2 Rita Lopa Bahan Ajar Rekayasa Hidrologi
2 Rita Lopa Bahan Ajar Rekayasa Hidrologi
BAHAN AJAR
PERTEMUAN KE 2
I PENDAHULUAN
1. Cuaca
2. Klimatologi
II PENYAJIAN
Meteorologi adalah studi mengenai kondisi ciuaca dan iklim suatu daerah.
Cuaca adalah kondisi meteorologi pada suatu daerah yang dilihat pada waktu
sesaat. Iklim adalah kondisi meteorologi rerata yang dilihat sepanjang tahun.
Selain matahari, geometri bumi dan atmosfer, masih ada faktor terakhir yang
mempengaruhi cuaca. Faktor ini adalah bentuk-bentuk geofisik permukaan
bumi, seperti misalnya pegunungan, samudera, benua, lembah atau danau.
Bagaimana cuaca di suatu daerah pada hari ini atau pada bulan yang akan
datang itu sangat bergantung kepada bentuk permukaan daerah tersebut.
Daratan, misalnya lebih cepat mengumpulkan panas dan juga lebih cepat
kehilangan panas dibandingkan dengan perairan. Karena air menahan panas
lebih lama daripada tanah, orang yang berdiam dekat pantai atau dekat
danau besar di pedalaman mengalami musim panas yang lebih sejuk dan
musim dingin yang relatif lebih ringan bila dibandingkan dengan mereka yang
bertempat tinggal juh dari danau atau lautan. Akibat lainnya ialah angin laut
sejuk yang bertiup dari perairan pada siang hari, dan angin darat yang bertiup
dari daratan pada malam hari. Hal itu merupakan ciri utama pola cuaca
pesisir, khususnya di daerah tropik.
c. Pengukuran Radiasi
Actinometer dan radiometer adalah nama umum bagi instrumen
yang digunakan untuk mengukur intensitas energi radiasi
(intensity of radiant energy), lihat Gambar 2. Sistim metrik atau
unit dari intensitas radiasi adalah Watt per square meter / W/m2
Campbell-Stokes Instrument
Pyranometer
Catatan-catatan
2. Temperatur
a. Terminologi
Pengetahuan tentang terminologi dan metode-metode
perhitungan diperlukan guna menghindari terjadinya kesalahan
dalam memakai data temperatur yang dipublikasikan. Temperatur
harian rata-rata (mean daily temperature) dapat dihitung melalui
beberapa metode. Metode praktis yang paling teliti dilaksanakan
dengan meratakan temperatur-temperatur jam-an. Hasi-hasil
yang teliti yang dapat diterima dapat di peroleh dengan meratakan
pengamatan-pengamatan 3 atau 6 jam. Temperatur harian normal
(normal daily temperature) adalah nilai rata-rata dari temperatur
harian rata-rata (average daily mean temperature) untuk suatu
tanggal yang diberikan, yang dihitung untuk suaut periode spesifik
30 tahunan. Rentang nilai harian (daily range) dalam temperatur
ialah perbedaan antara temperatur-temperatur tertinggi dan
terendah yang tercatat peda tanggal tertentu. Temperatur
bulanan rata-rata (mean monthly temperature) adalah temperatur
rata-rata dari temperatur- temperatur maksimum dan minimum
bulana rata-rata. Temperatur tahunan rata-rata (mean annual
temperature) ialah temperatur rata-rata dari temperatur bulanan
rata-rata pada tahun yang bersangkutan. Derajat-hari (the
degree-day) adalah perubahan satu derajat untuk satu hari dalam
temperatur harian tata-rata dari suatu temperatur dasar yang
ditentukan.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 13
b. Pengukuran Temperatur
Untuk mengukur temperatur udara secara tepat, temperatur-
temperatur haruslah ditempatkan pada tempat yang peredaran
udaranya relatif tidak terganggu, dan juga harus terlindungi dari
sinar matahari langsung dan hujan. Di Amerika Serikat
temperatur- temperatur ditempatkan pada naungan-naungan alat
yang terbuat dari kayu, berventilasi baik dan berwarna putih, lihat
Gambar 3. Lokasi naungan harus pada daerah yang bersifat
umum sehingga temperatur- temperatur yang diukur merupakan
hasil yang dapat mewakili daerah tersebut. Karena gradien
temperatur vertikal yang ditetapkan berada tepat diatas
permukaan tanah, maka semua naungan alat harus ditempatkan
pada ketinggian diatas tanah yang kira-kira sama, agar temperatur
yang tercatat dapat dibandingkan.Di Amerika Serikat, naungan
alat dipasang kira-kira 41/2 foot (1,4m) di atas tanah.
3. Hujan
Alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat pengukur hujan manual dan
alat pengukur hujan otomatik, lihat Gambar 4. Beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu
:
4. Kelembaban Udara
5. Angin
6. Tekanan Udara
Tekanan udara berpengaruh terhadap angin dan penguapan air
permukaan. Pengukuran dilakukan dengan barometer. Satuan
dinyatakan dalam bar atau tinggi kolom air raksa.
7. Penguapan
Pengukuran penguapan dilakukan dengan pan evaporasi dan lysimeter,
lihat Gambar 7.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 19
1. Evaporasi
2. Laju Penguapan
Faktor-faktor meteorologi yang mempengaruhi laju penguapan
adalah:
1. Radiasi Matahari (Suns Ray).
Penguapan merupakan perubahan wujud air menjadi uap.
Proses perubahan ini terjadi setiap saat atau sepanjang hari baik waktu
siang maupun malam. Perubahan ini akibat masukan energi yang
berupa panas dari penyinaran langsung dari matahari. Jika radiasi
matahari terhalang oleh awan, maka akan mengurangi masukan energi,
akibatnya memperlambat laju evaporasi/penguapan.
2. Kecepatan Angin (Wind Speed).
Pada saat air menguap ke atmosfir menjadi uap air, maka lapisan
batas antara permukaan bumi dan udara menjadi jenuh, sehingga
proses evaporasi berhenti. Proses evaporasi bisa berjalan terus-
menerus, bila lapisan jenuh tersebut menjadi kering akibat adanya
kecepatan angin. Karena itu kecepatan angin memegang peranan
penting dalam memperbesar laju evaporasi.
3. Kelembaban (Humidity).
Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di
atmosfir.rKalau kelembaban relatif udara naik, maka laju evaporasi
akan menjadi kecil, sebab selama proses evaporasi, uap air bergerak
dari suatu lapis batas udara jenuh yang tinggi ke lapis batas udara
jenuh yang rendah.Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan
kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang diukur dengan
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 21
Hc Hb Ha
rHC
ρEL
Air
(1-r)HC
Hb HS
Hi
Gambar 3.1 Neraca Energi di Badan Air
𝐻𝑛 = 𝐻𝑎 + 𝐻𝑒 + 𝐻𝑔 + 𝐻𝑠 + 𝐻𝑖 ……………………………(3.3)
Dimana;
Hn = energy panas yang diterima oleh permukaan air,
= Hc(1-r)-Hb
Hc(1-r) = radiasi matahari masuk ke permukaan koefisen refleksi
(albedo), r,
Hb = radiasi balik (long wave) dari badan air,
Ha = pemindahan panas dari permukaan air ke udara,
He = energi panas dipakai dalam penguapan = 𝜌L.EL, dimana
𝜌 = density air,
L = panas tersimpan untuk penguapan dan EL=evaporasi
(mm)
Hg = perubahan panas masuk ke tanah
HS = simpanan panas di dalam air
Hi = panas bersih yang dilakukan pada sistem pengaliran air.
Satuan energi adalah kalori/mm2/hari. Kalau periode waktu
singkat, maka Hs dan Hi dapat diabaikan. Sedangkan Ha dapat diukur
langsung atau dihitung dengan menggunakan rasio Bowen, 𝛽 sebagai
berikut;
𝐻𝑎 𝑇𝑤 − 𝑇𝑎
𝛽= = 6.1 × 10−4 × 𝑝𝑎 . …………………....(3.4)
𝜌𝐿𝐸𝐿 𝑒𝑤 − 𝑒𝑎
𝐻𝑛 − 𝐻𝑔 − 𝐻𝑠 − 𝐻𝑖
𝐸𝐿 = ………………………(3.5)
𝜌𝐿(1 + 𝛽)
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 24
Dimana:
U9 = kecepatan angin rata-rata bulanan pada ketinggian
9 m di atas permukaan tanah dalam km/jam,
KM =koefisien yang nilainya bervariasi 0.36 untuk air
yang dalamdan 0.50 untuk air yang dangkal dan
sedikit.
4.Evapotranspirasi
Ketika para ahli hidrologi menghitung besarnya run-off dari suatu
daerah adalah menentukan jumlah total kehilangan air akibat
evaporasi, dan tidak dihitung tersendiri seperti evaporasi atau
transpirasi. Juga untuk menentukan air irigasi kedua komponen ini
dihitung bersama-sama, karena sangat susah menentukan sendiri-
sendiri. Oleh karena itu, kedua komponen evaporasi dan transpirasi
digabung menjadi evapotranspirasi. Istilah ini juga dikenal sebagai
penggunaan konsumtif (consumptive use) yang pertama diperkenalkan
oleh U.Ruper (1937).
Pengukuran langsung evapotranspirasi dapat dilaksanakan
dengan menggunakan alat Lysimeteryang terdiri dari tangki kedap air
yang berisi blok tanah dan kemudian diatur suatu daerah akan tumbuh
tanaman. Pertumbuhan tanaman di dalam lisimeter adalah sama
dengan pertumbuhan tanaman di sekitarnya. Artinya agar
pertumbuhan akar tidak terhambat oleh ukuran lisimeter yang
terbatas, sifat-sifat penutupannya seperti kerapatan, ketinggian dan
kekuatannya harus sama di atas dan di dekat lisimeter tersebut.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 28
5.Perkiraan Evapotrasnpirasi
Ada beberapa persamaan empiris yang telah digunakan dalam
menghitung besarnya evapotrasnpirasi potensial dengan menggunakan
data-data klimatologi. Jadi rumus empiris merupakan hasil uji
lapangan dan didukung juga oleh konsep teori yang mendalam. Ada dua
rumus yang umumnya digunakan dalam perencanaan irigasi sebagai
berikut
1. PENMAN
Persamaan Penman berdasarkan teori tentang kombinasi neraca
energi dan pendekatan perpindahan massa untuk menghitung volume
air yang diubah diantara penguapan permukaan dan udara. Persamaan
ini menghitung besarnya evapotranspirasi potensial yang disingkat PET
sebagai berikut;
𝐴𝐻𝑛 + 𝐸𝑎 𝛾 ………… ……………………(3.9)
𝑃𝐸𝑇 =
𝐴+𝛾
Dimana; PET= evaporasi potensial dalam mm/hari,
A = kemiringan lengkung tekanan uap jenuh dengan suhu
pada suhu udara rata-rata dalam mmHg/oC,=tan 𝛼
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 29
𝑒𝑔′
Tekanan Uap
eg 𝛼
t 𝑡′
Suhu
Dimana:
u2 = kecepatan angin rata-rata di atas tanah 2 m dalam
km/hari,
ew = tekanan udara jenuh pada suhu udara dalam mmHg,
ea = tekanan udara aktual seperti pada penjelasan di depan.
Untuk perhitungan PET, data-data n, ea, u2, suhu udara rata-rata
dan sifat alam permukaan (sep. nilai r) semuanya dibutuhkan dan
dapat diperoleh dari pengukuran aktual atau melalui data meteorologi
yang tersedia pada daerah studi. Persamaan (3.9), (3.10) dan (3.11)
dapat dihitung dengan data-data tersedia pada lampiran Table. Juga
persamaan Penman dapat digunakan menghitung besarnya evaporasi
dari permukaan air dengan menggunakan nilai r=0.05.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 31
2. BLANEY-CRIDDLE
Persamaan ini mengasumsi bahwa PET adalah berhubungan
terhadap jam penyinaran matahari dan suhu, yang mana diambil dari
pengukuran radiasi matahari pada suatu daerah. Jadi evaporasi
potensial pada musim tanam dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut;
𝑃ℎ 𝑇̅𝑓
𝐸𝑇 = 2.54 𝐾𝐹 𝑑𝑎𝑛 𝐹 = ∑ ………………………..(3.12)
100
Dimana
ET = PET pada musim tanam,
K = koefisien empiris tergantung pada tipe tanaman,
F = jumlah faktor pemakaian air konsumtif bulanan untuk
satu periode,
Ph = persenatsi bulanan jam-jam hari terang dalam
tahun,tergantung garis lintang setempat,
𝑇̅𝑓 = suhu udara rata-rata bulanan dalam oF.
Nilai K tergantung pada setiap bulan dan suatu tempat dan
sekitarnya. Nilai rata-rata untuk musim tanam yang dipilih dapat
diketahui melalui Lampiran Tabel. Persamaan ini sebagian besar
dipakai oleh insinyur irigasi untuk menghitung kebutuhan air pada
tanaman yang mana diambil sebagai perbedaan antara PET dan hujan
efektif.
3. TORNTHWAITE
Persamaan ini dikembangkan dari data bagian timur USAdan
hanya menggunakan suhu udara rata-rata bersama dengan jumlah
siang hari. Dalam persamaan ini tidak mempertimbangkan faktor-
faktor kelembaban dan kecepatan angin yang umumnya mempengaruhi
besarnya evapotrasnpirasi. Adapun persamaan ini dapat dipakai karena
mencakup koondisi-kondisi yang luas, seperti persamaan di bawah ini;
10𝑇̅
𝑎 …………………………….(3.13)
𝐸𝑇 = 1.6 𝐿𝑎 ( )
Dimana; 𝐼𝑡
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 32
a = tetapan empiris.
= 6.75 × 10−7 𝐼𝑡3 − 7.71 × 10−5 𝐼𝑡2 + 1.792 × 10−2 𝐼𝑡 + 0.49239
6.Infiltrasi
Limpasan
Permukaan
Infiltrasi
Kapasitas
Tampungan
Tanah Jenuh
Perkolasi
ke Air Tanah
7.Index infiltrasi
Curah Hujan
Kelebihan Hujan
Intesitas Hujan
Waktu
8. Kapasitas Infiltrasi
𝑙𝑛(𝑓𝑜 − 𝑓𝑐 ) 𝑙𝑛 (𝑓𝑝 − 𝑓𝑐 )
𝑡𝑟 = − ……………………(3.17)
𝑘 𝑘
8.Pengukuran Infiltrasi
Informasi tentang karakteristik infiltrasi dari pada tanah pada suatu
lokasi tertentu dapat diperoleh dengan melaksanakan percobaan pada daerah
sempit. Alat percobaan itu dikenal infiltrometer. Ada dua macam alat infiltras
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 36
yang sering digunakan yaitu; (1) Flooding-type inflitrometer, dan (2) Rainfall
simulator. Kedua alat tersebut dijelaskan sebagai berikut
1. Flooding-Type Infiltrometer
Alat ini berbentuk selinder besi (ring) dengan diameter 30 cm dan
panjang 60 cm serta kedua ujung terbuka. Selinder ini dimasukkan ke
dalam tanah sedalam 50 cm seperti Gambar 3.9.
III PENUTUP
3.1 Rangkuman
Mahasiswa diharapkan membaca bahan pada bab ini dan bab selanjutnya
yang perlu dilakukan mahasiswa untuk lebih mengembangkan kapasitas
belajarnya.
REKAYASA HIDROLOGI (2) – RITA T LOPA 39