Anda di halaman 1dari 39

REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 1

BAHAN AJAR

PERTEMUAN KE 2

Program Studi : Teknik Sipl


Nama Mata Kuliah/Kode : Rekayasa Hidrologi / 211D1112
Jumlah SKS : 2
Pengajar : 1. DR.Eng.Ir. Hj. Rita T. Lopa, MT.
2. DR.Eng.Ir. H. Farouk Maricar, MT.
3. Tim Dosen KBK Keairan

Sasaran Belajar : Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu


menjelaskan dasar-dasar hidrologi dan klimatologi,
dapat melaksanakan metode pengumpulan data dan
dapat menganalisis data hidrologi untuk keperluan
perencanaan dalam rekayasa sumber daya air.

Mata Kuliah Prasyarat : Statistika dan Probabilitas

Deskripsi Mata Kuliah : Ruang lingkup mata kuliah rekayasa hidrologi


membahas tentang fungsi-fungsi hidrologi dalam
rekayasa, iklim dan meteorology, pengukuran hujan
dan analisis data, analisis frekuensi, karakteristik
hidrograf, analisis dan sintesis hidrograf, analisis debit
banjir, yang diperlukan dalam perencanaan dalam
rekayasa sumber daya air.

Kaitannya dengan kompetensi lulusan Program


Studi yang telah ditetapkan, mata kuliah ini
mendukung kompetensi lulusan untuk mahasiswa
mampu menerapkan, dan menyusun fungsi-fungsi
hidrologi dalam rekayasa yang diperlukan dalam
perencanaan dalam rekayasa sumber daya air.
Sehingga mahasiswa dapat menggunakan fungsi-
fungsi hidrologi yang tepat.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 2

I PENDAHULUAN

1.1 Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran


Mahasiswa diharapkan membaca, memahami siklus hidrologi dan kemudian
untuk mempelajari dan memahami cuaca dan meteorologi, diperlukan
pengetahuan tentang pola tingkah laku cuaca
suatu tempat atau wilayah
yang berulang selama suatu jangka waktu
tertentu.

1.2 Sasaran Pembelajaran.


Setelah mengikuti perkuliahan 2 ini, maka mahasiswa mampu menjabarkan
Cuaca dan Klimatologi.

1.3 Prilaku awal mahasiswa.

Mahasiswa akan diberi penjelasan bahwa mahasiswa sebaiknya telah


memiliki kemampuan dalam memahami siklus hidrologi agar dapat
mengikuti pembahasan mata kuliah ini dengan baik.

1.4 Manfaat Mata Kuliah


Manfaat yang diperoleh setelah menempuh mata kuliah ini, para
mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar hidrologi dan klimatologi, dapat
melaksanakan metode pengumpulan data dan dapat menganalisis data
hidrologi untuk keperluan perencanaan dalam rekayasa sumber daya air.

Mahasiswa akan diberi penjelasan apa pentingnya mempelajari mata kuliah


ini.

Karena ini adalah pertemuan 2 sehingga perlu diberi penjelasan manfaat


dari mata kuliah seperti akan sangat bermanfaat dalam
perencanaan,
pelaksanaan dan pendugaan rekayasa bidang kegiatan teknik lingkungan,
sipil, pertanian, dsb.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 3

1.5 Urutan Pembahasan

1. Cuaca

2. Klimatologi

3. Evaporasi,Evapotranspirasi dan Infiltrasi

1.6 Petunjuk Belajar.

Mahasiswa sebagai subjek dalam pembelajaran hendaknya menyimak dan


memperhatikan dan sewaktu-waktu dosen akan melontarkan pertanyaan-
pertanyaan.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 4

II PENYAJIAN

2.1 Pengertian Cuaca dan Klimatologi

Karakteristik-karakteristik hidrologi suatu daerah sebagian besar ditentukan


oleh keadaan geologi dan grafisnya, dan iklim mempunayi peranan peranan
penting dalam penentuan karakteristik tersebut. Faktor iklim yang
membentuk ciri-ciri hodrologi suatu daerah. Antara lain ialah jumlah dan
distribusi presipitasi; proses terjadinya salju dan es; pengaruh angin,
temperatur, dan kelembaban. Seorang ahli hidrologi harus mempunyai
pengetahuan pengetahuan tentang proses-proses meteorologi yang
memnentukan iklim suatu daerah.

Meteorologi adalah studi mengenai kondisi ciuaca dan iklim suatu daerah.
Cuaca adalah kondisi meteorologi pada suatu daerah yang dilihat pada waktu
sesaat. Iklim adalah kondisi meteorologi rerata yang dilihat sepanjang tahun.

Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam


atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000
meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas beberapa gunung
serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila seluruh uap
air berkondensasi (mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan
bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm

Atmofer membungkus bumi dengan lapisan-lapisan yang jelas batas-


batasnya. Lapisan yang pertama dan yang paling bawah adalah troposfer.
Tebal troposfer berkisar dari delapan kilometer di kutub sampai 16 km di
khatulistiwa. Udara troposfer merupakah ketel pemasak cuaca bumi. Di dalam
troposfer udara lembab yang dipanasi oleh tanah di bawahnya
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 5

menggelembung ke atas di khatulistiwa, dan menciptakan aliran besar udara


ke atas di daerah tropik. Jauh di sebelah utara, massa udara dingin dan kering
turun ke bumi. Angin horisontal menderu melintasi padang salju dengan
kecepatan tinggi. Suhu permukaan yang berkisar dari 38 derajat celcius di
atas samudera dan gurun pasir sampai minus 73 derajat celcius di kutub
menciptakan adukan dalam atmosfer dan menentukan cuaca beserta polanya
di seluruh dunia. Di dalam troposfer suhu turun dengan bertambahnya
ketinggian dari muka bumi atau dengan bertambahnya jarak dari sumber
panas atmosfer, yakni bumi yang dipanasi matahari. Rata-rata suhu turun
sebanyak dua derajat setiap kenaikan 305 meter, lihat Gambar 1.

Gambar 1. Lapisan atmosphere


REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 6

Selain matahari, geometri bumi dan atmosfer, masih ada faktor terakhir yang
mempengaruhi cuaca. Faktor ini adalah bentuk-bentuk geofisik permukaan
bumi, seperti misalnya pegunungan, samudera, benua, lembah atau danau.
Bagaimana cuaca di suatu daerah pada hari ini atau pada bulan yang akan
datang itu sangat bergantung kepada bentuk permukaan daerah tersebut.

Daratan, misalnya lebih cepat mengumpulkan panas dan juga lebih cepat
kehilangan panas dibandingkan dengan perairan. Karena air menahan panas
lebih lama daripada tanah, orang yang berdiam dekat pantai atau dekat
danau besar di pedalaman mengalami musim panas yang lebih sejuk dan
musim dingin yang relatif lebih ringan bila dibandingkan dengan mereka yang
bertempat tinggal juh dari danau atau lautan. Akibat lainnya ialah angin laut
sejuk yang bertiup dari perairan pada siang hari, dan angin darat yang bertiup
dari daratan pada malam hari. Hal itu merupakan ciri utama pola cuaca
pesisir, khususnya di daerah tropik.

Ada beberapa instrumen meteorologi untuk pengukuran hujan, temperature,


kecepatan angin, kelembaban dan evaporasi
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 7

Adapun penjelasan lebih umum tentang Klimatologi yaitu :

1. Radiasi Matahari dan Bumi

Radiasi matahari, yakni sumber utama energi bumi menetukan


cuaca dan iklim. Baik bumi maupun matahri, pada dasarnya
beradiasi sebagai blackbidies, yakni benda benda yang
memancarkan panjang gelombang yang hampir sama dengan
jumlah radiasi maksimum teoritis dari temperatur-temperaturnya.
Panjang gelombang radiasi biasanya dinyatakan dalam
mikrometer (μm)(10-6 m) atau dalam angstrom (A)(10-10 m).
Energi maksimum radiasi matahari berupa gelombang pendek
dalam rentang –nilai-tampak (visible range ) adalah dari 0,4
sampai 0,8 μm. Radiasi bumi adalah sekitar 10 μm.

a. Radiasi Matahari pada Permukaan Bumi


Sebagian besar radiasi matahari yang mencapai batas-batas
bagian luar atmosfir terpancar dan terserap di atmosfir atau
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 8

dipantulkan kembali oleh awan dan prmukaan bumi. Awan-awan


banyak memantulkan radiasi matahari ke angkasa. Banyaknya
radiasi yang dipantulkan tergantung pada jumlah awan dan
albedonya. Jumlah albedo (dan penyerapan) awan snagat
bervariasi dengan ketebalan dan kadar lengas cair(liquid water
content), serta bervariasi terbalik dengan ketinggian matahari.
Awan mendung tipis yang tinggi mungkin memantulkan kurang
dari 20 persen radiasi, sedangkan awan stratus atau
stratocumulus dengan lapisan setebal 2000-ft (600 m) dapat
memantulkan radiasi lebih dari 80 persen.Albedo akan lebih kecil
pada permukaan tanah yang lembab jika dibandingkan dengan
permukaan tanah yang kering, dan cenderung berkurang pada
garis lintnag matahari yang tinggi dibandingkan dengan garis
lintang yang rendah. Nilai albedo (dalam persen) berkisar antara:

• 10 sampai 20 untuk hutan-hutan yang hijau


• 15 sampai 30 bagi dataran dataran yang tertutup rumput
• 15 sampai 20 untuk daerah rawa
• 15 sampai 25 untuk ladang ladang pertanian
• 10 sampai 25 untuk tanah tanah kosong berwarna gelap
( kering )
• 5 sampai 20 untuk tanah tanah kosong berwarna gelap
(lembab)
• 20 sampai 45 untuk tanah berpasir ynag kering dan
berwarna terang
• 40 sampai 50 untuk salju kotor dan sudah lama terjadi
• 80 sampai 95 untuk salju putih ynag tidak tercemar
Albedo permukaan-permukaan laut selain tergantung pada
ketinggian matahari juga tergantung pada kekasaran
permukaannya. Nilai albedo ( dalam persen ) pada laut yang
tenang adalah sekitar 2 sampai 3 persen dengan ketinggian
matahari antara 90 dan 50o, bertambah menjadi 12 dengan
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 9

ketinggian matahari pada 20o dan sekitar 40 dengan ketinggian


matahari 5o.

b. Keseimbangan Panas Permukaan Bumi


Karena luas permukaan suatu bola adalah 4 kali lingkaran
terbesarnya, maka radiasi matahari yang tertangkap oleh planet
bumi sebagai suatu bola utuh adalah seperempat konstante
matahari, atau sekitar 0,5 Ly/min. Jumlah ini dipasang secara
berubah-ubah pada 100 unit. Pada gambar berikut ini akan
memberikan gambaran gambaran dari bermacam komponen
kesimbangan panas bumi.

c. Pengukuran Radiasi
Actinometer dan radiometer adalah nama umum bagi instrumen
yang digunakan untuk mengukur intensitas energi radiasi
(intensity of radiant energy), lihat Gambar 2. Sistim metrik atau
unit dari intensitas radiasi adalah Watt per square meter / W/m2

Ada 5 jenis instrumen, yaitu :

➢ Pyrheliometer. Untuk mengukur radiasi matahari langsung


➢ Pyranometer. Untuk mengukur radiasi gelombang pendek
hemisfir (hemispherical shortwave radiation), yakni
intensitas gabungan dari radiasi matahari langsung dan
radiasi angkasa yang tersebar.
➢ Pyrgeometer. Untuk mengukur radiasi gelombang pendek
hemisfir, yang digunakan untuk menghadapi pengukuran
radiasi atmosfir atau secara terbalik mengukur radiasi bumi
dan radiasi atmsferik yang dipantulkan
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 10

Campbell-Stokes Instrument

Pyranometer

Gambar 2. Instrumen yang digunakan untuk


mengukur intensitas energi radiasi

➢ Pyrradiometer, atau total hemispherical radiometer. Untuk


mengukur semua perubahan gelombang radiasi yang
berlangsung terus-menerus, atau digunakan untuk
mengukur radiasi gelombang panjang hemisfir ditambah
radiasi bumi atau secara terbalik mengukur radiasi bumi
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 11

dan radiasi stmosferik yang dipantulkan, ditambah dengan


radiasi matahari yang dipantulkan.
➢ Net Pyrradiometer, atau ‘net radiometer. Untuk mengukur
semua perubahan gelombang radiasi bersih
Alat radiometer (net pyradiometer) tidak umum digunakan dalam
penelitian jaringan (net observation) karena pengukuran-
pengukurannya hanya dapat dipakai untuk jenis permukaan tanah
pada lokasi pemasangan yang tertentu dan luas yang terwakili
adalah terbatas. Penggunaan alat radiometer yang terbanyak
dalam hidrologi adalah pada studi penguapan dan salju mencair
(snow melt). Pada studi penguapan, biasanya semua data
peristiwa radiasi gelombang telah tersedia, karena revlektivitas air
hampir konstan (angka-angka harian rata-rata untuk gelombang
pendek dan gelombang panjang berturut-turut adalah 5 dan 3
persen). Namun reflektivitas salju sangat tergantung pada
pangjangnya gelombang, dan nilai albedonya dapat berkisar
antara 40 sampai 90 persen.

▪ Albedo adalah perbandingan jumlah radiasi matahari yang dipantulkan


oleh suatu permukaan dengan jumlah radiasi yang terjadi, juga
dinyatakan dalam persentase. Sebagai contoh, reflektivitas dari salju
segar mendekati nol bagi panjang gelombang-gelombang infra merah (
radiasi buni ), tetapi nilai albedonya sekitar 85 persen. Albedo merupakan
reflektivitas bagi matahari atau jarak nilai tengah dari radiasi.

Catatan-catatan

▪ Singkatan Ly ialah untuk langley; 1 Ly = 1 cal/cm2


▪ Satua radiasi matahari dalam satuan SI = watt/m2, dan KJ/m2
▪ 1 cal (15o C)/cm2. min = 697,6 W/m2
▪ 1 cal (150 C)/cm2 = 41,86 KJ/m2
▪ Konstante matahari ekivalen dengan 1,97 cal/m2. min 1374 W/m2
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 12

▪ Reflektivitas adalah perbandingan radiasi elektromagnetik yang


dipantulkan oleh suatu benda dengan jumlah radiasi yang terjadi,
biasanya dinyatakan dengan persentase

2. Temperatur

a. Terminologi
Pengetahuan tentang terminologi dan metode-metode
perhitungan diperlukan guna menghindari terjadinya kesalahan
dalam memakai data temperatur yang dipublikasikan. Temperatur
harian rata-rata (mean daily temperature) dapat dihitung melalui
beberapa metode. Metode praktis yang paling teliti dilaksanakan
dengan meratakan temperatur-temperatur jam-an. Hasi-hasil
yang teliti yang dapat diterima dapat di peroleh dengan meratakan
pengamatan-pengamatan 3 atau 6 jam. Temperatur harian normal
(normal daily temperature) adalah nilai rata-rata dari temperatur
harian rata-rata (average daily mean temperature) untuk suatu
tanggal yang diberikan, yang dihitung untuk suaut periode spesifik
30 tahunan. Rentang nilai harian (daily range) dalam temperatur
ialah perbedaan antara temperatur-temperatur tertinggi dan
terendah yang tercatat peda tanggal tertentu. Temperatur
bulanan rata-rata (mean monthly temperature) adalah temperatur
rata-rata dari temperatur- temperatur maksimum dan minimum
bulana rata-rata. Temperatur tahunan rata-rata (mean annual
temperature) ialah temperatur rata-rata dari temperatur bulanan
rata-rata pada tahun yang bersangkutan. Derajat-hari (the
degree-day) adalah perubahan satu derajat untuk satu hari dalam
temperatur harian tata-rata dari suatu temperatur dasar yang
ditentukan.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 13

b. Pengukuran Temperatur
Untuk mengukur temperatur udara secara tepat, temperatur-
temperatur haruslah ditempatkan pada tempat yang peredaran
udaranya relatif tidak terganggu, dan juga harus terlindungi dari
sinar matahari langsung dan hujan. Di Amerika Serikat
temperatur- temperatur ditempatkan pada naungan-naungan alat
yang terbuat dari kayu, berventilasi baik dan berwarna putih, lihat
Gambar 3. Lokasi naungan harus pada daerah yang bersifat
umum sehingga temperatur- temperatur yang diukur merupakan
hasil yang dapat mewakili daerah tersebut. Karena gradien
temperatur vertikal yang ditetapkan berada tepat diatas
permukaan tanah, maka semua naungan alat harus ditempatkan
pada ketinggian diatas tanah yang kira-kira sama, agar temperatur
yang tercatat dapat dibandingkan.Di Amerika Serikat, naungan
alat dipasang kira-kira 41/2 foot (1,4m) di atas tanah.

▪ Ada dua skala temperatur yang umum digunakan. Yaitu :


o skala Celcius; dahulu disebut sebagai centrigrade dengan titik
beku air pada 00 dan titik didih pada 100o
o skala Fahrenheit ; dengan titik bekunya pada 32o dan titik didih
pada 212o

Temperatur-temperatur dari skala yang satu dapat dikonversikan kepada


skala yang lainnya oleh hubungan-hubungan F = 9/5C + 32 dan C = 5/9
( F – 32 ).
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 14

Gambar 3. Instrumen untuk mengukur temperatur


REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 15

3. Hujan

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hujan diantara lain


berupa:

1. Adanya uap air di atmosphere


2. Faktor-faktor meteorologis
3. Lokasi daerah
4. Adanya rintangan misal adanya gunung.

Alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan
alat pengukur hujan otomatik, lihat Gambar 4. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu
:

1. Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak


2. 4 kali tinggi obyek penghalang.
3. Alat harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar antara 90-
120 cm di atas permukaan tanah.
4. Bebas dari angin balik
5. Alat harus dilindungi baik dari gangguan binatang maupun
manusia.
6. Secara teknis alat harus standart.
7. Dekat dengan tenaga pengamat.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 16

Gambar 4. Instrumen pengukur hujan sederhana


REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 17

4. Kelembaban Udara

Kelembaban Udara (humidity) adalah perbandingan tekanan uap air


dengan tekanan uap air jenuh pada volume dan temperatur yang sama.
Tekanan uap jenuh (es) adalah terjadinya keseimbangan di mana udara
sudah jenuh air dan penyerapan air tidak banyak yang dinyatakan dalam
bar atau tinggi kolom air raksa. Kelembaban udara dinyatakan dalam
(%). Pengukuran kelembaban dengan memakai alat psychrometer, lihat
Gambar 5.

Gambar 5. Instrumen pengukur kelembaban udara

5. Angin

Kecepatan angin diukur dengan anemometer dengan ketinggian 2 meter


dari permukaan tanah, lihat Gambar 6. Pembacaan dilakukan berdasar
selisih pembacaan hari terakhir dengan hari sebelumnya.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 18

Gambar 6. Instrumen pengukur


kecepatan angin

6. Tekanan Udara
Tekanan udara berpengaruh terhadap angin dan penguapan air
permukaan. Pengukuran dilakukan dengan barometer. Satuan
dinyatakan dalam bar atau tinggi kolom air raksa.

7. Penguapan
Pengukuran penguapan dilakukan dengan pan evaporasi dan lysimeter,
lihat Gambar 7.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 19

Gambar 7. Instrumen pengukur penguapan


REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 20

2.2 Pengertian Evaporasi, Transpirasi dan Infiltrasi

1. Evaporasi

Evaporasi (evaporation) merupakan faktor meteorologi dalam


proses siklus hidrologi yang mempengaruhi kehilangan air di waduk,
sungai, jalan raya, tanaman/pepohonan dan permukaan tanah. Laju
evaporasi atau peguapan akan berubah-ubah sesuai dengan warna dan
sifat permukaan benda yang menguap, baik yang langsung terkena
radiasi matahari mapun yang terlindung dari radiasi matahari.

2. Laju Penguapan
Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi laju penguapan
adalah:
1. Radiasi Matahari (Suns Ray).
Penguapan merupakan perubahan wujud air menjadi uap.
Proses perubahan ini terjadi setiap saat atau sepanjang hari baik waktu
siang maupun malam. Perubahan ini akibat masukan energi yang
berupa panas dari penyinaran langsung dari matahari. Jika radiasi
matahari terhalang oleh awan, maka akan mengurangi masukan energi,
akibatnya memperlambat laju evaporasi/penguapan.
2. Kecepatan Angin (Wind Speed).
Pada saat air menguap ke atmosfir menjadi uap air, maka lapisan
batas antara permukaan bumi dan udara menjadi jenuh, sehingga
proses evaporasi berhenti. Proses evaporasi bisa berjalan terus-
menerus, bila lapisan jenuh tersebut menjadi kering akibat adanya
kecepatan angin. Karena itu kecepatan angin memegang peranan
penting dalam memperbesar laju evaporasi.
3. Kelembaban (Humidity).
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di
atmosfir.rKalau kelembaban relatif udara naik, maka laju evaporasi
akan menjadi kecil, sebab selama proses evaporasi, uap air bergerak
dari suatu lapis batas udara jenuh yang tinggi ke lapis batas udara
jenuh yang rendah.Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan
kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 21

psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat


dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur-angsur turun
kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
4. Suhu (Temperature).
Temperatur merupakan faktor utama mempengaruhi laju
evaporasi. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, maka proses
penguapan akan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan suhu
udara dan tanah itu lebih rendah, karena tersedianya energy panas.
Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan meningkat
dengan naiknya suhu, maka suhu udara mempunyai pengaruh ganda
terhadap banyaknya penguapan, sedangkan suhu tanah dan air hanya
memiliki efek tunggal.
5. Tekanan Udara (Atmospheric Pressure)
Proses perubahan air dari cair ke uap adalah sangat tergantung
tekanan disekitarnya dan suhunya. Pada tekanan udara normal maka
suhu titik didih air adalah 100oC, tetapi kalau tekanan berkurang,
mendidih boleh tercapai pada suatu suhu terendah. Itu diketahui
bahwa air menguap sangat cepat mendekat titik didih. Sebab itu, suatu
penurunan tekanan dapat menaikkan besarnya penguapan. Tetapi
pada permukaan tanah, tekanan berkurang dengan ketinggian, kecuali
tekanan udara adalah rendah pada lebih tinggi.

3. Perkiraan besarnya penguapan

Perkiraan besarnya penguapan air adalah elemen sangat penting


dalam menyelesaikan masalah manejemen air, khususnya pada daerah
kering/gersang.Ada beberapa metode untuk perkiraan besarnya
penguapan dari permukaan air:
1. Water Budget Method.
Dalam metode ini, persamaan kontinuitas digunakan dengan
dinyatakan Inflow-Outflow = S atau I – O = S, secara matematika dapat
ditulis:
(𝑷 + 𝑰 + 𝑼𝒊 ) − (𝑬 + 𝑶 + 𝑼𝒐 ) = ∆𝑺……………………(3.1)
Dimana
P = curah hujan (precipitation),
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 22

I = aliran permukaan yang memasuki daerah pengaliran(surface


flow),
Ui =aliran bawah tanah yang masuk ke daerah pengaliran
(underground inflow),
E = evaporasi (evaporation),
O = aliran yang ke luar dari daerah pengaliran (surface
outflow),
Uo = aliran bawah tanah yang ke luar dari daerah pengaliran
(underground outflow),
∆𝑆 = perubahan penampungan (change in stroge).
Atau dapat disederhanakan menjadi;
𝑬 = 𝑷 + 𝑰 + (𝑼𝒊 − 𝑼𝒐 ) − 𝑶 − ∆𝑺 …………………(3.2)

Pengunaan rumus ini dapat memberikan hasil yang baik bila


tingkat kesalahan kecil dalam pengukuran hujan, aliran masuk, aliran
keluar dan perubahan simpanan.
2. Energy Budget-Method
Metode ini sama halnya dengan water budget yaitu merupakan
penyelesaian persamaan dengan memasukkan sumber-sumber dan
pengeluaran-pengeluaran serta simpanan. Metode ini merupakan
penerapan hukum konservasi energy dimana evaporasi ditentukan oleh
adanya energi yang datang, energy yang keluar dan energi yang
tersimpan di dalam badan air melalui jarak waktu.

