
bagaimana tampilan perpustakaan tersebut yang meliputi pilihan dan tata letak
furniture, warna-warna yang dipilih, hiasan-hiasan yang ada dan lain-lain. Selain
itu perlu membangun suasana yang menyenangkan melalui keramahan
pustakawan dan kenyamanan ruang sehingga pemustaka merasa bahwa
kehadirannya memang diharapkan.

d. Promotion/Promosi
Promosi dalam pemasaran dideskripsikan sebagai komunikasi pemasaran. Kegiatan
promosi perpustakaan dilakukan untuk membangun komunikasi yang efektif antara
perpustakaan dengan pemustakanya yang meliputi;
1. memahami secara menyeluruh produk perpustakaan yang ditawarkan, kemudian
mendiskusikandengan pustakawan atau staf perpustakaan yang bertanggung
jawab mengembangkan dan mendistribusikan,

23
2. berbicara pada pemustaka, dan mencari tahu mengapa mereka menggunakan
perpustakaan anda,
3. berbicara pada mereka yang memilih menggunakan perpustakaan lain dan mencari
tahu mengapa mereka tidak menggunakan perpustakaan anda,
4. mengetahui dan memahami sikap negatif pada produk perpustakaan, kemudian
tunjukkan nilai tambah atau keuntungan memanfaatkan produk perpustakaan anda.

Ada beberapa alat promosi yang dapat digunakan yaitu;

1. pemasaran langsung/ direct marketing,


2. hubungan masyarakat/public relations,
3. periklanan/advertising,
4. promosi penjualan/sales promotion,
5. penjualan secara pribadi/personal selling
6. acara khusus dan pengalaman/special event

Namun demikian ada empat teknik promosi yang dianggap paling sesuai untuk kegiatan
pemasaran perpustakaan yaitu,

1. pemasaran langsung/ direct marketing,


2. hubungan masyarakat/public relations,
3. periklanan/advertising
4. acara khusus dan pengalaman /special event

24
BAB V
SEGMENTASI PASAR PERPUSTAKAAN

5.1 Karakteristik Segmentasi


Segmentasi pasar pada perpustakaan merupakan pembagian pemustaka ke dalam
kelompok-kelompok pemustaka atas dasar beberapa karakteristik agar lebih mudah di
kelola. Seperti kita ketahui bahwa pemustaka tidak homogen atau heterogen, mereka
mungkin berbeda kebutuhan, keinginan, tempat, sumber daya dan lain-lain, sehingga
mereka membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Menurut Elliot (2007:116)
segmen pasar harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu,

a. Homogen. Segmen pasar harus teridentifikasi homogen, misalnya kelompok


pemustaka yang mempunyai kebutuhan informasi pada subjek yang sama sehingga
memerlukan spesifik layanan informasi tentang subjek tersebut.
b. Dapat diakses. Segmen pasar harus dapat diakses sehingga dapat dipenuhi
kebutuhannya.
c. Dapat diukur. Segmen pasar harus terukur meski tidak selalu mengarah pada jumlah
pemustaka tetapi lebih kepada biaya yang diperlukan.

Perpustakaan dan pustakawan harus melakukan segmentasi pasar atau membagi


pemustaka ke dalam kelompok-kelompok agar lebih efektif dan efisien dalam memberikan
layanan perpustakaan dan informasi, serta mempermudah dalam pengembangan layanan
tersebut karena jelas siapa pemustaka sasarannya. Selanjutnya segmen pasar akan
menjadi sasaran utama apabila memenuhi persyaratan berikut ini.

a. Awareness – apakah mereka dapat dibangkitkan kesadarannya pada layanan


perpustakaan dan informasi yang ditawarkan?
b. Availibity – apakah layanan perpustakaan dan informasi dapat tersedia untuk
merekasecara efektif?
c. Affordability – apakah mereka mampu menggunakan layanan perpustakaan dan
informasi yang ditawarkan?
d. Acceptability – apakah layanan perpustakaan dan informasi yang ditawarkan dapat
dibuat lebih bisa diterima oleh mereka? (Elliot,2002:117)

25
5.2 Metode Segmentasi
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membagi pasar ke dalam segmen-
segmen. Menurut Kotler & Keller (2009:301-325), Elliot (2007:118-132) ada beberapa
teknik segmentasi, yaitu:

a. Segmentasi Geografis – pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda,


seperti negara, propinsi, kota, kabupaten, kabupaten kota, kecamatan, kelurahan dan
lain lain. Sebuah lembaga dapat memutuskan untuk beroperasi di satu atau lebih
wilayah atau di seluruh wilayah tetapi fokus pada perbedaan local. Sebagai contoh,
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jawa Barat, meski dapat digunakan oleh
pemustaka dari seluruh Indonesia tapi lebih fokus pada pemustaka di daerah Jawa
Barat khususnya Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan sekitarnya.

b. Segmentasi Demografis – pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan


usia, ukuran keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pendidikan, pekerjaan, agama,
kewarganegaraan, ras, kelas sosial. Segmentasi demografis dilakukan karena
kebutuhan, keinginan, preferensi dan perilaku pemanfaatan produk seringkali
berhubungan atau dipengaruhi oleh variabel-variabel demografis. Sebagai contoh
kelas sosial memiliki pengaruh kuat dalam kebiasaan membaca. Individu dalam kelas
sosial yang lebih tinggi lebih punya banyak kesempatan untuk memilih dan memiliki
bacaan yang baik, serta fasilitas membaca yang lebih nyaman. Kebiasaan keluarga
kelas sosial yang lebih tinngi untuk mengoleksi bacaan juga mempengaruhi kebiasaan
membacanya. Selera kelas sosial dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.

c. Segmentasi Psikografis – pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan


gaya hidup, atau kepribadian, atau nilai. Orang-orang dalam kelompok demografis
yang sama menunjukkan gambaran psikografis yang berbeda. Klasifikasi yang
dilakukan VALS dari Consulting Business Intelligence menghasilkan delapan
kelompok, yaitu;
1) Inovator
2) Pemikir
3) Pengejar prestasi
4) Pengejar pengalaman
5) Pemercaya
6) Penyaing
7) Pembuat
8) Pejuang

26
Kemudian Abraham Maslow dengan teori kebutuhan dasar manusia yang dibagi menjadi
lima jenis sangat membantu pustakawan untuk dapat memberikan layanan perpustakaan
dan informasi pada pemustaka. Adapaun lima kebutuhan dasar manusia adalah:

a. Kebutuhan fisik – perpustakaan dan pustakawan perlu memikirkan untuk


melengkapi beberapa fasilitas agar pemustaka dapat berkegiatan di perpustakaan
dengan tenang dan nyaman. Misalnya melengkapi fasilitas kamar mandi yang
bersih dan nyaman, kantin, ruang ganti, ruang ibu menyusui, ruang baca yang
bersih dan nyaman, dan lain-lain.

b. Kebutuhan rasa aman – pustakawan harus mampu menciptakan susana yang


hangat dan ramah sehingga pemustaka merasa tenangdan aman serta tidak
cemas untuk berkegiatan di perpustakaan. Hindarkan rak dengan buku bertumpuk
diatas untuk mencegah buku jatuh yang dapat mencelakakan, hindarikan kabel-
kabel listrik teruntai di lantai.

c. Kebutuhan sosial – perasaan diterima sebagai anggota perpustakaan perlu


dibangun dan dipertahankan. Oleh karenanya memiliki kartu anggota menjadi
penting. Kemudian menginformasikan acara khusus yang akan diselenggarakan
pada pemustaka, serta meminta masukkan untuk pengembnagan perpustakaan
merupakan cara memenuhi kebutuhan ssosial pemustaka. Sebagai contoh
perpustakan sekolah yang mempublikasikan hasil telaah buku para murid, dan
lain-lain.

d. Kebutuhan dihargai – merasa dihargai oleh orang lain merupakan salah satu
kebutuhan manusia untuk membangun konsep diri yang positif. Mempunyai
pengetahuan yang luas merupakan salah satu kekuatan yang membuat
seseorang dihargai orang lain. Perpustakaan dan pustakawan dapat memenuhi
kebutuhan tersebut dengan menyediakan, memberikan layanan informasi yang
sesuai kebutuhnnya

e. Aktualisasi diri – menjadi individu yang dapat mengaktualisasikan diri tentunya


harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang mumpuni. Perpustakaan dan
pustakawan dapat membantu seseorang untuk mengaktualisasikan diri dengan
sediaan informasi yang sesuai kebutuhannya.

27
d. Segmentasi Perilaku – pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok
berdasarkan penggunaan, keinginan untuk berinovasi, atau keuntungan yang
diterima pasar.

e. Menciptakan Perbedaan
Esensi pemasarandi perpustakaan adalah untuk menginformasikan pada
pemustaka dan merubah mereka mulai dari menyadari adanya produk
perpustakaan hingga menggunakannya.

Barrett (1995 dalam Elliot, 2007:129) menjelaskan bahwa ada tiga pertanyaan yang harus
diajukan untuk berkomunikasi dengan pasar yang terpilih atau pasar sasaran, yaitu;
a. Apa yang kita ingin mereka tahu?
b. Apa yang kita ingin mereka rasakan?
c. Apa yang kita ingin mereka lakukan?

Jawaban atas pertanyan-pertanyaan di atas dapat menjadi dasar untuk membuat program
pemasaran yang jelas dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Setiap kelompok
pemustaka memiliki kebutuhan, keinginan, dan permintaan yang berbeda oleh karenanya
perpustakaan dan pustakawan harus memiliki beragam layanan perpustakaan dan
informasi untuk dapat memberikan kepuasan pada pemustaka. Namun tidak berarti setiap
perpustakaan harus memiliki semua informasi dan fasilitas. Perpustakaan boleh
menentukan segmen pemustakanya/pemustaka sasarannya yang sesuai dengan
kekuatannya. Selain itu perpustakaan dan pustakawan harus selalu memberikan nilai
tambah pada produk dan keuntungan-keuntungan menggunakan produk tersebut.
Sehingga selalu ada produk yang berbeda yang ditawarkan. Misalnya, bertambahnya
koleksi e-books, e-journal yang dapat diakses di ruang multi media yang nyaman,
tersedianya koleksi novel best seller yang dicetak dengan huruf besar untuk para manula,
dan lain-lain. Segmen pemustaka/pemustaka sasaran harus terus bertambah/meluas
seiring berkembangnya perpustakaan, karena prinsipnya perpustakaan harus dapat
dimanfaatkan oleh semua orang.

28
BAB VI
RISET PEMASARAN PERPUSTAKAAN

6.1 Memahami Riset Pemasaran


Riset pemasaran merupakan perancangan, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data
serta temuan secara sistematis, yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang
dihadapai lembaga. Sebelum memulai kegiatan riset pasar, ada beberapa pertanyaan
yang harus dijawab terlebih dahulu, yaitu;
a. Apa yang ingin diketahui/dicari?
b. Mengapa harus diketahui/dicari?
c. Kapan harus diketahui/ dicari?
d. Bagaimana cara mengetahuinya/mencarinya?

Riset pemasaran perlu dilakukan oleh perpustakaan agar dalam pengambilan keputusan
operasional perpustakaan berdasar pada data yang akurat dan aktual. Hasil riset
pemasaran dapat digunakan untuk memprediksi, merencanakan dan
mengimplementasikan program dengan lebih efektif. Riset tentang pemustaka potensial
dan pemustaka aktual, kemudian evaluasi tentang produk layanan perpustakaan dan
informasi diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan dan produk selanjutnya. Riset
pemasaran pada perpustakaan juga meningkatkan motivasi para pustakawan dan seluruh
staf perpustakaan untuk bekerja lebih baik dan lebih baik lagi karena mereka bersama
manajemen ada dalam proses meningkatkan kinerja.

Penelitian kuantitatif dan kualitatif diperlukan; kuantitatif untuk mengukur perilaku


pemustaka, sedangkan kualitatif untuk mengkaji dan menggali perilaku pemustaka
termasuk motivasi perilakunya.

6.2 Langkah-langkah Riset Pemasaran


Riset pemasaran melibatkan lima langkah, yaitu;

a. Langkah ke-1: Mendefinisikan masalah dan tujuan –masalah tidak terlalu luas atau
terlalu sempit, sedangkan tujuan harus jelas dan rasional.
b. Langkah ke-2: Menyusun rencana riset – mengidentifikasi sumber data dan
mengumpulkan data sekunder, data primer, atau keduanya. Menentukan populasi dan
sampel, siapa yang harus disurvei? dan berapa banyak?

29
c. Langkah ke-3: Mengumpulkan data/informasi

Data/ informasi dapat dikumpulkan dengan teknik:

1) observasi – mengamati para pelaku dan keadaan yang relevan.


2) kelompok fokus – kumpulan dari enam sampai sepuluh orang yang diseleksi
secara cermat dan secara bersama-sama membahas topik-topik yang diteliti untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan pemasar.
3) survei – mengadakan survey untuk mempelajari pengetahuan, keyakinan,
preferensi dan kepuasan orang.
4) data perilaku – orang meninggalkan jejak perilaku penggunaan, pembelian
produk. Misalnya, koleksi perputakaan apa yang paling banyak dimanfaatkan.
5) eksperimen – digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dan tidak
mengandalkan hasil pengamatan/observasi.
6) kuesioner – sekumpulan pertanyaan yang disampaikan kepada responden
7) servqual – mengidentifikasi jurang antar harapan yang diinginkan dan kenyataan
yang didapat.
8) wawancara – wawancara tatap muka, wawancara melalui telepon, wawancara
online.
d. Menganalisis informasi – menyaring temuan-temuan dari data yang dikumpulkan.
e. Menyajikan hasil temuan – menyajikan temuan yang menjawab tujuan riset. Hasil riset
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

30
BAB VII
KOMUNIKASI PEMASARAN PERPUSTAKAAN

7.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran


Pemasaran bukan sekedar menyediakan atau mengembangkan produk yang baik, dan
membuatnya mudah dijangkau pasar sasaran, tetapi juga membangun dan
mengembangkan komunikasi yang baik, yang efektif dengan semua pihak yang terkait.
Komunikasi pemasaran adalah proses penyampaian pesan dengan tujuan untuk
memasarkan produk. Fill (2006:17) menjelaskan bahwa;

marketing communication is a management process through which an organization


engages with its various audiences. By understanding an audience’s communications
environment, organizations seek to develop and present messages for its identified
stakeholder groups, before evaluating and acting upon the responses. By conveying
messages that are of significant value, audiences are encouraged to offer attitudinal
and behavioural responses.

