Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS PASIEN STROKE

Nama kelompok :
Kelompok 1
1. Ika Erlinda
2. Khudzi Fadlla Kamila
3. Nila Zahrotun Nafiah
4. M. Amar Zakariya
5. Novan Ageng Kurniawan
6. Puji Ayu Rakhmawati
7. Nuris Sahilatun Nikmah
8. Lukluatul Jannah
9. Mailin Nadhifah
10. Nasikhatut Thohiroh
11. Melati Kinasih K

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
kebutuhan hidup. Kebutuhan aktivitas dan istirahat tidur adalah sesuatu yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya
kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan
mosculoskeletal. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke dapat
menyebabkan gangguan pada system syaraf dalam tubuh manusia.
B. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar kebutuhan aktivitas
2. Menetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit stroke yang
berhubungan dengn kebutuhan aktivitas
3. Mengetahui pengkajian pada pasien penyakit stroke
BAB II
KONSEP KEBUTUHAN DASAR AKTIVITAS

A. PENGERTIAN
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemamapuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
persyarafan dan moskuloskeletal.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cidera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan sebagainya.

B. KONSEP DASAR TEORI


1. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
a. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi
mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi
sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa
dilepaskan setup saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam
membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
b. Otot dan tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dngan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga
diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
c. Ligamen
Ligament merupakan bagian yang menghubungkantulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehinggga membantu fleksibiltas sendi dan
mendukung sendi. Ligament pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,
oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
d. System syaraf
System syaraf terdiri atas system syaraf pusat (otak dan modula spinalis) dan
system syaraf tepi (percabangan dari system syaraf pusat). Setiap syaraf
memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan
motoric. Terjadinya kerusakan pada system syaraf pusat seperti pada fraktur
tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum, sedangkan
kerusakan syaraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang di
inervisi, dan erusakan pada syaraf radial akan mengakibatkan drop hand atau
gangguan sensorik pada daerah radial tangan.

e. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi
membuat segmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar
segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis
sendi, misalnya sendi syinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang
berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul
sendi dan cairan syinovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul,
lutut, dan jenis sendi lain seperti sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
2. Jenis mobilitas
a. Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan seseorang dengan batasan tidak jelas dan mampu
bergerak secara bebas tanpa adanya gangguan pada bagian tubuh.
b. Mobilitas sebagian
Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan aktif
karena dipengaruhi oleh gangguan syaraf motoric dan sensorik pada area
tubuhnya.

3. Jenis mobilitas sebagian


a. Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan tidak
menetap -> reversible pada system musculoskeletal. Co/dislokasi.
b. Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang bersifat
menetap. Co/lumpuh, poliomyelitis.

4. Faktor yang memepengaruhi mobilitas


a. Gaya hidup
Berdampak pada perilaku/kebiasaan sehari-hari.
b. Proses penyakit atau cidera
Dapat berpengaruh pada fungsi system tubuh.
c. Kebudayaan
Kebiasaan berjalan jauh/mobilisasi lebih kuat.
d. Tingkat energy
e. Usia dan status perkembangan

5. Jenis imobilisasi
a. Fisik
Pembatasan secara fisik dengan tujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi
gangguan pergerakan.
b. Intelektual
Keterbatasan intelektual atau daya pikir, missal pada kerusakan otot.
c. Emosional
Pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyenyesuaikan diri.
d. Social
Mengalami hambatan dalam melakukan interaksi social.

6. Perubahan system tubuh akibat imobilitas


a. Perubahan metabolisme
Laju metabolisme menurun, ketidakseimbangan nitrogen.
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
1. Persediaan protein dan konsentrasi protein serum menurun
2. Berkurangnya perpindahan cairan intravaskuler ke intertisial -> edema
3. Demineralisasi tulang
c. Gangguan pengubahan zat gizi
Pemasukan protein dan kalori turun -> pengubahan zat-zat makanan pada
tingkat sel turun -> sel tidak dapat lagi menerima glukosa, asam amino, lemak,
oksigen dalam jumlah yang cukup.
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
Hasil makanan yang dicerna turun -> input turun -> kembung, mual, nyeri
lambung, gangguan eliminasi.
e. Perubahan system pernafasan
Himoglobin, ekspansi paru turun, otot lemah -> oksigen ke jaringan turun ->
metabolisme terganggu.
f. Perubahan kardiovaskuler
Hipotensi ortostatik, kerja jantung meningkat, pembentukan trombus.
g. Perubahan moskuloskeletal
1. Gangguan muskuler : masa otot turun -> kekuatan otot turun, atropi otot.
2. Gangguan skeletal : kontraktur dan osteoporosis.
h. Perubahan integument
Sirkulasi darah turun -> elastisitas kulit turun, ulkus decubitus.
i. Perubahan eliminasi
Asupan cairan dan curah jantung turun -> aliran darah renal dan jumlah urin
berkurang , konstipasi.
j. Perubahan perilaku
Perubahan peran, konsep diri, kecemasan, emosional tinggi, depresi,
perubahan pola tidur, mekanisme koping mal adaptif.

7. Tingkatan imobilisasi
a. Imobilitas komplit
Dilakukan pada penderita yang menglami gangguan tingkat kesadaran.
b. Imobilitas parsial
Dilakukan pada penderita yang mengalami gangguan fraktur, missal fraktur
pada ekstriitas bawah (kaki).
c. Imobilitas alas an pengobatan
Hal ini dilakukan pada penderita yang dengan gangguan pernafasan seperti
sesak nafas tidak bolek naik turun tanggga, atau pada penderita penyakit
jantung.

8. Macam-macam istirahat
a. Pada bedrest total : klien tidk boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh
bergerak ke kamar mandi atau duduk dikursi, namun apabila bedrest bukan
total klien istirahat ditempat tidur boleh bergerak dari tempat tidur dan boleh
bergerak ke kamar mandiatau duduk di kursi.
b. Keuntungan bedrest :
1. Mengurangi kebutuhan sel dalam tubuh terhadap oksigen
2. Menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan
3. Dapat mengurangi respon nyeri

9. Alasan imobilitas
a. Ada riwayat imobilitas di masa lalu
b. Penderita lanjut usia
c. Penderita dengan nyeri atau spasme otot
d. Penderita mengalami penurunan sensitivitas terhadapat temperature, nyeri dan
tekanan
e. Penderita dengan masalah nutrisi
f. Penderita dengan masalah satu sisi tubuh dalam waktu yang lama

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
 Nama : Ny. P
 Umur : 55 tahun
 Agama : Islam
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Alamat : Genuk
 Tanggal masuk : 19 November 2019
 Tanggal pengkajian : 19 November 2019
 Nomor regristrasi :
 Diagnose medis : Stroke
b. Identitas Penanggung Jawab
 Nama : Tn. L
 Umur : 60 tahun
 Hubungan dengan pasien : Suami
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Genuk
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehataan Saat Ini
 Kebutuhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien terjatuh di kamar mandi dan kemudian tidak
sadarkan diri.
 Kebutuhan Lain
Saat ini klien berbicara pelo kea rah kanan dan tangan serta kakinya mengalami
kelemahan.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat diabetes militus sejak
7 tahun yang lalu, namun tidak pernah minum obat.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
stroke pada keluarga pasien.
d. Diagnose Medis
Diagnosa medis pada pasien yaitu stroke.

3. Pola Kebutuhan Dasar


a. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Meliputi table, yaitu:
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawataan Diri
Makan dan √
minum
Mandi √

Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Keterangan:
0=Mandiri, 1=Alat Bantu, 2=Dibantu Orang Lain, 3=Dibantu Orang Lain dan Anak,
4=Tergantung Total
2) Latihan
a) Sebelum Sakit
Suami pasien mengatakan bahwa pasien melakukan aktivitasnya secara
normal/mandiri.
b) Saat Sakit
Suami pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya secara
madiri (memerlukan bantuan orang lain).
b. Pola Kognitif dan Persepsi
1) Bicara : Pelo
2) Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
3) Kemampuan membaca : Bisa
4) Kemampuan interaksi : Sesuai
5) Pendengaran : Normal
6) Penglihatan : Sedikit Buram
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran : Apatis
2) GCS
 Verbal : Sedikit ada gangguan/pelo
 Psikomotor : Normal
 Mata : Normal
b. Tanda-tanda Vital
1) Nadi : 88x/menit
2) Suhu :-
3) Tekanan darah : 140/95mmHg
4) Pernapasan (RR) : 23x/menit

c. Keadaan Fisik
1) Kepala dan Leher
Bentuk kepala simetris tidak ada benjolan. Pada kepala dan leher tidak ada lesi.
2) Dada
Bentuk dada simetris.
3) Abdomen
Bentuk abdomen simetris tidak ada benjolan.
4) Genitalia
Bentuknya simetris tidak ada lesi.
5) Integument
Warna kulitnya normal.
6) Ekstremitas
a. Atas : tangan mengalami kelemahan.
b. Bawah : kaki kanannya mengalami kelemahan.
 Kebutuhan otot ekstremitas kanan 3/3 dan kebutuhan ekstremitas kiri 5/5.
7) Neutologis
Status mental dan emosi pasien normal.
5. Pemeriksaan Pengunjung
a. Pemeriksaan CT-Scan
Hasil dari pemeriksaan CT-Scan kepala tanpa kontras didapatkan kesan hipodens pada
area ganglia bangsalis, temporal sinistra.
B. Analisa Data
No. Analisa Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Kerusakan neuromoscular Gangguan mobilitas fisik
Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien terkena stroke akibat jatuh
dari kamar mandi
DO :
 Pasien berbicara pelo kea rah
kanan
 Tangan dan kaki kanannya
mengalami kelemahan
TTV :
 TD : 140/95mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Frekuensi nafas : 23x/menit
 GDS : 200mg/dl
2. DS : Penurunan kesadaran Resiko jatuh
Keluarga pasien mengatakan bahwa
pasien terjatuh di kamar mandi
kemudian tidak sadarkan diri selama
15 menit
DO :
Hasil pemeriksaan CT-Scan kepala
tanpa kontras didapatkan kesan
hipodens pada area ganglia
bangsalis, temporal sinistra

C. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.
b. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran.

D. Intervensi
Hari/tanggal No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional TTD
Dx Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Untuk mengetahui
tindakan pasien keadaan umum pasien
keperawatan 2. Kaji tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui
selama 2x24 jam pasien nilai normal tanda-
diharapkan 3. Motivasi keluarga tanda vital pasien
mobilitas fisik untuk selalu mengajak 3. Agar pasien bias
pasien membaik pasien berbicara cepat lancer dalam
dengan kriteria 4. Ajarkan pasien untuk berbicara
hasil : menggerakkan anggota 4. Agar pasien mampu
1. Pasien mampu tubuhnya terutama menggerakkan
berbicara dengan pada bagian tangan dan kembali tangan dan
jelas kaki secara perlahan- kakinya dengan
2. Pasien dapat lahan normal
menggerakkan 5. Kolaborasi dengan tim 5. Untuk mempercepat
kembali tangan medis lainnya untuk proses penyembuhan
dan kaki memberikan terapi
kanannya
2 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Untuk mengetahui
tindakan pasien keadaan umum pasien
keperawatan 2. Kaji GCS pasien 2. Untuk mengetahui
selama 2x24 jam 3. Motivasi keluarga tingkat kesadaran
diharapkan untuk selalu mengajak pasien
kesadaran pasien pasien berbicara 3. Agar pasien cepat
membaik dengan 4. Kolaborasi dengan sadar penuh
kriteria hasil : dokter untuk 4. Untuk mempercepat
1. Pasien setengah pemberian obat proses penyembuhan
sadar atau sadar
sebagian (apatis)
E. Implementasi
Hari/tanggal No. Tinadakan Keperawatan Respons Hasil TTD
Dx
1 1. Mengobservasi keadaan 1. S : Keluarga pasien
pasien mengatakan bahwa
pasien mengalami
kelemahan pada bagian
tubuh
O : Tangan dan kaki
kanannya tampak lemah
2. Mengkaji tanda-tanda dan tidak dapat
vital digerakkan
2. S : Pasien tampak dapat
mengikuti apa yang
diperintahkan oleh
peawat
O : TD : 140/95mmHg
Nadi : 88x/menit
3. Memotivasi keluarga Nafas : 23x/menit
untuk selalu mengajak GDS : 200mg/dl
pasien berbicara 3. S : Keluarga pasien
mengatakan mengerti apa
yang dianjurkan oleh
4. Mengajarkan pasien perawat
untuk menggerakkan O : Keluarga pasien
anggota tubuhnya tampak mengerti
terutama pada tangan dan 4. S : Pasien mengatakan
kaki secara perlahan- mampu mengikuti apa
lahan yang dilakukan oleh
5. Berkolaborasi dengan tim perawat
medis lainnya untuk O : Pasien tampak
memberikan terapi mengerti
5. S : Pasien mengatakan
mau diterapi
O : Pasien tampak mau
mengikuti terapi

