Anda di halaman 1dari 2

Nama : Shelsa Akira Arthameiva

NIM : 17318025

Makna Etika Profesi Desain Interior

Menurut sebuah jurnal yang dibuat oleh Raymund KÖNIGK dari University of Pretoria, ketika
desain interior dijadikan sebuah profesi, maka akan ada banyak hal yang perlu diperhatikan,
karena desain interior menyangkut mengenai dua hal yang krusial. Pertama, desainer interior
perlu membangun sebuah bangunan yang sesuai dengan ekspresi, kepribadian, dan budaya
penggunanya. Seorang individu juga perlu menunjukkan pekerjaan, ekspresi, dan identitas
dirinya kepada orang lain pada ruang publik, dan desainer interior lah yang dapat memfasilitasi
dengan baik hal tersebut. Kedua, di sisi lain, seorang desainer interior perlu memperhatikan
teknis pada proses produksi, sehingga keselamatan serta keamanan pengguna terjamin. Luasnya
ilmu yang perlu dimiliki ini membuat seorang desainer interior mendapatkan kesempatan untuk
merancang berbagai macam jenis bangunan dan ruang. Hal ini juga dapat mengakibatkan
beberapa etika-etika desainer interior dapat berhubungan dengan profesi-profesi lain, terutama
arsitektur. Namun, tuntutan untuk memberi perhatian lebih terhadap estetika dan ekspresi diri
pada elemen ruang daripada kepada teknis ruang membuat batasan yang cukup baik untuk
memisahkan profesi desain interior dan arsitektur.

Dari hal yang dibahas, disimpulkan bahwa perancangan sebuah ruang yang berdasarkan ekspresi
dan identitas pengguna, merupakan hal primer yang perlu diperhatikan oleh desainer interior.
Sedangkan perancangan berdasarkan teknis dan keselamatan pengguna, menjadi perhatian
sekunder yang perlu diperhatikan oleh desainer interior. Hal ini dikarenakan teknis dan produksi
dari suatu bangunan sudah dirancang dengan lebih matang oleh profesi lain sebelumnya, seperti
sipil atau arsitektur, jadi desainer interior memiliki batasan mengenai perancangan teknis dan
konstruksi bangunan. Di sisi lain, profesi yang mengutamakan teknis dan konstruksi tidak terlalu
mengutamakan estetika dan ekspresi ruang, maka disinilah seorang desainer interior dapat
memanfaatkan peran profesinya. Dengan adanya etika yang membagi prioritas desainer interior
dan profesi lain ini, tugas perancangan yang tumpang tindih dengan profesi lain dapat dihindari
daripada sebelumnya.
Sumber referensi: Jurnal oleh Raymund KÖNIGK dari University of Pretoria, diterbitkan 30
Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai