Anda di halaman 1dari 20

MATEMATIKA TERAPAN

Makalah

Diajukan untuk memenuhi tugas individu mata kuliah matematika terapan

Disusun oleh :

Nuratiyah Rina Gustina Hasanah

Nim:19075181

ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
2

DAFTAR IS

I
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHUILUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Konsep bilangan pecahan................................................................................................6
1. Konsep Sebagian dari Keseluruhan.............................................................................6
2. Konsep Pembagian......................................................................................................6
3. Konsep Perbandingan..................................................................................................6
B. Mengubah bentuk pecahan..............................................................................................7
C. Penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa................................................................8
1. Penjumlahan pecahan biasa.........................................................................................8
2. Pengurangan pecahan biasa.........................................................................................9
D. Perkalian dan pembagian pecahan biasa.......................................................................10
1. Perkalian pecahan biasa.............................................................................................10
2. Pembagian pecahan biasa..........................................................................................11
E. Penjumlahan dan pengurangan pecahan decimal..........................................................12
1. Penjumlahan pecahan decimal..................................................................................12
2. Pengurangan pecahan decimal..................................................................................12
F. Perkalian dan pembagian pecahan decimal...................................................................13
1. Perkalian pecahan decimal........................................................................................13
2. Pembagian pecahan decimal......................................................................................14
G. Konversi pecahan..........................................................................................................14
1. Konversi bilangan desimal........................................................................................14
2. Konversi bilangan oktal.............................................................................................15
3. Konversi bilangan Biner............................................................................................16
4. Konversi bilangan Hexa............................................................................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
A. Kesimpulan...................................................................................................................18
3

B. Saran..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan kesehatan dan
kesempatan yang diberikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
“Matematika Terapan”.

Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
pengetahuan kita tentang Matematika Terapan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekuragan. Oleh sebab itu saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 15 Agustus 2019

Penulis
4

BAB 1 PENDAHUILUAN
A. Latar Belakang
Pecahan merupakan bagian matematika yang erat kaitannya dengan masalah
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan bilangan asli, cacah, dan
bulat, pecahan juga mulai diajarkan di Sekolah Dasar namun mulai diajarkannya di
kelas III semester 2 sesuai standar isi pada KTSP.
Pecahan termasuk bagian dari matematika yang diajarkan di jenjang sekolah
dasar dan masih banyak yang menjadi permasalahan dalam pembelajarannya. Melalui
tulisan ini dicoba untuk memberikan gambaran konsep tentang pecahan. Terdapat
konsep, konsep yang dimaksud diantaranya mengapa pada penjumlahan dan
pengurangan pecahan yang berbeda penyebut untuk dapat melakukan operasinya
harus disamakan dahulu penyebut-penyebutnya, mengapa pada perkalian dua pecahan
hasilnya sama dengan pecahan yang pembilangnya sama dengan hasil kali pembilang
pada pecahan-pecahan asal dan penyebutnya juga sama dengan pecahan yang
penyebutnya sama dengan hasil kali penyebut pada pecahan-pecahan asal. Masalah
lainnya adalah mengapa hasil bagi dua pecahan hasilnya sama dengan perkalian
antara pecahan pertama dengan pecahan kedua yang penyebutnya dibalik.
Sebagai bahasa tulis konsep-kosep yang dikemukakan diusahakan dimulai dari
tahapan semi kongkrit (econic) dan diakhiri dengan tahapan abstrak. Harapannya
dengan kedua tahapan itu teman-teman guru sudah akan mampu untuk menerimanya
dengan baik demikian pula dalam menyampaikan pembelajarannya kepada para
muridnya.
Pembelajaran konsep-konsep pecahan didesaian sesuai dengan tahapan
pembelajaran Bruner yakni dengan tanpa memandang usia pembelajaran matematika
akan sukses diterima peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive),
kemudian tahapan semi kongkrit (econic), dan terakhir tahapan abstrak (symbolic).
Menurut Bruner jika pembelajaran yang diberikan kepada pelajar dilakukan melalui
ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka akan mampu mengembangkan
pengetahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka terima dari gurunya.
Menurut Bruner (Jerome Bruner, 1915 – ) seorang psikolog berkebangsaan
Amerika dengan tanpa memandang usia/kelompok usia pembelajaran matematika
akan sukses diterima peserta didik jika dimulai dari tahapan kongkrit (enactive),
5

kemudian tahapan semi kongkrit (econic), dan terakhir tahapan abstrak (symbolic).
Menurut Bruner jika pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik dilakukan
melalui ketiga tahapan itu secara urut, maka mereka akan mampu mengembangkan
pengetahuannya jauh melampaui apa yang pernah mereka terima dari gurunya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep bilangan pecahan?
2. Bagaimana cara mengubah bentuk pecahan?
3. Bagaimana cara penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa?
4. Bagaimana cara perkalian dan pembagian pecahan biasa?
5. Bagaimana cara penjumlahan dan penguran pecahan decimal?
6. Bagaimana cara perkalian dan pembagian pecahan decimal?
7. Apa konversi pecahan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa konsep bilangan pecahan
2. Untuk mengetahui cara mengubah bentuk pecahan
3. Untuk mengetahui cara penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
4. Untuk mengetahui cara perkalian dan pembagian pecahan biasa
5. Untuk mengetahui cara penjumlahan dan penguran pecahan decimal
6. Untuk mengetahui cara perkalian dan pembagian pecahan decimal
7. Untuk mengetahui apa konversi pecahan

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui materi Matematika Terapan tentang dasar operasi hitung
bilangan pecahan.
2. Untuk memperoleh tambahan wawasan tentang materi, media, dan strategi
pembelajaran operasi perkalian dan pembagian pecahan yang semoga bermanfaat
untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas profesionalnya sebagai
pembimbing peserta didik
6

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep bilangan pecahan
Pecahan, dalam bahasa inggris fraction, berasal dari kata Latin fractio (kata benda
dari frangere). Kata frangere ini berarti memecah. Oleh karena itu, istilah bilangan
pecah juga sering digunakan sebagai sinonom dari pecahan.
a
Istilah pecahan dapat digunakan untuk merujuk suatu bilangan yang ditulis dalam
b

a
dan angka dimana b ≠ 0. Perlu diperhatikan penggunaan simbol tersebut sebagai
b
bilangan atau angka. Misalnya, jika kita menyatakan bahwa bilangan yang terletak di
atas disebut pembilang dan bilangan yang di bawah disebut penyebut, maka pecahan
yang kita maksud di situ adalah suatu simbol atau angka. Akan tetapi jika kita

1 1
mengatakan, “Jumlahkan dan ,” maka yang kita maksud adalah pecahan sebagai
3 2
suatu bilangan.
Pembilang dan penyebut suatu pecahan adalah bilangan bulat. Bilangan yang seperti
ini juga disebut dengan bilangan rasional. Akan tetapi, secara umum, pembilang dan
pecahan suatu pecahan adalah sembarang bilangan real asalkan penyebutnya tidak
sama dengan nol
Pecahan dapat dijelaskan dengan menggunakan tiga konsep, yaitu:
1. Konsep Sebagian dari Keseluruhan.
Dengan konsep ini, pecahan digunakan untuk menyatakan sebagian dari

a
keseluruhan. Pada pecahan , bilangan yang di bawah, b, menunjukkan
b
banyaknya bagian yang sama dalam keseluruhan, sedangkan bilangan yang di
atas, a, menunjukkan banyaknya bagian yang diperhatikan.
2. Konsep Pembagian.
Konsep ini menyatakan pecahan sebagai hasil bagi suatu bilangan dengan
bilangan yang lain.
Konsep pecahan sebagai pembagian
7

Untuk sembarang bilangan a danb, dengan b ≠ 0


a
=a :b
b
3. Konsep Perbandingan.
Pecahan juga dapat digunakan sebagai perbandingan. Misalkan banyaknya siswa
laki-laki adalah sepertiga dari banyaknya siswa perempuan.

B. Mengubah bentuk pecahan


1. Merubah pecahan biasa menjadi pecahan campuran
(dapat dilakukan apabila pembilang lebih besar dari penyebut)
5 2 2
contoh: = 1 5 dibagi 3 didapatkan 1 dengan sisa kelebihan
3 3 3
2. Merubah pecahan campuran menjadi pecahan biasa
2 22
contoh: 4 = caranya : hasil perkalian 4x5 ditambahkan 2 hasilnya 22
5 5
2
4 (pembilangnya 5)
5
Dikalikan
3. Merubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal
2 2X2 4
contoh: = = =0,4 (desimal penyebutnya adalah per 10,100,1000,…)
5 5 X 2 10
penyebutnya dijadikan 10 maka 5 x n = 10  n = 2
pembilangnya juga dikalikan 2
4. Merubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa
5 5 :5 1
contoh: 0,5= = = dibelakang koma berarti persepuluh
10 10 :5 2
cari FPB dari 5 dan 10 didapatkan 5
5. Merubah pecahan desimal menjadi pecahan campuran
45 45 :5 9
contoh: 2,45=2 =2 =2
100 100 :5 20
cari FPB dari 45 dan 100 didapatkan 5
6. Mengubah bentuk persen menjadi pecahan biasa
20 20 : 20 1
a. 20 % = = =
100 100 :20 5
 20 adalah FPB dari 20 dan 100
8

 kalau pembilang bisa dibagi oleh penyebut atau sebaliknya gunakan angka
tersebut (contoh di atas)
30 30 :10 3
b. 30 ‰ = = =
1000 1000 :10 100
 10 adalah FPB dari 30 dan 100
 2 contoh di atas pembilang tidak bisa dibagi oleh penyebut.
25 25:25 1
c. 25 % = = =
100 100:25 4
7. Mengubah bentuk persen menjadi pecahan desimal
35
35 % = = 0, 35
100
8. Mengubah bentuk pecahan biasa menjadi bentuk persen
3 3 300
a. = x 100 % = % = 75 %
4 4 4
3 3 3 x 100 300
b. = x 100 %= %= %=60 %
5 5 5 5
3 3 3 x 1000 3000
c. = x 1000 %= %= %=600 %
5 5 5 5
10 10 x 4 40
d. = = = 40 %
25 25 x 4 100
255 225:5 45
e. = = = 45 %
500 500:5 100

C. Penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa


1. Penjumlahan pecahan biasa
Penjumlahan dua pecahan dapat diilustrasikan dengan menggabungkan dua nilai.
penjumlahan pada pecahan biasa penyebutnya disamakan dulu baru dijumlah
contoh:
1 2 3
+ =
4 4 4
1 2
+ =
3 4
apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu. KPK dari 3 dan 4
adalah 12 ( cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK) sehingga perhitun
gannya menjadi:
1 2 4 6 10 10:2 5
+ = + = = =
3 4 12 12 12 12:2 6
9

Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya dapat dirumuskan sbb:
a c (bd :bxa) (bd :dxc) dxa+(bxc) axd +(bxc )
+ = + = atau
b d bd bd bd bd
contoh:
2 ( 7 x 2 ) +(3 x 4) 14+12 26
a. += = =
3 3 x7 21 21
b. Antok belajar matematika selama ½ jam, dan dilanjutkan belajar fisika 1⁄3
jam. Berapa jamkah Antok belajar matematika dan fisika?
Untuk memudahkan dalam penjumlahan pecahan, kita samakan penyebut dua
pecahan yang diberikan. KPK dari 2 dan 3 adalah 6, maka
1 1 3 2
+ = +
2 3 6 6
Selanjutnya kita ilustrasikan penjumlahan 3⁄6 dan 2⁄6
Dapat Dituliskan
3 2 5
+ =
6 6 6
Sehingga, untuk menjumlahkan dua pecahan, pertama kita pastikan penyebut
kedua pecahan tersebut sama. Setelah itu kita jumlahkan pecahan tersebut
dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, dan membiarkan penyebut
tetap.
Untuk menyamakan penyebut dua pecahan, kita juga dapat mengalikan
penyebut kedua pecahan tersebut. Hasil kali kedua penyebut tersebut tidak
selalu KPK dari kedua penyebut tersebut. Setelah dua pecahan tersebut
memiliki penyebut yang sama, kita tinggal menjumlahkan kedua pecahan
tersebut.
Konsep Penjumlahan Pecahan
a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d
a c ad bc ad +bc
x = + =
b d bd bd bd
2. Pengurangan pecahan biasa
Pengurangan pecahan dapat dilakukan seperti dalam penjumlahan pecahan.
Pertama, jika perlu, samakan penyebut pecahan-pecahan yang diberikan,
10

kemudian kurangi pembilang-pembilang pecahan dan biarkan penyebutnya tetap.


Perhatikan contoh:
2 1 1
a. – =
4 4 4
2 1
- =
4 5
apabila penyebutnya tidak sama cari KPK dari penyebutnya itu. KPK dari 4
dan 5 adalah 20 ( cara mencari KPK lihat di Bab FPB dan KPK) sehingga
perhitungannya menjadi:
2 1 10 4 6 6: 2 3
- = - = = =
4 5 20 20 20 20: 2 10
Ada cara lain dengan tidak menggunakan KPK yaitu dengan mengalikan
penyebutnya
dapat dirumuskan sbb:
a c (bd :bxa) (bd :dxc) dxa−(bxc ) ( axd )−(bxc)
- = – = atau
b d bd bd bd bd
4 2 ( 4 x 5 )−(7 x 2) 20−14 6
b. - = = =
7 5 7x5 35 35
c. Bintang diberi ¾ kg buah apel oleh tantenya. Karena dia memiliki adik, maka
dia memberikan 1⁄6 kg apel tersebut kepada adiknya. Berapa kg sisa apel yang
dimiliki oleh Bintang?
Untuk menentukan sisa apel yang dimiliki Bintang, kita cari hasil
3 1

4 6
Dapat dilihat bahwa
3 1 9 2 7
− = − =
4 6 12 12 12
Jadi, sisa apel yang dimiliki Bintang adalah 7⁄12 kg.
Konsep pengurangan Pecahan
a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d
a c ad bc ad−bc
− = − =
b d bd bd bd

D. Perkalian dan pembagian pecahan biasa


1. Perkalian pecahan biasa
11

Perkalian pecahan akan lebih mudah jika diilustrasikan dengan menggunakan luas
daerah. Dilakukan dengan mengalikan pembilang dengan pembilang dan penyebut
dengan penyebut.
a c axc
x =
b d bxd
contoh:
2 3 2 x3 6
a. x = =
4 7 4x7 8
Apabila bilangan pecahan dikalikan dengan bilangan bulat, maka pembilangan
pecahan dikalikan dengan bulangan bulat tersebut.
2 4x2 8 3
b. 4 x = = =1
5 5 5 5
c. Kelompok 1 dengan alat peraga pita dan menyelesaikan masalah sebagai
berikut. Ani, Beta, dan Cica akan membuat bunga dengan masing-masing

1
memerlukan meter pita. Berapa meter pita yang diperlukan? Kalimat
5
matematika yang nantinya akan diperoleh dari soal cerita tersebut adalah:
1 1 1 1+1+1 3
+ + = =
5 5 5 5 5
1 1 1 1
+ + dapat ditulis dalam bentuk perkalian 3 x
5 5 5 5
1 1 1 1 3 1 3x 1
Sehingga + + =3 x = untuk menuju3 x =
5 5 5 5 5 5 5
d. Kelompok 2 dengan alat peraga pita. Ati, Bety, dan Cindi akan membuat

2
bunga dan masing-masing memerlukan m pita. Berapa meter pita yang
5
diperlukan? Kalimat matematika yang diharapkan muncul dari soal cerita
tersebut adalah:
2 2 2 2+2+2 6
+ + = =
5 5 5 5 5
2 2 2 2
+ + dapat ditulis dalam bentuk perkalian 3
5 5 5 5
2 2 2 2 6 2 … x…
Sehingga + + =3 x = untuk menuju 3 x =
5 5 5 5 5 5 5
Konsep perkalian Pecahan
12

a c
Untuk sembarang dua pecahan dan ,
b d
a c ad
x =
b d bd

2. Pembagian pecahan biasa


Pembagian pecahan dapat dimaknai serupa dengan pembagian bilangan cacah.
Salah satu makna dalam pembagian bilangan cacah dapat direpresentasikan
dengan pengurangan berulang. Hal ini akan kita gunakan untuk memaknai
pembagian pecahan. Apabila pecahan biasa dibagi dengan pecahan biasa, maka
hasilnya adalah perkalian pecahan biasa yang dibagi dengan kebalikan dari
pecahan pembagi
a c a d
: = x
b d b c
contoh:
4 3 4 4 4 x 4 16
: = x = =
5 4 5 3 5 x 3 15
Apabila pecahan biasa dibagi dengan bilangan asli, maka
a a 1
: c= x c = bilangan asli
b b c
contoh:
4 4 1 4 x1 4
:3= x = =
5 5 3 5 x 3 15
Apabila bilangan asli dibagi dengan pecahan biasa:
a 7 5 x 7 35 2
c : =5 x = = =11
b 3 3 3 3
contoh:
3 7 5 x 7 35 2
5 =5 x = = =11
7 3 3 3 3
Contoh lain
Kemudian bagaimana jika nanti hasil baginya bukan berupa bilangan cacah.
Dengan kata lain, bagaimana jika nanti setelah dikurangi secara berulang akan
menghasilkan sisa?
5 1
÷
6 3
13

5 1
Ketika dikurangi oleh sebanyak 2 kali, maka akhirnya dihasilkan sisa. Jika
6 3
kita bandingkan sisanya dengan pembaginya, maka kita dapat melihat bahwa sisa
tersebut sama dengan setengahnya pembagi. Sehingga,
5 1 1
÷ =2
6 3 2
Konsep pembagian Pecahan
a c c
Untuk sembarang dua pecahan dan , dengan ≠ 0
b d d
a c a d
÷ = x
b d b c

E. Penjumlahan dan pengurangan pecahan decimal


1. Penjumlahan pecahan decimal
Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke bawah
contoh:
0,75 + 0,655 = .... 15,546 + 1,75 + 0,40 =
0,75 15,546
0,655 + 1,75
1,405 0,40 +
17,696
2. Pengurangan pecahan decimal
Dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke bawah
contoh:
1,25 - 0,65 = .... 13,54 - 1,75 =
1,25 13,54
0,65 - 1,75 –
0,60 11,79

F. Perkalian dan pembagian pecahan decimal


1. Perkalian pecahan decimal
Perkalian dilakukan dengan cara bersusun pendek, awalnya tanda koma diabaikan,
tetapi pada hasil perkaliannya diberi tanda koma sesuai dengan jumlah tanda
koma.
contoh:
14

a. 0,2  1 angka dibelakang koma


3 x  tidak ada koma
0,6
3x2 = 6 ditulis dibawah 2
3x0 = 0 ditulis dibawah 0
Jadi 0 satuan dan 6 puluhan
b. 1,25 2 angka dibelakang koma
4 x tidak ada koma
5,00
a. 3,5 x 6,7 =..... jumlah tanda koma 1 + 1 = 2
35
67 x
245
210 +
2345  karena jumlah tanda koma ada 2 maka hasil: 3,5 x 6,7 = 23,45
b. 4,54 x 5,75 =..... jumlah tanda koma 2 + 2 = 4
454
575 x
2270
3178
2270 +
261050karena jumlah tanda koma ada 4 maka hasil: 4,54 x 5,75 = 26,1050 =
26,105
Hasil perkalian desimal dengan angka 10, 100, 1000 dst hasilnya ditentukan
dengan menggeser tanda koma ke kanan sesuai dengan banyaknya angka nol.
c. 2,456 x 10 = 24,56 bergeser 1 kali ke kanan
d. 2,456 x 1000 = 2456  bergeser 3 kali ke kanan
2. Pembagian pecahan decimal
Dilakukan dengan cara bersusun pendek
contoh:
43,5 : 2,9 = .... pembagi dan yang dibagi dikalikan 10 menjadi
435 : 29 = ...
15

15
29 √ 435
435
29 –
145
145 –
0
Jadi 43,5 : 2,9 = 15

G. Konversi pecahan
1. Konversi bilangan desimal
a. Desimal ke biner
- Kalikan suatu bilangan desimal dengan 2
- Bagian pecahan dari hasil perkalian ini dikalikan dengan 2
- Langkah ini diulang hingga didapat hasil akhir 0
- Bagian bulat dari setiap hasil perkalian merupakan bit yang didapat
0,84375(10) = 0,11011(2)
0,84375x2 = 1,6875 => 1(awal)
0.6875x2 = 1,375 => 1
0.375x2 = 0,75 => 0
0,75x2 = 1,5 => 1
0,5x2 = 1,0 => 1(akhir)

5,625(10)=101,101(2)
5/2=2 sisa 1(akhir)
2/2=1 sisa 0
1/2=0 sisa 1(awal)
0,625x2= 1,25 => 1(awal)
0,25x2 = 0,5 =>0
0,5x2 = 1,0 => 1 (akhir)
b. Desimal ke Oktal
0,293(10)=0,226(8)
0,293x8 = 2,344 => 2(awal)
0,344x8 = 2,752 => 2
16

0,752x8 = 6,016 => 6(akhir)


c. Desimal ke Hexa
- Konversi bilangan real desimal keheksadesimal harus dilakukan dalam 2
tahap
- Pertama konversi bagian bulatnya
- Kedua konversi bagian pecahanya
205,05 (10)=DC,0CC(16)
205/16 = 12 sisa 13 =D(akhir)
12/16 = 0 sisa 12 =C (awal)
0,05 x 16 = 0,8 => 0 (awal)
0,8x 16 = 12,8 => 12=C
0,8x 16 = 12,8 =>12=C(akhir)
2. Konversi bilangan oktal
a. Oktal ke biner
654.37(8)=110101100,011111(2)
6=0110
5=0101
4=0100
3=0011
7=0111
b. Oktal ke Desimal
654,37(8)=428,484375(10)
= 6x8 2 +5x8 1+4x8 0+3x8 -1+7x8 -2
= 384+40+4+0,375+0,109375
= 428,484375
c. Oktal ke Hexa
654,37(8)=110101100,011111(2)
= 1AC,7C(16)
Dibagi manjadi 4 dijit
0001/1010/1100,0111/1100
Jika kurang boleh di tambah 0
Maka 0001/1010/1100,0111/1100
= 1/A/C, 7/C
3. Konversi bilangan Biner
17

a. Biner ke okta
- Untuk angka biner dibelakang koma, dipisahkan 3 digit dimulai digit
belakang koma. Bila tinggal 1 digit maka tambahkan 0
- Untuk angka biner depan koma maka dipisahkan 3 digit dimulai dari
sebelah kanan

0,101111(2)=101 111 =0,57(8)

0, 5 7

0,11001(2) =110 010 =0,62(8)

0, 6 2

0,1110111(2)= 111 011100 =0,734(8)

0, 7 3 4

1011,0110011(2)=001 011+ 011001100=13,314(8)

1 3 , 3 1 4

b. Biner ke desimal
0,1011(2)=0,6875(10)
=0x2 0+1x2 -1+0x2 -2+1x2 -3+1x2 -4
= 0+0,5+0+0,125+0,0625
= 0,6875
c. Biner ke heksadesimal

Biner 0010 0111 0001 , 0111


Heksadesimal 2 7 1 , 7
1001110001,0111= 271,7 heks
4. Konversi bilangan Hexa
a. Hexa ke biner
AF3,79(16)=101011110011,01111010(2)
A=1010
F=1111
3=0011
7=0111
18

9=1001
b. Hexa ke Oktal
- 2D, A heksa=..... Oktal
- Konversikan ke binerterlebih dahulu
- Ingat 8421
- Menjadi 0010 1101, 1010
- Kemudian pisahkan 3digit
- Dibelakang koma menjadi 101 0diambil yang 101 = 5
- Depan koma menjadi 00 101 101 = 0 5 5
- Hasil 55,5okt
AF3,7(16)=101011110011,01111010(2)
=5363,362(8)
101/011/110/011,011/110/010
Jika kurang boleh ditambah 0
5/3/6/3, 3/6/2
c. Hexa ke Desimal
AF3,97(8)=2803,5898(10)
maka
= Ax16 2+Fx16 1+3x16 0+9x16 -1+7x16 -2
= 10x16 2+15x16 1+3x16 0+9x16 -1+7x16 -2
= 2560+240+3+0,5625+0,0273
=2803,5898

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
1. Penjumlahan pada pecahan biasa dengan cara penyebutnya disamakan dulu baru
dijumlah
2. Pengurangan pada pecahan biasa dengan cara samakan penyebut pecahan-pecahan
yang diberikan, kemudian kurangi pembilang-pembilang pecahan dan biarkan
penyebutnya tetap.
19

3. Perkalian pada pecahan biasa dengan cara mengalikan pembilang dengan


pembilang dan penyebut dengan penyebut.
4. Pembagian pada pecahan biasa dengan cara perkalian pecahan biasa yang dibagi
dengan kebalikan dari pecahan pembagi
5. Penjumlahan pecahan decimal dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke
bawah
6. Pengurangan pecahan decimal dengan cara bersusun pendek, tanda koma lurus ke
bawah
7. Perkalian pada pecahan decimal dengan cara bersusun pendek, awalnya tanda
koma diabaikan, tetapi pada hasil perkaliannya diberi tanda koma sesuai dengan
jumlah tanda
8. Pembagian pecahan decimal dengan cara bersusun pendek

B. Saran
Dengan pembuatan makalah ini, penulis meminta saran dari pembaca untuk
memperbaiki tata penulisan maupun isi materi.

DAFTAR PUSTAKA

Burton, David M. (1980). Elementary Number Theory. Boston : Allyn and Bacon, Inc.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 (Standar Kompetensi Mata pelajaran Matematika
SD/MI). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kristanto, Yosep Dwi. Modul:Modul Pecahan. Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma

Marsudi R. Ringkasan Pecahan. 2013


20

Sukayati dan Marfuah. 2009. Pembelajaran operasi hitung perkalian dan pembagian
pecahan di SD. Sleman:Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika

WWW.BELAJAR-MATEMATIKA.COM (diakses tanggal 15 september 2019 jam 13.00)


online
http://www.smpn2kra.sch.id/file/3_BAB%20I%20BILANGAN%20BULAT%20dan%20BILANGAN%20
PECAHAN.pdf. (diakses tanggal15 september 2019 jam 13.25) online

Anda mungkin juga menyukai