Anda di halaman 1dari 12

Protokol Penilaian

Lomba Sekolah Sehat (LSS)


Tahun 2016

A. Tujuan
Tujuan utama dalam penilaian Lomba Sekolah Sehat
ini adalah untuk menilai prestasi sekolah dalam
melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah.
Aspek yang menjadi penilaian tidak hanya pada
kinerja saja, tetapi juga mempertimbangkan peran
serta Tim Pembina Usaha Kesehatan
Sekolah/Madrasah (TP UKS/M), upaya sekolah dan
peserta didik dalam mewujudkan budaya perilaku
hidup bersih dan sehat serta program –program
UKS/M.

B. Metode
1. Metode pengumpulan data
Dalam penilaian ini secara garis besar
menggunakan dua instrumen yaitu kuesioner dan
lembar observasi.

539756452.docx - 1
 Kuesioner ditujukan untuk mengungkap
pelaksanaan UKS/M di sekolah. Pertanyaan-
pertanyaan yang di-construct UKS/M pada
SD dan SMP mempunyai kesamaan, dengan
demikian kuesioner untuk siswa SD berlaku
juga untuk siswa SMP dan SMA.
Kuesioner berisi sederetan pertanyaan-
pertanyaan yang diisi oleh responden. Jika
kuesioner tersebut tentang sekolah maka
yang mengisi adalah kepala sekolah, atau
yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Kuesioner
ini tidak mencerminkan pendapat pribadi
yang mengisi, tetapi mengungkap data
tentang kondisi sekolah. Data yang diungkap
pada dasarnya adalah data dasar, misalnya
kondisi frekuensi konsultasi tentang masalah
UKS/M baik dengan dinas kabupaten/kota
maupun provinsi, sampai dengan frekuensi
tentang undangan dari Jakarta untuk
menghadiri lokakarya tentang UKS/M. Oleh
karena itu, tidak menjadi masalah jika yang
mengisi tidak hanya seorang dari pihak
sekolah. Jika seorang responden yang tidak

539756452.docx - 2
mengetahui informasi yang ditanyakan, dia
boleh menanyakan kepada kepala sekolah
atau guru yang mengetahui tentang
pelaksanaan UKS/M di sekolah.

 Lembar obeservasi bertujuan untuk


mengungkap data tentang tingkat
ketersediaan sampai dengan kerapian
prasarana dan sarana pendukung UKS/M di
tingkat sekolah, dan Tim UKS/M baik di
tingkat provinsi sampai dengan kecamatan.
Lembar observasi untuk pengelola UKS/M di
tingkat sekolah dan Tim pada tingkat provinsi
sampai dengan kecamatan mempunyai daftar
pertanyaan yang sama, karena tujuannya
adalah sama. Perbedaannya adalah
pertanyaan-pertanyaan pada lembar
observasi untuk sekolah lebih elaboratif
dibanding dengan yang untuk Tim UKS/M.
Hal ini karena aspek yang dinilai untuk
sekolah lebih banyak dibanding dengan yang
untuk Tim UKS/M.

539756452.docx - 3
Mekanisme ini juga berlaku untuk kuesioner yang
ditujukan kepada Tim UKS/M baik tingkat
provinsi sampai dengan kecamatan. Kuesioner ini
bertujuan untuk mengungkap kegiatan dan
alokasi dana untuk mendukung penyelenggaraan
kegiatan Tim UKS/M dalam rangka memfasilitasi
penyelenggaraan UKS/M di sekolah.

Sebagaimana kuesioner baik untuk sekolah


maupun Tim UKS/M, lembar observasi juga berisi
tentang sederetan pertanyaan-pertanyaan.
Terdapat tiga perbedaan antara kuesioner dan
lembar observasi.
 Pertama deretan pertanyaan pada lembar
observasi memuat dua construct utama yaitu
prasarana dan sarana. Pada penilaian
prasarana merupakan fasilitas yang
memungkinkan UKS/M dapat berlangsung.
Misalnya ruang UKS/M, ruang BK. Sedangkan
sarana merupakan peralatan dan bahan-
bahan yang digunakan untuk mendukung
berfungsinya kegiatan UKS/M.

