PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas
atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ
2.1.4 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)
1. Motorik
2. Sosial emosional
3. Pertumbuhan fisik
4
2.1.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak
1. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi,
ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang
anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah
dibuahi dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam
faktor genetic ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak
keturunan bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan
dengan keturunan asia termasuk indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita
akan berbeda dengan laki-laki.
2. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan
hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme.
Hormon tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon
ini akan menyebabkan kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi
untuk merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi
spermatozoa, sedangkan esterogen merangsang perkembangan seks sekunder
wanita dan produksi sel telur. Jika kekurangan hormon gonadotropin ini akan
menyebakan terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu,
saudara, teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan emosi, sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam
berinteraksi dengan orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.
Pada umumnya anak yang perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi
yang tinggi dibandingkan dengan anak yang tahap perkembangannya
terhambat.
2) Lingkungan eksternal
5
yang ekonominya menengah ke atas dapat dengan mudah menyekolahkan
anaknya disekolah-sekolah berkualitas. Sehingga mereka dapat menerima dan
mengadopsi cara-cara baru bagimana cara merawat anak dengan baik. Status
nutrisi pengaruhnya juga sangat besar, orang tua dengan status ekonomi lemah
bahkan tidak mampu memberikan makanan tambahan buat bayinya, sehingga
bayi akan kekurangan asupan nutrisi yang akibat selanjutnya daya tahan tubuh
akan menurun dan akhirnya bayi/anak akan jatuh sakit.
Tahapan perkembangan :
6
2.2 Konsep Bermain
7
pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini
merupakan komponen penting pendekatan psikososial untuk merawat
anak.
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda
yang diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan
tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil,
memegang dan memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak
8
atau berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak
jangkauannya
b. Tahap permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya
pada usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi
mainannya. Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya
mempunyai sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan
semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi mengangap
benda mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada
barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang
mainan ini adalah bahwa permaianan itu sifatnya menyendiri sedangkan
mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak
mengangap bermaian barang sebagai “permaianan bayi”
c. Tahap bermain
d. Tahap melamun
9
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri,
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain
sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak
laki-laki suka bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.
a) Solitary play
b) Pararel play
c) Associative play
d) Cooperative play
10
2. Menurut isi
c) Skill play
d) Dramatic play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat
dan dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan
itu. Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu
tetangganya sakit, dia melihat perawat dan dokter . sesampainya
dirumah dia berusaha untuk memerankan dirinya sebagai seorang
perawat maupun dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan diterima
tentang peran tersebut.
11
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan
bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih
akrab.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE
merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara
optimal dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan
selalu dapat mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan
kognitifnya,dan adaptasi sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara
optimal,maka alat permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia
anak,modelnya jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada
masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli
permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan
aspek tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak
dan tipe permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis
permainan yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan
sepeda roda tiga atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini
mempunyai pendidikan dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian
alat permainan gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam
mengembangkan motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita,
puzzle, boneka , pensil warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan
seperti buku gambar, buku cerita, majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan bahasa, alat permainan seperti
gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki semuanya dapat digunakan dalam
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri dan alat permainan seperti
kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara bersama dapat dilakukan untuk
mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua
atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat
permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu
mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus
dimulai, memberikan kesempatan untuk mandiri.
2.2.8 Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi
12
Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan
aktivitas bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyelesaikan tugas perkembangan secara normal dan membangun koping
terhadap stres, ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari
hospitalisasi (Mott, 1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan
memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan
di suatu rumah sakit, antara lain:
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan dan prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang
positif terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus diberikan
untuk memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua antara lain:
13
a. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit,
mendampingi anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa
treatment pengobatan. Yang tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti
pelukan atau mengelus saat anak mengalami kesakitan.
b. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak.
Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya
cukup berat, akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi
kondisi sakitnya.
3. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan dirumah
sakit adalah proses menuju kesembuhan.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis
lainnya adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh
14
BAB III
KEGIATAN BERMAIN
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien
1. Fase Pra-Interaksi 5 menit a. Mempersiapkan diri
b. Mempersiapkan
media & alat yang akan
digunakan
c. Mempersiapkan
tempat untuk bermain
d. Mempersiapkan klien
15
2. Fase Orientasi 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab
b. Memperkenalkan diri salam
c. Kontrak waktu b. Menyimak
d. Menyampaikan tujuan c. Menyepakati
bermain d. Menyimak
e. Meyampaikan e. Menyimak
permainan yang akan
dilakukan f. Menjawab
pertanyaan
3. Fase Kerja 15 a. Menyampaikan cara a. Menyimak
me permainan yaitu
mewarnai gambar
b. Membimbing klien
dalam mewarnai gambar
4. Fase Terminasi 5 menit a. Menyimpulkan manfaat a. Menyimak
dari aktivitas bermain
anak
b. Memberi evaluasi b. Menjawab
secara lisan
c. Memberi rencana c. Menyimak
tindak lanjut
d. Memberi reward d. Klien merasa
kepeda klien jika dapat senang
membuat sebuah karya
dari kertas origami
8. Evaluasi
16
1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak
mengikuti permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain
Denah Permainan
Keterangan:
Leader fasilitator
Co leader
Anak observer
Denah :
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam
proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang
keberatan terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan
kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya.
Dalam usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.
4.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
3. Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.
5. Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama.
Yogyakara : Graha Ilmu
7. Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta :
Idai
19