Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perlumengingatbahwaasuhanmasanifassangatpentingdandiperlukankarenadalamperiodeinidisebu
tmasakritisbaikpadaibumaupunbayinya.Diperkirakaninsidenkematianibu di Indonesia sebesar
60% terjadipada postpartum ataumasanifas, dansebesar 50% kematianmasanifasterjadidalam 24
jam pertama (KemenkesRI, 2013). Sehingga peran dan tanggung jawab bidan untuk mencegah
kematian ibu pada masa kritis ini adalah dengan memberikanasuhankebidanan yang
amandanefektif.SelanjutnyaBidanperlumelaksanakanperandantanggungjawabBidansecaraKompr
ehensifdalamasuhanmasanifas.

Pentingnyamemahamimengenai model asuhankebidaanan,


yaituasuhankebidananberpusatpadaibu (women centered).
Bidanmemberikanasuhankebidananpadaibunifasdalampraktikpelayanankebidanan,
marikitaidentifikasikembalibagaimanapenerapanasuhankebidananberpusatpadaibu. Hal
iniberartimempertimbangkanasuhanibudanbayidarisudutpandangholistik,
bahwaasuhankebidananmempertimbangkanasuhandarikonteksfisik, emosional, psikologis,
spiritual, sosial, danbudaya, sertauntukpengambilankeputusanasuhankebidananberpusatpadaibu,
mempertimbangkanhak-hakdanpilihanibutentangasuhan yang akandilakukanpadadirinya

1.2 RumusanMasalah
1. Bahayapendarahanpervaginam
2. Bahayainfeksimasanifas
3. BahayaSakitkepala , nyeri epigastrium,
penglihatankaburpadamasapascapersalinandanmenyusui
4. Bahayapembengkakan di wajahatauekstremitaspadamasapascapersalinandanmenyusui
5. Bahayapayudara yang berubahmenjadimerah , panasdanatauterasasakit
6. Bahayajikakehilangandalamwaktu yang lama padamasapascapersalinandanmenyusui
7. Bahayaketikamerasasakit , merah,lunakdanataupembengkakan di kaki
padamasapascapersalinandanmenyusui
8. BahayaketikaterusMerasasedihatautidakmampumengasuhsendiribayinyasendiiri

1.3 TujuanMakalah
Tujuan pembuatan makalah ini antara lain yaitu sebagai berikut:

1. MahasiswamampumengertiBahayanyapendarahanpervaginam
2. MahasiswamampumengertiBahayanyainfeksimasanifas
3. MahasiswamampumengertiBahayanyaSakitkepala , nyeri epigastrium,
penglihatankaburpadamasapascapersalinandanmenyusui
4. MahasiswamampumengertiBahayanyapembengkakan di
wajahatauekstremitaspadamasapascapersalinandanmenyusui
5. MahasiswamampumengertiBahayanyapayudara yang berubahmenjadimerah ,
panasdanatauterasasakit
6. MahasiswamampumengertiBahayanyajikakehilangandalamwaktu yang lama
padamasapascapersalinandanmenyusui
7. MahasiswamampumengertiBahayanyaketikamerasasakit ,
merah,lunakdanataupembengkakan di kaki padamasapascapersalinandanmenyusui
8. MahasiswamampumengertiBahayanyaketikaterusMerasasedihatautidakmampumengasuh
sendiribayinyasendiiri

BAB II

Pembahasan
1.1. Bahaya Pendarahan Pervaginam

Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai
setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang
dari 4 cm sampai penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah membuka
lengkap sampai 10 cm atau kepala janin
sudah tampak, kemudian dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya
bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta. Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III
persalinan selesai (Saifuddin, 2014).

Pendarahan post-partum didefinisikan sebagai kehilangan darah >500 ml melalui persalinan


normal, sedangkan >1000 ml untuk seksio- caesarean.3,4 Sekitar 529.000 wanita meninggal saat
hamil setiap tahunnya dan hampir semuanya (99%) terjadi pada negara berkembang.Perdarahan
postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam
waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes
perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan
menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok
(Saifuddin, 2014).

Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda harus dievaluasi dengan seksama. Darah yang
keluar melalui vagina merupakan perdarahan atau spotting. Spotting disebut juga flek, yaitu
perdarahan ringan yang biasa terjadi pada saat kehamilan terutama trimester 1 (usia kehamilan 0
– 12 minggu). Sebagian wanita mengalami flek kecoklatan dan ini merupakan hal yang normal
pada kehamilan. Namun, hal ini harus dipastikan tidak ada komplikasi yang bersifat patologis.
Flek darah dianggap normal jika terjadi pada trimester 1, darah yang keluar merupakan bercak
dalam jumlah sedikit, tidak mengotori celana dalam, tidak berlangsung lama (kurang dari 1 hari),
dan tidak disertai gejala lain. Namun, Flek menjadi berbahaya jika diikuti gejala lain yang
patologis seperti nyeri perut, demam, lemas, pingsan, bahkan darah yang keluar berupa
gumpalan atau jaringan, kemudian diikuti perdarahan selanjutnya (perdarahan hebat Perdarahan
berat sesaat setelah melahirkan atau dikenal dengan nama perdarahan postpartum atau
postpartum hemoragik terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Perdarahan postpartum primer (PPH primer)


PPH primer adalah kondisi ketika perdarahan postpartum membuat Anda kehilangan
lebih dari 500 mililiter (ml) darah dalam kurun waktu 24 jam pertama. Perdarahan
postpartum primer ini bisa terjadi pada sekitar 5 dari 100 wanita.
2. Perdarahan postpartum sekunder (PPH sekunder)
Perdarahan hemoragik postpartum atau PPH sekunder adalah kondisi ketika Anda
mengalami perdarahan vagina yang hebat atau abnormal mulai dari 24 jam pertama
sampai 12 minggu pascapersalinan. Hal ini bisa dialami oleh kurang lebih 2 dari 100
wanita atau di bawah 1 persen kelahiran. Jika Anda kehilangan darah sebesar 500-1000
ml setelah melahirkan (PPH minor), tubuh Anda mungkin masih mampu untuk
mengatasinya. Namun, jika Anda mengalami kehilangan darah lebih dari 1000 ml setelah
melahirkan.
Berikut adalah gejala yang menandakan adanya perdarahan postpartum atau perdarahan
berat setelah melahirkan:

 Perdarahan tidak berkurang atau berhenti dari hari ke hari


 Tekanan darah menurun
 Jumlah sel darah merah menurun
 Detak jantung meningkat
 Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
 Rasa sakit di perut setelah melahirkan tidak kunjung membaik

1.2. Bahaya infeksi nifas

Infeksi postpartum yang merupakan satu dari beberapa komplikasi persalinan ini bisa juga
disebut dengan infeksi masa nifas.Nyeri yang dirasakan banyak wanita usai melahirkan membuat
infeksi postpartum sulit dibedakan dari nyeri postpartum. Beberapa infeksi postpartum yang
sering terjadi adalah:

 Endometritis, infeksi pada endometrium (lapisan rahim)


 Mastitis, infeksi payudara
 Sayatan yang terinfeksi
 Infeksi saluran kemih.

Ibu yang mengalami infeksi postpartum biasanya diperbolehkan untuk pulang dalam beberapa
hari setelah persalinan. Infeksi postpartum lebih sering terjadi di tempat dengan kebersihan yang
tidak terjaga atau tempat pelayanan medis dengan kualitas buruk. Jadi, pastikan ibu
mempertimbangkan dengan matang sebelum menentukan ingin melahirkan di rumah sakit atau
melahirkan di rumah.

