Anda di halaman 1dari 17

Makul Matrikulasi Alih Jenjang

Sarjana Terapan Keperawatan Anestesi

ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN


Senin 30 Agustus 2021

FONDAMENTAL YG HARUS DI PAHAMI

Peraturan MenKes Nomor: 18 th 2016


BAB V Pasal 24
KETENTUAN PENUTUP

PADA SAAT UNDANG-UNDANG INI DI MULAI BERLAKU:


a. Semua nomenklatur Perwat Anestesi dalam peraturan Mentri Kesehatan
Nomo: 519/Menkes/per/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Anestesiologi danTerapi Intensif Di Rumah Sakit (Berita Negara RI Th 2011 No:
224) HARUS DIBACA DAN DI MAKNAI SEBAGAI PENATA ANESTESI; dan
b. Peraturan Menkes No.31th 2013 ttg Penyelenggara Pekerjaan Perawat
Anestesi ( Berita Negara RI th 2013 No 673) di cabut dan diyatakan tidak
berlaku.

PERMENPAN&RB N0 10 & 11 TH 2017 TTG JABATAN FUNGSIONAL APA & PA;


1. Di BAB I poin 15, Ikatan Penata Anestesi Indonesia yg di sebut IPAI adalah
organisasi profesi bagi jabatan fungsional PA dan APA.
2. Di BAB XVIII Ps 44; (1). Pejabat fungsional APA wajib menjadi anggota IPAI.
(2). IPAI wajib menyususn kode etik dan kode perilaku profesi.
3. IPAI mempunyai tugas: a. Menyususn kode etik dan kode perilaku profesi. b.
Memberikan advokasi dan c.Memeriksa dan memberikan rekomendasi atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.
4. Kode etik dan kode perilaku profesi ditetapkan oleh IPAI setelah mendapat
persetujuan dari pimpinan instansi pembina.

KONSEP DARAS ETIK PROFESI

Diskripsi

Konsep Dasar

Etika
Etika berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos, yangmenurut Araskar dan David  (1978)
berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau standar yang diharapkan dan kriteria
tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan
sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi prilaku. ( Dra. Hj. Mimin Emi
Suhaemi. 2002).

Etika adalah kode prilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi
kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang
benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan dengan
kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan
yang mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika
mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki
prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.
Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan
keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau
peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan
dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia ( yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan
penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif
yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua
orang.
Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi
yang berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk
penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral
mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau
kelompok tertentu.

Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik
perawatan.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang
digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

Tipe – tipe etika sebagai berikut :


1.        Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik
merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu
pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik
mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan
membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang
meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam
bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan
kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap
masalah-masalah pelayanan kesehatan

2.        Clinical Ethics/ Etik Klinik


Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3.        Nursing Ethics/ Etik Perawatan


Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

Ada beberapa teori yang menjelaskan etika yaitu sebagai berikut :

1. Teori etik Tradisional (Sebelum thn 1500)

a.         Egoism
 Apa yang terbaik adalah untuk pelakunya sendiri
 Merawat pasien hanya untuk keperluan pribadi
 Tidak mau merawat pasien menular (AIDS) walau dibayar mahal

b.        Subyektivisme
 Baik atau buruknya ditentukan oleh seseorang
 Baik dan buruk tergantung pada nilai yang dianut oleh individu dan masyarakat
 Obyektivisme
 Ada nilai – nilai yang lebih tinggi dalam menentukan baik – buruk yang dapat
ditunjukan / dinilai secara obyektif

d.        Skeptivisme
Diperlukan diskusi moral dalam membuat keputusan yang etis

e.          Nihilsm
Tak ada argumentasi terhadap maslah etik tentang kehidupan, alam ini akan berakhir

f.         Rasional Paternalistik


Dokter / perawat lebih tahu apa yang baik bagi pasien

g.        Eudaimonism
Yang baik untuk perawat berbeda dengan klien, semua baik didasarkan pada
pemberian tindakan yang beralasan

h.        Hedonism
Selama tidak mengganggu lingkungan tidak ada masalah. Contohnya merokok, narkoba

i.           Stocism
 Menyadari keterbatasan kekuatan manusia, tidak ada harapan
 Menerima apa adanya adalah suatu kebijakan

j.           Natural Law


Tuhan memberi hukuman atas apa yang dilakukan manusia
k.        Alturism
 Negara China yang mendasari etik ini
 Perawat menunjukan kebaikan, kasih pada pasien, care mengandung aspek kasih

2.      Teori etik modern

a. Altruism
b. Utilarienism
Teleogist, fokus pada hasil suatu tindakan, memikirkan konsekuensinya. Mengambil
organ lebih tua untuk orang yang lebih muda

c. Deontology
Tidak setuju dengan teori Utilitariasm
 Duty (kewajiban) sebagai dasar, tidak hanya sekedar konsekuensinya saja
 Manusia dapat membuat rasional untuk suatu keinginan
 Kewajiban untuk membantu pasien

d. Volentarism
 Pendekatan pada niat, kekuatan individu/ kelompok untuk membuat perubahan.
Misalnya organisasi profesi, mendukung ambisi, kreatifitas, assertif.

e. Marxism
 Nilai – nilai komunis
 Indivisu tidak bebas
 Kelompok masyarakat yang memiliki kekuasan

3.      Teori Kontemporer

a. Individualism : self determination


b. Existentialism : seseorang bertanggung jawab atas keputusan bagi dirinya
c. Justice Based Ethics : penekanan pada keadilan, ditolak apabila tidak adil.

Prinsip – prinsip etika adalah sebagai berikut :

1.      Otonomi (Autonomy)


Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan
memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk
respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa
dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan
individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi
saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.

2.      Berbuat baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan
dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi
pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

3.      Keadilan (Justice)


Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.

4.      Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

5.      Kejujuran (Veracity)


Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada
agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument
mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa
”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar
dalam membangun hubungan saling percaya.

6.        Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari
perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7.      Karahasiaan (Confidentiality)


Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

8.      Akuntabilitas (Accountability)


Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Etika Profesi
Dalam setiap profesi tentunya akan mempunyai kode etik tersendiri. Kode etik
yang seharusnya dipenuhi serta dipatuhi bagi setiap hal yang ada di bawah naungan
profesi tersebut. Demikian pula dengan kode etik Keperawatan Anestesi (PENATA
ANESTESI) dalam hal ini. Pengertian kode etik adalah pernyataan standar profesional
yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat
keputusan.

Kode Etik Keperawatan Anestesiologi adalah aturan yang berlaku untuk seorang


PENATA ANESTESI Indonesia dalam melaksanakan tugas serta fungsi penata adalah
Kode etik Penata Anestesi Indonesia, dimana seorang Penata Anestesi selalu
berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian akan pelanggaran etik dalam
Kepenataan Anestesi dapat dihindarkan dan diminimalisasi.

Tujuan kode etik keperawatan menurut Kozier tahun 1990 adalah sebagai berikut :
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan antara perawat, klien, tenaga kesehatan
dan profesi
2. Sebagai standar untuk mengeluarkan perawat yang tidak mentaati peraturan dan
untuk melindungi perawat yang menjadi pihak tertuduh secara tidak adil
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikanlulusan baru pendidikan keperawatan dalam memasuki jajaran
praktik keperawatan profesional

Sedangkan menurut Nila thn 2001 tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut
:
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, klien, teman sebaya,
masyarakat dan unsur profesi baik dalam keperawatan sendiri maupun
hubungannya dengan profesi lain
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya secara
tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna akan pentingya sikap
profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan

Berikut beberapa kode etik keperawatan Indonesia yaitu mengandung beberapa unsur


tanggung jawab baik itu bagi profesi keperawatan itu sendiri atau bagi profesi tenaga
kesehatan yang bekerjasama dalam memberikan pelayanan kesehatan :

1.    Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.


a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan
individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan
masyarakat.
c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.

2.    Tanggung jawab terhadap tugas.


a. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.

3.    Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.

4.    Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan


a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

5.      Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara


a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.

Selain unsur tanggung jawab dalam kode etik perawat maka kode etik keperawatan ini
juga mempunyai fungi dan peran sendiri bagi profesi perawat dan keperawatan itu
sendiri.

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut :
a. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepada perawat oleh masyarakat
b. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
c. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien / klien sebagai advokator,
perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat,
dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan
masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
d. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

Sedangkan kode etik menurut American Nurse Association adalah sebagai


berikut :
1. Perawat memberikan pelayanan dengan menghargai martabat manusia dan
keunikan klien tanpa mempertimbangkan status sosial atau ekonomi kepribadian
atau sifat masalah kesehatan.
2. Perawat melindungi hak kerahasiaan klien dengan menjaga kerahasiaan
informasi tertentu
3. Perawat bertindak sebagai pelindung klien dan masyarakat ketika perawatan
kesehatan dan keamanan dipengaruhi oleh praktik yang tidak kompeten,tidak
berdasarkan etik atau illegal terhadap siapapun
4. Perawat memikul tanggungjawab dan tanggunggugat untuk tindakan dan
pertimbangan keperawatan individual
5. Perawat mempertahankan kompetensi dalam keperawatan
6. Perawat melatih pertimbangan dan menggunakan kompetensi dan kualifikasi
individual sebagai kriteria dalam mencari konsultasi, menerima tanggungjawab
dan menyerahkan aktivitas keperawatan kepada orang lain
7. Perawat berpartisipasi dalam aktivitas yang membantu pengembangan
pengetahuan profesi
8. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melakukan implementasi serta
meningkatkan standar keperawatan
9. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi menetapkan dan mempertahankan
kondisi pekerja yang kondusif untuk asuhan keperawatan berkualitas tinggi
10. Perawat berpartisipasi dalam upaya profesi melindungi masyarakat dari
terjadinya salah informasi dan salah interpretasi serta mempertahankan
integritas keperawatan.
11. Perawat melakukan kerjasama dengan anggota profesi kesehatan lainnya serta
masyarakat dalam meningkatkan usaha komunitas dan nasional untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan umum.

Menurut International Council of Nurses adalah sebagai berikut :


1.      Perawat dan Klien
a. Tanggung jawab utama perawat adalah pada klien yang membutuhkan asuhan
keperawatan
b. Dalam memberikan keperawatan, perawat menghargai kepercayaan,nilai-nilai
dan kebiasaan individu
c. Perawat memegang rahasia informasi individu dan menggunakan pertimbangan
dalam mendiskusikan informasi tersebut

2.      Perawat dan Praktik


a. Perawat memegang tanggung jawab pribadi terhadap praktik keperawatan dan
terhadap pemertahanan kompetensi dengan pendidikan berkelanjutan
b. Perawat tetap mempertahankan standar askep yang tinggi disesuaikan dengan
situasi tertentu yang ada
c. Perawat menggunakan keputusan kompetensi dalam menerima suatu tanggung
jawab
d. Perawat dalam bertindak secara professional tetap mempertahankan standar
tingkahlaku pribadi yang mencerminkan cirri khas profesionalnya

3.      Perawat dan Masyarakat


a. Perawat mengadakan sambung rasa dengan anggota masyarakat tentang
tanggung jawab terhadap pemenuhan kesehatan dan social masyarakat

4.      Perawat dan Teman Sejawat


a. Perawat mempertahankan kerjasama yang baik dengan teman sejawat
keperawatan dan profesi kesehatan yang lain
b. Perawat melakukan tindakan yang tepat untuk melindungi individu sewaktu
perawatan individu dan social dan terancam bahaya oleh teman sejawat / pihak

5.      Perawat dan Profesi


a. Perawat mempunyai peran utama dalam mendeterminasikan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan sesuai yang dihadapi
b. Perawat berperan aktif dalam mengembangkan inti penegetahuan professional
c. Perawat berprasangka melaluu organisasi profesi dan berpartisipasi dalam
menetukan dan mempertahankan kondisi social dan ekonomi yang pantas

A. KODE ETIK PERAWAT ANESTESI REANIMASI ADALAH:

1.      Perawat Anestesi Reanimasi dan Masyarakat


a. Tanggung jawab utama perawat anestesi reanimasi terhadap masyarakat yang
membutuhkan pengobatan dan perawatan anestesi reanimasi dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia, yang mana nilai tradisi dan
keyakinan spiritual seseorang sangat dihormati.
b. Perawat anestesi reanimasi melindungi hak privasi klien dengan menjaga
rahasia pribadi klien dari orang-orang yang tidak berhak mengetahui, kecuali
karena sesuatu hal diperlukan oleh pengadilan.
c. Perawat anestesi reanimasi  menjaga integritas pribadi, bertindak untuk
melindungi pasien dari tindakan yang tidak etis atau illegal dari seseorang, dan
perawat anestesi reanimasi mempunyai kebebasan berbicara pada saat
berhubungan dengan klien dan semua anggota tim dalam perawatan pasien.

2.      Perawat Anestesi Reanimasi dan Praktek


a. Perawat  Anestesi   reanimasi  memberikan   pelayanan menurut martabat
manusia dan keunikan klien, yang tidak dibatasi oleh      pertumbuhan  sosial
ekonomi, status, sifat pribadi dan problem kesehatan yang mendasar.
b. Perawat anestesi reanimasi secara berkesinambungan menunjukan tingkat
kemampuan yang tinggi. Kemampuan merupakan gabungan penilaian
pengetahuan profesional,  kemampuan teknologi dan kemampuan antar pribadi
yang dimiliki seseorang.
c. Perawat anestesi reanimasi bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan
profesi seseorang dan mendukung hak-hak klien.

3.      Perawat Anestesi Reanimasi dan Lembaga Sosial Masyarakat


a. Perawat anestesi reanimasi memiliki dualisme, kewajiban terhadap lembaga
sosial & masyarakat. Sebagai tenaga profesional yang memiliki izin untuk
memberikan pelayanan perawatan kesehatan khusus dan sebagai anggota
lembaga sosial &  masyarakat ditempat tinggalnya.
b. Perawat anestesi reanimasi berpartisipasi dalam upaya profesi untuk melindungi
masyarakat umum dari kesalahan informasi dan kebohongan serta menjaga
integritas profesi.
c. Perawat anestesi reanimasi bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan warga
masyarakat dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan nasional.

4.      Perawat Anestesi Reanimasi dan Mitra Kerja


a. Perawat anestesi reanimasi membina hubungan kerjasama antar perawat
anestesi, dokter anestesi dan tenaga profesi lain yang terkait.
b. Perawat anestesi reanimasi melayani rekan dan teman kerja dengan kejujuran,
konsisten, saling percaya, saling asah, saling asuh dan dalam kesederhanaan.

5.      Perawat Anestesi Reanimasi dan Profesi


a. Perawat anestesi reanimasi memainkan peranan penting dalam menentukan dan
melaksanakan standar yang di inginkan pada praktik dan pendidikan perawat
anestesi reanimasi
b. Perawat anestesi reanimasi berpartisipasi dalam kegiatan yang mendukung
kesinambungan pengembangan bidang pengetahuan profesi.
c. Perawat  anestesi reanimasi melindungi hak-hak pasien, binatang yang dipakai
dalam proyek penelitian dan melakukan proyek sesuai dengan standar
penelitian, etika dan pelaporan umum.
d. Perawat  anestesi reanimasi berpartisipasi dalam upaya profesi untuk
menetapkan dan menjaga kondisi kerja yang kondusif terhadap perawat
anestesi reanimasi yang bermutu.

ETIKA PROFESI

Kode Etik Penata Anestesi

Bahwa semestinya organisasi profesi memiliki Kode Etik yang membebankan


kewajiban dan sekaligus memberikan perlindungan hokum kepada setiap anggotanya
dalam menjalankan profesinya.

Penata Anestesi sebagai profesi yang telah diakui keberadaannya di Indonesia


yang dalam menjalankan profesinya berada dibawah perlindungan hokum, undang-
undan dan Kode Etik, memiliki kebebasan yang didasarkan kepada kehormatan dan
kepribadian Penata Anestesi yang berpegang teguh kepada
1. Kemandirian (Otonomy), 
2. Berbuat Baik (Beneficience), 
3. Keadilan (Justice), 
4. Prinsip Tidak Merugikan (non-maleficence), 
5. Kejujuran (Veracity), 
6. Menepati Janji (Fidelity), 
7. Kerahasiaan  (Confidentiality), 
8. dan  Akuntabilitas  ( Accountability).
Bahwa profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) adalah merupakan salah
satu dari jenis tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berupa asuhan kepenataan anestesi yang sejajar dengan tenaga
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, satu sama lainnya harus saling menghargai antara
teman sejawat dan juga antara para pemberi pelayanan kesehatan khususnya pemberi
pelayanan keanestesian.

Tanggung jawab utama Penata Anestesi adalah memberikan dan berpartisipasi


dalam penyediaan jasa pelayanan anestesi. Penata Anestesi dalam menjalankan praktik
keprofesiannya berwenang untuk melakukan pelayanan asuhan kepenataan anestesi
pada;  Praanestesi, Intraanestesi dan Pascaanestesi. Selain wewenang tersebut Penata
Anestesi juga dapat melaksanakan pelayanan anestesi berupa; di bawah pengawasan
atas pelimpahan wewenang secara mandate dari dokter spesialis anestesiologi atau
dokter lain dan berdasarkan penugasan pemerintah sesuai kebutuhan.

Oleh karena itu, juga setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI)
harus menjaga citra dan martabat kehormatan profesi, serta setia dan menjunjung
tinggi Kode Etik dan Sumpah Profesi, yang pelaksanaannya diawasi oleh Dewan Majelis
sebagai suatu lembaga yang eksistensinya telah dan harus diakui setiap Anggota Ikatan
Penata Anestesi Indonesia (IPAI) yang pada saat mengucapkan Sumpah Profesinya
tersirat pengakuan dan kepatuhannya terhadap Kode Etik Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) yang berlaku.

