Anda di halaman 1dari 2

METODE PERHITUNGAN PPN

Untuk menghitung PPN, menggunakan rumus : Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Untuk Dasar Pengenaan Pajak (DPP) merupakan nilai uang berupa jumlah harga jual,
penggantian, nilai impor, nilai ekspor, atau nilai lain yang dijadikan sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.

JENIS DAN TARIF DASAR PENGENAAN PAJAK


1. HARGA JUAL
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual, karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak termasuk PPN
yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan
dalam faktur pajak.
2. PENGGANTIAN
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak.
Biaya tersebut antara lain biaya pengangkutan, biaya asuransi, biaya bantuan teknik,
biaya pemeliharaan, biaya pengiriman, dan biaya garansi.
3. Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan
perundang-undangan pabean untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.
Nilai Impor = Cost, Insurance, Freight (CIF) + Bea Masuk.
4. Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain
Nilai lain adalah suatu nilai berupa uang yang digunakan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak untuk penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
yang memenuhi kriteria tertentu. Pengenaan dengan menggunakan nilai lain
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 567/KMK.04/2000.

Tarif PPN

1. Tarif umum 10% untuk penyerahan dalam negeri


2. Tarif khusus 0% diterapkan atas ekspor Barang Kena Pajak (BKP) berwujud maupun
tidak berwujud, dan ekspor Jasa Kena Pajak (JKP).
3. Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan paling tinggi
15% sebagaimana diatur oleh Peraturan Pemerintah.
Pajak Konsumsi
Pada dasarnya, pajak konsumsi merupakan bagian dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
yaitu pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dari produsen ke
konsumen.Namun, perlu dipertegas kembali dikenakan pajak untuk konsumsi yang seperti apa.
Jika Anda melakukan pembelian makanan di toko atau restoran, maka akan dikenakan pajak
restoran sebesar 10% secara langsung. Lain ceritanya jika Anda menggunakan jasa boga atau
katering. Ketentuan pajak konsumsi mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang mana telah
menyebut jasa boga atau katering termasuk dalam jenis jasa yang akan dikenakan PPh Pasal 23.
Yang mana pajak tersebut adalah kewajiban pajak untuk dipotong dan disetorkan PPh nya
sebesar 2% dari jumlah pembayaran jasa boga atau katering bagi bendahara. Namun, ketika anda
tidak memiliki NPWP, maka untuk besaran pajak yang harus dipotong mencapai 4% dari jumlah
pembayaran jasa boga atau katering.

Anda mungkin juga menyukai