Tanda-tanda & Gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala infeksi postpartum (pascapersalinan)? Banyak infeksi terdeteksi
dengan demam sekitar 38 derajat Celcius, menggigil atau perasaan tidak enak badan, dan kadang
hanya itu gejala-gejala yang nampak jelas. Mengutip dari March of Dimes, tanda-tanda dan
gejala infeksi postpartum lainnya dapat meliputi:

 Nyeri perut bawah, demam rendah, serta keputihan dan lokia yang berbau busuk (tanda-
tanda endometritis)
 Area yang terasa sakit, keras, hangat dan merah (biasanya hanya pada satu payudara) dan
demam, menggigil, nyeri otot, kelelahan atau sakit kepala (tanda-tanda mastitis)
 Kemerahan, cairan, pembengkakan, hangat atau meningkatnya rasa sakit di sekitar area
sayatan atau luka. Hal tersebut bisa terjadi di sayatan operasi caesar, episiotomi atau luka
gores, atau sayatan yang terlihat seperti akan terpisah
 Sulit dan nyeri saat buang air kecil, merasa seperti ingin buang air kecil dengan sering
dan mendesak. Namun, hanya sedikit urin, tidak ada urin yang keluar, atau urin keruh dan
berdarah (tanda-tanda infeksi saluran kemih).

Penyebab
Infeksi postpartum lebih jarang ditemui sejak munculnya antiseptik dan penicillin. Namun,
beberapa flora kulit seperti Streptococcus atau Staphylococcus serta bakteri lain masih menjadi
penyebab infeksi postpartum. Bakteri-bakteri tersebut berkembang pada lingkungan yang lembab
dan hangat. Infeksi postpartum seringkali muncul di rahim setelah persalinan. Rahim dapat
terinfeksi apabila kantung ketuban terinfeksi Melansir dari King Edward Memorial Hospital
Obstetrics and Gynaecology, ada berbagai hal yang dapat menjadi penyebab infeksi postpartum
atau pascapersalinan.

Berikut penjelasan lengkap berdasarkan jenis-jenis infeksi postpartum atau masa nifas:

Endometritis

Anda berisiko mengalami infeksi endometrium jika Anda melalui prosedur operasi caesar.
Risikonya semakin besar jika Anda bekerja sebelumnya. Risiko juga lebih tinggi jika persalinan
Anda menghabiskan waktu sangat lama atau ada periode waktu yang cukup lama di antara air
ketuban pecah dan melahirkan.

Mastitis

Mastitis adalah peradangan pada payudara sehingga membuat payudara menjadi bengkak.Ini
bisa disebabkan karena jaringan payudara luka atau terkena infeksi.Biasanya terjadi pada ibu
menyusui di dua bulan pertama setelah melahirkan. Pada saat ini, ibu masih perlu adaptasi
sebelum menemukan pola menyusui yang pas untuk bayinya. Biasanya mastitis berkembang
pada salah satu payudara. Awalnya, payudara hanya lecet, berwarna kemerahan, atau terasa
hangat.Lama kelamaan, ibu akan merasa demam, menggigil, tidak enak badan, dan gejala lain
seperti flu.

Sayatan yang terinfeksi

Jika Anda melalui operasi caesar, sayatan Anda dapat terinfeksi. Hingga 16 persen wanita yang
melalui operasi ini mengalami infeksi biasanya dalam satu minggu setelah persalinan. Namun,
kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko. Diskusikan dengan dokter
untuk informasi lebih lanjut.

Infeksi saluran kemih

Anda lebih rentan terkena infeksi saluran kemih setelah melahirkan, terutama jika Anda
menggunakan kateter di kandung kemih atau epidural.
Faktor-faktor Risiko

Berdasarkan metode yang digunakan untuk persalinan, risiko terkena infeksi setelah persalinan
berbeda-beda. Kemungkinan mengalami infeksi adalah:

 1-3% pada persalinan normal melalui vagina


 5-15% pada operasi caesar yang terjadwal dan dilakukan sebelum persalinan dimulai
 15-20% pada persalinan non-caesar tak terjadwal yang dilakukan setelah persalinan
dimulai

Ada berbagai faktor tambahan yang meningkatkan risiko wanita terkena infeksi, meliputi:

 Anemia
 Obesitas
 Bacterial vaginosis, infeksi menular seksual
 Beberapa pemeriksaan vagina selama persalinan
 Memonitor janin secara internal
 Persalinan yang berkepanjangan
 Jeda antara pecahnya ketuban dan persalinan
 Kolonisasi saluran vagina dengan bakteri streptococcus golongan B
 Memiliki sisa plasenta pada rahim setelah persalinan
 Perdarahan berlebih setelah persalinan (perdarahan postpartum)

Komplikasi
Infeksi bisa berbahaya, terutama jika tidak terdeteksi atau tidak diobati. Infeksi di rahim Anda
dapat menyebabkan pembekuan darah, sedangkan infeksi di ginjal dapat menyebabkan gangguan
ginjal. Infeksi yang masuk ke aliran darah Anda pun dapat menyebabkan sepsis. Komplikasi
yang paling mungkin terjadi adalah pemulihan pasca persalinan yang lebih sulit. Pemulihan
tersebut akan menguras energi. Untuk itu, Anda perlu mendapat bantuan segera jika mengalami
gejala yang mengarah pada kondisi ini.
Pengobatan
Melalui beberapa pemeriksaan fisik, infeksi postpartum dapat didiagnosis oleh dokter. Dokter
dapat mengambil sampel urin atau darah untuk menguji bakteri atau menggunakan cotton swab
untuk mengambil kultur dari rahim untuk mendeteksi infeksi postpartum. Karena infeksi yang
tidak ditangani dapat menjadi serius dengan cepat, penting untuk memberitahu dokter secepat
mungkin jika Anda mengalami demam atau gejala lain yang disebutkan di atas.

1.3. Bahaya sakit kepala,sakit epigasterium,penglihatan kabur pada masa pasca salin
dan menyusui

Sakit kepala yang hebat dan pusing pada masa nifas, terlebih jika disertai dengan mual,
penglihatan yang terganggu, serta bengkak di pergelangan kaki.Ini bisa menjadi tanda terjadinya
preeklampsia postpartum. Preeklampsia postpartum biasanya ditandai dengan beberapa tanda
khas, di antaranya tekanan darah yang menjadi lebih tinggi daripada biasanya, serta ada
kelebihan jumlah protein dalam urine, yakni sekitar lebih dari 300 mg. Dalam kebanyakan kasus,
preeklampsia postpartum terjadi dalam rentang waktu antara 48-72 jam setelah melahirkan.
Namun dalam beberapa kasus tertentu, kondisi ini bisa muncul sampai enam minggu setelah
melahirkan. Selain itu, beberapa ahli juga menduga kuat bahwa preeklampsia postpartum
mungkin merupakan akibat dari perubahan pada lapisan pembuluh darah saat Mama hamil,
yang disebabkan oleh faktor genetik atau kondisi lingkungan tertentu.

Dapat juga dimulai dengan pemberian 0,5 mg ergometrin IM, yang dapat diulang dalam 4  jam
atau kurang. Perdarahan yang banyak memerlukan pemeriksaan tentang sebabnya. Apabila tidak
ditemukan inversio uteri atau mioma submukosum yang memerlukan penanganan khusus,
kerokan dapat menghentikan perdarahan. Pada tindakan ini perlu dijaga agar tidak terjadi
perforasi.

1. Sakit kepala
Nyeri kepala pada masa nifas dapat merupakan gejala preeklampsia, jika tidak diatasi dapat
menyebabkan kejang maternal, stroke,koagulopati dan kematian. Sakit kepala yang menunjukkan
suatu masalah yang serius adalah:
 1. Sakit kepala hebat
2. Sakit kepala yang menetap
3. Tidak hilang dengan istirahat
4. Depresi post partum Kadang - kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu
mungkin menemukan  bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala
yang hebat disebabkan karena terjadinya edema pada otak dan meningkatnya resistensi otak
yang mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri
kepala, kejang) dan gangguan  penglihatan.
a. Gejala :
1. Tekanan darah naik atau turun
2. Lemah
3. Anemia
4. Napas pendek atau cepat
5. Nafsu makan turun
6. Kemampuan berkonsentrasi kurang
7. Tujuan dan minat terdahulu hilang; merasa kosong
8. Kesepian yang tidak dapat digambarkan; merasa bahwa tidak seorang pun mengerti
9. Serangan cemas
10. Merasa takut
11. Berpikir obsesi

1.4. Bahaya pembengkakan di wajah atau ekstremitas pada masa pasca persalinan dan
menyusui

Bengkak (edema) pascapersalinan adalah kondisi yang sering terjadi. Terkadang, Anda juga
akan bengkak di sekitar wajah, perut, dan pergelangan kaki. Biasanya, bengkak akan mulai
menghilang dengan sendirinya dalam hitungan minggu. Mungkin Anda juga akan mengalami
bengkak di area sayatan, seperti pada operasi cesar atau episotomi. Pembengkaan ini
mungkin akan menyebabkan rasa sakit dan menimbulkan ketidaknyamanan. Berikut ini
merupakan penjelasan mengenai pembengkaan setelah persalinan dan bagaimana
mengatasinya.
Selama kehamilan, tubuh Anda mengandung lebih banyak air untuk bayi Anda. Setelah
persalinan, air ini akan dilepaskan secara perlahan melalui keringat dan air kencing. Air
tambahan inilah yang membuat Anda bengkak. Berikut ini adalah beberapa penyebab lain
terjadinya pembengkaan pasca persalinan.
1. Hormon
Penyebab paling umum terjadinya pembengkaan pascapersaliinan adalah hormon.
Selama kehamilan, tubuh Anda memproduksi hormon progesterone dalam jumlah
banyak. Progesteron yang berlebihan ini dapat menyebabkan retensi air dan
natrium dalam tubuh Anda yang dapat menyebabkan pembengkaan setelah
kelahiran si kecil.
2. Rahim yang membesar
Ketika rahim Anda membesar seiring dengan pertumbuhan si kecil, pembesaran
ini dapat menekan pembuluh darah yang mengalirkan darah Anda ke kaki dan
membatasi aliran darah ke tubuh bagian bawah. Karena selama persalinan, tubuh
Anda akan menyimpan cairan tambahan untuk mendukung pertumbuhan bayi
Anda, setelah persalinan, tubuh Anda akan membutuhkan waktu untuk
mengeluarkan dan mengurangi cairan tersebut.
3. Proses persalinan
Tekanan yang ada selama kehamilan akan menyebabkan pembengkaan. Selain
itu, saat Anda mengejan di proses persalinan, darah dan cairan di tubuh Anda
akan berada dalam puncaknya. Hal ini nantinya dapat menyebabkan
pembengkaan di jari, tangan, kaki, dan juga wajah. 
4. Cairan Intra vena (infus)
Cairan Intra vena (IV) juga merupakan salah satu penyebab pembengkaan
pascapersalinan. Sebagian besar wanita yang mengalami operasi caesar akan
menerima obat obatan dan anesthesia melalui infus dan terkadang bahkan wanita
yang melahirkan normal juga menerima beberapa intervensi berupa ptocin atau
cairan tertentu melalui infus. Cairan tambahan ini akan menumpuk di tubuh Anda
dan akan membutuhkan beberapa hari untuk keluar dari tubuh Anda.

1.5. Bahaya payudara yang berubah menjadi merah , panas dan atau terasa sakit

Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan payudara. Kondisi ini
umumnya menyerang ibu menyusui, terutama pada 12 minggu pertama setelah persalinan.
Infeksi payudara juga dapat dialami oleh wanita yang sedang tidak menyusui, walaupun
jarang terjadi.Mastitis biasanya hanya menyerang salah satu payudara saja, namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Mastitis menyebabkan penderitanya
mengalami kesulitan saat menyusui, sehingga kegiatan menyusui menjadi terhambat atau
terhenti. Akan tetapi, kegiatan menyusui sebaiknya tetap dilakukan karena hal ini tidak
berbahaya untuk bayi. Kandungan antibakteri dalam ASI membuat bayi terlindung dari
infeksi, dan malah mempercepat penyembuhan.

Pada ibu menyusui, infeksi payudara disebabkan oleh penumpukan ASI di kelenjar payudara.
Penumpukan ini menyebabkan penyumbatan saluran air susu, sehingga menghasilkan
tekanan yang cukup kuat dan menyebabkan ASI merembes ke jaringan di sekitar payudara.
Kandungan protein dalam ASI dianggap tubuh sebagai benda asing dan sistem kekebalan
tubuh akan bereaksi untuk melawannya. Kondisi ini akan menyebabkan peradangan
payudara.

Penyumbatan saluran ASI dapat dipicu oleh beberapa hal, yaitu:

 Gangguan atau kelainan yang menyebabkan bayi tidak mampu menyedot ASI dengan
baik.
 Pengeluaran ASI tidak dilakukan secara teratur.
 Hanya menggunakan satu payudara untuk menyusui.

Selain penyumbatan saluran air susu, infeksi payudara pada ibu menyusui juga disebabkan
oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae. Bakteri ini berasal dari
permukaan kulit atau mulut bayi yang masuk ke dalam saluran susu, melalui celah pada
puting payudara atau pembukaan saluran air susu. Bakteri juga dapat berasal dari air susu
yang tidak dikeluarkan hingga habis.Pada wanita yang tidak sedang menyusui, infeksi
payudara bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti:

 Cedera pada payudara.


 Sistem kekebalan tubuh rendah, termasuk wanita yang pernah menjalani pengobatan
tumor dengan radioterapi.
 Gangguan kesehatan, seperti diabetes
 Tindikan pada payudara.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi payudara atau
mastitis, yaitu:

 Terlalu lelah atau stres.


 Kurangnya asupan nutrisi.
 Merokok.
 Pernah mengalami infeksi payudara sebelumnya.
 Menggunakan bra yang terlalu ketat.

Gejala utama infeksi payudara adalah payudara membengkak, berwarna kemerahan,


terasa hangat, dan menimbulkan rasa nyeri ketika disentuh, baik pada putting maupun
payudara. Gejala lainnya adalah:

 Demam
 Menggigil.
 Tubuh terasa lelah dan lemas.
 Mual dan muntah.
 Keluar cairan yang mengandung nanah.
 Muncul benjolan pada payudara.
 Pembesaran kelenjar getah bening di area ketiak atau leher.

Penanganan utama untuk infeksi payudara adalah pemberian obat antibiotik. Antibiotik
digunakan selama 10-14 hari sesuai petunjuk dokter. Biasanya keluhan akan membaik dalam
waktu 2-3 hari sejak awal pengobatan. Meski demikian, antibiotik sebaiknya tetap dikonsumsi
hingga periode pengobatan berakhir agar infeksi tidak muncul kembali.

Selain penanganan terhadap infeksi, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan di rumah untuk
meredakan gejala yang dialami, yaitu:

 Berikan kompres hangat pada area payudara yang mengalami infeksi untuk meredakan
rasa nyeri. Lakukan selama 15 menit, 4 kali sehari.
 Konsumsi obat pereda nyeri, seperti iburofen dan paracetamol, sebagai langkah lain
meredakan nyeri.
 Perbanyak istirahat.
 Hindari mengenakan pakaian yang terlalu ketat, termasuk bra, hingga gejala infeksi
menurun.
 Lakukan aktivitas menyusui secara teratur untuk meredakan infeksi.

Konsultasi dengan dokter anak juga penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
teknik dan posisi menyusui yang baik, guna mencegah infeksi kembali terjadi.

1.6. Bahaya jika kehilangan dalam waktu yang lama pada masa pasca persalinan dan
menyusui

I. Pengertian

Kehilangan nafsu makan adalah hilangnya keinginan untuk makan makanan dan tidak merasa
lapar. Pada masa nifas dapat terjadi rasa kehilangan nafsu makan biasanya berlangsung beberapa
hari pasca persalinan.

II. Etiologi

Penyebab hilangnya nafsu makan pada ibu, yaitu, :

1. Ibu post partum blues

2. Kurangnya dukungan dari keluarga (terutama suami)

3. Ibu mengidap suatu penyakit dalam pencernaan atau anggota tubuh


4. Kedaan ekonomi yang tidak mendukung.

5. Kurangistirahat

III. Patofisiologi

Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas karena kehabisan tenaga.
Hendaknya ibu lekas diberikan minuman hangat, susu, kopi atau teh yang bergula. Apabila ibu
menghendaki makanan, berikanlah makanan yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan
lambung dan alat pencernaan tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit
atau banyak pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu
istirahat guna memulihkan keadaannya kembali.

IV. Faktor Predisposisi

1. Ibu merasa trauma dengan persalinannya.

2. Stress dengan perubahan bentuk tubuh yang tidak menarik lagi seperti dulu.

3. Pada ibu postpartum yang mual sampai muntah

4. Keterbatasan aktivitas (terlalu lama dalam posisi berbaring, kapala sering pusing).

5. Adanya nyeri setelah melahirkan.

V. Diagnosa/Tanda/Gejala

Tanda atau gejala ibu masa nifas yang mengalami kehilangan nafsu makan:

1. Keadaan umum ibu lemah

2. Ibu cepat lelah

3. Muka ibu terlihat pucat

4. Tekanan darah rendah

5. Ibu sering merasa pusing

6. Detak jantung yang cepat

7. Insomnia
8. ASI tidak lancar

VI. Komplikasi

Apabila hal ini tidak segera teratasi dengan baik, kemungkinan komplikasi pada ibu akan terjadi,
antara lain :

1. Anemia

2. Penyakit Jantung

3. Anoreksia

2.7 Rasa sakit, merah, atau lunak dan pembengkakan di kaki

Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan di kaki yang terjadi pada masa nifas biasa disebut
dengan DVT ( deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi vena dengan pembentukan
bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis (tungkai) dan vena-vena pada uterus,
ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat
vena kemudian pembekuan terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung
dan paru-paru sehingga menyumbat pembuluh tersebut.

1. Rasa sakit

Rasa sakit yang disebut after pain (mules – mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2 – 4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini
dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat pengurang rasa sakit.

2. Kemerahan

Kemerahan pada ibu nifas disebabkan karena pada ibu nifas terbentuk thrombus (munculnya)
vena – vena kecil yang mengalami pengembangan. Selain itu, vena – vena juga akan mengalami
dilatasi (pembukaan) sehingga sering terjadinya pembengkakan tersebut, maka akan tampak kaki
kemerah-merahan serta lunak dan menimbulkan sedikit rasa sakit pada kaki, atau disebabkan
pada saat persalinan, kandung kemih tidak dikosongkan sehingga cairan tersebut turun kebagian
lateral / kaki.
3. Nyeri tekan

Selama masa nifas , dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang
mengalami dilatasi dan mungkin lebih sering mengalaminya. Rasa sakit yang berlebihan pada
masa nifas berkemungkinan besar jika pada masa kehamilan ibu juga mengalaminya.

Factor Predisposisi, yaitu :

1) Obesitas

2) Peningkatan umur ibu dan tingginya paritas

3) Riwayat sebelumnya

4) Anastesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada pembuluh vena

5) Anemia Maternal

6) Hipotermi , penyakit jantung

7) Endometritis

8) Varicositis

Tanda – tanda dan gejala yang timbul :

1) Timbul secara akut

2) Timbul rasa nyeri akibat tertekan (nyeri tekan permukaan)

4. Pembengkakan pada kaki

Kaki bengkak ( ankle edema ) adalah pembengkakan pada tungkai bawah yang disebabkan
penumpukan cairan pada kaki tersebut. Factor yang berperan adalah kadar protein (albumin)
dalam darah rendah, fungsi pompa jantung menurun, sumbatan pembuluh darah atau pembuluh
limfe, penyakit liver dan ginjal kronis, posisi tungkai terlalu lama tergantung.

Ankle edema ini terjadi pada kedua tungkai tetapi dapat juga terjadi pada satu tungkai saja.
Ankle edema hanya satu tungkai saja disebabkan karena aliran pembuluh darah atau pembulih
limfe tersumbat, sumbatan ini dapat terjadi karena darah yang kental lalu membeku didalam
pembuluh darah atau massa tumor yang menekan pembuluh darah atau pembuluh limfe.
Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni dengan menekan pada daerah mata kaki akan
timbul cekungan yang cukup lama untuk kembali pada keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan
untuk menentukan penyebab dari ankle edema adalah menentukan kadar protein darah dan di air
seni (urin), pemeriksaan jantung (Rontgen dada, EKG), fungsi liver dan ginjal. Pengobatan awal
yang dapat dilakukan dengan mengganjal kaki agar tidak tergantung dan meninggikan kaki pada
saat berbaring. Pengobatan lanjutan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya.