539756452.docx - 4
 Kedua, skala pada keusioner cenderung
menggunakan skala rasio, sedangkan lembar
observasi skala yang digunakan adalah
ordinal seperti pertanyaan yang menanyakan
kerusakan prasarana skala yang digunakan
sangat baik, cukup baik, kurang baik, dan
tidak baik. Contoh lain, adalah pertanyaan
yang mengungkapkan ketersediaan sarana
UKS/M maka penyekalaan yang digunakan
adalah sangat lengkap, cukup lengkap,
kurang lengkap, dan tidak lengkap.
 Ketiga yang mengisi jawaban dari setiap
pertanyaan adalah Tim Penilai UKS/M dari
Jakarta.
Permasalahan yang dihadapi dengan
penggunaan skala ordinal adalah reliabilitas data
yang dihasilkan. Hal ini karena adanya
subyektivitas dalam mempersepsikan. Misal
penilai A, ketika melihat sarana UKS/M pada satu
sekolah menyatakan tingkat kelengkapannya
adalah sangat lengkap, sedangkan penilai B
dengan melihat pada sarana UKS/M pada
sekolah yang sama ada kemungkinan menyatkan

539756452.docx - 5
kurang lengkap. Contoh lain, penilai A dapat
memberikan pendapat yang berbeda pada
kondisi yang sama, tetapi pada sekolah yang
berbeda.

Terdapat dua strategi yang akan dilakukan untuk


meminimalisir permasalahan reliabilitas.
 Pertama adalah standarisasi skala ordinal
Yaitu penentuan kriteria pada masing-masing
skala oleh Tim Nasional. Diyakinkan bahwa
setiap Tim Penilai mempunyai pemahaman
yang relatif sama tentang satu skala.
Misalnya yang dimaksud dengan sangat
lengkap untuk menilai kelengkapan UKS/M
adalah sama antara satu penilai dengan
penilai yang lainnya. Cara ini berlaku untuk
semua pertanyaan-pertanyaan yang ada
pada Lembar Observasi.

 Kedua dengan menerapkan strategi inter-


rater
Dalam prakteknya, tidak akan kesamaan
persepsi mencapai 100% antara satu

539756452.docx - 6
anggota Tim Penilai yang satu dengan
lainnya. Dengan kata lain selalu ada
probabilitas berbeda dalam melakukan
penilaian. Jika ini terjadi ada dua tahap yang
harus dilakukan. Pertama adalah melakukan
rekonsiliasi untuk menuju skor yang sama.
Jika hal ini belum bisa menghasilkan skala
yang sama, maka skor dari masing-masing
penilai dijumlahkan kemudian dibagi dua.
Tahap yang kedua ini, disebut dengan
penerapan strategi inter-rater.
Untuk menyamakan penentuan jawaban, mohon
membaca dengan cermat penjelasan dari setiap
skala.

2. Pengelolaan pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan dua instrumen yaitu kuesioner
untuk sekolah dan Lembar Observasi yang
digunakan oleh Tim Penilai Nasional untuk
mengumpulkan data. Walaupun keduanya
merupakan dua instrumen yang berbeda namun
data yang dihasilkan dapat mendukung satu

539756452.docx - 7
dengan lainnya dalam penghitungan nilai. Oleh
karena itu ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian yaitu pemahaman terhadap kartu
kendali dan kelengkapan data.

a. Kartu kendali
Bentuk kartu kendali pada setiap instrumen
muncul pada setiap halaman pada kiri atas.
Untuk kuesioner sekolah terdiri dari provinsi
dan kabupaten/kota. Di samping itu ada juga
data dasar yang meliputi jenis satuan
pendidikan. Kombinasi dari prov dan
kab/kota dengan jenis satuan pendidikan
akan menjadi nomor unik pada setiap
sekolah. Nomor unik ini dapat digunakan
sebagai dasar untuk melakukan
penghitungan total nilai tertimbang dari
masing-masing sekolah.