Sebuah perpustakaan harus membangun dan mengembangkan komunikasi dengan


pemustaka dan juga pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan perpustakaan, termasuk
pertimbangan-pertimbangan untuk menentukan pesan apa yang akan disampaikan,
mengapa disampaikan, kapan disampaikan, dimana disampaikannya, siapa yang
menyampaikannya, dan bagaimana menyampaikannya. Dengan demikian program
komunikasi pemasaran dibuat berbeda untuk setiap segmen/kelompok pemustaka
sasaran, mulai dari menentukan pesan yang akan disampaikan hingga menentukan cara
penyampaiannya.

7.2 Komponen-Komponen Komunikasi


Dalam komunikasi terdapat beberapa komponen yaitu;

a. Penyampai pesan/Sumber/Komunikator, adalah individu atau organisasi penyampai


pesan yang mengupayakan agar pesan yang disampaikan pada penerima pesan
sesuai dengan tujuan komunikasi tersebut.

b. Enkoding, adalah proses pengkodean pesan yang disampaikan kedalam simbol-


simbol.

31
c. Pesan, adalah apa-apa yang disampaikan penyampai pesan kepada penerima
pesan.Pesan dapat berbentu verbal atau non verbal. Pesan yang disampaikan
harusmenggunakan tanda-tanda yang dikenali/dimengerti oleh penerima pesan.Pesan
disampaikan melalui media yan ditentukan.

d. Dekoding, adalah proses penguraian kode pesan, berupa simbol-simbol yang


disampaikan, untuk memahami pesan. Dekoding disebut juga sebagai proses
interpretasi atau pemaknaan pesan.

e. Penerima pesan/Komunikate, adalah individu atau organisasi yang menerima pesan.

f. Umpan balik, adalah tanggapan yang disampaikan penerima pesan kepada


penyampai pesan. Tanggapan akan sangat bervariasi dari yang positif hingga yang
negatif. Evaluasi terhadap umpan balik amat penting untuk mengeyahui keberhasilan
komunikasi dan menjadi dasar bagi pengembangan program komunikasi pemasaran
berikutnya.

g. Gangguan, adalah hal-hal yang menganggu sampainya pesan kepada penerima


pesan. Gangguan dapat disebabkan oleh faktor kognitif atau faktor fisik.

Menurut Kotler (1998:207), beberapa faktor yang dapat menyebabkan gangguan adalah:
a. perhatian selektif /selective attention. Setiap hari ada ribuan promosi produk melalui
berbagai media tetapi hanya sedikit saja yang diperhatikan secara sadar, dan hanya
beberapa saja yang memancing reaksi. Oleh karenanya pesan harus dirancang
semenarik mungkin agar mendapat respon yang sesuai keinginan,

b. penyimpangan selektif/selective distortion. Orang mempunyai serangkaian sikap yang


akan mempengaruhi apa yang ingin dia dengar dan dia lihat. Komunikate mungkin
menyimpangkan pesan untuk mendengar apa yang mereka ingin dengar, sehingga
mereka akan menambahkan hal-hal yang tidak ada dalam pesan atau hanya
mendengarkan hal-hal yang sesuai dengan keyakinannya. Oleh karenanya
komunikator harus merancang pesan yang sederhana, menarik, jelas, menggunakn
simbol-simbol yang dipahami komunikate dan disampaikan secara berulang-ulang
agar isi pesan dapat diterima sesuai yang diinginkan,

c. Ingatan selektif/selective recall. Orang akan mengingat hal-hal yang dianggapnya


berarti dan akan disimpannya dalam memori jangka panjangnya. Artinya tidak semua

32
pesan akan melewati memori jangka pendek ke memori jangka panjang, karena hal
tersebut tergantung pada jumlah dan jenis pengulangan pesan yang dilakukan
komunikate. Pengulangan pesan merupakan proses yang dilakukan komunikate untuk
memperjelas arti pesan hingga diputuskan untuk diterima dan diingat. Dengan
demikian pesan komunikasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat secara
efektif memberi arti bagi komunikate sehingga dapat diterima dan diingat.

7.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Komunikasi


Fiske dan Hartley (1980 dalam Kotler 1997:207) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas suatu komunikasi adalah, (a) semakin besar monopoli sumber
komunikasi/penyampai pesan/komunikator terhadap penerima pesan/komunikate, maka
semakin besar kemungkinan penerima pesan/komunikate akan menerima pesan tersebut,
(b) pengaruh komunikasi akan semakin besar jika pesan yang disampaikan sesuai dengan
pendapat/kepercayaan dan karakteristik penerima pesan/komunikate, (c) komunikasi
dapat menyebabkan perubahan yang efektif terhadap masalah yang tidak diketahui, tidak
dikenal, dianggap ringan, bukan inti, dan yang tidak terletak pada puast sistem nilai
penerima pesan/komunikate, (d) komunikasi akan lebih efektif jika sumber/penyampai
pesan/komunikator memiliki keahlian, status yang tinggi, objektif, atau disukai. Namun
yang paling utama komunikator memiliki kekuasaan dan dapat diidentifikasikan.

Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dapat dibagi dua yaitu,
a. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi
Media komunikasi dapat berupa media cetak seperti brosur, leaflet, majalah dan lain-
lain, media elektronik seperti tv, radio dan lain-lain, juga media baru dengan adanya
internet, seperti email, media sosial dan lain-lain. Media yang akan digunakan untuk
kegiatan pemasaran harus dipilih yang sesuai dengan tujuan pemasaran, mengingat
setiap media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu media yang
dipilih juga harus sesuai dengan karakteristik pencarian infromasi para komunikate
sasaran. Contohnya sebuah perpustakaan tidak menggunakan media sosial X untuk
memasarkan produknya jika pemustaka sasarannya bukan pengguna media sosial X

b. orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap lembaga atau individu
dapat berkomunikasi dengan beragam komunikate dengan cara yang berbeda, pesan
yang berbeda, dan media yang berbeda pula.

33
7.4 Langkah-Langkah Mengembangkan Komunikasi yang Efektif
a. Mengidentifikasi komunikate sasaran
Komunikate sasaran atau jika di perpustakaan adalah pemustaka sasaran harus
diidentifikasi. Mereka bisa individu, kelompok, komunitas tertentu, dan lain-lain.
Komunikator atau jika diperpustakaan adalah pustakawan harus mengetahui dengan
jelas siapa komunikate sasaran atau pemustaka sasarannya. Karena komunikate
sasaran atau pemustaka sasaran akan mempengaruhi keputusan komunikator atau
putakawan dalam menentukan apa yang akan dikatakannya, kapan mengatakannya,
dimana mengatakannya, dan bagaimana mengatakannya.

b. Menentukan tujuan komunikasi


Komunikator atau pustakawan harus menentukan umpan balik/tanggapan yang
diharapkan dari komunikate sasaran atau pemustaka sasaran. Apakah yang
diinginkan adalah perubahan kognitif, perubahan sikap, atau perubahan perilakudari
komunikate sasaran atau pemustaka sasaran?

c. Merancang pesan komunikasi


Pesan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diterima dan dipahami
penerima pesan. Kotler (1998:212) menjelaskan bahwa pesan harus memenuhi
prinsip AIDA (attention, interest, desire, action). Pesan harus menarik perhatian,
menumbuhkan ketertarikan, membangkitkan keinginan, dan menggerakkan tindakan.
Selanjutnya Kotler (1997:212) menjelaskan bahwa dalam memformulasikan pesan
perlu melihat empat hal yaitu,
1) isi pesan. Komunikator atau pustakawan harus memperhatikan apa yang akan
dikatakan kepada komunikate atau pemustaka. Komunikate atau pemustaka yang
berbeda akan memerlukan pesan yang berbeda karena masing-masing
memanfaatkan produk yang sama untuk tujuan yang berbeda. Sehingga pesan
harus dirancang sedemikian rupa sehingga menarik bagi komunikate atau
pemustaka sasaran yang spesifik. Sebagai contoh, koleksi naskah kuno milik
Perpustakaan Nasional RI dibutuhkan oleh beberapa kelompok pemustaka, mulai
kelompok mahasiswa filologi (S2 &S3) untuk keperluan menyusun tesis atau
disertasi, kemudian kelompok dosen untuk mengajar, kelompok peneliti untuk
penyelesaian kegiatan penelitian. Tujuan pemanfaatan yang berbeda
membutuhkan informasi yang berbeda tentang produk, oleh karenanya pesan

34
harus disusun sesuai tujuan kepada kelompok pemustaka yang mana pesan akan
disampaikan,

2) struktur pesan. Komunikator atau pustakawan harus mampu menyampaikan


pesan secara logis yang dapat berbentuk argumen sepihak (menjelaskan
keunggulan produk semata) atau argumen dua pihak (menjelaskan keunggulan
dan kekurangan produk),

3) format pesan. Komunikator atau pustakawan harus mampu menyampaikan pesan


sesuai format yang dipilih. Pesan yang disampaikan melalui radio harus
menitikberatkan pada pemilihan kata, kualitas suara, dan vokalisasi.Misalnya iklan
radio untuk mengajak masyarakat gemar membaca, harus disuarakan dengan
penuh semangat dan menyenangkan.Kemudian pesan yang disampaikan melalui
media cetak harus memperhatikan warna, ilustrasi dan kata-kata yang akan
disampaikan. Pesan yang disampaikan secara antarpribadi dan tatap muka harus
memperhatikan kata-kata, ekspresi wajah, gerak gerik tubuh, pakaian, tata rias
wajah dan rambut,

4) sumber pesan. Siapa yang menyampaikan pesan harus ditentukan secara selektif.
Karena seringkali siapa yang menyampaikan lebih penting daripada apa yang
disampaikan. Penyampai pesan harus memiliki kredibilitas yaitu, keahlian,
kelayakan untuk dipercaya, serta daya tarik/kemampuan untuk disukai.

d. memilih saluran komunikasi


Media komunikasi yang akan digunakan harus efisien menyalurkan pesan dari
komunikator atau pustakawan kepada komunikate atau pemustaka. Seringkali
komunikator atau pustakawan membutuhkan berbagai jenis saluran komunikasi untuk
dapat menjangkau komunikate atau pemustaka yang beragam beragam. Kotler
(1997:216-219) menjelaskan bahwa ada dua saluran komunikasi yang dapat
digunakan yaitu, saluran komunikasi personal dan saluran komunikasi non-personal.
Saluran komunikasi personal merupakan komunikasi langsung antara dua orang atau
lebih secara tatap muka, atau menggunakan telepon, atau surat. Komunikasi personal
menggunakan saluran pendukung seperti wiraniaga, saluran pakar seperti ahli
dibidang tertentu, dan saluran sosial seperti teman, tetangga, anggota keluarga,
komunitas. Merekalah yang akanberbicara pada komunikate atau pemustaka sasaran.
Penyampaian pesan melaui mulut ke mulut (word of mouth) yang mengandalkan

35
kekuatan ucapan dan perkataan yang berasl dari saluran pakar dan saluran sosial
memiliki pengaruh kuat dalam perilaku pemilihan/pembelian sebuah produk. Adapun
saluran komunikasi nonpersonal merupakan komunikasi yang menggunakan media,
atmosfer, atau kegiatan/acara. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dapat berupa media cetak atau media noncetak. Kemudian penyampaian pesan dapat
juga dilakukan dengan cara membangun atmosfer/lingkungan/suasana yang dikemas
sedemikian rupa untuk menimbukan efek tertentu. Misalnya perpustakaan anak yang
ruang bacanya dilengkapi dengan karpet lebar berwarna cerah serta dilengkapi
dengan bantal-bantal warna-warni untuk mengkomunikasikan keriangan, kesenangan
dan santai. Selain melalui media baik cetak dan non cetak serta kegiatan,
penyampaian pesan dapat juga menggunakan kegiatan/acara yang dirancang khusus
untuk mencapai efek komunikasi tertentu. Misalnya acara bedah buku, lomba
bercerita dan lain-lain yang diadakan perpustakaan untuk mengenalkan perpustakaan
dan segala produknya serta membangun budaya baca dan ketrampilan literasi
informasi di kalangan pemustaka sasaran

e. menentukan anggaran kegiatan komunikasi

Lembaga harus menentukan besaran dana yang akan digunakan untuk memasarkan
lembaga beserta seluruh produknya.

f. membuat keputusan atas alat promosi yang akan digunakan

Lembaga harus menentukan alat promosi mana yang akan digunakan. Apakah akan
menggunakan periklanan, atau promosi penjualan, atau hubungan masyarakat, atau
penjualan secara pribadi, atau penjualan langsung? Perlu diingat bahwa setiap alat
promosi mempunyai karakteristik masing-masing dan biaya yang berbeda-beda.
Lembaga dapat menggunakan lebih dari satu alat promosi. Sebagai contoh sebuah
perpustakaan dapat menggunakan iklan televisi, brosur, pameran, seminar, jurnal dan
lain-lain untuk memasarkan produk-produknya

g. mengevaluasi hasil promosi


Lembaga/komunikator perlu mengukur dampak dari komunikasi/promosi pada
komunikate sasaran. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki, mengubah,
atau mengembangkan program pemasaran lembaga tersebut

36
h. mengelola proses komunikasi pemasaran terpadu
Penggunaan lebih dari satu alat promosi merupakan cara memaksimalkan dampak
komunikasi untuk menjangkau komunikate yang beragam. Berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi menumbuhkan banyak alat komunikasi modern atau media
baru yang dapat digunakan untuk menjangkau komunikate sasaran yang semakin
modern pula.

7.5 Alat-Alat Komunikasi Pemasaran


Menurut Kotler dan Keller (2007:204-205) ada enam alat komunikasi pemasaran yang
juga dikenal dengan bauran komunikasi pemasaran atau alat promosi yaitu:

a. Iklan adalah setiap bentuk presentasi nonpribadi dan berupa promosi gagasan,
barang, jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Untuk mengembangkan
program iklan perlu mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian
menentukan lima M yaitu;
1) Mission/Misi-tujuan iklan. Tujuan iklan merupakan tugas komunikasi tertentu dan
tingkat pencapaiannya harus diperoleh pada komunikate tertentu dalam waktu
tertentu. Tujuan iklan dibagi dalam beberapa tahap yaitu,
- tahap menginformasikan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan
tentang sebuah produk,
- tahap membujuk untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan,
pembelian suatu produk,
- tahap mengingatkan untuk merangsang pembelian kembali suatu produk,
- tahap memperkuat meyakinkan klien bahwa mereka telah memilih produk yang
tepat.
2) Money/Dana-berapa banyak uang yang dapat dibelanjakan,
3) Message/Pesan- pesan apa yang harus disampaikan. Pesan yang disampaikan
selain harus kreatif juga harus bertanggung jawab secara sosial, (d) Media/media-
media apa yang seharusnya digunakan. Untuk menentukan media yang paling
efektif yangakan digunakan untuk mengiklankan sebuah produk perlu
memperhatikan beberapa hal yaitu,
- jangkauan paparan, berapa banyak orang yang akan atau harus terpapar
pesan iklan dalam kurun waktu tertentu,
- frekuensi, jumlah waktu dalam kurun waktu tertentu orang akan atau harus
terpapar pesan iklan,

37
- dampak, nilai kualitatif paparan pesan iklan,
- kemampuan masing-masing jenis media untuk menghasilkan jangkauan,
frekuensi, dan dampak,

4) Measurement/ukuran-mengevaluasiefektivitas iklan pada tingkat kesadaran,


pengetahuan, preferensi, dan pembelian.
Iklan memiliki beberapa karakteristik yaitu,
▪ daya sebar yang luas, karena pesan dapat diulang berkala-kali. Selain itu
sebuah iklan dapat dibandingkan dengan iklan lain dari pihak pesaing,
▪ daya ekspresi yang besar, karena iklan dapat mendramatisir apa yang
ditawarkan melalui suara, gambar, dan warna,
▪ impersonalitas, orang tidak merasa wajib memperhatikan atau menanggapi
iklan.

b. Promosi penjualan adalah berbagai jenis insentif jangka pendek untuk mendorong
orang mencoba atau membeli produk yang ditawarkan. Promosi penjualan digunakan
untuk mencapai tujuan jangka pendek dengan menggunakan alat seperti, kupon,
kontes, hadiah, cindera mata, garansi, pengujian gratis, dan lain-lain. Ada tiga manfaat
promosi penjualan yaitu,
1) komunikasi - promosi penjualan membangun perhatian dan mengarahkan
konsumen pada produk yang ditawarkan,
2) insentif -promosi penjualan menggabungkan dorongan atau kontribusi yang
member nilai bagi klien,
3) Ajakan-promosi penjualan merupakan ajakan untuk terlibat dalam transakasi saat
itu juga

Adapun tujuan dari promosi penjualan berbeda-beda untuk setiap bentuk promosi.
Sebagai contoh sampel gratis digunakan untuk membangun kesadaran akan produk
baru dan merangsang klien untuk mencoba, sedangkan jasa konsultasi manajemen
untuk mempererat hubungan jangka panjang para pengecer.

c. Acara khusus dan pengalaman


Lembaga mensponsori kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membangun interaksi
setiap hari yang berkaitan dengan merek. Kegiatan-kegiatan yang disponsori
seharusnya benar-benar terpilih sesuai dan relevan dengan lembaga. Misalnya
Perpustakaan Nasional RI mensponsori kegiatan bedah buku, seminar tentang

38
perpustakaan 3.0, kegiatan media dan literasi informasi di sekolah-sekolah dan lain-
lain. Ada beberapa keuntungan menggunakan alat acara khusus dan pengalaman
yaitu,
1) Relevan - klienakan memperoleh pengalaman melalui keterterlibatan secara
personal dalam kegiatan yang betul-betul relevan dengan merek yang ditawarkan,
2) Terlibat - klien dapat menemukan acara khusus dan pengalaman dengan lebih aktif
terlibat langsung,
3) Implicit - acara khusus secara tidak langsung merupakan soft sell.

Menurut Kotler dan Keller (2007:274), tujuan dari acara khusus adalah untuk,

1. Mengidentifikasi sebuah pasar sasaran khusus atau gaya hidup,


2. meningkatkan kesadaran nama perusahaan atau produk,
3. menciptakan atau mengukuhkan persepsi klien tentang citra merek,
4. meningkatkan dimensi citra perusahaan,
5. menciptakan pengalaman dan membangkitkan perasaan,
6. mengungkapkan komitmen pada komunitas atau pada isu sosial,
7. menghibur klien utama atau memberi penghargaan pada karyawan kunci,
8. memungkinkan peluang perdagangan atau promosi.

d. Hubungan Masyarakat
Hubungan masyarakat – merancang berbagai program untuk mempromosikan dan
mempertahankan serta melindungi citra lembaga dan produk. Melalui alat promosi
hubungan masyarakat, suatu lembaga dapat berhubungan dengan semua publiknya
atau pihak-pihak yang berpengaruh terhadap kemampuan lembaga mencapai
tujuannya saat ini dan masa mendatang. Hubungan masyarakat mempunyai beberapa
sifat khusus yaitu,
1) kredibilitas tinggi – dianggap lebih otentik dan lebih dipercaya,
2) mampu menangkap klien yang lebih suka menghindari iklan dan wiraniaga,
3) dramatisasi – mampu mendramatisasi suatu lembaga atau produk.

Sebuah lembaga selayaknya memiliki departemen humas yang mengelola


hubungannya dengan publiknya. Ada lima fungsi humas yang harus dilaksanakan
yaitu,
1) hubungan pers – menyajikan berita atau informasi yang positif tentang lembaga,

39
2) pemberitaan produk – mensponsori upaya untuk memberitakan produk-produk
tertentu,
3) komunikasi korporat – meningkatkan pemahaman tentang lembaga dan
produknya,
4) lobi – melaksanakan negosiasi dengan berbagai lembaga /penyusun undang-
undang atau aturan, juga pejabatpemerintah untuk mendukung atau menolak,
5) pemberian saran – memberi informasi dan saran pada pihak manajemen tentang
masalah publik dan posisi serta citra lembaga pada masa-masa baik dan masa-
masa krisis.

Dewasa ini banyak lembaga membentuk hubungan masyarakat pemasaran


(marketing public relations/MPR) untuk mendukung promosi dan pembentukan citra
lembaga yang memiliki tugas-tugas sebagai berikut,

1) membantu peluncuran produk baru,


2) membantu memposisikan kembali produk yang sudah ada,
3) membangun minat terhadap produk baik yang baru maupun yang lama,
4) mempengaruhi kelompok klien sasaran tertentu,
5) membela produk yang tengah mengahadapi masalah dengan klien,
6) membangun citra korporat yang tercemin dengan baik dalam produknya.

Jadi MPR dapat membangun kesadaran melalui berita di media massa. Untukmenarik
perhatian orang pada suatu barang, jasa, ide/gagasan, orang, atau lembaga. MPR
juga dapat membangun kredibilitas melaui pesan dalam konteks editorial. MPR dapat
meningkatkan antusiasme para karyawan dengan informasi-informasi menarik tentang
produk-produk baru sebelum diluncurkan.MPR menurunkan biaya promosi karena
relatif lebih rendah biayanya dari pada iklan media dan surat langsung.MPR lebih
banyak menggunakan teknik pemasaran tanggapan langsung untuk menjangkau klien
satu persatu.

e. Pemasaran langsung – penggunaan media-media tertentu seperti surat, telepon,


faksimili, e-mail, internet, katalog, telemarketing, tv interaktif, untuk berkomunikasi
langsung atau meminta tanggapan, atau berdialog dengan klien tertentu dan calon
klien. Alat promosi pemasaran langsung mempunyai tiga karakteristik yaitu,

40
1) dapat disesuaikan dengan klien sasaran – pesan dapat disiapkan sedemikian rupa
sehingga menarik klien yang dituju,
2) mutakhir – pesan dapat disiapkan cepat sehingga selalu dapat memasukkan
informasi-informasi aktual,
3) interaktif – pesan dapat segera diubah sesuai dengan umpan balik yang diperoleh
dari klien pada saat itu.

Pemasaran langsung merupakan alat promosi yang tumbuh cepat dewasa ini karena
beberapa faktor seperti, mahalnya biaya trasportasi, kemacetan lalu lintas, kesulitan
mencari tempat parkir, antrian panjang di kasir yang memakan banyak waktu, mahalnya
waktu dan lain-lain membuat banyak orang menyukai belanja dari rumah, atau belanja
online. Belanja dari rumah dirasakan lebih bebas, lebih nyaman, dan menyenangkan.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi lebih mempermudah, mempercepat
pemasaran langsung dilaksanakan. Sebagai contoh perpustakaan dapat memasarkan
produknya melalui website. Selain itu perpustakaan dapat mengembangkan layanan
perpustakaan dan informasi melalui online dimana pemustaka dapat memperoleh
kebutuhan informasinya tanpa harus hadir secara fisik ke perpustakaan dan lain-lain.

f. Penjualan pribadi – penggunaan komunikasi tatap muka dengan klien, seperti


presentasi, menjawab pertanyaan, menerima pemesanan. Penjualan pribadi
merupakan alat promosi yang paling efektif pada tahap akhir proses pembelian. Ada
tiga ciri khusus dari alat promosi penjualan pribadi yaitu,

1) interaksi pribadi- adanya interaksi antara dua orang atau lebih secara langsung
dimana masing-masing pihak dapat saling mengamati dan memberikan respon atas
reaksi pihak lain,
2) perkembangan hubungan – memungkinkan berkembangnya segala betuk
hubungan baik bisnis maupun pribadi,
3) tanggapan – klien merasa wajib mendengarkan pembicaraan tentang produk yang
ditawarkan

7.6 Komunikasi Pemasaran Untuk Perpustakaan

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa alat komunikasi pemasaran atau alat
promosi yang dianggap paling sesuai untuk memasarkan perpustakaan dan produknya
adalah; iklan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, dan acara khusus. Apapun

41
pilihan alat promosi yang akan digunakan, penting untuk menerapkan langkah-langkah
pengembangan program komunikasi pemasaran sebagai berikut;
a. menetapkan tujuan yang akan dicapai - pada tingkat kognitif, afektif, atau perilaku. -
tujuan harus realistis dengan situasi dan kondisi lembaga, tujuan harus spesifik dan
terukur, tujuan harus mempunyai skala prioritas.
b. menentukan klien sasaran/pemustaka sasaran.
- ada dua tipe pemustaka sasaran yaitu, perorangan dan lembaga/organisasi,
- identifikasi pemustaka sasaran – siapa mereka.
c. menentukan pesan apa yang akan disampaikan kepada pemustaka sasaran
d. menentukan alat promosi yang akan digunakan untuk menjangkau pemustaka
sasaranpada waktu dan tempat yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik
Pemustaka sasaran. Apakah Iklan, Hubungan Masyarakat, Pemasaran Langsung,
Acara Khusus, atau kombinasi?
e. Menentukan waktu evaluasi, apa? kapan? dan bagaimana?
• evaluasi harus jelas dan fokus pada tujuan
• komponen utama yang harus dievaluasi adalah media dan pesan
• evaluasi dilakukan dalam dua tahap sebelum dan sesudah progam
komunikasi pemasaran dilaksanakan. Evaluasi ebelum pelaksanaan, untuk
meninjau kembali dan mengembangkan tujuan, sedangkan evaluasi sesudah
pelaksanaan untuk melihat hasil.

f. Menentukan pembiayaan – ada beberapa patokan yang dapat digunakan,


- kemampuan pendanaan lembaga (budget oriented),
- menentukan persentase biaya promosi dari keseluruhan dana yang dimiliki
lembaga,
- melihat dana promosi yang dikeluarkan lembaga pesaing/kompetitor,
- sesuai kebutuhan promosi (program oriented).

42
Berikut ini contoh-contohkegiatan promosi
HUBUNGAN PEMASARAN
IKLAN ACARA KHUSUS
MASYARAKAT LANGSUNG

Iklan Cetak Ceramah Katalog Produk Festival

Kemasan Luar Seminar Surat Olah Raga

Sisipan Kemasan Laporan Tahunan Faksimili Hiburan

Brosur Sumbangan Amal Telepon Seni

Peralatan untuk
Buklet e-mail Kegiatan Amal
Pers
Hubungan dengan
Poster Telemarketing Menjadi Sponsor
Pemerintah
Hubungan dengan Pemesanan Peluncuran
Liflet
Komunitas Online Produk
Hubungan dengan
Audiovisual Belanja Online Wisata
Media
Pemberitaan
Tentang Lembaga,
Simbol dan Logo Radio Interaktif Pameran
Produk, Kegiatan,
Orang
Penulisan Artikel
Videotape Televisi Interaktif Kegiatan Lomba
di Media

Pajangan/displays Majalah Internal Internet

Menjadi sponsor
Tanda Pajangan Media Sosial
Kegiatan

Film Melobi

Direktori

Iklan Siaran

Iklan Di Situs
Lembaga
Iklan di Media
Sosial

Diadaptasi dari Kotler dan Keller (2007)

43
44
BAB VIII
PERENCANAAN PROGRAM PEMASARAN PERPUSTAKAAN
DAN PENGEMBANGAN MINAT BACA

8.1 Minat Baca dan Literasi Informasi


Era global yang juga menyebabkan globalisasi informasi menjadikan pustakawan
mempunyai peranan penting dalam membangun masyarakat yang literat, yaitu
masyarakat pembelajar sepanjang hayat yang mandiri, cerdas, kritis dan etis. Membangun
masyarakat literat atau dengan kata lain masyarakat yang memiliki ketrampilan literasi
informasi dapat dilaksanakan seiring dengan membangun minat dan kebiasaan membaca.
Karena tidak mungkin seseorang menjadi literat tanpa memiliki minat baca dan kebiasaan
membaca, baik informasi melalui media cetak dan /atau media elektronik. Ketika
seseorang dimotivasi untuk menyukai bacaan dia sekaligus dikenalkan dengan bacaan-
bacaan yang bermutu, bermanfaat sekaligus cara mencarinya secara cerdas, kritis dan
etis.

Secara sederhana literasi informasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk


mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi secara kritis, efektif, efisien dan
etis. Literasi informasi tidak lagi terbatas pada masalah bebas buta aksara atau hal yang
berkaitan dengan baca tulis saja, tetapi merupakan dasar bagi pembentukan pembelajar
sepanjang hayat yang merupakan hak manusia yang fundamental. The American Library
Association seperti dikutip Bundy (2004:5) mengemukakan bahwa,

” information literate people, know how to learn because they know how
knowledge is organized, how to find information, and how to use information in
such a way that others can learn from them. They are prepared for life long
learning, because they can always find the information for any task or decision at
hand”.

Orang yang memiliki kemampuan literasi informasi memahami bagaimana belajar karena
mereka tahu bagaimana mengelola pengetahuan, dan mereka tahu bagaimanacara
mendapatkan informasi, serta menggunakan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga
orang lain dapat belajar dari mereka. Selanjutnya orang yang memiliki kemampuan literasi
informasi siap menjadi pembelajar sepanjang hayat karena mereka selalu dapat
memperoleh informasi untuk menyelesaikan berbagai tugas dan keputusan yang ada.

45
Selanjutnya TheAmerican library Association mengemukakan bahwa: “information literacy
is a means of personal empowerment. It allows people to verify or refute expert opinion
and to become independent seekers of truth. Information literacy can be seen as a subset
of independent learning” Sedangkan the Australian School Library Association
menjelaskan bahwa, “information literacy as synonymous with knowing how to learn”.

Menjadi pembelajar sepanjang hayat merupakan kunci untuk dapat bertahan dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dunia yang semakin cepat, terutama karena
kemudahan penyebaran dan penciptaan kembali informasi membuat dunia menghadapi
dahsyatnya gelombang limpahan informasi yang akhirnya membentuk masyarakat
informasi (information society) atau masyarakat pengetahuan (knowledge society).
Terpaan informasi yang beragam dan terus menerus melalui berbagai media
membutuhkan kecerdasan serta kemampuan berpikir kritis untuk dapat menyeleksi,
memilih dan menentukan informasi yang paling akurat dan relevan agar dapat
menyelesaikan segala permasalahan hidup dan kehidupan.

Seperti pendapat David Shenk yang dikutip oleh Sayers tentang permasalahan ledakan
informasi atau banjir informasi yang disebutnya sebagai “Data Smog”, teridentifikasi
sebagai berikut; (1) meningkatnya jumlah informasi yang harus kita asimilasi dan proses,
(2) meningkatnya kecepatan dan jumlah informasi yang datang pada kita, (3)
meningkatnya kebutuhan untuk mengambil keputusan sulit secara cepat, (4) adanya
perasaan cemas bahwa keputusan dibuat tanpa berdasar informasi yang ada (Sayer,
2006:73). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “Data Smog” menyebabkan tingginya
volume kehadiran beragam informasi melalui pendengaran dan penglihatan kita setiap
hari, sehingga kesulitan untuk memutuskan informasi mana yang harus diperhatikan dan
dapat dipercaya.Oleh karenanya literasi informasi merupakan kemampuan yang harus
dimiliki seseorang pada era informasi, karena literasi informasi menjadikan seseorang
mampu secara cerdas, kritis, efektif, efisien, dan etis memilih, menentukan dan
menggunakan informasi. Selanjutnya kemampuan tersebut merupakan dasar bagi
terciptanya masyarakat pembelajar sepanjang hayat yang mandiri yaitu masyarakat yang
cerdas, kritis dan etis.

Kehadiran era informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ragam informasi
dan pengetahuan ini juga mengakibatkan berkembangnya pengelolaan informasi di
lembaga-lembaga penyedia informasi seperti perpustakaan, pusat informasi, pusat
dokumentasi dan lain-lain. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam

46
pengelolaan informasi telah menjadi hal yang wajib dilakukan dan mengakibatkan
pemanfaatan perpustakaan tidak lagi sederhana, karena perpustakaan memiliki informasi
yang beragam dan datang dari berbagai sumber baik cetak ataupun elektronik serta
sistem pengelolaan yang canggih. Ini berarti bahwa pemustaka/pengguna perpustakaan
harus lebih memahami tentang adanya beragam sumber informasi dan cara penggunaan
sistem informasi perpustakaan. Selanjutnya ledakan informasi atau banjir informasi
menuntut pemustaka/pengguna perpustakaan mampu mengidentifikasi kebutuhan
informasinya, mencari, menemukan, menggunakan hingga mengevaluasi perolehan
informasinya kemudian menyebarkannya secara kritis dan etis. Selanjutnya kemampuan
tersebut dinamakan literasi informasi (Sudarsono et.al, 2007:1-5).

Kehadiran era informasi membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan pustakawan untuk


membantu masyarakat pada umumnya dan pemustaka sasaran pada khusunya untuk
bertahan dan/ atau mencapai kehidupan yang lebih baik melalui layanan perpustakaan
dan layanan informasi yang ditawarkan. Membangun masyarakat literat merupakan tujuan
akhir dari pustakawan melalui kiprahnya di perpustakaan yang harus dimulai dari
membangun, mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada masyarakat.