Hc Hb Ha
rHC
ρEL

Air
(1-r)HC

Hb HS
Hi
Gambar 3.1 Neraca Energi di Badan Air

Perhatikan badan air seperti pada Gambar 3.1. bahwa neraca


energy pada penguapan permukaan dalam periode satu hari dapat
ditentukan sebagai berikut;
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 23

𝐻𝑛 = 𝐻𝑎 + 𝐻𝑒 + 𝐻𝑔 + 𝐻𝑠 + 𝐻𝑖 ……………………………(3.3)
Dimana;
Hn = energy panas yang diterima oleh permukaan air,
= Hc(1-r)-Hb
Hc(1-r) = radiasi matahari masuk ke permukaan koefisen refleksi
(albedo), r,
Hb = radiasi balik (long wave) dari badan air,
Ha = pemindahan panas dari permukaan air ke udara,
He = energi panas dipakai dalam penguapan = 𝜌L.EL, dimana
𝜌 = density air,
L = panas tersimpan untuk penguapan dan EL=evaporasi
(mm)
Hg = perubahan panas masuk ke tanah
HS = simpanan panas di dalam air
Hi = panas bersih yang dilakukan pada sistem pengaliran air.
Satuan energi adalah kalori/mm2/hari. Kalau periode waktu
singkat, maka Hs dan Hi dapat diabaikan. Sedangkan Ha dapat diukur
langsung atau dihitung dengan menggunakan rasio Bowen, 𝛽 sebagai
berikut;

𝐻𝑎 𝑇𝑤 − 𝑇𝑎
𝛽= = 6.1 × 10−4 × 𝑝𝑎 . …………………....(3.4)
𝜌𝐿𝐸𝐿 𝑒𝑤 − 𝑒𝑎

Dimana; pa=tekanan udara dalam mmHg,


ew= tekanan uap jenuh dalam mmHg,
ea = tekanan uap aktual dari udara dalam mmHg,
Tw = suhu air permukaan dalam 0C,
Ta = suhu udara dalam 0C.
Persamaan Neraca Energi

𝐻𝑛 − 𝐻𝑔 − 𝐻𝑠 − 𝐻𝑖
𝐸𝐿 = ………………………(3.5)
𝜌𝐿(1 + 𝛽)
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 24

Perkiraan laju penguapan di danau oleh metode neraca energi


telah didapatkan dan memberiklan hasil yang memuaskan dengan
tingkat kesalahan sekitar 5%.
3. Rumus Empiris
J. Dalton (1882) memberikan hubungan penguapan dari
permukaan air bebas dengan melalui persamaan sebagai brikut :
𝐸 = 𝐶(𝑒𝑔 − 𝑒𝑑 )𝐹(𝑢) ………………………………(3.6)
Dimana; E = besarnya evaporasi dalam mm/hari,
eg =tekanan uap jenuh pada suhu penguapan dalam
mmHg,
ed = tekanan uap jenuh pada suhu titik embun udara
dalam mmHg,
F(u) = fungsi kecepatan angin.
C =koefisien, yang nilainya tergantung dari faktor
kecepatanangin, kelembaban dsb.
Kemudian Mayer (1915) mengembangkan rumus ini dimana
kecepatan angin diukur pada ketinggian 9 m diatas permukaan tanah,
sehingga diperoleh persamaan
𝑈
𝐸 = 𝐾𝑀 (𝑒𝑔 − 𝑒𝑑 ) (1 + 169 )…………………………………(3.7)

Dimana:
U9 = kecepatan angin rata-rata bulanan pada ketinggian
9 m di atas permukaan tanah dalam km/jam,
KM =koefisien yang nilainya bervariasi 0.36 untuk air
yang dalamdan 0.50 untuk air yang dangkal dan
sedikit.

Untuk mengukur besarnya evaporasi dari permukaan, maka US


Weather Bureau melakukan percobaan di lapangan dengan
menggunakan panci percobaan. Hasilnya dapat mewakili karakteristik
penguapan pada daerah tersebut.Metode ini termasuk penentuan
besarnya evaporasi setiap 24 jam dengan menggunakan panci standar
yang disebut US Weather Bureau Class A (Pan Evaporation) dengan
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 25

ukuran dapat dilihat pada Gambar. Panci evaporasi ini ditempatkan


pada daerah terbuka yang bisa dipasang di atas tanah, di dalam tanah,
di atas air (mengambang di air). Ketika dibandingkan dengan evaporasi
dari badan air besar, itu didapatkan bahwa panci percobaan ini
memberikan nilai evaporasi lebih besar dari nilai evaporasi aktualnya.
Koefisien panci biasanya diambil 0.7, tetapi nilai ini tergantung juga
dari suhu, kecepatan angin dsb.

Gambar 3.2 Type Panci Evaporasi (Pan Evaporation)

Jadi berdasarkan alat ini, gambaran nyata besarnya penguapan


di danau pada daerah yang diukur dengan iklim yang sama dapat
ditentukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penguapan
permukaan air bebas dapat diperkirakan dari besarnya evaporasi di
panci, sehingga persamaan dapat ditulis sebagai berikut.
𝐸𝐿 = 𝐶𝑝 × 𝐸𝑝 ………………………(3.8)
Dimana; EL = besarnya penguapan pada danau,
Cp = koefisien panci,
Ep = besarnya penguapan di panci (diukur langsung).
Nilai keofisen panci (Cp) dapat ditentukan berdasarkan type panci
sebagai berikut

No. Type panci Nilai rata-rata


1 Class A Land Pan 0.70
2 ISI Pan (modified Class A) 0.80
3 Colorado Sunken Pan 0.78
4 USGS Floating Pan 0.80
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 26

Penguapan dari evaporasi pan adalah lebih besar dari penguapan


aktualnya, hal ini disebabkan berbagai faktor yaitu; (i) luas

turbulensi udara di permukaan air, (ii) pengaruh suhu, kecepatan


angin, dan kelembaban kecil di permukaan air sempit, (iii) ada
pertukaran panas antara pan dengan tanah, air dan udara di
sekitarnya, (iv) pan dan danau menyimpan panas berbeda-beda.

Transpirasi adalah suatu proses dimana air meninggalkan badan


pohon/tumbuh-tumbuhan dan sampai ke udara sebagai uap air yang
merupakan suatu fase penting dari siklus hidrologi. Juga dapat
diartikan bahwa transpirasi adalah suatu evaporasi melalui tumbuh-
tumbuhan. Dalam mempelajari neraca air dari suatu daerah aliran,
maka penguapan dan transpirasi harus dianalisa masing-masing.
Transpirasi pada dasarnya dibatasi pada siang hari dan besarnya
transpirasi tergantung pada periode pertumbuhan tanaman, sedangkan
evaporasi berlangsung terus menerus pada siang dan malam meskipun
besarnya berbed-beda.
Ada beberapa faktor mempengaruhi terjadinya transpirasi adalah
(i) tipe tanaman dan karakteristiknya, (ii) suhu udara, (iii) kecepatan
angin, dan (iv) kelembaban. Besarnya transpirasi dapat diukur dengan
menggunakan alat phytometer yaitu suatu bejana besar yang diisi
dengan tanah di mana di dalamnya tumbuh suatu atau lebih tanaman.
Juga alat Atmometer digunakan secara luas dalam pengukuran
transpirasi. Alat ini membasahi permukaan terbuka pada benda berpori
secara otomatis, kemudian diukur besarnya kehilangan air dalam cm3
perhari.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 27

Gambar 3.3 Type Atmometer

4.Evapotranspirasi
Ketika para ahli hidrologi menghitung besarnya run-off dari suatu
daerah adalah menentukan jumlah total kehilangan air akibat
evaporasi, dan tidak dihitung tersendiri seperti evaporasi atau
transpirasi. Juga untuk menentukan air irigasi kedua komponen ini
dihitung bersama-sama, karena sangat susah menentukan sendiri-
sendiri. Oleh karena itu, kedua komponen evaporasi dan transpirasi
digabung menjadi evapotranspirasi. Istilah ini juga dikenal sebagai
penggunaan konsumtif (consumptive use) yang pertama diperkenalkan
oleh U.Ruper (1937).
Pengukuran langsung evapotranspirasi dapat dilaksanakan
dengan menggunakan alat Lysimeteryang terdiri dari tangki kedap air
yang berisi blok tanah dan kemudian diatur suatu daerah akan tumbuh
tanaman. Pertumbuhan tanaman di dalam lisimeter adalah sama
dengan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Artinya agar
pertumbuhan akar tidak terhambat oleh ukuran lisimeter yang
terbatas, sifat-sifat penutupannya seperti kerapatan, ketinggian dan
kekuatannya harus sama di atas dan di dekat lisimeter tersebut.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 28

Gambar 3.4 Type Lysimeter

5.Perkiraan Evapotrasnpirasi
Ada beberapa persamaan empiris yang telah digunakan dalam
menghitung besarnya evapotrasnpirasi potensial dengan menggunakan
data-data klimatologi. Jadi rumus empiris merupakan hasil uji
lapangan dan didukung juga oleh konsep teori yang mendalam. Ada dua
rumus yang umumnya digunakan dalam perencanaan irigasi sebagai
berikut
1. PENMAN
Persamaan Penman berdasarkan teori tentang kombinasi neraca
energi dan pendekatan perpindahan massa untuk menghitung volume
air yang diubah diantara penguapan permukaan dan udara. Persamaan
ini menghitung besarnya evapotranspirasi potensial yang disingkat PET
sebagai berikut;
𝐴𝐻𝑛 + 𝐸𝑎 𝛾 ………… ……………………(3.9)
𝑃𝐸𝑇 =
𝐴+𝛾
Dimana; PET= evaporasi potensial dalam mm/hari,
A = kemiringan lengkung tekanan uap jenuh dengan suhu
pada suhu udara rata-rata dalam mmHg/oC,=tan 𝛼
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 29

𝑒𝑔′
Tekanan Uap

eg 𝛼

t 𝑡′
Suhu

Gambar 3.5Lengkung Tekanan Uap Jenuh

Hn = radiasi bersih dalam mm yang dapat menguap setiap


hari,
Ea =parameter termasuk kecepatan angin dan kekurang
kejenuhan,

𝛾 = tetapan psychrometric= 0.49 mmHg/oC.

Radiasi bersih Hn adalah sama penggunaanya di dalam energy


budget pada Persamaan 3.3 dan dapat dihitung pada persamaan di
bawah ini;
𝑛
𝐻𝑛 = 𝐻𝑎 (1 − 𝑟) (𝑎 + 𝑏 ) − 𝜎𝑇4𝑎 (0.56 …….(3.10)
𝑁
𝑛
− 0.092√𝑒𝑎 ) × (0.10 + 0.90 )
Dimana; 𝑁
Ha = radiasi matahari di luar atmosfir pada
permukaanhorizontal dalam mm penguapan perhari,
r = keofisien refleksi (albedo), umumnya nilainya
dapatditentukan sebagai berikut.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 30

Type permukaan Nilai r

Tanah tertutup tanaman 0.15~0.25


Tanah gundul 0.05~0.45
Permukaan air 0.05
Salju 0.45~0.90

a = konstan tergantung garis lintang ∅dan dapat diketahui ,a


= 0.29 cos ∅,
b = konstan dengan nilai rata-rata=0.52,
n = durasi aktual sinar matahri dalam jam,
N = jam kemungkinan sinar matahari ( fungsi garis lintang),
𝜎 = Stefan-Boltzman = 2.01 x 10-9 mm/hari,
Ta = temperature udara rata-rata dalam derajat Kelvin
Ea = tekanan udara rata-rata actual dalam mmHg.
Parameter Ea dapat ditentukan sebagai berikut;
𝑢2
𝐸𝑎 = 0.35 (1 + 160 ) (𝑒𝑤 − 𝑒𝑎 ) ………………………(3.11)

Dimana:
u2 = kecepatan angin rata-rata di atas tanah 2 m dalam
km/hari,
ew = tekanan udara jenuh pada suhu udara dalam mmHg,
ea = tekanan udara aktual seperti pada penjelasan di depan.
Untuk perhitungan PET, data-data n, ea, u2, suhu udara rata-rata
dan sifat alam permukaan (sep. nilai r) semuanya dibutuhkan dan
dapat diperoleh dari pengukuran aktual atau melalui data meteorologi
yang tersedia pada daerah studi. Persamaan (3.9), (3.10) dan (3.11)
dapat dihitung dengan data-data tersedia pada lampiran Table. Juga
persamaan Penman dapat digunakan menghitung besarnya evaporasi
dari permukaan air dengan menggunakan nilai r=0.05.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 31

2. BLANEY-CRIDDLE
Persamaan ini mengasumsi bahwa PET adalah berhubungan
terhadap jam penyinaran matahari dan suhu, yang mana diambil dari
pengukuran radiasi matahari pada suatu daerah. Jadi evaporasi
potensial pada musim tanam dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut;

𝑃ℎ 𝑇̅𝑓
𝐸𝑇 = 2.54 𝐾𝐹 𝑑𝑎𝑛 𝐹 = ∑ ………………………..(3.12)
100

Dimana
ET = PET pada musim tanam,
K = koefisien empiris tergantung pada tipe tanaman,
F = jumlah faktor pemakaian air konsumtif bulanan untuk
satu periode,
Ph = persenatsi bulanan jam-jam hari terang dalam
tahun,tergantung garis lintang setempat,
𝑇̅𝑓 = suhu udara rata-rata bulanan dalam oF.
Nilai K tergantung pada setiap bulan dan suatu tempat dan
sekitarnya. Nilai rata-rata untuk musim tanam yang dipilih dapat
diketahui melalui Lampiran Tabel. Persamaan ini sebagian besar
dipakai oleh insinyur irigasi untuk menghitung kebutuhan air pada
tanaman yang mana diambil sebagai perbedaan antara PET dan hujan
efektif.
3. TORNTHWAITE
Persamaan ini dikembangkan dari data bagian timur USAdan
hanya menggunakan suhu udara rata-rata bersama dengan jumlah
siang hari. Dalam persamaan ini tidak mempertimbangkan faktor-
faktor kelembaban dan kecepatan angin yang umumnya mempengaruhi
besarnya evapotrasnpirasi. Adapun persamaan ini dapat dipakai karena
mencakup koondisi-kondisi yang luas, seperti persamaan di bawah ini;

10𝑇̅
𝑎 …………………………….(3.13)
𝐸𝑇 = 1.6 𝐿𝑎 ( )
Dimana; 𝐼𝑡
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 32

ET = PET bulnan dalam cm,


La = disesuaikan untuk jumlah jam penyinaran dan hari per
bulan, sehubungan dengan garis lintang pada suatu
tempat,
𝑇̅ = suhu udara rata bulanan dalam oC,
It = nilai total 12 bulan index panas 𝑖 = ∑12
1 𝑖,
𝑇̅
di mana𝑖 = (5)1.514

a = tetapan empiris.
= 6.75 × 10−7 𝐼𝑡3 − 7.71 × 10−5 𝐼𝑡2 + 1.792 × 10−2 𝐼𝑡 + 0.49239

6.Infiltrasi

Air hujan jatuh diatas permukaan bumi dan kemudian bergerak


menembus lapisan permukaan tanah, dan pergerakan itu disebut
infiltrasi. Kata lain, infiltrasi adalah pengaliran air masuk kedalam
tanah melalui permukaan tanah. Jenis tanah dan curah hujan yang
berbeda-beda menyebabkan laju infiltrasi juga berbeda-beda.
Karena infiltrasi, maka air memberikan kontribusi debit air tanah
dan juga meningkatkan kejenuhan tanah. Proses ini dapat dianologikan
dengan model infiltrasi pada Gambar 3.6 dimana terdapat dua kondisi
input hujan yaitu intensita hujan rendah dan tinggi.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 33

Intensitas Hujan Tinggi


Intensitas Hujan Rendah

Limpasan
Permukaan

Infiltrasi

Kapasitas
Tampungan
Tanah Jenuh

Perkolasi
ke Air Tanah

Tidak ada Kontribusi Aliran Air Tanah


Air Tanah
Gambar 3.6 Model Infiltrasi

7.Index infiltrasi

Index infiltrasi adalah nilai rata-rata besarnya infiltrasi pada saat


volume hujan melebihi besarnya limpasan permukaan. Umumnya ada
dua idex yaitu (1) ∅-index adalah curah hujan rata-rata diatas volume
hujan sama dengan volume limpasan,dan (2) W-index adalah besarnya
infiltrasi rata-rata selama waktu intensitas hujan melebihi kapisatas
rembesan.
𝑃−𝑅 …………….(3.14)
𝑊𝑖𝑛𝑑𝑒𝑥 = 𝑐𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝑡𝑟
Dimana; P = curah hujan dalam cm/jam,
R = besarnya infiltrasi dalam cm/jam,
𝑡𝑟 = periode waktu curah hujan dalam jam,
W= besarnya curah hujan rata-rata.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 34

Curah Hujan

Kelebihan Hujan
Intesitas Hujan

Infiltrasi Infiltrasi Rata-Rata


(Index Infiltrasi)

Waktu

Gambar 3.7 Inflitrasi dan hujan


Jumlah curah hujan yang melebihi nilai index disebut kelebihan
hujan (rainfall excess). Kemudian nilai index dapat dihitung dari total
pemisahan dengan besarnya curah hujan yang digunakan dan dapat
diperkirkan dengan melalui grafik hitograf, seperti Gambar 3.7.

8. Kapasitas Infiltrasi

Ketika besarnya presipitasi melebihi kapasitas infiltrasi,


kemudian terjadi limpasan permukaan (surface run-off), dan hanya
kapasitas infiltrasi disamakan dengan besarnya infiltrasi. Besarnya
infiltrasi diperoleh dari menurunnya waktu dan setelah itu kadang-
kadang banyak atau sedikit menjadi tetap dan pada saat itu infiltrasi
sama dengan rembesan tanah.
Besarnya laju infiltrasi tergantung pada beberapa faktor sebagai
berikut:
1. Tipe dan karakteristik tanah,
2. Pada saat permulaan hujan,
3. Daya rembes tanah,
4. Tumbuh-tumbuhan.
5. Pemampatan oleh curah hujan.
Horton (1940) menentukan hubungan untuk infiltrasi pada
setiap saat sebagai berikut,

𝑓𝑝 = 𝑓𝑐 + (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 )𝑒^(−𝑘𝑡𝑟 ) …………………..(3.15)


REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 35

fp = kapasitas infiltrasi yang didefinisikan sebagai nilai


maximum pada keadaan tertentu dapat menyerap hujan
yang jatuh pada daerah permukaan tanah (cm/jam),
fo= nilai minimum laju infiltrasi pada saat mulai hujan (cm/jam),
fc = nilai konstan laju infiltrasi, ini dianalogikan dengan daya
rembesan tanah (cm/jam)
tr = durasi hujan (waktu dari mulai hujan), kompatibel dengan
k (jam),
k = konstan positif, dikenal dengan konstan infiltrasi (per jam).
Persamaan 3.15 dapat digunakan untuk menentukan hubungan
durasi hujan dengan laju infiltrasi sebagai berikut;

𝑙𝑛(𝑓𝑝 − 𝑓𝑐 ) = −𝑘𝑡𝑟 + 𝑙𝑛(𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 )


𝑙𝑛(𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 ) − 𝑙𝑛 (𝑓𝑝 − 𝑓𝑐 )
𝑡𝑟 = …………….(3.16)
𝑘
Sejak fo dan fc, k adalah nilai konstan untuk suatu daerah
diketahui hujan deras disertai dengan angin ribut, maka nila t r dapat
dihitung sebagai berikut;

𝑙𝑛(𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 ) 𝑙𝑛 (𝑓𝑝 − 𝑓𝑐 )
𝑡𝑟 = − ……………………(3.17)
𝑘 𝑘

yang mana dapat dibentuk seperti;


dimana,
𝑌 = 𝑚𝑋 + 𝐶
𝑌 = 𝑡𝑟 ; 𝑋 = 𝑙𝑛 (𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 )
1 𝑙𝑛 (𝑓𝑝 − 𝑓𝑐 )
𝑚= ; 𝐶=−
𝑘 𝑘

kemudian dapat digambar suatu garis lurus pada kertas semi


logaritma.

8.Pengukuran Infiltrasi
Informasi tentang karakteristik infiltrasi dari pada tanah pada suatu
lokasi tertentu dapat diperoleh dengan melaksanakan percobaan pada daerah
sempit. Alat percobaan itu dikenal infiltrometer. Ada dua macam alat infiltras
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 36

yang sering digunakan yaitu; (1) Flooding-type inflitrometer, dan (2) Rainfall
simulator. Kedua alat tersebut dijelaskan sebagai berikut

1. Flooding-Type Infiltrometer
Alat ini berbentuk selinder besi (ring) dengan diameter 30 cm dan
panjang 60 cm serta kedua ujung terbuka. Selinder ini dimasukkan ke
dalam tanah sedalam 50 cm seperti Gambar 3.9.

(a) Tipe infiltrasi (b) Kondisi percobaan


Gambar 3.8 Infiltrasi dengan single ring

Air dimasukkan ke dalam selinder dari atas dan ditandai elavasi


muka air 5 cm dari ujung atas selinder sebagai muka air awal seperti
pada Gambar 3.8 (b). Selanjutnya terjadi proses infiltrasi dan volume
air ditambah terus untuk mempertahankan agar tinggi air di dalam ring
tetap konstan. Akhirnya perbedaan penambahan volume air dalam
interval waktu dapat diketahui dan kemudian hubungan besarnya
infiltrasi dengan waktu dapat digambarkan. Pengamatan ini
dilakasanakan terus menerus selama kira-kira 2-3 jam dan berhenti
setelah besarnya infiltrasi menjadi seragam. Tujuan utama penggunaan
alat tersebut di atas yaitu memperlihatkan arah infiltrasi di luar area
ring seperti pada garis putus-putus, sedangkan pada area ring tidak
mewakili area yang mana arah infiltrasi mengambil tempat seperti garis
tebal.
2. Simulasi Hujan (Rainfall Simulator)
Suatu plot tanah dengan ukuran sesuai kebutuhan ditempatkan
di dalam simulasi hujan seperti pada Gambar 3.9.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 37

(a) Skema model infiltrasi (b) Tipe alat simulator hujan


Gambar 3.9 Infiltrasi dengan alat simulator hujan

Bagian atas alat ini tempatkan nozel untuk menghasilkan


pancaran hujan yang setinggi 2 meter. Dari situ dapat juga menentukan
variasi intensitas hujan dengan kombinasi waktu. Selanjutnya dapat
dihitung volume hujan, infiltrasi dan juga limpasan dengan variasi
waktu. Kalau intensitas hujan lebih tinggi dari pada laju infiltrasi, maka
nilai kapasitas infiltrasi dapat diperoleh. Tipe alat ini memberikan nilai
lebih rendah dari pada tipe ring, disebabkan oleh pengaruh tubrukan
hujan dan kekeruhan air permukaan.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 38

III PENUTUP

3.1 Rangkuman

1. Dari total volume air di bumi (1400000000 km3) hanya 0,75%


adalah air tawar yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan manusia.
2. Air memiliki rumus kimia H2O dan memiliki tiga bentuk: padat, cair
dan gas.
3. Air akan menguap ketika dipanaskan.
4. Siklus air atau siklus hidrologi adalah pola sirkulasi air dalam
ekosistem.
5. Dalam siklus air ada sejumlah tahapan, yaitu: penguapan /
transpirasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi / perkolasi, gerakan
tanah, limpasan air permukaan.

3.2 Soal tes formatif.

Mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan tentang cuaca dan


meteorologi :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi meteorologi


2. Instrumen yang digunakan dalam pengukuran cuaca
3. Perkiraan besarnya penguapan,transpirasi dan infiltrasi

3.3 Umpan balik, atau Tindak Lanjut.

Mahasiswa diharapkan membaca bahan pada bab ini dan bab selanjutnya
yang perlu dilakukan mahasiswa untuk lebih mengembangkan kapasitas
belajarnya.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 39

3.4 Daftar Pustaka

1. D.Prinz, Rural Engineering, IWK, University of Karlsruhe,


Germany.
2. Joseph L. H. Paulhus, Yandi Hermawan. (1996). Hidrologi
Untuk Insinyur. Jakarta : Penerbit Erlangga
3. Kiyotoka Mori, Suyono Sosrodarsono, Kensaku Takeda
(1993). Hidrologi Untuk Pengairan . Jakarta : Penerbit PT
Pradnya Paramita.
4. Linsley,R.K. and JB.Franzini, 1986. Hidrologi untuk Insiyur, Edisi
ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.
5. Riswal Karamma, 2016. Bahan Ajar Hidrologi, FTUH Makassar.
6. Rita Lopa, 2015. Bahan Ajar Hidrologi, FTUH Makassar.

Anda mungkin juga menyukai