Dengan penerapan methode ini, penilai


dilarang melakukan penghitungan sendiri
saat pengumpulan data. Keuntungan lain,
sekolah tidak mempunyai kesadaran bahwa

539756452.docx - 8
mereka sedang dinilai, dan Tim Penilai dapat
memusatkan dalam melakukan observasi
secara lebih cermat terhadap sekolah yang
menjadi obyek observasi. Berdasarkan data
tersebut, dengan menggunakan program
SPSS dapat dilakukan pengitungan total nilai
tertimbang secara cepat dan akurat. Oleh
karena itu pada saat mau dilakukan
pengumpulan data, Tim Penilai harus
meyakinkan bahwa data dasar pada
kuesioner dan lembar observasi harus sama,
dan tidak boleh ada perbedaan sedikitpun.

b. Keusioner Tim Pembina UKS/M


Kuesioner yang harus diisi oleh petugas Tim
Pembina Provinsi, Kabupaten/kota, serta
kecamatan terdiri dari dua bagian. Bagian
pertama yaitu kuesioner tentang status Tim
Pembina, dan bagian kedua adalah lampiran
kuesioner TP UKS/M. Pertanyaan pada
lampiran ini menanyakan kegiatan yang
dilakukan oleh Tim Pembina UKS/M Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan kecamatan.

539756452.docx - 9
Hal-hal yang harus diperhatikan:
1. Untuk mengisi kuesioner TP UKS/M dan lampiran
kuesioner harus petugas yang sama. Tidak boleh
berbeda.
2. Sebelum lampiran kuesioner tersebut di serahkan
kepada petugas, yakinkan Saudara telah terlebih
dahulu mengisi sekolah yang diikutkan dalam
lomba. Sekolah-sekolah tersebut harus sudah
ada didaftar terlampir.
3. Jika dalam satu kabupaten/kota terdapat lebih
dari satu sekolah yang diikutkan dalam LSS,
maka lampiran yang harus diisi oleh petugas
harus lebih dari satu.
4. Ketiga, perhatikan struktur pertanyaan, misalnya
TP UKS/M tidak melakukan pemantauan, maka
pertanyaan tentang sasaran sekolah tidak perlu
diisi.
5. Keempat, ketika kuesioner dan lampiran
keusioner sudah diisi, yakinkan menjadi satu
dengan kuesioner TP UKS.

539756452.docx - 10
Kode Etik Penilai
Lomba Sekolah Sehat (LSS) Tahun 2016

1. Ada Rekomendasi dari pimpinan Satker.


2. Memiliki Integritas yang baik.
3. Memahami Substansi Penilaian.
4. Menjunjung tinggi objektivitas dalam penilaian
5. Setiap Kementerian harus menugaskan maksimal
3 orang penilai untuk setiap lokasi penilaian
6. Mengikuti Orientasi Penilaian LSS.
7. Tidak merokok di lokasi penilaian.
8. Berpakaian rapi dan sopan (Batik), dan tidak
memakai Jeans dan sepatu kets.
9. Tidak berdiskusi tentang penilaian di depan
panitia daerah.
10. Tidak boleh membawa pasangan dan anak
(Keluarga).
11. Tidak boleh merangkap tugas dan harus
mengikuti penilaian hingga selesai/tuntas.
12. Ketua Tim Penilai minimal pejabat Eselon IV
(yang berpengalaman dan mengerti tentang
substansi penilaian).

539756452.docx - 11
13. Tim penilai harus disiplin waktu.
14. Dilarang menuntut fasilitas dalam bentuk
apapun.

539756452.docx - 12

Anda mungkin juga menyukai