DVT (deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang terjadi, tetapi dapat
menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian menyebabkan emboli paru hiperkoagulabititas
meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu, parietas, dehidrasi setelah persalinan dan
persalinan melalui seksio sesaria ( SC ). Wanita beresiko lebih besar apabila mereka memiliki
riwayat gangguan tromboimbulus, hipertensi akibat kehamilan dan anemi atau pernah
melahirkan dengan operasi

Resiko DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria, karena kecepatan aliran darah
paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan nyeri serta mengalami pembengkakan didaerah
yang terkena dan kadang – kadang terjadi demam. Terjadi perbedaan mencolok dalam ukuran
betis atau pada ekstremitas sirkulasi ditungkai bawah serta trombosis mungkin terpengaruh
sehingga tungkai tampak pucat dan dingin serta mungkin oedema.

 Penyebab:

1. Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang – cabangnnya

2. Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang dalam seminggu

3. Komprensi vena tibialis

4. Kekentalan darah yang meningkat

· Gejala

1. Kaki terasa kenyal atau lunak

2. Terasa panas pada tungkai

3. Nyeri kaki pada saat berjalan

4. Adanya pembengkakan pada tungkai

5. Terjadi perubahan warna kulit ( memerah ) pada kaki

 Penanganan

1. Terapi anti koanggulan menggunakan heparin


2. Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi

3. Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan rasa


tidak nyaman

4. Hindari pemijatan tungkai pada daerah yang bengkak untuk mencegah bekuan

5. Memberikan obat-obatan seperti asidium asetilosalisikum dan apabila ada pedangan diberi
anti biotik

6. Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk mulai berjalan.

3.8 Merasa sendiri atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirisendiri

Pada minggu – minggu awal setelah persalinan, ibi post partum cenderung akan mengalami
perasaan – perasaan yang tidak pada umumnya, seperti merasa sedih, atau tidak mampu
mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

· Penyebab

 Kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan
melahirkan,yang berlanjut sampai ke masa nifas.
 Kekecewaan emosional karena ada hal yang tidak diinginkan ibu tentang bayinya.
 Rasa nyeri pada awal masa nifas, hal ini dapat disebabkan kelanjutan dari proses
persalinan yang yang abnormal, dan tidak steril.
 Kurang tidur selama persalinan dan setelah melahirkan, sehingga ibu mengalami
kelelahan dan tidak mampu melakukan aktivitas yang semestinya ia lakukan.
 Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah
sakit, hal ini lebih sering terjadi pada primipara.
 Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi sebagai seorang wanita.

· Penanganan :

 Posisi tidur yang baik


 Menganjurkan ibu untuk senam nifas akan mencegah pembengkan pada kaki
 Memberikan dukungan emosional kepada ibu serta keluarganya
 Meyakinkan kepada ibu bahwa ini adalah masa dan proses yang fisiologi yang harus ibu
lewati.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3378/5/Chapter%202.pdf
https://stikespembina.ac.id/berita/detail/asuhen-kebidanan-kehamilan-pendarahan-
pervaginam
https://www.sehatq.com/artikel/beragam-tanda-bahaya-nifas-yang-wajib-diwaspadai-para-
ibu-baru
https://www.popmama.com/pregnancy/birth/annas/tanda-bahaya-masa-nifas/7
https://www.scribd.com/doc/250120986/Sakit-Kepala-Nyeri-Epigastrik-Penglihatan-Kabur
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/yang-terjadi-pada-tubuh-ibu-setelah-
melahirkan/
https://www.bidankita.com/bengkak-pascapersalinan-bagaimana-mengatasinya/

Anda mungkin juga menyukai