Kti Intan Puja Yulia PDF
Kti Intan Puja Yulia PDF
i
KARYA TULIS ILMIAH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
(KTI/TA) ini. Penulisan KTI/TA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi
Ilmiah ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari semua pihak
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan oleh karena itu penulis
Yogyakarta
2. DR. Veronika Evita S., MPH, selaku Kepala Puskesmas Mlati II Sleman,
Yogyakarta
KTI ini
vi
6. Yustiana Olfah, APP,M.Kes., selaku pembimbing dua yang selalu
KTI ini
7. Sari Candra Dewi, SKM, M.Kep, selaku penguji utama yang telah banyak
9. Orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan bantuan dukungan
Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhir
kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Yogyakarta,………………
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN ..................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. viii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ................................................................. x
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xi
INTISARI......................................................................................................... xii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiii
viii
F. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 37
G. Tempat dan Waktu Studi Kasus .......................................................... 38
H. Analisa Data dan Penyajian Data ......................................................... 38
I. Etika Studi Kasus ................................................................................ 38
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Proses Menyusui ............................................................................ 11
Gambar 2. Pijat Oksitosin ............................................................................... 20
Gambar 3. Perubahan Tinggi Fundus Uteri .................................................... 24
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENERAPAN PIJAT OKSITOSIN IBU MENYUSUI PADA MASA POST
PARTUM DI PUSKESMAS MLATI II
Intan Puja Yulia1, Ana Ratnawati2, Yustiana Olfah3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tata Bumi No. 3 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55293
Email : intanpujayulia@gmail.com
INTISARI
Ibu setelah melahirkan, akan mengalami rasa tidak nyaman di seluruh tubuh, stres
dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini
akan menghambat sekresi hormon oksitosin yang berperan dalam pengeluaran
ASI. Pijat oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai
tulang costae kelima atau keenam, berfungsi untuk meningkatkan oksitosin,
sehingga ASI dapat keluar dengan lancar. Tujuan studi kasus ini mengetahui hasil
penerapan pijat oksitosin terhadap kelancaran produksi ASI. Metode yang
digunakan yaitu metode depkripif yaitu menggambarkan dan memaparkan
masalah penelitian pada dua klien, studi kasus dilakukan pada bulan Mei sampai
Juni di Puskemsas Mlati II. Hasil studi kasus ini yaitu kelancaran produksi ASI
klien pertama terjadi pada hari ke-3 sedangkan klien kedua terjadi pada hari ke-4.
Penerapan pijat oksitosin pada ibu post partum dapat membantu melancarkan
produksi ASI, kelancaran ASI
xii
APPLICATION OF OXYTOCIN MASSAGE BREASTFEEDING
MOTHERS IN THE POST PARTUM PERIOD IN PUSKESMAS MLATI II
Intan Puja Yulia1, Ana Ratnawati2, Yustiana Olfah3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jl. Tata Bumi No. 3 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta, 55293
Email : intanpujayulia@gmail.com
ABSTRACT
Mother after childbirth, will experience discomfort throughout the body, stress
and worry can not meet the needs of breastfeeding for her baby. This will inhibit
the secretion of the hormone oxytocin that plays a role in breast milk expenditure.
Massage of oxytocin is a convenient massage along the spine (vertebre) until the
fifth or sixth costae bone, works to increase the oxytocin so the milk goes out by
itself. This case study was conducted for know the results of the application of
oxytocin massage to the smooth production of breast milk. Method Using
descriptive method that describes the problem of research on two clients, case
study conducted in May to June in Puskemsas Mlati II. Smooth milk production,
the first client occurs on the 3rd day, the second client occurs on the 4th day. The
application of oxytocin massage to postpartum mothers can help smooth the
production of breast milk, the smoothness of breast milk.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah jangka
waktu antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai kembalinya
nifas, ibu akan mengalami beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada
payudara. Payudara pada ibu nifas akan menjadi lebih besar, keras dan
Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ibu untuk buah
kecerdasan bayi. Menurut Utami (2005 dalam Widyasih, 2013), semua zat
yang terkandung dalam ASI seperti zat putih, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral, zat kekebalan, hormon, enzim dan sel darah putih sangat dibutuhkan
oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang, selain itu, ASI juga berrmanfaat
2017). Manfaat ASI tersebut akan diperoleh secara optimal apabila ibu
Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif pada usia nol sampai kurang dari
1
2
2016), sedangkan capaian ASI Ekslusif di Kota Yogyakarta pada tahun 2014
mencapai 54,9%. Pada tahun 2015 cakupan ASI ekslusif di DIY mengalami
cakupan pemberian ASI pada bayi umur nol sampai lima bulan pada tahun
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui secara
ibu memegang peran penting dalam produksi ASI. Ibu yang sakit, asupan
makanan kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrient yang akan
diolah oleh sel-sel acini payudara, menyebabkan produksi ASI akan menurun
(Bahiyatun, 2009). Ibu dengan infeksi tuberkulosis aktif tidak boleh menyusui.
6 bulan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Wahyuni tentang gambaran
Turi Sleman tahun 2017, menunjukkan ibu yang mendapat dukungan dari
3
dua kali dibanding ibu yang kurang mendapatkan dukungan dari suaminya.
Istirahat pada ibu menyusui harus dijaga dan diperhatikan, terutama pada
satu atau dua minggu pertama setelah melahirkan. Ibu yang kurang istirahat
negatif pada produksi susu dan reflek let down (Lowdermilk, 2013).
rasa nyaman, setalah ibu melahirkan, ibu akan mengalami rasa tidak nyaman
diseluruh tubuh, stres dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI
untuk buah hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi hormon oksitosin.
pada payudara, jika tidak segera diatasi akan berdampak lebih lanjut yaitu
dapat menyebakan mastitis dan infeksi (Dinkes DIY, 2015). Salah satu cara
tulang costae kelima atau keenam. Pijat ini berfungsi untuk meningkatkan
oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun keluar dengan
menurut Mulyani (2009 dalam Wulandari 2014), pijat merupakan salah satu
4
memperbaiki mood.
kali sehari pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua hari
ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiowati (2017), tentang
hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu post
bayi sakit. (Mardiyaningsih, 2010 & Depkes RI, 2007 dalam Wijayanti, 2014).
kali. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pijat oksitosin belum
cara menyusui yang baik dan benar serta diberikan terapi farmakologi berupa
vitamin laktasi.
Memberikan pijat oksitosin merupakan salah satu peran tugas sebagai care
nyaman melalui pijat oksitosin pada ibu setelah melahirkan membuat ibu
informasi dan mengajarkan kepada suami atau keluarga cara pijat oksitosin
Tulis Ilmiah dengan judul “Penerapan Pijat Oksitosin Ibu Menyusui pada
B. Rumusan Masalah
a. Bagi Penulis
pijat oksitosin
d. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum
melahirkan. Masa nifas juga dapat diartikan sebagai masa post partum
normal atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
Masa nifas menurut Sari (2015), dibagi menjadi tiga periode sebagai
berikut :
minggu
7
8
Sari, 2015)
3. Menyusui
sebagai berikut :
1) Laktogenesis tahap 1
keluarnya mekonium.
9
2) Laktogenesis tahap II
Tahap ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 setelah
jumlah banyak.
namun pada tahap ini ASI matur sudah menetap dan produksi
2015). Ada dua mekanisme uatama yang terlibat dalam laktasi yaitu
perlahan pada beberapa ibu, tetapi hal ini dapat distimulasi dengan
susu diatur oleh jumlah susu yang tersisa dalam ruang alveolar setelah
yang mampu diperoleh bayi, karena ASI harus berada dalam sinus
(Sumber: http://brooksidepress.org)
1) Bagi bayi : ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok, antara
kekebalan, hormone, enzim dan sel darah putih. Semua zat ini
Khasanah, 2014).
1) Makanan
2) Psikologi
(Khasanah, 2017).
3) Kesehatan
4) Alat kontrasepsi
5) Perawatan Payudara
6) Anatomi Payudara
7) Pola Istirahat
2013).
14
kecukupan ASI apabila bayi menyusu tiap dua sampai tiga jam atau
dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari
kelima setalah lahir, bayi akan buang air kecil minimal enam
Reeder, 2012).
1) Pembengkakan Payudara
terjadi dalam tiga sampai lima hari setelah lahir ketika ASI
puting susu tidak normal sering terjadi kali terjadi akibat posisi
3) Mastitis
2013)
16
4) Infeksi Monilia
Nyeri pada puting setelah periode bayi baru lahir sering kali
(Lowdermilk, 2013).
B. Pijat Oksitosin
Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan
hormon oksitosin.
laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap
pasca salin normal di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada
produksi ASI
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat
ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak
ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher kearah
1. Pengkajian
21
interaksi dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga. Status
meliputi :
penggakian.
b. Riwayat Keperawatan
meliputi:
1) Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan saat masuk rumah
2) Riwayat kehamilan
hamil.
3) Riwayat melahirkan
4) Data bayi
23
c. Pengkajian Fisiologis
1) Tanda-tanda Vital
per menit. Frekuensi nadi lebih dari 100 kali per menit dapat
2) Involusi Uteri
3) Lokia
25
4) Eliminasi Urine
5) Perineum
(Reeder, 2012).
6) Eliminasi Feses
7) Ekstremitas Bawah
2012).
8) Payudara
d. Pengkajian Psikologis
kemampuan ibu merawat diri dan bayi bari lahir (Reeder, 2012).
e. Pemeriksaan Laboratorium
2012).
2. Diagnosa Keperawatan
muncul pada ibu post partum yang berhubungan dengan produksi ASI
1) Definisi
pemberian ASI
2) Batasan karakteristik
keluarga.
b. Menyusui efektif
29
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
dengan benar, miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam, berat
puting menonjol, bayi aterm, tidak ada kelainan bentuk pada mulut
bayi.
Diagnosis yang muncul pada ibu post partum yang berhubungan dengan
a. Ketidakcukupan ASI
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
tampak tidak puas setelah menyusu, urine pekat dan sedikit, waktu
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
menerus.
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
prematuritas.
1) Definisi
Suatu pola pemberian susu pada bayi atau ana langsung dari
2) Batasan karakteristik
ekslusif
1) Definisi
metabolik
2) Batasan karakteristik
bernapas.
3. Perencanaan Keperawatan
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Edukasi pada orang tua
keperawatan selama 3 x pertemuan tentang tanda-tanda bayi
Diskontinuitas pemberian ASI merasa lapar
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Observasi kemampuan
1. Keberhasilan menyusui menghisap bayi
2. Status nutrisi bayi 3. Ajarkan teknik menyusi yang
3. Pengetahuan menyusui benar
4. Kelekatan orang tua-bayi 4. Ajarkan teknik relaksasi
(Bulechek, 2016)
menyusui minimal delapan kali sehari, berat badan bayi bertambah sesuai
dengaan usia, Urin output sesuai usia sebagian besar adekuat atau
METODE PENELITIAN
Subyek dalam studi kasus ini adalah dua ibu post partum yang berada
berikut:
1. Ibu post partum primipara hari ke-0 yang didampingi keluarga diwilayah
2. Ibu post partum primipara hari ke-0 yang didampingi keluarga yang
3. Ibu post partum primipara hari ke-0 dan keluarga yang bersedia menjadi
responden
C. Fokus Studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah penerapan pijat oksitosin pada post
partum.
35
36
sampai tulang costae ke lima, menggunakan minyak kelapa atau baby oil.
dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pijat oksitosin dilakukan oleh
perawat pada ibu post partum. Hasil yang akan diukur adalah produksi ASI
Jenis jenis instrumen yang digunakan pada studi kasus ini adalah :
2. Pedoman Wawancara
dilakukan tindakan.
3. Lembar observasi
oksitosin
37
1. Mencari data dua klien dengan post partum yang didampingi keluarga, di
Puskesmas Mlati II, memilih sesuai kriteria subyek yang telah di tetapkan
Penerapan pijat oksitosin pada klien pertama dimulai pada tanggal 18 Mei
2018 sedangkan pada klien kedua dimulai pada tanggal 20 Mei 2018 di
oksitosin dilakukan setiap pagi dan sore selama tiga hari berturut turut.
38
oksitosin.
Analisa data yang telah dilakukan adalah dengan melihat respon ibu post
tekstual dengan fakta-fakta yang disajikan dalam teks yang bersifat naratif
I. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2008), Prinsip etika dalam penelitian dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu :
1. Prinsip manfaat
full disclosure)
c. Ethical Clearance
d. Informed consent
mengembangan ilmu.
treatment)
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonym) dan
rahasia (confidentiality).
BAB IV
kurang lebih mencapai 15 sampai 16 kali. Dari hasil wawancara dengan satu
dari 10 bidan di Pusesmas Mlati II, diketahui bahwa pijat oksitosin belum
41
42
pernah dilakukan oleh perawat, tenaga kesehatan yang lain atau keluarga
Puskesmas adalah penyuluhan cara menyusui yang baik dan benar sesuai
1. Kasus Pertama
a. Pengkajian
studi dokumen.
1) Biodata
Nama : Ny. W
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Sleman
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Sleman
2) Keluhan Utama
R : di daerah kemaluan
S : 5 (1-10)
44
3) Riwayat Perkawinan
sekarang 1 tahun
4) Riwayat Menstruasi
5) Riwayat Kesehatan
(e) Kebiasaan-kebiasaan
G 1 P 0 Ab0 Ah 0
mengalami abortus
Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Jenis Komplikasi J BB Laktasi Kompl
ke- UK Oleh
lahir persalinan Ibu Bayi K lahir Ya/tdk ikasi
1 18 39+5 Spontan per Bida - - L 2550 Ya -
Mei vagina n K g
2017
7) Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
kontrasepsi
Penolong : Bidan
Kala IV : 2 jam
belum mandi.
berwarna hitam
sucking ada
50
menyusui/melihat bayi)
post partum
dengan benar
ibunya sehat.
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,6 °C
(d) BB : 52 Kg
TB : 156 Cm
(g) Abdomen: Terdapat linea nigra, tidak ada lesi, TFU dua jari
melahirkan
b. Analisa Data
c. Diagnosa Keperawatan
dan bertambah ketika digunakan untuk duduk dan turun dari bed,
ke 0
d. Rencana Keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik
berhubungan tindakan keperawatan menejemen nyeri
dengan agen cedera selama 3 kali pertemuan dengan teknik relaksasi
fisik Nyeri akut teratasi dengan nafas dalam
kriteria hasil : 2. Observasi reaksi
1. Pasien mampu nonverbal
mengontrol nyeri 3. Kaji ulang tingkat nyeri
dengan teknik secara komprehensif
nonfarmakoloogis 4. Berikan tindakan
2. Pasien mengatakan kenyamanan
nyeri berkurang, skala
nyeri 2 (1-10)
3. Pasien mengatakan
nyaman setelah nyeri
berkurang
4. Tanda-tanda vital
dalam batas normal
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 7. Anjurkan ibu menyusui
pemberian ASI tindakan keperawatan dengan dua payudara
berhubungan selama 6 kali pertemuan setiap kali menyusui
kurangnya pemberian ASI efektif 8. Monitor intregitas kulit
pengetahuan orang ditandai dengan kriteria puting
tua tentang teknik hasil : 9. lakukan teknik relaksi
menyusui 6. Bayi Minimal (pijat oksitosin)
menyusui 8 kali sehari 10. Anjurkan peningkatan
(sesuai dengan masukan protein, besi
kebutuhan) dan vitamin C sesuai
7. Urin output sesuai usia kebutuhan
sebagian besar adekuat 11. Libatkan keluarga dalam
atau sepenuhnya memberikan suport
adekuat (2-6 kali 12. Edukaasi teknik
sehari) menyusui yang benar
8. Payudara penuh
sebelum menyusui
sebagian besar adekuat
atau sepenuhnya
adekuat
9. ASI memancar keluar
ketika dipalpasi
59
Diagnosa
Tindakan Evaluasi
Keperawatan
60
O:
1. Wajah pasien tampak rileks
2. ASI tampak merembes keluar saat
dipalpasi berwana putih keruh.
3. Tidak ada lesi atau kemerah-merahan,
payudara tampak bersih
4. Puting menonjol keluar
5. Keluarga antusias ketika diajarkan
pijat oksitosin
6. Keluarga mampu mempraktikan pijat
oksitosin dengan benar sesuai dengan
SOP yang terlampir
A : Ketidakefektifan pemberian ASI
P:
1. Monitor kelancaran ASI
2. Motivasi keluarga melakukan pijat
oksitosin
O:
1. Wajah pasien tampak lebih rileks
2. ASI tampak mengalir keluar dari
payudara berwarna putih jernih,
3. Payudara tampak besar dan kencang,
teraba kenang, payudara tampak
bersih
4. BAB bayi berwarna kekuningan
konsistensi lembek
A : ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi sebagian
P:
1. Monitor kelancaran ASI
2. Motivasi ibu untuk menyusui bayinya
secara bergantian
2. Kasus Kedua
a. Pengakjian
studi dokumen.
1) Biodata
Nama : Ny. I
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Nama : Tn. H
66
Umur : 25 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Wiraswasta
2) Keluhan Utama
2018.
Q: seperti teriris
R : di daerah kemaluan
S : 3 (1-10)
3) Riwayat Perkawinan
sekarang 2 tahun
4) Riwayat Menstruasi
67
5) Riwayat Kesehatan
keturunan.
kembar
(5) Kebiasaan-kebiasaan
G 1 P 0 Ab0 Ah 0
Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Jenis Komplikasi J BB Laktasi Kompli
ke- UK Oleh
lahir persalinan Ibu Bayi K lahir Ya/tdk kasi
1 30 39+9 Spontan per Bidan - - L 2500 Ya -
Mei vagina K gram
2018
7) Riwayat Kontrasepsi yang digunakan
Penolong : Bidan
Kala II : 45 menit
Kala IV : 2 jam
diinginkan
post partum.
pengalaman melahirkannya.
berwarna hitam
sucking ada
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,7 °C
(d) BB : 40 kg
TB : 150cm
(g) Abdomen : tidak ada lesi, TFU 1 jari dibawah pusar, teraba
b. Analisa Data
DS : Ketidakefektifan Kurang
Pasien mengatakan ASI sulit pemberian ASI pengetahuan
keluar orang tua tentang
Pasien mengatakan payudara teknik menyusui
terasa tidak penuh atau tegang
sebelum disusukan.
Pasien mengatakan belum
mengetahui teknik menyusui
dengan benar.
Pasien mengatakan belum
mendapatkan penyuluhan teknik
menyusui
DO :
Puting tampak menonjol
ASI keluar sedikit saat dipalpasi
Payudara tidak tampak tegang
Payudara teraba tidak kencang
Payudara tampak bersih, tidak
ada lesi dan kemerah-merahan
Penempelan bayi pada payudara
belum tepat.
Puting susu ibu tidak seluruhnya
78
c. Diagnosa Keperawatan
tampak masih basah, warna kemerahan, tidak ada pus, tidak ada
79
d. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan teknik
berhubungan keperawatan selama 3 kali menejemen nyeri
dengan agen pertemuan Nyeri akut teratasi dengan teknik relaksasi
cedera fisik dengan kriteria hasil : nafas dalam
1. Pasien mampu mengontrol 2. Observasi reaksi
nyeri dengan teknik nonverbal
nonfarmakoloogis 3. Kaji ulang tingkat nyeri
2. Pasien mengatakan nyeri secara komprehensif
berkurang, skala nyeri 2 (1- 4. Berikan tindakan
10) kenyamanan
3. Pasien mengatakan nyaman
setelah nyeri berkurang
4. Tanda-tanda vital dalam batas
normal
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemampuan
pemberian ASI keperawatan selama 6 kali menghisap bayi
berhubungan pertemuan pemberian ASI efektif 2. Anjurkan ibu menyusui
dengan ditandai dengan kriteria hasil : dengan dua payudara
kurangnya 1. Bayi Minimal menyusui 8 setiap kali menyusui
pengetahuan kali sehari (sesuai dengan 3. Monitor intregitas kulit
orang tua kebutuhan) puting
tentang teknik 2. Urin output sesuai usia 4. lakukan teknik relaksi
menyusui sebagian besar adekuat atau (pijat oksitosin)
sepenuhnya adekuat (2-6 kali 5. Anjurkan peningkatan
sehari) masukan protein, besi
3. Payudara penuh sebelum dan vitamin C sesuai
menyusui sebagian besar kebutuhan
6. Edukasi teknik menyusui
adekuat atau sepenuhnya
dengan benar
adekuat 7. Libatkan k=keluarga
4. ASI memancar keluar ketika dalam memberikan
dipalpasi suport
5. Ibu mampu menyusui dengan
teknik yang benar
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk
80
Diagnosa
Tindakan Evaluasi
Keperawatan
Ketidakefektifan Sabtu, 30 Juni Sabtu, 30 Juni 2018
pemberian ASI 2018 Pukul 17.00 WIB
Pukul 11.00 WIB S:
Melakukan Pijat 1. Pasien mengatakan badan terasa lebih
Oksitosin rileks setelah dipijat
Melakukan pijat 2. Pasien mengatakan payudara belum
oksiotosin terasa tegang atau penuh sebelum
disusukan
3. Pasien mengatakan bayinya belum
BAB
4. Pasien mengatakan BAK satu kali
dengan warna kuning keruh
5. Pasien mengatakan bayinya menyusu
kurang lebih 20 menit
6. Pasien mengatakan makan dari
Puskesmas habis setengah porsi.
7. Pasien mengatakan sempat tidur siang
30 menit
O:
1. ASI tampak merembes keluar saat
dipalpasi
2. ASI berwarna kuning keruh, payudara
tampak belum tegang
3. Payudara tampak bersih tidak ada lesi
dan kemerahan
4. Puting tampak menonjol
5. Puting tampak bersih
A : Ketidakefektifan pemberian ASI
81
belum teratasi
P:
1. Ajarkan keluarga teknik pijat oksitosin
2. Monitor kelancaran ASI
3. Ajarkan teknik menyusui yang benar
P:
1. Monitor kelancaran ASI
2. Motivasi keluarga menerapkan pijat
oksitosin
O:
1. Ekspresi wajah tampak lebih rilek
2. ASI tampak keluar merembes melalui
puting ketika dipalpasi dengan warna
putih keruh
3. Payudara teraba belum kencang atau
tegang sebelum disusukan,
4. Payudara terlihat bersih tidak ada lesi
atau kemerahan, puting tampak
menonjol
83
O:
1. Payudara tampak belum terasa penuh
sebelum disusukan
2. ASI keluar menetes ketika dipalpasi
dengan warna putih jernih
3. Payudara tampak bersih tidak ada lesi
atau kemerah-merahan
4. Puting tampak menonjol.
A : ketidakefektifan pemberian ASI
P:
1. Motivasi Ibu meyusukan payudara
secara bergantiain
2. Motivasi ibu meingkatkan konsumsi
sayur mayur
84
O:
1. Payudara tampak bersih, tidak ada
lesi dan kemerah-merahan
2. Puting tampak menonjol, payudara
teraba mulai berisi
3. BAB bayi tampak kuning konsistensi
lembek.
4. Puting terlihat bersih
A : ketidakefektifan pemberian ASI
teraatasi sebagian
P : Monitor kelancaran ASI
O:
1. ASI tampak keluar melalui puting
2. Payudara tampak kencang dan tegang
3. ASI berwarna putih jernih, payudara
tampak bersih tidak ada lesi.
4. Saat payudara kanan disusukan,
payudara yang lain mengeluarkan
ASI.
A : ketidakefektifan pemberian ASI
P : motivasi keluarga melakukan pijat
oksitosin
86
dua klien terhadap penerapan pijat oksitosin pada ibu post partum di
Puskesmas Mlati II dengan data atau kentetuan yang sesuai dengan tinjauan
pustaka. Proses pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti yaitu mulai
dari pencarian data klien dnegan post partum hari ke 0 di Puskesmas Mlati II,
consent kepada klien. Penerapan pijat oksitosin dilakukan pada klien pertama
dimulai dari tanggal 18 Mei 2018 sedangkan pada klien kedua dilakukan
kunjungan rumah. Peneliti melakukan pijat oksitosin sehari dua kali yaitu
pada pagi dan sore hari selama tiga hari dengan lama pemijatan sekitar 15
sampaii 20 menit, hal ini sesuai dengan pendapat Sari (2015) yang menyatakn
pijat oksitosin efektif dilakukan dua kali sehari selama 15 sampai 20 menit.
Evaluasi respon dilakukan peneliti enam jam sampai 12 jam setelah tindakan.
Menurut studi pustaka pijat oksitosin adalah Pijat oksitosin adalah pijat
melancarkan produksi ASI pada kedua klien adalah tercapai, produksi ASI
pada kedua klien lancar. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian yang
kelancaran produksi ASI pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3,
Klien pertama mengatakan pada hari ke 0 ASI belum lancar keluar, ASI
keluar berupa klostrum sebanyak 1 biji kedelai saat dipalpasi, hari ke-2
setelah melahirkan, ASI masih berupa klostrum, keluar sebanyak dua tetes
ketika di palpasi, dan payudara tidak terasa tegang atau penuh sebelum
disusukan. Pada hari ketiga tindakan, klien pertama mengatakan ASI keluar
melalui puting terus menerus tanpa di palpasi dengan warna putih keruh,
payudara terasa penuh dan tegang sebelum disusukan. Sedangkan klien kedua
mengatakan hari ke-0 ASI masih belum lancar, ASI keluar ketika di palpasi
berwarna kekuningan berupa kolostrum sebanyak satu tetes. Hari kedua ASI
produksi ASI masih sama dengan hari pertma, pada hari ke-3 ASI masih
belum lancar, tetapi ASI keluar merembes lebih banyak dari pada hari kedua
dan pertama ketika di palpasi. Hari ke-4 setelah tindakan ASI keluar terus
menerus pada payudara tanpa di palpasi berwarna putih keruh dan payudara
Kelancaran produksi ASI pada klien pertama terjadi pada hari ke tiga
setelah tindakan, sedangkan klien kedua terjadi pada hari ke emat. Perbedaan
yang terjadi pada kedua klien tersebut sesuai dengan pendapat Lowdermilk
Klien pertama menyukai sayur mayur hijau frekuensi makan 3 kali sehari
sedangkan pada klien kedua frekuensi makan tergantung menu makanan yang
disukai dan klien kedua tidak menyukai sayur mayur hijau kecuali bayam.
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui harus mencukupi berbagai zat gizi
karena sari-sari makanan tersebut akan diubah menjadi ASI yang sangat
makanan dengan gizi yang cukup dan makan teratur maka produksi ASI akan
Frekuensi menyusui pada klien pertama kurang lebih 6-8 kali perhari.
payudara pada ibu klien kedua jarang disusukan. Hal ini sesuai dengan buku
payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak.
suplai ASI karena bayi terlalu kenyang dan membuat bayi menjadi tidak
sering menyusu.
89
reflek menghisap dan menelan pada bayi. Susu formula pada botol akan
keluar lebih mudah ketika dihisap oleh bayi dari pada ASI pada payudara.
dapat menjadi bingung bila berpindah dari payudara ke botol atau sebaliknya
ketika pertama kali belajar menyusui. ASI dan susu formula memerlukan
kemampuan motorik oral yang berbeda, cara bayi menggunakan lidah, pipi,
dan bibir juga pola mengisapnya amat sangat berbeda. Bayi yang menghisap
botol atau dot lebih mudah dalam mendapatkan susu akan menyebabkan bayi
akan malas menyusu pada payudara dan bayi tidak mengisap terus menerus
pada payudara.
terbangun pada malam hari untuk menyusui dan mengganti popok bayinya
sehingga waktu istirahat ibu berkurang. Ibu setelah melahirkan harus mampu
menjaga dan mengatur pola tidur agar tetap cukup karena dapat berpengaruh
pada kondisi psikologi ibu dan ASI. Pendapat ini sesuai dengan Lowdermilk
sebanyak mungkin, terutama pada satu atau dua minggu pertama setelah lahir.
Kelelahan, stres, dan kecemasan dapat memberikan efek negatif pada produ
memerlukan kondisi jiwa dan pikiran yang tenang. Ibu dengan keadaan
90
psikologi yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume ASI.
Seperti hasil pengkajian psikologi pada kedua klien didapatkan, klien pertama
bayinya dan mengatakan cemas karena ASInya masih sedikit, wajah klien
klien kedua klien mengatakan tidak cemas, wajah klien kedua lebih rileks dan
fisiologis ASI, wajah klien tampaak lebih rileks. pada hari pertama klien
pertama mengatakan sudah tidak cemas, dan wajah klien tampak rileks.
Ketidaklancaran pada hari ke-0 sampai hari ke-2 dan ke-3 setelah
melahirkan pada kasus ini merupakan hal fisiologis, hal ini sesuai dengan
ASI, perlahan akan menurun. Kadar estrogen dan progesteron akan berkurang
akan menjadi lebih penuh dan berat ketika kolostrum berubah menjadi susu
kolosterum. Kolosterum perlahan akan berubah menjadi ASI yang matur pada
hari ke-3 sampai ke-5 dan komposisi ASI akan terus berubah selama sekitar
91
10, namun pada saat ini ASI sudah menetap dan produksi ASI mulai stabil.
Selain itu setelah lahir bayi mampu bertahan tidak menyusui pada ibunya
selama kurang lebih tiga hari, seperti yang dikemukakan oleh Lowdermilk
(2013), tali pusar yang dipotong pada bayi baru lahir yang sehat akan
lemak bebas dan keton yang membantu mempertahankan kadar glukosa yang
adekuat, dan bayi dikatakan kekurangan ASI apabila berat badan bayi turun
ASI yang belum lancar pada hari ke-0 sampai hari ke-2 post partum
bukanlah hal patologis sehingga pijat oksitosin dilakukan pada kasus ini
oleh kedua klien setelah dilakukan pijat oksitosin, kedua klien menyatakan
memperbaiki mood. Oleh karena itu pijat oksitosin tidak hanya dilakukan
pada hari ke 0 sampai hari ketiga post partum, tetapi dapat dilakukan selama
ibu menyusui.
dukungan khusunya dalam kaus ini membatu melakukan pijat oksitosin pada
92
ibu menyusui. Suami dari kedua klien pada studi kasus yang dilakukan
dari 13 tindakan prosedur pijat oksitosin, tindakan yang tidak dilakukan oleh
suami klien oertama yaitu membantu ibu melebas pakaian bagian atas dan
bra, sedangkan suami klien kedua melakukan semua tindakan prosedur pijat
oksitosin.
mengenai pijat oksitosin, sehingga alat ukur yag digunakan oleh peneliti
bidan yang diperoleh saat kuliah terdapat skill untuk melakukan atau
A. Kesimpulan
2. Hasil studi kasus penerapan pijat oksitosin pada klien pertama dan kedua
terdapat perbedaan yaitu kelancaran ASI pada klien pertama dimulai pada
hari ke tiga, hal ini terjadi karena pada klien pertama menyukai sayur
kelancaran ASI pada klien kedua terjadi pada hari ke empat karena klien
klien tidak menyukai sayur mayur, frekuensi makan tidak teratur, payudara
B. Saran
1. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan
Hasil studi kasus ini sebaiknya dapat digunakan untuk memperkuat teori
93
94
4. Bagi Pasien
Astuti, R. P., Rusmil, K., Parmadi, W., Mose, J. C., Sulaeman, J., et al. 2015,
Pengaruh Pijat Oksitosin dan Memerah ASI terhadap Produksi ASI pada
Ibu Postpartum dengan Seksio Sesarea, Jurnal Pendidikan dan Pelayanan
Kebidanan Indonesia, Vol 2 No 1 hal 1-7, diakses pada tanggal 15 Januari
2018, http://ijemc.com
Bahiyatun 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, EGC, Jakarta.
Dinas Kesehatan D.I.Y. 2016, Profil Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun 2015,
diakses pada tanggal 28 Januari 2018, http://depkes.go.id
Kemenkes RI 2017, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016,
diakses pada tanggal 28 Januari 2018,i http://depkes.go.id
95
96
Nanda 2015, Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10,
EGC, Jakarta.
Sari, I. R. 2017, Penerapan Pijat Oksitosin Pada Pasien Post Partum Normal Di
Wilayah Puskesmas Sambiroto Kedung Mundu Semarang, diakses pada
tanggal 15 Januari 2018, http://repository.unimus.ac.id. Repository
Ummah, F. 2014, Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI pada Ibu
Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Kentanen Kecamatan Panceng
Gresik, Jurnal Vol.2, No XVII, diakses pada tanggal 15 Januari 2018,
http://stikesmuhla.ac.id
Wulandari, T., Aminin F., Dewi U. 2014, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap
Pengeluaran Kolostrum Pada Ibu Post Partum di Rumah Sakit Umum
Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Jurnal Kesehatan Tanjung Karang, Vol
V No 2 hal 137-178, diakses pada tanggal 12 Januari 2018
http://poltekkes-tjk.ac.id
Lampiran 1
b. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan
lamanya tindakan pada klien
3. Berikan kesempatan klien untuk
bertanya sebelum tindakan
dilakukan
4. Jaga privasi klien
c. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
2. Membantu melepaskan pakaian
bagian atas dan BH ibu
3. Memasang handuk
4. Ibuk duduk, bersandar kedepan,
melipat lengan diatas meja
didepannya, kemudian meletakkan
kepala diatas lengannya. Payudara
tergantung lepas tanpa baju
5. Lumuri kedua telapak tangan
dengan minyak atau baby oil
6. Pijat sepanjang kedua sisi tulang
belakang dengan menggunakan
98
99
Dilakukan
No Prosedur tindakan
Iya Tidak
1 Siapkan alat
2 Jaga privasi klien
3 Cuci tangan
4 Bantu ibu melepaskan pakaian bagian atas dan BH
5 Pasang Handuk
6 Bantu ibu duduk, bersandar kedepan, melipat lengan diatas
meja didepannya, kemudian meletakkan kepala diatas
lengannya. Payudara tergantung lepas tanpa baju
7 Lumuri kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau
baby oil
8 Pijat sepanjang kedua sisi tulang belakang dengan
menggunakan kepalan tinju kedua tangan dan ibu jari
menghadap kearah atas atau depan
9 Tekan dengan kuat membentuk gerakan lingkaran kecil,
dengan kedua ibujari mengggosok kearah bawah dikedua
sisi tulang belakang pada saat yang sama dari leher kearah
tulang belikat. Dilakukan selama 15 sampai 20 menit.
Lakukan pemijatan 2 kali sehari
10 Bersihkan punggung dengan air hangat dan dingin secara
bergantian.
11 Bantu klien memakai BH dan pakaian kembali
12 Bereskan alat
13 Cuci tangan
100
101
Lampiran 4
No Pertanyaaan
(2016)
102
Lampiran 5
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Usia :
Alamat :
Pekerjaan :
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada studi kasus ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selamastudi kasus ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewakti-waktu tanpa sanksi
apapun.
Sleman,.................................
( ) ( )
Mengetahui
103
Lampiran 6
104
105
Lampiran 8
RINCIAN BIAYA STUDI KASUS
106
Lampiran 9
PENGKAIIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
Pengkajian
Tanggal masuk RS :
Dirawat di ruang :
Sumber data :
Metode pengkajian :
Dikaji oleh :
Tanggal Pengkajian :
a) Biodata
(1) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
(2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/ Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubngan dengan Pasien :
Alamat :
b) Keluhan Utama
c) Riwayat Perkawinan
d) Riwayat Menstruasi
e) Riwayat Kesehatan
107
108
Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Jenis Komplikasi J BB Laktasi Kompl
ke- UK Oleh
lahir persalinan Ibu Bayi K lahir Ya/tdk ikasi
Perdarahan :
Tindakan lain :
Transfusi darah :
Lama persalinan : Kala I : ____ jam ___ menit
Kala II : ____ jam ___ menit
Kala III : ____ jam ___ menit
Kala IV : ____ jam ___ menit
i) Ambulasi :
Macam :
Jumlah :
Keluhan :
Macam :
Jumlah :
Keluhan :
110
k) Pola eliminas
BAB Sebelum melahirkan Setelah melahirkan
Frekuensi :
Warna :
Bau :
Konsisten :
Keluhan :
Warna :
Bau :
Konsisten :
Keluhan :
Reflek rooting :
o) Keadaan psikososialspiritual
(i) Kehamilan ini merupakan kehamilan yang diinginkan atau
tidak
(j) Respon terhadap kehadiran bayi (termasuk keinginan untuk
menyusui/melihat bayi)
.
(k) Pengetahuan ibu tentang masa postpartum
.
(p) Adaptasi Fisiologis
.
p) Pemeriksaan Fisik
(i) Keadaan umum :
(j) Status Emosional :
(k) Tanda vital
Tekanan Darah :
Pernafasan :
Nadi :
Suhu :
(l) BB :
TB :
IMT Post Partum H 0 :
(m) Kepala Leher
Odema Wajah:
Mata :
Leher :
Hidung :
Rambut :
(n) Payudara:
(o) Abdomen:
(p) Vulva :
Keadaan lochea:
q) Pemeriksaan Penunjang
113
114
115
116
114