2 1. Mengobservasi keadaan 1. S : Keluarga pasien


pasien mengatakan bahwa
pasien mengalami
kelemahan pada bagian
tubuh
O : Tangan kanan dan
kaki kanannya tampak
2. Mengkaji GCS pasien lemah dan tidak bias
digerakkan
2. S : Pasien tampak
mengikuti apa yang
diperintahkan oleh
3. Memotivasi keluarga perawat
untuk selalu mengajak O:
pasien berbicara

3. S : Keluarga pasien
4. Berkolaborasi dengan mengatakan mengerti apa
dokter untuk pemberian yang dianjurkan oleh
obat perawat
O : Keluarga pasien
tampak mengerti
4. S : Pasien mengatakan
mau minum obat
O : Pasien tampak mau
minum obat

F. Evaluasi

Hari / tgl No. Evaluasi


Jam Dx
1 S : Pasien mengatakan sudah mampu berbicara dan tangan dan kaki
kanannya sudah dapat digerakkan sedikit
O : TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/ menit
S = 37,0 °C
R = 20 x/ menit
A : Masalah sudah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi 4

2 S : Pasien mengatakan mampu mengikuti perintah


O : GCS = 13
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada kasus diatas dengan pasien
menderita penyakit stroke
1. Tanda – tanda vital
Dilakukan pengkajian tanda – tanda vital pasien untuk mengetahui keadaan umum
pasien terutama frekuensi tekanan darah
2. Pengkajian tingkat kesadaran
Pada pasien usia lanjut dengan penyakit stroke biasanya tingkat kesadaran berkisar
pada latergi, stupor, dan koma
3. Pengkajian system motorik
Hamper selalu terjadi kelumpuhan atau kelemahan pada salah satu sistem tubuh
B. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular
b. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran
C. Intervensi / rencana tindakan
a. Gangguan mobilitas fisik ,kerusakan neuromuscular
Tujuan : setelah diberi tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mobilisasi klien
mengalami peningkatan atau perbaikan.
Kreteria Hasil:
1) Mempertahankan posisi optimal.
2) Mempertahankan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang mengalami hemiparase.

Intervensi:

1) Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal.


Rasional: mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan.
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam.
Rasional: menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan.
3) Latih rentang gerak / ROM
Rasional : meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah
kontroktur.
4) Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
5) Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi
Rasional : mempertahankan posisi fungsional.
b.

BAB V
A.Kesimpulan
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup, Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu
untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya..Sistem tubuh yang berperan adalah
tulang,otot,saraf ligament,sendi,ada beberapa jenis mobilitas antara lain mobilitas penuh dan
mobilitas sebagian,ada banyak factor dan perubahan system tubuh yang diakibatkan oleh
imobilitas
Pada pasien stroke terutama bagian ekstremitas tubuh,membutuhkan bantuan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar,dalam kasus ini pasien mengalami kelemahan pada ekstremitas
tubuh bagian leher,tangan,dan kaki,pasien,keluarga,dan perawat harus memenuhi kebutuhan
dasar pasien tersebut
B.Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan tetapi
pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai