Anda di halaman 1dari 123

109

Anastetik Umum

III. OBAT SUSUNAN SARAF PUSAT


Obat yang bekerja pada susunan saral pusat hambat tungsi bagian SSP tertentu dan merang-
(SSP) memperlihatkan elekyang sangat luas' Obat sang bagian SSP yang lain' Alkohol adalah peng-
tersebut mungkin merangsang atau menghambat hambat SSP tetapi dapat memperlihatkan elek pe-
aktivitas SSP secara spesilik atau secara umum' rangsangan, Sebaliknya perangsangan SSP dosis
Beberapa kelompok obal memperlihatkan selek- besar selalu disertai depresi pasca perangsangan'
tivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik Dalam seksi ini akan dibicarakan obat yang
yang khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu elek utamanya terhadap SSP yaitu anestetik umum'
dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas teriadap hipnotik sedatif, psikofarmaka, antikonvulsi' pe-
pusai lain. Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik lemas otot yang bekeria sentral, analgesik anti-
sedatil merupakan penghambat SSP yang bersilat piretik, analgesik narkotik dan perangsang SSP'
umum sehingga takar lajak yang berat selalu diser- Obat yang mempengaruhi SSP yang dalam
tai koma. Pembagian obat dalam kelompok yang penggolongan termasuk kelompok lain misalnya
merangsang dan kelompokyang menghambat SSP amleiamin dan antihistamin tidak dibicarakan
tidak tepat, karena psikolarmaka misalnya meng- dalam seksi ini.

9. ANESTETIK UMUM

Tony Handoko S.K.

1. Pendahuluan 2. Obat anestetik umum


1.1. Delinisi dan sejarah anestesia 2.1. Anestetik gas
1.2. Teori anestesia umum 2.2. Anestetik Yang menguap
1.3. Stadium anestesia umum 2.3, Anestetik Parenteral
1.4. Elek samping obat anestetik umum
1 .5. Farmakokinetik anestelik inhalasi
3. Pemilihan sediaan
1.6. Cara pemberian obat anestetik
1 .7. Medikasi Preanestetik

Sejak dahulu sudah dikenal tindakan anes-


1. PENDAHULUAN
tesia yang digunakan untuk mempermudah tindak-
an operasi. Anestesia yang dilakukan dahulu oleh
1.1. DEFINISI DAN SEJARAH ANESTESIA orang Mesir menggunakan narkotik, orang Cina
menggunakan Canabis indica, dan pemukulan
lslilah anestesia dikemukakan pertama kali Xepaia dengan tongkat kayu untuk menghilangkan
oleh O.W. Holmes yang artinya tidak ada rasa sakit' kesadaran.
Anestesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu : (1) Pada lahun 'l 776 ditemukan anestetik gas
pertama, yaitu NeO; anestetik gas ini kurang efektil
anestesia lokal, yaitu hilang rasa sakit tanpa disertai
hilang kesadaran; (2) anestesia umum, yaitu hilang sehingga diusahakan mencari zat lain. Mulai tahun
rasa sakit disertai hilang kesadaran. 1795 eter digunakan untuk anestesia inhalasi
110
Farmakologi dan Terapi

kemudian ditemukan zat anestetik lain seperti kita tetik tersebut. Anestesia terjadi karena molekul
kenal sekarang. yang inert dari zat anestetik akan menempati ruang
dalam sel yang tidak mengandung air, dan peng_
isian ini akan menimbulkan gangguan permeubilitas
1.2. TEORI ANESTESIA UMUM membran terhadap molekul dan ion yang penting
untuk fungsi sel. Pendapat lain mengatakan bahwa
zat anestetik dengan air di dalam SSp dapat mem_
Sampai sekarang mekanisme terjadinya bentuk mikro-kristal (ctathrates) sehingga meng_
anestesia belum jelas meskipun dalam bidang ganggu fungsi sel otak.
lisiologi SSP dan susunan saraf perifer terdapai
Teori yang sekarang banyak penganutnya
kemajuan hebat, maka timbul berbagai teori ber_
ialah teori neurofisiologi.
dasarkan sifat obat anestetik, misalnya penurunan
transmisi sinaps, penurunan konsumsi oksigen dan
penurunan aktivitas listrik SSp. Beberapa teori di
bawah ini telah dikemukakan 1.3. STADIUM ANESTESIA UMUM
Teori Koloid. Teori ini mengatakan bahwa dengan
pemberian zat anestetik terjadi penggumpalan sel Semua zat anestetik umum menghambat SSp
koloid yang menimbulkan anestesia yang bersifat secara bertahap, mula-mula lungsi yang kompleks
reversibel diikuti dengan proses pemulihan. Chris_ akan dihambat dan paling akhir dihambat ialah
tiansen (1 965) membuktikan bahwa pemberian eter medula oblongata di mana terletak pusatvasomotor
dan halotan akan menimbulkan penghambatan dan pusat pernapasan yang vital. Guedel (1g20)
gerakan dan aliran protoplasma dalam ameba. membagi anestesia umum dengan eter dalam 4
stadia sedangkan stadium lll dibagi lagi dalam 4
Teori Lipid. Teori ini mengatakan bahwa ada hu_ tingkat.
bungan antara kelarutan zat anestetik dalam lemak
dan timbulnya anestesia. Makin larut anestetik STADIUM I (ANALGESTA). Stadium anatgesia di_
dalam lemak, makin kuat sifat anestetiknya. Teori mulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
ini hanya cocok untuk beberapa zat anest;tik yang hilangnya kesadaran. pada stadium ini penderita
larut dalam lemak. masih dapat mengikuti perintah, dan rasa sakit
hilang (analgesia). pada stadium ini dapat di_
Teori Adsorpsi dan Tegangan permukaan. Teori lakukan tindakan pembedahan ringan seperti men_
ini menghubungkan potensi zat anestetik dengan cabut gigi, biopsi kelenjar dan sebagainya.
kemampuan menurunkan tegangan permukaan.
Pengumpulan zat anestetik pada permukaan sel STADIUM ll (DELIR|UM/EKSITAS|). Stadium il
menyebabkan proses metabolisme dan transmisi dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permula_
neural terganggu sehingga timbul anestesia.
an stadium pembedahan. pada stadium ini terlihat
Teori Biokimia. Teori ini menyatakan bahwa pem- jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak
berian zat anestetik in vitro menghambat pengam_ menurut kehendak, penderita tertawa, berteriak,
bilan oksigen di otak dengan cara menghambat menangis, menyanyi, pernapasan tidak teratur,
sistem losforilasi oksidatif. Akan tetapi hal ini mung- kadang-kadang apnea dan hiperpnea, tonus otot
kin hanya menyertai anestesia, bukan penyebab rangka meninggi, inkontinesia urin dan alvi, muntah,
anestesia. midriasis, hipertensi, takikardi; hal ini terutama ter_
jadi karena adanya hambatan pada pusat ham_
Teori Neurofisiologi. Teori ini menyatakan bahwa batan. Pada stadium ini dapat terjadi kematian,
pemberian zat anestetik akan menurunkan trans- karena itu stadium ini harus cepat dilewati.
misi sinaps di ganglion cervicalis superior dan
menghambat lormasio retikularis asenden untuk STADIUM lll (PEMBEDAHAN). Stadium ilt dimutai
berfungsi mempertahankan kesadaran. dengan teraturnya pernapasan sampai pernapasan
spontan hilang. Tanda yang harus dikenal ialah :
Teori fisika. Beberapa penyelidik menyatakan (1) pernapasan yang tidak teratur pada stadium ll
ldanya hubungan potensi anestetik dengan ak- menghilang; pernapasan menjadi spontan dan
tivitas termodinamik dan ukuran molekul zit an"s- teratur oleh karena tidak ada pengaruh psikis, se_
Anestetik Umum 111

dangkan pengontrolan kehendak hilang; (2) refleks derajat kekuatan: (1) kuat, yang terjadi sewaktu
kelopak mata dan konyungtiva hilang, bila kelopak pemotongan kulit, manipulasi peritoneum, kornea,
mata atas diangkat dengan perlahan dan dilepas- mukosa uretra terutama bila ada peradangan; (2)
kan tidak akan menutup lagi, kelopak mata tidak sedang, yang terjadi sewaktu manipulasi fasia, otot
berkedip bila bulu mata disentuh; (3) kepala dapat dan jaringan lemak; dan (3) ringan, yang terjadi
digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan bebas. Bila sewaktu pemotongan dan menjahit usus, serta me-
lengan diangkat lalu dilepaskan akan jatuh bebas motong otak.
tanpa tahanan; dan (4) gerakan bola mata yang
tidak menurut kehendak merupakan tanda spesifik
untuk permulaan stadium lll. 1.4. EFEK SAMPING OBAT ANESTETIK
Stadium lll dibagi menjadi 4 tingkat ber- UMUM
dasarkan tanda-tanda berikut ini :
ANESTETIK INHALASI, Delirium bisa timbul se-
- Tingkat 1 : pernapasan teratur, spontan, terjadi lama induksi dan pemulihan anestesia inhalasi
gerakan bola mata yang tidak menurut kehendak, walaupun telah diberikan medikasi preanestetik.
miosis, pernapasan dada dan perut seimbang, Muntah yang dapat menyebabkan aspirasi bisa ter-
belum tercapai relaksasi otot lurik yang sempurna. jadi sewaktu induksi atau sesudah operasi.
Enlluran dan halotan menyebabkan depresi
- Tingkat 2 : pernapasan teratur tetapi kurang da-
miokard yang dose related, sedangkan isolluran
lam dibandingkan tingkat 1, bola mata tidak ber-
dan NzO tidak. Enlluran, isolluran dan N2O dapat
gerak, pupil mulai melebar relaksasi otot sedang,
menyebabkan takikardi, sedangkan halotan tidak.
refleks laring hilang sehingga dapat dikerjakan in-
Aritmia supraventrikular biasanya dapat diatasi ke-
tubasi.
cuali bila curah jantung dan tekanan arteri menurun.
- Tingkat 3 : pernapasan perut lebih nyata daripada Aritmia ventrikel jarang terjadi, kecuali bila timbul
pernapasan dada karena otot interkostal mulai hipoksia atau hiperkapnia. Halotan menimbulkan
mengalami paralisis, relaksasi otot lurik sempurna, sensitisasi jantung terhadap katekolamin, sehingga
pupil lebih lebar tetapi belum maksimal. penggunaan adrenalin, noradrenalin atau isopro-
terenol bersama halotan akan menyebabkan arit-
- Tingkat 4 : pernapasan perut sempurna karena mia ventrikel. Halotan berbahaya diberikan pada
kelumpuhan otot interkostal sempurna, tekanan penderita dengan rasa khawatir berlebihan, karena
darah mulai menurun, pupil sangat lebar dan relleks pada penderita tersebut ditemukan kadar kate-
cahaya hilang, kolamin yang tinggi.
Bila stadium lll lingkat 4 sudah tercapai, harus Depresi pernapasan dapat timbul pada semua
hati-hati jangan sampai penderita masuk dalam stadium anestesia dengan anestetik inhalasi. Oleh
stadium lV; untuk mengenal keadaan ini, harus karena itu perlu diperhatikan keadaan pernapasan
diperhatikan silat dan dalamnya pernapasan, lebar penderita selama pemberian anestetik inhalasi.
pupil dibandingkan dengan keadaan normal, dan Gangguan fungsi hati ringan sering timbul
mulai menurunnya tekanan darah. pada penggunaan anestetik inhalasi, tetapi jarang
terjadi gangguan yang serius.
STADIUM lV (PARALIS|S MEDULA OBLONGA- Dapat terjadi oliguria reversibel karena me-
TA). Stadium lV ini dimulai dengan melemahnya nurunnya aliran darah ginjal dan liltrasi glomerulus,
pernapasan perut dibanding stadium lll tingkat 4,
dan ini dapat dicegah dengan pemberian cairan
tekanan darah tak dapat diukur karena kolaps pem- yang cukup dan menghindari anestesia yang da.
buluh darah, berhentinya denyutjantung dan dapat lam. Metoksilluran secara langsung dapat menim-
disusul kematian. Pada stadium ini kelumpuhan bulkan kerusakan lubuli ginjal dan gagal ginjal,
pernapasan tidak dapat diatasi dengan pernapasan
sehingga dikontraindikasikan pada penderita de-
buatan. ngan gangguan lungsi ginjal dan yang mendapat
Dalamnya anestesia ditentukan oleh ahli obat nefrotoksik seperti streptomisin, tetrasiklin dan
anestesia berdasarkan jenis rangsangan rasa lain-lain. Nelrotoksik akibat metoksilluran tergan-
-yang
sakit, derajat kesadaran, relaksasi otot dan se- tung dari dosis dan F dibebaskan, sehingga
bagainya. Perangsangan rasa sakit dibagi atas 3 pemberian jangka lama metoksilluran dianjurkan
Anestetik Umum 113

anestetik gas dalam darah; (2) kecepatan aliran an tekanan parsial dalam darah arteri diikuti dengan
darah melalui paru; dan (3) tekanan parsial anes- penurunan tekanan parsial dalam jaringan.
tetik gas dalam arteri dan vena.

Kelarutan anestetik gas dalam darah. Kelarutan


ini dinyatakan sebagai blood : gas partition coeffi-
1.6. CARA PEMBERTAN ANESTETIK
clent ( l,), yaitu perbandingan konsentrasi anestetik
gas dalam darah dengan konsenlrasinya dalam gas CARA PEMBERIAN ANESTETIK INHALASI
yang diinspirasi setelah dicapai keseimbangan. Zat
yang sangat mudah larut misalnya dietileter dan Open drop method. Cara ini dapat digunakan
metoksilluran, mempunyai nilai l, 12,1 ;sedangkan untuk anestetik yang menguap, peralatan sangat
etilen yang sukar larut mempunyai nilai 1, 0,14. sederhana dan tidak mahal. Zat anestetik ditetes-
Nilai l, untuk siklopropan 0,42; NzO 0,47 dan kan pada kapas yang diletakkan di depan hidung
kloroform 9,4. Lamanya dicapai keseimbangan an- penderita sehingga kadar zat anestetik yang dihisap
tara tekanan parsial di alveoli dan darah tergantung tidak diketahui dan pemakaiannya boros karena zat
dari kelarutan dalam darah ini, Bila kelarutannya anestetik menguap ke udara terbuka.
tinggi, atau zat anestetik mudah larut dalam darah Semiopen drop method. Cara ini hampir sama
maka dibutuhkan waktu lebih lama, sebab untuk dengan open drop, hanya untuk mengurangi ter-
obat ini darah merupakan reservoar; dengan demi- buangnya zat anestetik digunakan masker. Karbon-
kian induksi berjalan lebih lambat. Pada pengguna- dioksida yang dikeluarkan sering terhisap kembali
an eter, tekanan parsial dalam darah hanya 5% dari sehingga dapat terjadi hipoksia; untuk menghindari
tekanan parsial pada keseimbangan dengan sekali hal ini dialirkan oksigen melalui pipa yang ditempat-
isap, sedang halotan 25%, siklopropan atau NzO kan di bawah masker.
65% dan etilen 85%.
Semiclosed method. Udara yang dihisap diberikan
Kecepatan aliran darah di paru. Kecepatan pe- bersama oksigen murni yang dapat ditentukan
mindahan anestetik gas dari udara inspirasi ke kadarnya, kemudian dilewatkan pada vaporizer
darah tergantung dari kontak udara inspirasi de- sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan.
ngan aliran darah. Berlambah cepat aliran darah Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dF
paru bertambah cepat pemindahan dari udara in- keluarkan akan dibuang ke udara luar. Keuntungan
spirasi ke darah. cara ini ialah dalamnya aneslesia dapat diatur de-
ngan memberikan kadar tertentu dari zat anestetik,
Tekanan parsial anestetik gas dalam arteri dan dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian 02.
vena. Kecepatan difusi ke darah berbanding lang-
sung dengan perbedaan tekanan parsial anestetik Closed method. Cara ini hampir sama seperti cara
gas di alveoli dan di dalam darah. Karena tekanan semiclosed, hanya udara ekspirasi dialirkan melalui
parsial anestetik gas dalam aliran darah paru ber- NaOH yang dapat mengikat COe, sehingga udara
tambah dengan pasasi berulang kali ke paru, maka yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
pemindahan anestetik gas berlangsung lambat Cara ini lebih hemat, aman dan lebih mudah, tetapi
sampai tercapai keseimbangan. harga alatnya cukup mahal.

PEMINDAHAN ANESTETIK GAS DARI ALIRAN CARA PEMBERIAN lV ATAU lM. Obatyang biasa
DARAH KE SELURUH JARINGAN TUBUH. digunakan secara lV ialah tiopental, sedangkan
Tekanan parsial dalam jaringan juga meningkat ketamin dapat digunakan secara lV atau lM,
secara bertahap sampai tercapai tekanan parsial
yang sama dengan tekanan parsial dalam arteri, ini
tergantung dari beberapa hal yaitu : kelarutan zat 1.7. MEDIKASI PREANESTETIK
anestetik dalam jaringan, aliran darah dalam jaring-
an, tekanan parsial zat anestetik dalam darah Tujuan medikasi preanestetik ialah untuk me-
arteri dan jaringan. Jaringan yang mempunyai aliran ngurangi kecemasan, memperlancar induksi, me-
darah cepat, keseimbangan lebih cepat tercapai. ngurangi keadaan gawat anestesia, mengurangi
Pengeluaran zat anestetik dimulai dengan penurun- timbulnya hipersalivasi, bradikardi dan muntah
a

114 Farmakologi dan Terapi

sesudah atau selama anestesia. Obat ini sebaiknya berian berulang suksinilkolin lV; keadaan ini hanya
diberikan secara oral sebelum anestesia, kecuali dapat diatasi dengan pemberian atropin lV.
pada keadaan gawat misalnya pencegahan timbul- Skopolamin juga baik untuk menghambat
nya bradikardi, diberikan atropin lV. Pemberian hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus, tetapi
morfiri yang cukup dapat mengurangi penggunaan kurang elektil mencegah refleks bradikardi selama
halotan 9o/o dan lluroksen 20%. anestesia terutama pada anak. Efek sedasi sko-
Golongan obat medikasi preanestetik ada S polamin lebih nyata dari atropin, tetapi kadang-
yaitu analgesik narkotik, sedatif barbiturat dan non- kadang timbul kegelisahan dan bingung sehingga
barbiturat, antikolinergik dan penenang. skopolamin jarang digunakan untuk medikasi pre-
anestetik.
Analgesik narkotik. Morfin dengan dosis 8-10 mg
diberikan secara lM untuk mengurangi kecemasan Obat penenang (Tranquillizer). Derivat lenotiazin
dan ketegangan penderita lerhadap operasi, me- digunakan karena mempunyai efek sedasi, antiarit-
ngurangi rasa sakit, menghindari takipnea pada mia, antihistamin dan antiemetik. Golongan obat ini
pemberian trikloretilen dan agar anestesia berjalan biasanya dikombinasikan dengan barbiturat atau
dengan lenang dan dalam. Kerugian pemberian analgesik narkotik. Obat yang sering digunakan
morfin ialah perpanjangan waktu pemulihan, me- ialah prometazin, triflupromazin, hidroksizin dan
nimbulkan spasme serta kolik biliaris dan ureter. droperidol.
Kadang-kadang terjadi konslipasi, retensi urin,
hipotensi dan depresi napas" Depresi napas ini GOLONGAN BENZODIAZEPtN. Obat ini diguna-
dapat meninggikan kadar CO2 lang menyebabkan kan secard ekstensil pada medikasi preanestetik,
vasodilatasi pembuluh darah otak dan meninggikan dan pada dosis biasa tidak berpotensiasi dengan
tekanan intrakranial. Derivat morfin lain yang dapat opiat dalam mendepresi pernapasan.
digunakan untuk medikasi preanestetik ialah Lorazepam dapat diberikan oral atau paren-
meperidin 50-100 mg lM, anileridin, alfaprodin, ok- teral dan menimbulkan amnesia pada penderita.
simorfon dan lentanil. Obat ini menimbulkan sedasi yang memanjang.
Dosis yang diberikan 0,05 mg/kg BB lM (maksimum
Barbiturat Golongan barbiturat biasanya diguna- 4 mg) diberikan paling sedikit 2 jam sebelum
kan untuk menimbulkan sedasi. Pentobarbital dan prosedur operasi,
sekobarbital digunakan secara oral atau lM dengan
Midazolam (0,07 mg/kg BB lM) menimbutkan
dosis 100-200 mg pada orang dewasa dan 1 mg/kg amnesia dengan elek samping yang sedikit. Fungsi
BB pada anak dan bayi. Keuntungan mengguna- mental kembali normal dalam 4 jam, sehingga obat
kan barbiturat ialah lidak memperpanjang masa initerpilih untuk penderita berobat jalan atau selama
pemulihan dan kurang menimbulkan reaksi yang
anestesia lokal. Lorazepam dan midazolam kurang
tidak diinginkan. Golongan barbiturat jarang menim- menimbulkan elek kumulatif dibandingkan dia-
bulkan mual atau muntah, dan hanya sedikit meng- zepam.
hambat pernapasan dan sirkulasi.

Sedatif non barbiturat. Etinamat, glutetimid dan


kloralhidrat sudah jarang digunakan. Sediaan ini 2. OBAT ANESTETIK UMUM
digunakan bila penderita alergi terhadap barbiturat.
Obat anestetik umum dibagi menurut bentuk
Antikolinergik. Penggunaan eter secar a open drop lisiknya menjadi 3 golongan, yaitu (1) anestetik gas;
manimbulkan hipersekresi kelenjar ludah dan (2) anestetik menguap; dan (3) anestetik yang
bronkus sehingga dapat mengganggu pernapasan diberikan secara lV. Berdasarkan cara pemberian-
pada waktu pemberian zat anestetik. Atropin 0,4- nya dibedakan antara cara inhalasi dan lV. Anes-
0,6 mg lM mulai bekerja setelah 10-1 S menit, men- tetik inhalasi berbentuk gas atau cairan yang mudah
cegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus menguap berbeda-beda dalam hal polensi, ke-
selama 90 menit. Dosis ini tidak cukup untuk men- amanan dan kemampuan untuk menimbulkan anal-
cegah perubahan kardiovaskular karena perang- gesia dan relaksasi otot rangka. Keuntungan pem-
sangan parasimpatis, seperti hipotensi dan bradi- berian anestetik lV ialah cepat dicapai induksi dan
kardi akibat manipulasi sinus karotikus atau pem- pemulihan, tidak meledak, sedikit komplikasi pasca
Anestetik Umum 115

anestetik jarang terjadi; sayangnya efek analgesik belum diselidiki secara mendalam, dikatakan induk-
dan relaksasi otot rangka sangat lemah. si dengan pentotal dan inhalasi NeO menyebabkan
berkurangnya respons pernapasan terhadap COz.
Dengan campuran NeO : Oe (65 : 35) waktu pe-
mulihan cepat tercapai dan tidak terjadi elek yang
2.1. ANESTETIK GAS tidak diinginkan. Pada anestesia yang lama N2O
dapat menyebabkan mual, muntah dan lambat
Pada umumnya anestetik gas berpotensi ren- sadar. Gejala sisa hanya terjadi bila ada hipoksia
dah, sehingga hanya digunakan untuk induksi dan atau alkalosis karena hipervenlilasi.
operasi ringan. Anestetik gas tidak mudah larut Unluk mendapatkan elek analgesik diguna-
dalam darah sehingga tekanan parsial dalam darah kan NeO: Oz(20:80); unluk induksi digunakan N2O
cepat meninggi. Batas keamanan antara efek anes- : Oz (80 : 20) dan untuk penunjang N€ : Oz (70:
tesia dan elek letal cukup lebar. 30); sedangkan untuk partus digunakan berganti-
gantiN2O 100% dan Oz100ok.
Nitrogen monoksida (NzO = Gas Gelak). nitrogen Status. Sebagai anestetik tunggal NeO di-gunakan
monoksida merupakan gas yang lidak berwarna, secara intermiten untuk mendapatkan analgesi
tidak berbau, tidak berasa dan lebih berat daripada pada persalinan dan pencabutan gigi. HzO diguna-
udara. Biasanya NzO disimpan dalam bentuk cairan kan secara luas sebagai anestetik umum, dalam
bertekanan tinggi dalam tabung baja; tekanan pe- kombinasi dengan zat lain.
nguapan pada suhu kamar + 50 atmosfir. Anestetik
ini selalu digunakan dalam campuran dengan oksi- SIKLOPROPAN. Siklopropan merupakan anestetik
gen. Nitrogen monoksida sukar larut dalam darah, gas yang kuat, berbau spesifik, tidak berwarna,
diekskresi dalam bentuk utuh melalui paru-paru dan lebih berat daripada udara dan disimpan dalam
sebagian kecil melalui kulit. Gas ini tidak mudah bentuk cairan bertekanan tinggi. Gas ini mudah
terbakar, tetapi bila dikombinasi dengan zat anes- terbakar dan meledak karena itu hanya digunakan
tetik yang mudah terbakar akan memudahkan ter- dengan close method.
jadinya ledakan misalnya campuran eter dan NzO.
Siklopropan relatif tidak larut dalam darah
Potensi anestetik N2O kurang kuat letapi sta- sehingga menginduksi dengan cepat (2-3 menit).
dium induksi dilewati dengan cepat, karena kelarut- Stadium lll tingkat 1 dapat dicapai dengan kadar
annya yang buruk dalam darah. Dengan perban- 7-10% volume; tingkat 2 dicapai dengan kadar 10-
dingan NeO : Oe (85 : 15) stadium induksi akan 2O% volumei tingkat 3 dicapai dengan kadar 20-
cepal dilewati, tetapi pemberiannya tidak boleh ter- 35% volume; tingkat 4 dicapai dengan kadar
lalu lama karena mudah lerjadi hipoksia. Untuk 35-50% volume. Sedangkan pemberian dengan
mempertahankan anestesia biasanya digunakan kadar 1% volume dapat menimbulkan analgesia
70% NzO (30% Oz), bila digunakan 65% NzO tanpa tanpa hilangnya kesadaran. Untuk mencegah deli-
medikasi preanestetik penderita tidak dapat men- rium yang kadang-kadang timbul, diberikan pentotal
capai stadium ll. Relaksasi otot kurang baik lV sebelum inhalasi sikloproPan.
sehingga untuk mendapatkan relaksasi yang cukup Siklopropan menyebabkan relaksasi otot
sering ditambahkan obat pelumpuh otot. cukup baik dan sedikit sekali mengiritasi saluran
Nitrogen monoksida mempunyai efek anal- napas. Namun depresi pernapasan ringan dapat
gesik yang baik, dengan inhalasi 20% NeO dalam terjadi pada anestesia dengan siklopropan.
oksigen efeknya seperti elek 15 mg morlin. Kadar Siklopropan tidak menghambat kontraktilitas
optimum untuk mendapatkan efek analgesik mak- otot jantung; curah jantung dan tekanan arteri tetap
simum + 35%. Gas ini sering digunakan pada partus atau sedikit meningkat sehingga siklopropan me-
yaitu diberikan 100% NzO pada waktu kontraksi rupakan anestetik terpilih pada penderita syok' Si-
uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa mengura- klopropan dapat menimbulkan aritmia jantung yaitu
ngi kekuatan kontraksi, dan 100% Oz pada waktu librilasi atrium, bradikardi sinus, ekstrasistol atrium,
relaksasi untuk mencegah terjadinya hipoksia. ritme atrioventrikular, ekstrasistol ventrikel dan
Kadar NzO 80% hanya sedikit mendepresi ritme bigemini. Pemberian atropin lV dapat menirn'
kontraktilitas otot jantung sehlngga peredaran bulkan ekstrasistol ventrikel, karena efek katekola'
darah tidak terganggu. Elek terhadap pernapasan min menjadi lebih dominan.
a

116 Farmakologi dan Terapi

Aliran darah kulit ditinggikan oleh siklopropan Eter pada kadar tinggi dan sedang menim-
sehingga mudah terjadi perdarahan waktu operasi. bulkan relaksasi otot karena efek sentral dan ham-
Siklopropan tak menimbulkan hambatan terhadap batan neuromuskular yang berbeda dengan ham-
sambungan saraf otot. Setelah waktu pemullhan batan oleh kurare, sebab tidak dapat dilawan oleh
seringi timbul mual, muntah dan delirium. neostigmin. Zat ini meningkatkan hambatan neuro-
Absorpsi dan ekskresi siklopropan melalui muskular oleh antibiotik seperti neomisin, strep-
paru. Hanya 0,5 % dimetabolisme dalam badan dan tomisin, polimiksin dan kanamisin.
diekskresi dalam bentuk COz dan air. Eter menyebabkan iritasi saluran napas dan
Siklopropan dapat digunakan pada setiap merangsang sekresi kelenjar bronkus. Pada induksi
macam operasi. Untuk mendapatkan efek anal- dan waktu pemulihan, eter menimbulkan salivasi,
gesik digunakan 1 -2% siklopropan dengan oksigen. tetapi pada stadium yang lebih dalam, salivasi akan
Untuk mencapai induksi siklopropan digunakan 25- dihambat dan terjadi depresi napas.
50% dengan oksigen sedangkan untuk dosis Eter menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi
penunjang digunakan 1O-20% dengan oksigen. in vivo efek ini dilawan oleh meningginya aktivitas
simpatis sehingga curah jantung tidak berubah atau
meninggi sedikit. Eter tidak menyebabkan sen-
2.2. ANESTETIK YANG MENGUAP sitisasi jantung terhadap katekolamin. Pada anes-
tesia ringan, seperti halnyq anestetik lain, eler me-
Anestetik yang menguap (volatile anesthetic) nyebabkan dilatasi pembuluh darah kulit sehingga
mempunyai 3 sifat dasar yang sama yaitu : berben- timbul kemerahan lerutama di daerah muka, pada
tuk cairan pada suhu kamar, mempunyai sifat anes- anestesia yang lebih dalam kulit menjadi lembek,
tetik kuat pada kadar rendah dan relatif mudah larut pucat, dingin dan basah. Terhadap pembuluh darah
dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang ginjal, eter menyebabkan vasokonstriksi sehingga
baik dalam darah dan jaringan memperlambal ter- terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan pro-
jadinya keseimbangan dan terlewatinya induksi, duksi urin secara reversibel. Sedangkan pada pem-
untuk mengatasi hal ini diberikan kadar lebih tinggi buluh darah otak, eter menyebabkan vasodilatasi.
dari kadar yang dibutuhkan. Bila stadium yang di- Eter menyebabkan mual dan muntah terutama
inginkan sudah tercapai kadar disesuaikan untuk pada waktu pemulihan, tetapi dapat pula terjadi
mempertahankan stadium tersebut. Untuk memper- pada waklu induksi. lni disebabkan oleh efek sentral
cepat induksidapat diberikan zat anesletik lain yang eter atau akibat iritasi lambung oleh eter yang ter-
kerjanya cepat kemudian baru diberikan anestetik telan. Aktivitas saluran cerna dihambat selama dan
yang menguap. sesudah anestesia.
Umumnya anestetik yang menguap dibagi Eter diabsorpsi dan diekskresi melalui paru;
menjadi dua golongan yaitu, golongan eter misal- sebagian kecil diekskresi juga melalui urin, air susu,
nya eter (dietileter), dan golongan hidrokarbon keringat dan difusi melalui kulit utuh.
halogen misalnya halotan, meloksifluran, etil- Eter dapat digunakan dengan berbagai
klorida, trikloretilen dan fluroksen. metoda anestesia. Pada penggunaan secara open
drop uap eter akan turun ke bawah karena + 6-10
ETER (DIETILETER). Eter merupakan cairan tidak kali lebih berat daripada udara. Penggunaan secara
berwarna, mudah menguap, berbau, mengiritasi sa- semi closed method dalam kombinasi dengan ok-
luran napas, mudah terbakar dan mudah mele- sigen atau NzO tidak dianjurkan pada operasi de-
dak. Di udara terbuka eter teroksidasi menjadi ngan tindakan kauterisasi. Sebab tetap ada bahaya
peroksida dan bereaksi dengan alkohol membentuk timbulnya ledakan, dan bila api mencapai paru
asetaldehid sehingga eter yang sudah terbuka be- penderita akan mati karena jaringan terbakar.atau
berapa hari sebaiknya tidak digunakan lagi, paru-parunya pecah.
Eter merupakan anestetik yang sangat kuat Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari
(kadar minimal untuk anestetik = 1,9% volume) berat badan dan kondisi penderita, kebutuhan
sehingga penderita dapat memasuki setiap tingkat dalamnya anestesia dan teknik yang digunakan.
anestesia. Sifat analgesiknya kuat sekali; dengan Untuk induksi, digunakan 1O-20% volume uap eter
kadar dalam darah arteri 10-15 mg % sudah terjadi dalam oksigen atau campuran oksigen dan NeO.
analgesia tetapi penderita masih sadar. Untuk dosis penunjang stadium lll, membutuhkan
5-15% volume uap eter.
Anestetik Umum 117

Status. Eter ini sudah jarang dipergunakan di ne- penyakit ginjal. Ekskresi F - meningkat pada urin
gara maju tetapi di lndonesia masih dipakai secara basa.
luas. Anestetik ini cukup aman, hanya berbau yang Pada anestesia yang dalam dan keadaan
kurang menyenangkan. hipokapnia, enlluran dapat menyebabkan kejang
tonik-klonik pada otot muka dan ekstremitas. Hal ini
ENFLURAN. Enfluran ialah anestetik eter ber- dapat dihentikan tanpa gejala sisa dengan : (1)
halogen yang tidak mudah terbakar. Enfluran cepat mengganti obat anestetik; (2) melakukan anestesia
melewati stadium induksi tanpa atau sedikit me- yang tidak terlalu dalam; dan (3) menurunkan ven-
nyebabkan eksitasi. Kecepatan induksi terhambat tilasi semenit untuk mengurangi hipokapnia. Kejang
bila penderita menahan napas atau batuk. Sekresi pada anak timbul dengan kadar enfluran lebih dari
kelenjar saliva dan bronkus hanya sedikit mening- 4 % volume dan oksigenisasi yang kurang. Enlluran
kat sehingga tidak perlu menggunakan medikasi jangan digunakan pada anak dengan demam
preanestetik yaitu atropin. Kadar yang tinggi me- berumur kurang 3 tahun.
nyebabkan depresi kardiovaskular dan perang-
sangan SSP; untuk menghindari hal ini enlluran Posologi. Untuk induksi, enfluran 2-4,5% dikom-
diberikan dengan kadar rendah bersama NzO. binasi dengan Oe atau campuran NzO - Oz, sedang-
Enlluran menyebabkan relaksasi otot lurik lebih baik kan untuk mempertahankan anestesia diperlukan
daripada halotan, sehingga dosis obat pelumpuh 0,5-3 % volume.
otot non-depolarisasi harus diturunkan.
ISOFLURAN (FORANE). lsolluran ialah etgr ber-
Enfluran kadar rendah tidak banyak mempe-
halogen yang tidak mudah terbakar. Secara kimiawi
ngaruhi sistem kardiovaskular, meskipun dapat
isofluran mirip enfluran, tetapi secara larmqkologis
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
banyak berbeda. lsofluran berbau tajam sehingga
lrekuensi nadi. Enlluran menyebabkan sensitisasi
jantung terhadap katekolamin yang lebih lemah membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap
penderita karena penderita menahan napas dan
dibandingkan dengan halotan. Namun pada bebe-
rapa kasus elek ini tidak terlihat.
batuk. Setelah pemberian medikasi preanestetik,
Pemberian enlluran 1% bersama NzO dan Oz
stadium induksi dapat dilalui dengan lancar dan
dengan pengawasan terhadap ventilasi, akan sedikit eksitasi bila diberikan bersama NzO - Oe.
menurunkan tekanan introkular dan berguna untuk Yang umum digunakan untuk melewati stadium in-
operasi mata, duksi ialah obat anestetik lV.
lsolluran merelaksasi otot sehingga baik untuk
Kadar enlluran kurang dari 3o/o tidak dapai
mencegah elek obat oksitosik. Kadar 0,25-1 ,25 o/o melakukan intubasi. Obat pelumpuh otot non-
bersifat analgesik. Kadar ini tidak menyebabkan depolarisasi dan isofluran saling menguatkan
perdarahan berat pasca persalinan. Pemulihan ter- (potensiasi) sehingga dosis isofluran perlu di-
jadi amat cepat, sehingga perlu diberikan analgetik kurangi sepertiganya. Tendensi timbulnya aritmia
amat kecil, sebab isolluran tidak menyebabkan sen-
untuk mencegah nyeri pascabedah.
sitisasi jantung terhadap katekolamin. Peningkatan
Efek samping. Enfluran bisa menyebabkan efek lrekuensi nadi dan takikardi dapat dihilangkan den-
samping sesudah pemulihan berupa menggigil gan pemberian propranolol 0,2-2 mg, atau dosis
karena hipotermi, gelisah, delirium, mual atau mun- kecil narkotik (8-10 mg morlin, atau 0,1 mg fentanil),
tah. Enlluran dapat menyebabkan depresi napas sesudah hipoksia atau hiperiermia diatasi terlebih
dengan kecepatan ventilasi tetap atau meningkat; dulu. Penurunan volume semenit dapat diatasi de-
tidal volume dan minute volume menurun. Enfluran ngan mengatur dosis. Ventilasi mungkin perlu diatur
bisa menyebabkan kelainan ringan lungsi hati. untuk mendapatkan normokapnia atau hipokapnia.
Sebagian besar enfluran diekskresi dalam lsofluran sedikit mengalami biotranslormasi men-
bentuk utuh dan hanya sedikit (2-5 %o) yang dimeta- jadi asam trilluoroasetat dan F .
bolisasi menjadi F -. lmplikasi klinik biotransformasi Belum pernah dilaporkan adanya gangguan
- lungsi ginjal dan hati sesudah penggunaan iso-
enlluran menjadi F perlu dipelajari lebih lanjut.
-
Pada orang normal, kadar F yang terbentuk ber- lluran. Pada anestesiayang dalam dengan isofluran
ada di bawah batas toksik, tetapi dapat meningkat tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pem-
sampai batas toksik bila penderita juga mendapat berian enfluran. lsofluran meningkatkan aliran
isoniazid. Enfluran membahayakan penderita darah otak pada kadar lebih dari 1,1 MAC (Minimal
a

Farmakologi dan Terapi

Alveolar Concentration, kadar alveoli minimal) dan menyebabkan vasodilatasi pembuluh otot rangka
mungkin meningkatkan tekanan intrakranial. Hiper- dan darah otak sehingga aliran darah ke otak dan
ventilasi bisa menurunkan aliran darah dan tekanan otot bertambah.
intrakranial, sebab hipokapnia yang timbul tidak Halotan menyebabkan bradikardi, karena ak-
menginduksi kejang selama anestesia dengan tivitas vagal yang meningkat. Halotan menimbulkan
isofluran. Keamanan isofluran pada wanita hamil, sensilisasi jantung terhadap katekolamin sehingga
atau waktu partus, belum terbukti. pada kadar anal- dapat terjadi aritmia jantung bila diberikan kate-
gesik 0,3-0,7 % isofluran tidak mendepresi frekuen- kolamin sewaktu inhalasi halotan. Suntikan lokal
si dan kekuatan kontraksi olot uterus pasca- epinefrin hanya boleh diberikan dengan syarat : (1 )
persalinan. Penggunaan obat ini masih terbatas, ventilasi harus cukup adekuat; (2) kadar epinefrin
sehingga data toksisitas atau reaksi hipersen- yang diberikan tidak lebih dari 't : 100.000; dan (3)
sitivitas belum lengkap ditemukan. penurunan dosis orang dewasa tidak lebih dari 10 ml larutan 1:
kewaspadaan mental terjadi 2-3 jam sesudah anes- 100000 dalam 10 menit, atau 30 ml dalam satu jam.
tesia, tetapi tidak terjadi mual, muntah atau eksitasi Penggunaan halotan berulang kali dapat me-
sesudah operasi. nyebabkan kerusakan hati yang bersitat alergi be-
Posologi. lsofluran 3-g,S% dalam Oz atau kom- rupa nekrosis sel hati yang letaknya sentrolobular.
binasi NO2 - Oz biasanya digunakan untuk induksi, Gejala yang mungkin timbul ialah anoreksia, mual,
sedangkan kadar 0,5-3% cukup memuaskan untuk muntah dan kadang-kadang kemerahan pada kulit.
mempertahankan anestesia. Halotan menghambat tonus miometrium,
mengurangi efektivitas alkaloid ergot dan oksitosin
HALOTAN (FLUOTAN). Halotan merupakan cairan sehingga harus hati-hati diberikan waktu partus.
tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar Halotan berguna sekali pada versi ekstraksi.
dan tidak mudah meledak meskipun dicampur den-
Absorpsi dan ekskresi halotan melalui paru,
gan oksigen. Halotan bereaksi dengan perak, tem_
hanya 20% dimelabolisasi dalam badan dan
baga, baja, magnesium, alurninium, brom, karet dan
diekskresi melalui urin dalam bentuk asam trifluoro-
plastik. Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel,
asetat, lrifluoroetanol dan bromida.
titanium, dan polietilen tidak sehingga pemberian
Untuk induksi, halotan diberikan dengan kadar
obat ini harus dengan alat khusus yang disebut
fluotec. 1-4% dalam campuran dengan oksigen atau NzO
sedangkan untuk dosis penunjang 0,5 - 2%. Halotan
Efek analgesik halotan lemah tetapi relaksasi
diberikan dengan alat khusus dan penentuan kadar
otot yang ditimbulkannnya baik. Dengan kadar yang
harus dapat dilakukan dengan tepat.
aman diperlukan waktu 10 menit untuk induksi se-
hingga untuk mempercepatnya digunakan kadar
tinggi (3-4 volume o/o). Kadar minimal untuk anes- Status. Sangat populer dan digunakan secara luas
tesia ialah 0,76% volume. dalam anestesi. Dengan ditemukan enfluran dan
Depresi napas terjadi pada semua konsen- isofluran maka ada pilihan lain sehingga peng-
trasi halotan yang menimbulkan anestesia. Halotan gunaan berulang yang berakibat hepatotoksisitas
dapat mencegah spasme laring dan bronkus, batuk dapat dihindari.
serta menghambat salivasi, sedangkan relaksasi
otot maseter baik, sehingga intubasi mudah di_ METOKSIFLURAN. Metoksifluran merupakan
lakukan. Pernapasan buatan harus dilakukan de- cairan jernih, tidak berwarna, bau manis seperti
ngan hati-hati karena dapat menyebabkan dosis buah, tidak mudah meledak, tidak mudah terbakar
halotan berlebihan. di udara atau dalam oksigen. Pada kadar anestetik,
Halotan secara langsung menghambat otot metoksifluran mudah larut dalam darah.
jantung dan otot polos pembuluh darah serta me- Metoksifluran termasuk anestetik yang kuat;
nurunkan aktivitas saraf simpatis. Makin dalam kadar minimal 0,16 volume % sudah dapat menye-
anestesia, makin jelas turunnya kekuatan kontraksi babkan anestesia dalam tanpa hipoksia. lnduksi
otot jantung, curah jantung, tekanan darah, dan terjadi lambat dan sering disertai delirium sehingga
resistensi perifer. Bila kadar halotan ditingkatkan untuk mempercepat induksi sering diberikan lebih
dengan cepat, maka tekanan darah akan tidak dahulu barbiturat lV. Depresi napas dan relaksasi
terukur dan dapat terjadi henti jantung. Halotan otot lebih nyata oleh metoksifluran daripada oleh
Anestetik Umum

halotan. Sifat analgesik metoksifluran kuat, se- kadar trikloretilen tidak boleh lebih dari 1% dalam
sudah penderita sadar sifat analgesik ini masih ada. campuran 2: 1 dengan NzO dan oksigen.
Trikloretilen menimbulkan sensitisasi jantung
Metoksifluran tidak menyebabkan iritasi dan terhadap katekolamin dan sensitisasi pernapasan
stimulasi. kelenjar bronkus, tidak menyebabkan pada strefch receptor. Sifat lain trikloretilen ialah
spasme laring dan bronkus sehingga dapat diguna- tidak mengiritasi saluran napas.
kan pada penderita asma. Metoksifluran menim-
bulkan sensitisasi jantung terhadap katekolamin FLUROKSEN. Fluroksen merupakan eter ber-
tetapi tidak sekuat klorolorm, siklopropan, halotan halogen, dengan sifat seperti eter mudah terbakar,
atau trikloretilen. Metoksitluran bersifat hepatoksik tetapi tidak mudah meledak. Fluroksen menim-
sehingga sebaiknya tidak diberikan pada penderita bulkan analgesi yang baik, tetapi relaksasi otot sa-
kelainan hati. ngat kurang. Untuk mencapai analgesi diperlukan
Untuk mendapatkan efek analgesik, cukup lluroksen 1,5-2%, untuk induksi 6-12% dan untuk
diberikan 0,5% metoksifluran dalam udara' Untuk dosis penunj ang 3-12%. Bila dikombinasi dengan
induksi diperlukan kadar 1,5-3% dengan campuran NzO dan oksigen, lluroksen cukup diberikan de-
oksigen atau NzO sedikitnya'l : 1 yang kemudian ngankadar 1-20h.
dilanjutkan dengan dosis penunjang 0,5%' Obat ini
dapat diberikan dengan cara c/osed method alau
semiclosed method sedangkan pada bayi dan anak 2.3. ANESTETIK PARENTERAL
juga dapat diberikan dengan caraopen drop.
Pemakaian obat anestetik intravena, dilak-
ETILKLORIDA. Etilklorida ialah cairan tak berwar- sanakan untuk: (1) induksi anestesia; (2) induksi
na sangat mudah menguap, mudah terbakar dan dan pemeliharaan anestesia bedah singkat; (3)
mempunyai titik didih 12-1 30 C. Bila disemprotkan suplementasi hipnosis pada anestesia atau anal-
pada kulit akan segera menguap dan menimbulkan gesia lokal, dan (4) sedasi pada beberapatindakan
pembekuan sehingga rasa sakit hilang. medik.
Anestesia dengan etilklorida cepat terjadi Anestesia inlravena ideal membutuhkan kri-
tetapi cepat pula hilangnya. lnduksi dicapai dalam teria yang sulit dicapai oleh hanya satu macam obat,
0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3 menit yaitu : (1) cepat menghasilkan elek hipnosis; (2)
sesudah pemberian anestesia dihentikan. Karena mempunyai efek analgesia; (3) disertai oleh am-
itu etilklorida sudah tidak dianjurkan lagi untuk anes- nesia pascaanestesia; (4) dampak yang tidak baik
tetik umum, tetapi hanya digunakan untuk induksi mudah dihilangkan oleh obat antagonisnya; (5)
dengan memberikan 20-30 tetes pada masker cepat dielimninasi dari tubuh; (6) tidak atau sedikit
selama 30 detik. Etilklorida digunakan juga sebagai mendepresi f ungsi restirasi dan kardiovaskular; dan
anestetik lokal dengan cara menyemprotkannya (7) pengaruh larmakokinetik tidak tergantung pada
pada kulit sampai beku. Kerugiannya, kulit yang disfungsi organ. Untuk mencapai tujuan di atas, kita
beku sukar dipotong dan mudah kena inleksi karena dapat menggunakan kombinasi beberapa obat atau
penurunan resistensi sel dan melambatnya pe- cara anestesia lain. Kebanyakan obat anestetik in-
nyembuhan. travena dipergunakan untuk induksi, tetapi se-
karang sudah banyak dipakai untuk pemeliharaan
TRIKLORETILEN. Trikloretilen ialah cairan jernih anestesia atau dikombinasi dengan NzO atau
tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas anestetik inhalasi lain. Kombinasi beberapa obat
seperti klorolorm, tidak mudah terbakar dan tidak murrgkin akan saling berpotensiasi atau efek salah
mudah meledak. satu obat dapat menutupi pengaruh obat yang lain'
lnduksi dan waktu pemulihan terjadi lambat
karena trikloretilen sangat larut dalam darah. Elek BARBITURAT. Seperti anestetik innatasi, OarUi-
analgesik trikloretilen cukup kuat tetapi relaksasi turat menghilangkan kesadaran dengan blokade
otot rangka yang ditimbulkannya kurang baik, maka sistem stimulasi (perangsang) di lormasio reti-
sering digunakan pada operasi ringan dalam kom- kularis. Pada pemberian barbiturat dosis kecil ter-
binasi dengan NzO. Untuk mendapatkan e{ek anal- jadi penghambatan sistem penghambat ekstra
gesik, cukup digunakan 0,25-0,75% trikloretilen lemnikus, tetapi bila dosis ditingkatkan sistem pe-
dalam udara. Sedangkan untuk anestesia umum, rangsang juga dihambat sehingga respons korteks
Farmakologi dan Terapi

menurun. Pada penyuntikan tiopental, mula_mula


keamanan lebar). Ketamin mempunyai sifat anal-
timbul hiperalgesi, diikuti analgesi bila dosis terus gesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja
ditingkatkan.
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sis_
Barbiturat menghambat pusat pernapasan di tem somalik, tetapi lemah untuk sistem viseral.
medula oblongata. Tidat volume menurun dan ke_
Tidak menyebabkan relaksasi otot lurik, bahkan
cepatan napas meninggi sewaktu anestesia. per-
kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi.
napasan abdominal akan lebih jelas bila telah terjadi
Ketamin akan meningkatkan tekanan darah,
penurunan kontraksi otot interkostal.
frekuensi nadi dan curah jantung sampai+ 20 %.
Kontraksi otot jantung dihambar oleh barbi-
Ketamin menyebabkan refleks faring dan
turat tetapi tonus vaskular meninggi dan kebutuhan
laring tetap normal atau sedikit meninggi, pada
oksigen badan berkurang; curah janfung sedikit
dosis anestesia merangsang, sedangkan-dengan
menurun. Barbiturat tidak menimbulkan sensitisasi
dosis yang berlebihan akan menekan pernapasan.
jantung terhadap katekolamin.
Ketamin sering menimbulkan halusinasi teiutama
Barbiturat yang digunakan untuk anestesia pada orang dewasa.
ialah yang termasuk barbiturat kerja sangat singkat,
Sebagian besar ketamin mengalami dealkilasi
yaitu ;
dan hidrolisis dalam hati, kemudian diekskresi
Natrium tiopental. Dosis yang dibutuhkan untuk terutama dalam bentuk metabolit dan sedikit dalam
induksi dan mempertahankan anestesia tergantung bentuk utuh.
dari berat badan, keadaan lisik dan p"ny"Iit yung Untuk induksi ketamin diberikan secara lV
diderita. Untuk induksi pada orang dewasa di-
dengan dosis 2 mS/kgBB (1-4,5 mg/kgBB) datam
berikan 2-4 ml larutan 2,50k secaraintermiten setiap waktu 60 detik; stadium operasi dicapai dalam 5_10
3O-60 detik sampai tercapai efek yang diinginkan. menit. Untuk mempertahankan anestesi dapat
Untuk anak digunakan larutan pentotai2 % jengan diberikan dosis ulangan setengah dari semula.
interval 30 detik dengan dosis 1,5 ml untuk berat Ketamin lM untuk Induksi diberikan 10 mg/kgBB
badan 15 kg,3 ml untuk berat badan 30 kg,4 ml (6,5-13 mg/kgBB), stadium operasi terjadi dalam
untuk berat badan 40 kg dan 5 ml untuk berat badan 12-25 menit.
50 kg. Untuk mempertahankan anestesia pada
orang dewasa diberikan pentotal 0,5-2 ml laiutan Status. Ketamin merupakan anestetik yang me_
muaskan bersama dengan diazepam untuk kbndisi
2,5%, sedangkan pada anak 2 ml larulan 2o/o.
Untuk anestesia basal pada anak, biasa digunakan
tertentu. Cara ini sangat berguna untuk lrauma,
pentotal per rektal sebagai suspensi 40% dengan operasi gawat darurat, pembersihan luka bakar,
prosedur radiologik pada anak dan malahan untuk
dosis 30 mS/kgBB.
beberapa operasi jantung tertentu.
Natrium tiamilal. Dosis untuk induksi pada orang
dewasa ialah 2-4 ml larutan 2,5%, diberikan lV DROPERIDOL DAN FENTANIL. Fentanildan dro-
secara intermiten setiap 30_60 detik sampai efek peridol tersedia dalam kombinasi tetap, dan di-
yang diinginkan tercapai; dosis penunjang 0,5_2 gunakan untuk menimbulkan analgesia neuroleptik
ml
larutan 2,5o/oi atau digunakan larutan OlS./. yang dan anestesia neuroleptik. pada anestesia neuro_
diberikan secara terus meneru s (drip). leptik kedua obat ini digunakan bersama NzO. ln-
Natrium metoheksital. Dosis induksi pada orang duksi dengan dosis 1 mg/9-15 kgBB diberikan per_
dewasa ialah 5-12 ml larutan 1 % diberikan secara lahan-lahan secara lV (1 ml tiap 1_2 menit), diikufi
pemberian NzO atau Oz bila sudah timbul kantuk.
lV dengan kecepatan 1 mU5 detik; dosis penunjang
Sebagai dosis penunjang digunakan NeO atau fen-
2-4 ml larutan 1 o/o alau bila akan diberikan .""uru
tanil saja (0,05- 0, j mg tiap 30-60 menit) bila anes_
terus menerus dapat digunakan larulan O,2ok.
tesia kurang dalam. Anestesia neuroleptik dap'at
Status. Merupakan anestetik yang dibutuhkan. mencapai anestesia umum yang memuaskan tetapi
Tiopental digunakan sebagai standar. Anestesi kesadaran cepat kembali bila pemberian NzO
umOm yang didapatkan dengan injeksi lV menim- dihentikan. Droperidol dan lentanil dapat diberikan
bulkan tidur sebelum prosedur operasi. dengan aman pada penderita yang dengan anes_
tesia umum lainnya mengalami hiperpireksia malig-
KETAMIN. Ketamin ialah larutan yang tidak berwar-
na. Pada analgesia neuroleptik tidak digunakan
na, stabil pada suhu kamar dan relatif aman (batas
N2O dan kesadaran penderita tetap baik; ieadaan
Anestetik Umum

analgesia) dan untuk mengatasi konvulsi yang


di-
ini sering digunakan pada tindakan bronkoskopi'
sebabkan obat anestesi lokal'
sitoskopi, kateterisasi jantung dan penggantian
pembalut Pada luka bakar. Farmakokinetik. Diazepam dimetabolisasi menjadi
Droperidol merupakan obat dengan masa metabolit yang aktif' Masa paruhnya bertambah
kerja ldma dan mula kerja lambat (10-15.m.enit) panjang Oengan meningkatnya usia, pada usia 20
sedang lentanil masa kerja pendek tetapi mula kerja ianun ilra-fiia 20 jam, dan kira-kira 90
jam pada
cepat [Z menit), maka sebenarnya dapat dilakukan usia 80 tahun. Bersihan plasma hampir konstan
pemberian cara terpisah yaitu : induksi dimulai den- (20-32 ml/menit), karena itu pemberian diazepam
gan dosis tunggal droperidol (0,15 mg/kgBB) dan jangXa lama tidak memerlukan koreksi dosis'
6-8 menit kemudian fentanil (0,002-0,003 mg/kgBB) Volume distribusi pada steady state 1'1 Ukg'
yang dapat diulangi tiap 6-8 menit' NeO diberikan
Llla-penderita mulai mengantuk dan an-estesia Efek nonterapi. Pemberian diazepam lV untuk
diperiahankan dengan cara seperti di atas' Dengan mendapatkan iedasi' tidur dan amnesia anterograd
cara ini akan didapat amnesia, hipnosis dan anal- tidak menurunkan tekanan arteri atau curah ian'
gesia yang memuaskan. tung: hanya dapat terjadi takikardi. sedang.dan
Curah jantung semenit menurun' resistensi depiesi napas ringan' Pernah dilaporkan teriadinya
pembuluh darah sistemik meningkat pada per' kegagalan sirkulasi dan henti napas pada orang
mulaan dan akan kembali normal bila anestesia
dewasa sehat yang mendapat suntikan 20 mg
juga pernah
diazepam lV secara cepat. Henti napas
diteruskan. Apnea dapat terjadi karena depresi SSP terutama bila dia-
dilaporkan selama anestesia,
dan dapat diatasi dengan mengontrol atau memim- narkotik analgesik se-
zepam diberikan bersama
pin peinapasan. Ventilasi harus dikontrol dengan
'baik bagai medikasi preanestetik. Flebitis dan trombosis
terutama bila menggunakan obat penghambat juga rasa nyeri
serlng terjadi pada penyuntikan lV,
saraf-otot, atau bila dosis lentanil tak melebihi 0,003 pada vena kecil, sedangkan pem-
bila disuntikan
mg/kgBB cukup dengan pernapasan terpimpin'
fioang-xaoang dapat timbul mual, muntah dan berian intra-arteri dapat menimbulkan nekrosis
jaringan sehingga tidak dianjurkan'
menggigil pascabedah, juga dapat timbul geiala
ekstL-piramidal pada takar laiak dengan droperidol' Suntikan diazepam lV sebaiknya tidak dicam-
pur dengan larutan obat lain. Diazepam disuntikkan
Sediaan kombinasi terdapat dalam botol berisi
pada seiang inlus dekat vena sementara inlus tetap
2 dan 5 ml larutan yang mengandung fentanil sitrat sun'
mengalir untuk mencegah rasa terbakar akibat
0,05 mg dan droPeridol 2,5 mg Per ml'
tikan dan mengurangi kemungkinan trombosis'
Status. Neurolep analgesia dan neurolep anestesi Karena diazepam tidak mempunyai efek analgesik'
adalah prosedur yang sederhana dan aman mes- pemberian anestetik lokal akan membantu pro-
kipun induksi berlangsung lambat' Depresi per- sedur anestesia pada beberapa penderita (misal-
napasan besar tetapi dapat diperkirakan' Teknik ini nya sebelum endoskoPi).
beiguna pada orangtua, sakit berat atau penderita 0'1 -
debil.
Posologi. Dosis diazepam untuk induksi ialah
0,5 mg/i'gBB. Pada orang sehat dosis diazepam
0'2
pe- yang diberi-
DIAZEPAM. Obat ini menyebabkan tidur dan mgtXg-BB untuk medikasi preanestetik
nurunan kesadaran yang disertai nistagmus dan Xa-n Uersama narkotik analgesik sudah menyebab-
(poor
bicara lambat, tetapi tidak berelek analgesik' Juga kan tidur. Pada penderita dengan risiko tinggi
tidak menimbulkan potensiasi lerhadap efek peng' ,ls1,1 n"ny" dibutuhkan 0,1-0,2 mg/kgBB' Untuk
tiap
hambat neuromuskular dan efek analgesik obat sed'asi basal, penambahan 2,5 mg diazepam
narkotik. Diazepam digunakan untuk menimbulkan 30 detik diberikan sampai penderita tidur ringan
sedasi basal pada anestesia regional, endoskopi atau terjadi nistagmus, ptosis atau gangguan
dan prosedur dental, juga untuk induksi anestesia bicara. Umumnya dibutuhkan 5-30 mg untuk sedasi
terutama pada penderita dengan penyakit kar- ini.
diovaskular. Dibandingkan dengan ultra short ac'
ting barbiturate, elek anestesi diazepam kurang me'
Status. Diazepam digunakan untuk medikasi
preanestetik dan induksi atau anestetik sendiri'
muaskan karena mula kerjanya lambat dan masa 'lUiOazotam
mulai kerja yang lebih cepat dan potensi
pemulihannya lama. Diazepam juga digunakan
lebih besar dan eliminasi metaboliknya cepat
se-
untuk medikasi preanestetik (sebagai neurolep
a

Farmakologi dan Terapi

hingga lebih disukai untuk induksi dan memper-


vasodilatasi periler daripada penurunan curah jan_
tahankan anestesi.
tung. Tekanan sistemik kembali normal dengan
in_
tubasi trakea.
ETOMIDAT. Etomidat ialah anestetik non barbiturat
Propofol tidak menimbulkan aritmia alau
Iang terutama digunakan untuk induksi anestesia. kemik otot jantung. Sesudah pemberian propofol
is_
Obat ini tidak berefek analgesik tetapi dapat lV
di_ terjadi depresi pernapasan sampai apnea selama
gunakan untuk anestesia dengan teknik
infus terus 30 detik. Hal ini diperkuat dengan premedikasi
menerus bersama lentanil atau secara intermiten. de_
Selama induksi, etomidat mempunyai efek minimal ngan opiat.
terhadap sistem kardiovaskular dan pernapasan. Propofol tidak merusak fungsi hati dan ginjal.
Etomidat tidak menimbulkan penglepasan histamin. Aliran darah ke otak, metabolisme otak dan tekanan
Dosis induksi etomidat menuruniun curah jantung, intrakranial akan menurun. Dilaporkan adanya
isi sekuncup dan tekanan arteri serta meninikatkan kejang atau gerakan involunter selama induksi.
Tak
frekuensi denyut jantung akibat jelas adanya interaksi dengan obat pelemas
komp-ensasi. otot.
Etomidat menurunkan aliran darah otak (i5-50%), Keuntungan propolol karena bekerja lebih cepat
kecepatan metabolisme otak, dan tekanan intrak_ dari tiopental dan konfusi p"r"u op"iusi yang
mini_
ranial; sehingga anestetik ini mungkin berguna mal. Terjadinya enek, muntah dan sakit kepall
mirip
pada bedah saraf. dengan tiopental.

Efek samping. Etomidat menyebabkan rasa Status. Propolol merupakan anestetik yang baru.
nyeri
di tempat suntik yang dapat diaiasi dengan Cepatnya induksi dan recovery dari aneste-si ber_
menyun_
tikkan cepat pada vena besar, atau diberikan guna dalam pasien rawat jalan yang memerlukan
ber-
sama medikasi preanestetik seperti meperidin. prosedur yang cepat dan singkat.
Selama induksi dengan etomidat tanpa medikasi
preanestetik dapat terjadi gerakan otot
spontan
pada 60% penderita. Elek ini dihilangkan j"ng"n
pemberian narkotik, sehingga narkotik
dianjurkan
3. PEMILIHAN SEDIAAN
untuk diberikan sebagai medikasi preanestetik.
Apnea ringan selama .lS_20 detik dapat terjadi Pemilihan anestetik umum didasarkan atas
pada induksi dengan etomidat, terutama pada b.eberapa pertimbangan, yaitu keadaan penderita,
orang tua. Apnea ini memanjang bila etomidat sifat anestetik umum, jenis operasi yang dilakukan
di_
berikan bersama analgesik aiau benzoadiazepin. dan peralatan serta obat yang terseiia. ig",
"n""_
tesia umum berjalan sebaik mungkin, pertimbangan
Posologi. Dosis induksi etomidat ialah 0,3 mg/kg utama ialah memilih anestetik ideal denqan sifat
BB, dan dalam waktu satu menit penderita antara lain : mudah didapat, murah, cepaimelam-
sudah
tidak sadar. paui stadium ll, tidak menimbulkan efek samping
terhadap alat vital seperti hipersekresi saluran
PROPOFOL. propofol secara kimia tak ada napas atau menyebabkan sensitisasi jantung ter_
hu_
bungannya dengan anestetik lV lain. Zat hadap katekolamin, tidak mudah terbakar, s-tabil,
ini berupa
minyak pada suhu kamar dan disediakan sebagai cepat dieliminasi, sifat analgesik cukup baik, relak-
emulsi 1%. sasi otot cukup baik, kesadaran cepat kembali,
tanpa efek yang tidak diingini. Hanya sayangnya
Efek anestetik umum. pemberian intravena pro_ tidak ada satu obat pun yang memenuhi semua sitat
polol (2 mS/kS) menginduksi anestesi di atas.
secara cepat
seperti tiopental. Rasa nyeri kadang_kadang
terjadi
di tempat suntikan, tetapi jarang lis"rt"i i"ngun . . P?du operasi ringan seperti ekstraksi
.insisi gigi ddn
plebitis atau trombosis. Anestesi dapat
abses tidak diperlukan relaksasi ot6t yang
dipertahln_ sempurna, oleh sebab itu cukup dipilih aneitetik
kan.dengan infus propofol yang berkesinambung_
umum yang bersilat analgesik baik seperti NzO dan
an dengan opiat, NzO dan/atau anestetik inhalasi
trikloretilen, juga dapat digunakan neurolef anal-
lain.
gesia. Pada operasi besar seperti laparotomi
diper-
Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik lukan anestetik yang menimbulkan relaksasi otot
kira-kira 80% tetapietek initebih disebabkan cukup baik, misalnya eter, atau dikombinasi dengan
kaiena
Anestetik Umum

diazepam. Untuk tindakan kauterisasi sebaiknya Anestetik umum yang hepatotoksik seperti
digunakan halotan yang tidak mudah terbakar, metoksilluran sebaiknya tidak diberikan pada pen-
Penggunaan obat simpatomimetik pada anes- derita hepatitis atau pada penggunaan jangka lama'
tesia dengan anestetik umum seperti siklopropan' Penggunaan anestetik umum sangat tergan-
halotair dan metoksilluran harus berhati-hati karena tung dari sarana setempat, yaitu ada tidaknya te-
ada bahaya librilasi ventrikel. Bahaya ini paling naga anestetik, alat dan obat. Eter dan tiopental
minimal pada penggunaan eter, karena eter tidak ialah anestetik umum yang mudah didapat, sehing-
menyebabkan sensitisasi jantung terhadap kate- ga digunakan untuk berbagai operasi terutama di
kolamin, daerah.
124
Farmakologi dan Terapi

10. HIPNOTIK. SEDATIF DAN ALKOHOL


Metta Sinta Sarl Wirla dan Tony Handoko SK

1. Pendahuluan 3.5. lntoksikasi


3.6. lndikasi
2. Benzodiazepin
3.7. Posologi
2.1. Kimia
2.2. Farmakodinamik 4. Hipnotik sedatil lain
2.3. Farmakokinetik 4.1. Kloral hidrat
2.4. Elek samping 4.2, Etklorvinot
2.5. lndikasi 4.3. Glutetimid
2.6. Posologi 4,4. Metiprilon
2.7. Monograf 4.5. Meprobamat
4.6. Paraldehid
3. Barbiturat
4.7. Etinamat
3.1. Kimia
3.2. Farmakodinamik 5. Pengelolaan lnsomnia
3.3. Farmakokinetik
3.4. Elek samping 6. Alkohol

1. PENDAHULUAN Beberapa obat hipnotik dan sedatif, terutama


golongan benzodiazepin digunakan juga untuk in_
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat dikasi lain, yaitu sebagai pelemas otot, antiepilepsi,
depresan susunan saraf pusat (SSp) yang relatil antiansietas (anticemas) dan sebagai penginduksi
tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menye_ anestesia.
babkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga Pada bab ini pembahasan diutamakan me-
yang berat (kecuali benzodiazepin) yaitu ngenai efek hipnotiknya saja. Efek sedatif dan anti_
hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, komi dan ansietas dibahas pada Bab 1.t .
mati, bergantung kepada dosis. pada dosis terapi
obat sedatil menekan aktivitas, menurunkan
respons terhadap merangsangan emosi dan
menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk
dan mempermudah tidur serta mempertahankan 2. BENZODIAZEPIN
tidur yang menyerupai tidur lisiologis.
Efek sedasi juga merupakan efek samping Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai
beberapa golongan obat yang tidak termasuk obat efek yang hampir sama, namun secara kuantitatif
golongan depresan SSp. Walaupun obat tersebut spektrum farmakodinamik serta data farmakokine_
memperkuat efek penekanan SSp, secara mandiri tiknya berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi
tidak dapat menginduksi anestesi umum. Golongan terapi golongan ini sangat luas. Benzodiazepin ber_
obat tersebut umumnya telah menghasilkan efek efek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan
terapi yang lebih spesifik pada kadar yang jauh lebih antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.
kecil dari pada kadar yang dibutuhkan untuk men- Pembahasan bab ini hanya pada benzodia_
depresi SSP secara umum. zepin yang terutama diindikasikan untuk hipnosis.
125
H ip noti k- S ed atil d an Alko hol

nyai prolil larmakologi yang hampir sama , namun


2.1. KIMIA
eiek'utama masing- masing derivat sangat bor-
variasi, sehingga indikasi kliniknya dapat berbeda'
Rumus benzodiazepin terdiri dari cincin ben- Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan
zen (cincln A) yang melekat pada cincin aromatik Oepresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hip-
diazepin (cincin B). Namun karena benzodiazepin nosis, dan dari hipnosis ke stupor; Keadaan ini
yang penting secara larmakologis selalu mengan' sering dinyatakan sebagai elek anestesia,tapi obat
Oung gugus substitusi S-aril (cincin C) dan cincin golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan
1,4-benzodiazepin, sehingga rumus bangun kimia eleX inestesi umum yang spesifik, karena kesadar-
golongan ini selalu diidentikkan dengan S-aril-1,4' an penderita biasanya tetap bertahan dan relaksasi
benzodiazePin (Gambar 1 0-1) otoi yang diperlukan untuk pembedahan tidak ter-
Substitusi gugus S-aril dan gugus penglepas capai. Himun pada dosis preanestelik, benzodia-
elektron pada posisi- 7 dapat memperkuat efek' zepin menimbulkan amnesia bagi kejadian yang
berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan illusi mengenai anestesia yang baru
dialaminya (amnesia anterograd). Bila akan diguna-
kan sebagai anestesi umum untuk pembedahan'
benzodiazepin harus dikombinasikan dengan obat
pendepresi SSP lain' Belum dapat dipastikan' apa-
kah efek antiansietas benzodiazepin identik dengan
efek hipnotik sedatifnya atau merupakan elek lain'
Prolil larmakologi benzodiazepin sangat ber'
variasi pada spesies yang berbeda; misalnya pada
mencit, tikus dan monyet 7- nitrobenzodiazepin
dapat menginduksi peningkatan kewaspadaan se-
Gambar 10-1' Struktur umum benzodiazepin beium timbul depresi SSP, tapi tidak pada spesies
yang lain; Elek relaksasi otot pada kucing dan anti-
Keterangan : konvulsi pada tikus berhubungan lebih erat dengan
A : cincin bsnzen elek sedasi, hipnosis dan antiansietas pada
B : cincin 1,4-diazePin manusia.
C : cincin S-aril Beberapa benzodiazepin menginduksi hipoto-
nia otot tanpa mengganggu gerak otot normal' Obal
ini mengurangi kekakuan deserebrasi pada kucing
2.2 FARMAKODINAMIK dan kekakuan penderita cerebral palsy'
Elek relaksan otot diazepam 10 kali lebih
Elek benzodiazepin hampir semua merupa- selektil dibandingkan meprobamat, namun tingkat
kan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan elek selehilitas ini tidak ielas terlihat pada manusia'
utama : sed'asi, hipnosis, pengurangan terhadap Klonazepam dosis nonsedatif pada manusia sudah
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti' merelaksasi otot, tapi diazepam dan benzodiazepin
konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan lain tidak. Toleransi terjadi terhadap elek relaksasi
kerja golongan ini padaiaringan perifer: vasodilatasi otot maupun elek ataksia obat ini.
koronlr seielah pemberian dosis terapi benzodia- Pada hewan coba, benzodiazepin mengham-
zepin tertentu secara lV, dan blokade neuromus- bat aktivitas bangkitan yang diinduksi oleh pentilen-
Xuiar yang hanya leriadi pada pemberian dosis tetrazol atau pikrotoksin, tapi bangkitan yang'di-
sangat tinggi.
induksi oleh striknin dan elektrosyok maksimal
SUSUNAN SARAF PUSAT'Walaupun benzodia- hanya disupresi pada dosis yang mengganggu ak-
zepin mempengaruhi aktivitas saral pada semua tivitis gerakan otot. Flurazepam, triazolam, klona-
tingkatan, namun beberapa derivat benzodiazepin z"pam, bromazepam dan nitrazepam merupakan
pengaruhnya lebih besar dari derivat yang lain' se- aniikonvulsi yang lebih selektil dibandingkan deri-
dangkan sebagian lagi memiliki elek yang tak lang' vat lain. ndanya toleransi terhadap elek konvulsi
sung. Benzodiazepin bukan suatu depresan umum membatasi penggunaan benzodiazepin untuk me-
ngobati kelainan bangkitan pada manusia'
seperti barbiturat. Semua benzodiazepin mempu'
126
Farmakologi dan Terapi

Walaupun terlihat adanya elek analgetik ben-


Kemungkinan terbukanya kanal klorida sa_
zodiazepin pada hewan coba, pada,"nu-ri" h"ny"
ngat ditingkatkan oleh terikatnya GABA pada
terjadi analgesi selintas setelah pemberian diaze_ resep_
tor kompleks tersebut. Benzodiazepin sendiri tidak
pam lV. Belum pernah dilaporkan adanya
efek anal- dapat membuka kanal klorida dan menghambat
getik derivat benzodiazepin lain. Benzodiazepin
neuron. Sdhingga benzodiazepin merupalkan de-
tidak menimbulkan efek hiperalgesia, hal ini ber_ presan yang realtil aman, sebab depresi
beda dengan barbiturat. neuron
yang memerlukan transmitor bersifat setf timiting.
Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSp. Efek sedasi serta antikonvulsi benzodiazepin
sebagian besar dapat diterangkan lewat potensiasi
{erj3 benzodiazepin terutama merupakan poten_
GABA, yang mengatur metabolisme neuron
siasi inhibisi neuron dengan asam gamma _ amino- dengan
butirat (GABA) sebagai mediator. Fendapat ini berbagai monoamin, (yaitu neuron yang yang
di_ dapat
tunjang oleh hasil elektrofisiologik dan peri laku meningkatkan semangat serta pengliambit rasa
hewan coba yang menunjukkan iOanya pengham_ takut). Namun hipotesis ini masih belum dapat
men-
batan benzodiazepin oleh antaionis dnBn, jelaskan efek benzodiazepin yang tidak
.eJek diperanta_
seperti bikukulin atau penghambat sintesis GABA rakan GABA serta efek depresi neuron etek
/ t<tinif
misalnya tiosemikarbasid. benzodiazepin yang dapat dilawan oleh antagonis
kerjanya dapat lihat seperti pada gambar reseptor adenosin (misalnya teofilin) dalam iadar
10-2. yang sangat rendah.

PERNAPASAN. Benzodiazepin hanya berefek se_


dikit pada pernapasan; dosis hipnotii tidak berefek
GABA pada pernapasan orang normal. Diazepam
dan
midazolam dosis preanestetik mendepresi ringan
ventilasi alveolar dan menyebabkan asidosis
respi_
ratoar, lebih karena perangsangan hipoksia dari
pada karena penurunan rangsangan hiperkapnia.
Kecepatan lrekuensi ekspirasi f,anya menurun
"l-r pada hipoksia. pada penderita obitruksi paru
kronik, dosis benzodiazepin untuk endoskopi
dapat
menurunkan ventilasi alveolar dan po2, serla pe_
ningkatan Pcoe dan menyebabkan narkosis COz.
Bz Diazepam yang diberikan sewaktu anestesi atau
diberikan bersama opioid dapat menyebabkan
Reseptor keadaan Reseptor keadaan aqnea. Gangguan pernapasan yang Uerat pada
semula/dasar teraktivasi in_
toksikasi benzodiazepin hanya terjadi pada pende_
rita yang juga mendapat pendepresi SSp lain ter_
utama alkohol.
Gambar 10-2. Mekanisme kerja benzodiaze_pin
lewat SISTIM KARDTOVASKULAR. Efek benzodiazepin
GABA pada reseptor GABn/benzo_
diazepin/klorida ionofor kompleks pada sistim kardiovaskular umumnya ringan,
ke_
cuali pada intoksikasi berat. pada dosis anestesi
semua benzodiazepin dapat menurunkan tekanan
GABA dan benzodiazepin yang aktil secara darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung.
klinik terikat secara selektil dengan reieptor GABA/
benzodiazepin/chlorida ionofor iompleks. pengikat- SALURAN CERNA. Benzodiazepin diperkirakan
an ini akan memnyebabkan pembukaan i"n"'t
Ct-. dapat menyembuhkan berbagai gangguan saluran
Membran sel saral secara normal tidak permeabel
cerna yang dihubungan dengan adanya ansietas.
terhadap ion klorida, tapi bila kanal Ci- terbuka,
Pada tikus, benzodiazepin mencegah timbulnya
memungkinkan masuknya ion klorida, meningkat_ se-
kan potesial elehrik sepanjang mernbran ,"iJ"n bagian ulkus akibat adanya stres, dan pada
menyebabkan sel sukar tereksitasi. manusia diazepam secara nyata menurunkan se_
kresi cairan lambung waktu malam.
H ipnoti k- Sedatit d an Alkohol 127

2.3. FARMAKOKINETIK tabolisme lebih lambat dari senyawa asalnya, se-


hingga lama kerja benzodiazepin tidak sesuai den-
Silat lisikokimia dan larmakokinetik benzodia- gan waktu paruh eliminasi obat asalnya; misalnya
zepin sangat mempengaruhi penerapan klinisnya. waktu paruh llurazepam adalah 2,0-3,0 jam, tetapi
Semua benzodiazepin dalam bentuk nonionik me- waktu paruh metabolit aktifnya (N-desalkilfluraze-
miliki koelisien distribusi lemak:air yang sangat pam) adalah 50,0 jam atau lebih. Sebaliknya, kece-
tinggi, Namun silat liofiliknya dapat bervariasi lebih patan metabolisme benzodiazepin yang dlinaktif-
dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elek- kan pada reaksi pertama merupakan penentu bagi
tronegativitas berbagai senyawa benzodiazepin. lama kerjanya; misalnya oksazepam, lorazepam,
Semua benzodiazepin diabsorpsi secara temazepam, triazolam dan midazolam. Metabolis-
sempurna, dengan kekecualian klorazepat; senya- me benzodiazepin terjadi dalam tiga tahap yaitu: (1)
wa ini baru diabsorpsi sempurna setelah terlebih desalkilasi; (2) hidroksilasi;dan (3) konyugasi. Jalur
dahulu didekarboksilasi dalam cairan lambung metabolisme beberapa benzodiazepin dapat dilihat
menjadi N-desmetildiazepam (nordazepam). Pada pada Tabel 10-1 sedangkan data farmakokinetik-
beberapa benzodiazepin (misalnya prazepam dan nya dapat dilihat pada Tabel 10-2.
flurazepam) hanya metabolit aktilnya yang sampai Hipnoiik yang ideal haruslah memiliki mula
ke aliran sistemik. Setelah pemberian oral, kadar kerja yang cepat, mampu mempertahankan tidur
plasma puncak berbagai benzodiazepin dicapai sepanjang malam dan tidak meninggalkan elek
dalam waktu 0,5-8,0 jam. Diantara benzodiazepin residu pada keesokan harinya. Diantara benzodia-
yang digunakan sebagai hipnotik, kadar puncak zepin yang digunakan sebagai hipnotik, fluraze-
triazolam tercapai dalam 1 ,0 jam, temazepam lebih pam, triazolam dan temazepam yang paling umum
lambat dan lebih bervariasi. Kadar puncak metabolit digunakan. Quazepam, diazepam, oxazepam dan
aktif flurazepam dicapai dalam 1,0-3,0 jam. lorazepam juga elektif sebagai hipnotik. Bila obat
Sedangkan lorazepam dan midazolam absopsinya diindikasikan untuk menginduksi tidur, triazolam
lewat suntikan lM tidak teratur. yang paling elektil sebab mula kerjanya yang cepat
Benzodiazepin dan metabolit aktifnya terikat dan kemampuan mengurangi tidur yang berkepan-
pada protein plasma. Kekuatan ikatannya berhu- jangan. Bila diinginkan elek hipnotik yang tidak
bungan erat dengan sifat lipofiliknya. Berkisar an- mengganggu keterampilan di siang hari, dipilih tri'
lara 70o/o pada alprezolam dan 99% pada diaze- azolam dan temazepam. Namun penghentian men-
pam. Kadar benzodiazepin pada cairan serebro- dadak kedua obat ini, lerutama triazolam, dilapor-
spinal (CSS) kira-kira sama dengan kadar obat kan menimbulkan rebound insomnia.
bebas dalam darah.
Profil kinetik benzodiazepin secara tetap me-
ngikuti model kinetika dua kompartemen, namun 2.4. EFEK SAMPING
bagi benzodiazepin yang sangat larul dalam lemak,
prolil kinetiknya lebih sesuai dengan model kinetika Benzodiazepin dengan dosis hipnotik pada
tiga kompartemen. Dengan demikian, sesudah saal mencapai kadar plasma puncaknya dapat me-
pemberian benzodiazepin lV (atau oral bagi benzo- nimbulkan elek samping sebagai berikut : /,ghf
diazepin yang diabsorpsi sangat cepat) ambilan ke headednesg lassitude, lambat bereaksi, inkoordF
dalam otak dan organ dengan perlusi tinggi lainnya nasi motorik, ataksia, gangguan lungsi mental dan
terjadi dengan cepat, diikuti dengan redistribusi ke psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bi-
jaringan yang kurang baik perfusinya. Redistribusi ngung, disartria, amnesia anterograd, mulut kering
diazepam dan benzodiazepin yang lipofilik lainnya dan rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang
dipengaruhi oleh sirkulasi enterohepatik. Volume dipengaruhi dibandingkan dengan penampilan
distribusi benzodiazepin adalah besar, dan banyak gerak. Semua elek tersebut sangat mempengaruhi
diant4ranya menaik pada penderita usia lanjut' keterampilan mengemudi dan kemampuan psiko-
Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan dieks- motor lainnya. lnteraksi dengan etanol dapat
kresikan ke dalam ASl. menimbulkan depresi berat. Elek residual terlihat
Benzodiazepin dimetabolisme secara eksten- pada beberapa benzodiazepin dengan dosis hip-
sil oleh beberapa sistem enzim mikrosom hati. Be- notik. Misalnya pemberian llurazepam 30 mg setiap
berapa benzodiazepin dimetabolisme menjadi me- malam selama dua hari, menimbulkan elek residual
tabolit yang aktif. Metabolit aktit umumnya dime- yang menyerupai efek akut alkohol dengan kadar
a

128 Farmakologi dan Terapi

TABEL 1O-1. JALUR METABOLISME BEBERAPA BENZODIAZEPIN

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3


(desalkilasi) (hidroksilasi) (konyugasi)

Klordiazepoksid Desmetilklor
diazepoksid Demoksepam Temazepam

Diazepam I
I I
- I I
Klorazepat Nordiazepam Oksazepam

Prazepam

Flurazepam N-Hidroksietil N-desalkil derivat


flurazepam llurazepam 3 hidroksi

Triazolam alf a-Hidroksi


triazolam

Alprazolam alfa-Hidroksi
alprazolam

Midazolam alfa-Hidroksi
midazolam

Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, 1990.

TABEL 1O-2. DATA FARMAKOKINETIK OBAT HIPNOTIK.SEDATIF

Absorpsi: Metabolit aktif Rata-rata Volume Bersihan


tmax terpenting waktu distribusi
0am) dalam darah paruh (am) (Ukg) niUmeniVkg

I. BENZODIAZEPIN
Klordiazepoksid 0,5-4,0 Klordiazepoksid 8-24 0,27-0,33 0,31-0,4it
Desmetilklordia- 24-96
zepoksid
Klorazepat 1,0-2,0 Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Diazepam 1,5-2,0 Diazepam 20-50 0,95-2,0 0,32-0,44
Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Flurazepam 0,5-2,0 Desalkilf lurazepam 74-160
Halazepam 1,0-3,0 Halazepam
Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Prazepam 6,0 Desmetildiazepam 50-1 00 0,93-1,27
Quazepam 2,O Quazepam 39
Desalkilflurazepam 74-160
Alprazolam 1,0-2,0 Alprazolam 12-15 1,1 0,64-1,34
Lorazepam 2,0 Lorazepam 8-25 1,0-1,3 0,7-1,2
Oksazepam 1,0-4,0 Oksazepam 5-1 5 0,6-2,0 0,9-2,0
Temazepam 2,0-3,0 Temazepam 8-38 1,4-1,5 1,1-1,4
Triazolam 1,3 Triazolam 't,5-5,0 0,8-1,8 6,2-8,8
S edatil d a n Al kohol 129
Hip noti k-

Tabel 1G2. DATA FARMAKOKINETIK OBAT HIPNOTIK-SEDATIF (Sambungan)

Absorpsi: Metabolh aktil Rata-rata Volume Bersihan


tmu terpenting waktu distribusi
(iam) dalam darah paruh fiam) (Ukg) mUmeniVkg

II. BARBITURAT
Amobarbital ,:o Amobarbital 8-42
Aprobarbital Aprobarbital 14-34
Butabarbital Butabarbital 34-42
Pentobarbital 2,0 Pentobarbital 15-48
Sekobarbital 2,0 Sekobarbital 15-40
Fenobarbital 6,0-18,0 Fenobarbital 80-120

III. HIPNOTIK SEDATIF


LAIN
Kloralhidrat Trikloroetanol 4-9,5
Etklorvinol Etklotvinol 10-25
Glutetimid Glutetimid 5-22
Metiprilon Metiprilon 4,0
Meprobamat 2,0-3,0 Meprobamat
Paraldehid 4,0-10,0 Paraldehid
Etinamat Etinamat 2,5
Difenhidramin 2.0-3.0 Difenhidramin 8,4 4,5 6,2
Doksilamin Doksilamin 4-12
Pirilamin Pirilamin

Dimodifiaksi dari AMA Drug Evaluation edisi 8 (1988) - tidak ada data
dan Goodman and Gilman, 1990.

darah 100 mg/dl, kadar yang resmi dianggap me- halusinasi dan sikap hipomaniak, Selain itu pernah
nimbulkan keracunan. Pada keadaan yang sama, terjadi paranoid, depresi dan keinginan bunuh diri.
temazepam dosis 20 mg tidak menimbulkan efek Namun gejala paradoksal tersebut sangat jarang
residual yang berarti. Efek residual ini berhubungan terjadi.
dengan dosis obat. lntensitas dan insidens intoksi- Walaupun penyalahgunaan dan ketergantu-
kasi SSP umumnya meningkat sesuai dengan usia ngan terhadap benzodiazepin jarang terjadi' namun
penderila, larmakokinetik dan farmakodinamik obat elek samping serta eleknya pada pengunaan
Efek samping lain yang relatil umum terjadi secara kronik perlu diperhatikan. Ketergantungan
adalah lemah badan, sakit kepala, pandangan ringan sudah dapat terjadi pada banyak penderita
kabur, vertigo, mual dan muntah, diare, sakit epi- yang menggunakan benzodiazepin dosis terapi
gastrik, sakit sendi, sakit dada dan pada beberapa secara teratur untuk waktu lama. Gejala putus obat
penderita dapat terjadi inkontinensia. Benzodiaze- dapat berupa makin hebatnya kelainan yang semu-
pin dengan elek antikonvulsi kadang-kadang ma' la akan diobati, misalnya insomnia dan ansietas'
lahan meningkatkan frekuensi bangkitan pada disloria, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi bu-
penderita epilepsi. ruk, tremor, anoreksia, lemah badan dan pusing
Benzodiazepin dapat menyebabkan elek psi- kepala. Penghentian pengobatan sebaiknya dilaku-
kologik paradoks. Mimpi buruk sering terjadi den- kan secara bertahap. Pada umumnya selama peng-
gan pemberian nitrazepam dan kadang- kadang obatan dengan benzodiazepin penderita jarang
terjadi dengan llurazepam, terutama pada minggu menaikkan dosis tanpa instruksi dari dokternya.
pertama penggunaan obat. Flurazepam kadang- Namun pada sebagian kecil penderita (dengan ke-
kadang menyebabkan garulousness, ansietas, mu- biasaan penyalahgunaan obat atau alkohol)' peng-
dah tersinggung, takikardia dan berkeringat' hentian benzodiazepin dapat menimbulkan keter-
Pernah dilaporkan adanya gejala euforia, gelisah, gantungan obat.
a

130 Farmakologi dan Tenpi

Pada penderita tersebut, penggunaan benzo- yang berat, dosis terapi dapat mempengaruhi per-
diazepin tidak lebih baik dari barbiturat atau alkohol. napasan pada penderita obstruksi paru-paru kronik.
Penggunaan benzodiazepin dosis tinggi dalam
waktu lama dapat mengakibatkan gejala ketergan- 2.5. INDIKASI
tungah yang lebih parah setelah pemutusan obat
yaitu: agitasi, depresi, panik, paranoid, mialgia, Benzodiazepin digunakan untuk mengobati
kejang otot dan bahkan konvulsi. insomnia, ansietas, kaku otot, medikasi preanestesi
Selain efek sampingnya yang luas, secara dan anestesi.
umum benzodiazepin merupakan obat yang relatil
aman. Bahkan dosis linggi jarang menimbulkan ke- 2.6. POSOLOGT
matian kecuali bila digunakan bersama-sama den-
gan depresan SSP yang lain misalnya alkohol. Nama obat, bentuk sediaan, dan dosis bebe-
Walaupun takar lajak benzodiazepin jarang menye- rapa derivat benzodiazepin dapat dilihat pada Tabel
babkan depresi kardiovaskular serta pernapasan 10-3.

TABEL 10.3, NAMA OBAT, BENTUK SEDIAAN DAN DOSIS HIPNOTIK SEDATIF

Nama obat Bentuk sediaan' Dosis Dewasa (mg)


Sedalif " Hipnotik

BENZODIAzEPIN
Klordiazepoksid K,T,I 15-100, 1-3xd +
Klorazepat K,T 3,75-20, 2-4xd +
Diazepam T,KLL,I,L 5-10, 3-4xd +
Flurazepam K - rs-so
Lorazqpam T,l 2-4
Oksazepam K,T 15-30, 3-4xd +
Temazepam K 15-30
Triazolam T 0,125-0,5

BARBITURAT
Amobarbital K,T,I,P 30-50, 2-3xd 65-200
Aprobarbital E 40, 3xd 40-160
Butabarbital K,T,E 15-30, 3-4xd 50-100
Pentobarbital K,E,l,S 20, 3-4xd 100
Sekobarbital K,T,I 30-50 3-4xd 50-200
Fenobarbital K,T,E,IO 15-40, 2-3xd 100-320

HIPNOTIK SEDATIF LAIN


Kloralhidrat K,L,S 250, 3xd 500-1000
Etklorvinol K 100-200,2-3xd 500-1000
Glutetimid K,T 250-500
Metiprilon K,T 50-100,3-4xd 200-400
Meprobamat KLL,T 400, 3-4xd
Paraldehid L,I 2-5 ml, 2-4xd '10-30 ml
Etinamat K 500-1000

Dimodifiaksi dari Goodman and Gilman, 1990.

'* K - kapsul: E elksir; KLL - kapsul bpas lambat; l - suntikan; L- hrutan; P - bubuk; S -supositoria; T - tablet.
'
Dosis dan Jumlah p€mborian tiap hari; dosis lidak b€rlaku untuk bentuk KLL.
+ Dlgunakan s€bagai hipnotik-sedatit hanya untuk m€ngatasi penderila kotsrgantungan alkohol; dosis lebih k€cil bagi
individu yang bolum tol€ransi l€rhadap obat ters€but.
H ipnotik- Sedatif dan Alkohal 131

2.7. MONOGRAF BEBERAPA Farmakokinetik. Metabolit utama llurazepam, N-


desalkilllurazepam, aktil dan memiliki waktu paruh
BENZODIAZEPIN yang panjang. Waktu paruh rata- rata pria muda:74
jam ; pria manula: 160 jam ; wanita muda: 90 jam ;
Berii<ut akan dibahas 4 obat hipnotik golongan dan wanita manula: 120 jam. Penimbunan metabolit
benzodiazepin secara khusus. Sifat-sifat yang dike- aktil ini menyebabkan kantuk dan mengurangi
mukakan pada pembicaraan benzodiazepin secara kinerja @ertormance), terutama dengan dosis 30
umum berlaku untuk obat-obat ini. mg. Namun karena adaptasi, elek ini tidak selalu
sebanding dengan kenaikan kadarnya di dalam
Agonis Benzodiasepin plasma. Eliminasi yang lambat pada akhir peng-
obatan mungkin menyebabkan berkurangnya
FLURAZEPAM rebound insomnia.

Posologi. Oral: Untuk induksi tidur, dewasa, 30 mg


_CzHs padawaktu tidur (bagi beberapa penderita cukup 15
611, XLi mg).; pada manula dan penderita yang keadaannya
| .- \",n, lemah, 15 mg. Lihat juga pada Tabel 10- 3.

Ir LORAZEPAM
,t\
CV-
Y 2--.--F
cr (l
Flurazepam secara eksklusif dipasarkan se-
bagai obat untuk mengatasi insomnia. Hasil dari uji
klinik terkontrol telah menuniukkan bahwa fluraze-
pam mengurangi secara bermakna waktu induksi
tidur, jumlah dan lama terbangun selama tidur, mau- Lorazepam merupakan hipnotik dan antian'
pun lamanya tidur. Mula elek hipnotik .ala4ala 17 sietas yang efektif. Obat ini digunakan dalam medi-
menit setelah pemberian obat secara oral dan ber' kasi preanestetik, karena secara parenteral mem-
akhir hingga 8 jam. perlihatkan amnesia anterograd. Lorazepam digu-
Elek residu sedasi di siang hari teriadi pada nakan juga untuk pengobatan status epilepsi;
sebagian besar penderita, oleh metabolit aktifnya sindroma abstinesia alkohol akut; dan katatonia
yang masa kerjanya panjang. Karena itu obat ini akibat neuroleptik.
cocok untuk pengobatan insomnia jangka panjang Efek samping. Efek 'samping lorazepam yang
dan insomnia jangka pendek yang disertai gejala paling umum ialah : sedasi (15,9%), pusing (6,9%),
ansietas di siang hari. lesu (4,2%), dan ataksia (3,4%). Reaksi ini terjadi
Rebound insomnia tidak sekuat benzodia- pada 50% penderita selama pemberian obat.; seba-
zepin kerja singkat. gian lagi biasanya bereaksi terhadap dosis yang
lebih rendah. Obat ini harus digunakan secara haii-
Efek samping. Pusing, vertigo, ataksia dan gang-
guan keseimbangan, terutama pada manula dan hati pada wanita tramil dan yang menyusui, dan
pada anak-anak di bawah 12 tahun.
penderita yang keadaannya lemah. Eksitasi dan
hiperaktivitas dilaporkan terjadi sebagai reaksi Farmakokinetik. Metabolit-metabolit lorazepam tF
paradoksal. Flurazepam dikontra indikasikan pada dak aktif, diekskresi lewat ginjal dalam bentuk
wanita hamil. Penderita juga perlu diperingatkan garam glukuronat. Pemberian obat setiap hari tidak
terhadap kemungkinan efek aditil oleh alkohol se- menimbulkan efek kumulasi. Obat ini relatil memiliki
hari setelah pemberian flurazepam. waktu paruh yang pendek (8-25 jam).
a

132 Farmakologi dan Terapi

Lorazepam harus digunakan secara hati-hati lajak obat ini ditandai dengan kebingungan, gang-
pada penderita gagal ginjal dan pada manula. Ab- guan koordinasi, depresi napas, koma dan hipoten-
sorbsi hampir sempurna tapi lambat, sehingga si. Penggunaannya perlu hati-hati pada penderita
kadar plasma puncak baru dicapai dalam 2 jam. dengan riwayat ketergantungan dan cenderung
Sedian parenteral lM diabsorbsi baik, tapi kadang- bunuh diri.
kadang menimbulkan nyeri di tempat suntikan. Toleransi dan gejala putus obat tidak terlihat
Posologi. Oral: untuk insomnia yang berhubungan setelah pemakaiannya selama satu bulan. Pende-
dengan ansietas dan stress, diberikan dosis tunggal rita perlu diberitahu bahwa tidurnya mungkin ter-
2-4 mg pada waktu tidur. Dosis tersebut harus diku- ganggu selama 1-2 malam setelah obat dihentikan.
rangi separuhnya pada penderita yang keadaannya Penggunaan pada wanita hamil harus dihindari,
lemah dan usia lanjut. Lihat juga Tabel 10-3. Farmakokinetik. Bioavailabilitas oralnya 100%.
Kecepatan absorbsi relatif rendah (pada individu
TEMAZEPAM dewasa muda waktu untuk mencapai kadar plasma
puncak adalah 2,18-2,75 jam). Volume distribusi
dan bersihannya berkisar antara 1,40-1 ,53 Ukg dan
1,10-1,36 mUkg/min. Waktu paruh eliminasi ber-
kisar antara 8-38 jam, manula: 15-30 jam.
Temazepam dikonjugasi dengan asam gluku-
ronat dan diekskresi dalam urin, sebagian kecil
mengalami N-demetilasi sebelum dikonjugasikan.
Disfungsi hati hanya berpengaruh sedikit pada
waktu paruh eliminasinya. lnduksi enzim tidak ter-
jadi pada 5-7 jam setelah pemberian obat. Akumu-
lasi obat setelah pemberian berulang tidak merupa-
kan masalah, tapi perlu penelitian lebih lanjut pada
penderita lanjut usia.

Temazepam terutama dipasarkan untuk peng- Posologi. Pemberian oral untuk induksi tidur,
obatan insomnia. Obat ini merupakan metabolit dewasa 30 mg ; pada beberapa penderita cukup 15
hidroksilasi dari diazepam. Obat ini menurunkan mg. Dosis untuk anak dibawah 18 tahun belum
jumlah total terbangun selama tidur, menambah mapan.
lama dan kualitas tidur, Obat ini tidak menginduksi
mula tidur, sebab temazepam diabsorbsi lambat.
TRIAZOLAM
Bagi penderita yang sukar jatuh tidur, dapat diatasi
dengan pemberian temazepam 2 jam sebelum
waktu tidur, walaupun untuk tujuan tersebut lluraze-
pam dan triazolam lebih baik.
Dosis 30 mg (dewasa) dan 15 mg (manula)
diperkirakan dapat mengganggu kinerja ; dosis 40
mg atau lebih pada beberapa penderita menurun-
kan fungsi napas dan suhu tubuh secara bermakna.

Efek samping. Umumnya ringan dan akan hilang


pada pemberian berulang. Efek samping yang
sering dilaporkan adalah: kantuk (17%), pusing
(7o/o),letargi (5%), kebingungan (2-3%), dan gang-
guan saluran cerna (1-2%1. Vertigo, nistagmus, ek-
Triazolam elektil untuk mengobati insomnia
sitasi paradoksal dan halusinasi dilaporkan kurang
sementara, insomnia jangka pendek dan insomnia
dari 1o/0.
jangka panjang yang tidak memerlukan sedasi di
Seperti benzodiazepin yang lain, temazepam
siang hari dan elek antiansietas. Obat ini juga
sangat sedikit menimbulkan intoksikasi akut. Takar
digunakan sebagai anestesi premedikasi.
133
Hipnotik-Sedatit dan Alkohol

lnduksi tidur oleh triazolam ditandai dengan: Antagonis BenzodiazePin.


(1) waktu tidur pendek, (2) memperpaniang mula
tidur tanpa mempengaruhi total persentasi tidur Flumazenil
REM, (3) pengurangan waktu lase tidur serebral Obat ini merupakan antagonis spesilik benzo-
tapi menambah total waktu tidur, (4) mengurangi diazepin, yang bekeria pada subunit alpha reseptor
lrekuensi bangun di malam hari, (5) perbaikan kuali- GABAe/benzodiazepin-klorida ionofor kompleks'
tas tidur, (6) tidak terja di retuund REM s/eep' tetapi Jadi obat ini menghambat potensiasi benzodiaze-
pada beberapa penelitian dilaporkan terjadi re- pin terhadap kerja GABA; bekerja kompetitif secara
bound insomnia. larmakodinamik, langsung di tempat ikatan reseptor
Dosis tunggal 0,125-0,25 mg lebih e{ektif di- benzodiazePin.
bandingkan dengan plasebo' Pada penelitian ter' Dua indikasi utama obat ini adalah untuk diag-
kontrol, dosis 0,5 mg lebih efektil dari dosis 0'25 dan nosis pemastian intoksikasi benzodiazepin dan me-
ekuivalen dengan 30 mg llurazepam; namun pada ngatasi keracunannya agar tidak perlu melakukan
dosis ini beberapa individu mengalami gangguan intubasi endotrakeal dan napas buatan.
kinerja di siang hari. Dosis awal harus dibatasi Fumazenil dikembangkan untuk pengobatan
sampai 0,25 atau kurang pada penderita manula' ensefalopati hepatik (HE), suatu gejala kompleks
Toleransi terhadap elekyang ditimbulkan oleh dosis neuropsikiatri berhubungan dengan gangguan
hipnotik tidak terjadi setelah 1-2 bulan pengobatan' hepatoselular akut atau kronik ' HE sering kali meru-
pakan komplikasi gangguan lungsi hati akibat hepa-
Efek samping. Efek samping yang paling umum titis virus, takar laiak obat, atau alkohol. Gangguan
adalah kantuk, pusing dan sakit kepala; namun ini tidak mempengaruhi struktur SSP tapi merusak
suatu penelitian terkontrol menunjukkan bahwa lre- lungsi neuromuskular secara reversibel. Berhu-
kuensi terjadinya gejala tersebut tidak perbedaan bung pada gangguan lungsi SSP terlihat kenaikan
secara bermakna dengan plasebo. Elek samping aktivitas GABA-ergik' antagonis benzodiazepin ini
halusinasi, bingung dan amnesia anterograd telah telah digunakan untuk menginduksi remisi'
dilaporkan, tapi sangat jarang teriadi. Pada beberapa penderita depresi napas akan
Pemakaian bersama-sama dengan depresan menetap walaupun elek sedasinya dipulihkan'
SSP lain meningkatkan elek sedasi. Jarang menye- Pada penderita yang responsil, llumazenil lV beker-
babkan intoksikasi akut' Takar lajak terutama ditan-
ja dalam beberapa menit. Tidak adanya reaksi ter-
dai dengan depresi napas, hipotensi dan koma' hadap pemberian llumazenil lV dosis 5 mg, me-
nunjukkan bahwa keracunan yang terjadi tidak di-
sebabkan benzodiazepin, tapi mungkin disebabkan
Farmakokinetik. Triazolam diabsorbsi cepat seca-
depressan SSP lain atau kerusakan otak.
ra oral. Kadar plasma puncak dicapai dalam waktu
1,3 jam. Terikat 90% dengan protein plasma' Efek samping. Umumnya llumazenil tererima
Volume distribusi dan bersihannya berkisar antara secara baik; Pada penderita bedah, mual dan mun-
0,8-1,8 Ukg dan 6,2-8,8 mUmen/kg, yang tidak ber- tah adalah elek samping yang paling umum terjadi'
beda antar jenis kelamin dan umur. Waktu paruh Pada penderita dengan takar laiak obat, dilaporkan
eliminasi berkisar antara 1,5'5 jam. Dua metabolit terjadi agitasi, gelisah, ansietas dan mioklonus'
utama triazolam tidak memiliki elek hipnotik' den- Obat ini perlu hati-hati diberikan kepada penderita
gan waktu.paruh eliminasi kurang dari 4 iam' Sete- dengan riwayat penggunaan kronik benzodiazepin'
lah dimetabolsme (hidroksilasi dan konjugasi)' me- sebab dapat terjadi gejala putus obal.
tabolitnya diekskresi dalam urin' Tidak terjadi aku-
Farmakokinetik. Flumazenil diabsorbsi secaraoral
mulasi minimum 3 bulan setelah pemberian setiap
dengan baik; Waktu untuk mencapai kadar puncak
hari.
aOatan 1 jam. Obat ini mengalami metabolisme
lintas awai, sehingga setelah pemberian per oral
Posologi. Dosis oral pengobatan insomnia:
hanya seperenam dosis yang mencapai sistemik'
dewa-sa, awal 0,25 mg atau lebih kecil' Pada
Volume distribusinya adalah 1,1 Ukg. Waktu paruh
manula atau yang sensitil, 0,125 mg' dapat
eliminasi pada individu yang normal adalah 49-58
diberikan hingga 0,25 mg. Belum ada informasi
menit.
yang mapan bagi anak di bawah 'l I tahun'
134
Farmakologi dan Terapi

Posologi. Suntikan lV: belum ada regimen dosis Penggantian unsur O pada atom C di posisi 2
yang mapan, secara umum, dewasa, dimulai den-
de1O1 unsur S , yang umumnya disebut sebagai
gan dosis 0,5 mg sebagai bolus untuk menentukan
tiobarbiturat, menaikkan kelarutan lemak senyawa
elektivitas dan toleransi penderita terhadap obat; tersebut. Secara umum, perubahan struktur yang
bila perlu dosis 0,S mg yang kedua diberikan, diikuti menaikkan kelarutannya dalam lemak, akan menu_
0,2 mg liap menit hingga penderita bangun; Bila runkan mula kerja dan lama kerja obat, meningkat_
sesuai dapat diberikan inlus 0,5 mg per jam untuk kan metabolisme pengrusakan dan ikatan terhidap
mempertahankan kesadaran. protein, serta sering kali meningkatkan efek hip_
notik,

3. BARBITURAT
3.2. FARMAKODINAMIK
Barbiturat selama beberapa saat telah diguna-
kan secara ekstensil sebagai hipnotik Oan sJdaff. SUSUNAN SARAF PUSAT Efek utama bar-
Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggu_ biturat ialah depresi SSp. Semua tingkat depresi
dapat dicapai, mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai
naan yang spesifik, barbiturat telah banyak diganti-
tingkat anestesia, koma, sampai dengan kematian.
kan oleh benzodiazepin yang lebih aman.
Elek antiansietas barbiturat berhubungan
dengan tingkat sedasi yang dihasilkan.
Efek hipnotik barbiturat dapat dicapai dalam
3.1. KtMtA
waktu 20-60 menit dengan dosis hipnotik. Tidurnya
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat menyerupai tidur fisiologis, tidak disertai mimpi
asam barbiturat. Asam barbiturat(2,4,6_trioksohek- yang mengganggu. Fase tidur REM dipersingkat.
sahidropirimidin) merupakan hasil reaksi konden- Barbiturat sedikit menyebabkan sikap masa bodoh
sasi antara urea dengan asam malonat seperti yang terhadap rangsangan luar.
terlihat pada Gambar 10-3. Elek anestesia umum diperlihatkan oleh go_
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan longan tiobarbital dan beberapa oksibarbital setelah
depresi SSP, efek hipnotik dan sedatil ierta etek pemberian lV, Penggunaan barbiturat untuk anes_
lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan tesi umum dibahas lebih lanjut pada Bab 9.
alkil atau aril. Struktur kimia beberapa UarOiturat Elek antikonvulsi yang selektif terutama dibe_
dapal dilihat pada Tabet 10-4. rikan oleh barbiturat yang mengandung substitusi
Gugus karbonil pada posisi 2 bersifat asam S-fenil misalnya lenobarbital dan mefobarbital. Go-
lemah, karena dapat bertautomerisasi; bentuk lak- longan barbiturat lain, derajat selektivitas dan in-
tam (keto) berada dalam keseimbangan dengan deks terapi antikonvulsinya sangat rendah, jadi
bentuk laktim (enot), Bentuk taktim bereaksi denian tidak mungkin dicapai efek yang diinginkan tanpa
alkali membentuk garam yang larut dalam air. menimbulkan depresi umum pada SSp.

H
/o Hto
c H H
O-C c -------t o-ctrt o)"'
67
\1 \
+ ZHzO
c H N_C
\o H\^ (J
H

+2HzO

Urea Asam malonat Asam barbitural

Gambar 10-3. Sintesis asam barbiturat


Hi pnotik-Sedatif dan Alkohol 135

Tabel 104. NAMA DAN STRUKTUR KIMIA BEBE' efek hipnotik dan antiansietas tetapi tidak terhadap
RAPA BARBITURAT elek relaksasi otot.

PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNG.


.RsO AN. Seperti halnya depresan SSP yang lain, bar'
\/ N-- C\-
biturat dapat disalahgunakan dan pada beberapa
.o=Ci./, .,. R1
individu dapat menimbulkan ketergantungan. Hal ini
(atauS-) ;c-- -R2 akan dibahas lebih lanjut pada bab 11.
H"-\N-Cz \o MEKANISME KERJA PADA SSP. Barbiturat be-
kerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tem-
Rr Rz
pat tidak sama kuatnya. Dosis nonanestesi ter-
BARBITURAT Rg
utama menekan respons pasca sinaps. Pengham-
Amobarbital H etil isopentil batan hanya teriadi pada sinaps GABA-nergik.
Aprobarbital H alil isopropil Walaupun demikian elek yang terjadi mungkin tidak
Barbital H etil etil semuanya melalui GABA sebagai mediator'
Heksobarbital CHg etil sikloheksenil Barbiturat memperlihatkan beberapa elek
Kemital ' H alil sikloheksenil yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi
Mefobarbital CHg stil lenil
etil 2-butil
sinaptik. Kapasitas barbiturat membantu kerja
Butabarbital H
etil 1-metilbutil GABA sebagian menyerupai kerja benzodiazepin'
Pentobarbital H
Fenobarbital H etil fenil namun pada dosis yang lebih tinggi bersifal sebagai
Sekobarbital H alil 1-metilbutil agonis GABA- nergik, sehingga pada dosis linggi
Tiamilal ' H alil 1-metilbutil barbiturat dapat menimbulkan depresi SSP yang
Tiopental ' H etil 1-metilbutil berat.

Dimodifikasi dari Goodman and Gilman, tahun 1990. SUSUNAN SARAF PERIFER. BATbitUTAT SECATA
* : atom O pada C posisi 2 diganti atom S selektil menekan transmisj ganglia otonom dan me-
reduksi eksitasi nikotinik oleh ester kolin. Elek ini
terlihal dengan turunnya tekanan darah selelah
Barbiturat tidak dapat mengurangi nyeri tanpa pemberian oksibarbiturat lV dan pada intoksikasi
disertai hilangnya kesadaran. Pemberian dosis bar- berat. Pada sambungan saraf otot skelet, barbiturat
biturat yang hampir menyebabkan tidur, dapat me- ternyata menambah efek tubokurarin dan dekaha-
ningkatkan 20 % ambang nyeri, sedangkan ambang tonium yang diberikan selama aneslesia.
rasa lainnya (raba, vibrasi dan sebagainya) tidak
dipengaruhi. Pada beberapa individu dan dalam PERNAPASAN. Barbiturat menyebabkan depresi
keadaan tertentu, misalnya adanya rasa nyeri, bar- napas yang sebanding dengan besarnya dosis.
biturat tidak menyebabkan sedasi melainkan malah Pemberian barbiturat dosis sedatil hampir tidak ber'
menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). pengaruh terhadap pernapasan, sedangkan dosis
Hal ini mungkin disebabkan adanya depresi pusat hipnotik oral menyebabkan pengurangan lrekuensi
penghambatan. dan amplitudo napas, ventilasi alveol sedikit berku-
rang, sesuai dengan keadaan tidur fisiologis. Pem-
TOLERANSI Toleransi terhadap barbiturat dapat berian oral dosis barbiturat yang sangat tinggi atau
terjadi secara farmakodinamik maupun farmakoki- suntikan lV yang terlalu cepat menyebabkan
netik. Toleransi farmakodinamik lebih berperan depresi napas lebih berat. Pada orang yang sedang
dalam penurunan elek dan berlangsung lebih lama berada dibawah pengaruh alkohol, depresi napas
dari pada toleransi farmakokinetik. Toleransi ter- jadi lebih berat karena efek sinergisme'
hadap elek sedasi dan hipnosis terjadi lebih segera Pernapasan dapatterganggu karena: (1) pen-
dan lebih kuat dari pada elek antikonvulsi. Penderita garuh langsung barbiturat terhadap pusat napas;
yang toleran terhadap barbiturat juga toleran ter- (2) udema paru akibat barbiturat kerja sangat sing-
hadap senyawa yang mendeprsi SSP, seperti alko-
kat; (3) pneumonia hipostatik, terutama akibat bar-
hol. Bahkan dapat iuga lerjadi loleransi silang terha-
biturat kerja panjang; dan (4) hiperelleksia N.Vagus'
dap senyawa dengan elek larmakologi yang ber'
yang bisa menyebabkan batuk, bersin, cegukan,
beda seperti opioid dan lensiklidin. Toleransi silang
dan laringospasme pada anestesia lV. Pada intok-
terhadap benzodiazepin hanya terjadi terhadap
a

136
Farmakologi dan Terapi

sikasi barbiturat, kepekaan sel pengatur napas di Glukuronil translerase secara aktif menaik. Efek
medulla oblongata terhadap COz berkurang sehing- induksinya tidak terbatas pada enzim di mikrosom
ga ventilasi paru berkurang. Keadaan ini menye_ saja, tetapi juga terjadi pada enzim di mitokondria
babkan pengeluaran COz dan pemasukan Oz ber- yaitu delta-ALA (Amino Levulenic Acid) sintetase,
kurang, dan terjadi hipoksia atau anoksia. Hipoksia dan enzim di sitoplasma yaitu aldehid dehidroge-
merupakan perangsangan napas yang fisiologis, nase.
sehingga pernapasan dapat berjalan terus. Bila Toleransi terhadap barbiturat antara lain dise-
pada keadaan ini diberikan 02, pernapasan yang babkan karena barbiturat merangsang aktivitas
hanya dipertahankan oleh rangsangan hipoksia enzim yang merusak barbiturat sendiri. Barbiturat
dapat terhenti. Kematian pada intoksikasi barbiturat mengganggu sintesis porfirin, pada penderita por-
biasanya disebabkan oleh depresi napas, Tetapi firia, barbiturat dapat menimbulkan serangan men-
batas antara tingkat aneslesi stadium operasi ri- dadak yang dapat fatal.
ngan dan tingkat depresi napas yang berbahaya GINJAL. Barbiturat tidak berefek buruk terhadap
cukup lebar, sehingga barbiturat kerja sangat ginjal yang sehat. Oliguri dan anuri dapat terjadi
singkat dapat dipakai untuk anestesi lV. pada keracunan akut barbiturat terutama sebagai
akibat dari hipotensi yang nyata.
SISTIM KARDIOVASKULAR Barbiturar dosis hip-
notik tidak memberikan elek nyata terhadap sislem
kardiovaskular. Frekuensi nadi dan tensi sedikit me-
nurun akibat sedasi yang ditimbulkan barbiturat. 3.3. FARMAKOKINETIK
Pemberian barbiturat dosis terapi lV secara cepat
dapat menyebabkan tekanan darah turun secara Barbiturat secara oral diabsorpsi cepat dan
mendadak, meskipun hanya selintas. Efek kardio_ sempurna. Bentuk garam natrium lebih cepat diab-
vaskular pada intoksikasi barbiturat sebagian besar sorpsi dari bentuk asamnya. Mula kerja bervariasi
disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat depresi antara 10-60 menit, bergantung kepada zat serta
napas. Selain itu, dosis tinggi barbiturat menyebab_ lormula sediaan, dan dihambat oleh adanya makan-
kan depresi pusat vasomotor diikuti vasodilatasi an di dalam lambung. Secara lV barbiturat diguna-
periler sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis kan untuk mengatasi status epilepsi, dan meng-
sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap ka- induksi serta mempertahankan anestesia umum.
pilar sehingga menyebabkan syok kardiovaskular. Barbiturat didistribusi secara luas dan dapat
lewat plasenta, ikatan dengan protein plasma se-
SALURAN CERNA. Oksibarbiturat cencerung me- suai dengan kelarutannya dalam lemak; tiopental
nurunkan tonus otot usus dan amplitudo gerakan yang terbesar, terikat hingga lebih dari 65 % .
kontraksinya. Pusat kerjanya sebagian di periler Barbiturat yang mudah larut dalam lemak,
dan sebagian dipusat bergantung kepada dosisnya. misalnya tiopental dan metoheksital, setelah pem-
Dosis hipnotik tidak memperpanjang waktu pe- berian secara lV, akan ditimbun di jaringan lemak
ngosongan lambung pada manusia. Gejala saluran dan otot. Hal ini akan menyebabkan penurunan
cerna (muntah, diare) dapat dihilangkan oleh dosis kadarnya dalam plasma dan otak secara cepat.
sedasi barbiturat, elek barbiturat ini sebagian besar Setelah depot lemak jenuh, masa kerja barbiturat
disebabkan oleh depresi secara sentral. pada pemberian selanjutnya baru mencerminkan
inaktivasi yang terjadi lambat. pemulihan setelah
HATI. Elek barbiturat terhadap hati yang paling pemberian barbiturat kerja-sangat-singkat memer-
dikenal adalah efeknya terhadap sistem metabolis- lukan waktu lama, barbiturat yang tertimbun dalam
me obat pada mikrosom. Barbiturat bersama-sama depot lemak perlahan-lahan dilepaskan kembali
dengan sitokrom P4so secara kompetitil mempe- setelah anestesia berakhir ( - redistribusi)
ngaruhi biotransformasi obat serta zat endogen Barbiturat yang kurang lipofilik, misalnya apro-
dalam tubuh, misalnya hormon steroid. barbital dan lenobarbital, dimetabolisme hampir
Barbiturat menaikkan kadar enzim, protein sempurna di dalam hati sebelum diekskresi lewat
dan lemak pada retikuloendoplasmik hati. lnduksi ginjal, Oksidasi gugus pada atom C-5 merupakan
enzim ini menaikkan kecepatan metabolisme bebe-
metabolisme yang paling utama dan yang men-
rapa obat dan zat endogen termasuk hormon ghentikan aktivitas biologisnya, Oksidasi tersebut
steroid, kolesterol, garam empedu, vitamin K dan D.
menyebabkan terbentuknya alkohol, keton, fenol
't37
H ipnoti k- S ed atif d a n Al kohol

atau asam karboksilat, yang diekskresi dalam urin Rasa nyeri. Barbiturat sesekali menimbulkan mial-
gia, neuralgia, artrargia, terutama pada penderita
sebagai zat tersebut atau konjugatnya dengan
psikoneurotik yang menderita insomnia' Bila diberi-
asam glukuronat. N- glukosilasi merupakan jalur
kan dalam keadaan nyeri, dapat menyebabkan
metaboJisme yang penting' Jalur metabolisme lain-
gelisah, eksitasi dan bahkan delirium.
nya meliputi N-hidroksilasi, desullurasi (tiobarbitu-
rat menjadi oksibarbiturat), pembukaan cincin asam Alergi. Reaksi alergi terutama terjadi pada individu
barbiturat, dan N-dealkilasi (mefobarbital menjadi alergik. Segala bentuk hipersensitivitas dapat tim-
lenobarbital). Kira-kira 25% lenobarbital dan hampir bul, terutama dermatosis. Jarang terjadi dermatosis
semua aprobarbital diekskresi ke dalam urin dalam eksloliativa yang berakhir latal pada penggunaan
bentuk utuh, Ekskresinya dapat ditingkatkan den- fenobarbital; kadang-kadang disertai demam, deli-
gan diuresis osmotik dan/atau alkalisasi urin. rium dan kerusakan degeneratil hati.
Hubungan antara lama kerja dan waktu paruh
Reaksi obat. Kombinasi barbiturat dengan depres-
eliminasi cukup rumit. Antara lain karena enan-
an SSP lain misalnya etanol akan meningkatkan
siomer barbiturat yang optik aktil memiliki potensi
efek depresinya; Antihistamin , isoniasid, metilfeni'
dan kecepatan biotranslormasi yang berbeda' Di-
dat, dan penghambat MAO juga dapat menaikkan
samping itu penetapan kadar barbiturat dalam
efek depresi barbiturat.
darah yang baku tidak dapat membedakan diantara
lnteraksi obat yang paling sering tejadi adalah
enansiomernya. Biasanya makin aktil enansiomer
akibat induksi ensim mikrosom hati oleh barbiturat
makin cepat metabolismenya' Eliminasi obat lebih
yang telah diuraikan sebelumnya. Peningkatan eli-
cepat berlangsung pada yang berusia dewasa
minasi banyak obat dan zat endogen terjadi secara
muda deiri pada yang tua dan anak-anak' Waktu
bermakna. Barbiturat juga menginduksi hati meng-
paruh meningkat selama kehamilan dan pada
hasilkan metabolit yang toksik dari sediaan anes-
penyakit hati kronik, terutama sirosis. Penggunaan
tesia misalnya klorolorm, dan klorteraklorida' Zat
berulang, terutama lenobarbital, mempersingkat
tersebut memacu peroksidasi lemak' yang memper-
waktu paruh akibat induksi enzim mikrosomal.
mudah nekrosis PeriPortal hati'
Dala waktu paruh pada tabel 10-2 memper'
Secara kompetitil barbiturat menghambat me-
lihatkan bahwa barbitural yang digunakan sebagai
tabolisme obat antidepresan trisiklik' Barbiturat ber-
hipnotik dan sedatif tidak memilikiwaktu paruh yang
saing dengan asam lemak dalam berikatan dengan
cukup singkat untuk dapat dieliminasi sempurna
albumin plasma; secara klinis yang berarti hanya
dalam 24 jam. Jadi semua barbiturat akan diakumu-
pengusiran ikatan protein terhadap tiroksin. Absorp-
lasi selama pemberian ulang, kecuali bila dilakukan
si kumarol dan griseolulvin dikurangi oleh barbitu-
pengaturan dosis yang cermat, Selain itu' menetap-
rat, terutama lenobarbital.
nya obat dalam plasma sepanjang hari memper-
mudah terjadinya toleransi dan penyalahgunaan'
3.5. INTOKSIKASI

3.4. EFEK SAMPING tntoksikasi barbiturat dapat terjadi karena per-


cobaan bunuh diri, kelalaian, kecelakaan pada
obat' Dosis letal
Hangover. Gejala ini merupakan residu depresi 3"il:"11k^ltli^penyalahgunaan
ssp sererah erek hipnotik berakhir. o"put t"nlil n'JJ:{if,:?:lt"f#il:'i",:,"'rTlH:i"*,"i,il;
beberapa hari setelah pemberian obat dihentikan' ii"i"i,it"n'id'f"fi dosis hipnotik dimakln sekali-
5'::'?:i:.T"-:::1,',il'ffi I3'1f,?;llij',Xlli' IH'*:'i}illil;"::litniL:lt":',::#:,t"i
dan lobia dapat bertambah hebat. adalah Z-3 g. XaOar plasma letal terendah yang
Eksitasi paradoksal, Pada beberapa individu, pe- diketemukan adalah 60 mcglml bagi fenobarbital'
makaian ulang barbiturat(terutama lenobarbital dan dan 10 mcg/ml bagi barbiturat dengan elek singkat'
dan pentobarbital' Kadar ter-
N-desmetil barbitural) ebih menimbulkan eksitasi misalnya amobarbital
dari pada depresi. ldiosinkrasi ini relatil umum ter- sebut akan lebih rendah bila barbiturat diminum
jadi diantara penderita usia laniut dan lemah. bersama-sama dengan depresan lain atau alkohol'
138
Farmakologi dan Terapi

Gejala simtomatik keracunan barbiturat ditun_ derlta dikirim ke rumah sakit dalam keadaan hipo_
jukkan terutama terhadap sistem SSp
dan kardio_ tensi berat atau syok, dan dehidrasi yang berat pula.
vaskular. Pada keracunan berat, refleks dalam Haliniperlu segera diatasi; bila perlu telianan dlrah
mungkin tetap ada selama beberapa waktu setelah
dapat ditunjang dengan dopamin.
penderita koma. Gejala Babinskisering kali positif.
Seperenam dari penyebab kematian disebab_
Pupil mata mungkin konstriksi dan bereaksi terha_
kan gagalginjal akut akibat syok dan hipoksia. pada
dap cahaya, tapi pada akhir keracunan mungkin
keadaan gagal ginjal, hemodialisis harus dilakukan.
akan terjadi dilatasi paralitik hipoksia. Gejala intok_
sikasi akut yang berbahaya ialah depresi napas Diuresis paksa dapat dilakukan pada penderita tan_
pa dehidrasi dengan lungsi ginjal dan jantung yang
berat, tekanan darah yang turun rendah sekali, oli_
guria dan anuiia, dan pneumonia hipostatik. baik; tapi hal ini tidak cukup menguntungkan secara
Tidak klinik bila ditinjau risiko yang diakibatkan.
jarang penderita intoksikasi akut barbiturat
meng_
alami nekrosis kelenjar keringat dan bula di kulit.

Pengobatan intoksikasi. lntoksikasi barbiturat


akut dapat diatasi secara optimal dengan pengobat_
an simptomatik suportif yang umum. 3.6. INDIKASI
Hemodialisis dan hemoperfusi hanya sedikit
diperlukan. Suatu Unit Rawat Darurat yang dikelola Penggunaan barbiturat sebagai hipnotik_se-
secara baik dapat mengurangi angka kematian datil telah menurun secara nyata karena elek ter-
hingga < 2%, sedangkan sebelumnya, ketika obat hadap SSP kurang spesifik, barbiturat memiliki
perangsang SSp digunakan untuk mengantagonis
indeks terapi yang lebih rendah dibangingkan ter-
barbiturat pada kasus keracunan, angti lem-atian
hadap benzodiazepin. Toleransi terjadi lebih sering
dapat mencapai hingga 40% . pengobatan standar
dari benzodiazepin, kecenderungan disalahguna_
sekarang dapat digunakan untuk mengatasi
lni
keracunan depresan SSp yang lain.
kan lebih besar, dan banyak terjadi interaksi oUat.
Barbiturat secara luas telah digantikan oleh
Dalamnya koma dan ventilasi yang memadai
benzodiazepin dan senyawa lain untuk sedasi siang
adalah yang peratma dinilai. Bila keiacunan terladi
< 24 jam sejak makan obat, tindakan hari.
cuci lambung
serta memuntahkan obat perlu dipertimbangkan, Barbiturat masih digunakan pada terapi daru_
sebab barbiturat dapat mengurangi motilitas Jalur_ rat terhadap kejang, seperti pada tetanus, eklamsia,
an cerna. Tindakan cuci lambung serta memuntah- status epilepsi, perdarahan serebral dan keracunan
kan obat perlu dilakukan hanya setelah lindakan konvulsan; namun pada umumnya benzodiazepin
untuk menghindari aspirasi dilakukan, Setelah cuci masih lebih baik untuk indikasi tersebut. Fenobarbi_
lambung, karbon aktlf dan suatu pencahar (biasa_ tal paling sering digunakan karena aktivitas antikon-
nya sorbitol) harus diberikan. pemberian dosis vulsinya, tapi mula kerja obat ini kurang cepat,
ulang karbon (setelah terdengar bising usus) dapat bahkan pada pemberian lV masih dibutuhkan waktu
mempersingkat waktu paruh lenobarbital tapi tidak 15 menit atau lebih untuk mencapai kadar puncak
bermanlaat bagi barbiturat yang memiliki volume di otak. Penggunaan fenobarbital dan mefobarbital
distribusi yang besar. dalam terapi epilepsi dibahas pada bab 9.
Pengawasan ketat harus diberikan uRtuk Barbiturat kerja sangat singkat masih terus
mempertahankan lungsi saluran napas penderita digunakan sebagai anestetik lV dibahas pada bab
dan untuk mencegah pneumonia; Oe boleh diberF 12.
kan secara hati-hati. pengukuran lungsi napas Barbiturat digunakan juga pada narkoanalisis
perlu dilakukan untuk mendeteksi Oan mengaiasi
dan narkoterapi di klinik psikiatri.
afeleclasrb sedini mungkin. pcoe dan ps2-perlu
Fenobarbital digunakan untuk mengobati
dimonitor, dan pernapasan buatan harus dimulai
hiperbilirubinemia dan kernicterus pada neonatus,
bila diindikasikan. Demam atau gambaran radiolo_
karena penggunaannya dapat menaikkan glukuro_
gik terhadap kemungkinan pneumonia butuh
yang tepat.
terapi niltransferase hail dan ikatan bilirubin y protein.
Elek fenobarbital pada metabolisme dan ekskresi
Pada keracunan barbiturat akut yang berat,
syok merupakan ancaman utarna. Sering tati pen_
garam empedu telah dipakai untuk pengobatan
kasus kolestasis tertentu.
139
H i pnotik- Sed atif d an Alkohol

3.7. KONTRAINDIKASI Elek samping. Kloralhidrat menyebabkan rasa irF


tasi yang tidak enak, nyeri epigastrik, mual kadang-
Barbiturat tidak boleh diberikan pada pende- kadang muntah. Elek SSP yang tidak diinginkan
rita alergibarbiturat, penyakil hatiatau ginjal' hipok- meliputi pusing, lesu, ataksia dan mimpi buruk'
sia, pehyakit Parkinson. Hangover mungkin lerjadi, walaupun tidak sesering
Barbiturat juga tidak boleh diberiakn kepada oleh barbiturat atau beberapa benzodiazepin. ldio-
penderita psikoneurotik tertentu, karena dapat me- sinkrasi berupa gejala disorientasi dan tingkah laku
nambah kebingungan di malam hari yang terjadi paranoid dilaporkan teriadi. Reaksi alergi, termasuk
pada penderita usia lanjut' eritema, urtikaria dan dermatitis; eosinolilia dan
leukopenia daPat juga teriadi.

lndikasi dan kontraindikasi. Peroral digunakan


3.8. POSOLOGI sebagai medikasi preanestetik dan reaksi putus
obat (morfin, barbiturat, alkohol). Obal ini jarang
Dosis barbiturat harus disesuaikan dengan disalahgunakan sebab rasanya tidak enak. Kloral-
kebutuhan penderita. Jenis, bentuk sediaan dan hidrat dikontraindikasikan pada penderita dengan
dosis hipnotik-sedatif barbiturat dapat dilihat pada kerusakan ginjal atau hati, penyakit iantung dan
tabell0-3. gastritis.

lntoksikasi akut. Dosis toksik per oral dewasa ada-


lah kira-kira 1O g. lntoksikasi kloralhidrat mirip intok-
4. HIPNOTIK SEDATIF LAIN
sikasi barbiturat, diatasi secara simptomatik dan
suportif. Bila keracunan dapat teratasi, mungkin
timbul ikterus atau albuminuria sebagai elek toksik
4.1. KLORALHIDRAT
kloralhidrat terhadap hati dan ginial.
Kloralhidrat [CClgCH(OH)z] ialah derivat mo- Penyalahgunaan dan ketergantungan. Kebiasa-
noh rat dari kloral (2,2,2-lri kloroasetald ehid). M e-
id an penggunaan kloralhidrat dapat mengakibatkan
tabolitnya, trikloroetanol juga adalah hipnotik yang toleransi, ketergantungan fisik dan adiksi. Penghen-
efektif. Kloral sendiri berupa minyak, letapi hidrat- tian obat secara tiba-tiba dapat mengakibatkan deli-
nya merupakan kristal yang menguap secara lam- rium dan kejang yang sering mengakibatkan latal'
bat di udara dan larut dalam minyak, air dan alkohol.
Rasanya tidak enak. Posologi. Dosis hipnotik kloralhidrat adalah 0'5'1 '0
Kloralhidrat sangat mengiritasi kulit dan mem- g dengan dosis maksimal 2,0 g. Untuk mengurangi
bran mukosa. Elek samping saluran cerna akan iritasi lambung, obat diberikan dalam bentuk larutan
timbul bila kloralhidrat diberikan tanpa pengenceran dengan air atau sari buah.
dan dalam keadaan lambung yang kosong'
Kloralhidrat adalah hipnoiik yang efektif. Se-
pertibarbiturat, obat ini sedikit memperlihatkan elek 4.2. ETKLORV]NOL
analgetik, geiala eksitasi dan delirium dapat ditim-
bulkan oleh adanya rasa nyeri' Obat ini tidak dapat Etklorvinol merupakan hipnotik sedatif dengan
digunakan sebagai anestesi umum karena jarak mula kerja cepat dan lama kerja yang singkat. Me-
keamanannya terlalu semPit. miliki struktur kimia sebagai berikut :
Pada dosis terapi, kloralhidrat hanya sedikit
mempengaruhi pernapasan dan tekanan darah.
Distribusi dan nasib. Kloralhidrat dan trikloroeta- c=cH
nol didistribusikan sikan secara luas ke seluruh I

CHs-CHe- C-CH 'CHCI


tubuh. Kloralhidrat direduksi menjadi trikloroetanol I

oleh enzim alkohol dehidrogenase di hati. Etanol OH


meningkatkan reaksi reduksi ini. Trikloroetanol teru-
tama dikoniugasi oleh asam glukuronat dan hasil-
nya diekskresikan sebagian besar lewat urin. Waktu
paruh trikloroetanol berkisar antara 4'1 2 iam'
Farmakologl dan Tercpi

Farmakokinetik. Secara oral obat ini bekerja dalam 4.4. METIPRILON


15-30 menit. Kadar puncak dalam darah dicapai
dalam 1-1,5 jam. Volume distribusi kira-kira 4 [Kg. Metiprilon memiliki struktur kimia sebagal ber-
Obat ini dapat lewat sawar uri. Waktu paruh dis- ikut :
tribusi kira-kira 1-3 jam dan waktu paruh eliminasi
sekitar 10-25 jam. Sekitar 90 % dari obat ini dihan-
curkan di hati.
o
Efek Farmakologi. Etklorvinol selain berefek hip-
notik sedatil, juga merelaksasi otot dan antikonvulsi.
";:r*q<3;i:
Elek terhadap SSP sangat mirip barbiturat kerja \ frAo
singkat. l
H
Efek samping, intoksikasi dan penyalahgunaan.
Elek samping yang paling umum adalah pusing,
mual, muntah, hipotensi dan rasa kebal(numbness)
di daerah muka. hangoyer yang ringan dapat juga Pada dosis 300 mg obat ini mempunyai efek hip
terjadi. Obat initidak dianjurkan diberikan bersama- notik yang sama dengan sekobarbital dosis 200 mg.
sama dengan antidepresan lain, sebab dapat me- Sekitar 97% dimetabolisme, metabolit sebagian dl-
nyebabkan delirium. ikat oleh asam glukuronat. Waktu paruh adalah 4
Dosis letal berkisar antara 10-25 g, namun jam, tapi akan lebih lama pada keadaan intoksikasi.
dosis ini akan lebih kecil bila ada etanol. lntoksikasi Metiprilon merangsang sistim enzim mikrosomal di
akut dan penanganan keracunan etklorvinol me- hati dan enzim delta-Al-A sintetase; harus dihindari
nyerupai barbiturat, pemakaiannya pada penderita porliria inlermitens.
Penggunaan kronik obat ini menyebabkan
Elek samping dan intoksikasi. Obat lni jarang
toleransi dan ketergantungan fisik. Gejala putus
menimbulkan efek samping. Bila terjadi, elek yang
obat akan menyerupai de lirium tremens dan kadang
timbul dapat berupa hangover, gangguan saluran
kadang diduga suatu reaksi schizofren, akan sangat
cerna, erupsi kulit (rash) dan eksitasi idiosinkralik.
berat pada penderita usia lanjut.
Gejala intoksikasi serta cara mengatasinya menye-
Posologi. Lihat pada tabel 10-9. Dosis 770 mg rupai barbiturat.
kira-kira ekuivalen dengan 100 mg sekobarbital.
Posologi. Lihat tabel 10-3.

4.3. GLUTETIMID
4.5. MEPROBAMAT

Gluletimid adalah 3-etit-3Jenil-2,6-piperidine-


Meprobamat adalah ester bis-karbamal den-
dion dengan struktur kimia sebagai berikut :
gan struktur kimia sebagai berikut :

O CsHz O
iltil
H2N{-€CHr-C{HzO{-NHz
I
cHs

Obat ini dikenal pertama kali sebagai antian-


sietas, namun sekarang lebih digunakan sebagai
hipnotik-sedatit. Sifat farmakologi obat ini menye-
Glutetimid tidak lagi dianjurkan sebagai hip- rupai benzodiazepin. Walaupun meprobamat men-
notik-sedatif, karena sifatnya menyerupai barbiturat depresi SSP secara luas, tapi tidak dapat me-
tetapi pada keracunan akut lebih sulit diatasinya. nimbulkan anestesia umum. Elek meprobamat kira-
141
Hipnotik-Sedatif dan Alkohol

kira berada diantara elek barbiturat dan benzodia- Posologi. Lihat tabel 10-3.
zepin. Sebagai antikonvulsi meprobamat lebih me-
nyerupai etosuksimid dari pada benzodiazepin'
4.6. PARALDEHID
OO"t ini .dapat merelaksasi otol tapi pada dosis
terapi efeknya sangat kecil. Pada penderita nyeri CHg
tulang-otot dapat memberikan efek analgetik rin' I
gan, dan dapat menaikkan elek obat analgetik yang CH
lain. ,/\
oo
Absorpsi, nasib dan ekskresi' Meprobamat diab'
sorpsi secara baik bila diberikan peroral; kadar pun- CHg
Ir CH
- CHs
cak dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam' Sedikit -C \o,
terikat oleh protein plasma. Sebagian besar dimeta-
bolisme di hati, sebagian kecil diekskresi utuh lewat Paraldehid adalah polimer dari asetaldehid
urin. Waktu paruh dari dosis tunggal dalam plasma dengan struktur kimia sebagai berikut :

berkisar antara 6-17 iam, namun pada pemberian Paraldehid memiliki bau aromatik yang tidak
kronik dapat mencapai 24'48iam' Meprobamat da- enak, mengiritasi mukosa dan iaringan. Karena ke-
pat menginduksi sebagian enzim mikrosom di hati, terbatasnya ini, penggunaannya sudah tergeser
namun tidak jelas apakah obat ini dapat menginduk- oleh hipnotik Yang lain.
si enzim yang berperan terhadap metabolismenya Paraldehid adalah hipnotik yang bekerja
sendiri. cepat. Elek farmakologi obat ini menyerupai bar-
Efek samping dan intoksikasi. Pada dosis seda- biturat kerja singkat.
tif, efek samping utama adalah kantuk dan ataksia' Farmakokinetik. Secara oral paraldehid diabsorpsi
Dosis tunggal 400 mg hanya sedikit mempengaruhi cepat dan didiskibusi secara luas; obat ini dapat
uji psikometrik, namun pada dosis yang lebih besar lewat sawar uri. Pada dosis hipnotik, 70-80 % dime-
menyebabkan kegagalan koordinasi belajardan ge- tabolisme di hati, sebagian besar yang tersisa dike-
rak, dan memperlambat waktu reaksi' Meprobamat luarkan lewat paru-paru, sebagian kecil lewat urin'
meningkatkan elek depresi depresan SSP lain' Waktu paruh kira-kira 4-'10 iam. Diperkirakan obat
Gejala elek samping lainnya yang mungkin ini di depolimerisasi di hati menjadi asetaldehid,lalu
timbul antara lain: hipotensi, alergi pada kulit' pur' dioksidasi menjadi asam asetat, yang kemudian
pura nontrombositopenik akut' angioudema dan diubah lebih lanjut iadi karbon dioksida dan air'
bronkosPasme.
Gejala putus obat dapat terjadi bila pemberian Efek samping dan intoksikasi. lntoksikasi dengan
obat dihentikan secara mendadak setelah pengo- paraldehid iarang terjadi sebab penggunaannya ter'
batan selama beberapa minggu dengan dosis lebih batas pada rumah sakit saja. Dosis letal berkisar
besar dari 2,4 glhari. Gejala yang timbul meliputi antara 25-150 g' Penderita yang keracunan obat ini
ansietas, insomnia, tremor, gangguan saluran cer- memperlihatkan gerak pernapasan yang cepat' Pa-
na, dan seringkali terjadi halusinasi; kejang umum da kasus intoksikasi akut serta kronik yang berat
terjadi % kasus.
- pada kira-kira 10dengan terlihat gejala asidosis, perdarahan lambung, iritabi-
Takar lajak ringan meprobamat (kadar
litas otot, oliguria, albuminuria' leukositosis, hepa-
plasma 30-1 00 mcg/ml) dapat menimbulkan-vertigo' titis, nelrosis, perdarahan paru- paru, udema dan
ataksia, stupor dan pingsan' Kadar plasma 100-200 dilatasi ventrikel. lntoksikasi kronik mengakibatkan
mcg/ml menyebabkan koma, hipotensi, depresi toleransi dan ketergantungan. Geiala yang timbul
nafas, syok, udem paru dan gagal jantung' Dosis menyerupai ketergantungan alkohol, berupa Qeli'
letal umumnya lebih besar dari 36 g dan meng- rium tremens dan halusinasi.
hasilkan kadar plasma diatas 200 mcg/ml' Pengo-
batan overdosis tersebut pada prinsipnya sama se- lndikasi. Paraldehid telah digunakan terutama un-
perti pada barbiturat. tuk pengobatan keadaan abstinensia dan keadaan
psliiatri yang ditandai gejala eksit":"i, dan bagi pe-
lndikasi. Meprobamat terutama diindikasikan seba-
ngobatan gawat darurat keadaan konvulsi' Peng-
gai antiansietas. Digunakan juga sebagai hipnolik
gin""n yang paling lama adalah pada pengobatan
bagi penderita insomnia usia lanjut' Eleknya kira-
delirium tremens.
kira sama dengan flurazepam dan llunitrazepam'
142
Farmakologi dan Terapi

Posologi. Lihat tabel 10-3. tegang dan adanya faktor-faktor lain. Hanya bila
sebab-sebab yang spesilik tidak dapat dihilangkan
atau diatasi, baru obat hipnotik dapat dipertimbang_
4.7. ETINAMAT
kan pemberiannya.
Ltinamat adalah suatu uretan dengan struktul Pada insomnia sementara, misalnya dalam
kimia sebagai berikut : keadaan stress ringan alau jet tag , dapat digunakan
hipnotik dengan waktu paruh singkat, kecuali bila
adanya kebutuhan sedasi siang hari. pengobatan
o
sebaiknya dibatasi 1-3 malam. pada insomnia
I
OCNHe jangka pendek, misalnya terjadi kesedihan yang
dalam, sakit yang singkat, pikiran yang risau karena
masalah keluarga atau pergeseran jabatan dan se_
bagainya, benzodlazepin dapat bermanfaat. peng_
obalan dimulai dengan dosis kecil kemudian dinaik_
kan bertahap bila diperlukan. pemberian obat harus
dihentikan 1 atau 2 malam setelah tidur lelap dapat
Obat ini memiliki mula kerja yang cepat den_ dicapai dan pemberian lebih dari 3 minggu terus
gan lama kerja yang singkat. Dimetabolisme seba- menerus lidak dibenarkan. penghentian harus dila-
gian di hati. Metabolitnya dikonjugasi dengan asam kukan secara bertahap.
glukuronat dan diekskresikan lewat urin, Penggunaan hipnotik-sedatf untuk pengobat_
Efek samping elinamat meliputi mual, kadang-
.kadang an insomnia jangka panjang masih belum ada kese_
muntah, sesekali lerjadi erupsi kulit, dan pakatan, karena kemungkinan terjadi toleransi dan
eksitasi idiosinkratik. Jarang sekali timbul demam penyalahgunaan obat. Selain itu insomnia jangka
dan trombositopenia. panjang seringkali merupakan gangguan sekunder
Dosis letal belum diketahui, pernah dilaporkan yang dapat diatasi dengan psikoterapi, terapi lisik,
kematian terjadi dengan dosis 15 g. Ketergantung- atau terapi dengan nonhipnotik. Bila kausa insom_
an obat dapat terjadi pada penggunaan jangka nia yang spesilik tidak ditemukan, perlu terapi ter_
larna. Etinamat 500 mg kira-kira ekivalen dengun
hadap sikap psikososial, dalam hal ini hipnotik
100 mg sekobarbital.
dapat digunakan sebagai penunjang pada lahap
awalnya. Obat hipnotik hanya dapat diberikan tiap
3 malam untuk menghindari perubahan pola tidur
5. PENGELOLAAN INSOMNIA yang tidak diinginkan, kumulasi obat serta loleransi.
Obat harus dihentikan pemberiannya setelah
3-6 bulan, atau bahkan lebih singkat. Obat yang di-
, lnsomnia dapat disebabkan oleh berbagai hal,
sehingga untuk mengobatinya secara efektif perlu eliminasi lambat, memperlihatkan insidensdan
diketahui kausanya. pada kasus insomnia tertentu, gejala putus obat lebih rendah, termasuk insomnia;
terapi perilaku, psikoterapi atau pemberian obat tetapi lebih sering menyebabkan elek sisa di siang
nonhipnotik mungkin lebih bermanfaat. Sebagai hari dibandingkan dengan obat yang dieliminasi
contoh, pemberian dekstroamfetamin atau obat se_ lebih cepat. Namun demikian insidens dan beratnya
rupa dapat memperbaiki tidur pada penderita hi- elek sisa ini tidak berhubungan dengan lamanya
perkinetik dan penyakit parkinson; antidepresan waktu paruh obat. Bagi penderita dengan keluhan
bagi penderita insomnia yang depresif; lenotiasin sukar tertidur, tetapi bila sudah tidur dapat tidur
dan lelap, sebaiknya diberikan hipnotik kerja singkat,
.haloperidol bagi penderita psikotik; analgetik seperti triazolam yang memiliki mula kerja serta
untuk penderita insomnia karena rasa nyeri dan
lama kerja yang singkat. Bagi penderita yang mu-
sebagainya.
dah tidur tapi tidak nyenyak tidurnya, dapat diberi_
Bahkan bila etiologi penyakit tidak diketahui
kan hipnotik dengan masa kerja yang panjang
secara spesifik, insomnia masih dapat diperkirakan
seperti temazepam dan flurazepam. Umumnya hip_
karena sebab-sebab umum lainnya misalnya kebia.
notik tidak dapat menghasilkan pola tidur fisiologis
saan makan malam, minum kopi atau makan
yang sempurna, sehingga setelah bangun rasa
macam-macam obat dekat waktu tidur, perasaan
kurang segar masih dirasakan penderita.
Hipnotik- Sed atif dan Alkohol 143

Dipandang dari sudut indeks terapi, interaksi kepribadian menjadi ekspensil dan bersemangat,
dengan obat lain, gangguan respirasi dan kemung- perasaan tidak terkontrol dan letupan emosi men-
kinan penyalahgunaan obat, benzodiazepin meru- jadi nyata. Perubahan psikis ini disertai gangguan
pakan hipnotik terpilih dibandingkan dengan barbi- sensoris dan motorik.
turat atau hipnotik yang lain., kecuali bila ada indi- Minum alkohol secara kronis, secara langsung
kasi spesifik yang memerlukan hipnotik tertentu terkait dengan gangguan mental dan neurologis
atau terapi nonhipnotik. yang berat misalnya kerusakan olak, kehilangan
Dokter perlu memberikan penjelasan kepada ingatan, gangguan tidur dan psikis. Selain itu deli-
penderita sebelum menggunakan hipnotik, bahwa siensi vitamin dan nutrisi akibat gangguan saluran
ketergantungan pada hipnotik akan lebih menderita cerna dan lungsi hati, akan mengakibatkan ber-
dibandingkan dengan gangguan tidurnya sendiri. bagai gejala neuropsikiatrik yang biasa terdapat
pada peminum alkohol, misalnya ensefalopati Wer-
niche, psikosis Korsakoff dan polineuritis dan en-
sefalopati akibat delisiensi asam nikotinat.
6. ALKOHOL
Tidur. Pada bukan pecandu, penggunaan sewaktu
Yang akan dibahas di sini ialah mengenai pada saat lidur mengurangi waktu untuk masuk
etil-alkohol yang selanjutnya disebut alkohol. tidur dan tidur BEM, tetapi meningkatkan waktu
Di negara Barat alkoholisme merupakan tidur nonrem yang dalam. Tetapi dalam liga hari
penggunaan, elek memudahkan masuk tidur hilang
masalah sosial yang kronis. Di bagian tertentu di
lndonesia juga dijumpai kebiasaan minum alkohol. disusul rebound bila obat dihentikan. Dalam survai
Alkohol adalah suatu bahan yang mempunyai efek terungkap bahwa sejumlah orang percaya bahwa
larmakologik dan cenderung menimbulkan keter- alkohol mengurangi kualitas tidur. Pada penderita
gantungan serta dapat berinteraksi dengan obat alkoholisme gangguan tidur terjadi dengan digang-
gu masa jaga (awakening).
lain.
Peminum alkohol berat sering mendapatkan Terhadap sistem kardiovaskular. Elek langsung
kecelakaan, kehilangan produktivitas, terlibat keja- alkohol terhadap sirkulasi sangat kecil. Tekanan
hatan, mendapat gangguan kesehatan sampai ter- darah, curah jantung dan kekuatan kontraksi otot
jadi kematian. Pada alkoholisme terdapat variasi jantung tidak banyak berubah sesudah meminum
dalam derajat gangguan psikologi, nutrisi, ketergan- alkohol dalam jumlah sedang. Nadi mungkin me-
tungan fisik dan hilangnya kontrol. Peminum alkohol ningkat tetapi hal ini biasanya disebabkan oleh aktF
juga sering terlibat dengan penggunaan obat-obat vitas otot atau stimulasi refleks. Depresi kardiovas-
lain sepertisedatif , amfetamin bahkan juga narkotik. kular yang lerlihat pada keracunan akut alkohol
Motivasi peminum alkohol ialah untuk mendapatkan yang berat disebabkan oleh faktor sentral dan de-
euforia, melepaskan emosi serta melepaskan diri presi napas. Alkohol dosis sedang dapat menimbul-
sementara dari depresi atau ansietas yang dialami- kan vasodilatasi terutama di pembuluh darah kulit
nya. dan menimbulkan rasa hangat serta kulit merah.
Penggunaan alkohol berlebihan jangka panjang
menyebabkan kerusakan jantung menetap, dan
6.1. FARMAKODINAMIK merupakan penyebab utama kardiomiopati di
negara Barat. Vasodilalasi ini terjadi karena ham-
Terhadap susunan saraf pusal SSP lebih banyak batan vasomotor secara sentral. Elek vasodilatasi
dipengaruhi alkohol dibanding organ-organ lain. ini tidak berguna untuk meningkatkan vasodilatasi
Alkohol mendepresi SSP seperti halnya anestetik. koroner. Pada pasien dengan angina stabil yang
Karena efek depresinya pada pusat-pusat ham- jelas menderita penyakit koroner, alkohol menurun-
batan maka didapat kesan adanya efek stimulasi kan uji toleransi fisik.
SSP dari alkohol. Proses mental yang dipengaruhi Suatu paradoks terlihat pada masyarakat
paling awal ialah yang berhubungan dengan pen- Perancis, mereka makan banyak lemak letapi mem-
galaman dan latihan, yang berperan dalam proses perlihatkan insidens aterosklerosis rendah. Hal tsr-
terjadinya kebijaksanaan dan pengendalian diri. sebut dikaitkan dengan kebiasaan mereka minum
Daya ingat, konsentrasi dan daya mawas diri men- anggur merah. Dari kenyetaan tersebut timbulhipo-
jaditumpul lalu hilang. Rasa percaya diri meningkat, tesis bahwa alkohol dalam jumlah tidak lebih dari
Farmakolqi dan Tenpi

209 menurunkan insidens aterosklerosis koroner. 6.2. MEKANISME KERJA


Tetapi, rupa-rupanya kandungan alkohol bukan
satu-satunya penjelasan untuk efek proteksi ini. Sejak lama diduga bahwa elek depresan alko-
Anggur merah mengandung zat lenolik dan sifat hol dan anestetik berdasarkan pelarutan dalam
.aniioksidansnya yang diduga berperan penting. Pe- membran lipid. Elek alkohol terhadap berbagai
nelitian in vitro zat fenolik tersebut mendapatkan saraf berbeda karena tidak unilorm distribusi fos-
penghambatan oksidasi LDL yang dikatalisis Cu. lolipid dan kolesterol di membran. Juga ada fakta
Terhadap saluran cerna. Alkohol merangsang se- eksperimental yang menyokong dugaan bahwa
kresi asam lambung dan saliva secara psikis teruta- mekanisme kerja alkohol di SSP serupa barbiturat.
ma bila individu menyukainya sehingga cairan lam-
bung yang terbentuk kaya akan asam tetapijumlah
pepsinnya normal, Alkohol, melalui relleks dan juga 6.3. INTERAKSI
secara langsung, merangsang penglepasan gas-
trin. Karena merupakan stimulan sekresi asam lam- Alkohol menyebabkan potensiasi pada efek
bung yang kuat maka jelas alkohol dikontraindikasi- obat-obat hipnotik sedatif, anlikonvulsi, antidepresi,
kan pada pasca ulkus peptikum. antiansietas, propoksifen dan opiat dalam menye-
babkan gangguan koordinasi otot sehingga dapat
Terhadap hati. Keracunan akut alkohol pada menimbulkan bahaya bila penderita mengemudi-
manusia tidak menyebabkan gangguan fungsi hati kan kendaraan. Dengan asetosal, alkohol mening-
menetap. Tetapi diminum secara kronik, alkohol katkan risiko perdarahan lambung.
menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubu- Hipoglikemia berat dapat terjadi bila alkohol
ngan dengan dosis, terutama akibat metabolisme- diberikan bersama obat-obat hipoglikemik oral ka-
nya. Malnutrisi memperkuat gangguan hati dan rena alkohol mempengaruhi metabolisme golongan
saluran cema, tetapi nutrisi yang baik tidak men- obat ini.
cegah hepatitis alkoholik dan progresinya menjadi Pada peminum akut, alkohol dapal menurun-
sirosis. Perlemakan hati merupakan kejadian dini kan bersihan fenitoin karena terjadi kompetisi meta-
pada alkoholisme, terjadi akibat penghambatan sik- bolisme di hati. Namun pada peminum kronik, ber-
lus trikarboksilat dan oksidasi lemak, yang sebagian sihan fenitoin justru meningkat akibal terjadinya
berhubungan dengan adanya ekses NADH yang induksi enzim.
dihasilkan alkohol dehidrogenase. Asetaldehid
akan menumpuk jika tidak tersedia cukup aldehid
dehidrogenase. Asetaldehid bersilal toksik karena 6.4. FARMAKOKINETIK
bersifat reaktil dapat merusak protein antara lain
enzim, dan menghasilkan derivat protein imunoge- Absorpsi etanol dan lambung, usus halus dan
nik, Penderita yang minum alkohol secara kronis kolon berlangsung cepat. Waktu mencapai kadar
dapat menunjukkan gejala hipoglikemia karena maksimum 30-90 dari saat minum terakhir. Uap
nutrisi yang jelek dan pengosongan glikogen hati. alkohol dapat diabsorpsi lewat paru-paru dan me-
Efek teratogenik. Alkohol menimbulkan efek tera- nimbulkan keracunan, Makanan menunda pengo-
togenik yang disebul fetal alcohol syndrome. Ke- songan lambung dengan demikian absorpsi dari
lainan SSP berupa lQ rendah dan mikrosefali, per- usus halus juga tertunda. lni yang menjelaskan
tumbuhan lambat, abnormalilas di daerah muka mengapa minum alkohol setelah makan mencegah
dan kelainan-kelainan lain yang mungkin disebab- mabuk alkohol. Perbedaan kecepatan absorpsi
kan oleh efek langsung etanol dalam menghambat antar individu dan pada kondisi berbeda ter-
prolilerasi sel embrio pada gestasi dini. Penderita utama berhubungan dengan perbedaan waktu
dengan kelainan ini mudah terinfeksi karena keru- pengosongan lambung.
sakan sistEm kekebalan. Jumlah terkecil alkohol Distribusi. Dalam tubuh alkohol disebar agak me-
yang dilaporkan dapat menimbulkan tetal alcohot rata ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Alkohol
syndrome ialah 75 ml sehari, karena itu sebaiknya menembus uri dan masuk ke janin.
wanita hamil terutama yang hamil muda tidak
minum alkohol. Pada peminum berat juga dapat Metabolisme. Kira-kira 90-98% etanol dioksidasi
terJadi bayi lahir mati atau aborsi spontan. dalam tubuh. Metabolismenya mengikuti kinetika
zero order artinya jumlah yang dimetabolisme tetap
146
Farmakologi dan Terapi

satu regimen untuk mengatasi reaksi yang sedang


6.6. KERACUNAN AKUT
atau berat akibat putus alkohol ialah memberikan
?0 rS diazepam per oral serta tindakan suportif. Alkohol digunakan secara luas dalam industri
Dosis ini dapat diulang tiap 1-2 jam sampai keadaan
dan di tempat lain sehingga mungkin terminum den_
teratasj (biasanya tercapai dalam 3 x pemberian). gan tidak sengaja, bila disimpan dalam botol den-
Tiamin per oral maupun parenteral dengan dosis gan etiket yang keliru. Alkohol terkadang diminum
tunggal 100 mg dapat diberikan secara rutin pada
bersama obat-obat lain dalam percobaan bunuh
awal terapi.
diri. Dosis letalnya sulit ditentukan karena adanya
Untuk delirium tremens diperlukan tindakan toleransi individual. Alkohol cepat diabsorpsi dari
korektif terhadap hipokalemia, alkalosis hipoklore_
saluran cerna bagian atas dan lersebar dalam jari-
mik dan hipovolemia. Fenitoin dapat diberikan bila
ngan-jaringan sesuai kandungan airnya. Efek uta_
penderita mempunyai riwayat kejang yang tidak
manya adalah depresi sistem saraf pusat.
berhubungan dengan putus alkohol.
Dalam penanganan jangka panjang terhadap Gambaran klinis. Mabuk, inkoordinasi otot, pengli_
alkoholisme, konseling dan program rehabilitasi hatan kabur, pada metil alkohol dapat sampai buta.
lebih penting daripada farmakoterapi. pemberian Kecepatan bereaksi terganggu, eksitasi, gangguan
disulliram dapat membantu, tetapi untuk jangka kesadaran sampai koma, Takikardi dan pernapas_
panjang efektivitasnya menurun. an lambat. Kadar alkohol dalam darah setinggi g0
mg% akan menyebabkan gambaran mabukyang
DISULFIRAM. Obat ini digunakan dalam pengobat- jelas. Kadar 300 mg% berbahaya bagi kehidupan,
an pecandu alkohol dan dimaksudkan untuk me-
tetapi toleransi dapat timbul pada orang-orang yang
nimbulkan efek samping bila ia meminum etil
terbiasa minum alkohol, sehingga penilaian klinis
alkohol. Disulliram mengganggu metabolisme etil penting sekali. Pada anak dapat terjadi hipoglikemia
alkohol dan elek toksik yang ditimbulkannya dis_
berat dan konvulsi.
ebabkan oleh akumulasi asetaldehid. Kareni disul_
firam diekskresi dengan sangat lambat, efek seperti Pengobatan. Tindakan di bawah ini diperlukan
itu dapat terjadi untuk sekurang-kurangnya tiga untuk mengatasi keracunan akut alkohol.
minggu setelah menelan obat lerakhir. pemben_ (1) Aspirasi dan bitas tambung; (2) pengobat_
tukan asetaldehid mengakibatkan efek toksik ter_ an suportif intensif; (3) pada keracunan yang sangat
utama pada sistem kardiovaskular. parah, mungkin perlu dialisis peritoneal atau hemo-
Manifestasi reaksi alkohol-disulliram berupa dialisis; (4) lnfus tV 200 g fruktosa (500 mt dari
hal berikut : larutan 40%) selama periode 30 menit bermanfaat
karena dapat mempercepat penurunan kadar eta_
Sistem kardiovaskular : takikardi, hipotensi yang nol darah sekitar 25%, perlu diperhatikan elektrolit
mungkin parah dan dapat timbul payah jantung. darah; asidosis diatasi dengan pemberian larutan
Sistem saraf pusat : agitasi yang berkembang Na bikarbonat; (5) Pada keracunan metil alkohol
menjadi rasa mengantuk, dapat pula terjadi konvul_ diberikan etil atkohot 50% 1 mt/kgBB per orat dan
si. diikuti dengan 0,5 ml/kgBB setiap 2 jam selama 5
hari.
Sistem pencernaan : mual dan muntah.
Gangguan metabolik : kulit merah, berkeringat dan INDIKASI
takipne karena asidosis.
Alkohol digunakan untuk berbagai keadaan
Disulfiram tersedia dalam bentuk tablet 250 oleh orang awam tetapi penggunaan yang sah di
dan 500 mg. Dosis untuk dewasa ialah 500 mg/hari klinik sedikit sekali.
selama 1 minggu, dilanjutkan dengan 125_500 mg/
hari sebagai dosis penunjang selama maksimal 6 Sebagai obat luar. Alkohol digunakan sebagai pe_
bulan, karena adanya bahaya hepatotoksisitas dan larut obat, Berdasarkan sifatnya sebagai pelarut
tidak adanya bukti elektivitas untuk penggunaan digunakan pada keracunan toksikodendrol (por.son
yang lebih lama. Sebelum terapi dimulai harus di- lvy). Alkohol cepat menguap dan digunakan menu_
pastikan dulu bahwa penderita tidak dalam keadaan runkan suhu tubuh dengan mengusapkannya pada
intoksikasi akut dan tidak minum alkohol minimal 12 kulit. Larutan 5O-7O% digosokkan di kulit untuk men_
jam sebelumnya. cegah dekubitus pada pasien yang terpaksa berba-
ring jangka lama.
H i pnotik- Sed atif dan Al kohol 147

Mengatasi nyeri. Alkohol terdehidrasi disuntikkan memperpanjang kehamilan hampir sama dengan
didekat saral atau ganglia simpatis untuk mengatasi ritodrin, tetapi tidak disertai penurunan insidens
nyeri trigeminal, nyeri kanker terminal dan kondisi fetal respiratoqydisfress. Karena itu telah digantikan
lain. dengan penggunaan p-agonis. Alkohol masih digu-
nakan bila karena suatu sebab p-agonis dikontrain-
Penggunaan sistemik. Alkohol digunakan dalam
dikasikan. Penghambatan kontraksi uterus terjadi
pengobatan keracunan metil alkohol dan etilen
pada kadar etanol 0,12 - 0,18%. lni dicapai dengan
glikol. lni didasarkan kenyataan bahwa kedua zat
pemberian infus lV larutan 10% dengan kecepatan
tersebut di atas diubah menjadi metabolit yang lebih
7,5 mUkg/jam selama 2 jam dan dipertahankan de-
toksik oleh alkohol dehidrogenase.
ngan 1 ,5 mg/kg/jam samPai 10 jam.
Selama 2 dekade alkohol digunakan untuk
mencegah partus prematur. Efektivitasnya dalam
148 Farmakologi dan Tarapi

11. PSIKOTROPIK
Sardjono O. Santoso dan Metta Sinta Sari Wiria

1. Pendahuluan Antidepresi
2. Antipsikosis 4.1. Penghambal mono-amin-oksidase
2.1. Klorpromazin dan derivat fenotiazin 4.2. Antidepresi trisiklik
2.2. Antipsikosis lain 4.3. Senyawa lain
2.3. Pemilihan sediaan 4.4. Litium
4.5. Pemilihan sediaan
3. Antiansietas
3.1. Golongan Benzodiazepin Psikotogenik
3.2. Buspiron 5.1. Meskalin
3,3. Pemilihan sediaan 5.2. Dietilamid asam lisergat.

l.PENDAHULUAN dilaksanakan lebih cepat pada penderita yang tidak


kooperatil.
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik
mempengaruhi fungsi psikik, kelakuan atau peng- dibagi menjadi 4 golongan (lihat Tabel 1 1-1), yaitu
(1) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik); (2)
alaman (WHO, 1966), Sebenarnya psikotropik
baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang antiansietas (antineurosis, minor tranq uilizer,); (3)
ilmu larmakologi yakni psikofarmakologi, yang antidepresin; dan (4) psikotogenik (psikotomimetik,
psikodisleptik, halusinogenik).
khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik.
Psikolarmakologi berkembang dengan pesat sejak Neuroleptik bermanfaat pada terapi psi-
ditemukannya alkaloid Rauwollia dan klorpromazin kosis akut maupun kronik. Kegunaannya pada psi-
yang ternyata efektif untuk mengobati kelainan psi- koneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas.
kiatrik. Sekarang psikolarmakologi menjadi titik per- Ciri terpenting obat neuroleptik ialah : (1).berelek
temuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu: antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,
farmakologi, fisiologi, biokimia, genetika serta ilmu hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien
psikosis. Efek ini tidak berhubungan langsung den-
biomedik lain. Berbeda dengan antibiotik, pengo-
gan elek sedatif; (2) dosis besartidak menyebabkan
batan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan
lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat
dapat dipahami, karena patolisiologi penyakit jiwa menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversi-
itu sendiri belum jelas, Psikotropik hanya mengubah bel atau ireversibel; dan (4) tidak ada kecenderung-
keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif an untuk menimbulkan ketergantungan psikik dan
dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. lisik.
Dewasa ini terapi renjatan listrik (ECT, electro Antiansietas terutama berguna untuk peng-
convulsive therapy) masih digunakan dalam psi- obatan simtomatik penyakit psikoneurosis dan ber-
kiatri, terutama untuk mengatasi depresi hebat den- guna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
gan kecenderungan bunuh diri. Biasanya ECT somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas)
lebih cepat menghilangkan depresi daripada obat. dan ketegangan mental. Penggunaan antiansietas
Keuntungan penggunaan obat ialah pemberiannya dosis tinggijangka lama, dapat menimbulkan keter-
lebih mudah, dapat digunakan untuk pengobatan gantungan psikik dan fisik. Dibandingkan dengan
masal, relatil murah (penderita tidak memerlukan sedatil yang sudah lebih lama dikenal, antiansietas
perawatan di rumah sakit) dan pemberiannya dapat tidak begitu banyak menimbulkan kantuk.
148 Farmakologi dan Tenpi

11. PSIKOTROPIK
Sardiono O. Sanloso dan Metta Sinta Sari Wiria

1, Pendahuluan 4. Antidepresi
2. Antipsikosis 4.1. Penghambat mono-amin-oksidase
2.1. Klorpromazin dan derivat lenotiazin 4.2. Antidepresi trisiklik
2.2. Antipsikosis lain 4.3. Senyawa lain
2,3. Pemilihan sediaan 4.4. Litium
4.5. Pemilihan sediaan
3. Antiansietas
3.1, Golongan Benzodiazepin Psikotogenik
3.2. Buspiron 5.1. Meskalin
3,3. Pemilihan sediaan 5.2. Dietilamid asam lisergat.

l.PENDAHULUAN dilaksanakan lebih cepat pada penderita yang tidak


kooperatif.
Psikotropik ialah obat yang bekerja pada atau Berdasarkan penggunaan klinik, psikotropik
mempengaruhi fungsi psikik, kelakuan atau peng- dibagi menjadi 4 golongan (lihat Tabel 1 1-1), yaitu
(1 ) antipsikosis (major tranquilizer, neuroleptik); (2)
alaman (WHO, 1966). Sebenarnya psikotropik
baru diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang antiansietas (antineurosis, minor tranquilizer,); (3)
ilmu larmakologi yakni psikofarmakologi, yang antidepresin; dan (4) psikotogenik (psikotomimetik,
khusus mempelajari psikofarmaka atau psikotropik. psikodisleptik, halusinogenik).
Psikolarmakologi berkembang dengan pesat sejak Neuroleptik bermanfaat pada terapi psi-
ditemukannya alkaloid Rauwollia dan klorpromazin kosis akut maupun kronik. Kegunaannya pada psF
yang ternyata elektif untuk mengobati kelainan psi- koneurosis dan penyakit psikosomatik belum jelas.
kiatrik, Sekarang psikofarmakologi menjadi titik per- Ciri terpenting obat neuroleptik ialah : (1) berelek
temuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu: antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas,
farmakologi, lisiologi, biokimia, genetika serta ilmu hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien
biomedik lain. Berbeda dengan antibiotik, pengo- psikosis. Efek ini tidak berhubungan langsung den-
gan elek sedatif ; (2) dosis besartidak menyebabkan
batan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan
lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini koma yang dalam ataupun anestesia; (3) dapat
dapat dipahami, karena patolisiologi penyakit jiwa menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversi-
itu sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah bel atau ireversibel; dan (4) tidak ada kecenderung-
keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif an untuk menimbulkan ketergantungan psikik dan
dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik. lisik.
Dewasa ini terapi renjatan listrik (ECT, electro Antiansietas terutama berguna untuk pgng-
convulsive therapy) masih digunakan dalam psi- obatan simtomatik penyakit psikoneurosis dan ber-
kialri, terutama untuk mengatasi depresi hebat den- guna sebagai obat tambahan pada terapi penyakit
gan kecenderungan bunuh diri. Biasanya ECT somatik yang didasari ansietas (perasaan cemas)
lebih cepat rnenghilangkan depresi daripada obat. dan ketegangan mental. Penggunaan antiansietas
Keuntungan penggunaan obat ialah pemberiannya dosis tinggi jangka lama, dapat menimbulkan keter-
lebih mudah, dapat digunakan untuk pengobatan gantungan psikik dan lisik. Dibandingkan dengan
masal, relatif murah (penderita tidak memerlukan sedatil yang sudah lebih lama dikenal, antiansietas
perawatan di rumah sakit) dan pemberiannya dapat tidak begitu banyak menimbulkan kanluk.
Psikotropik

Tabel tt-1. PENGGOLONGAN OBAT PSIKOTROPIK memuaskan terhadap ECT. Perbaikan depresi di-
tandai dengan perbaikan alam perasaan, bertam-
bahnya akiivitas lisik dan kewaspadaan mental,
I. OBAT ANTIPSIKOSIS nalsu makan dan pola tidur yang lebih baik dan
berkurangnya pikiran morbid, Perbaikan alam pera-
A. DERIVAT FENOTIAZIN saan sukar dinilai dan tidak dapat diukur secara
l. SenYawa dimetilaminoProPil: objektil. Obat golongan inilebih elektil pada depresi
KlotPromazin Derivat dibenzazepin paling cocok untuk
Promazin depresi endogen, yang disertai regresi dan inak'
"n'dog"n.
TrilluPromazin tivitas. lmipramin, salah satu derivat dibenza-
2. SenYawa PiPerldll: zepin, lebih disukai daripada penghambat MAO
Mepazin karena imipramin lebih aman, lebih dapat diterima
Tioridazin penderita dan lebih praktis daripada ECT' Obat ini
3. Senyawa PiPerazln: iidak menimbulkan euforia pada orang normal' obat
Asetofenazin pe-rangsang SSP misalnya amletamin tidak ber-
Karlenazin guna pada teraPi Psikoneurosis'
Flufenazin Psikotogenik ialah obat yang dapat menim-
Perfenazin
bulkan kelainin tingkah laku, disertai halusinasi,
ProklorPerazin
TritluoPerazin tioProPazat
ilusi, gangguan cara berpikir dan perubahan- alam
peraslanJ iadi dapat menimbulkan psikosis' lstilah
B. NON FENOTIAZIN psikotogenik ini mungkin paling cocok untuk golong-
KlorProtiksen arti-
an obaiyang dahulu disebut psikotomimetik,
C. BUTIROFENON ying menimbulkan keadaan mirip psi-
nya oUat
HaloPeridol kosis, kading-t<adang obat inidisebut obat halusi-
nogenik yang berarti obat yang menimbulkan
ANTIANSIETAS
nat-usinasi. Piixosis toksik memang dapat timbul
1I.

A. BENZODIAZEPIN setelah pemberian berbagai jenis obat' Tetapi obat


Diazepam, klordiazepoksid, klorazepat' baru digolongkan psikotogenik bila menimbulkan
B. GOLONGAN LAIN keadaan psikotik tanpa delirium dan disorientasi'
Di bawah ini, akan dibicarakan prototip
III, OBAT ANTIDEPBESI
masing-masing golongan, yaitu klorpromazin, me-
A. PENGHAMBAT MAO probamat, derivat benzodiazepin, derivat dibenza-
lsokarboksazid, nialamid, fenelzin'
zepin, penghambat MAO, meskalin, LSD, marihua-
B. SENYAWA DIBENZAZEPIN na, dan haloPeridol.
lmipramin, desmetilimipramin, amitriptilin,
desmetilamiviPtilin.
C. SENYAWA LAIN
Amoksapin, maprotilin, trazodon, fluoksetin,
buProPion, nomif ensin, mianserin' 2. ANTIPSIKOTIK

IV. OBAT PSIKOTOGENIK


Meskalin, dietilamid asam lisergat dan 2.1. KLORPROMAZTN DAN DERIVAT
marihuana (gania).
FENOTIAZIN

Antidepresi ialah obat untuk mengatasi Prototip kelompok ini adalah klorpromazin
depresi mental. Obat initerbukti dapat menghilang- (CPZ). Pembahasan terutama mengenai CPZ den-
kan atau mengurangi depresi yang timbul pada iun t"ng"tukakan tentang lenotiazin lain bila
beberapa jenis skizofrenia' Antidepresi tidak dapat ada.
memperbaiki geiala skizolrenia lain, bahkan dapat KlMlA. Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-
memperberat gangguan pikiran yang merupakan (dimetil-aminopropil)- lenotiazin' Derivat lenotiazin
dasai penyakit ini. Antidepresi bukan pengganti iaindidapat dengan cara substitusi pada tempat 2
ECT, tetapi kadang-kadang obat ini bermanlaat dan 10 inti fenotiazin.
pada penderita yang tidak menunjukkan respons
150
Farmakologi dan Tenpi

q;o, .Re
Re -
Rt = -(cHz)g--N-(cHs)e
Otot Rangka. CpZ dapat menimbulkan relaksasi
otot skelet yang berada dalam keadaan spastik.
Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral,
sebab sambungan saraf-otot dan medula spinalis
-Cl tidak dipengaruhi CpZ.

Fenotiazin Klorpromazin Efek Endokrin. CpZ menghambat ovulasi dan


menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH.
Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasar_
kan efeknya terhadap hipotalamus.
Semua lenotiazin, kecuali Klozapin menimbul_
Gambar 11-1. Struktur kimia fenotiazin dan ktorpro_ kan hiperprolaktinemia lewat penghambatan elek
mazin sentral dopamin.

Kardiovasku lar. CPZ dapat menimbulkan hipolen-


FARMAKODTNAMTK. CpZ (Largactit) beretek tar_ si berdasarkan beberapa hal, yaitu: (1) refleks pre_
makodinamik sangat luas. Largactit diambil dari sor yang penting untuk mempertahankan tekanan
kata large action. darah dihambat oleh CpZ; (2) CpZ berelek o-
bloker; dan (3) CpZ menimbulkan efek inotropik
Susunan Saraf pusat. CpZ menimbulkan efek negatil pada jantung. Toleransi dapat timbul ter-
sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap hadap efek hipotensif CpZ.
rangsang dari lingkungan. pada pemakaian lama
dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Tim_ FARMAKOKINETIK. pada umumnya semua feno-
bulnya sedasi amat tergantung dari status emo_ tiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan per oral
sional penderita sebelum minum obat. maupun parenteral. penyebaran luas ke semua
Klorpromazin berefek antipsikosis terlepas jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati,
dari elek sedasinya. Relleks terkondisi yang diajar_ kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin
kan pada tikus hilang oleh CpZ. pada rianusia mengalami hidroksilasi dan konyugasi, sebagian
kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan lain diubah menjadisulloksid yang kemudian dieks_
kecekatan dan daya pemikiran berkulang. Aktivitas kresi bersama leses dan urin. Setelah pemberian
motorik diganggu antara lain terlihat sebagai efek CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi
kataleptik pada tikus. CpZ menimbulkan eiek me_ CPZ alau metabolitnya selama 6-12 bulan.
nenangkan pada hewan buas. Efek inijuga dimiliki
oleh obat lain, misalnya barbiturat, narkotik, mepro- EFEK SAMPING. Batas keamanan CpZ cukup
bamat, atau klordiazepoksid. lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping
Berbeda dengan barbiturat, CpZ tidak dapat umumnya merupakan perluasan efek farmakodina-
mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang lis_ miknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa
trik maupun rangsang oleh obat. Semua de-rivat ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini diser-
fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, se- tai eosinolilia dalam darah perifer.
hingga menimbulkan gejala parkinsonisme (elek
Neurologik. Pada dosis berlebihan, semua derivat
ekstrapiramidal).
lenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstrapira_
CPZ dapat mengurangi atau mencegah mun_
midal serupa dengan yang terlihat pada parkin_
tah yang disebabkan oleh rangsang an padAchemo_
sonisme. Berat ringannya gejala ekstrapiramidal
receptot trigger zone. Muntah yang disebabkan
dari berbagai antipsikosis dapat dilihat pada Tabel
oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang
1 1-2. Dikenal 6 gejala sindrom neurologik ybng
dipengaruhi, tetapi lenotiazin potensi tinggi, dapat
karakteristik dari obat ini. Empat di antaranya biasa
berguna untuk keadaan tersebut.
terjadi sewaktu obat diminum, yaitu distonia akut,
Fenotiazin terutama yang potensinya rendah
menurunkan ambang bangkitan sehinggi penggu_
akatisia, parkinsonisme dan sindrom neuroleptik
naanny€ pada pasien epilepsi harus sangatberhati_
malignant yang terakhir jarang terjadi. Dua sindiom
hati. Derivat piperazin dapat digunak-an secara yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan_
aman pada penderita epilepsi bila dosis diberikan bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor
bertahap dan bersama anti konvulsan.
perioral (jarang) dan diskinesia tardif (lihat Tabel
1 1-3).
't51
Psikotropik

Tabel 11-2. EFEK SAMPING DAN EFEK ANTIEMETIK OBAT ANTIPSIKOSIS

Obat antipsikosis Efek Efek Elek Elek


ekstrapiramidal antiemetik sedatif hipotensil

A. DERIVAT FENOTIAZIN
1. Senyawa dimetilaminoProPil:
++ ++ +++ ++
Klorpromazin
++ ++ ++ +++
Promazin
+++ +++ +++ +
Triflupromazin
2. Senyawa piperidil:
++ ++ +++ ++
Mepazin
+ + ++ ++
Tioridazin
3. Senyawa piperazin:
++ ++ + +
Asetofenazin
Karfenazin +++ +++ ++ ++
Flufenazin +++ +++ ++ +
+++ +++ + +
Perfenazin
+++ +++ ++ +
Proklorperazin
+++ +++ ++ +
Tritluoperazin tiopropazat
B. NON-FENOTIAZIN
++ ++ +++ ++
Klorprotiksen
C. BUTIROFENON
+++ +++ + +
Haloperidol

Tabel 11-3. EFEK SAMPING NEUROLOGIK OBAT NEUROLEPTIK

Efck Gambaran Klinis Waktu Mekanirmc Pcngobaten


risiko maksimal

Distonia akut Spasme otot lilah, wajah, 1 -5hari B€lum diketahui Dapat diberikan b€rbagai
leher, punggung; dapat p€ngobalan, obat anti-
menysrupai bangkitan; parkinson b€rsitat
bukan histeria diagnoslik dan kuratil

Akatisia K€tidak-tenangan (restbssness), 5 - 60 harl Belum diketahui Kurangi dosb alau ganti
motorik, bukan ansi€tas atau obat; obat antiParkinson,
agilasi b€nzodiazopin, atau pro-
pranolol.

Parkinsonism€ Bradikinssia, dgidilas, 5 - 30 hari Antagonisms Obat anliparkinson monolong


macam-macam tr€mor, waiah- dengan dopamin
topeng, suffr,hg gaft
Sindroma malignan Katatonik, stupor, d€mam, B€rminggu-minggu, Ada kontribusi - Henlikan n€oroleptik s€g€ra;
tekanan darah tidak stabil, dapat bertahan anlagonism€ danlrol€ne atau bromokriPlin
mioglobinem'ta; dapal latal beb€rapa hari dongan dopamin dapat menolong; obat antF
s6telah obal parkinson lainnya tidak
dihenlikan €f€klil

Trornor perioral Trsmor perioral (mungkin Setelah b€rbulan- Belum diketahui Obat antiparkinson sering
(sindroma k6linci) sejenb parkinsonism€ Yang bulan atau menolong
dalang torlambat) berlahun-tahun
p€ngobatan

Diskinesia tardil Diskln€sia mulut-wajah; - klsm - Dkluga: kelebihan Sulil dicogah, p€ngobatan
korsoatetosls atau (m€mburuk dsngan elek dopamin tidak m€muaskan
distonia m€luas p€nghenlian)
152 Farmakologi dan Terapi

Kardiovaskular. Hipotensi ortostatik sering terlihat Dalam hal yang terakhir, terapi kausal harus dilaku-
pada penderita dengan sislem vasomotor yang kan,
labil. Takar lajak tioridazin (lebih dari 300 mg) Elek ekstrapiramidal tidak terjadi, mungkin
menyebabkan aritmia ventrikular dan blok lan- karena obat ini tidak melewati sawar darah-otak.
tung.'Karena efek terhadap jantung mungkin aditif Dosis oral, 10 mg diberikan 4 kali sehari 15-30 menit
dengan anti tioridazin dan pimozid dapat menye- sebelum makan. Dosis rektal 60 mg per kali. Dosis
babkan kelainan EKG mirip hipokalemia. Efek sam- lM, 10 mg maksimum 6 kali sehari dan dosis lM
ping hipotermia dapat digunakan pada terapi hiber- pada anak 0,1-0,2 mg/kgBB,3-6 kalisehari. Tetapi
nasi. Efek antikolinergik berupa takikardia, mulut sedia-an yang ada saat ini hanya tablet 50 mg dan
dan tenggorok kering, sering terjadi pada pemberi- sirup.
an fenotiazin. Perlu digunakan berhati-hati pada
penderita glaukoma dan hipertrofi prostat, SEDIAAN. Klorpromazin tersedia dalam bentuk
tablet 25 mg dan larutan suntik 25 mg/ml. Larutan
lNDlKASl. lndikasi utama fenotiazin ialah skizo- CPZ dapat berubah warna menjadi merah jambu
lrenia gangguan psikosis yang lersering ditemukan. oleh pengaruh cahaya.
Gejala psikotik yang dipengaruhi secara baik oleh Perfenazin tersedia sebagai obat suntik dan
lenotiazin dan antipsikosis lain ialah ketegangan, tablet2dan4mg.
hiperaktivitas, combativeness, hosta/ily, halusinasi, Tioridazin tersedia dalam bentuk tablet 25
delusi akut, susah tidur, anoreksia, perhatian diri mg.
yang buruk, negativisme dan kadang-kadang me- Flufenazin tersedia dalam bentuk tablet 1 mg,
ngatasi silat menarik diri. Pengaruhnya lerhadap Masa kerja flufenazin cukup lama, sampai 24 jam.
insight, judgement, dayaingat dan orientasi kurang.
Pemberian antipsikotik sangat rnemudahkan pera-
watan pasien. Walaupun antipsikosis sangat ber- 2.2. ANTIPSIKOSIS LAIN
manfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut,
namun penggunaan antipsikosis saja lidak men- BUTIROFENON. Haloperidol berguna untuk me-
cukupi untuk merawat pasien psikotik. perawatan, nenangkan keadaan mania penderita psikosis yang
perlindungan, dan dukungan mental-spiritual ter- karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin.
hadap pasien sangatlah penting, Beaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita
Semua antipsikosis kecuali mesoridazin, moli- yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan
ndon, tioridazin dan klozapin mempunyai elek an- derivat butirofenon yang banyak persamaannya
tiemetik. dengan CPZ. Oksipertin berelek blokade adrener-
gik dan antiemetik serta dapat menimbulkan parkin-
Domperidon. Derivat benzimidazolin ini secara in
sonisme pada manusia dan katalepsi pada hewan.
vitro merupakan antagonis dopamin, seperti CpZ.
Obat ini diindikasikan pada mual dan muntah, jadi FARMAKOLOGI. Struktur hatoperidot berbeda
elek obat ini secara klinis sangat mirip metoklo- dengan lenotiazin, tetapi butirofenon memperlihat-
pramid. Domperidon mencegah relluks esolagus kan banyak sifat farmakologi fenotiazin. pada
berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esofa- orang normal, elek haloperidol mirip lenotiazin pipe-
gus bagian bawah. Penelitian terbatas melaporkan razin. Haloperidol memperlihatkan antipsikotik yang
bahwa hasilnya memuaskan untuk dispepsia pas- kuat dan efektil untuk lase mania penyakit manik
camakan pada penderita diabetes dengan gastro- depresil dan skizofrenia. Elek fenotiazin piperazin
paresis; mual dan muntah pada gastroenteritis dan dan butirolenon berbeda secara kuantitatil karena
akibat radiasi dan hemodialisis. Obat ini kurang butirofenon selain menghambat elek dopamin, juga
berguna untuk mengatasi mual pascabedah, akibat meningkatkan tum over ratenya.
narkotik dan kemoterapi kanker.
CPZ merupakan obat terpilih untuk menghi- SUSUNAN SARAF PUSAT. Hatoperidot mene-
langkan hiccup. Obat ini hanya diberikan pada hic- nangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang
cup yang berlangsung berhari-hari sangat meng- mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang
ganggu. Penyebab hiccup seringkali tidak dapat kuat dibanding dengan CPZ, sedangkan elek halo-
peridol terhadap EEG menyerupaiCPZ yakni mem-
ditemukan, tetapi nervositas dan kelainan di esofa-
perlambat dan menghambat jumlah gelombang
gus atau lambung mungkin merupakan kausanya.
teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan
153
Psikotropik

ambang rangsang konvulsif. Haloperidol mengham-


dan explosive utterances ol loul expletives
(coprolali a, men geluarkan kata-kata jorok)'
bat sistem dopamin dan hipotalamus, iuga meng-
hambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorlin'
DIBENZOXAZEPIN
SISTEM Slnef OTONOM. Elek haloperidol ter-
hadap sistem saral otonom lebih kecil daripada Termasuk derivat senyawa ini adalah loksa-
efek antipsikotik lain; walaupun demikian halope' pin.
ridol dapat menyebabkan pandangan kabur (blur-
FARMAKOLOGI. Obat ini mewakili golongan anti-
ring of vision)' Obat ini menghambat aktivasi re-
psikosis yang baru dengan rumus kimia yang ber'
o yang disebabkan oleh amin simpatomi-
""itot teOa Oaii lenotiazin, butirofenon, tioksanten dan
metik, tet;pi hambatannya tidak sekuat hambatan
dihidroiodolon' Namun sebagian besar elek larma-
cPz.
kologiknya sama.
Sistem kardiovaskular dan respirasi' Haloperidol Loisapin memiliki efek antiemetik, sedatif'
menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan antikolinergik dan antiadrenergik' Obat ini berguna
sehibat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan untuk mengobati skizolrenia dan psikosis lainnya'
takikardia meskipun kelainan EKG belum pernah
EFEK SAMPING. lnsiden reaksi ekstrapiramidal
dilaporkan. Klorpromazin atau haloperidol dapat
(selain diskinesia tardif) terletak antara le.notiazin
menimbulkan potensiasi dengan obat penghambat
O"n lenotiazin piperazin. Seperti antipsikotik
respirasi. "tlt"tit
lainnya dapat menurunkan ambang bangkitan
Efek Endokrin. Seperti CPZ, haloperidol menye- pasien, seningga harus hati-hati digunakan pada
babkan galaktore dan respons endokrin lain' pasien dengan riwayat keiang.

FARMAKOKINETIK. Haloperidol cepat diserap FARMAKOKINETIK. Diabsorpsi baik per oral'


jam
dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma kadar puncak plasma dicapai dalam waktu.1.
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat' (lM) dan 2iam (oral)' Waktu paruh loksapin ialah 3'4
menelap sampai 72 iam dan masih dapat ditemu- jam. Meta6dn utamanya (8-hidroksi loksapin) me-
kan dalam plasma sampai berminggu-minggu'
obat milikiwaktu paruh yang lebih lama (9 jam)'
ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis
yang diberikan diekskresi melalui empedu' Ekskresi
-haloperidol DIBENZODIAZEPIN
lambat melalui ginjal, kira-kira40oh obal
dikeiuarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis KLOZAPIN. Merupakan salah satu obat golongan
Pro-
tunggal" ini yang menuniukkan elek antipsikosis lemah'
atipikal bila dibandingkan anti-
tit tarmaXotogiknya
EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI' Haloperi- psikosis yang tain; terutama risiko timbulnya efek
dol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan samping eksirapiramidal obat ini sangat minimal'
insidens yang tinggi, terutama pada penderita usia dan kaiar protaXtln serum pada manusia tidak di'
muOa. eengobatan dengan haloperidol harus dimu- tingkatkan. Diskinesia tardif belum pernah dilapor-
lai dengan hati-hati. Dapat teriadi depresi akibat t<ai terlaOi pada pasien yang diberi obat ini' walau-
reversi keadaan mania atau sebagai efek samping pun be'berapa pasien telah diobati hingga 10 tahun'
yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan bioandingkan terhadap psikotropik yang lain' klo-
ian selintas dapat teriadi, tetapi hanya leukopenia zapin mlnuniukkan elek dopaminergik lemah'
dan agranulositosis sering dilaporkan' Frekuensi tetapi dapat mempengaruhi fungsi saral d.opamin
kejadiin ikterus akibat haloperidol rendah' Halope- pada sisiem mesolimbik'mesokortikal otak; yang
rid'ol sebaiknya tidak diberikan pada wanita
hamil
Lerhubungan dengan fungsi emosional dan mental
sampaiterdapat bukti bahwa obat initidak menim-
yang leb-ih tinggl, yang berbeda dari dopamin
bulkan elek teratogenik. n"uion di daerah nigrostriatal (daerah gerak) dan
lNDlKASl. lndikasi utama haloperidol ialah untuk tuberoinlundibular (daerah neuroendokrin)'
psikosis. Butirofenon merupakan obat pilihan Klozapin elektil untuk menggontrol gejala-
untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette' gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positil
(socra/ dr'srnteresf
suatu kelainan neurologik yang aneh yang ditandai iiritabiliias) maupun yang negalif
personal neatness)' Elek yang
dengan keiang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan incompetence,
154
Farmakologi dan Terapi

bermanlaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti 2.3. PEMILIHAN SEDIAAN


perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu
berikutnya. Obat ini berguna untuk pengobatan Berbeda dengan antibiotik, obat golongan ini
pasien yang refraker dan terganggu berat selama merupakan obat simtomatik. Di sini pemilihan obat
pengobatan. Selain itu, karena risiko efek samping ditujukan untuk sejauh mungkin menghilangkan
ekstrapiramidal yang sangat rendah, obal ini cocok gejala penyakit dalam rangka pemulihan kesehat-
untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapira- an mental penderita, obat dengan elek samping
midal yang berat bila diberikan antipsikosis yang seringan mungkin, dan bebas interaksi merugikan
lain. Namun karena klozapin memiliki risiko timbul- dengan obat lain yang mungkin diperlukan.
nya agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan Pemilihan sediaan obat antipsikosis dapat di_
antipsikosis yang lain, maka penggunaannya diba_ dasarkan atas strukur kimia serta elek farmakolo-
tasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak gik yang menyertainya. Berhubung perbedaan
dapat mentoleransi antipsikosis yang lain. pasien antar golongan antipsikosis lebih nyata daripada
yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah sel perbedaan masing-masing obat dalam golongan_
darah putihnya setiap minggu. nya, maka cukup dipilih salah satu obat dari tiap
golongan untuk tujuan pengobatan tertentu.
EFEK SAMPTNG DAN INTOKSIKAS|. Agranutosi- Menonjolnya salah satu gejala umumnya
losis merupakan elek samping utama yang ditim_ bukan merupakan patokan dalam pemilihan obat.
bulkan pada pengobatan dengan klozapin-. pada Tidak perlu mengenal semua obat psikotik untuk
pasien yang mendapat klozapin selama 4 minggu
pengobatan jangka panjang tetapi 1 atau 2 obat dari
atau lebih, risiko terjadinya kira-kira 1,2%. Gejala ini
tiap kelompok perlu dikenal secara baik efeknya
timbul paling sering 6-18 minggu setelah pem-berian
maupun efek sampingnya. pedoman lerbaik dalam
obat. Pengobatan dengan obat ini tidak boleh lebih
dari 6 minggu kecuali bila terlihat adanya perbaikan. memilih obat secara individual ialah riwayat respons
pasien terhadap obat.
Efek samping lain yang dapat terjadi antara
lain hlpertermia, takikardia, sedasi, pusing kepala, Kecenderungan pengobatan saat ini ialah me_
hipersalivasi. ninggalkan obat antipsikosis berpotensi rendah,
Gejala takar lajak meliputi antara lain : kantuk, misalnya klorpromazin dan tioridazin, ke arah peng-
letargi, koma, disorientasi, delirium, takikardia, gunaan obat berpotensi tinggi, misalnya tiotiksen,
de_
presi napas, aritmia, kejang dan hipertemia. haloperidol dan f lufenazin.
Pada saat ini penggunaan klozapin dibatasi
FARMAKOKINETIK. Klozapin diabsorpsi secara hanya diindikasikan pada pasien yang gagal diobati
cepat dan sempurna pada pemberian per oral; dosis tinggi antipsikosis konvensional, dan yang
kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 mengalami diskinesia tardil berat; sehubungan den-
jam setelah pemberian obat. Klozapin secara eks_ gan elek agranulositosis dan kejang yang disebab-
tensil diikat protein plasma (> gS%), obat inidimeta- kannya.
bolisme hampir sempurna sebelum diekskresi lewat Sebagai pedoman pemilihan antipsikosis
urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,g dapal disebutkan hat-hat sebagai berikut : (1) bita
jam. risiko tidak diketahui atau tidak ada komplikasiyang
diketahui sebelumnya maka pilihan jatuh pada feno-
DIHIDROINDOLON tiazin berpotensitinggi; (2) bila kepatuhan penderita
(compliance) dalam menggunakan obat tidak ter-
MOLINDON. Obat ini memiliki struktur kimia yang jamin, maka pilihan jatuh pada flulenazin oral dan
berbeda dariantlpsikosis yang lain. Elektil terh;dap kemudian tiap dua minggu diberikan suntikan llufe-
skizofrenia dan psikosis lainnya. Kadar puncak nazin enantat atau dekanoat; (3) bila penderita
plasma dicapai kira-kira 1,5 jam. Molindon dimeta_
mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular atau
bolisme secara cepat dan ekstensif, tapi efek klinik_
stroke sehingga hipotensi merupakan hal yang
nya bertahan 24-36 jam.
membahayakan maka pilihan jatuh pada lenotiazin
Efek samping. Gejala ekstrapiramidal dan anti_ piperazin atau haloperidol; (4) bila karena alasan
adrenergik molindon secara umum lebih sedikit di_ usia atau laktor penyakit, terdapat risiko efek sam-
bandingkan antipsikosis yang lain. Elek sedatif ter_ ping gejala ekstrapiramidal yang nyata, maka pilih-
letak antara lenotiazin alifatik dan lenotiazin an jatuh pada tioridazin; (S) tioridazin tidak boleh
piperazin.
digunakan apabila terdapat gangguan ejakulasi; (6)
Psikotropik 155

bila elek sedasi berat perlu dihindari, maka pilihan MEKANISME KEFJA BENZODIAZEPIN. Meka-
jatuh pada haloperidol atau lenotiazin piperazin; nisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi
dan (7) bila penderita mempunyai kelainan hepar inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediatornya.
atau cenderung menderita ikterus, haloperidol me- Hal ini telah dijelaskan pada Bab 10.
rupakan obat yang paling aman pada stadium awal Efek farmakodinamik derivat benzodiazepin
pengobatan. lebih luas daripada efek meprobamat dan barbitu'
Tentu saja pemilihan obat dipengaruhi oleh rat. Klordiazepoksid tidak saja bekerJa ssntral, ts'
faktor pengalaman dokter, pertimbangan bagi ke- tapi juga periler pada susunan saral kolinergik'
pentingan penderita, interaksi obat, laktor harga adrenergik dan triptaminergik.
dan sebagainya. Klordiazepoksid lebih berguna untuk meng-
atasi $ifat agresif hewan coba (monyet) daripada
pentobarbital, meprobamat dan CPZ' Dan berbeda
dengan CPZ, klordiazepoksid dan diazepam ber'
3. ANTIANSIETAS silat nonselektil dalam menghambat respons ter-
kondisi.
Obat yang digunakan untuk pengobatan an- Setelah pemberian per oral, klordiazepoksid
sietas ialah sedatif, atau obat'obat yang secara mencapai kadar tertinggi dalam 8 iam dan tetap
umum memiliki silat yang sama dengan sedatil' tinggi sampai 24 iam. Ekskresi benzodiazepin me-
Antiansietas yang terutama ialah golongan ben- lalui ginjal lambat; setelah pemberian satu dosis'
zodiazepin. Banyak golongan depresan SSP yang obat ini masih ditemukan dalam urin selama bebe-
lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada rapa hari. Sifat larmakokinetik beberapa benzodia-
pengobatan ansietas. Namun penggunaannya saat zepin dapat dilihat pada Tabel 10-4.
ini telah ditinggalkan, obat-obat tersebut antara lain
golongan barbiiurat dan meprobamat. Pembahasan EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI. Pada
penggunaan dosis terapi jarang timbul kantuk;
mengenai kedua golongan ini dapat dilihat di Bab
tetapi pada takar lajak benzodiazepin menimbulkan
10.
depresi SSP. Elek samping akibat depresi susunan
saraf pusat berupa kantuk dan ataksia merupakan
3.1. GOLONGAN BENZODIAZEPIN kelanjutan elek farmakodinamik obat-obat ini. Elek
antiansielas diazepam dapat diharapkan terjadi bila
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti- kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/ml; pada
ansietas ialah : klordiazepoksid, diazepam, oksaze- kadar yang sama teriadi pula efek sedasi dan gang-
pam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam guan psikomotor. lntoksikasi SSP yang menyeluruh
dan halozepam. Sedangkan klorazepam dianiurkan dapat diharapkan terjadi pada kadar diatas 90G
untuk pengobalan panic disorder. 1.000 ng/ml. Kadar terapi klordiazepoksid mehde-
kati 750-1.000 ng/ml.
FARMAKOLOGI. Klordiazepoksid dan diazepam
Peningkatan hostilitas dan iritabilitas dan
merupakan prototip derivat benzodiazepin yang di-
mimpi-mimpi hidup (vivid dreams) dan mengganggu
gunakan secara meluas sebagai antiansietas.
kadang-kadang dikaitkan dengan pemberian ben-
Struktur kimia kedua zat dapat dilihat pada Gambar
zodiazepin, mungkin dengan kekecualian oksaze'
11-2. pam. Hal yang ganjil adalah terjadinya peningkatan
ansietas. Respons semacam ini rupa-rupanya ter-
jadi khusus pada penderitayang merasa ketakutan,
terjadi penumpulan daya pikir sebagai akibat efek

@:1 @$
c6c0" samping sedasi obat antiansietas' Dapat ditambah'
kan bahwa salah satu penyebab yang paling sering
dari keadaan bingung yang reversibel pada orang-
orang tua adalah pemakaian yang berlebihan ber-
bagai jenis sedatif, termasuk apa yang biasanya
disebut sebagai benzodiazepin 'dosis kecil". Elek
yang unik adalah perangsangan nafsu makan, yang
Gambar 11-2. Struktur kimia diazepam dan klordiaze- mungkin ditimbulkan oleh derivat benzodiazepin
Poksid secara mental.
156 Farmakologi dan Terapi

Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepin nya panjang dan terjadi perubahan menjadi meta-
rendah. Bertambahnya berat badan, yang mungkin bolit aktif, gejala putus obat mungkin tidak akan
disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi nampak selama 1 minggu sesudah penghentian
pada beberapa penderita. Banyak efek samping obat pada pemakaian kronik. Umumnya dengan
yang dilaporkan untuk obat ini tumpang tindih den- pemberian dosis biasa tidak terjadi gejala putus
gan gejala ansietas, oleh karena itu perlu anam- obat.
nesis yang cermat untuk mengetahui apakah yang
dilaporkan adalah benar suatu efek samping atau
gejala ansietas. Diantara reaksi toksik klordiaze- 3.2. BUSPIRON
poksid yang dijumpai adalah rash, mual, nyeri
kepala, gangguan lungsi seksual, vertigo dan Buspiron merupakan contoh dari golongan
kepala rasa ringan. Agranulositosis dan reaksi azaspirodekandion yang potensial berguna dalam
hepatik telah dilaporkan, namun jarang. Telah pengobatan ansietas. Semula golongan obat ini di-
dijumpai ketidakteraturan menstruasi dan wanita kembangkan sebagai antipsikosis. Buspiron mem-
yang sedang menggunakan benzodiazepin dapat perlihatkan larmakodinamik yang berbeda dengan
mengalami kegagalan ovulasi. benzodiazepin, yaitu tidak memperlihatkan aktivitas
Obat ini sering digunakan untuk percobaan GABA-ergik dan antikonvulsi, interaksi dengan obat
bunuh diri oleh penderita dengan mental yang labil, depresan susunan saral pusat minimal, Buspiron
tetapi intoksikasi benzodiazepin biasanya tidak be- merupakan antagonis selektil reseptor serotonin (5-
rat dan tidak memerlukan terapi khusus. Eeberapa HTls); potensi antagonis dopaminergiknya rendah,
kematian pernah dilaporkan dengan dosis di atas sehingga risiko menimbulkan elek samping ekstra-
700 mg klordiazepoksid atau diazepam. Tidak jelas piramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil.
apakah hanya karena obat ini, kombinasi dengan Studi klinik menunjukkan, buspiron merupa-
depresan lain atau kondisi tertentu penderita. kan antiansietas efektil yang elek sedatifnya relatif
Derivat benzodiazepin sebaiknya jangan dibe- ringan. Diduga risiko timbulnya toleransi dan keter-
rikan bersama alkohol, barbiturat atau lenotiazin. gantungan juga kecil. Obat ini tidak efektil pada
Kombinasi ini mungkin menimbulkan elek depresi panic disorder. Efek antiansietas baru timbul se-
yang berlebihan. telah 10-1 5 hari dan bukan antiansietas untuk
penggunaan akut. Tidak ada toleransi silang antara
INDIKASI DAN SEDIAAN. Derivat benzodiazepin
digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilang- buspiron dengan benzodiazepin sehingga kedua
kan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang obat tidak dapat saling menggantikan.
ada hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai
ansietas, derivat benzodiazepin digunakan juga
sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot dan 3.3. PEMILIHAN SEDIAAN
induksi anestesi umum; pembahasan tentang indi-
kasi-indikasi tersebut dapat dilihat pada bab-bab Pemilihan obat antiansietas didasarkan pada
yang bersangkutan. Sebagai antiansietas, klordia- pengalaman klinik, berat ringannya penyakit serta
zepoksid dapat diberikan secara oral atau suntikan tujuan khusus penggunaan obat ini. Sebaiknya pe-
(dapat diulang 2-4 jaml dengan dosis 25-100 mg ngobatan ansietas dimulai dengan obat paling efek-
sehari dalam 2 alau 4 pemberian. Dosis diazepam til dengan sedikit efek samping. Penggunaan obat
adalah 2-20 mg sehari; pemberian suntikan dapat untuk ansietas hanya bersifat simtomatik dan meru-
diulang tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara pakan tambahan psikoterapi. Dosis harus disesuai-
oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi. kan dengan kebutuhan penderita dan jangan diberi-
Klordiazepoksid tersedia sebagai lablet 5 kan terus-menerus melainkan sebagai regimen ter-
putus.
dan 10 mg. Diazepam berbentuk tablet 2 dan 5 mg.
Secara kualitatif obat antiansietas memper-
TOLERANSI DAN KETERGANTUNGAN FISIK. lihatkan efek larmakologik yang sama. Perbedaan
Keadaan ini dapat terjadi bila benzodiazepin diberi- dalam rumus kimia dapat menyebabkan perbedaan
kan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu dalam segi farmakokinetik, Hal ini perlu dipertim-
lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 bangkan dalam memilih obat.
minggu sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi Sebagai antiansietas, golongan benzodiaze-
akibat benzodiazepin, namun, karena waktu paruh- pin dan meprobamat dianggap lebih baik daripada
157
Psikotropik

barbiturat karena barbiturat menyebabkan hang Penghambat MAO tidak hanya menghambat
over, elek ketergantungan dan gejala putus obat MAO, tetapi juga enzim- enzim lain, karena itu obat
yang lebih besar, ini mengganggu metabolisme banyak obat di hati'
eengnamOatan enzim ini sifatnya irreversibel'
Penlhambatan ini mencapai puncaknya dalam
beberapa hari, tetapi efek antidepresinya baru ler-
4. ANTIDEPRESI lihat setelah 2-3 minggu. Sedangkan pemulihan
metabolisme katekolamin baru terjadi setelah obat
Depresi adalah gangguan yang heterogen' dihentikan 1-2 minggu.
Ada beberapa klasifikasi depresi, Dalam bab ini Penghambat MAO digunakan untuk menga-
akan digunakan klasifikasi DSM-lll-R (Diagnostic tasi depresi, tetapi penggunaannya sangat ter-
ana Stair'stica I Manuatof Mental Disorders Fevised) batas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai
yang dikeluarkan oleh lkatan Ahli Psikiatri Amerika' elek yang baik, penderita menjadi aktif dan mau
Menurut klasilikasi tersebut depresi major dan bicara. Keadaan ini mungkin berubah menjadisuatu
distimia (minor) merupakan sindrom depresi murni' keadaan mania' Hasil stimulasi psike oleh peng-
sedangkan gangguan bipolar dan gangguan siklo- hambat MAO tidak selalu baik, banyak keadaan
timik memperlihatkan depresiyang diselingi dengan depresi yang tidak dapat diubah sama sekali'
mania. Hipotensi dan hipertensi, kedua-duanya'
Klasilikasi sederhana depresi adalah sebagai dapat teriadi. Hipertensi dapat disebabkan oleh ter-
berikut : timbunnya katekolamin. Hipotensi mungkin terjadi
karena pengambat MAO mencegah terlepasnya
1. Depresi reaktif/sekunder norepinefrin dari ujung saral (lihat Bab 2)' Elek
Paling umum diiumpai sebagai respons terha-
samping penghambat MAO merangsang SSP
dap penyebab nyata, misalnya : penyakit dan
berupa gejala tremor, insomnia dan konvulsi' Peng-
kesedihan, Dulu dikenal sebagai depresi ek-
nambat ItIRO dapat merusak sel hati. Penghambat
sogen.
MAO jangan diberikan bersama makanan me-
2. Depresi endogen
ngandung tiramin, fenilpropanolamin, amletamin'
Merupakan gangguan biokimia yang ditentukan
n6repineirin, dopamin' obat antihipertensi' dan
secara genetik, bermanilestasi sebagai ketidak-
levodopa. Golongan obat ini tidak banyak diguna-
mampuan untuk mengatasi stres yang biasa'
kan lagi karena telah ada obat yang lebih aman'
3. Depresi yang berhubungan dengan gangguan
afektif bipolar, yaitu depresi dan mania yang SEDIAAN DAN POSOLOGI. lsokarboksazid se-
terjadi bergantian' bagai tablet 10 mg' Dosis isokarboksazid 3 kali 10
mg- sehari. Efek terapi baru terlihat setelah 1-4
Dalam bab ini akan dibahas obat antidepresi minggu.
-
(AD) yang terutama digunakan untuk mengatasi Hiatamid sebagai tablet 25 dan 100 mg' Sifat
Oepreli endogen yaitu penghambat MAO, antide- obat ini kurang toksik, tetapi juga kurang efektil'
pres- trisiklik dan antidepresi yang relatil baru' Saat ini telah dikembangkan penghambat
MAO tipe A yang lebih selektil untuk pengobatan
depresi, misalnYa moklobemid.
4.1. PENGHAMBAT MONO AMIN Moklobemid menghambat MAO-A secara
OKSIDASE spesifik dan reversibel (lihat Bab 13)' Sembilan-
puluh persen aktivitas MAO usus ialah tipe A' Jadi
moklobemid menghambat deaminasi katekolamin'
Penghambat mono amin oksidase (MAO) di-
Setelah pemberian 1 00 mg, 3,4'dihidroksitenilglikol
gunakan sebagai antidepresi sejak 15 tahun yang
dalam piasma ielas turun. Dalam uji klinik efek anti-
tatu. tvtRO dalam tubuh berlungsi dalam proses
depresi obat ini terlihat mulai hari ke-7' Dosis rata-
deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria'
rata + 300 mg/hari'
Proses ini dihambat oleh penghambat MAO karena
Berbedi dengan MAO yang tidak selektil mi-
terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAo
salnya tranilsipromin, moklobemid kurang menye-
dan MAO. Akibatnya kadar epinelrin, norepinelrin
babian lenomena tiramin. Fenomen ini berupa ter-
dan S-HT dalam otak naik' Hubungan antara fakta
jadinya krisis hipertensi pada pasien yang sedang
ini dengan elek stimulasi psike belum terpecahkan'
158
Farmakologi dan Terapi

diobati dengan MAO (yang tidak selektif) yang gugus metil dinamakan amin tersier, sedangkan
makan makanan kaya tiramin misalnya keju. produk demetilasi dengan hanya satu gugus metil
Tiramin yang masuk melalui makanan biasanya dinamakan amin sekunder. Dengan mengubah be_
diaktifkan oleh MAO yang terdapat di mukosa usus berapa unsur rumus bangun, tetapi dengan mem_
dan hati. Pemberian penghambat MAO akan meng_ pertahankan gugus trisiklik, diperoleh obat : klomi_
akibatkan tiramin makanan mencapai kadar tinggi pramin, doksepin, opipramol, dan trimipamin.
dan terjadilah fenomen tersebut. Secara biokimia obat amin sekunder diduga ber_
Pada uji klinik terbatas makanan yang me- beda mekanisme kerjanya dengan obat amin ter_
ngandung sampai 150 mg tiramin yang diberikan sier. Amin sekunder menghambat ambilan kembali
bersama moklobemid tidak membahayakan. norepinelrin sedangkan amin tersier menghambat
Dalam dosis terapi, obat ini tidak mempenga_ ambilan kembali serotonin pada sinaps neuron. Hal
ruhi sekresi GH (Gonadotropic Hormon) dan kor- ini mempunyai implikasi antara lain bahwa depresi
tisol. Dosis yang umum digunakan ialah 150 mg oral akibat kekurangan norepinelrin lebih responsil ter_
2-3 kali sehari. hadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat
Belum cukup data untuk menentukan status kekurangan serotonin akan lebih responsif ter-
obat ini dalam pengobatan depresi. Dari data yang hadap amin tersier.
tersedia, elek antidepresinya sebanding dengan AD
Struktur kimia imipramin dan amitriptilin ter_
trisiklik. lihat pada Gambar 11-3.

4.2. ANTIDEPRESAN TRISIKLIK

lmipramin suatu derivat dibenzazepin, dan


amitriptilin derivat dibenzodikloheptadin, merupa-
kan antidepresi klasik yang karena struktur kimia_
O|-^JO OAO
nya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Kedua CHCHzCHeN(CHo)e CHeCHzCHaN(CHs)a
obat inj paling banyak digunakan untuk terapi
lmipramin Amitriptilin
depresi; boleh dianggap sebagai pengganti peng-
hambat MAO yang tidak banyak digunakan lagi.
Derivat dibenzazepin telah dibuktikan dapat me_
Gambar 11-3. Struktur lmipramin dan amitriptilin.
ngurangi keadaan depresi, lerutama depresi en_
dogen. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan sua_
sana perasaan (mood), bertambahnya aktivitas FARMAKODTNAMTK. Sebagian efek antidepresi
lisik, kewaspadaan mental, perbaikan nalsu makan, trisiklik mirip efek promazin.
dan pola tidur yang lebih baik, serta berkurangnya Efek Psikologik. Pada manusia normal imipramin
pikiran morbid. Obat ini tidak menimbulkan euloria
menimbulkan rasa lelah, obat tidak meningkatkan
pada orang normal.
alam perasaan (elevation of mood), dan meningkat_
Golongan obat ini bekerja dengan mengham_ nya rasa cemas disertai gejala yang menyerupai
bat ambilan kembali neurotransmitor di ota[. Dari elek atropin (lihat bawah). pemberian berulang
beraneka jenis antidepresi trisiklik terdapat perbe_ selama beberapa hari akan memperberat gejala ini
daan potensi dan selektivitas hambatan ambilan dan menimbulkan kesukaran konsentrasi dan ber_
kembali berbagai neurotransmitor. Ada yang sangat pikir, serupa dengan yang ditimbulkan oleh CpZ.
sensitif terhadap norepinefrin, ada yang sensitif ter_ Sebaliknya, bila obat diberikan untuk jangka
hadap serotonin dan ada pula yang sensitif ter_ lama pada penderita depresi; terjadi peningkatan
hadap dopamin. Tidak jelas hubungan antara alam perasaan. Belum dapat dijelaskan mengapa
mekanisme penghambatan ambilan kembati kate- hilangnya gejala depresi baru terlihat setelah peng-
kolamin dengan efek antidepresinya. obatan sekitar 2-3 minggu. Tidak jelas hubungan
Berdasarkan rumus bangun kedua antidepre_ antaia efek obat dan kadar dalam plasma. Meka-
si klasik ini telah dicari antidepresi lain. Sebagai nisme antidepresi imipramin tidak jelas, tetapi ter-
derivat desmetil telah ditemukan desipramin jadinya mania, euforia dan insomnia pada penderita
(demetilasi imipramin) dan nortriptilin (demetilasi psikiatri menunjukkan bahwa obat ini berefek sti-
amitriptilin), Obat trisiklik yang mempunyai dua mulasi.
Psikotropik 159

Susunan Saraf Otonom. lmipramin jelas sekali bulkan ikterus kolestatik, gejala ini hilang jika peng-
memperlihatkan elek antimuskarinik, sehingga da- obatan dihentikan. Berdasarkan idiosinkrasi atau
pat terjadi penglihatan kabur, mulut kering, obsti' alergi, imipramin dapat menimbulkan agranulosi-
pasi dan retensi urin. lmipramin juga menghambat tosis. Kadang- kadang timbul eksantema, fotosensi-
elek spasmogen histamin dan S'HT pada sediaan tivitas, serupa akibat fenotiazin. Efek toksik imi'
ileum marmot. pramin akut ditandai dengan hiperpireksia, hiper-
tensi, konvulsi dan koma, Pada keracunan dapat
Kardiovaskular. Pemberian imipramin dalam dosis menimbulkan gangguan konduksi jantung dan arit-
terapi pada manusia sering menimbulkan hipotensi mia.
ortostatik. lnlark jantung dan presipitasi gagal jan-
tung pernah dihubungkan dengan pemberian imi-
pramin. Dalam dosis toksik, imipramin dapat me- 4.3. SENYAWA LAIN
nimbulkan aritmia dan takikardia.
Obat-obat di bawah ini merupakan antidepresi
SEDIAAN DAN POSOLOGI. lmipramin tersedia yang relati{ baru. Obat-obat ini merupakan hasil dari
dalam bentuk tablet berlapis gula 10 dan 25 mg dan usaha mendapatkan obat yang efek sampingnya
dalam bentuk sediaan suntik 25 mg/2 ml. Dosis lebih ringan dari AD terdahulu.
harus ditentukan untuk tiap kasus. Biasanya dimulai
dengan 75 alau 100 mg lerbagi dalam beberapa kali
AMOKSAPlN
pemberian untuk 2 hari pertama, kemudian 50 mg
tiap hari sampai dicapai dosis lotal harian 200 - 250 Obat antidepresi ini merupakan metabolit an-
mg. Biasanya elek mulai timbul setelah 2'3 minggu' tipsikosis loksapin dan memiliki elek antipsikosis.
Dosis yang memberikan efek antidepresi diperta- Gabungan efek antidepresi dan antipsikosis mem-
hankan selama beberapa minggu. Lambat laun buat obat ini cocok bagi pasien psikosis dengan
dosis dikurangi hingga 50 - 100 mg sehari dan depresi. Namun sama seperti obat antipsikosis lain
dipertahankan selama 2-6 bulan, atau lebih. Pada obat ini dapat menimbulkan gejala akatisia, parkin-
awal pengobatan mungkin diperlukan pemberian sonisme, amenore-galaktore dan diskinesia tardif'
lM, baru setelah penderita lebih kooperatif, dapat Obat ini juga menunjukkan efek sedasi dan anti'
diberikan pengobatan oral. muskarinik seperti antidepresi trisiklik. Dibanding-
kan terhadap amitriptilin dan imipramin, obat ini
Desmetilimipramin berbentuk tablet 25 mg' Dosis jarang menimbulkan gejala takikardia dan aritmia'
permulaan biasanya 3 kali 25 mg sehari, selama tetapi tetap perlu hati-hati digunakan pada pasien
7-10 hari. Dosis kemudian ditambahkan atau diku- dengan kelainan jantung, dan tidak dianjurkan pe-
rangi sesuai dengan kebutuhan. Dosis penunjang makaiannya pada pasien infark jantung. Obat ini
50 mg sehari dengan dosis maksimal per hari 200 dilaporkan menimbulkan bangkitan dengan lnsiden
mg. yang tinggi, terutama setelah penggunaan dosis
terapi tinggi atau pada takar lajak.
Amitriptilin tersedia dalam bentuk tablet 10 dan 25
Amoksapin diabsorpsi secara cepat dan baik
mg, dan dalam bentuk larutan suntik 100 mg/'|0 ml. setelah pemberian oral. Kira-kira 90% terikat protein
Dosis permulaanTS mg sehari. Dosis ini kemudian plasma, dan mengalami hidroksilasi menjadi 7-hi-
ditinggikan sampai timbul elek terapeutik, biasanya droksiamoksapin dan 8-hidroksiamoksapin. Meta-
antara 150 mg - 300 mg sehari. bolit yang kedua memiliki efek antidepresi dan
EFEK SAMPING. Sebagian elek samping dibenza' waktu paruh yang lebih panjang (30 iam) daripada
zepin mirip atropin. Tetapi sering terjadi pengeluar- obal asalnya (8 jam). Setelah mengalami konjugasi
an keringat yang berlebihan, yang bertentangan dengan asam glukuronat, obat ini diekskresi lewat
urin.
dengan elek atropin; mekanisme efek samping ini
Dosis dewasa 75 mg, dapat dinaikkan hingga
tidak diketahui. Obat ini harus digunakan dengan
hati-hati pada penderita glaukoma atau hipertroli
200 mg per hari diberikan dalam dosis terbagi.
prostat. Dibenzazepin menyebabkan perasaan le- Untuk maintenance (rumatan), dianjurkan dosis
terendah yang dapat mempertahankan elek terapi.
mah dan lelah menyerupai efek fenotiazin. Pende-
Pada pasien usia lanjut dan anak-anak, dosis awal
rita lanjut usia lebih sering menderita pusing, hipo'
25-50 mg/hari, ditingkatkan hingga 100 mg per hari
t€nsi postural, sembelit, sukar berkemih, udem dan
dalam dosis terbagi.
tremor. lmipramin serupa dengan lenotiazin menim-
160 Farmakolqi dan Terapi

MAPROTILIN. hilang dalam 4-6 jam. Agitasi terjadi pada 1%


pasien. Priapisme kira-kira 1 : 6.000, dan bila me-
Obat ini merupakan antidepresi tetrasiklik;
merlukan pembedahan dapat menyebabkan impo-
namun memiliki profil farmakologik dan klinik serta
tensi permanen.
efektivitas yang mirip imipramin.
Efek samping yang paling umum ialah kantuk lnteraksi obat. Trazodon mengantagonis elek
dan efek antikolinergik, tetapi tidak seberat yang hipotensif klonidin dan metildopa, dan menaikkan
disebabkan amitriptilin. Fash terjadi pada 3% kadar plasmalenitoin dan digoksin. Berhubung elek
pasien setelah 2 minggu pengobatan, Hipotensi dan sedatifnya harus digunakan hati-hati bersama de-
takikardia lidak seberat pada amitriptilin dan imipra- ngan depresi SSP yang lain, termasuk alkohol.
min, namun insidensnya sama bagi ketiga obat ter- Pada pemberian oral, diabsorpsinya secara
sebut karena itu maprotilin juga harus digunakan cepat, bioavailabilitasnya sempurna, waktu penca-
hati- hati pada pasien dengan riwayat infark jantung paian kadar puncak plasma pada keadaan puasa,
atau kelainan-kelainan jantung, Bangkitan yang di- kira-kira 1,5 jam (0,5-2,0 jam). Pada yang tidak
timbulkan obat ini lebih sering terjadi dibandingkan puasa kira-kira2,5 jam, Dianjurkan pemberian sete-
senyawa trisiklik. Bangkitan ini terjadi pada kisaran
lah makan untuk mengurangi elek kantuk. lkatan
dosis yang lebar, dapat terjadi sewaktu penam-
dengan protein ialah 90%. Dimetabolisme secara
bahan pada dosis untuk mencapai elek terapi. lnsi-
ekstensif oleh enzim mikrosom hati. Waktu paruh
dens pada pasien dengan takar lajak ialah 2S%.
eliminasi berkisar 3-6 jam.
Oleh karena itu obat ini tidak dapat digunakan pada
pasien dengan kelainan bangkitan. Dosis oral bagi pasien dewasa di BS 150 mg/
Maprotilin diabsorpsi secara sempurna secara haridalam dosis terbagi, dinaikkan 50 mg/haritiap
oral, lkatan dengan protein, kira-kira g0%, volume 3-4 hari. Bagi penderita depresi berat membutuh-
distribusi 23 Ukg, Waktu paruh eliminasi obat asal kan 400-600 mg/hari.
berkisar antara 43-51 jam. Obat ini dimetabolisme Dosis awal oral bagi pasien dewasa yang di
secara ekstensit menurut kinetik first-order. Kira- luar RS, 150 mg/hari dalam dosis terbagi. Diberikan
kira70% metabolitnya diekskresi lewat urin, Dosis malam hari, dapat dinaikkan 50 mg/hari setiap
oral awal pada pasien dewasa yang dirawat 100- minggu hingga terlihat perbaikan secara klinik.
150 mg/hari, diberikan dalam dosis terbagi secara Pasien tua dan anak-anak, dosis awal 25-50
bertahap ditingkatkan. Untuk pasien yang berobat mg/hari, dinaikkan hingga 100-150 mg/hari datam
jalan; dosis oral awal dewasa 75 mg/hari diberikan dosis terbagi bergantung kepada responsnya.
dalam dosis tunggal atau terbagi selama 2 minggu,
bila perlu dapat ditingkatkan secara bertahap. Dosis
tertinggiyang dianjurkan adalah 225 mglhari.
FLUOKSETIN
TRAZODON.
Obat ini merupakan golongan obat yang se-
Obat ini merupakan derivat triazolopiridin den- cara spesifik menghambat ambilan serotonin. Ba-
gan struktur kimia yang berbeda dari antidepresi hasan mengenai obat ini ada di Bab 19. Elek sam-
trisiklik maupun tetrasiklik. Obat ini tidak memiliki ping yang paling sering ialah nausea, agitasi dan
silat penghambatan MAO atau efek seperti am- insomnia (insidens 20-90%\ Namun efek samping
fetamin. Trazodon menghambat ambilan serotonin tersebut umumnya ringan tanpa harus menghenti-
di saraf, ambilan norepinefrin dan dopamin tidak kan pengobatan.
dipengaruhi. Efektivitas antidepresi kira-kira sama Tidak dianjurkan pemakaian obat ini bersama
dengan amitriptilin dan imipramin, karena efek MAO inhibitor dan antidepresan trisiklik. Fluolisetin
sedasinya, trazodon berguna bagi pasien depresi dapat menaikkan kadar plasma antidepresi trisiklik
disertai ansietas. Elek samping kantuk merupakan hingga 2 kalinya; pemakaian bersamanya dapat
efek samping yang paling umum, terjadi pada kira- meningkatkan intensitas elek samping.
kira 15-20%, elek samping lainnya yang jarang ter- Dosis awal dewasa 20 mg/hari diberikan se-
jadi antara lain mual dan muntah, mulut kering, tiap pagi, bila tidak diperoleh elek terapi setelah
lkonstipasi, retensi urin. Trazodon juga menimbul- beberapa minggu, dosis dapat ditingkatkan 20 mgl
kan hipotensi orlostatik, namun insidens biasanya hari hingga 80 mg/hari.
Psikotropik

161

BUPROPION

Obat ini memiliki struktur l:j:.i"ll"rbaiki sejata depresi. Karena mian_


serin tidak bersifat antiiotinerd,f
min. Seperti amfetam
kimia rpirip amfeta_
bupropion didu ga bekerja pada pem berian
, ,"t" g"j"t" iunn-
lewat efek oop"rin"rJ?r. ,n"llln""n ""tir r i"n rl"ii' iln g

Walaupun obat ini dapat "t


kitan pada dosis tingE menimbulkan bang-
dosis yan s d i"rj; ;;;:'ir:r;:"*'o:ff
perangsangan sentrat L:"#:1"ff1: 4.4. LITIUM
sietas dan
agitasi, k#"il;;;;;, KlMlA. Litium (Li) merupakan
insomnia terjadi paoa "n-
pasien, elek sampino ..
xira_iui zu" logam alkali yang
l, palin g rin gan.
G aram-saram log"m"ini

::l'l *:" n ;;'#: ffi ilffi,,ff ffi Silil?5l; garam_garam natrium sif;nl" i,rn,o
oan rrari-um. olli,"ir,i,lo"n
tremor. Bupropion tidal ditera dari cairan biok
ror in
"'s
ik iai fi ffiil fr"[?:1'f,15' erek an ti'
nr^, iioiai";; ;#"*-lens.an mensgunakan
mic absorption sDectro-
Dosis awal dewas mg 2 kali sehari, ter-
photometei.'6ii"ii", "'o
gantung respons kt,":3110 lumlah kecil litium terdapat
baramiariiga#;;;I' rlsrlurl tidak
I ln qi gq
n ;ffi;,
:iil'i,lill,' .:,ffi :i:T ! [?'f
I
risiorogiknyl]r "e"qr diketahui peran

R:r-k"l
Dosis
Efek tertihat setetah
dapat dinaikkan hittn$$a
o,rgg, ;i, ,"0,n.; FARMAKOLOGI.
450 mg/haridiberikan LitiU bersifat
depresif sedatif,
oaram oosis '
i";;;;" "i* Jrur'";tT-,^lo*
ritim n"rpii,""?
.
Dalam kadar terapi,
,""'J"''"n'
tunjukkan efek psikotropik
pada manusia normal.
NOMIFENSIN

Obat ini meruoakan antidepresi pasti walaupun ada


"n"r,T:f;''Jil:["#Ty"sebasairnoodstabitizing
golongan bi_
dugaan bererek r"ri'^',*tf"
l,j,ll:_."":r" kerlanya sam.a seperti
imipramin
,*fi l" ; ; ; *,..j'ffi
am rrriptitin yakn i
take,)
m en ce g atr am bitan
amin biogenik oada_celah
dan
k;;;;;;;; @, p _ Il_'jil
menembus membran r"ratir-r,"cir,":;;ixxi#-lT
"
tiili-seperti
natrium dan katium. r_itium
pada awal sinaps neuron otak.
tahun 19g6 obat ini ditarik dalam membantu suatu
oafat ri"",nn"ii*or,
peredaran oleh pabrik dari pot"n"iui' ]"i' nruron,
p"ror"tnyl
*"r"r".J""V" tetapi litium bukan merupakan "l"ri yang
substrat
raporan renrang efef kuat unruk pompa frfl ade-
sampint,"n"ili"'lJrofitif f<a1e.na i,rlnr,
tatal yang didasari memperrahankan potensiat ,,ro"ildapat
reaksi imunologik. Lqt r";;;;;:'
kasus ini terutama berasal Laporan
spekutasi peran litium oillro,ns
Oari f ng;ri:.... d"1", oi"triui"i ,"on"i,rar,
perhatian terhadao
iiti,, Jnu, k"; il;i.::',:;Tl illff
MIANSERIN
terhadap metabolisme ;:l.J:"ffi:;
Obat ini kaitka;;;;;;;:il;,:,:iili;fl
meru antidepresi golongan Litium sanoat I !f,""n"";n".no,-
tetrasiklik. cara keriaiakan kerenjar tiroid,
g, ! ", ffi T, #li; i"?J ssp, oan'gjnff'j#,i::':il^':':*
_o
norepinefrin
o
"l'dineuron otk
bat reseptor alfa adren
o"ngrn jililffi;"r_ !:l"t #;;;#:i,''' #ff#;tr-"ffi'Jfl ff fr
pada EKG dan EEG.
menyebabkan leukositosis
,;:iff o"n r""rrl"Lln,. "-'
Il _ F*ii. ;;: il,";"i:'j"ii,il:l "J,T;,,I,ir ::1i;
pengetuaran norepinefrin di n";;;;'"i"*.'b""r,, ..-^ ,lndeks terapeutiknya rendah (2 atau 3), maka
yang biasa disunakan yang aman pertu oir"rrrl"n,i"l
penderita yang belum
iarah so_90
,ir,r* ;;'"j"ri 3:l?"rg"rian
kadar plasma
:lantau.ln atau serum. Oan'iar ini
harus dikerjakan tiao hari pada
res ;b'at fi ffiJ,l ;;;;;;;;'"""-
matam hari, dan secara progr"sir ::
1e? i,
"?j:ilT lTl'jff ,il,:
dir;;-g;;,,**: F"r-
derita mania akut. Risiko
ini besar, oleh karenl
respons peritaku o"n itu
derita yang telah serin .:_i?:trT ,iutiiit". ,"i",f",,,,
oapat ran g !u
dilvaktu. malam. pada
il #;' ff.l'ff
i:i
hari_hari pertama mianserin
;:il:5;T;
tercapai pemberian litiur
geiai.krinikJi;;;';:il j,i'J;,i.jLilXi_ilfl
"iifr
:elatir Meskipun kaoairitium Jil':;;;;,i,1*u,
::lry,.b"1i sanssuan tiour,' reoin
memperbaiki gangguan L;;;l',;"" pada tingkat trough,lluktuasi
V""g dih*,lk"n,,l,"n
kecemasan o-',i"r",tni, pemberian berulang,
dapat menyebabkan variasi
162 Farmakologi dan Tarapi

kadar puncak 2 atau 3 kali lebih tinggi dari kadar depresi dengan neuroleptik. Pilihan antidepresi
mantap, sehingga pada saat puncak tercapai dapat dapat juga didasarkan atas elek sampingnya, misal-
terladi keracunan. Hal ini dapat terjadi bahkan pada nya amitriptilin dan doksepin memberikan efek se-
waktu kadar plasma pagi hari dalam batas kisaran dasi kuat, nortriptilin dan desimipramin memberikan
yang diperbolehkan yakni 1 mEq per liter. efek sedasi sedang dan protriptilin tidak memperli-
Litium diberikan dalam dosis terbagi untuk hatkan efek sedasi. Untuk orang lanjut usia sebaik-
mencapai kadar yang dianggap aman, yaitu ber- nya dipilih obat yang efek antikolinergiknya ringan
kisar antara 0,8 dan 1,25 mEq per liter. Dan ini mengingat risiko terjadinya efek yang tidak diingin-
dicapai dengan pemberian 900-1500 mg litium kar- kan.
bonat sehari pada penderita berobat jalan dan
1200-2400 mg sehari pada penderita yang dirawat.
Meskipun litium pada saat ini telah luas digunakan
di luar negeri (Amerika dan Eropa) untuk sindrom 5. PSIKOTOGENIK
manik depresil, di lndonesia penggunaannya belum
populer karena pemberiannya harus dipantau se-
5.1. MESKALIN
tiap hari sedangkan pemantauannya belum dapat
dilakukan secara rutin. Beberapa psikiater menggu- Meskalin, (3,4,5 trimetoksifeniletilamin), ialah
nakan obat inidan pemantauan dilakukan berdasar- suatu alkaloid yang berasal dari tumbuhan kaktus
kan respons perilaku penderita yang diobati, tentu diAmerika Utara dan Mexico dengan rumus menye-
saja hal ini tidak secermat pemantauan obat dalam rupai rumus epinefrin. Meskalin digunakan oleh
plasma. Pada saat ini obat litium karbonat sudah orang lndian dalam ritus keagamaan untuk men-
tersedia di pasaran lndonesia. datangkan trance. Dosis meskalin 5 mg pada orang
normal menimbulkan rasa takut, halusinasi visual,
tremor, hiperrelleksia dan peningkatan aktivitas
4.5. PEMILIHAN SEDIAAN simpatik. Meskalin hanya digunakan dalam pene-
litian untuk menyelidiki keadaan yang menyerupai
Tidak semua penderita depresi memerlukan psikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.
antidepresi. Depresi ringan yang jelas penyebab-
nya biasanya sembuh dengan sendirinya atau
cukup dengan psikoterapi; depresi hebat dengan 5.2. DIETILAMID ASAM LISERGAT
bahaya bunuh diri yang memerlukan perbaikan
cepat, lebih cocok diobati dengan ECT (electro con- Dietilamid asam lisergat (N,N-dietil lisergamida
vulsion therapy); sedang pada depresi endogen atau LSD-25) mempunyai rumus yang menyerupai
pilihan jatuh pada antidepresi trisiklik. Depresi yang ergonovin. Dosis 20-100 mikrogram yang diberikan
menyertai penyakit somatik kronik dan psikoneuro- pada orang normal menimbulkan gejala mirip elek
sis lebih baik diobati dengan klordiazepoksid dan pemberian meskalin, ditambah dengan euforia atau
psikoterapi. disforia, depersonalisasi, perasaan curiga dan silat
Bila pengobatan dengan antidepresi selama agresif. LSD-25 mungkin menyebabkan perangsa-
3-4 minggu tidak memberikan perbaikan klinis maka ngan simpatis di daerah hipotalamus. Bagaimana
pengobatan harus ditinjau kembali dan dipertim- terjadinya halusinasi dan gejala lain belum dapat
bangkan tindakan lain, misalnya ECT atau pem- diterangkan, demikian juga hubungannya dengan
berian penghambat MAO. perubahan biokimia dan larmakologik yang ditim-
Penghentian pengobatan sebaiknya dilaku- bulkan oleh LSD-25. Seperti meskalin, LSD-25 tidak
kan secara bertahap. Pengobatan reaksi depresi digunakan dalam terapi dan diagnostik. Zat ini
pada psikosis memerlukan kombinasi antara anti- hanya digunakan dalam penelitian untuk menim-
bulkan keadaan mirip psikosis.
Antikonvulsi 163

12. ANTIKONVULSI

Hendra Utama dan Vincent H.S.Gan

1. Pendahuluan 2.3. Golongan Oksazolidindion


1.1. Epilepsi 2.4. Golongan Suksinimid
1.2. Mekanisme kerja antiepilepsi 2.5. Karbamazepin
1.3. Kadar antiepilepsi dalam plasma 2.6. Golongan Benzodiazepin
Antiepilepsi 2.8. Asam Valproat
2.1. Golongan Hidantoin 2.9. Antiepilepsilain
2.2. Golongan Barbiturat 3. Prinsip pemilihan obat pada terapi epilepsi

1. PENDAHULUAN disertai gambaran letupan EEG abnormal dan ek-


sesif. Berdasarkan gambaran EEG, epilepsi dapat
dinamakan disritmia serebral yang bersifat parok-
Antikonvulsi digunakan terutama untuk men-
sismal.
cegah dan mengobati bangkitan epilepsi (epileptic
Bangkitan epilepsi merupakan fenomena
seizure). Golongan obat ini lebih tepat dinamakan
klinis yang berkaitan dengan letupan listrik atau
antiepilepsi; sebab obat ini jarang digunakan untuk
depolarisasi abnormal dan eksesif, terjadi di suatu
gejala konvulsi penyakit lain. Bromida, obat per-
fokus dalam otak yang menyebabkan bangkitan
tama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah paroksismal. Fokus ini merupakan neuron epileptik
ditinggalkan karena ditemukannya berbagai anti- yang sensitil terhadap rangsang disebut neuron
epilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbitaldiketa-
epileptik. Neuron inilah yang meniadi sumber
hui memiliki elek antikonvulsi spesifik, yang berarti
bangkitan epilepsi.
elek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung den-
Letupan depolarisasi dapat terjadi di daerah
gan elek hipnotiknya. Di lndonesia lenobarbital ter-
korteks. Penjalaran yang terbatas di daerah korteks
nyata masih digunakan, walaupun di luar negeri akan menimbulkan bangkitan parsial yang dikenal
obat ini mulai banyak ditinggalkan. Fenitoin (difenil- sebagai epilepsi fokal Jackson; sedangkan penja-
hidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan laran yang lebih luas menimbulkan konvulsi umum
obat utama antiepilepsi. Di samping itu karbama- (epilepsi umum; generalized epilepsy). Letupan
zepin yang relatil lebih baru makin banyak diguna- depolarisasi di luar korteks motorik antara lain di
kan, karena dibandingkan dengan lenobarbital pe- korteks sensorik, pusat subkortikal, menimbulkan
ngaruhnya terhadap perubahan tingkah laku mau- gejala aura prakonvulsi antara lain adanya peng-
pun kemampuan kognitil lebih kecil. hiduan bau wangi-wangian, gangguan paroksismal
terhadap kesadaran/kejiwaan; selanjutnya penja-
laran ke daerah korteks motorik menyebabkan kon-
1.1. EPILEPSI vulsi. Berdasarkan tempat asal letupan depolari'
sasi, jenis bangkitan dan penjalaran depolarisasi
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelom- tersebut, dikenal berbagai bentuk epilepsi.
pok gangguan atau penyakit susunan saral pusat
yang timbul spontan dengan episoda singkat (dise- PILAHAN BANGKITAN EPILEPSI
but bangkitan atau selzure); dengan gejala utama
kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini Pemilihan obat untuk terapi masing-masing
biasanya disertai kejang (konvulsi), hiperaktivitas bentuk epilepsi tergantung dari bentuk bangkitan
otonomik, gangguan sensorik atau psikik dan selalu epilepsi secara klinis dan kelainan EEGnya. Tidak
164 Farmakologi dan Terapi

ada satupun pilahan epilepsi yang dapat memuas- Fokus epilepsi dapat tetap tenang selama
kan dan diterima oleh semua ahli penyakit saraf. masa yang cukup panjang, sehingga tidak timbul
Pilahan epilepsi secara internasional tidak banyak gejala apapun; tetapi dalam masa tenang pun de-
membantu sebagai pedoman untuk pembahasan ngan EEG, akan terekam letupan listrik yang bersifat
obat antiepilepsi. Untuk maksud ini digunakan pila- intermiten. Sekalipun letupan depolarisasi yang
han yang lazim dipakai di klinik dan berkaitan erat menyebabkan bangkitan dapat terjadi spontan, ber-
dengan efektivitas obat antiepilepsi. Pada dasar- bagai perubahan lisiologis dapat menjadi pencetus
nya, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu: letupan depolarisasi. Penjalaran letupan
l. Bangkitan umum (epilepsi umum) yang terdiri depolarisasi ke luar daerah fokus, biasanya diham-
dari : bat oleh mekanisme inhibisi normal, tetapi perjalan-
1. Bangkitan tonik-klonik (epilepsi grand mal) an ini dapat diperlancar dengan perubahan fisio-
2. a. Bangkitan lena (epilepsi petit mal atau logis.
absences)
b. Bangkitan lena tidak khas (atypical
absences) 1.2. MEKANISME KERJA ANTIEP]LEPSI
3. Bangkitan mioklonik (epilepsi mioklonik)
4. Bangkitan klonik Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang
5. Bangkitan tonik penting yaitu (1) dengan mencegah timbulnya
6. Bangkitan atonik letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik
7. Bangkitan infantil (spasme infantil) dalam lokus epilepsi; (2) dengan mencegah ter-
jadinya letupan depolarisasi pada neuron normal
ll. Bangkitan parsial atau lokal atau lokal (epilepsi
akibat pengaruh dari fokus epilepsi. Bagian terbesar
parsial atau fokal)
antiepilepsi yang dikenal termasuk dalam golongan
1. Bangkitan parsial sederhana terakhir ini.
2. Bangkitan parsial kompleks Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit
3. Bangkitan parsial yang berkembang menjadi yang dimengerti secara baik. Berbagai obat an-
bangkitan umum misalnya bangkilan tonik- tiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai lungsi
klonik, bangkitan tonik atau bangkitan klonik neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi
saja. sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam meka-
Epilepsi psikomotor atau epilepsi lobus nisme kerja berbagai antiepilepsi.
temporalis merupakan bangkitan parsial
kompleks atau bangkitan parsial yang ber-
kembang menjadi epilepsi umum bila lokus- 1.3. KADAR ANTIEPILEPSI DALAM
nya terletak di lobus temporalis anterior.
PLASMA
lll. Bangkitan lain-lain (tidak termasuk golongan I
atau ll)
Peranan laboratorium farmakologi dalam me-
netapkan kadar obat untuk menunjang pengobatan
MEKANISME TERJADINYA BANGKITAN epilepsi baru dimulai tahun 1971 . Penetapan kadar
EPILEPSI antiepilepsi yang merupakan kegiatan Therapeutic
Drug Monitoring berperan penting dalam individua-
Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan
lisasi dosis antiepilepsi, karena berbagai faktor me-
satu abad yang lalu oleh John Hughlings Jackson,
nyebabkan obatyang diminum menghasilkan kadar
bapak epilepsi modern. Pada lokus epilepsi di kor- yang berbeda antar/inter individu. Perbedaan faktor
teks serebri terjadi letupan yang timbul kadang- genetik dan lisiologik akan mempengaruhi abs6rp-
kadang, secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat; si, distribusi, biotransformasi maupun ekskresi obat.
letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron Pengukuran kadar obat akan membantu dokter
normal disekitarnya terkena pengaruh letupan ter- untuk mengetahui/mendeteksi : (1 ) kepatuhan
sebut. Konsep ini masih tetap dianut dengan bebe- pasien; (2) apakah kadar terapi sudah dicapai den-
rapa perubahan kecil, Adanya letupan depolarisasi gan dosis yang diberikan; (3) apakah peningkatan
abnormal yang menjadi dasar diagnosis diferensial dosis masih dapat dilakukan pada bangkitan yang
epilepsi memang dapat dibuktikan. belum terkendali tanpa menimbulkan efek toksik;
165
Antikonvulsi

(4) besarnya dosis untuk penyesuaian bila terjadi barbiturat, tetapi tidak pada fenitoin. Adanya gugus
interaksi obat, perubahan keadaan fisiologis mau- metil pada atom No akan mengubah spektrum ak-
pun penyakit. tivitas misalnya melenitoin, dan hasil N demetilasi
Manlaat penetapan kadar antiepilepsi dalam oleh enzim mikrosom hati menghasilkan metabolit
darah pasien sudah jelas, yaitu 80 % pasien dapat tidak aktif.
dikendalikan kejangnya dengan antiepilepsi yang FARMAKOLOGI. Fenitoin berelek antikonvulsi tan-
tersedia saat ini, bila obat yang diberikan mem- pa menyebabkan depresi umum SSP. Dosis toksik
berikan kadar terapi optimal' Dengan memantau menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan
kadar antiepilepsi maka dosis dapat diberikan
rigiditas deserebrasi. Sifat antikonvulsi lenitoin di-
secara individual, agar elek loksik dan kegagalan dasarkan pada penghambatan penjalaran rang-
terapi dapat dihindarkan. Fenitoin merupakan salah sang dari lokus ke bagian lain di otak. Efek stabili-
satu antiepilepsi yang kadarnya dalam darah sa' sasi membran sel oleh lenitoin iuga terlihat pada
ngat perlu dipantau, Pada dosis terapi, biotransfor- saraf tepi dan membran sel lainnya yang juga
masi lenitoin mungkin sudah mengalami mudah terpacu misalnya sel sistem konduksi di
kejenuhan sehingga dengan perubahan dosis yang jantung. Fenitoin juga mempengaruhi perpindahan
kecil dapat menimbulkan perubahan kadar yang ion melintasi membran sel;dalam hal ini, khususnya
drastis. dengan menggiatkan pompa Na* neuron.
Monitoring kadar obat dapat memberi pandu- Bangkitan tonik-klonik dan beberapa bangkit-
an penyesuaian dosis tetapi keputusan akhir tetap an parsial dapat pulih secara sempurna. Gejala
berdasarkan observasi klinisnya. Jadi tidak perlu aura sensorik dan geiala prodromal lainnya tidak
meningkatkan dosis yang ternyata dibawah dosis dapat dihilangkan secara sempurna oleh fenitoin.
lerapi bila tidak ada serangan.
FARMAKOKINETIK. Absorpsi lenitoin yang diberi-
kan per oral berlangsung lambat, sesekali tidak
lengkap; 10 % dari dosis oral diekskresi bersama
2. ANTIEPILEPSI tinja dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plas-
ma dicapai dalam 3-12 iam. Bila dosis muatan (/oa-
Obat antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. ding dose) perlu diberikan, 600-800 mg, dalam
Empat golongan antiepilepsi mempunyai rumus dosis terbagi antara 8'12 iam, kadar elektil plasma
dengan inti berbentuk cincin yang mirip satu sama akan tercapai dalam waktu 24 iam. Pemberian
lain yaitu golongan hidantoin, barblturat, ok- lenitoin secara lM, menyebabkan lenitoin mengen-
sazolidindion dan suksinimid. dap di tempat suntikan kira-kira 5 hari, dan absorpsi
Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam val' berlangsung lambat. Fenitoin didistribusi ke ber-
proat memegang peran penting dalam pengobatan bagai jaringan tubuh dalam kadar yang berbeda-
epilepsi; karbamazepin untuk bangkitan parsial se- beda. Setelah suntikan lV, kadar yang terdapat
derhana maupun kompleks, sedangkan asam val' dalam otak, otot skelet dan jaringan lemak lebih
proat terutama uniuk bangkitan lena maupun bang- rendah daripada kadar di dalam hati, ginjal dan
kitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik-klonik. kelenjar ludah.
Obat antiepilepsi dan indikasinya dapat dilihat Pengikatan lenitoin oleh protein, terutama
pada tabel 1 2-1. oleh albumin plasma kira-kira 90 %. Pada orang
sehat, termasuk wanita hamil dan wanita pemakai
obat kontrasepsi oral, lraksi bebas kira-kira 10%;
2.1. GOLONGAN HIDANTOIN sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal'
penyakit hati atau penyakit hepatorenal dan neona'
Dalam golongan hidantoin dikenal tiga senya-
ius traksi bebas rata-rata di atas 15%.Pada pasien
wa antikonvulsi: lenitoin (dlfenilhidantoin), mefeni- epilepsi, lraksi bebas berkisar antara 5,8%-12'6%'
toin dan etotoin dengan lenitoin sebagai prototipe. Fenitoin terikat kuat pada jaringan saral sehingga
Fenitoin adalah obat utama untuk hampir semua kerjanya bertahan lebih lama; tetapi mula keria lebih
,ienis epilepsi, kecuali bangkitan lena. Adanya lambat daripada fenqbarbital. Biotranslormasi ter-
gugus lenil atau aromatik lainnya pada atom Cs utama berlangsung dengan cara hidroksilasi oleh
penting untuk elek pengendalian bangkitan tonik- enzim mikrosom hati. Metabolit utamanya ialah
klonik; sedangkan gugus alkil bertalian dengan efek derivat parahidroksilenil. Biotranslormasi oleh
sedasi, silat yang terdapat pada melenitoin dan
Farmakologi dan Terapi

TAbCI 12-1' OBAT ANTIKONVULSI YANG BEREDAR DI INDONESIA DAN INDIKASI


UTAMANYA

Obat Dosis Kadar terapi Kadarstabil Waktu paruh lndikasi


dalam serum tercapai jam
(Range, (Mean + SD)
ps/ml) (hari) Dewasa Anak

Asam valproat DD : 1.000-3.000 mg/hari 50-1 00 4-7 12+ 6 12a6 PM,GM,M


DA: 15-60 mg/kgBB/hari
Diazepam (A) DD:5-10 mg/kati 0,6 1-4 jam 24-48 43+13
DA : 0,2-0,3 mg/kgB8/hari
Etosuksimid(B) DD : 500 mg/hari 40-1 00 7-10 55+ 5 30+ 6 PM
DA: 250 mg/hari
Fenitoin (C) DD : 3-5 mg/kgBB/hari 7-8
10-20 24+12 20+2 GM,PS,KF
DA :4-8 mg/kgBB/hari
Fenobarbital (D) DD : 1-5 mg/kgBB/hari 10-40 14-2'l 96+12 55+15 GM,KF
DA i 4-7 mg/kgBB/hari
Karbamazepin (E) DD : 600-1.200 mg/hari 4-12 3-4 17!8 14+ 5 GM,PS,KF
DA: 20-30 mg/kgBB/hari
Klonazepam DD : 1,5 mg/hari 0,02-0,08 6 2st5 23+19 PM, M
(max 20 mg/hari)
DA:0,01-0,03 mg/
ksBB/hari
(max 0,25-0,5 mg/hari)
Primidon DD)
) 10-25 mg/kgBB/hari 5-12 4-7 15' 10. GM,PS,KF
DA) 9*.8..

Diazepam dalam penanggulangan epilepsi digunakan untuk mengatasi status


epileptikus, karenanya kadar
stabil dalam darah tak pernah diukur
Dosis dapat dinaikkan setelah 1 minggu bila klinis tak ada perbaikan, umumnya dosis
ditambahkan sebesar
250 mg/hari
c/D Dosis ini merupakan dosis awal, bila kejang belum teratasi, dosis dapat ditingkatkan
sampai timbul gejala tok-
sik ataupun dibantu dengan monitoring kadar obat sampai mencapai kadar tlrapi
E Dosis awal Karbamazepin sebaiknya diberikan rendah, diberikan i kali 200 mg
sehari, selanjutnya dosis
dapat ditingkatkan sesuai dengan keperluan, dianjurkan 3 kali 200 mg sehari
GM - Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal
M = Bangkitan mioklonik atau epilepsi mioklonik
S - Status epileptikus
DA - Dosis anak
DD - Dosis dewasa
KF - Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal
PM - Bangkitan lena atau epilepsi petit mal
PS - Epilepsi psikomotor
* monoterapi
* polifarmasi

enzim mikrosom hati sudah mengalami kejenuhan gus fenil sudah menghilangkan efek antikonvusi-
pada kadar terapi, sehingga peninggian dosis akan nya. Sebagian besar metabolit fenitoin diekskresi
sangat meningkatkan kadar fenitoin dalam serum bersama empedu, kemudian mengalami reabsorpsi
secara tidal proporsional. Oksidasi pada satu gu_ dan biotranslormasi lanfutan dan diekskresi melalui
Antikonvulsi
167

ginjal. Di ginjal, metabolit utamanya mengalami se- tidak terjaga. Pengobatan tidak perlu dihentikan
kresi oleh tubuli, sedangkan bentuk utuhnya meng- pada gangguan gusi; dapat diringankan bila keber-
alami reabsorpsi. sihan mulut dipelihara.
INTERAKSI OBAT. Kadar fenitoin dalam plasma Kulit. Efek samping pada kulit ter)adi pada 2-S%
akan meninggi bila diberikan bersama kloramfeni- pasien, lebih sering pada anak dan remaja yaitu
kol, disulfiram, lNH, simetidin, dikumarol, dan bebe_ berupa ruam morbiliform. Beberapa kasus dlan_
rapa sulfonamid tertentu, karena obat-obat tersebut taranya disertai hiperpireksia, eosinolilia, dan lim_
menghambat biotransformasi fenitoin. Sedangkan ladenopati. Eritema multiform hemoragik sifatnya
sulfisoksazol, lenilbutazon, salisilat dan asam val- lebih berat dan dapat latal, karena itu bila terjadi
proat akan mempengaruhi ikatan protein plasma ruam kulit sebaiknya pemberian obat dihentikan,
fenitoin sehingga meninggikan juga kadarnya dan diteruskan kembali dengan berhati-hati bila ke_
dalam plasma. Teofilin menurunkan kadar fenitoin lainan kulit telah hilang.
bila diberikan bersamaan, diduga karena teofilin Pada wanita muda, pengobatan fenitoin seca_
meningkatkan biotransformasi fenitoin juga mengu_ ra kronik menyebabkan keratosis dan hirsulisme,
rangi absorpsinya. karena meningkatnya aktivitas korteks suprare-
lnteraksi fenitoin dengan fenobarbital dan nalis.
karbamazepin kompleks. Fenitoin akan menurun
kadarnya karena fenobarbital menginduksi enzim Lain-lain. Bila timbul gejala hepatotoksisitas
mikrozom hati, tetapi kadang-kadang kadar fenitoin berupa ikterus atau hepatitis, anemia megaloblastik
dapat meningkat akibat inhibisi kompetitif dalam (antara lain akibat defisiensi folat) atau kelainan
metabolisme. Hal yang sama berlaku untuk kombi_ darah jenis lain, pengobatan perlu dihentikan.
nasi lenitoin dengan karbamazepin. Karena itu tera- Fenitoin bersifat teratogenik. Kemungkinan
pi kombinasi harus dilakukan secara hati-hati, se_ melahirkan bayi dengan cacat kongenital mening-
baiknya diikuti dengan pengukuran kadar obat kat menjadi 3 kali, bila ibunya mendapatkan terapi
dalam plasma. lenitoin selama trimester pertama kehamilan. Cacat
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMptNG. Feniroin se- kongenital yang menonjol ialah keiloskisis dan pala-
bagai obat epilepsi dapat menimbulkan keracunan, toskisis. Pada kehamilan lanjut, fenitoin menyebab-
sekalipun relatif paling aman dari kelompoknya. kan abnormalitas tulang pada neonatus. pengguna-
Gejala keracunan ringan biasanya mempengaruhi an fenitoin pada wanita hamil tetap diteruskan ber-
SSP, saluran cerna, gusi dan kulit; sedangkan yang dasarkan pertimbangan bahwa bangkitan epilepsi
lebih berat mempengaruhi kulit, hati dan sumsum sendiri dapat menyebabkan cacat pada anak se-
tulang. Hirsutisme jarang terjadi, tetapi bagi wanita dang lidak semua ibu yang minum lenitoin men-
muda hal ini dapat sangat mengganggu. dapat anak cacat.
Susunan saraf pusat. Elek samping fenitoin
tersering ialah diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, |ND|KASl. Fenitoin diindikasikan terutama untuk
sukar berbicara (slurred speech) disertai gejala lain, bangkitan tonik- klonik dan bangkitan parsial atau
misalnya lremor, gugup, kantuk, rasa lelah, ganggu- fokal. Banyak ahli penyakit saraf di lndonesia lebih
an mental yang sifatnya berat, ilusi, halusinasi sam- menyukai penggunaan fenobarbital karena fenitoin
pai pslkotik. Defisiensi lolat yang cukup lama meru- memiliki batas keamanan yang sempit; efek sam-
pakan faktor yang turut berperan dalam terjadinya ping dan efek toksik, sekalipun ringan, sifatnya cukup
gangguan mental. Efek samping SSp lebih sering mengganggu terutama pada anak. Fenitoin juga
terjadi dengan dosis melebihi 0,5 g sehari. bermanfaat terhadap bangkitan parsial kompleks.
lndikasi lain fenitoin ialah untuk neuralgia tri-
Saluran cerna dan gusi. Nyeri ulu hati, anoreksia, geminal, dan aritmia jantung. Fenitoin juga diguna-
mual dan muntah, terjadi karena fenitoin bersifat kan pada terapi renjatan listrik (ECT), untuk me-
alkali. Pemberian sesudah makan atau dalam dosis ringankan konvulsinya, dan bermanfaat pula ter-
terbagi, dapat mencegah atau mengurangi ganggu- hadap kelainan ekstrapiramidal iatrogenik.
an saluran cerna.
Proliferasi epitel dan jaringan ikat gusi dapat SEDIAAN DAN POSOLOGI. Fenitoin atau difenil-
terjadi pada penggunaan kronik, dan menyebabkan hidantoin tersedia sebagai garam Na dalam bentuk
hiperplasia pada 20 % pasien. Edema gusi mudah kapsul 100 mg dan tablet kunyah 30 mg untuk
terjadi gingivitis, terutama bila kebersihan mulut pemberian oral, sedangkan sediaan suntik 100 mg/
168 Farmakologi dan Terapi

2 ml. Di samping itu juga tersedia bentuk sirup Sebagai antiepilepsi fenobarbital menekan
dengan takaran 125 mg/5 ml. letupan di lokus epilepsi. Barbiturat menghambal
Harus diperhatikan agar kadar dalam plasma tahap akhir oksidasi mitokrondria, sehingga mengu-
optimal, yaitu berkisar antara 10-20 pg/ml. Kadar di rangi pembentukan foslat berenergi tinggi. Senya-
bawahriya kurang efektil untuk pengendalian kon- wa foslat ini perlu untuk sintesis neurotransmitor
vulsi, sedangkan kadar lebih tinggi hampir selalu misalnya ACh, dan untuk repolarisasi membran sel
disertai gejala toksik. Pada kadar di atas 20 pg/ml neuron setelah depolarisasi.
dapat timbul nistagmus; kadar di atas 30 pg/ml,
menyebabkan ataksia; dan kadar di atas 40 pg/ml
FENOBARBITAL.
disertai letargi. Dosis fenitoin selalu harus disesuai-
kan untuk masing-masing individu; patokan kadar Fenobarbital, asam 5,5-lenil-etil barbiturat,
terapi antara 10-20 pg/ml bukan merupakan angka merupakan senyawa organik pertama yang digu-
mutlak, karena beberapa pasien menunjukkan nakan dalam pengobatan antikonvulsi. Kerjanya
efektivitas fenitoin yang baik pada kadar 8 pg/ membatasi penjalaran aktivitas bangkitan dan
ml, sedangkan pada pasien lain, nistagmus menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital masih
sudah terjadi pada kadar 15 prg/ml. merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup
Untuk pemberian oral, dosis awal untuk elektif, murah. Dosis elektifnya relatil rendah. Elek
dewasa 300 mg, dilanjutkan dengan dosis penun- sedatif, dalam hal ini dianggap sebagai efek sam-
jang antara 300-400 mg, maksimum 600 mg, sehari. ping, dapat diatasi dengan pemberian stimulan
Anak di atas 6 tahun, dosis awal sama dengan dosis sentral tanpa mengurangi efek antikonvulsinya.
dewasa; sedangkan untuk anak dibawah 6 tahun, Dosis dewasa yang biasa digunakan ialah dua
dosis awal 1/3 dosis dewasa; dosis penunjang ialah kali 100 mg sehari. Untuk mengendalikan epilepsi
4-8 mg/kgBB sehari, maksimum 300 mg. Dosis awal disarankan kadar plasma optimal, berkisar antara
dibagi dalam 2-3 kali pemberian. Dosis penunjang 10-40 pg/ml. Kadar plasma di atas 40 pg/ml sering
dapat diberikan sebagai dosis tunggal harian tanpa disertai gejala toksik yang nyata. Penghentian pem-
mengurangi elektivitasnya, karena masa paruh berian lenobarbital harus secara bertahap guna
lenitoin cukup panjang, tetapi pemberian dengan mencegah kemungkinan meningkatnya frekuensi
dosis terbagi akan menghasilkan lluktuasi kadar bangkitan kembali, atau malahan bangkitan status
lenitoin dalam darah yang minimal. epileptikus,
Pasien yang baru pertama kali mendapat feni- lnteraksi lenobarbital dengan obat lain umum-
toin, tidak segera memperoleh elek, karena adanya nya terjadi karena fenobarbital meningkatkan akti-
tenggang waktu (time /ag). Oleh karena itu, terapi vitas enzim mikrosom hati. Kombinasi dengan asam
berulang secara periodik umpamanya pada bang- valproat akan menyebabkan kadar lenobarbital me-
kitan yang berkaitan dengan haid, seyogyanya tidak ningkat 40 %.
menunggu sampai datangnya aura. Untuk meng-
ganti terapi epilepsi dari fenobarbital menjadi PRIMIDON. Primidon, 2-deoksilenobarbital bersilat
lenitoin, penghentian lenobarbital juga harus ber- antikonvulsi mirip lenobarbital. Potensi antikonvul-
angsur-angsur, sebab penghentian secara tiba-tiba sinya lebih lemah sebab oksigen-karbonil bagian
dapat menyebabkan bangkitan berupa status epi- urea diganti dengan hidrogen. Primidon dalam ba-
leptikus yang berbahaya. dan sebagian mengalami oksidasi menjadi lenobar-
bital, sebagian mengalami dekarboksilasi oksidatif
pada atom C2 menjadileniletil malonamid (FEMA)
2.2. GOLONGAN BARBITURAT yang tetap aktif.
Elek samping pada SSP berupa kantuk, at3k-
Di samping sebagai hipnotik-sedatil, golongan sia, pusing, sakit kepala, dan mual. Elek samping
barbiturat elektif sebagai obat antikonvulsi; dan ini biasanya tidak berbahaya dan menghilang den-
yang biasa digunakan adalah barbiturat kerja lama gan sendirinya walaupun pengobatan diteruskan.
(long acting barbiturates). Di sini dibicarakan elek Kelainan kulit yang lebih jarang terjadi berupa ruam
antiepilepsi prototip barbiturat yaitu lenobarbital dan morbililorm, pitting edema. Selain itu dapat terjadi
primidon yang struktur kimianya mirip dengan bar- anoreksia, impotensi, dan aktivasi psikotik, teruta-
biturat. ma pada pasien epilepsi psikomotor. Tidak dilapor-
kan gangguan hati dan ginjal oleh primidon"
Antikonvulsi 169

Leukopenia dan anemia megaloblastik pernah berupa sedasi dan hemeralopia, sedang yang silal-
dilaporkan. nya lebih berat berupa gejala pada kulit, darah,
Hipereaktivitas dapat terjadi dan dapat diku- ginjal, dan hati. Gejala intoksikasi lebih sering timbul
rangi dengan dosis awal rendah. Dosis dewasa pada pengobatan kronik.
dimulai dengan 3 kali 50 mg sehari; kemudian di- Harus diingat bahwa terapi dengan trimeta-
naikkan sampai 0,75 -1 ,5 gram sehari, untuk 3 kali dion dapat menimbulkan bangkltan tonik-klonik,
pemberian. yang pada pasien lertenlu merupakan komponen
Primidon elektil untuk semua bentuk bangkit- bangkitan lain bersama dengan bangkitan lena.
an epilepsi, kecuali bangkitan lena. Efeknya Bangkitan tonik-klonik justru baru timbul setelah
baik untuk bangkitan tonik- klonik yang telah relrak- pengobatan bangkitan lena.
ter terhadap terapi yang lazim, dan lebih efektif lagi Sedasi berat dapat diatasi dengan amletamin
dalam kombinasi dengan lenitoin. Untuk bangkitan tanpa mengurangi efek antiepilepsinya; bahkan se-
parsial kompieks dan bangkitan akinetik minor sekali amfetamin dapat menekan bangkitan lena.
(suatu varian bangkitan lena), primidon merupakan Hemeralopia lebih sering terjadi pada orang dewa-
obat terpilih; sedangkan terhadap bangkitan lena sa daripada anak. Bila terjadi skotoma, pemberian
sendiri efeknya tidak memuaskan. obat harus dihentikan. Gangguan visus dapat pulih
Fenitoin dilaporkan meningkatkan konversi dengan menghentikan obat atau dengan menurun-
primidon menjadi lenobarbital, sebaliknya INH kan dosis.
menghambat konversi primidon menjadi fenobarbi- E{ek samping pada kulit berupa ruam morbi-
taldan FEMA. liform dan kelainan akneform; lebih berat lagi beru-
pa dermatitis eksfoliatif atau eritema multilormis.
Kelainan darah berupa neutropenia ringan, tetapi
2.3. GOLONGAN OKSAZOLIDINDION anemia aplastik dapat bersifat fatal. Gangguan
lungsi ginjal dan hati, berupa sindrom nelrotik dan
hepatitis, dapat menyebabkan kematian.
TRIMETADION.
lNDlKASl. lndikasi utama trimetadion ialah bangkit-
Trimetadion (3,5,5 trimetiloksazolidin 2,4, an lena murni (tidak disertai komponen bangkitan
dion), sekalipun telah terdesak oleh suksinimid, me- bentuk lain). Trimetadion dapat menormalkan gam-
rupakan prototip obat bangkitan lena. Trimetadion baran EEG dan meniadakan kelainan EEG akibat
juga bersifat hipnotik dan analgesik. hiperventilasi maksimal pada 70 % pasien. Bangkit-
an lena yang timbul pada anak, umumnya sembuh
FARMAKODINAMIK. Pada SSP, trimetadion mem- menjelang dewasa.
perkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi Bangkitan lena sering disertai komponen
impuls berurutan dihambat; transmisi impuls satu bangkitan bentuk lain, biasanya bangkitan tonik-
per satu tidak terganggu. Trimetadion memulihkan klonik. Harus diingat bahwa pada terapi bangkitan
pola EEG abnormal pada bangkitan lena. lena dengan trimetadion justru dapat timbul
FARMAKOKINETIK. Trimetadion per oral mudah
bangkitan tonik-klonik, bahkan berupa status epi-
diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusi ke leptikus yang berbahaya. Maka sebaiknya bang-
berbagai cairan badan. Biotransformasi trimetadion
kitan lena diobati dengan kombinasi trimetadion
dengan lenobarbital, primidon atau lenitoin. Dalam
terutama terjadi di hati dengan demetilasi yang
kombinasi dengan trimetadion, efek sedasi lenobar-
menghasilkan didion (5,5, dimetiloksazolidin 2,4
dion atau DMO). Senyawa ini masih aktil terhadap bital dan primidon dapat memberat. Sebaiknya ja-
bangkitan lena, tetapi efek antikonvulsinya lebih ngan dikombinasi dengan mefenitoin, sebab gang-
guan pada darah dapat bertambah berat.
lemah. Pada terapi bangkitan lena mungkin didion
yang mempertahankan elek trimetadion. Ekskresi Penghentian terapi trimetadion harus secara
didion berlangsung lambat sehingga cenderung ter-
bertahap karena bahaya eksaserbasi bangkitan
jadi penumpukkan metabolit pada pengobatan dalam bentuk status epileptikus;demikian pula obat
lain yang telah terlebih dulu diberikan.
kionik.
Trimetadion dikontraindikasikan pada pasien
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING. lntoksikasi anemia, leukopenia, penyakit hati, gin,al dan kelain-
dan efek samping trimetadion yang bersifat ringan an n. opticus.
170 Farmakologi dan Terapi

2.4. GOLONGAN SUKSINIMID Amerika Serikat untuk mengatasi berbagai bang-


kitan kecuali bangkltan lena. Selain mengurangi
Antiepilepsi golongan suksinimid yang digu- kejang, efeknya nyata pada perbaikan psikis yaitu
nakan di klinik adalah etosuksimid, metsuksimid perbaikan kewaspadaan dan perasaan. perbaikan
dan fensuksimid. Berdasarkan penelitian pada psikis diduga berdasarkan pengaruhnya terhadap
hewan, terungkap bahwa spektrum antikonvulsi amigdala karena memberikan hasilyang sama den-
etosuksimid sama dengan trimetadion. Sifat yang gan amigdalatomi bilateral.
menonjol dari etosuksimid dan trimetadion ialah Karbamazepin memperlihatkan efek analge-
mencegah bangkitan konvulsi pentilentetrazol. Eto- sik selektif misalnya pada tabes dorsalis dan neuro-
suksimid, dengan sifat antipentilentetrazol terkuat, pati lainnya yang sukar diatasi dengan analgesik
merupakan obat yang paling selektif terhadap bang- biasa. Atas pertimbangan untung-rugi karbamaze-
kitan lena. pin tidak dianjurkan untuk mengatasi nyeri ringan
yang dapat diatasi dengan analgesik biasa.
ETOSUKSIMID Efek samping karbamazepin cukup sering ter-
jadi, Seperempat dari jumlah pasien yang diobati
Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui mengalami efek samping. Efek samping yang ter-
saluran cerna. Setelah dosis tunggal oral, diper- jadi setelah pemberian obat jangka lama berupa
lukan waktu antara 1-7 jam untuk mencapai kadar pusing, vertigo, ataksia, diplopia, dan penglihatan
puncak dalam plasma. Distribusi merata ke segala
kabur, Frekuensi bangkitan dapat meningkat akibat
jaringan, dan kadar cairan serebrospinal sama den-
dosis berlebih. Efek samping lainnya dapat berupa
gan kadar plasma. Efek samping yang sering tim-
mual, muntah, diskrasia darah yang berat (anemia
bul ialah mual, sakit kepala, kantuk dan ruam kulit.
aplastik, agranulositosis) dan reaksi alergi berupa
Gejala yang lebih berat berupa agranulositosis dan
dermatitis, eosinofilia, limfadenopati, dan spleno-
pansitopenia. Dibandingkan dengan trimetadion,
megali. Steven Johnson relatif sering dilaporkan ter-
etosuksimid lebih jarang menimbulkan diskrasia jadi dengan obat ini sehingga pasien harus diperi-
darah, dan nelrotoksisitas belum pernah dilapor- ngatkan agar segera kembali ke dokter bila timbul
kan; sehingga etosuksimid umumnya lebih disukai vesikel di kulit setelah minum obat ini. Umumnya
daripada trimetadion. penghentian obat dan kortikosteroid dapat meng-
Seperti trimetadion, pada pengobatan dengan atasi efek samping ini. Gejala intoksikasi akut kar-
etosuksimid dapat pula diperlukan pengobatan bamazepin dapat berupa stupor atau koma, pende-
untuk mengatasi bangkitan tonik-klonik. Komponen
rita iritabel, kejang, dan depresi napas. Efek sam-
bangkitan tonik-klonik dapat muncul akibat peng- ping jangka panjang berupa retensi air yang dapat
obatan etosuksimid sehingga pengobatan tambah- menjadi masalah bagi penderita usia lanjut dengan
an diperlukan. gangguan jantung. Pada hewan, obat ini dildporkan
Etosuksimid merupakan obat terpilih untuk bersifat teratogenik dan karsinogenik. Pada manu-
bangkitan lena. Terhadap bangkitan lena pada sia kedua efek ini perlu diselidiki lebih lanjut.
anak, efektivitas etosuksimid sama dengan trimeta- Karena potensinya untuk menimbulkan efek
dion; 50-70 % pasien dapat dikendalikan bangkitan-
samping sangat luas, maka pada pengobatan de-
nya. Obat ini juga efektif pada bangkitan mioklonik ngan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai
dan bangkitan akinetik. Etosuksimid tidak efektif basal dari darah dan melakukan pemeriksaan
untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan ulangan selama pengobatan.
tonik-klonik umum atau pasien kejang dengan keru- Fenobarbital dan lenitoin dapat meningkatkan
sakan organik otak yang berat. kadar karbamazepin, dan biotransformasi karbama-
zepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi pri-
midon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karba-
2.5. KARBAMAZEPIN mazepin, sedangkan pemberian karbamazepin ber-
sama asam valproat akan menurunkan kadar asam
Karbamazepin pertama-tama digunakan valproat.
untuk pengobatan trigeminal neuralgia, kemudian
lernyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan POSOLOGI. Dosis anak di bawah 6 tahun, 100 mg
parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik, Saat sehari; 6-12 tahun, 2 kali 100 mg sehari. Dosis
ini, karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di dewasa:dosis awal 2kali200 mg hari pertama, se-
Antikonvulsi
171

lanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis


Efek samping berat dan berbahaya yang me-
penunjang berkisar antara B0O_1200 mg sehari nyertai penggunaan diazepam lV ialah obstruksi
untuk dewasa atau 20-30 mg/kgBB untuk anak. saluran nafas oleh lidah, akibat relaksasi otot. Di
Dengan dosis i.ni umumnya lercapai kadar lerapr
samping ini dapat terjadi depresi napas sampai
dalam serum 6-8 pg/ml.
henti napas, hipotensi, henti jantung dan kantuk.

KLONAZEPAM
2.5. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Klonazepam merupakan benzodiazepin den_
Di samping sebagai antiansietas, sebagian gan masa kerja panjang. penggunaannya tersendiri
golongan obat benzodiazepin bermanfaat sebagai atau sebagai tambahan bersama antiepilepsi lain,
antikonvulsi, khususnya untuk epilepsi. Diazepam untuk terapi bangkitan mioklonik, bangkitan
dapat dianggap sebagai prototip benzodiazepin di_ akinetik, dan spasme infantil.
bahas lebih luas dalam Bab 10 dan .l 1. Klonazepam ialah obat alternatif suksinimid
Khasiat benzodiazepin lebih nyata terhadap untuk terapi bangkitan lena. Manfaat terhadap
konvulsi pentilentetrazol daripada konvulsi renjatan status epileptikus telah terbukti, lapi pilihan utama
listrik maksimal. Cara kerja benzodiazepin dibahas dalam hal ini masih tetap diazepam.
pada Bab 10. Diazepam lV merupakan obat terpilih Efek samping yang tersering ialah kantuk,
untuk status epileptikus; dipihak lain, peranan pem_ ataksia dan gangguan kepribadian. Dosis awal 1,5
berian per oral dalam terapi epilepsi belum dapat mg sehari, dibagi untuk tiga kali pemberian. Jika
disimpulkan secara konklusif .
diperlukan, dosis dinaikkan 0,5_1 mg setiap tiga
hari; tetapi tidak melebihi 20 mg sehari. Dosis anak
sampai 10 tahun atau BB 30 kg, adalah 0,01-0,03
DIAZEPAM mg/kgBB sehari, diberikan terbagi. peningkatan
dosis harian adalah 0,25-0,5 mg setiap 3 hari. Dosis
Diazepam terutama digunakan untuk terapi penunjang yang lazim : 0,1-0,2 mg/kgBB sehari.
konvulsi rekuren, misalnya status epileptikus. Obat Toleransi dapat terjadi terhadap etek antiepilep-
ini juga bermanfaat untuk terapi bangkitan parsial sinya, sehingga efeknya hilang walaupun diberikan
sederhana misalnya bangkitan klonik fokal dan hip- dosis besar, biasanya terjadi setelah 1_6 bulan pe_
saritmia yang refrakter terhadap terapi lazim. Diaze- ngobatan.
pam dapat efektif pada bangkitan lena karena
me_
nekan 3 gelombang paku dan ombak yang terjadi
dalam satu detik. NITRAZEPAM
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus,
disuntikkan 5-20 mg diazepam lV secara lambat. Nitrazepam dapat dimanfaatkan untuk me_
Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan teng_ ngendalikan hipsaritmia, spasme infantil dan bang_
gang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. kitan mioklonik. Malahan ada yang berpendapat
Diazepam dapat mengendalikan g0_90 Zo pasien nitrazepam paling efektif terhadap bangkitan mio_
bangkitan rekuren. pemberian per rektal dengan klonik. Dosis yang biasa digunakan 1 ,g/tgeg,"_
dosis 0,5 mg atau 1 mg/kg BB diazepam untuk bayi hari. Dengan dosis ini dapat dikendalikan 50 % dari
dan anak di bawah j 1 tahun dapat menghasilkan pasien spasme infantil. Nitrazepam secara spesifik
kadar 500 prg/ml dalam waktu 2-6 menit. Bagi anak bermanfaat untuk terapi jenis bangkitan tersebut di
yang lebih besar dan orang dewasa pemberian atas, bentuk bangkitan yang sebelumnya diobati
rektal tidak bermanfaat untuk mengatasi keadaan dengan ACTH atau prednison dan kortikosteroid
kejang akut, karena kadar puncak lambat lercapai
lain tetapi hasilnya kurang memuaskan. Tetapi se_
dan kadar plasmanya rendah. Walaupun diazepam
baliknya obat ini dapat menceluskan (triggered)
telah sering digunakan untuk mengatasi konvulsi
bangkitan tonik-klonik, sehingga diperlukan tam_
rekuren, belum dapat dipastikan kelebihan man_
bahan antikonvulsi lain. Bangkitan lena juga dapat
faatnya dibandingkan obat lain, seperti barbiturat
bertambah berat bila diberikan nitrazepam.
atau anestetik umum; untuk ini masih diperlukan
suatu uji terkendali perbandingan efektivitas. Selain pencetusan bangkitan tonik-klonik atau
memberatnya bangkitan lena, efek samping yang
172
Farmakologi dan Terapi

paling mengganggu adalah hipersekresi lendir Valproat telah diakui efektivitasnya sebagai
saluran napas. Gangguan terhadap SSp terutama obat untuk bangkitan lena, tetapi bukan merupakan
berupa gejala letargi dan ataksia. obat terpllih karena elek toksiknya terhadap hati.
Valproat juga efektif untuk bangkitan mioklonik dan
ban gkitan tonik-klonik.

2.7. ASAM VALPROAT Asam valproat akan meningkatkan kadar


lenobarbital 40oh karena terjadi penghambatan hi-
droksilasi fenobarbital. Sedangkan interaksinya
Valproat (dipropilasetat, atau 2 propilpen_ dengan fenitoin terjadi melalui mekanisme yang
tanoat) terutama efektif untuk terapi epilepsi umum, lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan
dan kurang efektif terhadap epilepsi fokal. Valproat turun, karena biotranslormasi yang meningkat dan
menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat pergeseran lenitoin dari ikatan protein plasma,
membran neuron, akibat peningkatan daya konduk- sedangkan lenitoin bebas dalam darah mungkin
si membran untuk kalium. Efek antikonvulsi valproat tidak dipengaruhi. Kombinasi asam valproat de-
didasarkan meningkatnya kadar asam gama ami- ngan klonazepam dihubungkan dengan timbulnya
nobutirat (cABA) didalam otak. status epileptikus bangkitan lena.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorpsi
dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1-3
jam. Dengan masa paruh 8-1 0 jam, kadar darah 2.8. ANTIEPILEPSI LAIN
stabil setelah 48 jam terapi. Jika diberikan dalam
bentuk amida, depamida, kadar valproat dalam
serum sepadan dengan pemberian dalam bentuk FENASEMID
asam valproat, tetapi masa paruhnya lebih panjang
yaitu 15 jam. Biotransformasi depamida menjadi Fenasemid, suatu derival asetilurea, merupa-
valproat berlangsung in vivo, tetapi jika dicampur kan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi tidak
dengan plasma in vitro perubahan tidak terjadi. Kira- berbentuk cincin. Efeknya baik bila digunakan ter-
kira70% dari dosis valproat diekskresi di urin dalam hadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena, dan
24 jam. bangkitan parsial kompleks.
Toksisitas valproat berupa gangguan saluran
FARMAKODINAMIK. Fenasemid memiliki antikon-
cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan alopesia.
vulsi yang berspektrum luas, Mekanisme kerjafena-
Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual, semid ialah dengan peningkatan ambang rangsang
dan muntah terjadi pada 16 % kasus. Elek terhadap lokus serebral, sehingga hipereksitabilitas dan
SSP berupa kantuk, ataksia, dan tremor, menghi- letupan abnormal neuron sebagai akibat rangsang
lang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati beruntun dapat ditekan oleh lenasemid.
berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan Pada saral tepi, hipereksitabilitas oleh rang-
sesekali terjadi nekrosis hati yang sering berakibat sang beruntun atau hipokalsemia juga dapat dite-
fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah dilaporkan kan oleh fenasemid. Sifat ini sama dengan antikon-
akibat penggunaan obat ini. Dari suatu uji klinik vulsi lain yang memiliki gugus fenil; umpamanya
terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya dif enilhidantoin.
menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas.
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMptNG. Fenasemid
Terlalu dini untuk mengatakan bahwa obat ini aman
merupakan obat toksik. Efek samping tersering
dipakai karena penggunaan masih terbatas.
adalah psikosis. Elek samping yang mungkin fatal
Valproat efektil terhadap epilepsi umum se-
adalah nekrosis hati, anemia aplastik dan neutro-
perti bangkitan lena, bangkitan tonik-klonik, dan
penia.
epilepsi parsial misalnya bangkitan parsial kom-
pleks; sedangkan terhadap epilepsi lokal lain efekti- lNDlKASl. Fenasemid efektil terhadap bangkitan
vitasnya kurang memuaskan. Terapi dimulai den- tonik-klonik, bangkitan lena, dan bangkitan parsial
gan dosis 3 kali 200 mg/hari; jika perlu, setelah 3 kompleks. lndikasi utama lenasemid ialah untuk
hari dosis dinaikkan menjadi 3 kali 400 mg/hari. terapi bangkitan parsial kompleks, dengan syarat
Dosis harian lazim, berkisar 0,8-1 ,4 g. Dosis anak obat lain bersilat refrakter. Fenasemid efektif pada
yang disarankan berkisar 20-30 mg/kgBB sehari. kira- kira 50% pasien golongan ini.
Antikonvulsi 173

Karena efek kantuk jarang ada, fenasemid Dalam menggunakan antiepilesi yang elektif,
sering dikombinasi dengan lenobarbital. Tetapi diagnosis bangkitan harus tepat agar dapat dipilih
untuk bangkitan parsial kompleks, yang terbaik obat tunggal yang paling sesuai untuk jenis bangkit-
adalah kombinasi dengan fenitoin. Kombinasi de- annya. Pasien perlu berobat secara teratur. Pasien
ngan ahtikonvulsi lain memungkinkan intoksikasi atau keluarganya sangat dianjurkan untuk mem-
yang lebih berat. buat catatan mengenai waktu datangnya bangkitan.
Selain terhadap bangkitan parsial kompleks, Pemeriksaan neurologik, disertai EEG perlu dilaku-
fenasemid dapat juga bermanfaat untuk terapi kan secara berkala. Di samping ini perlu berbagai
bangkitan tonik-klonik dalam kombinasi dengan pemeriksaan lain untuk mendeteksi timbulnya elek
bangkitan lena, dan terhadap bangkitan lena tidak samping sedini mungkin yang dapat merugikan,
khas. antara lain pemeriksaan darah, kimia darah mau-
Dosis untuk orang dewasa ialah 1,5-5,0 g se- pun kadar obat dalam darah. Dengan memperhati-
hari; sedangkan untuk anak yang berumur antara kan semua ini umumnya pasien dapat bebas bang-
5-'l 0 tahun hasilnya sudah memuaskan dengan 1/2 kitan, bahkan dapat tidak memerlukan obat; atau
dosis orang dewasa. Fenasemid sampai saat ini dengan perkataan lain, pasien dapat dinyatakan
belum pernah dipasarkan di lndonesia. sembuh. Kemungkinan ini lebih besar pada pasien
usia muda.
PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE Untuk mencapai hasil terapi yang optimal
perlu diperhatikan hal berikut ini. Pengobatan awal
Asetazolamid, suatu penghambat karbonik harus dimulai dengan obat tunggal. Obat perlu di-
anhidrase sebagai suatu diuretik akan menyebab- mulai dengan dosis kecil dan dinaikkan secara ber-
kan asidosis ringan akibat kehilangan natrium dan tahap sampai efek terapi tercapai atau timbul elek
kalium. Mekanisme kerja sebagai antiepilepsi tidak samping yang tidak dapat ditoleransi lagi oleh
bergantung pada elek diuresis atau asidosis meta- pasien. lnterval penyesuaian dosis tergantung dari
bolik yang dapat ditimbulkan asetazolamid. Pada obat yang digunakan. Sebelum penggunaan obat
sel otak asetazolamid berefek menstabilkan inlluks kedua sebagai pengganti, bila fasilitas laboratorium
Na yang patologik, sifat yang menjadi dasar efek memungkinkan, sebaiknya kadar obat dalam plas-
antikonvulsinya. Obat ini berguna untuk mengatasi ma diukur. Bila obat telah melebihi kadar terapi
bangkitan lena dan bangkitan tonik-klonik yang sedangkan efek terapi belum tercapai atau elek
bangkitannya berhubungan dengan siklus mens- toksik telah muncul maka penggunaan obat peng-
truasi. Efek asetazolamid bersifat sementara kare- ganti merupakan suatu keharusan. Obat pertama
na toleransi cepat terjadi. Dosis dewasa 5-1 5 mg/ harus diturunkan secara bertahap untuk menghin-
kgBB sehari sedangkan untuk anak : 12-25 mgl darkan status epileptikus. Bilamana dianggap perlu
kgBB sehari. terapi kombinasi masih dibenarkan. Kegagalan
terapi epilepsi paling sering disebabkan oleh keti-
dakpatuhan pasien. Dalam menanggulangi epilepsi
pasien perlu membuat catatan mengenai penyakit-
3. PRINSIP PEMILIHAN OBAT PADA nya, kunjungan teratur pada awal pengobatan
TERAPI EPILEPSI merupakan suatu keharusan untuk mendeteksi efek
samping maupun efek toksik yang biasanya terjadi
pada awal terapi. Pada pengobatan jangka panjang
Tujuan pokok terapi epilepsi adalah membe-
perlu dilakukan pemeriksaan EEG ulangan maupun
baskan pasien dari bangkitan epilepsi, tanpa meng-
pemeriksaan neurologis. Pemilihan obat dalam te-
ganggu fungsi normal SSP agar pasien dapat me-
rapi antiepilepsi didasarkan pada bentuk bangkitan
nunaikan tugasnya tanpa gangguan. Terapi dapat
dan gambaran EEG. Sebaiknya dipilih obat pilihan
dijalankan dengan berbagai cara, dan sebaiknya
utama yang sesuai dengan bentuk epilepsinya. An-
dengan memperhatikan pedoman berikut: (1) mela- tiepilepsi yang efektivitasnya belum mapan sebaik-
kukan pengobatan kausal kalau pedu dengan pem- nya tidak digunakan dalam praktek umum, tetapi
bedahan; umpamanya pada tumor serebri; (2) diserahkan penggunaannya kepada para ahli, guna
menghindari laktor pencetus sualu bangkitan, um- memastikan nilai manfaat yang sebenarnya.
pamanya minum alkohol, emosi, kelelahan fisik Untuk mendapatkan efek terapi secepatnya,
maupun mental; dan (3) penggunaan antikonvulsi/ pada keadaan kejang yang hebat dapat diberikan
antiepilepsi. dosis awal yang tinggi. Tetapi pada umumnya terapi
't74 Farmakologi dan Terapi

justru dimulai dengan dosis awal rendah untuk me- dan merupakan obat pilihan utama untuk bangkitan
nekan kejadian elek samping yang berkaitan den- ini.
gan besarnya dosis. Serangan diensefalik (bangkitan lena tidak
Tidak jarang terjadi kegagalan terapi akibat (1 ) khas dan hipsaritmia) berhasil diobati dengan terapi
tidak tepatnya diagnosis bentuk epilepsi; (2) tidak kombinasi fenitoin dan fenobarbital; tetapi diper-
tepatnya pilihan obat dan dosis yang digunakan; (3) lukan dosis lebih tinggi. Untuk hipsaritmia yang
terlalu sering mengganti obat tanpa memberi waktu refrakter, dapat ditambahkan ACTH ataupun adre-
cukup untuk peralihan keadaan penyakit setelah nokortikosteroid.
tiap kali tercapai taral mantap kadar obat dalam Pada status epileptikus diperlukan efek obat
darah; (4) gagal memanlaatkan sepenuhnya kele- yang cepat, Diazepam merupakan obat pilihan
bihan terapi kombinasi; (5) kurang memperhatikan utama; lenobarbital juga sangat efektif, di samping
aspek yang berkaitan dengan penyakit dan peng- anestetik yang menguap atau depresan sentral lain-
obatan; dan (6) ketidakpatuhan penderita. nya. Dalam hal ini, fenitoin kurang cepat mem-
Fenitoin dan karbamazepin merupakan obat berikan efek, sekalipun diberikan lV. Fenitoin digu-
pilihan utama untuk terapi epilepsi, kecuali terhadap nakan setelah keadaan dapat dikuasai, dan biasa-
bangkitan lena, tetapi fenobarbital lebih banyak dan nya diperlukan dosis tinggi serta pemberian jangka
lebih sering digunakan, mungkin didasarkan pada panjang.
batas keamanan obat yang lebar serta harga yang Pada kejang nonepileptik, terapi terutama di-
murah. Terhadap bangkitan tonik-klonik, manfaat lujukan terhadap penyebabnya misalnya demam,
lenitoin sedikit melebihi fenobarbital; 60-65% dari infeksi, dan gangguan metabolik.
pasien dapat dibebaskan dari bangkitan, dan pada Dua keadaan khusus yang perlu dikemuka-
20 % lainnya berkurang frekuensi dan kekuatan kan, berkaitan dengan kejang nonepileptik adalah :
bangkitannya. (1) defisiensi piridoksin kongenital dengan kejang
Kombinasi beberapa obat sesekali diperlukan. umum, mungkin juga mioklonik; dan (2) kejang se-
Kombinasi yang paling disukai untuk bangkitan bagai geiala putus obat, antara lain barbiturat,
tonik-klonik adalah lenitoin dengan lenobarbital, alkohol, sedatif tertentu lainnya. Dengan diagnosis
yang masing-masing dapat diberikan dalam dosis tepat, jelas terapi yang tepat untuk yang disebut
penuh, bila diperlukan, karena toksisitasnya ber- terdahulu ialah piridoksin. Untuk kejang akibat
beda. Gejala yang tidak teralasi dengan fenitoin putus obat, yang pada dasarnya merupakan gejala
dapat diatasi oleh fenobarbital, antara lain aura, ketergantungan, substitusi dengan fenobarbital
disritmia EEG lokal. Respons bangkitan fokal korti- untuk kemudian dikurangi dosisnya secara berta-
kal, baik bentuk motorik maupun sensorik, terhadap hap dapal membantu mencegah timbulnya kejang.
lenitoin pada umumnya sama seperti bangkitan Efektivitas diazepam dalam hal ini masih perlu di-
tonik- klonik. Tetapi kombinasi inijuga dapat mem- konfirmasikanlebih lanjut; sedangkan fenitoin
bawa kerugian yaitu terjadinya interaksi obat yang belum terbukti, sekalipun cukup sering digunakan.
menyebabkan bangkitan epilepsi tidak teratasi. Hal
ini dapat diatasi bila dilakukan pemantauan kadar KEJANG DEMAM. Kejang yang terjadi pada anak-
obat dalam darah. anak usia 5 bulan-S tahun yang mengalami demam,
Bangkitan fokus lobus temporalis bagian tanpa disertai infeksi intrakranial serta tidak ditemu-
anterior, biasanya berbentuk bangkitan parsial kan penyebab kejang lain. Pengobatan profilaksis
kompleks atau suatu kompleks bangkitan psikik secara rutin tidak dianjurkan kecuali disertai gang-
lainnya, dan bersifat lebih relrakter terhadap pengo- guan berikut ini : (1) gejala neurologik yang abnor-
batan. Fenitoin, karbamazepin, dan asam valproat mal misalnya serebral palsi, mental retardasi, mi-
merupakan obat yang sama elektif. Dimulai sebagai krosefali; (2) bila kejang demam terakhir berlang-
obat tunggal, bila gagal dapat dilakukan terapi kom- sung lebih dari 15 menit atau disertai gejala neuro-
binasi, Fenobarbital jarang sekali efektif, Pembe- logik; (3) bila ada riwayat kejang pada orang tuanya
dahan menyingkirkan ujung (fps) anterior lobus atau keluarga; (4) anak dengan gejala kejang yang
temporalis dipedukan pada beberapa pasien. rekuren; (5) bila anak dirawat untuk suatu kegawat-
Untuk bangkitan lena, etosuksimid adalah an. Fenobarbital atau asam valproat merupakan
obat pilihan utama; untuk komponen bangkitan obat pilihan yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2
tonik-klonikdapat diberikan fenobarbital atau tahun setelah kejang terakhir. Profilaksis kejang
lenitoin. Asam valproat adalah obat lainnya untuk demam lainnya yang dianjurkan ialah pemberian
bangkitan lena, obat ini sudah beredar di lndonesia diazepam per rektal sewaktu kejang.
Obat Ponyakit Parkinson dan Pelemas Otot 175

13. OBAT PENYAKIT PARKINSON DAN PELEMAS OTOT


YANG BEKERJA SENTRAL
Vincent H.S. Gan dan Sulistia Gan

1. Obat Penyakit Parkinson :l .6. Pemilihan obat Parkinson


1.1. Pendahuluan 2. Pelemas otot yang bekerja sentral
1.2. Dopaminergik sentral 2,1. Melenesin
1.3. Antikolinergik 2.2. Pelemas otot lainnya yang bekerja sentral
1 .4. Dopamino-antikolinergik 2.3. Status terapeutik
1.5. Penghambat MAO-B

Pelemas otot (musc/e relaxant) yang bekerja pasien, misalnya menyuap makanan, mengancing-
sentral dan obat penyakit Parkinson dibicarakan kan baju dan menulis. Akibat gejala ini pasien sa-
dalam bab yang sama karena kedua kelompok obat ngat bergantung pada bantuan orang lain dalam
ini mempengaruhi tonus otot berdasarkan kerja kegiatan hidupnya sehari-hari, Di samping gejala
pada susunan saral pusat (SSP). Pada mulanya utama tersebut, sering ditemukan gangguan sistem
diduga bahwa pelemas otot yang bekerja sentral otonom berupa sialorea, seborea, hiperhidrosis.
bermanlaat untuk mengatasi gejala penyakit Tiga puluh persen kasus juga menderita demensia.
Parkinson, tetapi ternyata hasilnya mengecewakan. Berdasarkan etiologinya dikenal 3 jenis pe-
Ditinjau dari status terapeutik kedudukannya nyakit Parkinson yaitu (1) parkinsonisme pasca-
sangat berbeda pada saat ini. Obat penyakit Parkin' enselalitis; (2) parkinsonisme akibat obat; dan (3)
son merupakan kelompok obat yang sangat penting parkinsonisme idioPatik.
untuk mengatasi gejala penyakit Parkinson se- Berdasarkan gejala klinik Lonis Herzberg me-
hingga merupakan obat yang esensial di klinik. Se- ngemukakan 5 tahaP Penyakit :
baliknya pelemas otot yang bekerja sentral lebih
merupakan kelompok obat usang (obso/efe) yang Tahap 1. Gejala begitu ringan sehingga'pasien
indikasinya kabur karena sebagai pelemas otot tidak merasa terganggu. Hanya seorang ahli akan
kelompok obat ini telah terdesak oleh obat lain yang mendeteksi gejala dini penyakit ini.
kerjanya lebih spesilik, misalnya suksinilkolin dan
Tahap 2. Gejala ringan dan mulai sedikit meng-
diazepam suatu antiansietas yang memperlihatkan ganggu. Biasanya berupa tremor ringan, bersifat
elek relaksasi otot yang lebih kuat.
variabel dan hilang timbul, Pasien merasa adayang
tidak beres seakan-akan'tangannya tidak lagi me-
nurut perintah", sehingga gelas dan barang lain
1. OBAT PENYAKIT PARKINSON lepas dari tangannya.
Tahap 3. Gejala bertambah berat. Pasien sqngat
1.1. PENDAHULUAN terganggu dan gangguan bertambah dari hari ke
hari. Banyak pasien dengan bradikinetik berat tidak
'
Penyakit Parkinson (paralisis agitans) meru- mengalami tremor sedangkan lebih sedikit pasien
pakan suatu sindrom dengan gejala utama berupa dengan tremor tidak mengalami bradikinesia. Volu-
trias gangguan neuromuskular: tremor, rigiditas, me suara melemah dan menjadi monoton, wajah
akinesia (hipokinesia) disertai kelainan postur tubuh bagai topeng, disertai tremor dan rigiditas. Jalan
dan gaya berjalan. Gerakan halus yang memer' dengan langkah kecil dan kecenderungan terjatuh
lukan koordinasi keria otot skelet sukar dilakukan mencolok pada tahap ini'
176 Farmakologi dan Tarapi

Tahap 4. Tidak mampu lagi berdiri tegak, kepala, genesis penyakit Parkinson lebih diperkuat lagiden-
leher dan bahu jatuh ke depan. lni merupakan pos- gan kenyataan berikut (1) gejala utama penyakit ini
tur khas penyakit Parkinson. Pada tahap ini umum- (akinesia, rigiditas, tremor) hanya muncul bila
nya pasien juga mengalami efek samping levodopa penurunan kadar DA di striatum demikian besarnya
yang. mengganggu karena dosis yang diperlukan sampai mencapai suatu nilai kritis; (2) beratnya
cukup besar. Menlal pasien saat inijuga memburuk. gejala berhubungan erat dengan derajat delisiensi
Harus cermal membedakan memberatnya penyakit DA di striatum; (3) terdapatnya peningkatan sensiti-
dan elek samping levodopa. vitas jaringan striatum terhadap DA (supersensitivi-
tas reseptor dopaminergik). Didasarkan pada peran
Tahap 5. Memburuknya gejala terjadi terutama se-
komponen dopaminergik, penyakit ini dinamakan
waktu kadar levodopa menurun tetapi elek samping
juga sindrom defisiensi dopamin striatum (stiatat
tidak memungkinkan penambahan obat. pada
dopamine deficiency syndrome). Terapi penyakit
tahap ini pengendalian penyakit sangat sulit dan
Parkinson dilakukan dengan manipulasi baik ter-
menimbulkan kepulusasaan baik pada pasien mau-
hadap komponen dopaminergik, maupun terhadap
pun keluarga.
komponen kolinergik. Kemungkinan adanya peran-
Secara patofisiologik diketahui bahwa pada an neuro-humoral lain, tidak dapat dikesampingkan.
penyakit Parkinson terjadi gangguan keseimba-
Etiologi penyakit Parkinson sampai saat ini
ngan neuro-humoral di ganglia basal, khususnya tidak jelas. Dahulu disangka bahwa banyak dian-
traktus nigrostriatum dalam sistem ekstrapira- taranya merupakan gejala sisa penyakit ensefatitis
midal. von Economo yang merupakan pandemi di tahun
Konsep yang merupakan suatu penyederha- 20-an. lnsidensnya yang lidak menurun dalam 20
naan tetapi sangat berguna mengenai penyakit tahun ini tidak menyokong dugaan tersebut. Faktor
Parkinson ialah pendapat bahwa di traktus nigro- genetik agaknya juga tidak begitu berperan. Kenya-
striatum, yang mengatur lungsi gerakan halus perlu taan lersebut telah mendorong dilakukannya pene-
ada keseimbangan antara komponen kolinergik litian ke lingkungan, dalam mencari etiologi penya-
yang merangsang dan komponen dopaminergik kit. Walaupun laktor etiologi tidak ditemukan pada
yang menghambat. Gangguan keseimbangan ter- mayoritas kasus,.telah ditemukan suatu toksin yang
sebut ke arah dominasi komponen kolinergik, akan dihubungkan dengan terjadinya penyakit parkinson
menimbulkan sindrom parkinsonisme. Disproporsi pada mereka yang terpajan. Toksin tersebut ialah
lungsional antara kedua komponen tersebut dapat MPTP (N-metil-4-lenil-1,2,3,6-rerrahidropiridin). Se-
disebabkan oleh meningkatnya lungsi komponen nyawa ini ialah suatu senyawa komersial untuk
kolinergik, yang tidak dapat diimbangi oleh kom- sintesis organik yang secara eksperimental pada
ponen dopaminergik; atau sebaliknya, komponen primata menyebabkan sindrom serupa penyakit
dopaminergik yang melemah. pada penyakit Parkinson. Dugaan bahwa MPTP merupakan etio-
Parkinson terdapat kerusakan pada traktus nigro- logi penyakit Parkinson diperkuat oleh 2 fakta :
striatum. Traktus ini bersilat dopaminergik. Oleh Berhasil dikembangkannya model penyakit parkin-
karena itu, keseimbangan kedua komponen ter- son pada hewan, dan obseruasi teriadinya Parkin-
sebut terganggu ke arah dominasi kolinergik. sonisme yang menetap pada pasien adiksi dan
Peranan komponen kolinergik diketahui dari seorang ahli kimia yang terpajan terhadap zat terse-
pengalaman Charcot, yang pada tahun 1867 meng- but (sebagai kontaminan meperidin ilegaldi Califor-
anjurkan penggunaan atropin untuk terapi penyakit nia). Parkinsonisme akibat MPTP serupa dengan
ini. Sebaliknya, gejala penyakit dapat diperberat parkinsonisme idiopatik dari segi patologik maupun
oleh lisostigmin; tetapi tldak oleh antikolinesterase biokimiawi dan memberikan respons baik terhadap
amonium kuaterner yang tidak melewati sawar levodopa. Diduga zat mirip MPTP tersebar luas di
darah-otak. lingkungan dan pajanan berulang terhadap zat ler-
Klorpromazin dan turunan lenotiazin lainnya, sebut dalam jumlah kecil ditambah proses ketuaan
butirofenon, serta reserpin dapat menimbulkan par- menyebabkan terjadinya parkinsonisme. Kemudian
kinsonisme. Obat ini dapat menimbulkan deplesi diketahui bahwa yang bersifat toksik bukan MpTp
amin-biogenik, antara lain deplesidopamin (DA) di sendiri tetapi metabolitnya ion 1-metil-4-tenil pipe-
striatum serta blokade reseptor dopaminergik. ridin (MPP'). Reaksi inimembutuhkan aktivasi oleh
Parkinsonisme, dengan etiologi apapun, menunjuk- MAO-B (Mono-aminoksidase B).
kan adanya delisiensi DA di korpus striatum. Bukti Hipotesis lain ialah mengenai radikal bebas
bahwa DA mbmegang peranan utama dalam pato- yang diduga mendasari banyak penyakit dege-
Obat Penyakit parkinson dan petemas Otot
177

neratif termasuk penyakit parkinson. lni disokong


dengan ditemukannya penimbunan Fe di substan_ 1.2. OBAT DOPAMINERGIK SENTRAL
sia nigra. Ferum meningkatkan produksi radikal
hidroksil. LEVODOPA
BerdAsarkan konsep keseimbangan kompo_
Substitusi defisiensi DA_striatum tidak dapat
nen dopaminergik-kolinergik, kemoter;pi penyakit
dilakukan dengan pemberian DA, sebab DA tidak
Parkinson dapat dilakukan dengan Oua cara yaitu
melintasi sawar darah-otak. Dengan dilaporkannya
dengan obat yang bersifat dopaminergik sentr"iO"n
hasil terapi parkinsonisme dengan dopa-rasemik
dengan obat yang berefek antikoline-rgik
,"ntr"t. oleh Cotzias dkk (1976), pengobatan klinik penyakit
Selain itu, dikembangkan pengh-mbat MAO_
Parkinson memasuki babak baru. Kemudian'ter-
B berdasarkan konsep pengurangan pembentukan
nyata bahwa penggunaan dopa_rasemik banyak
zat radikal bebas. pilahan obat paikinson dapar
menimbulkan efek samping yang mengganggu.
dilihat pada Tabel 13-1.
Levodopa, sebagai isomer aktil l;bih
Tabel 13-1. PTLAHAN OBAT pENyAKtT PAKINSON kurang toksik. "i"itit'oan
FARMAKOKINETIK. Levodopa cepat diabsorpsi
l. Obat Dopaminergik Sentral secara aktil terutama dari usus halus. Kecepatan
A. Levodopa
absorpsi sangat tergantung dari kecepatan pe,
B. Bromokriptin
C. Perangsang SSp : dekstroamfetamin, ngosongan lambung. yang mencapai sirkulasi
metam darah relatil sedikit karena : (1) levodopa cepat
tetamin dan metilfenidat
mengalami pemecahan dalam lambung; (2) dirusak
ll. Obat antikolinergik sentral
A. Senyawa parasimpatolitik : triheksifenidil, olehllora usus dalam dinding usus bigian distat;
biperi
den, sikrimin, prosiklidin, benztropin mesilat, jan 93n tS) lambatnya mekanisme absorpsi di bagian
karamifen distal duodenum. Absorpsi juga dihambat otefr
B. Senyawa antihistamin : dilenhidramin, klorrenok- makanan tinggi protein akibai kompetisi asam
samin, orfenadrin, dan lenindamin amino dengan levodopa dalam absorpsi maupun
C. Derivat Fenotiazin : etopropazin, prometazin, transport ke otak. Levodopa yang dapat mencapai
dan dietazin sirkulasi kira-kira 22-gO% dosis - oral; sedangkan
lll. Obat Dopamino-antikolinergik 60% atau lebih mengalami biotransformasi di s-alur_
A. Amantadin an c€rna dan hati. Hati mengandung sangat
B. Antidepresan trisiklik : imipramin dan amitriptilin banyak
enzim dopa-dekarbokpilase (dekarboksilase asam
lV.Penghambat MAO-B amino-l-aromatik, DC). Selain di hati, enzim ini ter-
sebar di berbagaijaringan, juga dalam dinding
kapi_

3-0-metildopa

HVA
DC - dekarboksihse (3-Metoksi-4-hidroksifenit
AD - alclehiJ dehUrogenase
asetat)

Gambar 3-1. Biotranstormasi levodopa


178
Farmakologi dan Terapi

fer di otak. Jelaslah bahwa levodopa yang mencapai tentu dan umumnya menstimulasi aktivitas adenilat
jaringan otak jumlahnya sedikil sekali. Diperkirakan siklase. Reseptor D2 memperlihatkan prelerensi ter_
hanya 1% dari dosis yang diberikan mencapai SSp. hadap butirolenon dan dihubungkan dengan penu-
Pemberian penghambat dekarboksilase mengu_ runan aktivitas adenilat siklase atau tidak mempe_
rangi pembentukan dopamin di perifer. ngaruhinya. Dopamin memperlihatkan afinitas yang
Biotranslormasi levodopa menghasilkan ber_ sama pada kedua reseptor. Reseptor Dt lebih terlo-
bagai metabolit (Gambar 13-1). Levodopa terutama kalisasi di badan sel dan terminal prasinaps neuron
dibiotranslormasi menjadi DA yang dalam tahap striatum intrinsik. Reseptor D2 terdapat di badan sel
selanjutnya cepat diubah lagimenjadi DOPAC (3,i_ neuron striatum dan di terminal prasinaps akson
dihidroksi fenil asetat) oleh enzim MAO dan AD nigrostriatal yang dopaminergik. Walaupun dopa_
(aldehid dehidrogenase), dan HVA (asam homo- min meningkatkan aktivitas adenilat siklase homo_
vanilat). Pemberian levodopa akan menyebabkan genat ganglia basal, kebanyakan peneliti berpenda-
peningkatan kadar HVA dalam cairan serebrospinal pat bahwa kerja levodopa (dan bromokriptin) di_
(CSS). Biotransformasi menjadi metabolit lain perantarakan oleh reseptor D2.
hanya sedikit jumlahnya. Selain itu kapasitas neuroleptik menimbulkan
Metabolit levodopa cepat sekali diekskresi sindrom Parkinson juga dianggap terutama ber_
melalui urin. Delapan puluh persen dari dosis yang dasarkan blokade reseptor Dz. Karena reseptor D1
diberikan diekskresi sebagai metabolit hasil bio_ dan D2 tersebar di prasinap dan pascasinaps stria-
transformasi dopamin; ekskresi sebagai DOPAC tum, sulit membayangkan lungsi dopaminergik
dan HVA kira-kira S0% dari dosis yang diberikan; pada tarat reseptor. Walaupun terdapat pertentang_
kurang dari 'l% sebagai levodopa. an kenyataan bahwa reseptor Dr yang bersilat
Dari setiap dosis levodopa hanya sebagian menghambat dan reseptor D2 yang bersilat me-
kecil saja yang diubah menjadi 3-0-metildopa, tetapi rangsang pada eksperimen elektrofisiologis, tetapi
waktu paruhnya (hp) panjang, sehingga dapat ter- secara keseluruhan elek dopamin agaknya meng_
jadikumulasi.
hambat letupan neuron di striatum.
MEKANISME KERJA. Mekanisme kerja levodopa
EFEK TERAPI. Kira-kira 75% pasien parkinson-
pada gejala parkinsonisme diduga berdasarkan pe-
isme berkurang gejalanya sebanyak 50%. Hasil pe-
ngisian kembali kekurangan DA korpus striatum.
ngobatan pada orang-orang tertentu menakjgbkan
Telah dibuktikan bahwa beratnya defisiensi DA terutama pada awal terapi. Boleh dikatakan semua
sejalan dengan beratnya 3 gejala utama parkin_
gejala dan tanda membaik, kecuali demensia dan
sonisme dan konversi levodopa menjadi dopamin
instabilitas postural.
terjadi pada manusia. Selain itu pascamati, kadar
Perbaikan terjadi pada gejala bradikinesia dan
dopamin di striatum pada pasien yang mendapat
rigiditas, lremor sedikit diperbaiki atau malah mem-
levodopa lima sampai delapan kali lebih tinggi di-
buruk karena berkurangnya rigiditas. Manifestasi
banding yang tidak diobati. pengubahan levodopa
sekunder motorik yaitu ekspresi wajah, bicara, me-
menjadi DA membutuhkan adanya dekarboksilase
nulis, menelan dan pernapasan mernbaik secara
asam L-amino aromatik. pada sebagian pasien
proporsional dengan perbaikan rigiditas dan bradi-
parkinson, aktivitas enzim ini menurun, tetapi agak-
kinesia.
nya mencukupi untuk mengubah levodopa menjadi
Kebanyakan pasien membaik alam perasaan-
dopamin. Kenyataan ini tidaklah menyingkirkan ke-
nya (mood). Pada awal pengobalan pasien yang
mungkinan lain mekanisme kerja levodopa sebagai
apatis berubah menjadi bersemangat. Kewaspada-
obat penyakit Parkinson. Dalam hal iniyang perlu
an membaik dan merasa segar. Hal ini terlihat pada
dipertimbangkan dan diteliti lebih lanjut ialah peran-
perbaikan lungsi mental, meningkatnya perhatian
an noraporlin (noraporphine), yang mirip apomorfin;
pada diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
letrahidroisokuinolin dan tetrahidropapaverolin
semuanya sebagai metabolit levodopa. EFEK SAMPING. Elek samping levodopa terutama
Kerja dopamin telah diteliti pada taraf mole- disebabkan lerbentuknya dopamin di berbagai
kular dan reseptor, dengan teknik ikatan ligan. Ke- organ perifer. Hal lersebut terjadi karena diperlukan
simpulan yang didapat ialah bahwa sekurang- dosis levodopa yang besar untuk mendapat efek
kurangnya terdapat 2 lenis reseptor dopamin terapi yaitu peningkatan DA di nigrostriatum.
yaitu D! dan D2. Reseptor D1 memperlihatkan pre- Kareria tujuan pemberian levodopa adalah pening-
lerensi ikatan dengan tioksanten dan fenotiazin ter- katan DA-striatum maka elek terhadap organ lain
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 179

menjadi efek samping obat ini. Elek samping levo- Ada beberapa bentuk gejala yang umumnya
dopa di periler dapat dikurangi dengan pemberian timbul setelah penggunaan jangka panjang (1-5
penghambat dekarboksilase yang akan dibahas ke- tahun) yaitu perpendekan masa kerja, efek pasang-
mudian. surut dan pembekuan gerakan.
Sebagian besar pasien yang mendapat levo- Perpendekan masa kerja levodopa (wear-
dopa mengalami elek samping: intensitas dan tipe ing-off) yaitu gejala parkinson timbul sebelum
efek samping berbeda bergantung tahap pengobat- pasien menelan dosis berikutnya. Efek ini berku-
an, besarnya dosis dan bersifat_reversibel. Khusus- rang dengan pemberian jumlah dosis harian yang
nya pasien usia lanjut tidak tahan dosis besar. sama tetapi lebih sering misalnya dari 3 kall rienjadi
Umumnya elek samping ini tidak membahayakan 5 kali sehari.
tetapi sebagian cukup mengganggu sehingga perlu Fenomen pasang-surul (onoff) ialah fluk-
pengurangan dosis atau penghentian pemberian tuasi elek obat dalam waktu singkat, beberapa jam
obat. membaik lalu memburuk mendadak atau sebagian
otot tubuh memperlihatkan perbaikan, lainnya tidak;
Sistem cerna. Sampai 80% pasien mengalami
terjadinya tidak berhubungan dengan waktu minum
mual, muntah dan tidak nafsu makan terutama bila
obat.
dosis awal terlalu tinggi. Gangguan ini agaknya
Pembekuan gerakan (freezing). Secara men-
berdasarkan efek sentral akibat perangsangan
dadak pasien yang sedang berjalan tidak bisa me-
CTZ (chemoreceptor tigger zone) oleh DA. Gang-
langkah atau langkahnya pendek-pendek sekali.
guan ini dapat dihindari bila dosis awal rendah dan
Pembekuan gerakan ini bisa juga terjadi pada ak-
dinaikkan berangsur-angsur; atau dengan sesekali
tivitas lain.
mengurangi dosis harian. Timbulnya gejala ini
Belum ditemukan cara untuk mengatasi teno-
dapat digunakan sebagai patokan dalam menam-
men pasang-surut dan pembekuan gerakan ini.
bah dosis harian. Jangan menggunakan obat anti
emetik golongan lenotiazin karena gejala penyakit Psikis. Sejumlah pasien mengalami gangguan ting-
dapat memberat. Domperidon merupakan suatu an- kah-laku yang cukup berat segera setelah pengo-
tagonis dopamin dan dikatakan bermanlaat untuk batan. lni harus dibedakan dengan psikosis akut
mengatasi efek samping ini. yang memang dapat terjadi beberapa minggu se-
Diskinesia dan gerakan spontan abnormal. telah pemberian levodopa. Gejala psikosis lerjadi
Gangguan gerakan otot bervariasi dari ringan sam-
pada 5-10% pasien. Depresi yang terjadi mening-
pai berat. Gerakan spontan abnormal terjadi pada katkan percobaan bunuh diri. Efek psikik cenderung
50% pasien dalam 2-4 bulan pengobatan. Elek terjadi pada pasien yang sejak pengobatan berke-
pribadian labil, umpamanya pada pasien skizofre-
samping bertambah berat sejalan dengan lama pe-
ngobatan dan besarnya dosis. Setelah pengobatan nia menahun dengan gejala parkinsonisme akibat
1 lahun dengan dosis penuh, 80% pasien meng- obat antipsikotik, yang diatasi dengan levodopa.
alami gerakan spontan abnormal. Gerakan ini di- Bila gejala psikotik terjadi, levodopa perlu diturun-
duga berdasarkan "supersensitivitas" reseptor do- kan dosisnya atau dihentikan pemberiannya. Khu-
paminergik pascasinaps dan bentuknya bervariasi. sus pada depresi dapat diberikan antidepresan,
Gangguan ini dapat berupa gerakan bukolingual, misalnya imipramin dan amitriplilin yang umumnya
meringis (grimacing), gerakan kepala, dan berbagai cukup efektif.
gerakan distonik dan koreiform dari lengan/tungkai Sistem kardiovaskular. Akibat dekarboksilasi DA
tunggal atau kombinasi. di periler terbentuk katekolamin yang aktit pada
Sesekali diskinesia terjadi pada otot diafrag- reseptor adrenergik a dan p. Potensinya jauh lebih
ma sehingga pasien terengah-engah (gasprng) atau rendah daripada E, NE dan isoproterenol. Levo-
mengalami hlperventilasi dan disangka pasien ter- dopa menyebabkan hipotensi ortostatik. Keeng-
ganggu paru-parunya. Toleransi tidak terjadi den- ganan menggunakan levodopa pada awalnya dida-
gan efek samping ini, malahan memburuk sejalan sarkan perkiraan bahwa obat ini akan memperlihat-
lamanya pengobatan dan benar-benar membatasi kan gangguan kardiovaskular yang berat akibat
manlaat levodopa. Diskinesia dialragma ini sering- elek dopamin perifer. Ternyata dosis terapi hanya
kali demikian mengganggu sehingga perlu pengu- memperlihatkan hipotensi ortoslatik yang asimto-
rangan dosis yang ruginya juga disertai pengurang- malik. Hipotensi ini diduga berdasarkan elek sentral
an efek lerapi. maupun efek perifer dopamin.
180
Farmakologi dan Terapi

Takikardia dan aritmia lainnya yang berlang- baikan gejala bagi pasien meningkat dibanding den-
sung selintas terjadi, juga peningkatan kontraktilitas gan pada pemberian levodopa saja,
jantung. Toleransi efek kardiovaskular ini terjadi Terapi kombinasi ini terutama bermanlaat ler-
dalam beberapa minggu pengobatan. Bila terlalu hadap gejala hipokinesia, tetapi kurang terhadap
mengjganggu dapat diatasi oleh propranolol. Seba- rigidilas. Terhadap gejala tremor sedikit sekali pe-
liknya pemberian levodopa oral pada pasien gagal ngaruhnya dan baru terlihat setelah terapi berjalan
jantung berat diikuti terjadinya diuresis dan perbaik- cukup lama.
an lungsi jantung. Gangguan pada jantung lebih Sediaan penghambat dekarboksilase untuk
sering terjadi pada pasien usia lanjut. pemberian pengobatan kombinasi dengan levodopa ialah kar-
levodopa pada pasien insulisiensi koroner atau arit- bidopa (MK-486, alfametildopahidrazin), bensera-
mia jantung sebaiknya dilakukan di rumah sakit. zid (Ro 4-4602, seriltrihidroksi-benzithidrazin).
Efek metabolik dan endokrin. Neuron tuberoin- Terapi kombinasi diberikan dalam perbandingan
lundibular hipotalamus terutama terdiri dari neuron dosis sebagai berikut; karbidopa : levodopa - 1 : 10
dopaminergik. Dopamin menghambat sekresi pro- atau 1 : 4; benserazid : levodopa - 1 : 4.
laktin. Penggunaan levodopa dan dopaminergik Piridoksin. Dalam jumlah yang kecil (lebih dari 5
menghambat sekresi prolaklin sedangkan anlago- mg) piridoksin sudah dapat meningkatkan dekar-
nis dopamin merangsang sekresi prolaktin. boksilasi levodopa di perifer, akibatnya levodopa
Penelitian pada pasien penyakit parkinson yang mencapai jaringan otak berkurang. Elek piri-
yang mendapat levodopa tidak memperlihatkan doksin yang merugikan ini tidak terlihat setelah
penurunan prolaktin atau peningkatan hormon per- pemberian obat penghambat dekarboksilase.
tumbuhan seperti pada sukarelawan sehat. Hal ini Obat lain. Levodopa telah digunakan bersama den-
mungkin karena pada pasien penyakit parkinson gan obat tersebut di bawah tanpa menimbulkan
sudah ada delek di hipotalamus. penyulit, yaitu : ampisilin, sulfadimidin, prednisolon,
insulin, klofpropamid, parasetamol, barbiturat, ben-
zodiazepin, an(idepresi trisiklik, siklizin, diuretik dan
Efek terhadap sistem lain. Pada ginjal, levodopa digoksin.
jelas meningkatkan aliran plasma ginjal, laju filtrasi
glomerulus dan ekskresi Na* dan K+; letapi levo- PENGGUNAAN KLlNlK. Sebaiknya tevodopa di-
dopa lidak bersifat nelrotoksik. Elek natriuresis di- berikan per oral dengan makanan untuk mengu-
perkirakan turut berperan dalam menimbulkan hipo- rangi iritasi. Terapi dimulai dengan dosis kecil,
tensi ortostatik. dinaikkan secara berangsur-angsur, tetapi sebaik-
nya tidak melebihi I g sehari. Bagan yang tertera
INTERAKSI OBAT. Penghambat dekarboksi- dalam Tabel 13-2 merupakan salah satu pedoman
lase. Pemberian penghambat dekarboksilase penenluan dosis untuk pasien yang berobat jalan.
periler (yang tidak melintasi sawar darah-otak) ber-
sama levodopa menghambat biotiansformasi levo-
dopa menjadi DA di perifer. Pada tikus, zat tersebut
dapat menghambat aktivitas dekarboksilase sam- Tabel 13-2. PEDOMAN DOSTS LEVODOPA UNTUK
pai 80%. Kejadian ini sekaligus memberikan ber- PENDERITA BEROBAT JALAN
bagai manlaat : (1) meningkatkan jumlah levodopa
yang mencapai jaringan otak sehingga memung- Masa pengobatan Dosis Frekuensi pemberian
kinkan pengurangan dosis sebanyakTSo/o; (2) pada
terapi yang baru dimulai dosis elektil lebih cepat Minggu ke 1 125 mg 2 x sehari
tercapai; (3) elek samping seperti mual, muntah dan Minggu ke 2 125 mg 4 x sehari
elek pada sistem kardiovaskular termasuk elek Minggu ke 3 250 mg 4 x sehari
hipotensi sangat berkurang karena kurangnya DA Minggu ke 4 500 mg 3 x sehari
Minggu ke 5 500 mg 4 x sehari
yang terbentuk di periler; (4) gejala penyakit parkin-
Minggu ke 6 500 m9 5 x sehari
son yang hanya timbul pada waktu tertentu dalam
sehari (variasi diurnal) lebih mudah dikendalikan,
Minggu ke 7 1g 3 x sehari
Minggu ke 8 1g 3 x sehari + 500 mg
bahkan frekuensi dosis harian dapat dikurangi tan- di malan hari.
pa mengurangi elek terapi; (5) elek antagonisme Selanjutnya bila diperlukan dosis harian dapat ditambah
piridoksin dapat dihindari; dan (6) manlaat dan per- 500 mg setiap minggu.
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 181

Dengan menggunakan pedoman di atas, MEKANISME KERJA. Bromokriptin merangsang


terapi penyakit Parkinson dapat dilaksanakan pada reseptor dopaminergik. Obat ini lebih besar alinitas-
pasien yang berobat jalan dengan hasil yang nya terhadap reseptor D2 dan merupakan antagonis
memuaskan. Penyesuaian dosis yang lebih cepat reseptor D1. Organ yang dipengaruhi ialah yang
dapat dilakukan di rumah sakit, Dalam hal ini dosis memiliki reseptor dopamin yaitu SSP, kardiovas-
permulaan ialah 3-4 kali250 mg sehari; bila pasien kular, poros hipotalamus-hipofisis dan saluran
bersilat toleran, tiap pemberian dapat dijadikan 500 cerna,
mg; dan dosis selanjutnya ditingkatkan dengan 125- Elektivitas bromokriptin pada penyakit parkin-
250 mg setiap 2-3 hari. Tiap pemberian tidak me- son cukup nyata dan lebih nyata lagi pada pasien
lebihi 1,5 - 2 g dan diberikan setelah makan. Dosis dengan derajat penyakit lebih berat. Kenyataan ini
dinaikkan sampai mendapat efek terapi yang dike- didukung oleh fakta : (1) efek terapi bromokriptin
hendaki atau sampai terjadi efek samping yang tidak tergantung dari enzim dekarboksilase; pada
membatasi peningkatan dosis lebih lanjut. Dosis penyakit Parkinson terdapat defisiensi enzim ter-
optimal kira-kira 3-4 g yang tercapai pada minggu sebut di ganglia basal dan respons terapi levodopa
ke 6, tetapi variasi dosis efektil ialah 2-10 g sehari. biasanya kurang memuaskan dalam keadaan pe-
. Levodopa pada pemberian oral tidak segera nyakit yang berat; (2) bertambah beratnya penyakit
memberikan efek lerapi. Kadang-kadang elek akan lebih meningkatkan sensitivitas reseptor
terapi baru terlihat setelah 6 minggu. Malahan untuk dopaminergik (supersensitivitas denervasi).
menilai elektif tidaknya levodopa pada seorang Bromokriptin menyebabkan kadar HVA dalam
pasien diperlukan waktu sedikitnya 6 bulan. Setelah CSS menurun, yang memberikan kesan bahwa
elek terapi dicapai, dosis selalu perlu disesuaikan obat ini menghambat pembebasan DA dari ujung
dengan kebutuhan. saraf di otak. Terapi kombinasi levodopa dan bro-
Adakalanya sulit membedakan apakah suatu mokriptin pada penyakit Parkinson dapat mengu-
gejala merupakan tanda kekurangan dosis alau ke- rangi dosis levodopa sambil tetap mempertahankan
lebihan dosis. lni memerlukan penelusuran secara atau bahkan dapat meningkatkan efek terapinya.
seksama dengan cara mengurangiatau menambah
dosis, mengganti sediaan, atau mengkombinasi FARMAKOKINETIK. Hanya 30% bromokriptin
levodopa dengan obat lain. yang diberikan per oral diabsorpsi. Obat ini meng-
alami metabolisme lintas awal secara ekstensif se-
hingga sedikit sekali fraksi dosis yang sampai di
tempat kerja.
AGONIS DOPAMIN
Kadar puncak plasma tercapai dalam 1,5 - 3
jam, mengalami metabolisme menjadi zat tidak aktil
Beberapa zat kimia memiliki sifat dopaminer-
gik, dengan mekanisme kerja merangsang reseptor dan sebagian besar diekskresi ke dalam empedu.
dopaminergik sentral. Obat yang termasuk golong- INDIKASI DAN DOSIS. lndikasi utama bromokrip-
an ini ialah : apomorlin, piribedil, bromokriptin dan tin ialah sebagai tambahan levodopa pada pasien
pergolin. yang tidak memberikan respons memuaskan ter-
Keterterimaan apomorlin maupun N-propil- hadap levodopa; dan untuk mengatasi fluktuasi res-
noraportin sebagai obat penyakit Parkinson buruk pons levodopa dengan atau tanpa karbidopa. Bro-
karena efek emesisnya yang kuat. mokriplin diindikasikan sebagai pengganti
levodopa bila levodopa dikontraindikasikan. Kira-
kira 50-60% kasus, baru memperlihatkan perbaikan
BROMOKRIPTIN gejala sebanyak 25%. Sisanya tidak memberikan
respons atau mengalami efek samping yang mei
Bromokriptin merupakan prototip kelompok
merlukan penghentian pengobatan. Dosis levodopa
ergolin yaitu alkaloid ergot yang bersifat dopami-
perlu dikurangi sewaktu dosis bromokriptin di tam-
nergik. yang dikelompokkan sebagai ergolin. Dalam
bah. Dengan cara demikian mungkin pasien dapat
kelompok ini termasuk lesurid dan pergotid. Walau-
diobati dengan bromokriptin saja. lnsidens distonia
pun obat-obat ini berbeda silat larmakokinetiknya
dan diskinesia agaknya lebih jarang terjadi dengan
maupun alinitasnya terhadap berbagai subtipe
bromokriptin dibanding levodopa.
reseptor dopaminergik, efektivitas kliniknya sangat
Terapi dengan bromokriptin dimulai dengan
mirip.
dosis 1,25 mg, dua kali sehari. Kemudian dosis
182
Farmakologi dan Terapi

dinaikkan sampai elek terapi tercapai atau timbul ergolin yang paling poten ini merangsang reseptor
efek samping. Obat sebaiknya diberikan dengan Dz dan Dr.
makanan. Peningkatan dosis dilakukan setiap 2-4 Untuk hiperprolaktinemia cukup diberikan 1
minggu sebanyak 2,5 mg/hari. Dengan pemberian kali sehari tetapi untuk parkinsonisme perlu diberi_
bromokriptin, umumnya dosis levodopa dapat diku- kan 2-3 kali sehari. pergolid bermanfaat untuk
rangi dengan 125-250 mg untuk setiap penambah_ pasien yang tidak responsif terhadap bromokriptin
an 2,5 mg bromokriptin. Dosis maksimum bromo_ dan sebaliknya bromokriptin bermanfaat untuk
kriptin yang dapat diterima bervariasi untuk masing- pasien yang tidak responsif terhadap pergolid.
masing pasien; 75 mg sehari masih dapat diterima Lisurid, sama dengan bromokriptin merupa_
bila pasien tidak mendapat levodopa dosis tinggi. kan agonis De dan antagonis Dr. Lisurid juga me-
Dosis optimum kira-kira 45 mg sehari (20-75 mg) rangsang 5 HT yang diduga mendasari halusinasi
yang dapat dicapai dalam kira-kira 6 minggu (2_15 dan efek samping lainnya. Sifatnya yang larut air
minggu). cocok untuk pemberian sebagai infus.
Bromokriptin juga diindikasikan untuk terapi
hiperprolaktinemia pada berbagai situasi klinis
yaitu laktasi, infertilitas dan galaktore-amenore. PERANGSANG SSP
Juga diberikan pada tumor hipofisis. Untuk men_
gatasi hiperprolaktinemia dosisnya .1,25 - 2,5 mg; _ Pada terapi penyakit parkinson, perangsang
SSP bekerja memperlancar transmisi DA. Defisiensi
umumnya pasien berespons baik dengan dosis total DA tidak diperbaiki. Efek anti parkinson hanya lemah
5 - 7,5 mg/hari. dan umumnya perlu dikombinasikan dengan an_
tikolinergik. Untuk tujuan ini dekstroamfetamin
diberikan 2 kali 5 mg sehari; metamfetamin dua kali
EFEK SAMPING
2,5 mg sehari;atau metilfenidat, dua kali 5 mg sehari.
Efek samping bromokriptin memperlihatkan
variasi individu yang nyata. Titrasi dosis yang teliti 1.3. ANTIKOLINERGIK
perlu untuk menentukan dosis yang tepat. Mual,
muntah dan hipotensi ortostatik merupakan efek Antikolinergik merupakan obat alternatif levo_
samping awal. Fenomen dosis awal berupa kolaps dopa dalam pengobatan parkinsonisme. prototip
kardiovaskular dapat terjadi. perhatian khusus kelompok ini ialah triheksitenidil. Termasuk dalam
harus diberikan pada mereka yang minum antihi- kelompok ini ialah : biperiden, prosiklidin, benztro-
pertensi. Pemberian obat bersama antasid atau pin, dan antihistamin dengan efek antikolinergik
makanan, dan memberikan dosis secara bertahap difenhidramin dan etopropazin.
mengurangi mual yang berat. Gangguan psikis
Mekanisme kerja. Dasar kerja obat ini ialah me-
berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran
lebih sering ditemukan dibandingkan dengan pada
ngurangi aktivitas kolinergik yang berlebihan di
ganglia basal.
pemberian levodopa.
Efek antikolinergik perifernya relatif lemah di_
Efek samping yang jarang-jarang terjadi ialah:
bandingkan dengan atropin. Atropin dan alkaloid
eritromelalgia, kemerahan, nyeri, panas dan udem
beladon lainnya merupakan obat pertama yang di-
di tungkai bawah. Umumnya terjadi bila dosis per
manfaatkan pada penyakit parkinson, tetapi telah
hari lebih dari 50 mg. Hipotensi simtomatik dan
ditinggalkan karena efek perifernya terlalu meng-
levido retikularis kulit juga lebih sering terjadi di_ ganggu.
banding dengan levodopa; Diskinesia lebih jarang
terjadi. Semua efek nonterapi ini berkurang dan
bersilat reversibel dengan pengurangan atau penu_ TRIHEKSIFENIDIL, SENYAWA KONGENERIK.
runan dosis. NYA DAN BENZTROPIN
FARMAKODINAMI. Obat-obat ini terutama berefek
TURUNAN BROMOKRIPTIN LAINNYA sentral. Dibandingkan dengan potensi atropin, tri_
heksifenidil memperlihatkan potensi antispasmodik
Pergolid mesilat, sama efektif dengan bro_ setengahnya, elek midriatik sepertiganya, elek ter_
mokriptin untuk mengatasi parkinsonisme dan hadap kelenjar ludah dan vagus sepersepuluhnya.
hiperprcjlaktinemia, .Obat yang merupakan turunan
Seperti atropin, triheksifenidil dosis besar menye-
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot 183

babkan perangsangan otak. Ketiga senyawa kG Elek samping benztropin umumnya ringan,
ngenerik triheksilenidil yaitu biperiden, sikrimin jarang memerlukan penghentian terapi; sesekali
dan prosiklidin, pada umumnya serupa triheksife- dosis perlu diturunkan umpamanya, bila timbul
nidil dalam elek antiparkinson maupun efek sam- kelemahan otrot tertentu.
pingnya. Bifa terjadi toleransi terhadap triheksife-
nidil, obat-obat tersebut dapat digunakan sebagai EFEK TEBAPI. Obat antikolinergik khususnya ber-
pengganti. manlaat terhadap parkinsonisme akibat obat. Misal-
Benztropin tersedia sebagai benztropin me- nya oleh neuroleptik, termasuk juga antiemetik
silat, yaitu suatu metansullonat dari eter tropinben- turunan lenotiazin, yang menimbulkan gangguan
zohidril. Eter ini terdiri atas gugus basa tropin dan ekstrapiramidal akibat blokade reseptor DA di otak.
gugus antihistamin (difenhidramin). Masing- Pengalaman di klinik menunjukkan bahwa
masing bagian telap mempertahankan sifat-sifat- pemberian antikolinergik lebih elektil daripada levo-
nya, lermasuk elek antiparkinson. Efek sedasi dopa untuk mengatasi gejala ini. Penambahan anti-
gugus difenhidramin bermanlaat bagi mereka yang kolinergik golongan ini secara rutin pada pemberian
justru mengalami perangsangan akibat pengguna- neuroleptik tidak dibenarkan, antara lain disebab-
an obal lain; khususnya pada pasien yang berusia kan kemungkinan timbulnya akinesia tardif.
lanjut. Sebaliknya bagian basa tropinnya menimbul- Belum jelas perbedaan efek terapi antar obat
kan perangsangan. antikolinergik tetapi jelas ada perbedaan keterte-
rimaan obat antar individu,
FARMAKOKINETIK. Tidak banyak data larmako- Triheksitenidil juga memperbaiki gejala beser
kinetik yang diketahui mengenai obat-obat ini. Hal ludah (sialorrhoea) dan suasana perasaan (mood).
ini dapat dimengerti sebab saat obat ditemukan, Selain pada penyakit Parkinson, triheksifenidil
farmakokinetika belum berkembang, Sekarang dapat pula digunakan pada sindrom atetokoriatik,
obat ini kurang diperhatikan setelah ada levodopa tortikolis spaslik dan spasme lasialis; demikian juga
dan bromokriptin. lurunannya. Obat-obat ini digunakan sebagai peng-
Kadar puncak triheksifenidil, prosiklidin dan ganti triheksilenidil bila terjadi toleransi. Berbeda
biperiden tercapai setelah 1-2 jam. Masa paruh dengan yang lain, prosiklidin masih boleh diguna-
eliminasi terminal antara 10 dan 12jam, Jadi sebe- kan pada pasien glaukoma dan hipertropi prostat
narnya pemberian 2 kali sehari rnencukupi, tidak 3 dengan pengawasan ketat. Triheksilenidil terutama
kali sehari sebagaimana dilakukan saat ini. berpengaruh baik terhadap tremor, tetapi bradikine-
sia/akinesia dan rigiditas juga membaik. Secara
EFEK SAMPING. Antiparkinson kelompok antikoli- keseluruhan triheksilenidil tidak seelektif levodopa
nergik menimbulkan efek samping sentral dan peri- pada penyakit Parkinson bukan karena obat.
ler. Efek samping sentral dapat berupa gangguan
Efektivitas benztropin bertahan lebih lama dari
neurologik yaitu : ataksia, disartria, hipertermia;
antikolinergik lain.
gangguan mental: pikiran kacau, amnesia, delusi,
halusinasi, somnolen dan koma. Efek samping
perifer serupa atropin. Triheksifenidil iuga dapat SENYAWA ANTIHISTAMIN
menyebabkan kebutaan akibat komplikasi glauko-
ma sudut tertulup; terutama terjadi bila dosis harian Beberapa antihistamin dapat dimanfaatkan
15-30 mg sehari. Pada pasien glaukoma sudut ter- elek antikolinergiknya untuk terapi penyakit Parkin-
buka yang mendapat miotik, antikolinergik cukup sonr yaitu difenhidramin, lenindamin, orfenadrin,
aman untuk digunakan. dan klorfenoksamin. Keempat senyawa ini memiliki
Gejala insomnia dan gelisah oleh antikoliner- sifat larmakologik yang mirip satu dengan lainnya.
gik sentral dapat dialasi dengan dosis kecil hipnotik- Difenhidramin diberikan bersama levodopa,
sedatil, atau dengan difenhidramin. Gangguan untuk mengatasi efek ansietas dan insomnia akibat
daya ingat sering terjadi akibat pemberian antikoli- levodopa. Walaupun menimbulkan perasaan kan-
nergik pada pasien yang berumur lebih dari 70 tuk, obat kelompok ini dapat memperbaiki suasana
tahun dan pada pasien dengan demensia. Elek perasaan karena elek psikotropiknya menghasilkan
samping ini sangat membatasi penggunaan antiko- euforia. Elek antikolinergik periler lemah, sehingga
linergik sentral, Pada kelompok pasien ini lebih beser ludah hanya sedikit dipengaruhi.
aman diberikan antihistamin. Dosis dan sediaan dapat dilihat di Tabel 13-2.
184
Farmakologi dan Terapi

Tabel 13-2. OBAT ANTtKOL|NERGtK SENTRAL

Dosis oral Sediaan

Triheksitenidil 2 mg,2-3 kali sehari. Triheksifenidil tablet


rentang dosis 10-20 mg/hari 2 mg,5 mg.
tergantung respons dan
keterterimaan.
Biperiden HCI atau 0,5 - 2 mg, 2 - 4 kali sehari Biperiden tablet 2 mg
laktat
Prosiklidin 5 mg, 2-3 kali sehari. Tablet 5 mg
rentang dosis 20-30 mg/hari
Benztropin mesilat 0,5-l mg/hari diberikan Tablet 0,5; 1 dan 2 mg.
malam hari.
rentang dosis 4-6 mg/hari.
Oral: dewasa 25 mg 3 kall sehari Kapsul 25 mg
anak 5 mg/kg/hari dalam
4 dosis.
:
lM dewasa 10-50 mg lnjeksi 10 mg/ml
anak = dosis oral
maksimum 400 mg/hari

TURUNAN FENOTIAZIN 1.4. OBAT DOPAM INO.ANTIKOLINERGIK


Turunan fenotiazin merupakan kelompok obat
yang paling sering menyebabkan gangguan ekstra_ AMANTADIN
piramidal, Tetapi beberapa diantaranya justru ber-
efek antiparkinson yaitu etopropazin, prometazin Amantadin adalah antivirus yang digunakan
dan dietazin. Perbedaan antara kedua sifat yang lerhadap influenza Asia. Secara kebetulan peng-
berlawanan ini mungkin dapat dijelaskan dengan gunaan amantadin pada seorang pasien inlluenza
SAR. Rumus kimia ketiga senyawa tersebut di atas yang juga menderita penyakit parkinson memper-
memillki atom N pada rantai alifatik yang dipisahkan lihatkan perbaikan gejala neurologik. Kenyataan ini
dari atom N pada cincin inti tenoiiazin olen dua merupakan titik tolak penggunaan amantadin pada
atom C; sedangkan pada senyawa dengan silat pengobatan penyakit Parkinson.
berlawanan pemisahan terjadi pada tiga atom C. Di Amantadin diduga meningkatkan aktivitas
samping ini ketiga senyawa tersebut memiliki gugus dopaminergik serta menghambat aktivitas koli-
dietil pada atom N rantai alifatik. nergik di korpus striatum. Sebagai penjelasan
Bigiditas dan tremor dikurangi oleh obat ini, telah dikemukakan bahwa amantadin membebas-
sedangkan terhadap gejala lain efektivitasnya lebih kan DA dari ujung saral dan menghambat ambilan
kecil. Elek samping kantuk, pusing dan gejala anti- presinaptik DA, sehingga memperpanjang waktu
kolinergik dapat terjadi. Dietazin dapat menyebab- paruh DA di sinaps. Berbeda dengan levodbpa,
kan depresi sumsum tulang dengan manilestasi amantadin tidak meningkatkan kadar HVA dalam
granulositopenia atau agranulositosis yang mung- CSS. Mekanisme kerjanya belum diketahui dengan
kin berbahaya. pasti.
Untuk obat antiparkinson pemberian etopro- Efektivitasnya sebagai antiparkinson lebih
pazin dimulai dengan 10 mg, 4 kali sehari. Dosis rendah daripada levodopa tetapi respons lebrh
dilambah berangsur-angsur, biasanya tidak mele- cepat (2-5 hari) dan elek samping lebih rendah.
bihi 200 mg sehari. Elektivitas amantadin tidak dipengaruhi umur, jenis
185
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otot

kelamin, lamanya penyakit, jenis penyakit dan pe- 1.5. PENGHAMBAT MONOAM]NE
ngobatan terdahulu. Efektivitasnya paling nyata
pada pasien yang kurang baik responsnya terhadap
OKSIDASE-B
levodopa. Pemberian amantadin dan levodopa ber'
sama-sama bersilat sinergis.
Pada terapi dengan amantadin tunggal, elekti- SELEGILIN
vitasnya tidak bertahan dan hasil pengobatan me-
nurun setelah 3-6 bulan, Selegilin merupakan penghambat MAO-B
Pemberian amantadin dimulai dengan 100 mg yang relatil spesifik. Saat ini dikenal dua bentuk
penghambat MAO, tipe A yang terutama berhubu-
sehari. Jika pasien cukup toleran setelah 1 minggu
dosis dapat ditambah menjadi 2 kali 100 mg sehari ngan dengan deaminasi oksidatil norepinefrin dan
serotonin; tipe B yang memperlihatkan aktivitas
dan kemudian meniadi 3 kali 100 mg sehari. Tetapi
terutama pada dopamin.
menurut Schwab dan kawan-kawan dosis lebih dari
Penghambat MAO-A menyebabkan hipertensi
200 mg sehari tidak memperlihatkan kenaikan man-
laat terapi yang berarti. bila terdapat tiramin yang masuk dari makanan,
Efek samping amantadin menyerupai gelala demikian juga bila dikombinasi dengan levodopa.
intoksikasi atropin. Gejala yang dapat timbul ada- Selegilin dapat diberikan secara aman dalam kom-
lah: disorientasi, depresi, gelisah, insomnia, pusing' binasi dengan levodopa. Selektivitas ini hanya ber-
gangguan saluran cerna, mulut kering dan dermati- laku untuk dosis sampai 10 mg/hari.
lis, Lima persen pasien menderita gangguan proses MEKANISME KERJA. Selegilin menghambat dea-
berpikir, bingung, lightheadedness, halusinasi dan minasi dopamin sehingga kadar dopamin di uiung
ansietas. Gejala ini terjadi pada awal terapi, bersifat saral dopaminergik lebih tinggi. Selain itu ada hipo-
ringan dan bersifat reversibel dan kadang-kadang tesis yang mengemukakan bahwa selegilin mung-
menghilang walaupun pengobatan diteruskan. Akti- kin mencegah pembentukan neurotoksin endogen
vitas yang membutuhkan kewaspadaan mental se- yang membutuhkan aktivasi oleh MAO-B' Secara
baiknya dihindarkan sampai kelompok gejala jelas eksperimental pada hewan, selegilin mencegah
tidak ada. Livedo retikularis umum terjadi 1 bulan parkinsonisme akibat MPTP. Mekanisme lain di-
setelah pengobatan dengan amantadin, tetapi tidak duga berdasarkan pengaruh metabolitnya yaitu N-
memerlukan penghentian terapi. Terjadinya livedo desmetil selegilin, L-metamfetamin dan L-amleta-
retikularis diduga merupakan respons lisiologik' aki- min. lsomer ini 3-10 kali kurang poten dari bentuk
bat deplesi katekolamin dari depot ujung saral peri- D. Metamfetamin dan amletamin menghambat am-
fer. Pada beberapa pasien, livedo retikularis disertai bilan dopamin dan meningkatkan penglepasan
dengan udem pergelangan kaki. dopamin.
Amantadin harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien epilepsi, ulkus peptik, atau pengobatan EFEK TERAPI. Pada pasien penyakit Parkinson
dengan perangsang SSP, misalnya amletamin. laniut penambahan selegilin pada levodopa meri-
Kombinasi amantadin dengan levodopa ngankan lenomen wearing off. Fenomen pasang-
hanya dianjurkan bagi mereka yang tidak dapat surut dan pembekuan gerakan tidak jelas dipenga-
mentoleransi levodopa dalam dosis optimal. ruhi. Penambahan selegilin memungkinkan pengu-
rangan dosis levodopa 10-30%. Dengan demikian
elek samping levodopa berkurang. Pemberian sele-
ANTIDEPRESI TRISIKLIK
gilin tunggal pada awal penyakit agaknya meng-
lmipramin atau amitriptilin yang digunakan ter- hambat progresivitas penyakit Parkinson sehingga
sendiri efek antiparkinsonnya kecil sekali, tetapi bila menunda keperluan pengobatan dengan levodopa'
dikombinasi dengan antikolinergik dapat sangat EFEK SAMPING. Penggunaan selegilin belum
bermanlaat. Dengan kombinasi ini, selain mening- begitu luas, tetapi data sampai saat ini menyim'
katkan perbaikan rigiditas dan akinesia, geiala de- pulkan bahwa selegilin dengan dosis 10 mg/hari
presi juga diperbaiki. Untuk terapi penyakit Parkin-
terterima baik.
son, imipramin atau amitriptilin dapat diberikan 10 Elek samping berat tidak dilaporkan teriadi'
sampai 25 mg, empat kali sehari; pemberian ini
efek samping kardiovaskular jelas kurang dari
dapat diteruskan dengan aman untuk waktu yang penghambat MAO-4.
lama.
Farmakologi dan Terapi

Hipotensi, mual, kebingungan dan psikosis ngalami perbaikan gejala walaupun tidak sebaik
pernah dilaporkan. yang dicapai dengan levodopa/karbidopa. Diskine_
sia jarang terjadi, demikian juga fenomen pasang
surut dan lenomen perpendekan masa kerja. Bila
1:6. PEMILIHAN OBAT pARKtNSON agonis dopamin tidak memuaskan, amantadin atau
antikolinergik dosis rendah dapat dicoba.
Ditinjau dari segi manfaat, para ahli sepakat Jarang ada pasien yang dapat dibebaskan
bahwa kombinasi levodopa dengan karbidopa dari gejala klinis seterusnya. Cepat atau lambat
leygafan obat penyakit parkinson yang paling levodopa/karbidopa dibutuhkan.
efektil. Pertentangan utama dalam pengobitan pe-
Setelah pengobalan jangka panjang dengan
nyakit Parkinson berpusat pada penentuan saat
pengobatan dimulai. Sebagian besar para klinisi levodopa/ karbidopa, timbul etek samping yang se_
cenderung menunda pengobatan sampai kombi- bagian berkailan erat dengan kadar levodopa da_
nasi ini betul-betul diperlukan atas alasan bahwa lam darah. Diskinesia terjadi bila kadar dopamin di
elektivitasnya hanya bertahan kira-kira 5 tahun. otak meningkat, sedang akinesia dan rigiditas ter_
Lainnya berpendapat bahwa kegagalan terapi den_
jadi bila kadar rendah.
gan levodopa/karbidopa tidak berkaitan dengan Pemberian sediaan lepas lambat dapat me-
lamanya terapi tetapi lebih dengan progresivitas ngurangi/mengatasi lluktuasi dopamin di tempat
penyakit. Data terakhir menyarankan bahwa morta- keria. Ada 2 peringatan yang perlu diketahui bila
litas dan progresivitas penyakit menurun bila peng_ menggunakan sediaan lepas lambat. pertama kare_
obatan diberikan lebih cepat. pemberian levodopa/ na absorpsi lambat, pasien kadang-kadang memer_
karbidopa perlu dititrasi demikian rupa untuk meng_ lukan lambahan sediaan biasa pada dosis pagihari.
hindarkan elek samping insomnia, mual dan ano- Kedua karena terjadinya akumulasi obat, maka
reksia. Biasanya elek terapi dicapai dengan pembe- dosis terakhir mungkin perlu dikurangi untuk men_
rian 3-4 kali sehari. Masalah dapat timbul 2_5 tahun cegah diskinesia akibat kelebihan dopamin di otak.
setelah pengobatan dimulai.
Penelilian terbatas menyarankan bahwa pem_
berian selegilin pada awal penyakit, menunda pro_
gresivitas penyakit dan dengan demikian menunda
pengobatan dengan levodopa/karbidopa, Dari data
yang ada saat ini, anjuran tersebut dapat diper- 2. PELEMAS OTOT YANG BEKERJA
langgung jawabkan secara medis, karena dengan SENTRAL
dosis yang dianjurkan, maka efek sampingnya sa_
ngat ringan/tidak ada. Biaya pengobatan dengan
Dalam bagian ini dibicarakan secara singkat
deprenil saat ini relatil mahal ($ .l 13/bulan _ di Ame_
pelemas otot lain yang bekerja di SSp. KelompoX
rika), ini akan merupakan kendala yang utama bagi
pasien di negeri kita. penelitian dengan deprenil obat ini dikatakan efektil untuk menimbulkan relak_
masih harus dilakukan untuk mengetahui manfaat_ sasi olot pada reumatoid, spondilitis, bursilis dan
nya dalam kombinasi dengan obat antiparkinson artritis lain.
lainnya. Ditinjau dari segi larmakologi, secara kualitatil
sifat pelemas otot yang bekerja sentral sukar dibe_
. Selain selegilin, masih ada 3 jenis obat yang
dapat diberikan sebelum atau bersama levod-opa/ dakan dengan obat antiansietas, misalnya mepro-
karbidopa yaitu : dopamin agonis, amantadin dan bamat dan diazepam yang efek relaksasi ototnya
antikolinergik. Tidak ada pegangan kuat mana di- cukup berarti secara klinis. Sampai saat ini belum
antaranya yang terpilih untuk digunakan dahulu. ada bukti meyakinkan apakah elek relaksasi otot
Elek samping obat antikolinergik yang sangat oleh pelemas otot yang bekerja sentral ini berdasar_
membatasi penggunaannya sebagai obat penyakit kan kerja selektil atau bertalian dengan elek
Parkinson yaitu, prostatisme, glaukoma dan mem_ sedasinya.
buruknya pasien dengan dementia. Elek samping Dalam kelompok ini dikenal mefenesin, meto-
tersebut juga dapat terjadi dengan amantadin. Ber- karbamol, stiramat, klorzoksazon, karisoprodol,
dasarkan kenyataan di atas pilihan jatuh pada bro- metaksalon, mefenoksalon dan obat generasi baru
mokriptin atau lisurid. Kebanyakan pasien me_ yaitu baklofen.
187
Obat Penyakit Parkinson dan Pelemas Otat

2.1. MEFENESIN nyeri akut otot rangka bila diberikan bersamaan


dengan istirahat, terapi lisik dan tindakan lainnya'
Obat ini diduga dapat menyebabkan ganggu-
Melenesin telah dikenal sejak 1945 dan mere-
an lungsi hati berupa ikterus. Gejala elek samping
laksasi otot rangka sebelum menyebabkan hilang-
lainnya adalah sakit kepala, gangguan sistem cerna
nya kesadaran. Efek relaksasi ini berdasarkan ham-
batan pada relleks polisinaptik, sedangkan penga- dan reaksi alergi.
ruh pada relleks monosinaptik tidak bermakna' Dosis dewasa 250-750 mg, diberikan 3 kali
sehari,
Penghambatan transmisi pada jalur polisinaptik ter-
jadi pada tingkat spinal dan supraspinal. Masa pe-
mulihan sinaps (sinaptic recovery time) diperpan- KARISOPRODOL
jang sehingga penglepasan berulang (repetitive
discharge) berkurang. Relleks regangan otot akibat Karisoprodol adalah derivat meprobamat'
perangsangan lormasio retikularis juga mengalami Tidak ada keistimewaan dibanding dengan pele-
penghambatan oleh mefenesin. Konduksi neuron' mas otot yang bekerja sentral lainnya. Elek samping
transmisi saraf-otot serta eksitabilitas otot baru di- yang pating sering dijumpai adalah kantuk, efek
hambdt pada dosis toksik. Elek anestetik lokal samping lainnya tidak banyak berbeda dengan pe-
melenesin sama kuat dengan prokain, tetapi tidak lemas otot yang bekeria sentral lainnya.
digunakan sebagai anestetik lokal karena bersifat Dosis dewasa 350 mg, empat kali sehari'
iritatil. Dosis anak 25 mg/kgBB per hari dibagi dalam
Absorpsi melenesin melalui saluran cerna emPat dosis.
baik, tetapi karena melenesin bersifat iritatil tidak
mungkin diberikan dalam dosis besar. Distribusi
melenesin ke seluruh tubuh; kadar dalam otak dua METAKSALON
sampai tiga kali kadar dalam plasma, Biotrans{or-
masi berlangsung cepat sekali dalam hati. Ekskresi Etek relaksasi otot diduga bertalian dengan
terutama melalui ginjal sebagai metabolit inaktil' elek sedasinya. Obat ini berguna menghilangkan
Elek toksik berat iarang teriadi, tetapi elek spasme otot lokal, dapat menyebabkan mual, kan-
samping mungkin sangat mengganggu; misalnya tuk dan pusing. Metaksalon sebaiknya tidak diguna-
nistagmus, diplopia, rasa lemah, lelah dan ganggu- kan pada pasien penyakit hati karena dapat mony€-
an koordinasi otot. Pemberian oral menyebabkan babkan gangguan laal hati. Dosis dewasa 800 mg'
anoreksia, mual, muntah dan gangguan menelan' tiga kali sehari,
Pemberian lV dapat menyebabkan sinkop, llebo-
trombosis dan hemolisis intravaskular. Toleransi MEFENOKSALON
timbul Pada Penggunaan kronik.
Dosis melenesin 1'3 g diberikan 3-5 kalisehari Kerja melenoksalon sangat mirip meproba-
secara oral, atau 0,5 - 1 g secara lV. mat; digunakan sebagai pelemas otot dan antian-
Mefenesin karbamat adalah sediaan mefe' sietas. Dosis 400 mg, tiga-empat kali sehari'
nesin yang masa kerjanya lebih panjang karena
absorpsi dan biotransformasinya lebih lambat' Obat BAKLOFEN
ini diberikan per oral 250-750 mg' 3-4 kali sehari'
Mekanisme keria. Obat ini merupakan agonis
reseptor GABA-ergik, tidak beretek langsung pada
2.2. PELEMAS OTOT YANG BEKERJA ra*6ungan saral-otot, tetapi mengurangi transmisi
SENTRAL LAINNYA monosinaptik maupun polisinaptik di medula spi'
nalis. Tempat kerianya diduga presinaptik pada re-
septor GABA-B' Selain itu agaknya obat ini meng-
KLORZOKSAZON ganggu penglepasan susbtansi P dan neurotrans-
iritoi-putatit lain dari serabut aleren nosiseptil di
Klorzoksazon (Klorobenzoksazolinon, 5-klo- kulityang menimbulkan refleks fleksor' Pada hewan
robenzoksazolin-2-on) memiliki aktivitas dan elekti- obat ini berelek analgesik, belum jelas apakah ini
vitas yang sama dengan pelemas otot yang bekerja mendasari hilangnya nyeri pada spasme lleksor di
sentral lainnya. Obat ini elektif mengurangi gejala klinik.
188
Farmakologi dan Terapi

lndikasi. Baklolen mengatasi sebagian komponen DIAZEPAM


spastisitas spinal; spasme fleksor dan eksiensor
yang involunter terutama akibat lesi spinal. Efekti_ Efek antispasmodik diazepam tidak diragukan
vitas pada spasme sehubungan dengan multipel letapi sedasi dan tetargi yang menyertai, mem_
sklerosis kira-,kira 65%. perbaikan tidak tuntas batasi penggunaannya. Diazepam berguna pada
tetapi bermakna yaitu berkurangnya penderitaan, berbagai gangguan motor neuron atas akibat lesi
lebih mandiri dalam mengurus diri, kurang tergang- medula spinalis, walaupun tidak seelektif baklofen
gu tidur dan meningkatnya kemampuan latiha;fisik. untuk mengatasi spasme lleksor intermiten.
Baklolen tidak mengurangi rigiditas pada penyakit
Parkinson. Obat ini dilaporkan efektil pada sindrom
stiff-man yang dihubungkan dengan berkurangnya
sintesis GABA akibat terbentuknya autoantibodi 2.3. STATUS TERAPEUTIK
terhadap enzim dekarboksilase asam glutamat.
Efek Samping. Baklolen terterima baik, reaksi ber_ Pelemas otot yang bekerja sentral bermanlaat
jarang terjadi. yang paling umum dilapor- sebagai pelemas otot. pemberian lV berguna untuk
lahaya manipulasi ortopedik, pada trauma dan peradangan
kan ialah kantuk, lelah dan pusing terutama bila
dosis tidak diberikan secara bertahap. Ataksia juga otot. Mefenesin dan metokarbamol pernah diguna_
terjadi dengan dosis terapi. kan untuk relaksasi otot pada tetanus, letapi pada
Mual, gangguan saluran cerna ringan, konsti_ saat ini telah digeser kedudukannya oleh diazepam.
pasi atau diare, insomnia, sakit kepala, bingung, Semua pelemas otot yang bekerJa sentral me_
hipotensi simtomatik dan beser terjadi dengan insi- nyebabkan sedasi, sebaliknya semua obat dengan
dens 1-1 0%. Pada keracunan obat ditandai kejang, efek sedasi dan antiansietas memperlihatkan efek
korna, depresi napas, hipotonia otot dan hilangnya relaksasi otot secara sentral. perbedaan antara ke-
relleks tungkai. Bradikardia dan hipotensi dua kelompok tersebut demikian samarnya se-
iuga dila_ hingga sukar melakukan pengelompokan secara
porkan terjadi.
obyektil.
Farmakokinetik. Absorpsi oral baik, kadar puncak Tidak ada bukti meyakinkan perihal relaksasi
lercapai dalam 3 jam. lkatan protein 30%. Ratio otot oleh pelemas otot yang bekerja sentral pada
kadar plasma dan otot adalah 10 : 1. Eliminasi dari pemberian oral. Dari penelitian pada hewan coba
olak lambat. Ekskresi lewat urin 7O-gS% dalam satu diduga bahwa untuk menimbulkan efek relaksasi
hari, baru lengkap dalam 3 hari. otol, dosis oral 5-10 kali dosis lV. Jadi, relaksasi otol
Posologi. Dosis harus dimulai rendah dan tidak dapat diharapkan dengan pemberian oral
ditambah secara bertahap. Dosis dewasa, 3 kali yang umum digunakan.
sehari 5 mg, tiga hari pertama ditingkatkan bila perlu Ketegangan otot erat berkaitan dengan psike.
5 mg/kali dengan interval 3 hari sampai efek terapi Jadi sangat mungkin elektivitas yang dirasakan
tercapai, maksimum 80 mg per hari. Obat harus pasien berhubungan dengan efek sedasi obat.
dihentikan secara bertahap agar tidak terjadi ek_ Pelemas otot sentral kelompok mefenesin
saserbasi, Dosis anak, 1 - 1,5 mg/kg per hari, mulai tidak berguna untuk mengatasi spasme berkaitan
dengan 5 mg/hari. dengan penyakit saral kronik.
Analgesik opioid 189

14. ANALGESIK OPIOID DAN ANTAGONIS


H. Sardjono O. Santoso dan Hedi R. Dewoto

1. Pendahuluan
3.5. Adiksi dan toleransi
2. Morlin dan alkaloid opium
2.1. Asal, kimia dan SAR 3.6, Sediaan dan posologi
2.2.Farmakodinami 3.7. lndikasi
2.3. Farmakokinetik Metadon dan opioid lain
2.4. Elek samping 4.1, Metadon
2.5. Toleransi, adiksi, dan 'Abuse" 4.2. Propoksilen
2.6. lnteraksi obat
Antagonis opioid dan agonis parsial
2.7. Sediaan dan posologi
2.8. lndikasi 5.1. Sejarah dan kimia
5.2. Antagonis opioid
3. Meperidin dan derivat fenilpiperidin lain
5.3. Agonis parsial
3.1.
Kimia
3.2. Farmakodinamik 6. Antitusil non-opioid
3.3. Farmakokinetik 6.1. Dekstrometorfan
3.4. Efek samping, kontraindikasi dan 6.2. Noskapin
lntoksikasi

1. PENDAHULUAN berarti stupor. lstilah narkotik telah lama ditinggaF


kan jauh sebelum ditemukannya ligand yang mirip
opioid endogen dan reseptor untuk zat ini. Dengan
Analgesik opioid merupakan kelompok obat
ditemukannya obat yang bersifat campuran agonis
yang memiliki silat- sitat seperti opium atau morfin.
dan antagonis opioid yang tidak meniadakan keter-
Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmako- gantungan lisik akibat morfin maka penggunaan
dinamik yang lain, golongan obat ini terutama digu-
istilah analgesik narkotik untuk pengertian larmako-
nakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa. logik tidak sesuai lagi.
nyeri.
Tetapi semua analgesik opioid menimbulkan Peptida opioid endogen. Telah diidentifikasi 3
adiksi, maka usaha untuk mendapatkan suatu anal- jenis peptida yang terdapat dalam otak dan jaringan
gesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan lain yang terikat pada reseptor opioid, yakni enke-
tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat falin, endorfin dan dinorfln. Peptida opioid en-
dengan morlin tanpa bahaya adiksi. dogen tersebut diperkirakan berperan pada trans-
Yang termasuk Golongan obat opioid ialah misi saraf, meskipun mekanisme kerja sebagai
(1) obat yang berasal dari opium-morfin; (2) senya- analgesik belum jelas diketahui. Tiap jenis berasal
wa semisintetik morfin; dan (3) senyawa sintetik dari prekursor polipeptida yang berbeda secara
yang berelek seperti morfin. Obat yang mengan- genetik dan memperlihatkan distribusi anatomis
tagonis efek opioid disebut antagonis opioid. Re- yang khas. Prekursor ini disebut proenkelalin A,
septor tempat terikatnya opioid di sel otak disebut pro-opiomelanokortin (POMC) dan prodinorlin (pro-
reseptor opioid. enkelalin B). Masing-masing prekursor mengan-
Dahulu digunakan istilah analgesik narkotik dung sejumlah peptida yang aktif secara biologik,
untuk analgesik kuat yang mirip morfin. lstilah ini baik sebagai opioid maupun nonopioid yang telah
berasal dari kata narkosis bahasa Yunani yang dideteksi dalam darah dan berbagaijaringan.
't90
Farmakologi dan Terapi

Rcseptor opioid maiemuk (multiple). Konsep re_ lebih kuat dibandingkan dengan terhadap reseptor
septor analgesik yang berinteraksi dengan berbagai k atau 6.
senyawa untuk menimbulkan analgesia sudah di_ Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid
ajukan sejak lama, akan tetapi baru sejak 1973 maka obat-obat yang tergolong opioid dibagi men-
reseptor opioid diidentifikasi dan dapat ditentukan jadi : 1. Agonis opioid menyerupai morfin, yaitu yang
distribusi anatomisnya. Opioid berinteraksi dengan bekerja sebagai,agonis terutama pada reseptor p,
reseptor opioid untuk menimbulkan efeknya dan dan mungkin pada reseptor k dan (contoh : mor-
potensi analgesik tergantung pada alinitasnya ter- lin); 2. Antagonis opioid, yaitu yang tidak memiliki
hadap reseptor opioid spesifik. Telah terbukti ter_ aktivitas agonis pada semua reseptor (c€ntoh : na-
dapat berbagai jenis reseptor opioid di SSp dan lokson); 3. Opioid dengan kerja campur: a. agonis-
adanya berbagai jenis reseptor tersebut dapat men_ antagonis opioid, yaitu yang bekerja sebagai agonis
jelaskan adanya berbagai efek opioid. Reseptor p pada beberapa reseptor dan sebagai antagonis
(mu) diperkirakan memperantarai efek analgetik mi- atau agonis lemah pada reseptor lain (contoh :
rip morfin, euforia, depresi napas, miosis, berku_ nalorlin, pentazosin) dan b. agonis parsial (contoh :
rangnya motilitas saluran cerna. Reseptor k (kappa) buprenorlin).
diduga memperantarai analgesia seperti yang di_
timbulkan pentazosin, sedasi serta miosis dan de- Tabel 14-1. RINGKASAN KERJA PROTOTIP AGONIS,
presi napas yang tidak sekuat agonis p, reseptor o ANTAGONIS, AGONIS. ANTAGONIS
(sigma) diperkirakan berhubungan dengan elek psi_ PADA RESEPTOR OPIOID
kotomimetik yang ditimbulkan oleh pentazosin dan
lain agonis-antagonis. Selain itu di susunan saraf
pusat juga didapatkan reseptor 6 (delta) yang selek- Macam Reseptor
Senyawa
tif terhadap enkefalin dan reseptor e (epsilon) yang
sangat selektif terhadap beta-endorfin tetapi tidak
mempunyai alinitas terhadap enkelalin. Terdapat Morfin ++ + +
bukti-bukti yang menunjukkan bahwa reseptor 6 +++
Fentanil + +
(delta) memegang peranan dalam menimbulkan de_
presi pernapasan yang ditimbulkan opioid. Dari pe_ Pentazosin TA ++
nelitian pada tikus didapatkan bahwa reseptor 6 Butorfanol TA ++
dihubungkan dengan berkurangnya lrekuensi na_ Malbulin - TA ++
pas, sedangkan reseptor p dihubungkan dengan Buprenorlin P TA
berkurangnya tidal volume. Reseptor p ada 2 jenis
Nalokson
yaitu reseptor p1, yang hanya didapatkan di SSp
dan dihubungkan dengan analgesia supraspinal, Nalorfin - TA .+
penglepasan prolaktin, hipotermia dan katalepsi
Keterangan
sedangkan reseptor p2 dihubungkan dengan penu- +- agonis; - - antagonis; P -agonis parsial;
runan tidal volume dan bradikardia. Analgesik yang TA - data tidak ada atau tidak lengkap.
berperan pada tingkat spinal diduga berinteraksi Perbandingan jumlah simbol pada berbagai reseptor
dengan reseptor 6 dan r. menunjukkan d€rajat s€lektlvitas.
Meskipun dari penelitian didapatkan bahwa
reseptor yang berbeda memperantarai elek yang
berbeda, masih diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk menentukan peran reseptor secara pasti.
Suatu opioid mungkin dapat berinteraksi den-
2. MORFIN DAN ALKALOID OPIUM
gan semua jenis reseptor akan tetapi dengan afi-
nitas ylng berbeda, dan dapat bekerja sebagai . 2.1. ASAL, KtMtA, DAN SAR
agonis, agonis parsial atau antagonis terhadap
masing-masing reseptor. (Tabel 14-1). Nalokson Opium atau candu adalah getah papaver som-
sebagai antagonis opioid diketahui berikatan kuat niferum I
yang telah dikeringkan. Alkaloid asal
dengan hampir semua reseptor kecuali beberapa opium secara kimia dibagi dalam dua golongan : (1)
jenis reseptor o. Walaupun demikian, alinitas nalok- golongan lenantren, misalnya morfin dan kodein
son terhadap reseptor F umumnya sepuluh kali dan (2) golongan benzilisokinolin, misalnya nos-
Analgesik opioid 191

kapin dan papaverin. Dari alkaloid derivat lenantren usus; sebaliknya terjadi penambahan efek stimulasi
yang alamiah telah dibuat berbagai derivat semisin- SSP. Substitusi pada R2 mengakibatkan bertam-
tetik Oabel 14-2). Hubungan kimia dan efek larma- bahnya efek opioid dan efek depresi napas. Sub-
kodinamik masing-masing derivat akan dibicarakan stitusi pada Rr dan Rz bersamaan, mengakibatkan
dibawah ini. bertambahnya efek konvulsif dan berkurangnya
R1-O pada morlin berupa gugus OH, yang elek emetik (Gambar 14-1).
bersilat fenolik, sehingga disebut sebagai OH
fenolik; sedangkan OH pada Rz-O bersilat alkoholik
sehingga disebut sebagai OH alkoholik. Atom hidro-
gen pada kedua gugus itu dapat diganti oleh ber-
bagai gugus membentuk berbagai alkaloid opium.
Elek farmakologik masing-masing derivat se-
cara kualitatil sama tetapi berbeda secara kuanti-
tatil dengan morfin. Gugus OH fenolik bebas berhu-
bungan dengan elek analgetik, hipnotik, depresi
napas dan obstipasi. Gugus OH alkoholik bebas
merupakan lawan efek gugusan OH fenolik. Adanya
kedua gugusan OH bebas disertai elek konvulsil
dan elek emetik yang tidak begitu kuat. Substitusi
Rr mengakibatkan berkurangnya efek analgetik,
efek depresi napas dan efek spasmodik lerhadap Gambar 14.1. Morfin (Rr - Rz = H)

Tabel 14-2. STRUKTUR KIMIA OPIOIO OAN ANTAGONIS OPIOID

Posisi dan Radikal Kimia


Namaobat perubahan
*
17 lain

Morfin -oH -oH -CHg


Heroin -OCOCHs -OCOCHg -CHs
Hidromorfon -oH =o -CHg (1)
Oksimorfon -oH ro -CHs (1):(2)
Levorlanol -oH .H -CHs (1),(3)
Levalorfan -oH .H -CHzCH=CHe (1).(3)
Kodein -OCHs -oH -CHs
Hidrokodon -OCHs ,o -CHg (1)

Oksikodon -OCHs -o -CHs 0).(2)


Nalorfin -oH -oH -CH2Cl'1-61'1,
Nalokson -oH ro -CHaCH-CHe (1).(2)
Naltrekson -oH :o -cxa{ (1).(21

Butortanol -oH -H -cxz-Q (2).(3)


Nalbufin -oH -oH -cxz-Q (1).(2)
Tebain -OCHg -OCHs -CHs

' Nomor 3, 6 dan 17, menunjukkan posisi dalam mol€kul modin sebagai.lerlihat pada Gambar 1+1.
+ Porubahan laln dahm molekul morlin adalah sebagal berikut:
(1) : ikalan tunggal sebagai ganti ikatan rangkap Cr dan Ce.
(2) : gugus OH ditambahkan pada Cr
(3) : tldak ada alom oksigen antara Cr dan Cs.
192 Farmakologi dan Terapi

2.2. FARMAKODINAMIK sang nyeri. Mekanisme ini berperan penting jika


morlin diberikan sebelum terjadi stimulasi nyeri. Bila
morfin diberikan setelah timbul nyeri, mekanisme
Elek morfin pada susunan saraf pusat dan
lain lebih penting. (2) Morfin dapat mempengaruhi
usus ferutama ditimbulkan karena morlin bekerja
emosi, artinya morfin dapat mengubah reaksi yang
sebagai agonis pada reseptor u. Akan tetapi selain
timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri
itu morfin juga mempunyai afinitas yang lebih lemah
diterima oleh koileks serebri dari talamus. Setelah
terhadap reseptor o dan k.
pemberian morlin penderita masih tetap merasakan
SUSUNAN SARAF PUSAT. Narkosis. Efek morfin nyeri, tetapi reaksi terhadap nyeri yaitu kuwatir,
terhadap SSP berupa analgesia dan narkosis. Anal- takut, reaksi menarik diri (withdrawal) tidak timbul.
gesia oleh morlin dan opioid lain sudah timbul sebe- (3) Modin memudahkan tidur dan pada waktu tidur
lum penderita tidur dan seringkali analgesia terjadi ambang rangsang nyeri meningkat.
tanpa disertai tidur. Morfin dosis kecil (5-10 mgr) Antara nyeri dan efek analgetik (juga elek
menimbulkan euloria pada penderita yang sedang depresi napas) morlin dan opioid lain terdapat anta-
menderita nyeri, sedih dan gelisah. Sebaliknya, gonisme, artinya nyeri merupakan antagonis laalan
dosis yang sama pada orang normal seringkali me- bagi efek analgetik dan efek depresi napas morfin.
nimbulkan disforia berupa perasaan kuatir atau Bila nyeri sudah dialami beberapa waktu sebelum
takut disertai mual dan muntah. Morfin menimbul- pemberian morlin, elek analgetik obat ini tidak be-
kan pula rasa kantuk, tidak dapat berkonsentrasi, gitu besar. Sebaliknya bila stimulus nyeri ditimbul-
sukar berfikir, apatis, aktivitas motorik berkurang, kan setelah elgk analgetik morfin mencapai maksi-
ketajaman penglihatan berkurang dan letargi, eks- mum, dosis morfin yang diperlukan untuk meniada-
kan nyeri itu jauh lebih kecil. Penderita yang sedang
tremitas terasa berat, badan terasa panas, muka
gatal dan mulut lerasa kering, depresi napas dan mengalami nyeri hebat dan memerlukan morfin
dosis besar untuk menghilangkan penderitaannya,
miosis. Rasa nyeri berkurang, rasa lapar hilang dan
dapat tahan terhadap depresi napas morfin. Tetapi
dapat timbul muntah yang tidak selalu disertai mual.
jika nyeri itu tiba-tiba hilang, maka besar kemung-
Dalam lingkungan yang lenang orang yang diberi-
kinan timbul gejala depresi napas oleh morfin.
kan dosis terapi (15-20 mg) morlin akan tertidur
cepat dan nyenyak diserlai mimpi, napas lambat Eksitasi. Morfin dan opioid lain sering menimbulkan
dan miosis" mual dan muntah, sedangkan delirium dan konvulsi
lebih jarang timbul. Faktor yang dapat mengubah
Analgesia. Elek analgetik morfin dan opioid lain efek eksitasi morfin ialah idiosinkrasi dan tingkat
sangal selektil dan tidak disertai oleh hilangnya eksitasi refleks (reflex excitatory level) SSP. Bebe-
lungsi sensorik lain yaitu rasa raba, rasa getar (vi- rapa individu, terutama wanita dapat mengalami
brasi), penglihatan dan pendengaran; bahkan per- eksitasi oleh morfin, misalnya mual dan muntah
sepsi stimulasi nyeri pun tidak selalu hilang setelah yang mendahului depresi, tetapi delirium dan kon-
pemberian modin dosis terapi. Yang terjadi adalah vulsi jarang timbul. Kemungkinan timbulnya eksitasi
suatu perubahan reaksi terhadap stimulus nyeri itu; ini lebih besar pada beberapa derivat morfin dan
penderita sering mengatakan bahwa nyeri masih alkaloid alam lain. Kodein tidak menyebabkan de-
ada tetapl ia tidak menderita lagi. presi progresil bila dosisnya dibesarkan, tetapi
Pengaruh morlin lerhadap modalitas nyeri justru menyebabkan eksitasi; sedangkan heroin
yang tidak lajam (dull pain) dan berkesinambungan menimbulkan eksitasi sentral. Morlin dan obat kon-
lebih nyata dibandingkan dengan pengaruh morfin vulsan sentral mengadakan sinergisme, maka mor-
terhadap nyeri tajam dan intermiten. Dengan dosis tin tidak c.ocok untuk terapi konvulsi.
terapi morlin dapat meredakan nyeri kolik renal atau Pada beberapa spesies efek eksitasi mbrfin
kolik empedu. Nyeri mendadak yang menyertai jauh lebih jelas. Misalnya pada kucing morfin me-
tabes dorsalis (tabetic cn'se), tidak dapat dihilang- nimbulkan mania, midriasis, hipersalivasi, dan hi-
kan dengan sempurna oleh morfin. Berbeda den- pertermia, konvulsi tonik dan klonik yang dapat
gan salisilat, morfin dapat mengatasi nyeri yang berakhir dengan kematian. Fenomen ini juga timbul
berasal dari alat dalam maupun yang berasal dari pada kucing tanpa korteks serebri (decorticated
integumen, otot dan sendi. cat), maka elek ini tidak dapat disamakan dengan
Elek analgetik morfin tirnbul berdasarkan 3 release mechanism pada stadium ll anestesia
mekanisme. (1) Morfin rneninggikan ambang rang- umum.
Analgesik opioid 193

Miosis, Morfin dan kebanyakan agonis opioid yang Dengan dosis terapi (15 mg morfin subkutan)
bekerja pada reseptor p dan r menyebabkan mio- pada penderita yang berbaring, jarang terjadi mual
sis. Miosis ditimbulkan oleh perangsangan pada dan muntah, tetapi 40% penderita berobat jalan
segmen otonom inti saraf okulomotor, Miosis ini mengalami mual dan 15% penderita mengalami
dapat dilaWan oleh atropin dan skopolamin. Pada muntah. Elek mual dan muntah akibat morlin diper-
intoksikasi morlin, pin point pupils merupakan kuat oleh stimulasi vestibular, sebaliknya analgetik
gejala yang khas. Dilatasi berlebihan hanya timbul opioid sintetik meningkatkan sensitivitas vestibular.
pada stadium akhir intoksikasi modin, yaitu jika Obat-obat yang bermanlaat untuk motion sickness
sudah ada asfiksia. Meskipun toleransi ringan dapat kadang-kadang dapat menolong mual akibat opioid
terjadi akan tetapi penderita adiksi dengan kadar pada penderita berobat jalan.
opioid dalam sirkulasi yang tinggi akan selalu meng-
alami miosis. Morfin dalam dosis terapi memper- SALURAN CERNA. Penelitian pada manusia telah
tinggi daya akomodasi dan menurunkan tekanan membuktikan bahwa morfin berelek langsung pada
intraokuler, baik pada orang normal maupun pada saluran cerna, bukan melalui efeknya pada SSP.
penderita glaukoma.
Lambung. Mortin menghambat sekresi HCl, tetapi
Depresi napas. Morfin menimbulkan depresi napas elek ini lemah. Selanjutnya morfin menyebabkan
secara primer dan bersinambung berdasarkan efek pergerakan lambung berkurang, tonus bagian an-
langsung terhadap pusat napas di batang otak. trum meninggi dan motilitasnya berkurang sedang-
Pada dosis kecilmorfin sudah menimbulkan depresi kan slingter pilorus berkontraksi. Akibatnya perge-
napas tanpa menyebabkan tidur atau kehilangan rakan isi lambung ke duodenum diperlambat. Per-
kesadaran, Dosis toksik dapat menyebabkan fre- lambatan ini disebabkan juga oleh peninggian tonus
kuensi napas 3-4 kali/menit dan kematian pada duodenum. Pemotongan saraf ekstrinsik lambung
keracunan morfin hampir selalu disebabkan oleh tidak mempengaruhi elek terhadap lambung ini.
depresi napas. Pada depresi napas, terjadi penu- Pada manusia peninggian tonus otot polos lambung
runan lrekuensi napas, volume semenit dan tidal oleh morfin sedikit diperkecil oleh atropin.
exchange, akibatnya Pcoe dalam darah dan udara
alveolar meningkat dan kadar 02 dalam darah me- Usus halus. Morfin mengurangi sekresi empedu
nurun. Kepekaan pusat napas terhadap CO2 berku- dan pankreas, dan memperlambat pencernaan ma-
rang. Kadar COz 5% tidak lagi menimbulkan pe- kanan di usus halus, Pada manusia, morfin mengu-
ninggian ventilasi pulmonal. rangi kontraksi propulsil, meninggikan tonus dan
Morlin dan analgesik opioid lain berguna untuk spasme periodik usus halus. Elek morfin ini lebih
menghambat refleks batuk. Depresi relleks batuk ini jelas terlihat pada duodenum" Penerusan isi usus
ternyata tidak berjalan sejajar dengan depresi yang lambat disertai sempurnanya absorpsi air me-
napas. Efek depresi napas lebih besar pada morfin nyebabkan isi usus menjadi lebih padat. Tonus
dan efek depresi batuknya lebih lemah; sedangkan valvula ileosekalis juga meninggi, Atropin dosis be-
efek depresi batuk kodein kuat dan efek depresi sar tidak lengkap melawan efek morfin ini.
napasnya tidak begitu kuat. Elek dionin terhadap
napas mirip efek kodein. Obat yang menekan re- Usus besar. Morfin mengurangi atau menghilang-
lleks batuk tanpa disertai depresi napas misalnya kan gerakan propulsi usus besar, meninggikan to-
noskapin. nus dan menyebabkan spasme usus besar; akibat-
nya penerusan isi kolon diperlambat dan tinja men-
Mual dan muntah. Elek emetik morfin terjadi berda- jadi lebih keras. Daya persepsi korteks telah dipe-
sarkan stimulasi langsung pada emetic chemore- ngaruhi morfin sehingga penderita tidak merasakan
ceptor trigger zone di area postrema medula oblo- kebutuhan untuk defekasi. Walaupun tidak lengkap
ngata, bukan oleh stimulasi pusat emetik sendiri. elek morlin pada kolon dapat diantagonis oleh atro:
Apomorfin menstimulasi CTZ paling kuat. Efek pin. Efek konstipasi kodein lebih lemah daripada
emetik kodein, heroin, metildihidromorfinon dan morfin. Pecandu opioid terus menerus menderita
mungkin juga dihidromorfin lebih kecil daripada elek periode konstipasi dan diare secara bergantian,
emetik morfin. Obat emelik lain tidak elektil setelah karena tidak terjadi toleransi terhadap elek konsti-
pemberian morfin. pasiopioid.
Derivat lenotiazin, yang merupakan bloker
dopamin kuat dapat mengatasi mual dan muntah Duktus koledokus. Dosis terapi morfin, kodein,
akibat morfin. dihidromorlinon dan metildihidromodinon menim-
194 Farmakologi dan Terapi

bulkan peninggian tekanan dalam duktus koledo- nimbulkan rasa ingin miksi, tetapi karena slingter
kus, dan efek ini dapat menetap selama 2 jam atau juga berkontraksi maka miksi sukar. Morfin dapat
lebih. Keadaan ini sering disertai perasaan tidak menimbulkan bronkokonstriksi, tetapi pada dosis
enak di epigastrium sampai gejala kolik beral. terapi efek ini jarang timbul. Morfin memperlambat
Menghilangnya nyeri setelah pemberian morfin berlangsungnya partus. Pada uterus a terme morlin
pada penderita kolik empedu berdasarkan atas elek menyebabkan interval antar- kontraksi lebih besar
sentral morfin. Pada pemeriksaan radiografis terli- dan netralisasi elek oksitosin. Morfin merendahkan
hat konstriksi sfingter Oddi. Atropin menghilangkan tonus uterus pada masa haid dan menyebabkan
sebagian spasme ini. Pemberian nalorfin, amilnitrit uterus lebih tahan terhadap regangan. Mungkin
secara inhalasi, nitrogliserin sublingual dan ami- atas dasar ini morfin mengurangi nyeri dismenore.
nofilin lV akan meniadakan spasme saluran em-
pedu oleh morfin, KULIT. Dalam dosis lerapi morfin menyebabkan
pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tam-
SISTEM KARDIOVASKULAR. Pemberian morfin pak merah dan terasa panas terutam a di flush area
dosis terapi tidak mempengaruhi tekanan darah, (muka, leher, dan dada bagian atas). Keadaan ter-
frekuensi maupun irama denyut jantung. Perubah- sebut mungkin sebagian disebabkan oleh terjadi-
an yang terjadi adalah akibat elek depresi pada nya penglepasan histamin oleh morfin dan sering-
pusat vagus dan pusat vasomotor yang baru terjadi kali di sertai dengan kulit yang berkeringat. Pruritus
pada dosis toksik. Tekanan darah turun akibat hi- kadang-kadang dapat terjadi mungkin akibat peng-
poksia pada stadium akhir intoksikasi moriin. Hal ini lepasan histamin atau pengaruh langsung morfin
terbukti dengan dilakukannya napas buatan atau pada saraf.
dengan memberikan oksigen: tekanan darah naik
meskipun depresi medula oblongata masih ber- METABOLISME. Morfin menyebabkan suhu badan
langsung. turun akibat aktivitas otot yang menurun, vasodila-
Morfin dan opioid lain menurunkan kemam- tasi perifer dan penghambatan mekanisme neural
puan sistem kardiovaskular untuk bereaksi terha- di SSP. Kecepatan metabolisme dikurangi oleh
dap perubahan sikap. Penderita mungkin menga- morlin. Hiperglikemia timbultidak tetap akibat peng-
lami hipotensi ortostatik dan dapat jatuh pingsan, lepasan adrenalin yang menyebabkan glikogeno-
terutama akibat vasodilatasi periter yang terjadi ber- lisis. Setelah pemberian morfin volume urin berku-
dasarkan efek langsung terhadap pembuluh darah rang, disebabkan merendahnya laju tiltrasi glome-
kecil. Morfin dan opioid lain melepaskan histamin rulus, alir darah ginjal, dan penglepasan ADH. Hipo-
yang merupakan faktor penting dalam timbulnya tiroidisme dan insulisiensi adrenokortikal mening-
hipotensi. katkan kepekaan orang terhadap morfin.
Elek morfin terhadap miokard manusia tidak
berarli; frekuensi jantung tidak dipengaruhi atau
hanya menurun sedikit, sedangkan efek terhadap 2.3. FARMAKOKINETIK
curah jantung tidak konstan. Gambaran elektrokar-
diogram tidak berubah. Modin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi
Morfin dan opioid lain harus digunakan den- dapat diabsorpsi melalui kulit luka. Morfin juga da-
gan hati-hati pada keadaan hipovolemia karena pat menembus mukosa. Dengan kedua cara pem-
mudah timbul hipotensi. Penggunaan opioid ber- berian ini absorpsi morfin kecil sekali. Modin dapat
sama derivat lenotiazin menyebabkan depresi diabsorpsi usus, tetapi elek analgetik setelah pem-
napas dan hipotensi yang lebih besar. Morlin harus berian oral jauh lebih rendah daripada efek anal-
digunakan dengan sangat hati-hati pada penderita getik yang timbul setelah pemberian parenterql de-
korpulmonale, sebab dapat menyebabkan ngan dosis yang sama. Mula kerja semua alkaloid
kematian. opioid setelah suntikan lV sama cepat, sedangkan
OTOT POLOS LAIN. Morfin menimbulkan pening- setelah suntikan subkutan, absorpsi berbagai alka-
gian tonus, amplitudo serta kontraksi ureter dan loid opioid berbeda-beda. Setelah pemberian dosis
kandung kemih. Efek ini dapat dihilangkan dengan tunggal, sebagian morfin mengalami konyugasi de-
pemberian 0,6 mg atropin subkutan. Hilangnya rasa ngan asam glukuronat di hepar, sebagian dikeluar-
nyeri pada kolik ginjal disebabkan oleh efek anal- kan dalam bentuk bebas dan 10% tidak diketahui
gesia morfin. Peninggian tonus otot detrusor me- nasibnya. Morfin dapat melintasi sawar uri dan
Analgesik opioid
195

mempengaruhi janin. Ekskresi morfin terutama


me_ an urin sangat berkurang karena terjadi pengle-
lalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan pasan ADH dan turunnya tekanan
dalam tinja dan keringat. Morfin yang terkonyugasi darah, Suhu ba_
dan rendah, kulit terasa dingin, tonus otot
ditemukan dalam empedu. Sebagian yung rangka
,ung"t rendah, mandibula dalam keadaan relaksasi
kecil dikeluarkan bersama cairan tamOungl dan
lidah dapat menyumbat jalan napas. pada bayi
. Kodein mengalami demetilasi menladi mortin
dan CO2. COe inldikeluarkan oleh paru_paru.
mungkin timbul konvulsi. Kematian biasanya
dis_
Seba- ebabkan oleh depresi napas.
gian kodein mengalami N- demetilasi.
Uiin mengan_
dung bentuk bebas dan bentuk konyugasi
dari ko-
dein, norkodein dan morfin 2.5. TOLERANSI, ADIKSI DAN.AAUSE

Terjadinya toleransi dan ketergantungan lisik


setelah penggunaan berulang merupakan
2.4. EFEK SAMPING an spesifik obat-obat opioid. Kemungkina-n !amnar_
untuk
terjadinya ketergantungan f isik tersebul merupakan
ldiosinkrasi dan alergi. Morfin dapat menyebab_
kan mual dan muntah terutama pada wanitaierda-
salah satu alasan utama untuk membatasi peng_
gunaannya,
sarkan idiosinkrasi. Bentuk idiosinkrasi lain
ialah Pada dasarnya adiksi morfin menyangkut
timbulnya eksitasi dengan tremor, dan jarang_ja- fe_
rang delirium; lebih jarang lagi konvulsi dan
nomena berikut : (1) habituasi, yaitu p"rJb"h"n
insom_
nia. Berdasarkan reaksi alergik dapat timbul gejala
psikik emosional sehingga penderita ketagihan
akan morfin; (2) ketergantungan lisik, yaitu
seperti urtikaria, eksantem, dermatitis kontak,-pruri_ kebutuh_
an akan morfin karena faal dan biokimia
tus dan bersin. tubuh tidak
berfungsi lagi tanpa morfin; dan (3) adanya
Bayi dan anak kecil tidak lebih peka terhadap
toleransi.
alkaloid opium, asal saja dosis diperhitungkan
ber-
dasarkan berat badan. Tetapi orang lanjut usia Toleransi ini timbul terhadap etek depresi, tetapi
dan
penderita penyakit berat agaknya lebiir peka tidak timbul terhadap elek eksitasi, miosis
ter- dan efek
hadap efek morfin. Morfin dan opioid lain juga pada usus. Toleransi silang dapat timbul
harus antara
digunakan dengan hati-hati bila daya morfin, dihidromorfinon, metopon, kodein dan
n"_
""juig"n
pas (espiratory reserue) telah beriurang,
misalnya roin. Toleransi timbul setelah 2_3 minggu.
he_
pada emfisem, kifoskoliosis, korpulmoiale Kemdng_
kronik kinan timbulnya toleransi lebih besar 6iia OigunaXan
dan obesitas yang ekstrim. Meskipun penJerita dosis besar secara teratur.
dengan keadaan seperti ini tampaknya dapat Jika pecandu menghentikan penggunaan.
ber_
napas normal, sebenarnya mereka telah menggu_ morfin secara tiba-tiba timbullah gejata puiris
nakan mekanisme kompensasi, misalnya Oeiupa obat
atau gejala abstinensi. Menjelang saat dibutuh_
frekuensi napas yang lebih tinggi. pada penderita kannya morfin, pecandu tersebut,Jruru saXir,!efi,
tersebut kadar COz plasma tinggi secara kronik sah dan iritabel; kemudian tertidur nyenyat<.
dan Se-
kepekaan pusat napas terhadap COz telah berku- waktu bangun ia mengeluh seperti akan mati
Oan
rang. Pembebanan lebih lanjut dalam bentuk lebih gelisah lagi. pada fase iniiimbul gelala
de_ tremor,
presi oleh morfin dapat membahayakan. iritabilitas, lakrimasi, berkeringat, *"rigr"p,
bersin,
mual, midriasis, demam dan napas cepat. b'ejala
lntoksikasi akut. lntoksikasi akut morfin atau ini
op_ makin hebat disertai timbulnya muntah, t<otit
ioid lain biasanya terjadi akibat percobaan bunuh Oan
diare. Frekuensi denyutjantung dan tekanan
diri atau pada takar lajak (overdo.sis). penderita Jaran
meningkat. Penderita merasa panas dingin disertai
tidur, soporous atau koma jika intokiikasi cukup hiperhidrosis..Akibatnya timbul dehidraii, fetosis,
beral. Frekuensi napas lambat, 2-4 kali/menit, dan asidosis dan berat badan penderita menurun.
pernapasan mungkin berupa Cheyne Stokes. pen- Ka-
dang-kadang timbul kolaps kardiovaskular yang
derita sianotik, kulit muka merah iidak merata dan bisa berakhir dengan kematian.
agak kebiruan. Tekanan darah yang mula-mula Addiction liability
baik .kan adiksi atau daya untuk menimbul_
akan menurun sampai terjadi syok bila napas berbeda-beda untuk masing_masing
mem_
buruk, dan ini dapat diperbaiki dengan memberikan obat. Bahaya terbesar didapat pada heroin sebab
gfsiOen, Pupit sangat kecil (pin point pupits), kemu_ heroin menimbulkan euforia yang kuat yang
dian midriasis jika telah terjadianoksia. iembentuk- tidak
disertai mual dan konstipasi. KoJein pating jaiang
196 Farmakologi dan Terapi

menimbulkan adiksi karena kodein sedikit sekali kutan dapat menimbulkan analgesia pada penderita
menimbulkan euloria. Untuk menimbulkan adiksi dengan nyeri yang bersifat sedang hingga berat,
terhadap kodein diperlukan dosis besar. Dengan misalnya nyeri pascabedah. Elektivitas morfin per
dosis. besar ini gejala yang tidak menyenangkan oral hanya 1/6 - 1/5 kali efektivitas morlin subkutan.
sudah terjadi sebelum timbul adiksi. Pemberian 60 mg modin per oral memberi elek
Telah terbukti bahwa kemungkinan untuk pe- analgesik sedikit lebih lemah dan masa kerja lebih
nyalahgunaan opioid yang tergolong opioid agonis- panjang daripada pemberian 8 mg morfin lM.
antagonis lebih kecil daripada opioid agonis p. De- Kodein tersedia dalam bentuk basa bebas
mikian pula halnya dengan opioid yang bekerja atau dalam bentuk garam HCI atau losfat. Satu
selektif sebagai agonis pada reseptor k karena kecil tablet mengandung 10, 15 atau 30 mg kodein. Elek
kemungkinannya untuk menimbulkan euloria. Per- analgetik yang ditimbulkan oleh kodein oral kira-kira
bedaan potensi untuk penyalahgunaan perlu diper- 1/3 dari elek analgetik yang ditimbulkan setelah
timbangkan dalam pemilihan obat untuk terapi. pemberian parenteral. Dosis tunggal 32 mg kodein
per oral memberikan efek analgetik sama besar
dengan efek 600 mg asetosal. Pemberian kedua
2.6. INTERAKSIOBAT obat ini bersamaan akan menyebabkan potensiasi.
Dosis kodein sebagai antitusif ialah 10 mg untuk
Efek depresi SSP beberapa opioid dapat di- orang dewasa. Dosis ini setara dengan dosis morfin
perhebat dan diperpanjang oleh tenotiazin, peng-
2-4m9.
hambat monoamin oksidase dan antidepresi trisik- Untuk menimbulkan emesis digunakan 5 - 10
lik. Mekanisme supraaditif ini tidak diketahui dengan
mg apomorlin subkutan.
tepal, mungkin menyangkut perubahan dalam ke-
cepatan biotransformasi opioid atau perubahan pa-
da neurotransmitor yang berperan dalam kerja 2.8. INDtKASt
opioid. Beberapa lenotiazin mengurangi jumlah op-
ioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat TERHADAP NYERI. Morfin dan opioid lain teruta-
analgesia tertentu. Tetapi efek sedasi dan depresi ma diindikasikan untuk meredakan atau menghi-
napas akibat morfin akan diperberat oleh lenotiazin
langkan nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan
tertentu, dan selain itu ada elek hipotensi fenotiazin,
analgesik non-opioid. Lebih hebat nyerinya makin
Beberapa derivat lenotiazin meningkatkan besar dosis yang diperlukan. Untunglah pada nyeri
efek sedasi, letapi dalam saat yang sama bersifat hebat depresi napas oleh morfin jarang terjadi, se-
antianalgetik dan meningkatkan jumlah opioid yang
bab nyeri merupakan antidotum laalan bagi efek
diperlukan untuk menghilangkan nyeri. Dosis kecil
depresi napas morfin
amfetamin meningkatkan efek analgetik dan euforia
Morfin sering diperlukan untuk nyeri yang me-
mofin dan dapat mengurangi elek sedasinya. nyertai : 1) inlark miokard; 2) neoplasma; 3) kolik
Selain itu didapatkan sinergisme analgetik antara renal atau kolik empedu; 4) oklusio akut pembuluh
opioid dan obat-obat sejenis aspirin. darah periler, pulmonal atau koroner; 5) perikarditis
akut, pleuritis dan pneumotoraks spontan; dan 6)
nyeri akibat trauma misalnya luka bakar, lraktur dan
2.7. SEDIAAN DAN POSOLOGI nyeri pascabedah, Sebagai medikasi preanestetik,
morfin sebaiknya hanya diberikan pada penderita
Sediaan yang mengandung campuran alka- yang sedang menderita nyeri. Bila tidak ada nyeri
loid dalam bentuk kasar beraneka ragam dan masih
dan obat preanestetik hanya dimaksudkan untuk
dipakai. Misalnya pulvus opii mengandung 10% menimbulkan ketenangan atau tidur, lebih balk di-
morfin. Pulvus Doveri mengandung 10% pulvus gunakan pentobarbital atau diazepam.
opii, maka 150 mg pulvus Doveri mengandung 1,5
mg morfin. TERHADAP BATUK DAN SESAK. Penghambatan
Sediaan yang mengandung alkaloid murni da- relleks batuk dapat dipertanggungjawabkan pada
pat digunakan untuk pemberian oral maupun paren- batuk yang tidak produktil dan hanya iritatif. Batuk
teral. Yang biasa digunakan ialah garam HCl, ga- demikian mengganggu tidur dan menyebabkan
ram sullat atau loslat alkaloid mor{in, dengan kadar penderita tidak dapat beristirahat dan mungkin se-
10 mg/ml. Pemberian 10 mg/70 kgBB rnorlin sub- kali disertai nyeri. Akan tetapi dewasa ini penggu-
197
Analgesik opioid

naan analgesik opioid untuk mengatasi batuk telah 3. MEPERIDIN DAN DERIVAT
banyak ditinggalkan karena telah banyak obat-obat FENILPIPERIDIN LAIN
sintetik lain yang elektil yang tidak menimbulkan
adiksi. Sesak napas padadekompensasio akutven-
trikel kirldan edema pulmonal hanya dapat dihilang-
kan dengan pemberian derivat opium. 3.1. KIMIA
EFEK ANTIDIARE. Alkaloid morfin berguna untuk Meperidin yang juga dikenal sebagai petidin'
menghentikan diare berdasarkan elek langsung ter- secara kimia adalah etil-1-metil-4-fenilpiperidin-4-
hadap otot polos usus. Pada pengobatan diare yang karboksilat. Struktur kimia meperidin, dan derivat
disebabkan oleh intoksikasi makanan atau intok- lenilpiperidin lain dapat dilihat dalam Gambar 14-2.
sikasi akut obat, pemberian morfin harus didahului
oleh pemberian garam katartik untuk mengeluarkan
penyebab. Dosis alkaloid morlin yang menyebab- 3.2. FARMAKODINAMIK
kan sembelit dan menghambat refleks batuk kira-
kira sama. Akan tetapi dewasa ini telah tersedia Elek larmakodinamik meperidin dan derivat
senyawa-senyawa sintetik yang bekerja lebih selek- lenilpiperidin lain serupa satu dengan yang lain'
til pada saluran cerna misalnya difenoksilat dan Meperidin terutama bekerja sebagai agonis resep-
loperamid. tor p. Obat lain yang mirip dengan meperidin ialah
piminodin, ketobemidon dan fenoperidin.

Senyawa R3

R3

--cocH2cH3
Meperidin lt
o

-OCCH2CH3
Alfaprodin o

Difenoksilat
-"'.*5-
a
Fentanil
-"n***-@ _H

Gambar 14-2' Rumus kimia meperidin dan derivatnya


198
Farmakologi dan Terapi

SUSUNAN SARAF PUSAT. Sepertimorfin, mepe- pasan ADH. Meperidin merangsang CTZ, sehingga
ridin menimbulkan analgesia, sedasi, euforia, de- menimbulkan mual dan muntah.
presi napas dan efek sentral lain.
SISTEM KARDIOVASKULAR. pemberian dosis
Analgesia. Elek analgetik meperidin serupa de- terapi meperidin pada pasien yang berbaring tidak
ngan elek analgetik morfin, Efek analgetik mepe- mempengaruhi sistem kardiovaskular, tidak meng-
ridin mulai timbul 15 menit setelah pemberian oral hambat kontraksi miokard dan tidak mengubah
dan mencapai puncak dalam 2 jam. Elek analgetik gambaran EKG. Penderita berobat jalan mungkin
timbul lebih cepat setelah pemberian subkutan itau menderita sinkop disertai penurunan tekanan
intramuskulus yaitu dalam 'l 0 menit, mencapai pun- darah, tetapi gejala ini cepat hilang jika penderita
cak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3-5 jam. berbaring. Sinkop timbul pada penyuntikan cepat
Elektivitas meperidin 75-100 mg parenteral kurang meperidin lV karena terjadi vasodilatasi perifer dan
lebih sama dengan morfin 10 mg. Karena bioavai- penglepasan histamin. Seperti morfin, meperidin
labilitas oral 40-60% maka elektivitas sebagai anal- dapat menaikkan kadar CO2 darah akibat depresi
gesik bila diberikan per oral setengahnya dari bila napas; kadar COz yang tinggi ini menyebabkan
diberikan parenteral. dilatasi pembutuh darah otak sehingga timbul kenai-
kan tekanan cairan serebrospinal.
Sedasi, euforia dan eksitasi. pada dosis ekuianal-
gesik, sedasi yang terlihat sama dengan sedasi OTOT POLOS. Saluran cerna. Elek spasmogenik
pada morfin. Pemberian meperidin kepada pasien meperidin terhadap lambung dan usus kecil lebih
yang menderita nyeri atau cemas, akan menim- lemah daripada modin. Kontraksi propulsil dan non-
bulkan euloria. Berbeda dengan morfin, dosis toksik propulsil saluran cerna berkurang, tetapi dapat tim-
meperidin kadang- kadang menimbulkan perang- bulspasme dengan tiba-tiba serta peninggian tonus
sangan SSP misalnya lremor, kedutan otot dan usus, Seperti modin, kodein dan metadon, meperi-
konvulsi. Efek tersebut sebagian besar disebabkan din menimbulkan spasme saluran empedu. Meperi-
oleh metabolitnya yaitu normeperidin. din lebih lemah daripada morlin, tetapi lebih kuat
daripada kodein dalam menimbulkan spasme salur-
Saluran napas. Meperidin dalam dosis ekuianal-
getik menimbulkan depresi napas sama kuat den- an empedu. Meperidin tidak menimbulkan konsti-
gan morfin dan mencapai puncaknya dalam 1 jam pasi sekuat morlin, sehingga meperidln tidak.ber-
guna untuk pengobatan simtomatik diare.
setelah suntikan lM. Kedua obat ini menurunkan
kepekaan pusat napas terhadap COe dan mempe- Otot Bronkus. Meperidin dapat menghilangkan
ngaruhi pusat yang mengatur irama napas dalam bronkospasme oleh hislamin dan metakolin, namun
pons. Berbeda dengan morfin, meperidin terutama pemberian dosis terapi meperidin tidak banyak
menurunkan tidal volume, sedangkan lrekuensi na- mempengaruhi otot bronkus normal. Dalam dosis
pas kurang dipengaruhi. Sebaliknya, mortin teruta- besar obat ini justru dapat menimbulkan bronko-
ma menimbulkan penurunan lrekuensi napas. pe- konstriksi.
rubahan lrekuensi napas lebih mudah dilihat dari-
pada perubahan tidal volume, sehingga elek de- Ureter. Setelah pemberian meperidin dosis terapi,
presi napas oleh meperidin tidak disadari. Depresi peristaltik ureter berkurang. Hal ini disebabkan oleh
napas oleh meperidin dapat dilawan oleh nalokson berkurangnya produksi urin akibat dilepaskannya
dan antagonis opioid lain. ADH dan berkurangnya laju liltrasi glomerulus.

Efek neural lain. Pemberian meperidin secara sis- Uterus. Meperidin sedikit merangsang uterus
temik menimbulkan anestesia kornea, dengan aki- dewasa yang tidak hamil. Aktivitas uterus hamil tua
bat menghilangnya refleks kornea. Berbeda dengan tidak banyak dipengaruhi oleh meperidin; dan pada
morfin, meperidin tidak mempengaruhi diameter uterus yang hiperaktil akibat oksitosin, meperidin
pupil dan refleks pupil, Seperti morlin dan metadon, meningkatkan tonus, menambah lrekuensi dan in-
meperidin meningkatkan kepekaan alat keseimba- tensitas kontraksi uterus. Jika meperidin diberikan
ngan yang merupakan dasar timbulnya mual, mun- sebelum pemberian oksitosin, obat ini tidak meng-
tah dan pusing pada mereka yang berobat jalan. antagonis efek oksitosik. Dosis terapi meperidin
Seperti morfin dan metadon, meperidin tidak ber- yang diberikan sewaktu parlus tidak memperlambat
efek antikonvulsl. Meperidin menyebabkan pengle- kelangsungan parlus dan tidak mengubah kontraksi
Analgesik opioid 199

uterus. Meperidin tidak mengganggu kontraksi atau Kontraindikasi peng gunaan meperidin menye-
involusi uterus pasca persalinan dan tidak menam- rupai kontraindikasi terhadap morfin dan opioid lain.
bah frekuensi perdarahan pasca persalinan. Pada penderita penyakit hati dan orang tua
dosis obat harus dikurangi karena terjadinya peru-
bahan pada disposisi obat, Selain itu dosis mepe-
3.3. FARMAKOKINETIK ridin perlu dikurangi bila diberikan bersama antipsi-
kosis, hipnotik sedatif dan obat-obat lain penekan
Absorpsi meperidin setelah cara pemberian SSP. Pada penderita yang sedang mendapat MAO
apapun berlangsung baik. Akan tetapi kecepatan inhibitor pemberian meperidin dapat menimbulkan
absorpsi mungkin tidak teratur setelah suntikan lM. kegelisahan, gejala eksitasi dan demam.
Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai Takar lajak meperidin dapat mengakibatkan
dalam 45 menit dan kadar yang dicapai sangat timbulnya tremor dan konvulsi bahkan iuga depresi
bervariasi antar individu. Setelah pemberian secara
napas, koma dan kematian. Depresi napas oleh
oral, sekitar 50% obat mengalami metabolisme lin-
meperidin dapat dilawan oleh nalorfin atau nalok-
tas pertama dan kadar maksimal dalam plasma
son. Pada pecandu meperidin yang telah kebal
tercapai dalam 1-2iam. Setelah pemberian mepe-
akan efek depresi, pemberian meperidin dalam do-
ridin lV, kadarnya dalam plasma menurun secara
sis besar dapat menimbulkan tremor, kedutan otot,
cepat dalam 1-2!am pertama, kemudian penurunan
berlangsung dengan lambat. Kurang lebih 60% me- midriasis, refleks hiperaktif dan konvulsi. E{ek pe-
peridin dalam plasma lerikat protein. Metabolisme rangsangan SSP tersebut disebabkan oleh akumu-
meperidin terutama berlangsung di hati. Pada lasi metabolit aktilnya yaitu normeperidin pada
manusia meperidin mengalami hidrolisis menjadi penggunaan jangka panjang, terutama pada pen-
asam meperidinat yang kemudian sebagian meng- derita gangguan fungsi ginjal atau anemia bulan
alami konyugasi. N-demetilasi menghasilkan nor- sabit. Beratnya geiala perangsangan SSP nam-
meperidin, yang kemudian dihidrolisis menjadi paknya sebanding baik dengan kadar absolut nor-
asam normeperidinat dan seterusnya asam ini diko- meperidin maupun rasio normeperidin terhadap
nyugasi pula. Masa paruh meperidin + 3 iam. Pada meperidin. Nalokson dapat mencetuskan konvulsi
penderita sirosis, bioavailabilitas menin gkat sampai pada penderita yang mendapat dosis besar mepe-
80% dan masa paruh meperidin dan normeperidin ridin secara berulang. Bila terjadi gejala perangsa-
memanjang. Meperidin bentuk utuh sangat sedikit ngan terhadap meperidin obat dihentikan dan di-
ditemukan dalam urin. Sebanyak 1/3 dari satu dosis ganti dengan opioid lain (misal modin) untuk meng'
meperidin ditemukan dalam urin dalam bentuk deri- atasi nyeri, dan ditambahkan antikonvulsan ben-
vat N-demetilasi. zodiazepin bila diperlukan. Nalorfin mengadakan
antagonisme terhadap elek depresi tetapi tidak ter'
hadap efek stimulasi mePeridin.

3.4. EFEK SAMPING, KONTRAINDIKASI,


DAN INTOKSIKASI
3.5. AD]KSI DAN TOLEBANSI
Elek samping meperidin dan derivat lenilpipe-
ridin yang ringan berupa pusing, berkeringat, eulo- Toleransi terhadap elek depresi meperidin
ria, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, timbul lebih lambat dibanding dengan modin. Tim-
gangguan penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop bulnya toleransi lambat bila interval pemberian lebih
dan sedasi. Pada penderita berobat jalan reaksi ini dari 3-4 jam, Toleransi tidak terjadi terhadap elek
timbul lebih sering dan lebih berat. Obstipasi dan stimulasi dan elek miriP atroPin.
retensi urin tidak begitu sering timbul seperti pada Gejala putus obat pada penghentian tiba'tiba
morfin tetapi elek sedasinya sebanding morfin. Pen- penggunaan meperidin timbul leblh cepat tapi ber-
derita yang mual dan muntah pada pemberian mor- langsung lebih singkat daripada gejala selelah
lin mungkin tidak mengalami hal tersebut bila morfin penghentian morlin dengan gangguan sistem
diganti dengan meperidin; hal yang sebaliknya juga otonom yang lebih ringan.
dapat terjadi.
200
Farmakologi dan Terapi

3.6. SEDIAAN DAN POSOLOGI ramid. Sebagian besar obat diekskresi bersama
tinja. Kemungkinan disalahgunakannya obat ini
Meperidin HCI tersedia dalam bentuk tablet 50 mg lebih kecil dari dilenoksilat karena tidak menimbul-
dan 100 mg, dan ampul50 mg/ml. Meperidin lazim kan euforia seperti morfin dan kelarutannya rendah.
diberikan per oral atau lM. pemberian meperidin lV Loperamid tersedia dalam bentuk tablet 2 mg dan
menlmbulkan reaksi lebih sering dan lebih berat. sirup 1 mg/5 mldan digunakan dengan dosis 4-g mg
Pemberian meperidin subkutan menyebabkan iri_ per hari.
tasi lokal dan indurasi dan pemberian yang sering
dapal menyebabkan fibrosis berat jaringan otot. Fentanil. Fentanil merupakan opioid sintetik dari
Pemberian 50-100 mg meperidin parenteral dapat kelompok lenilpiperidin (Gambar 14-2). Sebagai
menghilangkan penderitaan sebagian besar pasien analgesik diperkirakan potensinya g0 kali morfin,
dengan nyeri sedang atau hebat. Efektivitas mepe_ fentanil merupakan agonis reseptor u. Lamanya
ridin oral kurang, dan diperlukan dosis yang relatil elek depresi napas lentanil lebih pendek dibanding
lebih besar dari dosis parenteral. dengan meperidin. Efek euloria dan analgesik fen-
tanil diantagonis oleh antagonis opioid, tetapi
Alfaprodin HCl, tersedia dalam bentuk ampul 1 ml secara tidak bermakna diperpanjang masanya atau
dan vial 10 ml dengan kadar 60 mg/ml. diperkuat oleh droperidol yaitu suatu neuroleptik
yang biasanya digunakan bersama sebagai anes-
Difenoksilat. Derivat meperidin ini berelek kons_ tetik lV (lihat bab 9). Dosis tinggi fentanil menim-
tipasi jelas pada manusia. Obat ini dikenal sebagai
bulkan kekakuan yang jelas pada otot lurik, yang
antidiare. Meskipun dalam dosis terapeutik tunggal mungkin disebabkan oleh elek opioid pada trans-
tidak atau sedikit menunjukkan elek subyektif se- misi dopaminergik di striatum. Efek ini diantagonis
perti morfin, dalam dosis 40-60 mg obat ini menun_ oleh nalokson. Fentanil biasanya digunakan hanya
jukkan efek opioid yang khas termasuk euforia, untuk anestesia, meskipun dapat juga digunakan
supresi abstinensi morfin, dan ketergantungan tisik untuk analgesia pasca operasi. Obat ini tersedia
seperti mofin setelah penggunaan kronik. Difenok_ dalam bentuk larulan untuk suntik dan tersedia pula
silat maupun garamnya tidak larut dalam air, se_ dalam bentuk kombinasi tetap dengan droperidol.
hingga obat ini sukar disalahgunakarl secara sunti_
kan. Tersedia dalam bentuk tablet dan sirop yang
mengandung 2,5 mg difenoksilat dan 25 prg atropin
sullat tiap tablet atau tiap 5 ml sirop. Dosis yang
dianjurkan untuk pengobatan diare pada orang de_
wasa 20 mg per hari dalam dosis terbagi,
3.7. tNDtKAS|
Loperamid. Seperti difenoksilat obat ini memper_
lambat motilitas saluran cerna dengan mempe-nga_
ruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat ini Analgesia. Meperidin hanya digunakan untuk me-
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga nimbulkan analgesia. Pada beberapa keadaan kli-
efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan lopera_ nis, meperidin diindikasikan atas dasar masa kerja-
mid dengan reseptor tersebut. Obat ini sama efek- nya yang lebih pendek daripada morfin. Misalnya
tifnya dengan difenoksilat untuk pengobatan diare untuk tindakan diagnostik seperti sistoskopi, pielo-
kronik. Efek samping yang sering dijumpai ialah grali retrograd, gastroskopi dan pneumoensefalo-
kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek grali. Pada bronkoskopi meperidin kurang cocok
konstipasi jarang sekali terjadi. pada sukarelawan karena efek antitusifnya jauh lebih lemah daripada
yang mendapatkan dosis besar loperamid, kadar morfin.
puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam Meperidin digunakan juga untuk menimbulkan
sesudah makan obat. Masa laten yang lama ini analgesia obstetrik dan sebagai obat preanestetik.
disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran Unluk menimbulkan analgesia obstetrik dibanding-
cerna dan karena obat mengalami sirkulasi entero_ kan dengan morfin, meperidin kurang menyebab-
hepatik. Waktu paruhnya adalah 7-14 jam. Lopera_ kan depresi napas pada janin. Tetapi sebagai medi-
mid tidak diserap dengan baik melalui pemberian kasi preanestetik masih dipertanyakan perlunya
oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik; suatu analgesik opioid pada penderita yang tidak
sifat-sifat ini menunjang selektivitas kerja lope_ menderita nyeri.
201
Analgesik oPioid

Miosis yang ditimbulkan metadon lebih lama


4. METADON DAN OPIOID LAIN
daripada miosis oleh morfin. Pada pecandu meta-
don timbul loleransi elek miosis yang cukup kuat'

. 4.''. METADON Sistem Kardiovaskular' Metadon menyebabkan


vasodilatasi periler sehingga dapat menimbulkan
KlMlA. Metadon adalah dl-4,4 dilenil-6-dimetil' hipotensi ortostatik. Pemberian metadon tidak me-
amino-3-heptanon. Struktur kimianya terlihat pada ngubah gambaran EKG tetapi kadang-kadang tim-
Gambar 14-3. bul sinus bradikardi. Obat ini merendahkan kepeka-
an tubuh terhadap COe sehingga timbul retensi COe
yang dapat menimbulkan dilatasi pembuluh darah
serebral dan kenaikan tekanan cairan otak.
FARMAKOKINETIK. Setelah suntikan metadon
611.- cHz
-f-f -CHz--CH-N subkutan ditemukan kadar dalam plasma yang
o-A-
fa\] i . \^cHs
cHs tinggi selama 10 menit pertama. Sekitar 90% meta-
V don terikat protein plasma' Metadon diabsorpsi
secara baik oleh usus dan dapat ditemukan dalam
Metadon plasma setelah 30 menit pemberian oral; kadar
puncak dicapai setelah 4 jam. Metadon cepal ke
iuar dari darah dan menumpuk dalam paru, hati'
Gambar 14-3. Struktur kimia metadon ginlal dan limpa; hanya sebagian kecil yang masuk
otuf. XaOar maksimal metadon dalam otak dicapai
/-Metadon merupakan analgesik yang 8-50 dalam 1-2 iam setelah pemberian parenteral dan
kali lebih kuat daripada d-metadon. Efek depresi kadar ini sejaiar dengan intensitas dan lama anal-
napas d-metadon lemah dan bahaya adiksinya juga gesia. Metadon mengalami pengikatan erat pada
kecil, tetapi isomer ini berelek antitusil. Derivat yang protein jaringan. Biotransformasi metadon terutama
serupa dengan metadon tidak lebih baik daripada berlangsung di hati. Salah satu reaksi penting ialah
metadon sendiri, malah dekstromoramid lebih ba- dengan cara N-demetilasi. Sebagian besar meta-
nyak menimbulkan elek samping dan menyebab- don yang diberikan akan ditemukan dalam urin dan
kan depresi napas lebih berat daripada morfin jika tinja sebagai hasil biotranslormasi yaitu pirolidin
diberikan dalam dosis ekuianalgetik' dan pirolin. Kurang dari 1O% mengalami ekskresi
dalam bentuk asli. Sebagian besar diekskresi ber-
FARMAKODINAMIK. Susunan Saral Pusat' Efek l12harl
sama empedu. Masa paruhnya 1'1
analgetik 7,5-10 mg metadon sama kuat dengan
elek 10 mg morlin. Dalam dosis tunggal, metadon SEDIAAN DAN POSOLOGI' Metadon dapat diberi-
tidak menimbulkan hipnosis sekuat morfin. Setelah kan secara oral maupun suntikan, tetapi suntikan
pemberian metadon berulang kali timbul elek se- subkutan menimbulkan iritasi lokal. Metadon terse-
dasi yang jelas, mungkin karena adanya kumulasi' dia dalam bentuk tablet 5 dan 10 mg serta sediaan
Dosis ekuianalgetik menimbulkan depresi napas suntikan dalam ampul atau vial dengan kadar 10
yang sama kuat seperti morfin dan dapat bertahan mg/ml. Dosis analgetik metadon oral untuk dewasa
ieoih dari 24 iam setelah dosis tunggal' Seperti berkisar antara 2,5-1 5 mg, tergantung dari hebat-
morlin, metadon berelek antitusil, menimbulkan hi- nya nyeri dan respons penderita, sedangkan dosis
perglikemia, hipotermia dan penglepasan ADH' parenteral ialah 2,5-10 mg'
Otot Polos. Seperti meperidin, metadon menim- EFEK SAMPING. Metadon menyebabkan elek
bulkan relaksasi sediaan usus dan menghambat samping berupa perasaan ringan, pusing, kantuk,
efek spasmogenik asetilkolin atau histamin' Efek fungsi mental terganggu, berkeringat, pruritus, mual
konstipasi metadon lebih lemah daripada morlin' dan muntah. Seperti pada morlin dan meperidin'
Seperti morfin dan meperidin, metadon menimbul- elek samping ini lebih sering timbul pada pemberian
kan spasme saluran empedu pada manusia dan oral daripada pemberian parenteral dan lebih sering
hewan coba. Ureter mengalami relaksasi, mungkin timbul pada penderita berobat jalan' Efek samping
karena lelah teriadi antidiuresis. Uterus manusia a yang iarang timbulialah delirium, halusinasi selintas
terme tidak banyak dipengaruhi metadon' Oan urtlt<aria hemoragik. Bahaya utama pada takar
202
Farmakologi dan Terapi

lajak metadon ialah berkurangnya ventilasi pulmo_


nal. Kepekaan seseorang terhadap metadon dipe_
ngaruhi oleh laktor yang mempengaruhi kepekaan
rol
-apn.
terhadap morfin. Terapi intoksikasi akut metadon tt ./ ,clt
CHg CHz C-O-C-CH CHz-N'
sama dengan terapi intoksikasi akut morfin.
TOLERANSI DAN KEMUNGKTNAN ADtKSt. Tote_
I\
oll ?n' tcH'
ransi metadon dapat timbul terhadap efek analge_
sik, mual, anoreksia, miotik, sedasi, depresi napas
dan efek kardiovaskular, tetapi tidak timbul terha-
dap efek konstipasi. Toleransi initimbul lebih lambat
v
16l
Gambar 14-4, Struktur kimia propoksifen
daripada toleransi terhadap morlin.
. Timbulnya ketergantungan lisik setelah pem_
berian metadon secara kronik dapat dibuktikan den_
gan cara menghentikan obat atau dengan mem- FABMAKODINAMTK. propoksifen berefek analge-
berikan nalorfin. Kemungkinan timbulnyi adiksi ini sik karena kerja sentralnya. propoksiten terutama
lebih kecil daripada bahaya adiksi morfin. terikat pada reseptor u meskipun kurang selektif
dibandingkan morfin. propoksifen 65-100 mg seca-
lNDlKAS|. Analgesia. Jenis nyeri yang dapat dipe- ra oral memberikan efek yang sama kuat dengan 65
ngaruhi metadon sama dengan jenis nyeri yang mg kodein, sedangkan 130 mg propoksifen paren_
dapat dipengaruhi morfin. Dosis ekuianalgetik me- teral menimbulkan analgesia yang sama kuat den_
tadon kira-kira sama dengan morfin, tetapi aOa gan 50 mg meperidin parenteral. Tetapi propok_
yang berpendapat bahwa metadon seOikii lebifr sifen menimbulkan perasaan panas dan iritasi di
kuat daripada morfin. Efek analgesik mulai timbul tempat suntikan. Seperti kodein kombinasi propok-
10-20 menit setelah pemberian parenteral atau 30- sifen dengan asetosal berefek analgesik yang jauh
60 menit setelah pemberian oral metadon. Masa lebih baik daripada jika masing- masing obat diberi-
kerja metadon dosis tunggal kira-kira sama dengan kan tersendiri. Obat ini tidak berefek antitusif.
masa kerja morfin. pada pemberian berulang terjadi
efek kumulasi, sehingga dapat diberikan doiis lebih FARMAKOKTNETTK. propoksifen diabsorpsi sere-
kecil atau interval dosis dapat lebih lama. Obat ini lah pemberian oral maupun parenteral. Seperti ko-
menyebabkan depresi napas pada janin sehingga dein, efektivitas jauh berkurang jika propoksilen
tidak dianjurkan sebagai analgesik pada persalinan. diberikan per oral. Biotransformasi propoksifen den-
Metadon digunakan sebagai pengganti morfin gan cara N-demetilasi yang terjadi dalam hati.
atau opioid lain (misalnya heroin) untuk mencegah
EFEK NONTERAPI. pada dosis rerapipropoksiten
atau mengatasi gejala-gejala putus obat yang ditim_
tidek banyak mempengaruhi sistem kardiovaskular.
bulkan oleh obat-obat tersebut. Gejala putus obat
yang ditimbulkan oleh metadon tidak sekuat dari Pemberian 130 mg propoksifen per oral pada orang
yang ditimbulkan oleh morfin atau heroin tetapi ber- dewasa sehat tidak banyak mengubah reaksi ter-
langsung lebih lama, dan timbulnya lebih lambat.
hadap CO2. Dengan dosis ekuianalgetik insiden
efek samping propoksifen seperti mual, anoreksia,
Antitusif. Metadon merupakan antitusil yang baik. sembelit, nyeri perut dan kantuk kurang lebih sama
Efek antitusif 1 ,5-2 mg per oral sesuai dengan t S-ZO dengan kodein. Dosis toksik biasanya menimbulkan
mg kodein, tetapi kemungkinan timbulnya adiksi depresi SSP dan depresi napas, tetapi jika dosis
pada metadon jauh lebih besar daripada kodein. lebih besar lagi timbul konvulsi.
Oleh karenanya dewasa ini penggunaannya seba-
gai antitusif tidak dianjurkan atau telah banyak di_ ADlKSl. Timbulnya adiksi terhadap propoksifen
tinggalkan. lebih kecil kemungkinannya daripada terhadap
kodein. Penghentian tiba{iba pada terapi dengan
propoksifen akan menimbulkan gejala putus obat
4.2. PROPOKSIFEN ringan. Dosis oral propoksifen yang besar (300-600
mg) menimbulkan elek subyektif yang menyenang_
lsomer dekstro- dari propoksilen, yaitu deks_ kan, telapi tidak serupa dengan efek morfin. Obat
tropropoksifen, berelek analgesik. Struktur kimia- inicukup iritatif pada pemberian subkutan, sehingga
nya mirip dengan struktur metadon (Gambar 14-4). tidak digunakan secara parenteral.
Analgesik opioid

lNDlKASl. Propoksifen hanya digunakan untuk me- antagonis. Beberapa substitusi menghasilkan suatu
ngobati nyeri ringan hingga sedang, yang tidak turunan yang relatil bersilat antagonis murni,
cukup baik diredakan oleh asetosal. Kombinasi pro- sedangkan yang lain menghasilkan suatu senyawa
poksifen bersama asetosal berelek sama kuat dengan sifat agonis yang nyata di samping sifat
seperti kombinasi kodein bersama asetosal. Dosis antagonis. lni terjadi karena senyawa tersebut ber-
propoksilen untuk orang dewasa biasanya 4 kali 65 tindak sebagai agonis pada satu reseptor opioid dan
mg sehari, dengan atau tanpa asetosal. merupakan antagonis kompetitil pada reseptor
opioid lain.

5. ANTAGONIS OPIOID DAN AGONIS 5.2 ANTAGONIS OPIOID


PARSIAL
Obat-obat yang tergolong antagonis opioid
umumnya tidak menimbulkan banyak efek kecuali
5.1. SEJARAH DAN KIMIA bila sebelumnya telah ada elek agonis opioid atau
bila opioid endogen sedang aktif misalnya pada
Dalam tahun 1915 Pohl melihat bahwa N-alil- keadaan stres atau syok. Nalokson merupakan
nor kodein dapat mencegah atau menghilangkan prototip antagonis opioid yang relatif murni, demi-
depresi napas yang ditimbulkan oleh modin dan kian pula naltrekson yang dapat diberikan per oral
heroin. Lebih dari 25 tahun sesudah itu Unna, demi- dan memperlihatkan masa kerja yang lebih lama
kian juga Hart dan Mc Cawley secara sendiri-sendiri dari nalokson. Kedua obat ini merupakan antagonis
menjelaskan efek antagonis morlin yang dimiliki kompetitif pada reseptor u, k dan o, tetapi afinitas-
nalorlin. Pada saat itu kegunaan klinik nalorfin tidak nya terhadap reseptor u jauh lebih tinggi. Dalam
diketahui, baru pada tahun 1951, Eckenhoff dan dosis besar keduanya memperlihatkan beberapa
kawan-kawan melaporkan manfaat nalorlin sebagai efek agonis, tetapi efek ini tidak berarti secara klinis.
antidotum pada keracunan morlin yang teriadi pada
manusia. Kemudian, pada tahun 1953 Wikler dan Nalorfin, levalorfan, siklazosin dan sejenisnya di
kawan-kawan menunjukkan bahwa nalorfin menim- samping memperlihatkan efek anlagonis, menim-
bulkan gejala putus obat akut pada pecandu morlin, bulkan efek otonomik, endokrin, analgesik dan de'
metadon dan heroin dalam waktu singkat. Pada presi napas mirip elek yang ditimbulkan oleh morlin.
sebagian besar orang nonadiksi, dosis besar nalor- Obal-obat ini merupakan antagonis kompetitil pada
lin tidak menimbulkan euforia tetapi justru disloria reseptor u, tetapi juga memperlihatkan efek agonis
dan kegelisahan. Lasagna dan Beecher melihat pada reseptor- reseptor lain.
adanya antagonisme nalorfin terhadap efek analge- FARMAKODINAMIK. Efek tanpa pengaruh
sik morlin, namun nalorlin juga efektif untuk menga- opioid. Pada berbagai eksperimen diperlihatkan
tasi nyeri pascabedah. Elek disforia yang timbul bahwa nalokson (1 ) menurunkan ambang nyeri
menyebabkan nalorfin kurang tepat digunakan se- pada mereka yang biasanya ambang nyerinya
bagai analgesik. Pencarian senyawa antagonis tinggi; (2) menganlagonis efek analgetik plasebo;
opioid yang masih mempunyai elek analgetik tanpa (3) mengantagonis analgesia yang terjadi akibat
menimbulkan disforia menyqbabkan ditemukannya perangsangan lewat jarum akupungtur' Semua efek
nalokson, pentazosin dan propiram yang memper- ini diduga berdasarkan antagonisme nalokson ter-
besar khasanah analgesik. hadap opioid endogen yang dalam keadaan lebih
Dengan ditemukannya obat yang berelek sub- aktif. Namun, masih perlu pembuktian lebih lanjut
yektil seperti morfin dan sekaligus melawan efek elek nalokson ini sebab banyak laktor lisiologi yang
morlin, maka studi tentang hubungan aktivitas dan berperan dalam analgesia di atas. Dugaan yang
struktur kimia pada opioid dan antagonis opioid sama juga timbul tentang efek nalokson terhadap
menjadi lebih kompleks dan lebih menarik. Substi- hipotensi pada hewan dalam keadaan syok, dan
tusi gugus alil pada gugus N-metil pada kodein' eleknya dalam mencegah overeating dan obesitas
morlin, levortanol, oksimorlon dan lenazosin meng' pada tikus-tikus yang diberi stres berat'
hasilkan obat yang bersilat antagonis. Belakangan Elek subyektil yang ditimbulkan nalorlin pada
ternyata bahwa substitusi sederhana tersebut tidak manusia tergantung dari dosis, silat orang yang
selalu menghasilkan suatu analog yang bersilat bersangkutan dan keadaan. Pemberian 10-1 5 mg
204 Farmakologi dan Terapi

nalorfin atau 10 mg morfin menimbulkan analgesia penyuntikan lV. Secara oral nalokson juga diserap,
sama kuat pada penderita dengan nyeri pasca- tetapi karena hampir seluruhnya mengalami meta-
bedah. Elek tersebut diduga disebabkan oleh kerja bolisme lintas pertama maka harus diberikan pa-
agonis pada reseptor k. Pada beberapa persen renteral. Obat ini dimetabolisme di hati, terutama
pasien timbul reaksi yang tidak menyenangkan, dengan glukuronidasi. Waktu paruhnya kira-kira 1
misalnya rasa cemas, perasaan yang aneh, sampai jam dengan masa kerja 1-4 jam. Naltrekson efektil
timbulnya day dreams yang mengganggu, atau setelah pemberian per oral, kadar puncaknya dalam
lebih berat lagi timbul halusinasi, paling sering halu- plasma dicapai dalam waktu 1-2 jam, waktu paruh-
sinasi visual, Semua efek ini juga timbul akibat sifat nya sekitar 3 jam dan masa kerjanya mendekati 24
agonisnya pada reseptor opioid k, meskipun ker- jam. Metabolitnya, 6-naltreksol, merupakan antago-
janya pada reseptor o mungkin juga berperan. nis opioid yang lemah dan masa kerjanya panjang,
Nalorfin dan levalorfan juga menimbulkan de- Naltrekson lebih poten dari nalokson, pada
presi napas yang diduga karena kerjanya pada re- penderita adiksi opioid pemberian 100 mg secara
septor k. Berbeda dengan morlin depresi napas ini oral dapat menghambat elek euforia yang ditim-
tidak bertambah dengan bertambahnya dosis. bulkan oleh 25 mg heroin lV selama 48 jam.
Kedua obat ini, terutama levalorfan memperberat
TOLERANSI DAN KETERGANTUNGAN FISIK.
depresi napas oleh mor{in dosis kecil, tetapi meng-
Toleransi hanya terjadi terhadap elek yang ditim-
antagonis depresi napas akibat rnorfin dosis besar.
bulkan oleh silat agonis, jadi hanya timbul pada elek
Elek dengan pengaruh opioid. Semua efek ago- subyektif, sedatil dan psikotomimetik dari nalorfin.
nis opioid pada reseptor u diantagonis oleh nalok- Penghentian tiba-tiba pemberian nalorlin kronis
son dosis kecil (0,4-0,8 mg) yang diberikan lM atau dosis tinggi menyebabkan gejala putus obat yang
lV. Frekuensi napas meningkat dalam 1-2 menit khas tetapi lebih ringan daripada gejala putus obat
setelah pemberian nalokson pada penderita den- morfin.
gan depresi napas akibat agonis opioid; elek se- Nalokson, nalorfin dan levalorfan kecil ke-
datil dan elek terhadap tekanan darah juga segera mungkinannya untuk disalahgunakan sebab (1 )
dihilangkan. Pada dosis besar, nalokson juga me- tidak menyebabkan ketergantungan lisik; (2) tidak
nyebabkan kebalikan efek dari elek psikotomimetik menyokong ketergantungan fisik morfin; dan (3)
dan disforia akibat agonis-antagonis. Antagonisme dari segi subyektil dianggap sebagai obat yang
nalokson ini berlangsung selama 1-4 jam, tergan- kurang menyenangkan bagi para pecandu.
tung dari dosisnya.
lNDlKASl. Antagonis opioid ini diindikasikan untuk
Antagonisme nalokson terhadap efek agonis
mengatasi depresi napas akibat takar lajak opioid,
opioid sering disertai dengan terjadinya lenomen
pada bayi yang baru dilahirkan oleh ibu yang men-
overshoot misalnya berupa peningkatan lrekuensi
dapat opioid sewaktu persalinan; atau akibat ten-
napas melebihi lrekuensi sebelum dihambat oleh
opioid. Fenomen ini diduga berhubungan dengan tamen suicide dengan suatu opioid; dalam hal ini
terungkapnya (unmasking) ketergantungan lisik nalokson merupakan obat terpilih. Obat ini juga
akut yang timbul 24 jam setelah morfin dosis besar. digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati ke-
Terhadap individu yang memperlihatkan ke- tergantungan lisik terhadap opioid.
tergantungan lisik terhadap morfin, dosis kecil SEDIAAN DAN POSOLOGI. Nalorfin HCt (Natin
nalokson SK akan menyebabkan gejala putus obat
HCI), tersedia untuk penggunaan parenteral,
yang dapat berat. Gejala ini mirip dengan gejala
masing-masing mengandung 0,2 mg nalorfin/ml
akibat penghentian tiba-tiba pemberian'morfin, untuk anak, 5 mg nalorfin/ml untuk orang dewasa.
hanya timbulnya beberapa menit setelah penyunti-
Juga tersedia levalorfan 1 mg/ml dan nalokson 0,4
kan dan berakhir setelah 2 jam. Berat dan lama
mg/ml.
berlangsungnya sindrom ini tergantung dari dosis
Pada intoksikasi opioid diberikan 2 mg nalok-
antagonis dan beratnya ketergantungan. Hal yang
son dalam bolus lV yang mungkin perlu diulang.
sama terjadi terhadap orang dengan ketergantung-
Karena waktu paruh yang singkat, dosis ini diulang
an lisik terhadap agonis parsial, tetapi diperlukan
dosis lebih besar. tiap 20-60 menil, terutama pada keracunan opioid
kerja lama misalnya metadon. Cara lain ialah mem-
FARMAKOKTNETIK. Nalokson hanya dapat diberi- berikan dosis 60% dari dosis awal setiap jam sete-
kan parenteral dan eleknya segera terlihat setelah lah dosis awal. Untuk mengatasi depresi napas oleh
205
Analgesik opioid

opioid pada neonatus biasanya diberikan dosis per oral cukup bervariasi. Obat ini dimetabolisme
awal 0,01 mg/kgBB lV, lM atau SK yang dapat secara intensil di hati untuk kemudian diekskresi
diulang tiap 3-5 menit bila respons belum tampak. sebagai metabolit melalui urin. Pada penderita siro-
Tergantung dari beratnya depresi napas, dosis ini sis hepatis bersihannya sangat berkurang.
dapat diulang tiap 30-90 menit.
lNDlKAS|. Pentazosin diindikasikan untuk menga-
tasi nyeri sedang, tetapi kurang efektif dibandingkan
morfin untuk nyeri berat. Obat ini juga digunakan
5.3. AGONIS PARSIAL
untuk medikasi preanestetik. Bila digunakan untuk
analgesia obstetrik pentazosin dapat mengakibat-
PENTAZOSIN kan depresi napas yang sebanding meperidin.

SEDIAAN DAN POSOLOGI. Dosis yang dianjur-


FARMAKODINAMIK. Obat ini merupakan antago-
kan pada orang dewasa adalah 30 mg lV/lM yang
nis lemah pada reseptor p, tetapi merupakan agonis
dapat diulang tiap 3-4 jam bila perlu dengan dosis
yang kuat pada reseptor k dan o sehingga tidak
total maksimal 360 mg/hari. Setiap kali penyuntikan
mengantagonis depresi napas oleh morlin' Elek-
dianjurkan dosis tidak melebihi 30 mg lV atau 60 mg
nya terhadap SSP mirip dengan elek opioid yaitu
lM. Sedapat mungkin pemberian SK dihindarkan.
menyebabkan analgesia, sedasi dan depresi na-
Untuk analgesia obstetrik diberikan dosis tunggal
pas. Analgesia yang timbul agaknya karena efek-
20 atau 30 mg secara lM. Bila kontraksi uterus
nya pada reseptor k, karena sifatnya berbeda
men.iadi teratur, dapat diberikan 20 mg lV dan dapat
dengan analgesia akibat morfin' Analgesia timbul
diulangi 2 atau 3 kali dengan interval 2-3 jam bila
lebih dini dan hilang lebih cepat daripada morfin.
diperlukan. Untuk penggunaan ini tersedia larutan
Setelah pemberian secara lM analgesia mencapai
30 mg/ml dalam vial 1;1,5;2 dan 10 ml.
maksimal dalam 30-60 menit dan berakhir setelah
2-3 jam. Setelah pemberian oral efek maksimal
dalam 'l-3 jam dan lama keria agak panjang dari- BUTORFANOL
pada setelah pemberian lM. Depresi napas yang
ditimbulkannya tidak sejalan dengan dosis' Pada Butorfanol secara kimia mirip levorlanol akan
dosis 60-90 mg obal ini menyebabkan disloria dan tetapi profil kerjanya mirip pentazosin' Pada pen-
elek psikotomimetik mirip nalorfin yang hanya dapat derita pascabedah, suntikan 2- 3 mg butorfanol
diantagonis oleh nalokson. Diduga timbulnya dis- menimbulkan analgesia dan depresi napas menye'
loria dan efek psikotomimetik karena kerianya pada rupai elek akibal suntikan 10 mg morlin atau 80 mg
reseptor o. meperidin. Seperti pentazosin dan obat lain yang
Efeknya pada saluran cerna mirip elek opioid' dihipotesiskan bekeria pada reseptor k dan d, pe-
sedangkan pada uterus eleknya mirip efek mepe- ningkatan dosis tidak disertai memberatnya depresi
ridin. Respons kardiovaskular terhadap pentazosin napas yang menonjol. Dosis analgetik butorfanol
berbeda dengan respons terhadap opioid morfin' iuga meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan
yaitu dalam dosis tinggi menyebabkan peningkatan kerla jantung. Butorlanol mirip dengan morlin dalam
lekanan darah dan lrekuensi denyut iantung. hal mula kerja, waktu tercapainya kadar puncak dan
Toleransi dapat timbul terhadap elek anal- masa kerja, sedangkan waktu paruhnya kira-kira 3
gesia dan elek subyektil pada pemberian berulang, jam.
Ketergantungan fisik dan psikis dapat pula terjadi' Efek samping utama butorlanol adalah kan-
tetapi kemungkinannya jauh lebih kecil. Gejala tuk, rasa lemah, berkeringat, rasa mengambang
putus obat yang terjadi diantaranya mirip gejala dan mual. Sedangkan efek psikotomimetik lebih
putus nalorlin sedangkan sebagian lagi mirip geiala kecil dibanding pentazosin pada dosis ekuianal-
putus morfin. Penyuntikan berulang pada tempat getik. Kadang-kadang terjadi gangguan kardiovas-
yang sama dapat menyebabkan abses steril, ulse- kular yaitu palpitasi dan gangguan kulit rash.
rasi dan jaringan parut. Butorlanol etektif untuk mengatasi nyeri akut
pasca operasi sebanding dengan morfin, meperidin
FARMAKOKINETlK. Pentazosin diserap baik me- atau pentazosin. Demikian pula butortanol sama
lalui cara pemberian apa saja, tetapi karena meng- elektil dengan meperidin untuk medikasi preanes-
alami metabolisme lintas pertama, bioavailabilitas tetik akan tetapi elek sedasinya lebih kuat' Untuk
206
Farmakologi dan Terapi

penderita payah jantung dan infark miokard, morfin


tinggi mungkin menimbulkan depresi napas. Deks_
dan petidin lebih bermanfaat dibandingkan butor- trometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan
fanol karena eleknya pada tekanan arteri pulmonal sebagai sirop dengan kadar 10 mg dan 15 mg/5 ml.
dan kerja jantung. Obat ini tidak dianjurkan diguna_ Dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
kan untuk nyeri yang menyertai infark miokard akut.
Dosis butorfanol yang dianjurkan untuk dewasa ia-
lah 1-4 mg lM atau 0,5-2 mg lV dan dapat diulang
6.2. NOSKAPIN
3-4 jam.
Noskapin adalah alkaloid alam yang bersama
dengan papaverin tergolong derivat benzilisokino_
6. ANTITUSIF NON.OPIOID lin, yang didapat dari candu (2- metil-g-metoksi_6,
7-metilendioksi-1 -(6, 7-dimetoksi-3- ftalidil)- 1, 2, g,
4-tetrahidroisokinolin). pada dosis terapi zat ini
6.1. DEKSTROMETORFAN tidak berefek terhadap SSp, kecuali sebagai anti_
tusif. Noskapin merupakan penglepas histamin
yang poten sehingga dosis besar dapat menyebab_
Dekstrometorfan (d-3-metoksi-N_metilmorfi_
nan), berbeda dengan I isomernya, tidak berefek kan bronkokonstriksi dan hipotensi sementara. Zat
analgetik atau bersifat adiktif. Zat ini meningkatkan ini tidak menimbulkan habituasi maupun adiksi.
ambang rangsang relleks batuk secara sentral dan Dosis sampai g0 mg tidak menimbulkan depresi
napas. Noskapin menghambat kontraksi otot jan_
kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Ber_
tung dan otot polos, tetapi efek ini tidak timbul pada
beda dengan kodein, zat ini jarang menimbulkan
dosis antitusif. Dosis toksik menimbulkan konvulsi
kantuk atau gangguan saluran cerna. Dalam dosis
pada hewan coba. Absorpsi obat ini oleh usus ber-
terapi dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas
langsung dengan baik. Dosls yang dianjurkan S-4
silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6 jam.
kali 15-30 mg sehari. Dosis tunggal 60 mg pernah
Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat
digunakan untuk batuk paroksismal.
Analgesik-Antipiretik, Anti- inflamasi Nonslero id dan O bat Pi rai 207

15. ANALGESIK . ANTIPIRETIK


ANALGESIK ANTI-INFLAMASI NONSTEROID
DAN OBAT PIRAI

P. Freddy Wilmana

1. Pendahuluan 3. Pembahasan obat


3.1 .Salisilat, salisilamid dan dillunisal
3.2. Para amino lenol
2. Silat dasar obat anti-inllamasi non-steroid
3.3. Pirazolon
2.'l . Mekanisme kerja
3.4. Analgesik anti-inllamasi nonsteroid lainnya
2.2. Elek farmakodinamik 3.5. Obat pirai
2.3. Elek samping 3.6. Pemilihan obat

1. PENDAHULUAN 2. SIFAT DASAR OBAT


ANTI-INFLAMASI NON.STEROID
Obat analgesik antipiretik serta obat anti-in-
flamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu kelom-
pok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat 2.1. MEKANISME KERJA
sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian
obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan Telah disebutkan di atas bahwa efek terapi
dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip maupun elek samping obat-obat ini sebagian besar
obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat tergantung dari penghambatan biosintesis PG yang
golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip- dapat dilihat pada Gambar 15-2. Mekanisme kerja
aspirin (aspirin-like drugs). yang berhubungan dengan sistem biosintesis PG ini
Klasifikasi kimiawi AINS yang dapat dilihat mulai dilaporkan pada tahun 1971 oleh Vane dan
pada Gambar 15-1 , sebenarnya lidak banyak man- kawan-kawan yang memperlihatkan secara in vitro
faat kliniknya, karena ada AINS dari subgolongan bahwa dosis rendah aspirin dan indometasin meng-
yang sama memiliki sifat yang berbeda, sebaliknya hambat produksi enzimatik PG. Penelitian lanjutan
ada obat AINS yang berbeda sub golongan tetapi telah mernbuktikan bahwa PG akan dilepaskan bila-
memiliki sifat yang serupa. mana sel mengalami kerusakan. Walaupun in vitro
Kemajuan penelitian dalam dasawarsa terak- obat AINS diketahui menghambat berbagai reaksi
hir ini memberi penjelasan mengapa kelompok biokimiawi, hubungan dengan elek analgesik, anti-
heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi piretik dan anti-inflamasinya belum jelas. Selain itu
dan elek samping. Ternyata sebagian besar efek obat AINS secara umum tidak menghambat biosin-
terapi dan elek sampingnya berdasarkan atas tesis leukotrien, yang diketahui ikut berpqan dalam
penghambatan biosintesis prostaglandin (PG), inllamasi.
Akan diuraikan dahulu mekanisme dan silat dasar Golongan obat ini menghambat enzim siklo-
obat mirip-aspirin sebelum membahas masing- oksigenase sehingga konversi asam arakidonat
masing sub golongan. menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
208 Farmakologi dan Terapi

ASAM KARBOKSILAT ASAM ENOLAT

,----
I

r
Asam Asetat Derivat Asam Derivat Asam Derivat Asam Derival Pirazolon Derivat Oksikam
Salisilat Propionat Fenamat

'Aspirin 'As.tiaprofenat 'As. mefenamat 'Azapropazon "Piroksikam


'Benorilat 'Fenbulen 'Meklofenamat ' Fenilbutazon 'Tenoksikam
'Dillunisal 'Fenoprofen 'Oksifenbutazon
'Salsalat 'Flurbiprofen
'lbuprofen
'Ketoprofen
'Naproksen

Derivat Asam Fenilasetat Derivat Asam Asetat-


inden / indol ;

'Diklofenak 'lndometasin
* Fenklofenak
" Sulindak
'Tolmetin

Gambar 15-1. Obat analgesik anti intlamasi non steroid (obat AINS)

Trauma/luka pada sel


I
Gangguan pada membran sel
I
Foslolipid

Dihambat kortikosteroid enzim fosfolipase

Asam arakidonat

enzim lipoksigenase ensim siklooksigenase

_ Dihambat obat AINS


('serupa-aspirin")

Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2/PGH

Leukotrien PGEz, PGFz, PGDa Prostasiklin

Tromboksan Ae

Gambar I 5-2. Biosintesis prostaglandin


209
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai

siklo-oksigenase dengan cara yang berbeda. Khu- hambat biosintesis PG maupun leukotrien tentu
sus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya akan lebih poten menekan proses inflamasi.
terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid
RASA NYERI. PG hanya berperan pada nyeri yang
seperti di hipotalamus" Lokasi inflamasi biasanya
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau infla-
mengandUng banyak peroksid yang dihasilkan oleh
masi. Penelitian telah membuktikan bahwa PG me-
leukosit. lni menjelaskan mengapa elek anti-infla-
nyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap sti-
masi parasetamol praktis lidak ada, Aspirin sendiri
mulasi mekanik dan kimiawi. Jadi PG me rimbulkan
menghambat dengan mengasetilasi gugus aktif
keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi
serin dari enzim ini. Dan irombosit sangat rentan ter-
seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan
hadap penghambatan ini karena sel ini tidak mampu
menimbulkan nyeri yang nyata.
mengadakan regenerasi enzimnya' Sehingga dosis
Obat mirip-aspirin tidak mempengaruhi hiper-
tunggal aspirin 40 mg sehari telah cukup untuk
algesia atau nyeri yang ditimbulkan oleh elek lang-
menghambat siklo-oksigenase trombosit manusia
sung PG. lni menunjukkan bahwa sintesis PG yang
selama masa hidup trombosit, yaitu 8-1 t hari.
dihambat oleh golongan obat ini, dan bukannya
INFLAMASI. Sampai sekarang lenomen inllamasi blokade langsung,
pada tingkat bioselular masih belum dapat dijelas- DEMAM. Suhu badan diatur oleh keseimbangan
kan secara rinci. Walaupun demikian banyak hal antara produksi dan hilangnya panas' Alat pengatur
yang telah diketahui dan disepakati. Fenomen infla-
suhu tubuh berada di hipolalamus. Pada keadaan
masi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, mening- demam keseimbangan ini terganggu tetapi dapat
katnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke dikembalikan ke normal oleh obat mirip-aspirin. Ada
jaringan radang. Gejala proses inflamasi yang bukti bahwa peningkalan suhu tubuh pada keadaan
sudah dikenal ialah kalor, rubor, tumor, dolor dan patologik diawali penglepasan suatu zat pirogen
functio /aesa. Selama berlangsungnya fenomen in- endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (lL- 1)
llamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan yang memacu penglepasan PG yang berlebihan di
secara lokal antara lain histamin, S-hidroksitrip- daerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGEz ter-
tamin (5HT), laktor kemotaktik, bradikinin' bukti menimbulkan demam setelah diinfuskan ke
leukotrien dan PG. Penelitian terakhir menunjukkan ventrikel serebral atau disuntikkan ke daerah hipo-
autakoid lipid PAF (platelet-activating factor) iuga talamus. obat mirip-aspirin menekan elek zat piro-
merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel gen endogen dengan menghambat sintesis PG.
lagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim Tetapi demam yang timbul akibat pemberian PG
dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip-aspirin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu
dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator- oleh sebab lain seperti latihan lisik.
mediator kimiawi tersebut kecuali PG'
Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin
E2 (PGEz) dan prostasiklin (PGlz) dalam iumlah 2.2. EFEK FARMAKODINAMIK
nanogram, menimbulkan eritem, vasodilatasi dan
peningkatan aliran darah lokal' Histamin dan bradi- Semua obat mirip-aspirin bersifat antipiretik,
kinin dapat meningkatkan permeabilitas vaskular' analgesik, dan anti-inllamasi. Ada perbedaan aktivi-
tetapi efek vasodilatasinya tidak besar. Dengan pe- tas di antara obat-obat tersebut, misalnya : parase-
nambahan sedikit PG, elek eksudasi histamin plas' tamol (asetaminolen) bersifat antipiretik dan anal'
ma dan bradikinin meniadi lebih jelas. Migrasi leuko' gesik tetapi silat anti-inllamasinya lemah sekali'
sit ke jaringan radang merupakan aspek penting
dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersilat EFEK ANALGESIK. Sebagai analgesik, obat mirip-
kemotaktik, tetapi produk lain dari asam arakidonat aspirin hanya elektil terhadap nyeri dengan inten-
yakni leukotrien Bn merupakan zat kemotaktik yang sitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala'
sangat poten. Obat mirip'aspirin tidak mengham' mialgia, artralgia dan nyeri lain yang berasal dari
bat sistem hipoksigenase yang menghasilkan leu- integumen, juga efektif terhadap nyeri yang ber-
kotrien Sehingga golongan obat ini tidak menekan kaitan dengan inllamasi. Elek analgesiknya jauh
migrasi sel. Walaupun demikian pada dosis tinggi lebih lemah daripada efek analgesik opiat. Tetapi
terlihat iuga penghambatan migrasi sel taopa mem- berbeda dengan opiat, obat mirip-aspirin tidak me-
pengaruhi enzim lipoksigenase' Obat yang meng- nimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan elek
210
Farmakologi dan Terapi

samping sentral yang merugikan. Obat mirip-aspirin tit. Mekanisme kedua ini terjadi pada pemberian
hanya mengubah persepsi modalitas sensorik parenteral.
nyeri, tidak mempengaruhi sensorik lain. Nyeri aki- Elek samping lain ialah gangguan fungsi trom_
bat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi dengan bosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan
obat m,irip-aspirin. Sebaliknya nyeri kronis pasca Az (TXAz) dengan akibat perpanjangan waktu per-
bedah dapat diatasi oleh obat mirip-aspirin. darahan. Elek ini telah dimanfaatkan untuk terapi
prof ilaksis trombo-emboli.
EFEK ANTIPIRET|K. Sebagai antipiretik, obat
Penghambatan biosintesis pG di ginjal, ter_
mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan hanya
pada keadaan demam, Walaupun kebanyakan obat utama PGEe, berperan dalam gangguan homeos-
tasis ginjal yang ditimbulkan oleh obat mirip-aspirin
ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak
ini. Pada orang normal gangguan ini tidak banyak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena ber_
mempengaruhi fungsi ginjal. Tetapi pada penderita
silat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu
hipovolemia, sirosis hepatis yang disertai asites dan
lama. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak
penderita gagal jantung, alir darah ginjal dan kece_
dibenarkan digunakan sebagai antipiretik.
patan liltrasi glomeruli akan berkurang, bahkan
EFEK ANTI-INFLAMASI. Kebanyakan obat mirip_ dapat terjadi gagal ginjal.
aspirin, terutama yang baru, lebih dimanfaatkan Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi
sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan hipersensitivitas terhadap aspirin dan obat mirip-
muskuloskeletal, seperti artritis reumatoid, osteo_ aspirin. Beaksi ini bisa berupa rinitis vasomotor,
arlritis dan spondililis ankilosa. Tetapi harus diingat udem angioneurotik, urtikaria luas, asma bronkial,
bahwa obat mirip-aspirin ini hanya meringankan hipotensi sampai keadaan presyok dan syok. Dian-
ge.jala nyeri dan inllamasi yang berkaitan dengan tara aspirin dan obat mirip-aspirin dapat terjadi reak-
penyakitnya secara simtomatik, tidak menghenti_ si hipersensitil silang. Menurut hipotesis terakhir,
kan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jari- mekanisme reaksi ini bukan suatu reaksi imunologik
ngan pada kelainan muskuloskeletal ini, tetapi akibat tergesernya metabolisme asam araki-
donat ke arah jalur hipoksigenase yang menghasil-
kan leukotrien. Kelebihan produksi leukotrien inilah
yang mendasari terjadinya gejala tersebut.
2.3. EFEK SAMPING

Selain menimbulkan elek terapi yang sama


obat mirip-aspirin juga memiliki elek samping se- 3. PEMBAHASAN OBAT
rupa, karena didasari oleh hambatan pada sistem
biosintesis PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat
asam sehingga lebih banyak lerkumpul dalam sel 3.1. SALISILAT, SALISILAMID &
yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan
jaringan inflamasi. Jelas bahwa efek obat maupun D!FLUNISAL
efek sampingnya akan lebih nyata ditempat dengan
kadar yang lebih tinggi. SALISILAT
Elek samping yang paling sering terjadi ada-
lah induksi tukak lambung atau tukak peptik yang Asam asetil salisilat yang lebih dikenal seba-
kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat gai asetosal atau aspirin adalah analgesik antipire-
perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping tik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan
ini berbeda pada masing-masing obat. Dua meka- dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai
nisme terjadinya iritasi lambung ialah : (1) iritasi prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
yang bersifat lokal yang menimbulkan dilusi kembali elek obat sejenis.
asam lambung ke mukosa dan menyebabkan keru-
sakan jaringan; dan (2) iritasi atau perdarahan lam- KlMlA. Struktur kimia golongan salisilat ini dapat
bung yang bersifat sistemik melalui hambatan bio- dilihat pada Gambar 15-3. Asam salisilat sangat
sintesis PGEz dan PGlz. Kedua pG ini banyak dite_ iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat
mukan di mukosa lambung dengan lungsi meng- luar. Derivatnya yang dapat dipakai secara siste-
hambat sekresi asam lambung dan merangsang mik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan
sekresi mukus usus halus yang bersilat sitoprotek- substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inllamasi Nonsleroid dan Obat Pirai 211

lanjut salisilat yang mencapai medula, merangsang


cooH COONa langsung pusat pernapasan sehingga terjadi hiper-
I I
ventilasi dengan pernapasan yang dalam dan
.1::vOH cepat. Pada keadaan intoksikasi, hal ini berlanjut

0r*
Asam salisilat
r(,J
Natrium salisilat
menjadi alkalosis respiratoar.

Efek terhadap keseimbangan asam-basa. Dalam


dosis terapi yang tinggi, salisilat menyebabkan pe-
ningkatan konsumsi oksigen dan produksi COe ter-
utama di otot skelet karena perangsangan losfo-
COOCHs rilasi oksidatif. Karbon dioksida yang dihasilkan se-
lanjutnya mengakibatkan perangsangan pernapas-
OCOCHs an sehingga karbon dioksida dalam darah tidak me-

Asetosal
6-",
Metil salisilat
ningkat. Ekskresi bikarbonat yang disertai Na* dan
K+ melalui ginjal meningkat, sehingga bikarbonat
dalam plasma menurun dan pH darah kembali nor-
mal. Keadaan ini disebut alkalosis respiratoar yang
terkompensasi, dan sering dijumpai pada orang
Gambar 15-3. Struktur kimia golongan salisilat dewasa yang mendapat terapi salisilat secara inten-
sif. Keadaan yang lebih buruk biasanya terjadi pada
bayi dan anak yang mendapat dosis toksik atau
orang dewasa yang menelan dosis salisilat yang
FARMAKODINAMIK. Salisilat merupakan obat
sangat besar. Pada bayi dan anak fase alkalosis
yang paling banyak digunakan sebagai analgesik,
respiratoar sering tidak lerdeteksi sehingga mereka
antipiretik dan anti-inllamasi. Aspirin dosis terapi
baru dibawa ke dokter setelah keadaannya mem-
bekerja cepat dan elektil sebagai antipiretik. De-
buruk, yaitu setelah terjadi asidosis metabolik.
ngan dosis ini laju metabolisme juga meningkat.
Pada dosis toksik obat ini justru memperlihatkan Efek urikosurik. Elek ini sangat ditentukan oleh
efek piretik sehingga terjadi demam dan hiperhidro- besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari)
sis pada keracunan berat, menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar
Untuk memperoleh elek anti-inflamasi yang asam ural dalam darah meningkat. Dosis 2 atau 39
baik kadar plasma perlu dipertahankan antara 250- sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam
300 mcg/ml. Kadar ini tercapai dengan dosis aspirin urat. Tetapi pada dosis lebih dari5 g per hari terjadi
oral 4 gram per hari untuk orang dewasa. Pada peningkatan ekskresi asam urat melalui urin,'se-
penyakil demam reumatik, aspirin masih tetap be- hingga kadar asam urat dalam darah menurun. Hal
lum dapat digantikan oleh obat AINS yang lain dan ini terjadi karena pada dosis rendah salisilat meng-
masih dianggap sebagai slandard dalam studi per- hambat sekresi tubuli sedangkan pada dosis tinggi
bandingan penyakit artritis reumatoid. salisilat juga menghambat reabsorpsinya dengan
hasil akhir peningkatan ekskresi asam urat. Elek
Elek terhadap pernapasan. Efek salisilat pada urikosurik ini bertambah bila urin bersilat basa.
pernapasan sangat penling dimengerti, karena
Dengan memberikan NaHCOs kelarutan asam urat
gejala pada pernapasan tercermin seriusnya gang-
dalam urin meningkat sehingga tidak terbentuk kris-
guan keseimbangan asam basa dalam darah. Sali-
tal asam urat dalam tubuli ginjal.
silat merangsang pernapasan, baik secara lang-
sung maupun tidak langsung. Pada dosis terapi Efek terhadap darah. Pada orang sehat aspirin
salisilat mempertinggi konsumsi oksigen dan pro- menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Hal
duksi COz. Peninggian Pcoz akan merangsang per- ini bukan karena hipoprotrombinaemia, letapi kare-
napasan sehingga pengeluaran COz melalui na asetilasi siklo-oksigenase trombosit sehingga
alveoli bertambah dan Pcoz dalam plasma turun. pembentukan TXAz terhambat. Dosis tulggal 650
Meningkatnya venlilasi ini pada awalnya ditandai mg aspirin dapat memperpanjang masa perdarahan
dengan pernapasan yang lebih dalam sedangkan kira-kira 2 kali lipat. Pada pemakaian obat anliko-
lrekuensi hanya sedikil bertambah, seperti pada agulan jangka lama sebaiknya berhati-hati mem-
latihan tisik atau menghisap.banyak COz. Lebih berikan aspirin, karena bahaya perdarahan mukosa
Analgesik-Antipiratik, Anti-infl amasi Nonsteroid dan Obat Pirai 213

tetapi dosis 3 g sehari kadang-kadang cukup me- gangguan metabolisme karbohidrat, diperkuat de-
muaskan. ngan ditemukannya hipoglikemia dan ketosis pada
beberapa penderita,
Penggunaan lain. Aspirin digunakan untuk men- Gejala demam sangat mencolok terutama pa-
cegah trombus koroner dan trombus vena-dalam da anak. Dehidrasi dapat terjadi karena hiperhidro-
berdasarkan etek penghambatan agregasi trom- sis, muntah dan hiperventilasi. Sering timbul gejala
bosit. Laporan menunjukkan bahwa dosis aspirin saluran cerna misalnya rasa tidak enak di epigas-
kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat trium, mual, muntah, anoreksia dan kadang-kadang
mengurangi insiden inlark miokard akut, dan ke- nyeri perut. Gejala ini timbul sama seringnya, baik
matian pada penderita angina tidak stabil. pada pemberian natrium salisilat lV maupun oral.
INTOKSIKASI. Salisilat sering digunakan untuk Jelaslah bahwa gejala ini timbul secara sentral,
mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti tidak disebabkan oleh iritasi lokal pada mukosa
sehingga banyak terjadi penggunasalahan lambung. Umumnya 50 % penderita dengan kon-
(misuse) alau penyalahgunaan (abuse) obat bebas sentrasi salisilat dalam darah melebihi 300 mcg/ml
ini.
akan mengalami mual. Gejala saluran cerna lebih
Keracunan salisilat yang berat dapat menye- menonjol pada intoksikasi asam salisilat"
babkan kematian, tetapi umumnya keracunan sali- Kadang-kadang terjadi perdarahan yang se-
silat bersifat ringan. Metil-salisilat jauh lebih loksik ring ditemukan berupa petekia pada waktu autopsi
daripada natrium salisilat dan intoksikasinya sering
mayat penderita yang mati karena intoksikasi sali-
terjadi pada anak-anak. Empat mililiter metil-sali- silat. Salisilat dapat menimbulkan purpura trombosi-
silat dapat menimbulkan kematian pada anak. topenik sekunder, walaupun sangat jarang.
Salisilismus mirip sinkonismus dengan gejala Stimulasi sentral pada intoksikasi berat akan
disusul oleh depresi SSP dengan gejala sopor dan
nyeri kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengar-
an, penglihatan kabur, rasa bingung, lemas, rasa koma. Akhirnya terjadi kolaps kardiovaskular dan
kantuk, banyak keringat, haus, mual, muntah, dan insulisiensi pernapasan, kadang-kadang limbul
kadang-kadang diare. Pada intoksikasi yang lebih konvulsi akibat asfiksia pada stadium terminal. Ke-
berat gejala SSP menjadi lebih jelas disertai timbul- matian biasanya disebabkan oleh kegagalan perna-
pasan. Bau khas dapat tercium dari hawa napas,
nya kegelisahan, iritatif, inkoherensi, rasa cemas,
urin dan muntahan penderita.
vertigo, tremor, diplopia, delirium yang maniakal,
halusinasi, konvulsi umum dan koma. Juga lerjadi Terapi intoksikasi mencakup bilas lambung
erupsi kulit, dan gangguan keseimbangan asam- dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit. Bilas
basa.
lambung dilakukan untuk mengeluarkan semua
Suatu eksantem berupa pustula akneilorm, obat yang ditelan. Pada intoksikasi metil salisilat
yang mirip eksantem pada bromismus, dapat timbul tindakan ini dilakukan sampai tidak lercium bau
jika terapi salisilat berlangsung lebih dari seminggu. minyak Wintergreen dalam cairan bilasan. Untuk
mengatasi demam, kulit diusap dengan alkohol.
Salisilat juga dapat menimbulkan kelainan kulit be-
rupa eritem, eksantem skarlatinilorm, pruritus, ek-
santem ekzematoid atau deskuamasi. Yang jarang SALISILAMID
terjadi ialah eksantem bersilat bula atau purpura.
Salisilamid adalah amida asam salisilat yang
Gangguan keseimbangan asam-basa dan
gangguan elektrolit plasma diduga berdasarkan pe- memperlihatkan elek analgetik dan antipiretik mirip
ngaruh salisilat terhadap SSP, sehingga timbul asetosal, walaupun dalam badan salisilamid tidak
hiperventilasi sentral yang mengakibatkan alkalosis diubah menjadi salisilat. Elek analgesik antipiretik
respiratoar. Alkalosis ini bisa hebat hingga timbul salisilamid lebih lemah dari salisilat, karena salisi:
gejala letani disertai perubahan EKG yang khas. lamid dalam mukosa usus mengalami metabolisme
Ginjal kemudian mengadakan kompensasi untuk lintas pertama, sehingga hanya sebagian salisila-
memperkecil bahaya akibat kehilangan. CO2 de- mid yang diberikan masuk sirkulasi sebagai zat
ngan mengeluarkan kation sehingga pH serum me- aktif. Obat ini mudah diabsorpsi usus dan cepat
nurun. Tetapi tqrjadinya asidosis ini tergantung dari didiskibusi ke jaringan. Obat ini menghambat glu-
hebat dan lamanya hiperventilasi, kegagalan perna- kuronidasi obat analgesik lain di hati misalnya Na
pasan dan pengaruh kompensasioleh ginjal. Duga- salisilat dan asetaminolen, sehingga pemberian
an bahwa asidosis metabolik ini berdasarkan bersama dapat meningkatkan elek terapi dan tok-
Farmakologi dan Tercpi

sisitas obat tersebut. Salisilamid dijual bebas dalam FARMAKODINAMIK. Elek analgesik parasetamol
bentuk obat tunggal atau kombinasi tetap. Dosis dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu meng-
analgesik antipiretik untuk orang dewasa 3-4 kali hilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai se-
300-600 mg sehari, untuk anak 65 mg/kg BB/hari dang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan
diberikan 6 kali/hari. Untuk lebris reumutik diper_ mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
lukan dosis oral 0-6 kali 2 g sehari. sentral seperti salisilat.
Elek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh ka_
DlFLUNISAL rena itu parasetamol dan lenasetin tidak digunakan
sebagai antireumatik. parasetamol merupakan
Obat ini merupakan derivat difluorolenil dari penghambat bioslntesis pG yang lemah. Efek
asam salisilat, tetapi in vivo tidak diubah menjadi
iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat
asam salisilat, Bersifat analgesik dan anti_inflamasi pada kedua obat ini, demikian juga gangguan per_
tetapi hampir tidak bersifat antipiretik. Setelah pem-
napasan dan keseimbangan asam basa.
berian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam.
Sembilan puluh sembilan persen diflunisal terikat FARMAKOKINETIK. parasetamol dan fenasetin
albumin plasma dan waktu paruh berkisar g-12 jam. diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran
lndikasi diflunisal hanya sebagai analgesik ringan cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
llTp"i sedang dengan dosis awal 500 mg disusul dalam waktu 112 jam dan masa paruh plasma antara
250-500 mg tiap 8-'12 jam. Untuk osteoartritis dosis 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.
awal 2 kali 250-500 mg sehari dengan dosis penun_ Dalam plasma, 25%.parasetamol dan 30 %
jang tidak melampaui 1,5 gram sehari. Elei< sam- lenasetin terikat protein plasma. Kedua obat ini
pingnya lebih ringan daripada asetosal dan tidak dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, Sebagian
menyebabkan gangguan pendengaran. asetaminofen (80 0/o) dikonjugasi
dengan asam
glukuronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam
sulfat. Selain itu kedua obat ini juga dapat meng_
3.2. PARA AMINO FENOL alami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini
dapat menimbulkan methemoglobinemia dan he_
Derivat para amino fenol yaitu lenasetin dan
molisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi,melalui
asetaminofen dapat dilihat strukturnya pada Gam_
ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3 %)
bar 15-4, Asetaminofen (parasetamol) merupakan
dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang
sama dan telah digunakan sejak tahun 1993. Etek lNOIKASl. Di lndonesia penggunaan parasetamol
antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantF
Asetaminofen di lndonesia lebih dikenal dengan kan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, para_
nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat be_ setamol sebaiknya tidak diberikan terlalu lama kare_
ba.s. Walau demikian, laporan kerusakan latal hepar na kemungkinan menimbulkan nefropati analgesik.
akibat overdosis akut perlu diperhatikan. Tetapi per_ Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
lu diperhatikan pemakai maupun dokter bahwa etek dosis lebih besar tidak menolong. penggunaannya
anti-inflamasi parasetamol hampir tidak ada. untuk meredakan demam tidak seluas pengguna_
annya sebagai analgesik.
NHCOC NHCOCHa
SEDIAAN DAN POSOLOGI. parasetamol tersedia

oj- -a\
I I

r9 sebagai obat tunggal, berbentuk tablet 500 mg atau


sirup yang mengandung 120 mg/5 ml. Selain itu

OH
IOCzHs
parasetamol terdapat sebagai sediaan kombinasi
tetap, dalam bentuk tablet maupun cairan. Dosis
parasetamol untuk dewasa 300 mg - 1 g per kali,
Asetaminolen Fenasetin dengan maksimum 4 g per hari; untuk anak 6-12
tahun : 150-300 mg/kali, dengan maksimum 1,2
g/hari. Untuk anak 1-6 tahun : 60-120 mg/kati dan
Gambar 15'4. Fumus bangun asetaminofen dan bayi di bawah 1 tahun :60 mg/kati; pada keduanya
lenasetin diberikan maksimum 6 kalisehari.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsteroid dan ebat pirai 215

EFEK SAMPING. Reaksi alergi terhadap derivat valen dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu
para-aminolenol jarang terjadi. Manifestasinya hepatotokslsitas parasetamol meningkat pada pen-
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih derita yang juga mendapat barbiturat, antikonvulsi
berat berupa demam dan lesi pada mukosa. lain atau pada alkoholik yang kronis. Kerusakan
Fenasbtin dapat menyebabkan anemia hemo- yang timbul berupa nekrosis sentrilobularis. Kera-
litik, terutama pada pemakaian kronik. Anemia he- cunan akut ini biasanya diobati secara simtomatik
molitik dapat terjadi berdasarkan mekanisme auto- dan suportif, tetapi pemberian senyawa sulthidril
imum, defisiensi enzim G6PD dan adanya metabolit tampaknya dapat bermanfaat, yaitu dengan mem-
yang abnormal. perbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein
Methemoglobinemia dan sullhemoglobinemia cukup efektif bila diberikan per oral 24 jam setelah
jarang menimbulkan masalah pada dosis terapi, minum dosis toksik parasetamol.
karena hanya kira-kira 1-3 % Hb diubah menjadi
met-Hb. Methemoglobinemia baru merupakan
masalah pada takar lajak. 3.3. PTRAZOLON
lnsidens nefropati analgesik berbanding lurus
dengan penggunaan lenasetin. Tetapi karena
fenasetin jarang digunakan sebagai obat tunggal, ANTIPIRIN, AMINOPIRIN DAN DIPIRON
hubungan sebab akibat sukar disimpulkan.
Eksperimen pada hewan coba menunjukkan bahwa Antipirin (fenazon) adalah S-okso-lJenil-2,3-
gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat asetosal dimetilpirazolidin. Aminopirin (amidopirin) adalah
daripada lenasetin. Penggunaan semua jenis anal- derivat 4- dimetilamino dari antipirin (lihat Gambar
gesik dosis besar secara menahun terutama dalam 15-5). Dipiron adalah derivat metansulfonat dari
kombinasi dapat menyebabkan nef ropati analgesik. aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat dibe-
rikan secara suntikan.
Toksisitas akut. Akibat dosis toksik yang paling
serius ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuli renalis
serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi. Hepato- ?H. ?H.
toksisitas dapat terjadi pada pemberiqn dosis tung-
gal 10-15 gram (200-250 mg/kgBB) parasetamot.
Gejala pada hari pertama keracunan akut para-
setamol belum mencerminkan bahaya yang meng-
ancam. Anoreksi, mual dan muntah serta sakit perut
CHg-C-N
il
HC-C
illl
)-o CHo

(cHs)a
- fr- \
ll)<o
N-c-C
o
,.ia

o
terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlang-
sung selama seminggu atau lebih. Gangguan hepar
dapat terjadi pada hari kedua, dengan gejala pe- Antipirin Aminopirin
ningkatan aktivitas serum transaminase, laktat
dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta peman-
jangan masa protrombin. Aktivitas alkali losfatase
Gambar 15-5. Rumus bangun antipirin dan
dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan aminopirin
hati dapat mengakibatkan enselalopati, koma dan
kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih lndikasi. Saat ini dipiron hanya digunakan
dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan. sebagai analgesik- antipiretik karena elek anti-inlla-
Masa paruh parasetamol pada hari perlama masinya lemah. Sedangkan antipirin dan aminopirin
keracunan merupakan petunjuk beralnya keracun- tidak digunakan lagi karena lebih toksik daripada
an. Masa paruh lebih dari 4 jam merupakan petun- dipiron. Karena keamanan obat ini diragukan, se-
juk akan lerjadinya nekrosis hati dan masa paruh baiknya dipiron hanya diberikan bila dibutuhkan
lebih dari 12iam meramalkan akan terjadinya koma analgesik-antipiretik suntikan atau bila pasien tidak
hepatik. Penentuan kadar parasetamol sesaat ku- tahan analgesik-antipiretik yang lebih aman. Pada
rang peka untuk meramalkan terjadinya kerusakan beberapa kasus penyakit Hodgkin dan periarteritis
hati. Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh nodosa, dipiron merupakan obat yang masih dapat
parasetamol, tetapi juga oleh radikal bebas, meta- digunakan untuk meredakan demam yang sukar
bolit yang sangat reaktif yang berikatan secara ko- diatasi dengan obat lain, Dosis untuk dipiron ialah
216 Farmakologi dan Terapi

tiga kali 0,3.1 gram sehari. Dipiron tersedia dalam Farmakodinamik. Elek anti-inflamasi lenilbutazon
bentuk tablet 500 mg dan larutan obat suntik yang untuk penyakit artritis reumatoid dan sejenisnya
mengandung 500 mg/ml. sama kuat dengan salisilat, telapi elek toksiknya
berbeda. Efek analgesik terhadap nyeri yang se-
Efek samping dan intoksikasi. Semua derivat
pirazolon dapat menyebabkan agranulositosis, babnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. Wa-
laupun memperlihatkan efek analgesik-antipiretik,
anemia aplastik dan trombositopenia. Di beberapa
lenilbutazon tidak digunakan sebagai antipiretik dan
negara misalnya Amerika Serikat, efek samping ini
analgetik karena toksisitasnya;
banyak terjadi dan bersifat latal, sehingga pema-
kaiannya sangat dibatasi atau dilarang sama sekali.
Fenilbutazon memperlihatkan efek urikosurik
Di lndonesia lrekuensi pemakaian dipiron cukup ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat
melalui tubuli. Dosis kecil mengurangi sekresi asam
tinggi dan agranulositosis telah dilaporkan pada
pemakaian obat ini, tetapi belum ada data tentang urat oleh tubuli. Sulfinpirazon, efek urikosuriknya
lebih kuat sehingga digunakan untuk mengobati
angka kejadiannya. Kesan bahwa orang lndonesia
penyakit pirai (gout) kronik.
tahan terhadap dipiron tidak dapat diterima begitu
saja mengingat sistem pelaporan data efek sam- Fenilbutazon menyebabkan retensi natrium
ping belum memadai sehingga mungkin kematian dan klorida yang nyata, disertai dengan pengurang-
an diuresis dan dapat menimbulkan udem. pertam-
oleh agranulositosis tercatat sebagai akibat penya-
bahan volume plasma dapat mencapai 50 % se-
kit infeksi. Maka pada pemakaian dipiron jangka
panjang, harus diperhatikan kernungkinan diskrasia hingga dapat terjadi payah jantung.
darah ini. Dipiron juga dapat menimbulkan hemo- Farmakokinetik. Fenilbutazon diabsorpsi dengan
lisis, udem, tremor, mual dan muntah, perdarahan cepat dan sempurna pada pemberian per oral. Ka-
lambung dan anuria. dar tertinggi dicapai dalam waktu 2 jam. Dalam
Aminopirin, tidak lagi diizinkan beredar di ln- dosis terapi, 98 % fenilbutazon terikat pada protein
donesia sejak tahun 1977 atas dasar kemungkinan plasma, bila kadar lebih tinggi pengikatan dengan
membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogenik. plasma protein mungkin hanya 90 %. Waktu paruh
fenilbutazon 50-65 jam.
Biotransformasi fenilbutazon oleh sistem mi-
FENILBUTAZON DAN OKSIFENBUTAZON
krosom hati menghasilkan oksifenbutazon dan
Fenilbutazon adalah 3, 5-diokso-'1, 2-difenil-4- gama-hidroksi-fenilbutazon. Oksifenbutazon juga
butilpirazolidin dan oksifenbutazon adalah derivat memperlihatkan efek antireumatik, retensi air dan
oksifenilnya (Gambar 1 5-6). Fenilbutazon diguna- garam; afinitasnya pada protein plasma sama de-
kan untuk mengobati artritis reumatoid dan sejenis- ngan fenilbutazon, dan masa paruhnya beberapa
nya sejak tahun 1949, kemudian secara berturutan hari.
ditemukan turunan lenilbutazon lainnya yaitu ok- Fenilbutazon dan oksifenbutazon diekskresi
sifenbutazon sulfinpirazon dan ket6fenilbutazon. melalui ginjal secara lambat, karena ikatannya de-
ngan protein plasma membatasi filtrasi glomerulus.
Selain itu pKa kedua obat ini relatif tinggi sehingga
zal-zal tersebut lebih banyak direabsorpsi di tubuli
distal. Hanya kira-kira 4 % lenilbutazon diekskresi
dalam bentuk asal.

lnteraksi obat. Karena afinitasnya terhadap pro-


tein plasma lebih kuat daripada obat lain, maka
lenilbutazon dan oksilenbutazon dapat menggeser
obat lain dari ikatannya dengan protein. Obat- obat
yang dapat mengalami pergeseran ikatan protein ini
ialah antikoagulan oral, hipoglikemik oral, sulfona-
mid dan beberapa obat anti-inflamasi lain. pemakai-
an lenilbutazon dan oksifenbutazon bersama de-
ngan antikoagulan oral dan hipoglikemik oral harus-
Gambar 15{. Rumus bangun lenilbutazon lah diawasi secara ketat.
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflarnasi Nonsteroid dan Obat Pirai 217

Sediaan. Fenilbutazon tersedia sebagai tablet ber- penderita dengan riwayat tukak peptik dan alergi
salut gula 100 mg dan 200 mg. Juga ada dalam terhadap kedua obat.
bentuk suntikan. Oksilenbutazon tersedia dalam
bentuk tablet 100 mg.

lndikasi, Dalam klinik lenilbutazon dan oksifenbu-


tazon digunakan untuk mengobati penyakit pirai 3.4. ANALGESIK ANTI.INFLAMASI NON
(gout) akut, artritis reumatoid dan gangguan sendi STEROID LAINNYA
otot lainnya misalnya spondilitis ankilosa, osteo-
artritis. Karena toksisitasnya, lenilbutazon dan oksi- Beberapa AINS dibawah ini umumnya bersifat
lenbutazon hanya digunakan bila obat lain yang anti-inflamasi, analgesik dan antipiretik. Elek anti-
lebih aman tidak elektil lagi. piretiknya baru terlihat pada dosis yang lebih besar
Pada penyakit pirai akut diberikan 800 mg/ daripada elek analgesiknya, dan AINS relatil lebih
hari selama dua hari atau hari pertama 800 mg/hari, toksik daripada antipiretik klasik, maka obat-obat ini
disusul 300 mg/hari untuk 3 hari berikutnya. Boleh hanya digunakan untuk terapi penyakit inllamasi
juga diberikan dosis awal 400 mg, disusul 100 mg sendi seperti artritis reumatoid, osteoartritis, spon-
tiap 4 jam sampai gejala inllamasi berkurang. Alter' dilitis ankilosa dan penyakit pirai.
natif lain, pada hari pertama diberikan 3 atau 4 kali Flespons individual terhadap AINS bisa sa-
200 mg, disusul dosis yang lebih kecil untuk 2 atau ngat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam
3 hari. Pengobatan ini hendaknya diberikan tidak kelas atau derivat kimiawi yang sama. Sehingga
lebih dari 7 hari. kegagalan dengan satu obat bisa dicoba dengan
Dosis untuk artritis reumatoid ialah 3-4 kali 100 obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama.
mg/hari, diberikan selama seminggu. Bila dosis pe- Semua AINS merupakan iritan mukosa lam'
nunjang sebesar 100-200 mg/hari mencukupi, pe' bung walaupun ada perbedaan gradasi antar obat-
ngobatan dapat diberikan dalam jangka lebih lama obat ini, Akhir-akhir ini elek toksik terhadap ginjal
dengan pengawasan. Pemakaian iangka lama hen- lebih banyak dilaporkan sehingga lungsi ginjal, per-
daknya dihindari. lu lebih diperhatikan pada penggunaan obat ini.

Efek nonterapi. Alergi terhadap lenilbutazon dan


oksifenbutazon sering terjadi berupa reaksi kulit
ASAM MEFENAMAT DAN MEKLOFENAMAT
seperti urtikaria, udem angioneurotik, eritema nodo-
sum, sindrom Stevens-Johnson, dermatitis eksfol- Asam mefenamat digunakan sebagai analge-
iativa dan lain-lain. Juga dapat terjadianemia aplas- sik; sebagai anti- inllamasi, asam melenamat ku'
tik, agranulositosis, leukopenia, trombosito-penia, rang elektil dibandingkan aspirin. Meklolenamat di-
nelritis, hepatitis dan stomatitis ulseratif. gunakan sebagai obat anti-inflamasi pada terapi
Kedua obat ini mengiritasi lambung cukup artritis reumatoid dan osteoartritis. Asam melena-
kuat sehingga sering menimbulkan keluhan pada mat terikat sangat kuat pada protein plasma' Den-
epigastrium, bahkan dapat menyebabkan korosi gan demikian interaksi lerhadap obat antikoagulan
lambung, tukak lambung akut atau kronik dan per- harus diperhatikan. Elek samping terhadap saluran
darahan lambung. Elek samping lain seperti vertigo, cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
insomnia, eurofia, hematuria dan penglihatan kabur iritasi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang
pernah dilaporkan. usia lanjul efek samping diare hebat lebih sering
lntoksikasi lenilbutazon atau oksifenbutazon dilaporkan. Elek samping lain yang berdasarkan
dapat menimbulkan koma, trismus, keiang tonik dan hipersensitivitas ialah eritem kulit dan bronkokon-s-
klonik, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum triksi. Anemia hemolitik pernah dilaporkan' Dosis
tulang, proteinuria, hematuria, oliguria, gagal ginjal asam mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg se-
dan ikterus hepatoselular. hari. Sedangkan dosis meklolenamat untuk terapi
Kontraindikasi. Fenilbutazon dan oksifenbutazon penyakit sendi adalah 200-400 mg sehari. Karena
dikontraindikasikan pada penderita dengan hiper. efek toksiknya maka di Amerika Serikat obat ini
tensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan gang- tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di-
guan lungsi hati sehubungan dengan silatnya yang bawah 14 tahun dan wanita hamil, dan pemberian
menyebabkan retensi air dan natrium. Juga pada tidak melebihiT hari.
218
Farmakologi dan Terapi

DIKLOFENAK
Obat AINS derivat asam propionat hampir se_
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna ber_ luruhnya terikat pada protein plasma, efek inleraksi
langsung cepat dan lengkap. Obat ini terikat 99% misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipo-
pada protein plasma dan mengalami efek lintas_ glikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian
awal (/fusf-pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu bersama dengan warfarin, tetap harus waspada
paruh singkat yakni 1-3 jam, diklofenak diakumu_ karena adanya gangguan lungsi trombosit yang
lasi di cairan sinovia yang menjelaskan efek terapi memperpanjang masa perdarahan. Derivat asam
di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat propionat dapat mengurangi efek diuresis dan natri_
tersebut. uresis lurosemid dan tiazid, juga mengurangi efek
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, antihipertensi obat beta bloker, prazosin Oan Xap-
eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua topril. Elek ini mungkin akibat hambatan biosintesis
obat AINS, pemakaian obat ini harus berhati_hati PG ginjal. Efek samping terhadap saluran cerna
pada penderita tukak lambung. peningkatan enzim lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indome_
transaminasi dapat terjadi pada 15% pasien dan tasin atau naproksen. Efek samping lainnya yang
umumnya kembali ke normal. jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, trombosito_
Pemakaian selama kehamilan tidak dianjur_ penia, ambliopia toksik yang reversibel, Dosis seba_
kan. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi gai analgesik 4 kali 400 mg sehari tetapi sebaiknya
dua atau 3 dosis, dosis optimal pada tiap orang ditentukan secara
individual. lbuprofen tidak dianjurkan diminum oleh
wanita hamil dan menyusui, Dengan alasan bahwa
FENBUFEN
ibuproten relatil lebih lama dikenal dan tidak menim_
Berbeda dengan obat AINS lainnya, lenbulen bulkan elek samping serius pada dosis analgesik,
merupakan suatu pro- drug. Jadi lenbulen sendiri maka ibuprolen dijual sebagai obat generik bebas
bersifat inaktil dan metabollt aktifnya adalah asam di beberapa negara antara lain Amerika Serikat dan
4-bifenil-asetat. Zat ini memiliki waktu paruh 10 jam lnggris.
sehingga cukup diberikan satu atau dua kali sehari.
Absorpsi obat melalui lambung baik, dan kadar pun_ KETOPROFEN
cak metabolit aktif dicapai dalam 7,5
iam. LteX Derivat asam propionat ini memiliki efektivitas
samping obat ini sama seperti obat AINS lain. pe_
makaian pada penderita tukak lambung harus ber_ seperti ibuprofen dengan sitat anti-inflamasi se_
hati-hati. Pada gangguan ginjal, dosislarus diku_ dang. Absorpsi berlangsung baik dari lambung dan
rangi. Dosis untuk indikasi penyakit reumatik sendi waktu paruh plasma sekitar 2 jam. Elek samping
adalah dua kali300 mg sehari dan dosis penunjang sama dengan AINS lain terutama menyeb4bkan
satu kali sehari 600 mg sebelum tidur.
gangguan saluran cerna, dan reaksi hipersensiti-
vitas. Dosis 2 kali 100 mg sehari, tetapi sebaiknya
ditentukan secara individual.
IBUPROFEN

lbuprolen merupakan derivat asam propionat NAPROKSEN


yang diperkenalkan pertama kali di banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya anti-infla_ Merupakan salah satu derivat asam propionat
yang elektil dan insiden efek samping obat ini lebih
masi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya
sama seperti aspirin. Efek anti-inflamasinya terlihat rendah dibandingkan derivat asam propionat lain.
dengan dosis 1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibu_ Absorpsi obat ini berlangsung baik melalui lambung
prolen cepal melalui lambung dan kadar maksimum dan kadar puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam.
dalam plasma dicapai setelah 1-Zlam.Waktu paruh Bila diberikan dalam bentuk garam natrium naprok_
dalam plasma sekitar 2 jam. Sembilan puluh % sen, kadar puncak plasma dicapai lebih cepat.
Waktu paruh obat ini 14 jam, sehingga cukup diberi_
ibuprolen terikat pada protein plasma. Eksiresinya
kan dua kali sehari. Tidak terdapat korelasi anlara
berlangsung cepat dan lengkap. Kka-kiag0 o/o dari
dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melalui urin efektivitas dan kadar plasma, lkatan obat ini dengan
protein plasma mencapai gg-gg %. Ekskresl ter_
sebagai metabolit atau konyugatnya. Metabolit uta-
utama dalam urin, baik dalam bentuk utuh maupun
ma merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi.
sebagai konyugat glukuronida dan demetilat. lnter-
Analgesik-Antipiretik, Anti-inflamasi Nonsleroid dan Obat Pirai 219

aksi obat sama seperti ibuprofen. Naproksen ber- ginjal. Alergi dapat pula timbul dengan manilestasi
sama ibuprolen dianggap yang paling tidak toksik urtikaria, gatal dan serangan asma. Obat ini meng-
di antara derivat asam propionat. Efek samping urangi efek natriuretik dari diu-retik tiazid dan furo-
yang dapat timbul ialah dispepsia ringan sampai semid serta memperlemah efek hipotensil obat
perdarahan lambung. Efek samping terhadap SSP beta bloker.
berupa sakit kepala, pusing, rasa lelah dan ototoksi- Karena toksisitasnya, indometasin tidak dian-
sitas. Gangguan terhadap hepar dan ginjal pernah jurkan diberikan kepada anak, wanita hamil, pen-
dilaporkan. Dosis untuk terapi penyakit reumatik derita gangguan psikiatris dan penderita penyakit
sendi adalah 2 kali 250-375 mg sehari. Bila perlu lambung. Penggunaannya kini dianjurkan hanya
dapat diberikan 2 kali 500 mg sehari. bila AINS lain kurang berhasil misalnya pada spon-
dilitis ankilosa, artritis pirai akut dan osteoartritis
ASAM TIAPROFENAT tungkai. lndometasin tidak berguna pada penyakit
pirai kronik karena tidak berelek urikosurik. Dosis
Asam tiaprofenat memperlihatkan silat sama indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari.
seperti derivat asam propionat lainnya. Waktu pa- Untuk mengurangi gejala reumatik di malam hari,
ruh dalam plasma kira-kira 2 jam dan ekskresi ter- indometasin diberikan 50-100 mg sebelum tidur.
utama melalui ginjal sebagai konjugat asilgluku-
ronida. Efek samping sama seperti obat AINS lain-
nya. Dosis 3 kali 200 mg sehari. PIROKSIKAM

Obat ini merupakan salah satu AINS dengan


INDOMETASIN struktur baru yaitu oksikam. Waktu paruh dalam
Merupakan derivat indol-asam asetat. Obat ini plasma lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan
sudah dikenal sejak 1963 untuk pengobatan artritis hanya sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di
reumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini etektif lambung; terikat 99 % pada protein plasma. Obat
tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini diba- ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taral man-
tasi. lndometasin memiliki efek anti-inflamasi dan tap dicapai sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plas-
analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding den- ma kira-kira sama dengan kadar di cairan sinovia.
gan aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin me- Frekuensi kejadian elek samping dengan
miliki efek analgesik periler maupun sentral, ln vitro, piroksikam mencapai 11-46 %, dan 4-12 % dari
indometasin menghambat enzim siklo- ksigenase. jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini.
Seperti kolkisin, indometasin menghambat motilitas Elek samping tersering adalah gangguan saluran
leukosit polimorfonuklear. cerna, antara lain yang berat adalah tukak lambung.
Absorpsi indometasin setelah pemberian oral Elek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepa-
cukup baik; 92-99 % indometasin terikat pada pro- la dan eritem kulit. Piroksikam tidak dianjurkan dibe-
tein plasma, Metabolismenya terjadi di hati. lndo- rikan pada wanita hamil, penderita tukak lambung
metasin diekskresi dalam bentuk asal maupun me- dan penderita yang sedang minum antikoagulan.
tabolit melalui urin dan empedu. Waktu paruh plas- lndikasi piroksikam hanya untuk penyakit inllamasi
ma kira-kira 2-4 jam. sendi misalnya artritis reumatoid, osteoartritis,
Efek samping indometasin tergantung dosis spondilitis ankilosa dengan dosis 10-20 mg sehari.
dan insidennya cukup tinggi. Pada dosis terapi, se-
pertiga penderita menghentikan pengobatan kare-
na elek samping. Elek samping saluran cerna beru- NABUMETON
pa nyeri abdomln, diare, perdarahan lambung ddn
pankreatitis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira- Nabumeton, salah satu obat AINS terbaru m'e-
kira 20-25 % penderita dan sering disertai pusing, rupakan pro-drug. Obat ini diserap cepat dari salur-
depresi dan rasa bingung. Halusinasi dan psikosis an cerna dan di hati akan dikonversi ke satu atau
pernah dilaporkan. lndometasin juga dilaporkan lebih zat aktifnya, terutama 6-methoxy-2 naphtyla-
menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik dan cetic acid (6-MNA). Metabolit ini merupakan peng-
trombositopenia. Vasokonstriksi pembuluh koroner hambat kuat dari enzim siklo-oksigenase. Zat aktil
pernah dilaporkan. Hiperkalemia dapat teriadi aki- tersebut diinaktivasi di hati secara o-demetilasi dan
bat hambatan yang kuat terhadap biosintesis PG di kemudian dikonjugasi untuk di ekskresi.
220 Farmakologi dan Tercp;i

Hasil uji klinis nabumeton menyimpulkan bah- darah. Obat ini berikatan dengan protein mikrotu-
wa obal ini sama elektil dengan obat AINS lainnya bular dan menyebabkan depolimerisasi dan meng-
pada pengobatan artritis reumatoid dan osteo-artri- hilangnya mikrotubul fibrilar granulosit dan sel ber-
tis. Dikatakan bahwa elek samping yang timbul gerak lainnya. Hal ini menyebabkan penghambatan
selama pengobatan relatit lebih sedikit, terutama migrasi granulosit ke tempat radang sehingga peng-
elek samping terhadap saluran cerna. penjelasan- lepasan mediator inllamasi juga dihambat dan res-
nya ialah karena nabumeton merupakan pro-drug pons inflamasi ditekan. Peneliti lain juga memper-
yang baru aktil setelah absorpsi dan mengalami lihatkan bahwa kolkisin mencegah penglepasan
konversi, juga karena nabumeton tidak bersilat glikoprotein dari leukosit yang pada penderita gout
asam. Selain itu data pada hewan coba menunjuk- menyebabkan nyeri dan radang sendi.
kan bahwa nabumeton memperlihatkan silat selek-
til menghambat iso-enzim prostaglandin untuk pe- Farmakokinetik. Absorpsi melalui saluran cerna
radangan tetapi kurang menghambat prostasiklin baik. Obat ini didistribusi secara luas dalam jaringan
yang bersifat sitoprotektil. tubuh; volume distribusinya 49,5 + 9,5 L. Kadar ting-
gi didapat di ginjal, hati, limpa, dan saluran cerna;
Farmakokinetik. Dengan dosis 1 gram/hari dida- tetapi tidak terdapat di otot rangka, jantung dan
patkan waktu paruh (T 112) sekitar 24 jam (22,5 + otak. Sebagian besar obat ini diekskresi dalam ben-
3,7 jam), Pada kelompok usia lanjut, T 1/2 ini ber- tuk utuh melalui tinja, 10-20 % diekskresi mela-lui
tambah panjang dengan 3-7 jam. urin. Pada penderita dengan penyakit hati elimi-na-
sinya berkurang dan lebih banyak yang diekskresi
lewat urin. Kolkisin dapat ditemukan dalam leukosit
3.5. OBAT PIRAT dan urin sedikitnya untuk t hari setelah suatu sun-
tikan lV.
Ada 2 kelompok obat penyakit pirai, yaitu obat
yang menghentikan proses inllamasi akut misalnya Efek nonterapi. Efek samping kolkisin yang paling
kolkisin, lenilbutazon, oksilenbutazon, dan indome- sering adalah muntah, mual dan kadang-kadang
tasin; dan obat yang mempengaruhi kadar asam diare, terutama dengan dosis maksimal. Bila efek
urat misalnya probenesid, alopurinol dan sulfinpira- ini terjadi, pengobatan harus dihentikan walaupun
zon. Kebanyakan obat pirai telah dibicarakan sebe- efek terapi belum tercapai. Gejala saluran cerna ini
lumnya, sehingga pada bagian ini hanya akan di- tidak terjadi pada pemberian lV dengan dosis lerapi,
bahas mengenai kolkisin, probenesid, alopurinol tetapi bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan
dan sullinpirazon. peradangan dan nekrosis kulit serta jaringan lemak.
Obat yang mempengaruhi kadar asam urat Depresi sumsum tulang, purpura, neuritis peri-
tidak berguna mengatasi serangan klinis malah fer, miopati, anuria, alopesia, gangguan hati,.reaksi
kadang-kadang meningkatkan frekuensi serangan alergi dan kolitis hemoragik jarang terjadi. Reaksi ini
pada awal terapi. Kolkisin dalam dosis profilaktik umumnya terjadi pada dosis berlebihan pada pem-
dianjurkan diberikan pada awal terapi alopurinol, berian lV, gangguan ekskresi akibat kerusakan gin-
sulfinpirazon dan probenesid. jal dan kombinasi keadaan tersebut. Koagulasi
intravaskular diseminata merupakan manilestasi
keracunan kolkisin yang berat; timbul dalam 48 jam
KOLKISIN dan sering bersilat fatal. Kolkisin harus diberikan
dengan hati-hati pada penderita lanjut usia, lemah,
Kolkisin adalah suatu anti-inllamasi yang unik atau penderita dengan gangguan ginjal, kardiovas-
yang terutama diindikasikan pada penyakit pirai. kular dan saluran cerna.
Obat ini merupakan alkaloid Colchicum autumnale,
sejenis bunga leli. Indikasi. Kolkisin adalah obat terpilih untuk penya-
kit pirai. Pemberian harus dimulai secepatnya pada
Farmakodinamik. Silat antiradang kolkisin spesilik awal serangan dan diteruskan sampai gejala hilang
terhadap penyakit pirai dan beberapa artritis lainnya atau timbul efek samping yang mengganggu, Geja-
sedang sebagai antiradang umum kolkisin tidak la penyakit umumnya menghilang 24-48 jam sete-
efektif. Kolkisin tidak memiliki elek analgesik. lah pemberian obat. Bila terapi terlambat efektivitas
Pada penyakit pirai, kolkisin tidak meningkat- obat kurang. Kolkisin juga berguna untuk prolilaktik
kan ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam serangan penyakit pirai atau mengurangi beratnya
Analgesik-Antiphetik, Anti-inflamasi lVonstero id d an abat Pirai 221

serangan. Obat ini juga dapat mencegah serangan Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukope-
yang dicetuskan oleh obat urikosurik dan alopurinol. nia atau leukositosis, eosinofilia, artralgia dan pru-
Untuk profilaksis, cukup diberikan dosis kecil. Pen- ritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran
derita yang mendapat dosis prolilaktik memberikan cerna kadang- kadang juga dapat terjadi. Alopurinol
respons terhadap. dosis kecil sewaktu serangan, dapat meningkatkan lrekuensi serangan sehingga
sehingga elek samping tidak mengganggu. sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin.
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1 ,2 mg Serangan biasanya menghilang setelah beberapa
sebagai dosis awal diikuti 0,5-0,6 mg tiap 2 iam bulan pengobatan. Karena alopurinol menghambat
sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran oksidasi merkaptopurin, dosis merkaptopurin harus
cerna timbul. Mungkin perlu diberikan sampai dosis dikurangi sampai 25-35 % bila diberikan bersama-
maksimum 7-8 mg tetapi umumnya penderita tidak an. Dosis untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg
dapat menerima dosis ini. Untuk prolilaksis diberi- sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat.
kan 0,5-1 mg sehari. Untuk penderita gangguan lungsi ginjal dosis cukup
Pemberian lV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 100-200 mg sehari. Dosis untuk hiperurisemia se-
mg tiap 12-24 jam. Dosis jangan melebihi 4 mg kunder 100-200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun:
dalam satu regimen pengobatan. Untuk mencegah 300 mg sehari dan anak di bawah 6 tahun : 150 mg
iritasi akibat ekstravasasi sebaiknya larutan 2 ml sehari.
diencerkan menjadi 'l 0 ml dengan larutan garam
laal. PROBENESID

Probenesid berelek mencegah dan mengu-


ALOPURINOL rangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada
penyakit pirai, tidak efektil untuk mengatasi serang-
Alopurinol berguna unluk mengobati penyakit an akut. Probenesid juga berguna untuk pengobat-
pirai karena menurunkan kadar asam urat. Peng- an hiperurisemia sekunder. Probenesid tidak ber-
obatan jangka panjang mengurangi lrekuensi se- guna bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 30 ml
rangan, menghambat pembentukan toli, memobi- per menit.
lisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. Elek samping probenesid yang paling sering
Mobilisasi asam urat ini dapat ditingkatkan dengan ialah, gangguan saluran cerna, nyeri kepala dan
memberikan urikosurik. Obat ini terutama berguna reaksi alergi. Gangguan saluran cerna lebih ringan
untuk mengobati penyakit pirai kronik dengan in- daripada yang disebabkan oleh sullinpirazon tetapi
sulisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi tetap harus digunakan dengan hati-hati pada pen-
dosis awal harus dikurangi. Berbeda dengan probe- derita dengan riwayat ulkus peptik. Salisilat me-
nesid, elek alopurinol tidak dilawan oleh salisilat, ngurangi efek probenesid. Probenesid mengham-
tidak berkurang pada insufisiensi ginjal dan tidak bat ekskresi renal dari sulfinpirazon, indometasin,
menyebabkan batu urat. Alopurinol berguna untuk penisilin, PAS, sulfonamid dan luga berbagai asam
pengobatan pirai sekunder akibat penyakit polisite- organik, sehingga dosis obat tersebut harus dise-
mia vera, metaplasia mieloid, leukemia, limfoma, suaikan bila diberikan bersamaan. Dosis probe-
psoriasis, hiperurisemia akibat obat, dan radiasi. nesid 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti
Obat ini bekerja dengan menghambat xantin oksi- dengan 2 kali 500 mg/hari.
dase, enzim yang mengubah hipoxantin menjadi
xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. Melalui
SULFINPIRAZON
mekanisme umpan balik alopurinol menghambat
sintesis purin yang merupakan prekursor xantin. Sullinpirazon mencegah dan mengurangi k9-
Alopurinol sendiri mengalami biotransformasi oleh lainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik ber-
enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa dasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat.
paruhnya lebih panjang daripada alopurinol, itu Kurang efektil menurunkan kadar asam urat diban-
sebabnya alopurinol yang masa paruhnya pendek dingkan dengan alopurinol dan tidak berguna me-
cukup diberikan satu kali sehari. ngatasi serangan pirai akut, malah dapat mening-
Elek samping yang sering terjadi ialah reaksi katkan lrekuensi serangan pada awal terapi. Sepu-
kulit. Bila kemerahan kulit timbul, obat harus dihentF luh sampai 15 % penderita yang mendapat sulfinpi-
kan karena gangguan mdngkin menjadi lebih berat. razon mengalami gangguan saluran cerna, kadang-
222
Farmakolqi dan Terapi

kadang perlu dihentikan pengobatannya; sulf inpira- Ternyata variasi respons antar pasien lerha_
zon lidak boleh diberikan pada penderita dengan dap AINS tidak begitu saja dapat dikaitkan ber-
riwayat ulkus peptik. Anemia, leukopenia, agranulo- dasarkan klasilikasi kimiawi, dosis, atau beratnya
sitosis dapat terjadi. Sullinpirazon mengurangi eks_ penyakit reumatik. Untuk mengatasi ini penulis me_
kresi 'tubuli dari asam aminohipurat dan fenolsul_ nganjurkan agar seorang dokter paling tidak me_
lonftalein, sehingga uji diagnostik yang berdasar- ngenal secara.baik 4 obat AINS yang berbeda se_
kan pengukuran zat tersebut tidak berguna bila dila- hingga dapat melakukan pemilihan sesuai dengan
kukan pada penderita yang mendapat sulfinpirazon. kondisi pasien. Dalam empat obat AINS tersebut
Seperti lenilbutazon dan oksilenbutazon, sullinpira_ harus termasuk satu obat AINS dengan waktu
zon dapat meningkatkan elek insulin dan obat hipo_ paruh panjang, satu dengan waktu paruh singkat
glikemik oral sehingga harus diberikan dengan pe_ dan minimal ditambah 2 jenis obat AINS dari kelas
ngawasan ketat bila diberikan bersama dengan kimiawiyang lain.
obat-obat tersebut. Sulfinpirazon secara kimia !a- Penilaian hasil terapi dengan obat AINS, mini_
ngat mirip fenilbutazon dan oksifenbulazon sehing- mal membutuhkan 7 hari sebelum peningkatan do-
ga dapat menyebabkan reaksi alergi silang dengan sis sesuai yang dianjurkan, Selama waktu seming-
obat tersebut. Dosis sulfinpirazon 2 kali 100-200 mg gu ini harus dipantau timbulnya elek samping mau-
sehari, ditingkatkan sampai40O- 900 mg kemudian pun adanya laktor resiko. Juga perlu diingat bahwa
dikurangi sampai dosis efektif minimal. sediaan lepas lambat cenderung bermasalah dalam
bioavailabilitasnya.
Hal berikut dapat dijadikan patokan penggu_
3.6. PEMILIHAN OBAT naan praktis. Pertama harus dimengerti bahwa
belum ada AINS yang ideal. Tidak semua AINS
yang tersedia dipasar perlu digunakan. pilih 4 AINS,
Untuk memilih antipiretika-analgesik tidak sesuai yang dikemukakan terdahulu dan pilih salah
banyak masalah karena obat yang tersedia tidak satu sesuai dengan kondisi pasien. yang terakhir,
banyak jenisnya. Sebagai antipiretik- analgesik mulailah dengan dosis kecil, tingkatkan bertahap
untuk anak, pilihan sebaiknya antara aspirin atau sampai dosis maksimal yang dianjurkan, bila res-
parasetamol. Kedua obat ini praktis sama efektivi_ pons tidak memuaskan baru ganti dengan salah
lasnya dan yang perlu dipertimbangkan adalah ke_ satu dari 3 AINS yang telah dikuasai.
mungkinan efek samping terhadap kondisi tubuh si Petunjuk untuk memilih obat penyakit pirai :
anak. 1. Untuk mengatasi rasa nyeri akut termasuk pro_
Untuk mengatasi nyeri inflamasi seperti pada ses inflamasi yang akut, sebaiknya diberikan
penyakit reumatik tersedia banyak pilihan obat anti_
dari pilihan kolkisin atau obat AINS yang memi-
inllamasi non steroid. Secara klinis, sebenarnya liki daya anti-inflamasi yang kuat dan bekerja
tidak banyak perbedaan di antara obat AINS sehu- cepat.
bungan dengan efektivitasnya. pertimbangan lama- 2. Untuk mengkontrol kadar asam urat pilihan ada
nya waktu paruh, bentuk lepas-lambat dan perbe_ antara obat urikosurik atau obat yang meng-
daan jenis elek samping menentukan pilihan AINS hambat produksi asam urat (urokostatik).
untuk penderita tertenlu. Untuk meningkatkan ke_ 3. Pada penderita lipe over-producer yakni di-
paluhan minum obat ada kecenderungan dokter mana ekskresi asam urat mencapai > 600 mg/
memberikan obat AINS dengan waktu paruh pan- hari, sebaiknya diberikan obat tipe urikostatik
jang atau obat AINS kerja singkat dalam bentuk (contoh : alopurinol). pada penderita tipe di-
lepas lambat. Secara teoritis hal tersebut mening- mana ekskresi asam urat < 600 mg/hari, pilihan
katkan resiko kumulasi terutama pada gangguan dicari dari kelompok obat urikosurik (contoh :
ginjal dan hati, dan pasien usia lanjut. probenesid dan sullinpirazon).
Perangsang susunan saraf Pusat
223

16. PERANGSANG SUSUNAN SARAF PUSAT


Sunaryo

1. Pendahuluan 8. Xantin
8.1. Selarah & Kimia
2. Striknin
8.2. Farmakodinamik
3. Toksin tetanus
8.3. Farmakokinetik
4. Pikrotoksin 8.4. lntoksikasi
5. Pentilentetrazol 8.5. Sediaan
b. Doksapram dan Niketamid 8.6. lndikasi
8.7. Minuman xantin
7. Metillenidat

1. PENDAHULUAN kenal sistem penghambatan pascasinaps dan


penghambatan prasinaps. Striknin merupakan pro-
to tip obat yang mengadakan blokade selektif terha-
Efek perangsangan susunan saral pusat dap sistem penghambatan pascasinaps; se-
(SSP) baik oleh obat yang berasal dari alam atau dangkan pikrotoksin mengadakan blokade terha-
sintetik dapat diperlihatkan pada hewan dan manu' dap sistem penghambatan prasinaps; dan kedua
sia. Beberapa obat memperlihatkan efek perang- obat ini penting dalam bidang penelitian untuk mem-
sangan SSP yang nyata dalam dosis toksik' pelajari berbagai macam jenis reseptor dan antago-
sedangkan obat lain memperlihatkan elek perang- nisnya. Analeptik lain tidak berpengaruh terhadap
sangan SSP sebagai efek samping. Dalam bab ini sistem penghambatan dan mungkin bekerja den-
akan dibicarakan beberapa obat yang elek utama- gan meninggikan perangsangan sinaps.
nya memang menyebabkan perangsangan SSP
dan biasanya disebut sebagai analeptik atau kon- Perangsangan napas. Ada beberapa mekanisme
vulsan. laalan yang dapat merangsang napas, yaitu : (1) pe-
Dahulu beberapa analeptik digunakan untuk rangsangan langsung pada pusat napas baik oleh
mengatasi intoksikasi berat akibat obat depresan obat atau karena adanya perubahan pH darah; (2)
perangsangan dari impuls sensorik yang berasal
umum; sekarang tindakan ini tersisih karena den-
gan tindakan konservatif berupa perawatan intensif dari kemoreseptor di badan karotis; (3) perangsang-
an dari impuls aferen terhadap pusat napas misal-
hasilnya jauh lebih baik. Dalam dosis yang cu- kup'
semua analeptik menimbulkan kejang secara nya impuls yang datang dari tendo dan sendi; dan
(4) pengaturan dari pusat yang lebih tinggi.
umum, dan sayangnya sebagai obat perangsang
pusat napas memperlihatkan batas keamanan yang Perangsangan vasomotor. Belum ada obat yang
sangat sempit dan sulit diramalkan. Pada saat ini selektif dapat merangsang pusat vasomotor. Ba-
belum ada obat perangsang napas yang aman dan gian ini ikut terangsang bila ada rangsangan pada
selektif sehingga penggunaan obat analeptik amat medula oblongata oleh obat perangsang napas dan
dibatasi. analeptik.

Perangsangan SSP. Perangsangan SSP oleh obat Perangsangan pusat muntah. Beberapa obat se-
pada umumnya melalui dua mekanisme' yaitu (1 ) cara selektil dapat merangsang pusat muntah mela-
mengadakan blokade sistem penghambatan; (2) lui chemoreceptor trigger zone (CfZ) di medula
meninggikan perangsangan sinaps. Dalam SSP di- oblongata, misalnYa aPomorlin.
224 Farmakologi dan Terapi

2. STRIKNIN masuk ke jaringan, Kadar striknin di SSp tidak lebih


tinggi daripada di jaringan lain. Striknin segera di-
Striknin tidak bermanfaat untuk terapi, tetapi metabolisme terutama oleh enzim mikrosom sel hati
untuk menjelaskan lisiologi dan farmakologi susun- dan diekskresi melalui urin. Ekskresi lengkap dalam
an saral, obat ini menduduki tempat utama di antara waktu 10 jam, sebagian dalam bentuk asal.
obat yang bekerja secara sentral. Gejala keracunan striknin yang mula-mula tim-
Striknin merupakan alkaloid utama dalam nux bul ialah kaku otot muka dan leher. Setiap rangsa-
vomica. Striknin merupakan penyebab keracunan ngan sensorik dapat menimbulkan gerakan motorik
tidak sengaja (accidental poisoning) bagi anak. Da- hebat. Pada stadium awal terjadi gerakan ekstensi
yang masih terkoordinasi, akhirnya terjadi konvulsi
lam nux vomica juga terdapal alkaloid brusin yang
tetanik. Pada stadium ini badan berada dalam sikap
mirip striknin baik kimia maupun larmakologinya.
hiperekstensi (opistotonus), sehingga hanya occr-
Brusin lebih lemah dibanding striknin, sehingga efek
put dan tumit saja yang menyentuh alas tempat
ekstrak nux vomica boleh dianggap hanya disebab-
tidur. Semua otot lurik dalam keadaan kontraksi
kan oleh striknin.
penuh. Napas terhenti karena kontraksi otot diafrag-
Striknin bekerja dengan cara mengadakan an-
ma, dada dan perut. Episode kejang ini terjadi ber-
tagonisme kompetitif terhadap transmitor pengham-
ulang; frekuensi dan hebatnya kejang bertambah
batan yaitu glisin di daerah penghambatan pasca-
dengan adanya perangsangan sensorik. Kontraksi
sinaps. Toksin tetanus juga memblokade pengham- otol ini menimbulkan nyeri hebat, dan penderita
batan pascasinaps, tetapi dengan cara mencegah takut mati dalam serangan berikutnya. Kematian
penglepasan glisin dari interneuron penghambat.
biasanya disebabkan oleh paralisis batang otak ka-
Juga glisin bertindak sebagai transmitor pengham- rena hipoksia akibat gangguan napas. Kombinasi
bat pascasinaps yang terletak pada pusat lebih dari adanya gangguan napas dan kontraksi otot
tinggidiSSP. yang hebat dapat menimbulkan asidosis respirasi
Striknin menyebabkan perangsangan pada maupun asidosis metabolik hebat; yang terakhir ini
semua bagian SSP. Obat ini merupakan konvulsan mungkin akibat adanya peninggian kadar laktat da-
kuat dengan sifat kejang yang khas. pada hewan lam plasma.
coba konvulsi ini berupa ekstensi tonik dari badan Obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi
dan semua anggota gerak. Gambaran konvulsi oleh hal ini ialah diazepam 10 mg lV, sebab diazepam
striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang dapat melawan kejang tanpa menimbulkan poten-
merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas siasi terhadap depresiposticfa/, seperti yang umum
lainnya dari kejang strlknin ialah kontraksi eksten- terjadi pada penggunaan barbiturat atau depresan
sor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan non-selektil lain. Kadang-kadang diperlukan tindak-
sensorik yaitu pendengaran, penglihatan dan pera- an anestesia atau pemberian obat penghambat
baan. Konvulsi seperti ini juga terjadi pada hewan neuromuskular pada keracunan yang hebat.
yang hanya mempunyai medula spinalis. Striknin Pengobatan keracunan striknin ialah mence-
ternyata juga merangsang medula spinalis secara gah terjadinya kejang dan membantu pernapasan.
langsung. Atas dasar ini elek striknin dianggap ber- lntubasi endotrakeal berguna untuk memperbaiki
dasarkan kerjanya pada medula spinalis dan kon- pernapasan. Dapat pula diberikan obat golongan
vulsinya disebut konvulsi spinal. kurariform untuk mengurangi derajat kontraksi otot.
Medula oblongata hanya dipengaruhi striknin Bilas lambung dikerjakan bila diduga masih ada
pada dosis yang menimbulkan hipereksitabilitas striknin dalam lambung yang belum diserap. Untuk
seluruh SSP. Striknin tidak langsung mempenga- bilas lambung digunakan larutan KMnOa 0,Syoo
ruhi sistem kardiovaskular, tetapi bila terjadi konvul- atau campuran yodium tingtur dan air (1 : 250) atau
si akan terjadi perubahan lekanan darah berdasar- larutan asam tanat. Pada perawatan ini harus dihin-
kan efek sentral striknin pada pusat vasomotor. darkan adanya rangsangan sensorik.
Bertambahnya tonus otot rangka juga berdasarkan
efek sentral striknin. Pada hewan coba dan manusia
tidak terbukti adanya stimulasi saluran cerna. Strik-
nin digunakan sebagai perangsang nafsu makan 3. TOKSIN TETANUS
secara irasional berdasarkan rasanya yang pahit.
Striknin mudah diserap dari saluran cerna dan Hasil metabolisme C/ostndium tetani ialah 3
tempat suntikan, segera meninggalkan sirkulasi macam toksin : tetanospasmin yang bersifat neu-
Perangsang susunan saraf Pusat 225

rotoksik, non convulsive neurotoxin, dan tetano' jaringan dan cepat diinaktivasi dalam hati. Sebagian
lisin yang bersilat kardiotoksik dan menyebabkan besar (75%) di urin dalam bentuk tidak aktif.
hemolisis. Toksin tetanus umumnya diartikan sama
dengan tetanospasmin, walaupun kedua jenis tok-
Sediaan. Pentilentetrazol merupakan kristal putih
yang mudah larut dalam air, diperdagangkan dalam
sin lain ikut berperan dalam gambaran klinik penya-
kit tetanus.
bentuk tablet 100 mg, ampul 3 ml dan vtal berisi
Pembicaraan toksin tetanus lebih lengkap larutan 10%.
dapat dilihat pada buku Farmakologi dan Terapi
Edisi 2 halaman 177-178.
6. DOKSAPRAM DAN NIKETAMID

Beberapa obat perangsang SSP masih tetap


4. PIKROTOKSIN digunakan karena kemampuannya merangsang pu-
sat napas secara selektit terhadap penderita yang
Pikrotoksin didapat dari tanaman Anamirta mengalami depresi napas. Tetapi tidak semua obat
cocculus, suatu tumbuhan menjalar di Malabar dan kelompok ini punya nilai terapeutik karena tindakan
lndia Timur yang dahulu digunakan untuk meracun suportif misalnya melakukan napas buatan, tlndak-
ikan. Zat ini merupakan bahan netral yang tidak an mempertahankan fungsi kardiovaskular, ternya-
mengandung nitrogen, mempunyai rumus empiris ta jauh lebih bermanfaat.
CgoHsqOrs. Dapat dipecah menjadi pikrotoksinin
FARMAKODINAMIK. Doksapram dan niketamid
dan pikrotin. Pikrotoksinin merupakan bahan aktil
merangsang semua tingkat sumbu serebrospinal
dengan silat larmakologi mirip pikrotoksin, sedang-
sehingga mudah timbul keiang tonik klonik yang
kan pikrotin tidak aktil.
mirip kejang akibat pentilentetrazol. Kedua obat ini
Pikrotoksin merupakan perangsang SSP yang
bekerja den gan meningkatkan derajat perangsan g-
kuat, dan bekerja pada semua bagian SSP. Pem-
bicaraan lebih lengkap dapat dilihat pada Edisi 2
an, bukan dengan mengadakan blokade pada
penghambatan sentral.
terdahulu buku ini halaman 178.
Pernapasan. Dosis kecil doksapram yang diberi-
kan lV dapat merangsang napas secara selektil'
5. PENTILENTETRAZOL sehingga terjadi peningkatan flUal volume karena
aktivasi kemoreseptor karotis dan neuron pusat na-
Pentilentetrazol (pentametilentetrazol), yang
pas. Dosis lebih besar pada kucing merangsang
di Amerika Serikat dikenal dengan nama dagang
neuron pernapasan maupun neuron lain yang ter-
Metrazol dan di Eropa Kardiazol merupakan se-
letak di medula oblongata. Selektivitas niketamid
nyawa sintetik. Kejang oleh pentilentetrazol mirip
lebih rendah daripada doksapram, juga pada manu-
hasil perangsangan listrik pada otak dengan inten'
sia.
sitas sebesar ambang rangsang, juga mirip sekali
Lamanya perangsangan napas sesudah pem-
dengan serangan klinik epilepsi petit mal pada ma-
berian lV tunggal hanya berlangsung 5-10 menit.
nusia. Dengan dosis yang lebih tinggi umumnya
Elek yang singkat ini rupanya mencerminkan ada-
akan terjadi kejang klonik yang asinkron.
nya bolus effect yaitu sebagian besar obat mula-
Farmakologi. Mekanisme kerja utama pentilente- mula didistribusi ke SSP, kemudian mengalami re-
trazol ialah penghambatan sistem GABA-ergik' distribusi ke organ lain. Hal ini pula yang menim-
dengan demikian akan meningkatkan eksitabilitas bulkan serangan kejang sesudah pemberian ber-
SSP; adanya elek perang-sangan secara langsung ulang, karena dosis yang menimbulkan kejang
masih belum dapat disingkirkan. umumnya tidak berbeda jauh dengan dosis yang
Sebagai analeptik pentilentetrazol tidak se- diperlukan untuk merangsang napas.
kuat pikrotoksin. Dahulu pentilentetrazol digunakan Batas keamanan doksapram lebih besar dan
untuk membantu menegakkan diagnosis epilepsi elek sampingnya lebih sedikit dibandingkan nike-
yaitu sebagai EEG activator. Dengan dosis subkon' tamid. Pada dosis subkonvulsi, kedua obat inidapat
vulsi yang disuntik lV terjadi aktivasi lokus epilepsi. menimbulkan efek samping berupa hipertensi, taki-
Pentilentetrazol segera diabsorpsi dari berba' kardi, aritmia, batuk, bersin, muntah, gatal, tremor'
gai tempat pemberian. Distribusi merata ke semua kaku otol, berkeringat, kemerahan di wajah dan
226 Farmakologi dan Terapi

hiperpireksia, Untuk mengatasi perangsangan SSP pengobatan keracunan depresan SSp, atau untuk
yang berlebihan atau terjadinya kejang, dapat dibe- menghilangkan rasa apatis akibat berbagai hal;
rikan diazepam lV. Analeptik dengan dosis di bawah tetapi efektivitasnya masih diragukan.
dosis yang menimbulkan kejang, tidak efektif untuk Metilfenidat dan dekstroamfetamin merupa-
mengatasi koma yang dalam; bahkan depresi post kan obat tambahan yang penting pada sindrom
ictal yang terjadi sesudah kejang akan memper- hiperkinetik pada anak dan dewasa yang ditandai
buruk keadaan koma. dengan adanya attention deficit disorder (ADD)
yang dahulu disebut dislungsi otak minimal.
STATUS DAN PENGGUNAAN TERAPI. Dengan
Sayangnya kedua obat ini, terutama dekstroamfe-
tindakan suportif tanpa obat perangsang napas,
tamin, dapat menekan pertumbuhan badan pada
keracunan akut obat hipnotik sedatif dapat diatasi
penggunaan kronik. Efek samping metilfenidatyang
dengan baik. Dengan perbaikan yang lebih siste-
lain yaitu insomnia, mual, iritabel, nyeri abdomen,
matis pada tindakan suportil, angka kematian turun
sakit kepala dan meningkatnya denyut jantung.
dari 25% pada zaman pengobatan dengan analep-
Efek samping ini bersifat sementara dan dapat di-
tik menjadi 1% dengan tindakan suportif.
kendalikan dengan menurunkan dosis obat. Metil-
fenidat yang diberikan secara oral dapat menim-
bulkan gejala idiosinkrasi berupa episode halusi-
7. METILFENIDAT nasi akut.
Metilfenidat mungkin etektil untuk pengobatan
FARMAKODINAMIK. Metillenidat merupakan deri- narkolepsi, baik tunggal maupun dalam kombinasi
vat piperidin. Berbeda dengan analeptik lainnya, dengan antidepresi trisiklik.
metilfenidat merupakan perangsang SSP ringan
yang efeknya lebih menonjol terhadap aktivitas
mental dibandingkan terhadap aktivitas motorik. 8. XANTIN
Namun pada dosis besar, metilfenidat dapat me-
nimbulkan perangsangan SSP secara umum baik
pada manusia maupun pada hewan. Sifat farmako- 8.1. SEJARAH DAN KIMIA
loginya mirip amfetamin. Metilfenidat dapat disalah-
gunakan seperti halnya amfetamin. Derivat xantin terdiri dari kafein, teofilin dan
teobromin ialah alkaloid yang terdapat dalam tum-
FARMAKOKINETIK. Meritienidat mudah diabsorp- buhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuh-tumbuhan ini
si melalui saluran cerna, kadar puncak dalam plas- digunakan sebagai minuman. Kafein terdapat da-
ma dapat dicapai dalam 2 jam. Waktu paruh plasma lam kopi yang didapat dari biji Colfea arabica. Teh,
antara 1 -2 jam tetapi kadar dalam otak jauh melebihi dari daun Ihea srnensis, mengandung kalein dan
kadar dalam plasma. Metabolitnya yang 80% teofilin. Cocoa, yang didapat dari biji Theobroma
berupa asam retalinat hasil deesterifikasi metilfeni- cacao mengandung kafein dan teobromin. Pene-
dat akan dikeluarkan bersama urin. litian membuktikan bahwa kafein berefek stimulasi.
lnilah daya tarik minuman yang mengandung
SEDIAAN DAN POSOLOGt. Metitfenidat HCl, ter-
kalein. Kemudian ternyata belum ada senyawa sin-
sedia dalam bentuk tablet 5, 10 atau 20 mg. Dosis
tetik yang mempunyai keunggulan terapi seperti
dewasa biasanya 2-3 kali 10 mg sehari. Dosis anak
senyawa alam.
dengan hiperkinetik, mula-mula 0,25 mg/kgBB se- Ketiganya merupakan derivat xantin yang me-
hari, Bila belum efektil dosis dinaikkan dua kali lipat ngandung gugus metil. Xantin sendiri ialah dioksi-
tiap minggu sehingga tercapai dosis optimal 2 mg/ purin yang mempunyai struktur mirip dengan asam
kgBB sehari. Obat ini diberikan dalam dua porsi urat. Kalein ialah 1, 3, 7-trimetilxantin; teofilin lalah
yang sama, sebelum makan pagi dan makan siang. 1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah 3,7-dimetil-
Metilfenidat juga tersedia dalam bentuk tablet lepas xanlin.
lambat 20 mg dengan masa kerja kurang lebih 8
jam. Dengan preparat ini lrekuensi pemberian obat
dapat dikurangi. 8.2. FARMAKODINAMIK
lNDlKASl.'Metilfenidat telah dicoba secara eksten- Teolilin, kafein dan teobromin mempunyai
sif untuk pengobatan berbagai depresi mental, efek farmakologi yang sama yang bermanlaat seca-
Perangsang susunan saraf Pusat 227

ra klinis. Obat-obat ini menyebabkan relaksasi otot Stokes, pada apnea bayi prematur, atau depresi
polos, terutama otot polos bronkus, merangsang napas oleh obat opioid. Rupanya metilxantin me-
SSP, otot jantung, dan meningkatkan diuresis. Teo- ningkatkan kepekaan pusat napas terhadap pe-
bromin tidak bermanfaat secara klinis karena elek rangsangan COz. Kekuatan relatif ka{ein dan teofilin
larmakologisnya rendah. sebagai perangsang SSP rupanya bervariasi ter-
gantung dari spesies dan parameter percobaan
MEKANISME KERJA. Xantin merangsang SSP, yang dikerjakan. Tetapi pada bayi prematur, fre-
menimbulkan diuresis, merangsang otot iantung' kuensi maupun lamanya episoda apnea dapat diku-
dan merelaksasi otot polos terutama bronkus. Inten- rangi oleh kalein maupun teofilin.
sitas efek xantin terhadap berbagai alat ini berbeda, Kafein dan teofilin dapat menimbulkan mual
dan dapat dipilih senyawa xantin yang tepat untuk dan muntah mungkin melalui efek sentral maupun
tujuan terapi tertentu dengan sedikit elek samping. perifer. Muntah akibat teolilin terjadi bila kadarnya
dalam plasma melebihi 15 pg/ml.
SUSUNAN SARAF PUSAT. Teofilin dan kafein me-
rupakan perangsang SSP yang kuat, teobromin bo- SISTEM KARDIOVASKULAR. Teofilin pernah di-
leh dikatakan tidak aktif. Teofilin menyebabkan pe- gunakan untuk pengobatan darurat payah jantung
rangsangan SSP yang lebih dalam dan berbahaya berdasarkan kemampuannya menurunkan tahanan
dibandingkan kafein. Orang yang minum kalein me- periler, merangsang jantung, meninggikan perfusi
rasakan tidak begitu mengantuk, tidak begitu lelah' berbagai organ dan menimbulkan diuresis. Tetapi
dan daya pikirnya lebih cepat dan lebih iernih;tetapi karena absorpsi dan disposisi teofilin sukar diduga
kemampuannya berkurang dalam pekerjaan yang pada penderita dengan gangguan fungsi sirkulasi'
memerlukan koordinasi otot halus (kerapihan)' ke- maka sering terjadi toksisitas serius terhadap SSP
tepatan waktu atau ketepatan berhitung. Efek diatas dan jantung. Sekarang lebih disukai vasodilator
timbul pada pemberian kalein 85-250 mg (1 -3 cang- atau diuretik untuk tujuan tersebut.
kir kopi). Efek samping teofilin 250 mg atau lebih
pada pengobatan asma bronkial mirip dengan ge- Jantung. Pada orang normal kadar terapi teofilin
jala perangsangan kafein terhadap SSP. Bila dosis antara 'l 0-20 pg/ml akan menyebabkan kenaikan
metilxantin ditinggikan, akan menyebabkan gugup' moderat frekuensi denyut jantung. lndeks waktu
gelisah, insomnia, tremor, hiperestesia, kejang fo- perangsangan dan waktu kontraksi isovolumetrik
kal atau kejang umum. Kejang akibat teolilin ter- ventrikel kiri akan turun sejalan dengan meningkat-
nyata lebih kuat dibandingkan akibat kafein' Kejang nya kekuatan kontraksi dan penurunan beban hulu
sering terjadi bila kadar teolilin darah 50% lebih jantung (preload).
tinggi daripada kadar terapi (10-20 pg/ml). Gejala Kadar rendah kafein dalam plasma akan me-
kejang ini kadang-kadang refrakter terhadap obat nurunkan denyut jantung yang mungkin disebabkan
antikonvulsi. oleh perangsangan nukleus vagus di medula oblo-
Metilxantin dosis rendah dapat merangsang ngata. Sebaliknya, kadar kafein dan teofilin yang
SSP yang sedang mengalami depresi. Misalnya lebih tinggi menyebabkan takikardi, bahkan pada
dosis 0,5 mg/kgBB kafein sudah cukup untuk individu yang sensitif mungkin menyebabkan arit-
merangsang napas pada individu yang mendapat mia, misalnya kontraksi ventrikel yang prematur.
morfin 10 mg, Atau pemberian aminofilin dengan Aritmia ini dapat dialami oleh orang yang minum
dosis 2 mg/kgBB dengan cepat akan memulihkan kafein berlebihan.
keadaan narkosis pada individu yang mendapat Turunnya tekanan pengisian vena (venous fill-
100 mg morfin lV untuk anestesia. Pemberian ami- ing pressure) mungkin sekali disebabkan antaralain
nofilin dengan dosis tersebut di atas dapat memper- oleh terjadinya pengosongan jantung yang lebih
cepat pemulihan pada keadaan sedasi dalam akibat sempurna. Pada orang normal, kenaikan curah ian-
pemberian 0,4 mg/kgBB diazepam lV. Pendapat tung mungkin hanya sebentar yang diikuti dengan
umum bahwa kafein bermanlaat untuk memperbaiki penurUnan sampai di bawah nilai awal. Tetapi pada
lungsi mental penderita keracunan etanol, tidak penderita payah jantung yang tekanan venanya me-
mapan. mang agak tinggi, teofilin lV akan meningkatkan
curah jantung dengan nyata dan segera' berlang-
Medula oblongata. Metilxantin merangsang pusat sung selama 30 menit atau lebih karena adanya pe-
napas, Efek ini terutama terlihat pada keadaan pa- rangsangan jantung dan penurunan tekanan vena.
tologis tertentu, misalnya pada pernapasan Cheyne Efek teofilin pada kadar terapi sebagian mungkin
Farmakologi dan Terapi

disebabkan peningkatan penglepasan katekolamin OTOT POLOS. Elek terpenting xantin ialah relak-
dari sistem simpatoadrenal. pada orang normal, sasi otot polos bronkus, terutama bila otot bronkus
pemberian infus teofilin sampai mencapai kadar dalam keadaan konstriksi secara eksperimental aki-
10-15 pg/ml akan meningkatkan kadar epinefrin bat histamin atau secara klinis pada penderita asma
plasrna sebanyak 100%, tetapi pengaruh terhadap
bronkial. Dalam hal ini teofilin paling efektif menye-
norepinefrin lebih kecil. Pemberian kafein 250 mg
babkan peningkatan kapasitas vital. Oleh karena
yang menghasilkan kadar plasma 10 pg/ml akan
itu, teofilin, amat bermanfaat untuk pengobatan
meningkatkan kadar katekolamin plasma. pemberi-
asma bronkial. Suntikan aminofilin (teofilin/etilendi-
an teofilin 200 mg secara lV pada manusia akan
amin) lV menyebabkan berkurangnya gerakan usus
meningkatkan eksositosis granul katekolamin; hal
halus dan usus besar untuk sementara waktu.
ini terbukti dengan adanya peningkatan kadar en_
Mekanisme yang mendasari terjadinya bron-
zim dopamin-hidroksilase di dalam plasma. Walau-
pun kafein dan teofilin dengan dosis tersebut di atas
kodilatasi oleh teofilin baik in vitro maupun in vivo
belum seluruhnya diketahui. Secara umum kadar
dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan akti-
xantin yang diperlukan untuk menyebabkan bronko-
vitas renin plasma, namun hanya kafeinlah yang
dilatasi in vivo sedikit lebih rendah daripada yang
dapat meningkatkan tekanan darah diastolik.
diperlukan in vitro : salah satu penjelasan bronko-
Pembuluh darah. Kafein dan teofilin menyebabkan dilatasi mengenai efek xantin in vitro yaitu kemam-
dilatasi pembuluh darah termasuk pembuluh darah puannya untuk menghambat enzim fosfodiesterase
koroner dan pulmonal karena efek langsung pada nukleotido siklik dan hubungan dengan pening-
otot pembuluh darah. Dosis terapi kafein akan me_ katan akumulasi siklikAMP atau siklis GMp dengan
nyebabkan vasodilatasi pembuluh darah periler hasil akhir relaksasi otot polos. Bukti-bukti yang
yang bersama dengan peninggian curah jantung menyokong pendapat ini misalnya adanya korelasi
mengakibatkan bertambahnya aliran darah. Tetapi antara potensi berbagai derivat xantin untuk menim-
vasodilatasi perifer ini hanya berlangsung sebentar bulkan relaksasi dengan kemampuannya meng-
sehingga tidak mempunyai kegunaan terapi. hambat hidrolisis siklik AMP, maupun kemam-
puannya untuk mengadakan potensiasi relaksasi
Sirkulasi otak. Flesistensi pembuluh darah otak otot bronkus yang disebabkan oleh obat-obat
naik disertai pengurangan aliran darah dan poz di agonis B-2 adrenergik, yang diperkirakan juga
otak. ini diduga merupakan refleksi adanya blokade diperantarai oleh AMP siklis. Tetapi korelasi initidak
adenosin oleh xantin, dan penlingnya adenosin terbukti in vivo, dan sejumlah penelitian pada
dalam pengaturan sirkulasi otak. manusia tidak berhasil membuktikan adanya efek
potensiasi terapeutik antara teofilin dan agonis B2
Sirkulasi koroner. Secara eksperimental terbukti adrenergik. Penjelasan lain mengenai mekanisme
bahwa xantin menyebabkan vasodilatasi arteri bronkodilatasi ialah berdasarkan kemampuannya
koroner dan bertambahnya aliran darah koroner, memblokade reseptor adenosin.
tetapi xantin juga meninggikan kerja jantung. Masih
OTOT RANGKA. Pada manusia, kemampuan ka-
dipertanyakan apakah bertambahnya aliran darah tein untuk meningkatkan kapasltas kerja otot telah
miokard ini sesuai dengan kebutuhan miokard ter- lama diketahui. Para pemain ski yang minum kafein
hadap 02. Walaupun demikian xantin masih terus sebanyak 6 mg/kgBB meningkat kinerja fisiknya
digunakan pada pengobatan insulisiensi koroner. khususnya di dataran tinggi. Kaitannya secara lang-
sung belum jelas dengan transmisi neuromuskular,
Tekanan darah. Efek xantin terhadap tekanan da-
dan juga masih menjadi pertanyaan apakah teofilin
rah tidak dapat diramalkan, Stimulasi pusat vaso-
dalam dosis yang sama dapat menimbulkan efek
motor dan stimulasi langsung miokard akan menye_
yang serupa.
babkan kenaikan tekanan darah, Sebaliknya, pe-
Dalam kadar terapi, kafein dan teolilin ternyata
rangsangan pusat vagus dan adanya vasodilatasi
dapat memperbaiki kontraktilitas dan mengurangi
menyebabkan penurunan tekanan darah. Resul_
kelelahan otot diafragma pada orang normal mau-
tante kedua efek yang bertentangan ini biasanya
pun pada penderita COPD (Chronic Obstructive
sedikit kenaikan tekanan darah, tidak lebih dari 10
Pulmonary Disease). Atas dasar ini teotilin berman-
mmHg. Adanya vasodilatasi dan kenaikan curah
jantung menyebabkan lekanan nadi naik, aliran laat untuk pasien dengan COPD karena dapat ikut
berperan dalam memperbaiki fungsi fentllasi dan
darah lebih cepat dan lebih efisien.
mengurangi sesak napas.
Perangsang susunan saraf pusat 229

ln vitro, xantin memperkuat kontraksi otot oleh EFEK METABOLIK. Pemberian kafein sebesar 4-8
perangsangan listrik secara langsung. Pada manu- mg/kgBB pada orang sehat ataupun orang yang
sia, xantin, terutama kafein, menyebabkan bertam- gemuk akan menyebabkan peningkatan kadar
bahnya kerhampuan kerja otot karena efeknya ter- asam lemak bebas dalam plasma dan juga mening-
hadap susunan saral pusat dan perifer, dalam hal gikan metabolisme basal. Masih belum jelas benar
ini teobromin paling lemah. apakah perubahan metabolisme ini berkaitan den-
gan peningkatan penglepasan ataupun efek kate-
DIURESIS. Semua xantin meninggikan produksi kolamin.
urin. Teofilin merupakan diuretik, tetapi efeknya
hanya sebentar. Teobromin kurang aktif tetapi efek- TOLERANSI. Xantin dapat menyebabkan toleransi
nya lebih lama, sedangkan kafein paling lemah. terutama terhadap efek diuresis dan gangguan
tidur. Terhadap perangsangan SSP hanya sedikit
Efek diuresis. Metilxantin, khususnya teofilin me- terjadi toleransi. Juga terdapat toleransi silang antar
ningkatkan diuresis, dan gambaran peningkatan air derivat xantin.
maupun elektrolit sangat mirip penggunaan tiazid.
Cara kerjanya diduga melalui penghambatan reab- KERJA XANTIN PADA TARAF SELULER. BeT.
sorpsi elektrolit di tubuli proksimal maupun di seg- bagai elek larmakologi metilxantin dapat diterang-
men dilusi, tanpa disertai dengan perubahan filtrasi kan dengan 3 macam dasar kerjanya pada taraf
glomeruli ataupun aliran darah ginjal, ini terlihat seluler yaitu : (1) yang berhubungan dengan trans-
pada pemberian aminofilin 3,5 mg/kgBB pada orang lokasi Ca intrasel; (2) melalui peningkatan akumu-
sehat. lasi senyawa nukleotid siklis, terutama siklik AMP
dan siklik GMP; dan (3) melalui blokade reseptor
SEKRESI LAMBUNG. Dosis sedang pada kucing adenosin. Kadar teofilin bebas dalam plasma sela-
dan manusia menyebabkan kenaikan sekresi lam- ma pengobatan jarang melebihi 50 mcM, karena itu
bung yang berlangsung lama. Kombinasi histamin kecil kemungkinan bahwa kedua cara pertama turut
dan kafein memperlihatkan elek potensiasi pada berperan, sehingga diduga teolilin bekerja sebagai
peninggian sekresi pepsin dan asam. Pada hewan anti adenosin.
coba didapati perubahan patologis dan pembentuk- Ada pula beberapa cara kerja yang lain yang
an ulkus pada saluran cerna akibat pemberian pada saat ini masih kurang mendapat perhatian
kafein dosis tunggal yang tinggi atau dosis kecil ber- tetapi yang mungkin sekali berperan penting seba-
ulang. Peranan kopi dan minuman kola dalam pato- gai dasar elek metilxantin. Termasuk disini misal-
genesis tukak lambung agaknya bersifat individual. nya kemampuannya mengadakan potensiasi peng-
Sekresi lambung setelah pemberian kafein hambatan terhadap sintesis prostaglandin, dan juga
memperlihatkan gambaran khas pada orang normal adanya kemungkinan bahwa metilxantin dapat me-
maupun pada orang dengan tukak lambung atau ngurangi ambilan (uptake) dan/atau memperlambat
tukak duodenum. lndividu dengan predisposisi tu- metabolisme katekolamin di jaringan bukan saraf.
kak peptik atau penderita tukak peptik yang sedang Untuk memastikan kedua peran terakhir ini masih
mengalami remisi juga menunjukkan respons yang diperlukan penelitian lebih lanjut.
abnormal terhadap pemberian kafein. Sebagian besar hormon, neurotransmitor, dan
Kadar terapi metilxantin dapat meningkatkan autakoid dapat meningkatkan sintesis siklik AMP
katekolamin dalam darah, enzim dopamin-hidroksi- dan siklik GMP dalam jaringan target organnya.
lase dan aktivitas renin dalam plasma pada manu- Metilxantin, terutama teofilin digunakan untuk me-
sia. Peningkatan aktivitas renin ini agaknya tidak neliti peranan siklik nukleotid dalam cara kerja hor-
berdasarkan perangsangan adrenoseptor; karena mon tertentu pada target organnya. Salah satu.
petunjuk penting tentang peran siklik nukleotid se-
lernyata pemberian propranolol tidak mencegah pe-
bagai mediator intrasel ialah adanya bukti bahwa
ningkatan aktivitas renin. Pemberian teolilin juga
metilxantin menyebabkan potensiasi efek hormon
dapat menaikkan kadar gastrin dan hormon parati-
dan terjadinya akumulasi siklik AMP dan siklik GMP.
roid dalam plasma. Epinefrin juga dapat meninggi- Akumulasi ini diharapkan terjadi akibat pengham-
kan kadar hormon paratiroid dalam plasma, sehing- batan enzim fosfodiesterase. Tetapi ternyata bahwa
ga tidak jelas apakah peningkatan hormon para- teofilin pada kadar 50 mcM dan kafein pada kadar
liroid oleh teofilin merupakan efek langsung atau 't
00 mcM (kadar terapi/obat bebas maksimal dalam
tidak langsung. plasma) hanya mengadakan hambatan minimal
Farmakologi dan Terapi

atas aktivitas fosfodiesterase, lagi pula pada kadar dapat dihindarkan dengan pemberian obat bersama
ini jarang sekali terjadi potensiasi atas efek hormon makanan, tetapi akan terjadi penurunan absorpsi
yang diperantarakan siklik AMp, Sebelum ada data
teofilin.
yang meyakinkan, sukar untuk mengatakan bahwa
Dalam keadaan perut kosong, sediaan teofilin
elek farmakologi metilxantin berdasarkan peng- bentuk cair atau tablet tidak bersalut dapat meng-
hambatan enzim fosfodiesterase. Tetapi memang
hasilkan kadar puncak plasma dalam waktu 2 jam,
benar bahwa dalam dosis terapi teofilin dapat me-
sedangkan kafein dalam waktu 1 jam.
ningkatkan efek obat yang merangsang sintesis
Saat ini tersedia teolilin lepas lambat, yang
GMP, dalam hal ini penghambatan enzim fosfodies_
dibuat sedemikian rupa agar dosis teofilin dapat
terase mungkin merupakan mekanisme yang pent_
diberikan dengan interval 8, 12 atau 24 jam. Ter-
ing.
nyata sediaan ini bervariasi kecepatan maupun
Senyawa adenosin berperan sebagai auta_ jumlah absorpsinya antar pasien; khususnya akibat
koid melalui reseptor khusus yang terdapat di mem-
pengaruh adanya makanan dan waktu pemberian.
bran plasma berbagai macam sel. Adenosin me-
Pada umumnya adanya makanan dalam lam_
nyebabkan dilatasi pembuluh darah, terutama pem_
bung akan memperlambat kecepatan absorpsi teo-
buluh koroner dan serebral; dapat memperlambat
pacu jantung dan menghambat neuron SSp. Selan-
lilin tetapi tidak mempengaruhi derajat besarnya
jutnya adenosin juga dapat menghambat lipolisis absorpsi,
Dari penelitian didapatkan bahwa bioavailabi-
oleh hormon, mengurangi penglepasan NE dari ak_
litas sediaan lepas lambat tertentu menurun akibat
hiran saraf otonom, dan menghambat penglepasan
pemberian bersama makanan sedang penelitian
neurotransmitor di SSp. Adenosin juga mengada_
lain-lain mendapatkan yang sebaliknya. Absorpsi
kan potensiasi terhadap efek cr-adrenergik tertentu,
juga dapat menurun bila pasien dalam keadaan
yang mengakibatkan peningkatan kontraksi bebe-
berbaring atau tidur. Faktor-faktor ini yang menye-
rapa otot polos atau meningkatkan akumulasi siklik
babkan kadar teofilin dalam darah sukar bertahan
AMP dijaringan otak.
dalam keadaan konstan sepanjang hari. Juga sulit
Diduga paling sedikit ada 2 jenis reseptor ade-
mendapatkan kadar konstan untuk pengobatan
nosin, yaitu berdasarkan sensitivitas relatifnya ter-
asma kronis. Untunglah diketahui bahwa serangan
hadap berbagai analog adenosin dan berdasarkan
asma biasanya paling berat menjelang pagi hari
atas apakah aktivasinya mengakibatkan stimulasi
sehingga dapat diatur pemberian regimen dosis
atau inhibisi sintesis siklik AMp. Metilxantin alam
teofilin mengatasi keadaan lersebut.
merupakan antagonis kompetitif adenosin, dan
Larutan teofilin yang diberikan sebagai enema
memperlihatkan alinitas yang hampir sama terha-
diabsorpsi lebih lengkap dan cepat, sedangkan se-
dap kedua jenis reseptor. Walaupun demikian elek
diaan supositoria diabsorpsi lambat dan tidak me-
antiadenosin metilxantin ini masih memerlukan
penelitian. nentu. Pemberian teofilin lM harus dihindarkan
karena menimbulkan nyeri setempat yang lama.
Metilxantin didistribusikan ke seluruh tubuh,
melewati plasenta dan masuk ke air susu ibu. Volu-
8.3. FARMAKOKINETIK
me distribusi kafein dan teofilin ialah antara 400 dan
600 ml/kg; pada bayi prematur nilai ini lebih tinggi,
Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberi-
Derajat ikatan protein teofilin ternyata lebih besar
an oral, rektal atau parenteral. Sediaan bentuk cair
daripada kalein. Dalam kadar terapi ikatan teofilin
atau tablet tidak bersalut akan diabsorpsi secara
dengan protein kira-kira 60% tetapi pada bayi baru
cepat dan lengkap. Absorpsi juga berlangsung leng-
lahir dan pada pasien sirosis hati ikatan protein ini
kap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat.
lebih rendah (40%).
Absorpsi teofilin dalam bentuk garam yang mudah
Eliminasi metilxantin terutama melalui meta-
larut, misalnya teolilin Na glisinat atau teofilin kolin
bolisme dalam hati. Sebagian besar diekskresi ber-
tidak lebih baik.
sama urin dalam bentuk asam metilurat atau metil-
Sediaan teolilin parenteral atau rektal ternyata
xantin, Kurang dari20% teofilin dan5o/o kafein akan
tetap menimbulkan keluhan nyeri saluran cerna, ditemukan di urin dalam bentuk utuh. Waktu paruh
mual dan muntah. Rupanya gejala ini berhubungan plasma kafein antara 3-7 jam, nilai ini akan menjadi
dengan kadar teofilin dalam plasma. Keluhan saiur_ 2 kali lipat pada wanita hamil tua atau wanita yang
an cerna yang disebabkan oleh iritasi setempat menggunakan pil kontrasepsi jangka panjang.
Pe rang s ang susunan saraf pusat 231

Sedangkan waktu paruh plasma teofilin pada orang tal. Bayi prematur relatif lebih tahan terhadap kera-
dewasa 8-9 jam dan pada anak muda kira-kira 3,5 cunan teotilin; kadar obat dalam plasma sampai 80
jam. Pada penderita sirosis hati atau udem paru pg/ml hanya menimbulkan gejala keracunan yang
akut, kecepatan eliminasi sangat bervariasi dan berupa takikardi.
berlangsung lebih lambat, pernah dilaporkan lebih
dari 60 jam. Pada bayi prematur, kecepatan elimina-
si teofilin dan kafein sangat menurun; waktu paruh
kalein rata-rata 50 jam, sedangkan teofilin pada 8.5. SEDIAAN
berbagai penelitian berkisar antara 20-36 jam.
Xantin merupakan alkaloid yang bersifat basa
lemah; biasanya diberikan dalam bentuk garam
8.4. INTOKSIKASI rangkap. Untuk pemberian oral dapat diberikan da-
lam bentuk basa bebas atau bentuk garam, sedang-
Pada manusia, kematian akibat keracunan ka- kan untuk pemberian parenteral perlu sediaan
lein jarang ter.iadi. Gejala yang biasanya paling dalam bentuk garam.
mencolok pada penggunaan kafein dosis berlebih-
an ialah muntah dan kejang. Kadar kafein dalam Kafein, disebut iuga tein, merupakan kristal putih
darah pascamati ditemukan antara 80 prg/ml sampai yang larut dalam air dengan perbandingan 1 : 46.
lebih dari 1 mg/ml. Walaupun dosis letal akut kafein Kafein-Na benzoat, dan kafein sitrat, berupa senya-
pada orang dewasa antara 5-10 g, namun reaksi wa putih, agak pahit, larut dalam air. Yang pertama
yang tidak diinginkan telah terlihat pada tersedia dalam ampul 2 ml mengandung 500 mg
penggunaankalein 1 g (15 mglkgBB) yang menye- unluk suntikan lM, sedangkan kafein sitrat terdapat
babkan kadar dalam plasma di atas 30 pg/ml. dalam bentuk tablet 60 dan 120 mg untuk pema-
Gejala permulaan berupa sukar tidur, gelisah dan kaian oral.
eksitasi yang dapat berkembang menjadi delirium
Teofilin berbentuk kristal putih, pahit dan sedikit
ringan. Gangguan sensoris berupa tinitus dan kilat
larut dalam air, Tablet teofilin 100 dan 200 mg digu-
an cahaya sering dijumpai. Otot rangka menjadi
nakan untuk pemberian oral. Aminofilin merupakan
tegang dan gemetar, sering pula ditemukan takikar-
garam teolilin untuk penggunaan lV, tersedia dalam
di dan ekstrasistol; sedangkan pernapasan menjadi
ampul 1 0 ml mengandung 250 mg dan ampul 20 ml
lebih cepat.
mengandung 500 mg. Teofilin tersedia juga sebagai
lntoksikasi yang latal lebih sering dijumpai
supositoria yang mengandung 125, 250 dan 500 mg
pada penggunaan teofilin dibanding dengan kafein.
serta sirup dan elixir.
Keracunan teolilin biasanya teriadi pada pemberian
obat berulang secara oral maupun parenteral. Ami- Pentoksifilin (1 -(5-oksoheksil)-3,7 dimetilxantin) di
nofilin lV harus disuntikkan perlahan-lahan, selama Amerika Serikat digunakan untuk klaudikasio inter-
20-40 menit untuk menghindari geiala keracunan miten pada penyakit pembuluh arteri yang bersifat
akut, misalnya sakit kepala, palpitasi, pusing, mual, oklusif kronis. Pada uji klinik, pentoksifilin terbukti
hipotensi dan nyeri prekordial. Suntikan 500 mg lV memperpanjang jarak tempuh berialan sebelum
yang cepat dapat menyebabkan kematian karena mulai timbul gejala klaudikasio; ditemukan juga
aritmia jantung. Gejala keracunan lain berupa taki- bukti langsung penambahan aliran darah pada kaki
kardi, gelisah hebat, agitasi dan muntah. Gejala ini yang mengalami iskemia. Perbaikan klinis ini ter-
biasanya berhubungan dengan kadar teofilin dalam utama disebabkan oleh perbaikan lleksibilitas sel
plasma yang melebihi 20 pg/ml. darah merah yang semula subnormal, penurunan
Kejang lokal atau umum dapat pula terjadi, kadar librinogen dalam plasma dan penurunan vis-
kadang-kadang tanpa didahului gejala keracunan. kositas darah. Respons klinik terhadap pemberian
Kejang ini biasanya terjadi bila kadar obat dalam pentoksililin secara kronis, tidak berhubungan de-
plasma melebihi 40 prg/ml, namun demikian ke-jang ngan perubahan resistensi perifer dan denyut jan-
dan kematian dapat pula terjadi pada kadar 25 tung; obat ini juga tidak bertindak sebagai vaso-
pg/ml. Kejang akibat keracunan metilxantin biasa- dilator, Jadi cara kerja obat ini belum jelas benar.
nya dapat diatasi dengan diazepam, walaupun Hasil terapi yang menguntungkan baru terlihat 2
pada beberapa kasus serangan kejang tidak dapat minggu sesudah pengobatan. Dosis pentoksililin
diatasi dengan diazepam lV, lenitoin dan fenobarbi- yaitu 3 x 400 mg sehari per oral.
232 Farmakologi dan Terapi

8.6. INDIKASI kasi yaitu mual, muntah, sakit kepala; respons klinik
dan kadar teofilin dalam plasma.
ASMA BRONKIAL. Senyawa teolilin merupakan Pemberian larutan aminofilin secara rektal/
salAh satu obat yang diperlukan pada serangan supositoria absorpsinya sangat variabel sehingga
cara ini tidak dianjurkan.
asma yang berlangsung lama (status asmatikus).
Kombinasi dengan agonis pz-adrenergik mi-
Dalam mengatasi status asmatikus dipedukan ber-
salnya metaproterenol atau terbutalin ternyata me-
bagai tindakan termasuk penggunaan oksigen, as-
ningkatkan efek bronkodilatasi teofilin sehingga
pirasi mukus bronkus, pemberian obat simpatomi-
dapat digunakan dosis dengan risiko efek samping
metik, bronkodilator, ekspekloran dan sedatif. Sa- yang lebih kecil. Sedangkan kombinasi dengan efe-
lah satu bronkodilator yang paling efektif ialah teofi-
drin masih kontroversial, ada pendapat yang me-
lin. Selain itu teofilin digunakan sebagai profilaksis nyatakan bahwa kombinasi ini tidak menghasilkan
terhadap serangan asma. efek yang lebih baik daripada teolilin sendiri, se-
Pada penderita asma, diperlukan kadar terapi hingga kombinasi tetap kedua obat ini dianggap
teofilin sedikitnya 5-8 prg/ml, sedangkan etek toksik irasional. Penambahan barbiturat dengan tujuan
mulai terlihat pada kadar 15 pg/ml dan lebih sering melawan elek teolilin terhadap SSP, sebenarnya
pada kadar di atas 20 pg/ml. Karena itu pada peng- akan menimbulkan risiko peningkatan kecepatan
obatan asma diusahakan kadar teofilin dipertahan- eliminasi teofilin, selain juga dapat mempengaruhi
kan kira-kira 10 prg/ml. Karena variasi yang cukup hasil pengukuran kadar teofilin plasma. Pengguna-
besar dalam kecepatan eliminasiteofilin maka dosis an minuman atau obat yang mengandung kafein
perlu ditentukan secara individual berdasarkan pe- selama pengobatan teofilin dilarang untuk menghin-
mantauan kadarnya dalam plasma. Selain itu res- darkan : (1 ) efek aditil kafein pada SSP, kardiovas-
pons individual yang juga cukup bervariasi menye- kular dan saluran cerna; (2) pengaruh kafein terha-
babkan teofilin perlu diawasi penggunaannya dap eliminasi teofilin, karena keduanya dimetabo-
dalam Therapeutic Drug Monitoring. Untuk meng- lisme oleh enzim yang sama; dan (3) kemungkinan
atasi episodespasme bronkus hebat dan status as- pengaruh kafein terhadap hasil penetapan kadar
matikus, perlu diberikan aminofilin lV dengan dosis teofilin menurut cara tertenlu.
awal (loading dose) 6 mg/kgBB yang ekuivalen de-
ngan teolilin 5 mg/kgBB. Obat ini diberikan secara PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
infus selama 20-40 menit. Bila belum tercapai efek
(COPD). Teofllin juga banyak digunakan pada pe-
terapi dan tidak terdapat tanda intoksikasi, maka nyakit ini dengan tujuan yang sama dengan pe-
ngobatan asma. Tetapi, gejala lain yang menyang-
dapat ditambahkan dosis 3 mg/kgBB dengan infus
kut sistem kardiovaskular akibat penyakit paru obs-
perlahan:lahan. Selanjutnya elek yang optimal
truktif kronik ini misalnya hipertensi pulmonal,
dapat dipertahankan dengan pemberian infus ami-
payah jantung kanan pada Cor pulmonale, lidak
nofilin 0,5 mg/kgBB/jam untuk dewasa normal dan
diperbaiki oleh teofilin. Teolilin tidak menyebabkan
bukan perokok. Anak di bawah 12 tahun dan orang
dilatasi langsung arteri pulmonalis, namun dapat
dewasa perokok memerlukan dosis lebih tinggi membantu mengurangi hipoksemia yang mungkin
yaitu 0,8-0,9 mg/kgBB/jam, Dengan dosis ini diha- merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi
rapkan dapat dipertahankan kadar terapi teolilin. pulmonal.
Dosis penunjang ini harus diturunkan pada pende-
rita dengan penurunan gangguan dan perfusi hati,
APNEA PADA BAYI PREMATUR. Pada bayi pre-
Tanpa mengetahui besarnya kadar obat dalam
plasma, pemberian inlus tidak boleh melebihi 6 jam.
matur sering terjadi episode apnea yang bbrlang-
sung lebih dari 15 detik yang disertai bradikardi. Hal
Menurut Hendeles dan Weinberger dosis awal
ini dapat menimbulkan hipoksemia berulang dan
teofilin oral bagi orang dewasa adalah 400 mglhari, gangguan neurologis, yang mungkin berhubungan
yang dapat ditambahkan 25% dengan interval 3 hari
dengan penyakit sistemik yang cukup berat. Ber-
sehingga dicapai dosis maksimum kira-kira 13 mg/ bagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian
kgBB/hari pada orang dewasa dan 24 mg/kgBB/hari teolilin oral atau lV dapat mengurangi lamanya
pada anak umur 1-9 tahun. Sebagai petunjuk pe- apnea. Untuk ini teolilin cukup diberikan dalam
nyesuaian dosis harus diperhatikan gejala intoksi- dosis yang mencapai kadar plasma 3-5 mcg/ml
Perangsang susunan saral Pusat 233

yaitu 2,5-5 mg/kgBB dan selanjutnya dipertahankan 8.7. MINUMAN XANTIN


dengan dosis 2 mg/kgBB/hari,
Minuman xantin yang paling populer ialah
KEGUNAAN YANG LAIN. Kalein iarang sekali di- kopi, teh, coklat, dan minuman kola. Kopi dan teh
gunakan'untuk pengobatan keracunan obat de- mengandung kafein, sedangkan coklat mengan'
presan SSP. Kalau digunakan biasanya diberikan dung teobromin. Kadar kafein dalam daun teh (lebih
0,5 g kalein Na benzoat. Sedangkan penggunaan kurang 2%) lebih tinggi daripada kadarnya dalam
teofilin sudah ditinggalkan. biji kopi (0,7-2%). Satu botol minuman cola berisi
35-55 mg kafein. Satu cangkir kopi rata-rata berisi
Kombinasi tetap kalein dengan analgetik mi- 100-150 mg kafein, mendekati dosis terapi. Tidak
salnya aspirin digunakan untuk pengobatan ber- dapat disangkal lagi bahwa popularitas minuman
bagai sakit kepala. Hanya sedikit data yang dapat xantin ditentukan oleh daya stimulasinya, sedang-
memperkuat indikasi ini. Kalein juga digunakan da- kan daya stimulasi ini berbeda pada setiap individu.
lam kombinasi dengan alkaloid ergot untuk peng- Anak lebih peka terhadap perangsangan xantin da-
ripada orang dewasa; maka sebaiknya anak jangan
obatan migren; perbaikan ini didasarkan atas ke-
minum kopi atau teh. Pasien dengan tukak peptik
mampuan metilxantin menyebabkan vasokonstriksi
yang aktif dan hipertensi sebaiknya tidak minum
pembuluh darah serebral.
minuman yang mengandung kalein.

Anda mungkin juga menyukai