Tujuan kode etik adalah untuk mengetahui kesepakatan profesi tentang


tanggungjawab dan kepercayaan  yang  diberikan oleh masyarakat dan memahami
kebutuhan bangsa Indoensia dalam kode etik ini.

Dengan demikian, Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) adalah
sebagai hokum tertinggi dalam menjalankan profesi, yang menjamin dan melindungi,
tetapi membebankan kewajiban kepada setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya
baik kepada Klien, Tempat Kerja, Negara atau masyarakat dan terutama kepada dirinya
sendiri.

Yang dimaksud dengan:


1. Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang
keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan


untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif,
kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyartakat.

3. Klien adalah orang, badan hokum atau lembaga lain yang menerima jasa
dan/atau pelayanan kepenataan anestesi dari Penata Anestesi.

4. Teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktik Pelayanan
Asuhan Kepenataan Anesetesi sebagai Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

5. Teman sejawat asing adalah Penata Anestesi yang bukan berkewarganegaraan


Indonesia yang menjalankan praktik Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi di
Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

6. Majelis Kode Etik adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh organisasi
profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) yang berfungsi dan ber-
kewenangan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Ikatan Penata Anestesi
Indonesia (IPAI) sebagaimana semestinya oleh Penata Anestesi dan behak
menerima dan memeriksa pengaduan terhadap seseorang Anggota Ikatan
Penata Anestesi Indonesia (IPAI) yang dianggap melanggar Kode Etik Ikatan
Penata Anestesi Indonesia (IPAI).

7. Honorarium adalah pembayaran kepada Penata Anesetesi sebagai imbalan jasa


Penata Anestesi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

KEPRIBADIAN PENATA ANESTESI


1. Setiap Penata Anestesi harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI).

2. Seorang Penata Anestesi harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya


sesuai dengan standar profesi yang tinggi.

3. Dalam melakukan Asuhan Kepenataan Anestesi, Penata Anestesi tidak boleh


dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.

4. Seorang Penata Anestesi harus menghindarkan diri dari perbuatan yang memuji
diri sendiri.

5. Seorang Penata Anestesi harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan klien
dan sejawat, dan berupaya mengingatkan sejawatnya yang diketahui memiliki
kekurangan dalam karakter atau kompetensi.

6. Seorang Penata Anestesi harus menghormati hak-hak klien, hak-hak sejawatnya,


dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan klien.

7. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam bekerja sama
dengan cara profesional dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta
masyarakat hendaknya memelihara saling menghormati.

8. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk
insani, psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan
klien.

9. Seorang Penata Anestesi hendaknya hanya memberikan keterangan atau


pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

10.Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) hendaknya senantiasa


mengikuti perkembangan Iptek Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi dan
meningkatkan ketrampilannya serta tetap setia kepada cita-cita yang luhur.

HUBUNGAN  DENGAN PASIEN
1. Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan pasien.

2. Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan


kepentingan pasien dengan identitas yang sama dengan kebutuhannya
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

3. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam memberi


pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien wajib memegang rahasia
jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh pasien secara kepercayaan dan
wajib tetap menjaga rahasia itu setelah berakhirnya hubungan antara Anggota
Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dengan pasien.
4. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus menolak
memberikan pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien yang
menurut keyakinannya tidak didasarkan pada standar pelayanan, kode etik dan
peraturan perundang-undangan.
5. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) tidak dibenarkan
membebani pasien dengan biaya-biaya yang tidak perlu diluar yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

6. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menghormati hak
asasi pasien.

HUBUNGAN DENGAN PRAKTIK


1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memberikan
pelayanan paripurna kepada pasien sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan pasien.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memelihara mutu
pelayanan asuhan kepenataan anestesi yang tinggi disertai kejujuran
professional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan sesuai
kebutuhan pasien.

HUBUNGAN DENGAN TEMAN SEJAWAT DAN


TENAGA KESEHATAN LAINNYA
1. Hubungan antara teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan Penata
Anestesi harus dilandasi sikap saling menghormati, saling menghargai dan saling
mempercayai.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) jika membicarakan


teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya hendaknya tidak menggunakan
kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis.

3. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap


bertentangan dengan Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus
diajukan kepada Majelis Kode Etik untuk diperiksa dan tidak dibenarkan untuk
disiarkan melalui media social atau cara lain.

4. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memperlakukan


teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya sebagaimana ia sendiri ingin
diberlakukan.

5. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjalin


hubungan yang baik dengan teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya
untuk mencapai suasana kerja yang serasi.

HUBUNGAN DENGAN PROFESINYA


1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjaga
nama baik dan menjunjung tinggi cita-cita profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang
bermutu dan paripurna kepada pasien.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib


mengembangkan diri dan meningkatkan kemamouan profesinya sesuai
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

3. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) senantiasi


berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
HUBUNGAN DENGAN DIRI SENDIRI
1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib memelihara
kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) seyogyanya berusah untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sesuai dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.

HUBUNGAN DENGAN PEMERINTAH, NUSA BANGSA DAN TANAH AIR


1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam menjalankan
tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) melalui profesinya


berfartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu Pelayanan Asuhan Kepenataan Anestesi.

Komentar keprofesian:

Dalam setiap profesi tentunya akan mempunyai kode etik tersendiri. Kode etik yang
seharusnya dipenuhi serta dipatuhi bagi setiap hal yang ada di bawah naungan profesi
tersebut. Demikian pula dengan kode etik Penata Anestesi dalam hal ini.

Pengertian kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai


pedoman perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat Penata Anestesi
adalah aturan yang berlaku untuk seorang Penata Anestesi Indonesia dalam
melaksanakan tugas serta fungsi penata adalah kode etik Penata Anestesi Indonesia,
dimana seorang perawat/Penata selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga
kejadian akan pelanggaran etik dalam Penata Anestesi dapat dihindarkan dan
diminimalisasi.

Tujuan kode etik keperawatan menurut Kozier tahun 1990 adalah sebagai berikut :
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan antara perawat, klien, tenaga kesehatan
dan profesi
2. Sebagai standar untuk mengeluarkan perawat yang tidak mentaati peraturan dan
untuk melindungi perawat yang menjadi pihak tertuduh secara tidak adil
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan baru pendidikan keperawatan dalam memasuki jajaran
praktik keperawatan profesional

Sedangkan menurut Nila th 2001 tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antara perawat, klien, teman sebaya,
masyarakat dan unsur profesi baik dalam keperawatan sendiri maupun
hubungannya dengan profesi lain
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya secara tidak
adil oleh institusi maupun masyarakat
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna akan pentingya sikap
profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan

Berikut beberapa kode etik keperawatan Indonesia yaitu mengandung beberapa unsur


tanggung jawab baik itu bagi profesi keperawatan itu sendiri atau bagi profesi tenaga
kesehatan yang bekerjasama dalam memberikan pelayanan kesehatan :
1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat.
a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada
tanggung jawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan
individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan
masyarakat.
c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan
masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur keperawatan.

2.    Tanggung jawab terhadap tugas.


a. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan
untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha
dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianut serta kedudukan sosial.
e. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan
kemampuan jika menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada
hubungannya dengan keperawatan.

3.    Tanggung jawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan
dengan tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
b. Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan
pengalamannya kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi lain dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidang keperawatan.

4.    Tanggung jawab terhadap profesi keperawatan


a. Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara
sendiri-sendiri dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.
b. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
menunjukkan perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan
keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi
profesi keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

6. Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara


a. Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan
yang diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran
kepada pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan
kepada masyarakat.
Selain unsur tanggung jawab dalam kode etik perawat maka kode etik keperawatan ini
juga mempunyai fungi dan peran sendiri bagi profesi perawat dan keperawatan itu
sendiri.

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi status
profesional dengan cara sebagai berikut :
1. Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan
memahami dan menerima kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepada perawat oleh masyarakat
2. Kode etik menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin
hubungan keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus
dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien / klien sebagai advokator,
perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat,
dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan
masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
4. Kode etik perawat memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

SELESAI LANJUTKAN, KEMBANGKAN PENGETAHUAN ANDA.

SEJARAH PERAWAT ANESTESI

Catatan otentik tentang sejarah Perawat Anestesi di Indonesia, yg di ceritakan


oleh para orang tua generasi abad ke 19 akhir dan abad 20 dapat di simpulkan bahwa
pemerintah Belanda sewaktu masih berkuasa di Negri ini mulai mendidik orang pribumi
untuk menjadi tenaga kesehatan yg di sebut “Juru rawat” dan “Mantri Verpleiger”.pada
awal abad ke 20. Di pulau jawa beberapa mantri verpleiger ini yg di anggap sebagai
perawat anestesi, yg mendat traning secara indifidual, tanpa sertipikat namun bekerja
sebagai “anesthetist” di bawah superfisi dokter bedah. Perkembangan tenaga jenis ini
tidak terlalu pesat bila di lihat dari segi jumlahnya. Namun cukup bayak untuk ukuran
orang pribumi yg tidak mudah untuk menempuh pendidikan bidang pelayanan
kesehatan.

Pada tahun 1954 dr. Mohamad Kellan,DSAn adalah dokter Indonesia pertama yg
terjun dalam bidang anestesi dan merupakan dokter ahli anestesi yg pertama di
Indonesia, setelah belajar di USA. Bekerja di RSUP CBZ (di kenal masyarakat sebutan
Rumah Sakit SIBISET) sekarang RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM). Pada tahun
1962, beliyau mencetuskan untuk mengadakan program pendidikan “Penata Anestesi”
di bawah naungan Departemen Kesehatan RI, meniru peogram pendidikan perawat
anestesi Amerika Serikat.
Sejak saat itu, berkembang dan bertambahlah jumlah tenaga perawat yg menjadi
perawat anestesi, yang semula dalam bentuk pendidikan penata anestesi yg lama
pendidikannya adalah mula mula (satu) tahun, kemudian berubah jadi (dua) tahun, dan
kemudian di tingkatkan menbjadi (tiga) tahun . Program pendidikan ini menggunakan
kurikulum yang menyerupai program pendidikan perawat anestesi di Amerika Serikat
dan kompetensi para lulusannya menunjukkan kuwalitas yanag tinggi, mampu bekerja
selayaknya seorang Anesthetist yg profesional.

Memang inilah tujuan dari program pendidikan yg di kehendaki oleh dr.M. Kellan,
sebagai mana beliyau katakan dlm suatu ceramahnya yg diberikan kepada calon
Mahasiswa Akademi Anestesi pada tahun 1976, setelah program ini sempat di tutup
selama satu tahun dengan alasan kurang jelas. Apa yg beliyau katan saat itu, adalah
sebagai berikut:

Yang membedakan antara saudara dan saya barangkali adalah nasib. Mungkin
orang tua saudara kurang mampu sehingga tidak sanggup menyekolahkan saudara ke
fakultas kedokteran dan hanya sekolah perawat, sedangkan orang tua saya cukup
mampu sehingga saya bisa masuk ke fakultas kedokteran dan menjadi dokter. Tetapi
kapasitas otak saya dan saudara tidak berbeda, bahkan mungkin saudara memiliki
kapasitas lebih unggul dari saya.

Oleh karena itu saya yakin sekali bahwa saudara akan mampu menerima ilmu
kedokteran yg akan diajarkan kepada saudara dalam pendidikan Akademi Anestesi ini,
bahkan ilmu spesialis anestesi , meskipun mungkin kedalamannya sedikit berbeda.
Saudara akan di didik menjadi pembius, guna memenuhi pelayanan anestesi yg saat ini
dan bahkan jangka panjang yg tidak tau berapa lama, masih sangat kurang.

Jadi Pesan saya, belajarlah dengan tekun, baik teori maupun praktik, Agar
saudara tidak terlambat untuk lulus ujian dan menjadi Perawat Anestesi yg handal.
Tenaga saudra sangat di butuhkan dalam pelayanan anestesi di Indonesia. Pendidikan
seperti ini juga di terapkan di negara negara maju seperti USA, dan di sana perawatnya
lebih hebat, sama seperti dokter anestesi, dan saudara jangan kalah dengan mereka.

Selamat belajar, tepuk tangan gemuruh seluruh ruangan, akhirnya dr.M.Kellan


menjadi Profesor di bidang anestesiologi. Di kemudian hari Prof M. Kellan tak pernah
merasa bersalah karenan mendidik perawat menjadi pembius. Beliyau melihat sendiri
dinegara maju seperti di USA saja di didik tenaga seperti itu apalagi di Indonesia
sebagai negara berkembang, Negri ini seribu kali lebih membutuhkan adanya “Nurse
Anesthetist” yg handal ketimbang USA. Program pendidikan seperti ini berlangasung
sampai tahun 1985.

Namun perkembangan selanjutnya tidak serupa dengan perkembanagan yg


terjadi di negri orang, tetapi sebaliknya bukannya berubah maju tetapi semakin mundur
dan cenderung akan di tiadakan. Sejak tahun 1986 kemunduran ini di mulai, dengan
perubahan nama pendidikan sekaligus merubah kurikulumnya . Ironisnya kenyataan di
lapangan menunjukan , bahwa pelayanan anestesi secara keseluruhan di negri ini
sebagian besar masih dilakukan oleh perawat anestesi, terutama di rumah sakit daerah
daerah di luar jawa, Bahkan di kota kota pulau jawa masih banyak perawat anestesi yg
bekerja dan melakukan pelayanan anestesi di rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Terjadi pro dan nkontra tentang perlu dan tidaknya pendidikan sejenis ini di
lanjutkan oleh Departemen Kesehatan, dan pada th 2004-2005 program pendidikan ini
di hentikan (tidak menerima mahasiswa baru). Sementara di luar sana dan dlm lingkup
internasional , program pendidikan perawat anestesi sedemikian majunya. Dalam era
globalisasi , seyokdyanya kita menyesuaikana diri agar tidak ketinggalan jaman.
Semestinya program pendidikan perawaat anestesi di Indonesia terus dilanjutkan dan di
tingkatkan sesuai standar internasional.

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANESTESI REANIMASI


SEKARANG DAN MASA DEPAN

Data IFNA ( International Federation of Nurse Anesthetist) yang di buat pada


tahun 2005 menunjukan bahwa di seluruh dunia , perawat anestesi berkontribusi dalam
pelayana anestesi sebesar 80% dari pelayamnana aanestesi di seluruh dunia. Daan
60% dari perawata anestesi di seluruh dunia bekerja secaaaara mandiri tanpa dokter
anestesi. (data Ikatan Perawat Anetesi Indonesia) menunjukan bahwa pelayanan
anestesi secara Nasional 70% di lakukanoleh perawat anestesi tanpa dokter anestesi.
Dinegara maju seperti USA dan Eropa, Pendidikan perawat anestesi berkembang
sangat pesat sampai saat ini, dengan setandar minimal strata I, di samping ada juga
program master dan Doktoral , Di USA terdapat 110 institusi. Pendidikan perawat
anestesi yang memberikan title CRNA, Master dan Doktoralnya. Mereka mampu
memproduksi minimal 1000 CRNA dan 400 Master dan Doktoran dalam satu tahun,
dan saat ini ada 35.000 Perawat Anestesi dan 34.000 dokter anestesi, dan sejak tahun
1968 ke dua profesi ini bersepakat untuk kerja sama dalam meningkatkan jumlah dan
kualitas anggotanya untuk kepentingan pelayanan anestesi bagi Negaranya.
Indonesia sebagai negara berkembang logikanya lebih membutuhkan eksistensi
perawat anestesi sebagai praktisi Anestesi, sehingga jumlah institusinya mestinya lebih
banyak dan standar pendidikannya juga cukup tinggi, serta legalitas prakteknya juga
ekplisit. Jumlah pasien keluarga miskin (GAKIN) masih sangat tinggi. Jumlah tenaga
dokter anestesi masih kurang dan penyebarannya tidak merata untuk memenuhi
pelayanan anestesi secara nasional. Tidak bisa di bayangkan jika tindakan anestesi di
Indonesia hanya boleh di laksanakan oleh profesi dokter. Departemen Kesehatan
sebagai Regulator Body merupakan Departemen yang paling berwenang untuk
menetapkan peraturan perundang undangan yang akan di berlakukan dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia.

Keberlanjutan praktek perawat anestesi dalam memberikan tindakan anestesi di


Indonesia sangat tergantung dari peraturan perundang undangan yang di tetapkan oleh
Dep.Kes RI. Dalam Undang Undan RI Nomor 23 th 1992 pasal 11 ayat (2)di sebutkan
bahwa “penyelenggararan Upaya Kes sebagai mana di maksud dalam ayat (1)
didukung oleh sumber daya kesehatan bukan hanya dokter, tetapi seluruh tenaga
kesehatan yang telah mendapat pendidikan yang di akui oleh pemerintah sebagai
penyelenggara negara dan mendapat izin bekerja dari pemerintah pusat maupun
daerah. Tenaga dokter spesialis anestesiologi di Indonesia masih sangat terbatas dan
penyebarannya juga tidak merata, maka sangat membutuhkan mitra kerja yang terlatih
dan mempunyai kompetensi Penata Anestesi.

Pelayana anestesi di indonesia di mulai dari adanya tindakan di RS, Akademi Anestesi
yg kuliyah di AKNES DepKES RI Jakarta pd th 1976-1979

Anda mungkin juga menyukai