Anda di halaman 1dari 10

DEGRADASI DISKURSUS INTELEKTUAL DALAM INTERNAL KOHATI

( Di susun sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Latihan Khusus Kohati (LKK) )

Di susun oleh :

Ewin Falufi Irianti

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KORPS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM WATI

CABANG MERAUKE

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Salam dan doa semoga semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul : Degradasi Diskursus
Intelektual Dalam Internal Kohati.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu dengan hati terbuka penulis menerima segala bentuk kritik, usul,
saran, dan masukan yang membangun.

Selanjutnya dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada


semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini
hingga selesai.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya.
Untuk itulah, kritik yang sifatnya mendidik, dan dukungan yang membangun, senantiasa penulis
terima.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Merauke, 19 Agustus 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya berpikir kritis dan bebas di lingkungan mahasiswa sudah mulai
mengalami degradasi yang drastis. Keadaan ini akan menjerumuskan dan menghambat
kemajuan mahasiswa. Bahkan menyebabkan timbulnya situasi yang disebut sterilisasi
pemikiran. Sehingga mereka kurang berminat terhadap permasalahan fundamental
tentang dunia yang menyebabkan kompartementalisasi sempit dan berkubang dalam
analisis stagnan.
Pemikiran mahasiswa saat ini belum sampai kepada proses arus balik. Mereka
hanya menyimak premis-premis yang terkonsepkan oleh para pemikir terdahulu. Tidak
ada usaha kreatif dari mahasiswa untuk mengembangkan premis tersebut. Mereka
menjadi konsumen abadi yang hanya menelan pemikiran secara mentah. Sehingga
menghasilkan usaha yang membuat jurang antar relevansi dan kenyataan (pemikiran yang
tercabut dari realitasnya). Mereka cenderung suka pada hal-hal yang pragmatis tanpa
harus menyumbangkan pemikiran.
Pada saat yang sama, Budaya baru dan teknologi yang semakin canggih akan
mereduksi potensi intelektual mereka. Maka mereka menghadapi
konsekuensi bagaimana mem-filter hal-hal negatif yang dapat mempengaruhi budaya
kritisnya. Bukan hanya menelan mentah-mentah tanpa memilah dan memilih.
Pemanfaatan pemikiran yang kurang baik, kelamaan akan menyusut bahkan hilang oleh
perubahan zaman yang semakin berkembang ini.
Atmosfer intelektualitas senantiasa dilanggengkan dikehidupan perguruan tinggi
dalam berbagai macam bentuk. Hal ini didukung dengan adanya kebebasan akademik
guna menjamin penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Apa itu kebebasan
akademik? Ialah sesuatu yang diberikan kepada akademisi terkait kegiatan pengajaran
dan penelitian. Hal ini juga tidak terlepas dari hak sipil berupa mengemukakan pendapat
yang mana telah dijamin oleh konstitusi. Hak tersebut jelas tertera dalam konstitusi pasal
28E ayat (3) UUD 1945, “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.”
Seperti halnya mahasiswa, kaum perempuan pada hari ini juga mengalami
degradasi intelektual yang sangat tinggi. Hal-hal ini dapat dibuktikan dengan
berkurangnya ruang diskusi ilmiah sesama perempuan. KOHATI dilahirkan dengan
tujuan untuk membentuk anggotanya menjadi Muslimah yang Berkualitas Insan Cita
yaitu sebagai insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai oleh Allah
SWT.
Tetapi mengikuti perkembangan arus globalisasi di era sekarang, KOHATI
mengalami degradasi intelektual yang menyebabkan penurunan cara pandang dan
pengetahuan. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi KOHATI, sebab jika terus dibiarkan
akan berimbas dan berdampak pada tujuan awal dibentuknya.
Sehingga hari ini, persoalan degradasi intelektual hampir menjadi persoalan
umum bagi sebagian besar KOHATI di dalam rumah sendiri, sebuah transformasi ideal
diperlukan sebagai dasar pembenahan di dalam internal KOHATI.
A. Rumusan Masalah

Mengacu dari persoalan diatas, rumusan masalah yang diambil adalah


“transformasi ideal dalam menangani degradasi intelektual di internal KOHATI”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini ialah untuk mendapatkan sebuah transformasi ideal
dalam menangani degradasi intelektual di internal KOHATI.

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Agar kader kohati dapat memahami persoalan internal yang ada di dalam KOHATI.
2. Agar kader kohati dapat memperbaiki pola pikir yang menunjang intelektual.
3. Agar kader kohati dapat tumbuh sesuai dengan tujuan dibentuknya KOHATI.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Degradasi Intelektual


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia degradasi adalah “penurunan,
kemunduran, dan kemerosotan”. Degradasi sering diartikan sebagai penurunan suatu
kualitas. Degradasi ini tumbuh dan berkembang di lingkungan sekitar yang mana
dapat memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Salah satu yang saat ini menjadi
perhatian khusus ialah degradasi moral diantara anak-anak. Faktor utama yang
menyebabkan degradasi adalah arus globalisasi yang tidak seimbang. Sayangnya kita
tidak sadar akan pengaruh yang dihasilkan secara berkelanjutan ini.
Globalisasi yang membawa kita bermetamoforsa kadang membawa dampak baik,
akan tetapi tidak sedikit juga yang menelan mentah-mentah arus global yang masuk
tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Di kalangan mahasiswa, persoalan degradasi
yang hari ini kita hadapi adalah degradasi intelektual. Minat para penerus bangsa
untuk mengasah intelektual tergantikan dengan kegiatan-kegiatan yang terbilang
kurang baik. Salah satunya menghabiskan waktu sepanjang hari untuk bermain hp,
game, menonton drakor, dll. Hal ini mempengaruhi penurunan intelektual kaum muda
secara tidak langsung.
Degradasi intelektual ini juga memberikan imbas bagi kaum perempuan di
kalangan mahasiswa dan aktivis di beberapa organisasi eksternal luar kampus. Kaum
perempuan cenderung berubah dikarenakan tidak dapat memfilter arus globalisasi
dengan baik, hari ini kebanyakan perempuan lebih sibuk mempertebal make up dari
pada mengisi isi kepala dengan bacaan dan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

B. KOHATI dalam Degradasi Intelektual


Kata intelektual berasal dari bahasa Inggris yakni intellectual yang merupakan
kata benda yang dapat dihitung dan diartikan sebagai kaum cerdik pandai,
cendekiawan. Hal yang sama juga terdapat di dalam KBBI bahwa intellectual
diartikan sebagai cerdas, berakal, pintar, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan. Beberapa pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa
intelektual dapat dimaknai sebagai seseorang yang berpikir panjang untuk mengambil
sebuah keputusan dengan berpikir panjang.
Menurut Howard Gardner, seorang psikolog terkemuka di Harvard University
mrngatakan ada tujuh kecerdasan yang dimiliki manusia, yaitu :
1. Kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan matematik
3. Kecerdasan spasial
4. Kecerdasan kinetik dan JasmaniTipe
5. Kecerdasan Musikal
6. Kecerdasan Interpersonal
7. Kecerdasan Naturalis

Selain itu, ada beberapa faktor intelektual dalam belajar menurut Ngalim
Purwanto, yaitu pembawaan, kematangan, pembentukan, minat, dan pembebasan.

KOHATI adalah wadah yang dibentuk dengan tujuan mulia. KOHATI merupakan
representasi kaum perempuan di ranah eksternal organisasi. KOHATI berada dibawah
naungan HMI, dimana HMI adalah rumah secara luas yang berisi kader laki-laki dan
perempuan.

Sejak masa reformasi 1998, hingga 2021 sekarang banyak lahir perempuan
perempuan pemikir dari rahim KOHATI itu sendiri, tidak sedikit kita jumpai kaum-
kaum perempuan yang berteriak menyuarakan keadilan, berteriak atas nama rakyat, dan
lebih nya banyak perempua yang lahir sebagai penggagas bahkan menduduki jabatan-
jabatan penting di beberapa organisasi. KOHATI telah melaksanakan dan menjalankan
tujuan terbentuknya dengan baik dan memberikan impact yang baik bagi rumah dalam
internal.

Di luar banyaknya prestasi dan kader-kader intelektual, hari ini masalah yang
cukup penting hadir di tubuh KOHATI. Rendahnya minat baca dan mengasalh intelektual
para kaum perempuan semakin meningkat, beberapa diantaranya lebih memilih untuk
menghabiskan waktu dengan aktivitas yang hanya didepan media sosial daripada duduk
dan mengikuti kajian-kajian bersama kader lainnya. Kemerotosan pola pikir ini tentu
menjadi duri di dalam internal KOHATI yang harus dibenahi. Bukan lagi soal tugas
pengurus, tetapi menjadi tugas bersama untuk memperbaiki dan menghilangkan duri
tersebut.

Peningkatan literasi dan diskusi semakin digenjorkan demi menjaga intelektual


kader-kader penerus nantinya. Tentu kita sadari bersama, bahwa di dalam wadah
manapun akan selalu ada permasalahan yang hadir dan menjadi proses bagi kokohnya
sebuah organisasi.

Permasalahan intelektual bagi perempuam akhirnya berimbas kepada


permasalahan pribadi akan dirinya, seperti kata Hannah Al Rasyid “ dari dulu, wanita
selalu dilanda tekanan dan ekpsetasi sosial yang berlebihan. Mulai dari cara berpakaian,
cara berbicara, usia menikah, dan lain-lain”. Pernyataan ini tentu sering dialami
perempuan, arus global yang kemudian menggeser dogma positif tentang hak-hak
perempuan mulai terkesampingkan. Pola pikir modern justru menempatkan perempuan
sebagai object yang harus dinikmati secara gratis. Sementara itu, dilain sisi perempuan
juga metolerir perlakuan-perlakuan yang mereka terima.

Menurut hasil penelitian secara individualis terhadap beberapa kasus perempuan


di dalam tubuh KOHATI yang terjadi hari ini, ada beberapa faktor yang mendominasi
terjadinya degradasi intelektual, yaitu :

1. Kurangnya rasa simpatis sesama KOHATI


Rasa simpati yang lahir untuk saling memberikan dukungan dan muatan-
muatan positif saat ini mengalami degradasi,beberapa diantaranya semakin
malas tau dan membiarkan ketimpangan intelektual ini lahir dan berakar di
dalam tubuh KOHATI.
Hal ini menjadi tugas penting bagi seluruh KOHATI di berbagai cabang di
Indonesia (khususnya Merauke), untuk tidak lagi mentolerir keadaan yang
berimbas pada wadah internal.
2. Berkurangnya Diskursus Intelektual di KOHATI
Rendahnya minat baca dan diskusi yang membahas berbagai isu
internal maupun eksternal yang berhubungan dengan perempuan semakin
mengalami kemerosotan, kekeliruan berpikir bahwa perempuan harus
mengutamakan fisik daripada isi kepala adalah kesalaha yang tetap
ditolerir hingga saat ini.
Situasi ini jika dibiarkan terus-menerus akan semakin mengalami
degradasi yang significant, tidak akan lagi kita jumpai ranah-ranah
intelektual dan diskusi, akan tetapi lebih kepada pemberbaiki fisik sebagai
salah satu syarat menjadi perempuan.
3. Rendahnya Dukungan Sesama KOHATI
Dukungan bagi keberlangsungan dari proses pembelajaran tentu sangat
diperlukan, apalagi di ranah-ranah yang lebih luas. Seperti halnya, manusia
bukanlah makhluk individu, dimana dia dituntut harus dapat bersosialisasi dan
saling memberikan dukungan kepada sesama manusia lainnya.
Hal ini juga yang terjadi di tubuh KOHATI, rendahnya dukungan sesama
KOHATI memicu berkurangnya semangat untuk menggali dan belajar
sehingga berimbas kepada degradasi intelektual. Terlebih bagi perempuan,
permasalahan utama terletak kepada kenyamanan diri, dimana mereka merasa
nyaman disitu mereka akan tumbuh dengan baik.
KOHATI kurang memiliki kepekaan diantara sesama, meskipun ada hal
itu masuk di persentase 30% saja, sehingga ini menjadi sebuah catatan penting
bagi KOHATI bahwa faktor utama bagi perempuan untuk berproses dengan
baik adalah menyiapkan wadah yang membuat mereka nyaman.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, permasalahan yang muncul di dalam internal KOHATI
menjadi sebuah polemik yang harus segera diselesaikan, agar kedepannya KOHATI dapat
kembali berjalan sesuai dengan tujuan mulia dibentuknya KOHATI. Faktor – faktor dominan
yang mempengaruhi degradasi intelektual bagi KOHATI harus dibenahi dengan musyawarah
mufakat untuk mencapai sebuah keputusan yang memberikan kenyamanan bagi kohati.
Sehingga kedepannya KOHATI akan tetap melahirkan kader-kader pemikir, pelaksana,
penggagas, dan pelindung bagi rakyat dan terkhusu bagi perempuan.
Masalah intelektual bukanlah masalah yang dapat dipandang sebelah mata, sebab bangsa
ini terlahir dari pahlawan-pahlawan dengan pemikiran yang besar dan luas, selain itu
dukungan kaum perempuan tentu sangat dibutuhkan bagi berdirinya sebuah negara yang adil,
makmur, dan sejahtera.
Daftar Pustaka
Whithbourd Journal (2019), Mengupas Kondisi Wanita Hari Ini dalam Masyarakat
Indonesia.
https.//nasional.tempo.co.id (2015), Upaya Pemerintah Meningkatkan Kualitas
Perempuan.
https.//www.kemenPPPA.go.id (2017), Mencapai Kesetaraan Gender dan
Memberdayakan Kaum Perempuan.
KBBI, Pengertian Degradasi.
KBBI, Pengertian Intelektual
https.// repository.uinjkt (2018), Peran Kohati Dalam Peningkatan Intelektualitas

Anda mungkin juga menyukai