8.2 Elemen-Elemen Pemasaran Minat Baca


Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia
dan masyarakat. Demikian juga dengan pemasaran pengembangan minat baca yang
harus dimulai dengan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
a. Melakukan riset dan analisis terhadap lingkungan dimana kegiatan program
pengembangan minat baca akan dilakukan.
b. Memilih dan menentukan pemustaka sasaran.
- siapa mereka?
- bagaimana karakteristiknya?
- apa yang membuat mereka mau membaca?
- siapa yang mempengaruhi mereka untuk membaca?
- apa yang biasanya mereka lakukan untuk mendapatkan informasi?
- apakah mereka pergi ke perpustakaan?
- apa yang membuat mereka pergi ke perpustakaan?
- siapa yang mempengaruhi mereka untuk pergi ke perpustakaan?
- layanan perpustakaan/layanan informasi seperti apa mereka inginkan?
- layanan perpustakaan/layanan informasi seperti apa mereka inginkan ke depan?

47
- keuntungan seperti apa mereka yang mereka cari dari membaca dan/atau
memanfaatkan perpustakaan?
- apa persepsi mereka tentang membaca?
- apa persepsi mereka tentang pembelajaran?

Jawaban mereka atas pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas akan membantu lembaga


untukmenentukan apa yang akan kita jual pada pemustaka sasaran. Karena keberhasilan
sebuah lembaga adalah mempunyai apa yang akan dijual dan bukan menjual apa yang
dimiliki. Seperti apa yang dijelaskan oleh Coote (1994:10) “successful organizations have
what will sell, not sell what they have”. Artinya produk yang akan ditawarkan harus sesuai
dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pemustaka sasaran.

c. Mengidentifikasi kebutuhan
Mengidentifikasi kebutuhan, keinginan pemustaka sasaran akan kegiatan program
pengembangan minat baca. Untuk menemukan apakah mereka betul-betul
memerlukan kegiatan tersebut. Mengidentifikasi apakah ada lembaga lain yang telah
melakukan hal yang sama dan seberapa besar kebutuhan, keinginan pemustaka
sasaran sudah terpenuhi.

d. Melakukan analisis kekuatan dan kelemahan pada internal lembaga penyelenggara


kegiatan program pengembangan minat baca baik dari segi sumber daya manusia,
sumber-sumber informasi, dan pengalaman yang dimiliki untuk menyelenggarakan
kegiatan program pengembangan minat baca.

e. Memahami kompetisi. Pihak lain yang juga memiliki potensi dan/atau


menyelenggarakan kegiatan program pengembangan minat baca merupakan
kompetitor. Mengenal kompetitor dan mengetahui apa yang telah dilakukan kompetitor
merupakan hal yang baik, karena kita dapat memberikan hal-hal yang berbeda, yang
belum dilakukan oleh mereka. Ahli pemasaran mengatakan tidak penting lebih baik
yang lebih penting adalah berbeda.

f. Mendesain produk yang akan ditawarkan. Produk tersebut harus mengejawantahkan


kekuatan lembaga pada layanan yang spesifik yang dapat memenuhi kebutuhan,
keinginan, dan permintaan pemustaka sasaran.

48
g. Membuat masyarakat sasaran mengetahui, memahamiakan adanya produk-produk
yang ditawarkan melalui media promosi yang sesuai dengan karakteristik pemustaka
sasaran.

h. Memonitor dan mengevaluasi kepuasaan pemustaka sasaran pada layanan yang


diberikan.

i. Menjalin, membangun, dan memelihara hubungan yang baik dengan pemustaka


sasaran dengan selalu membuka saluran komunikasi dengan cara yang mereka
inginkan.

Kotler & Amstrong (2008:5) menjelaskan bahwa “ today marketing must be understood not
in the old sense of making a sale-telling and selling-but in the sense of satisfying customer
needs”. Oleh karenanya mengenali masyarakat sasaran dari kegiatan program
pengembangan minat baca menjadi hal yang amat penting. Mengenal pemustaka sasaran
membuat lembaga dapat:
a. menentukan apa yang akan kita jual pada pemustaka sasaran. Karena keberhasilan
sebuah lembaga adalah mempunyai apa yang akan dijual dan bukan menjual apa
yang dimiliki. Seperti apa yang dijelaskan oleh Coote (1994:10) “successful
organizations have what will sell, not sell wht they have”. Artinya produk yang akan
ditawarkan harus sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan permintaan pemustaka
sasaran. Lembaga dapat memilih pemustaka yang paling penting untuk lembaga,
b. mengidentifikasi peluang-peluang yang ada untuk menjangkau pemustaka sasaran,
c. merencanakan dan membuat program yang berbeda dengan kompetitor,
d. fokus pada masyarakat sasaran yang jelas,
e. secara cepat dapat mengenali dan merasakan perubahan pada pemustaka sasaran,
f. mendesain kegiatan dan media promosi untuk pemustaka sasaran yang jelas.

49
50
BAB IX
PENUTUP

Materi diklat tentang Pemasaran Jasa Perpustakaan, diharapkan dapat memberikan bekal
pengetahuan bagi tenaga layanan perpustakaan khususnya, dan seluruh tenaga terkaitr
dengan pemasaran, sehingga perpustakaan dapat meningkatkan kualitas pengolahan dan
pelayanannya.

Melalui penerapan manajamen jasa pemasaran perpustakaan, dapat dikembangkan


program dan kegiatan pemasaran jasa perpustakaan secara terencana, baik jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang secara konsisten dan berkelanjutan, sebagai
kesatuan perencanaan strategis perpustakaan.

51
52
DAFTAR PUSTAKA

Blasius, Sudarsono et,al. 2007.Literasi Informasi (Information Literacy): Pengantar untuk


Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Perpustakaan Nasional.

Coote, Helen. 1994.How to Market Your Library Effectively. London:ASLIB.

Elliot de Saez, Eileen. 2002.Marketing Concept for Libraies and Information Services
2nded. London:Facet.

Fill, Chris. 2006. Marketing Communications:Engagement, Strategies, and Practice.


Harlow:Prentice Hall.

Friedman, Thomas L. 2006.The World is Flat:Sejarah Ringkas Abad 21. Jakarta :Dian
Rakyat.

Jain, K.Abhinandan et.al. 1999.Marketing Information Products and Services: A Primer


forLibrarians and Information Profesionals. New Delhi: McGraw-Hill.

Kotler, Philip.1997.Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan


Kontrol., jilid 1. Marketing Management 9e.Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta:Prenhallindo.

Kotler, Philip. 1998.Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan


Kontrol., jilid 2. Marketing Management 9e.Edisi Bahasa Indonesia.
Jakarta:Prenhallindo.

Kotler,Philip & Amstrong, Gary. 2008. Principles of Marketing 12e. New Jersey:Pearson.

Kotler,Philip & Keller, Kevin Lane. 2009.Manajemen Pemasaran edisi 12, jilid 1 Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta:Indeks.

Kotler,Philip & Keller, Kevin Lane. 2007.Manajemen Pemasaran edisi 12, jilid 2 Edisi
Bahasa Indonesia. Jakarta:Indeks.

Tjiptono, Fandy. 2008.Strategi Pemasaran. Yogyakarta:Andi.

53

Anda mungkin juga menyukai