Askep Filariasis
Askep Filariasis
DI
OLEH
MIRANDA KARMILA
1512210007
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ASKEP FILARIASIS”dengan baik.
kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada dosen kami yang telah memberikan
arahan dan bimbingan demi menyelesaikan makalah ini dengan baik.Sebelumnya saya
meminta maaf apabila di dalam makalah ini banyak kesalahan-kesalahan dalam
pengetikan.Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi kita
semua.Sekian dan terima kasih.
DAFTAR ISI
JUDUL .......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan.................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Etiologi.............................................................
2.3 Patofisiologi......................................................................
2.5 Komplikasi................................................
3.1 Pengkajian.................................................
3.3 Intervensi...............................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................
4.2 Saran.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Filariasis atau yang dikenal dengan penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak
akhir tahun 2009, akibat terjadinya kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini
sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun oleh masyarakat, dan mulai diselidik lebih mendalam
ditahun 1800 untuk mengetahui penyebaran, gejala serta upaya mengatasinya. Baru ditahun
1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha
menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa penanggulangan Penyakit Kaki
Gajah harus segera dilaksanakan. Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup
banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti,
Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia
dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing
jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor. Di
dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik,
Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui
nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di
Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex,
nyamuk Aedes dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan
di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di
daerah-daerah rural. (Riyanto,harun.2010)
Filariasis merupakan penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh
cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.penyakit ini bersifat menahun, dan
bila tidak dapat pengobatan daapt menimbulakan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan, dan alat kelamin, baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat
bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehinggamenjadi
beban keluarga. Berdasarkan laporan dari hasil survey pada tahun 2000 yang lalu tercatat
sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten sebagai lokasi endemis,
dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan
darah jari, rata-rata mikrofilaria rate (Mf Rate) 3,1%berarti sekitar 6 juta orang sudah
terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang memepunyai resiko tinggi untuk ketularan
karena nyamuk penularannya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
(Chairufatah,alex.2009)
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan penyakit filariasis adalah penyakit endemis yang
apabila tidak ditangani secara cepat akan memperluas penyebaran dan penularannya kepada
manusia. Oleh karena itu kita perlu mengetahui apa itu filariasis, serta hal-hal yang terkait
dengannya. Berdasarkan paparan dari fakta inilah maka saya selaku penulis tertarik untuk
membahas kasus mengenai penyakit filariasis. (Riyanto, harun.2005)
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria
yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)
2.2 ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia
Malayi, Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia
terutama dalam kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan
viscera, parasit ini termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.Cacing
ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar
dalam darah terutama malam hari.
Berbentuk silindris, halus seperti benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
Ukuran 55 – 100 mm x 0,16 mm.
Cacing jantan lebih kecil: 55 mm x 0,09 mm
Berkembang secara ovovivipar
Mikrofilaria :
Parasit
Stadium3
Parasit Dewasa
NYERI
↓ ↓
KULIT ↓
↓ HIPERTERMI
Manifestasi gejala klinis filariasis disebabkan oleh cacing dewasa pada sistem limfatik
dengan konsekuensi limfangitis dan limfadenitis. Selain itu, juga oleh reaksi hipersensitivitas
dengan gejala klinis yang disebut occult filariasis.
1. Masa prepaten
2. Masa inkubasi
Merupakan masa antara masuknya larva infektif hingga munculnya gejala klinis yang
biasanya berkisar antara 8-16 bulan.
Gejala klinik akut menunjukkan limfadenitis dan limfangitis yang disertai panas dan
malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
mikrofilaremik ataupun amikrofilaremik.
4. Gejala menahun
Gejala menahun terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan limfadenitis masih dapat terjadi. Gejala kronis
ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas penderita serta membebani
keluarganya.
2.5 KOMPLIKASI
a. Diagnosis Klinik
b. Diagnosis Parasitologik
c. Radiodiagnosis
Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar limfe inguinal
penderita akan memberikan gambaran cacing yang bergerak-gerak (filarial dance sign).
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang dilabel dengan
radioaktif akan menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik, sekalipun pada penderita
yang mikrofilaremia asimtomatik.
d. Diagnosis Immunologi
Dietilkarbamasin sitrat (DEC) merupakan obat filariasis yang ampuh, baik untuk
filariasis bancrofti maupun brugia, bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal. Obat ini
ampuh, aman dan murah, tidak ada resistensi obat, tetapi memberikan reaksi samping
sistemik dan lokal yang bersifat sementara. Reaksi sistemik dengan atau tanpa demam,
berupa sakit kepala, sakit pada berbagai bagian tubuh, persendian, pusing, anoreksia,
kelemahan, hematuria transien, alergi, muntah dan serangan asma. Reaksi lokal dengan atau
tanpa demam, berupa limfadenitis, abses, ulserasi, limfedema transien, hidrokel, funikulitis
dan epididimitis. Reaksi samping sistemik terjadi beberapa jam setelah dosis pertama, hilang
spontan setelah 2-5 hari dan lebih sering terjadi pada penderita mikrofilaremik. Reaksi
samping lokal terjadi beberapa hari setelah pemberian dosis pertama, hilang spontan setelah
beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering ditemukan pada penderita dengan gejala
klinis. Reaksi sampingan ini dapat diatasi dengan obat simtomatik.
Anopheles : Abate 1%
Culex : minyak tanah
Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan
saluran air
Sasaran penyuluhan adalah penderita filariasis beserta keluarga dan seluruh penduduk daerah
endemis, dengan harapan bahwa penderita dengan gejala klinik filariasis segera
memeriksakan diri ke Puskesmas, bersedia diperiksa darah kapiler jari dan minum obat DEC
secara lengkap dan teratur serta menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.. Evaluasi hasil
pemberantasan dilakukan setelah 5 tahun, dengan melakukan pemeriksaan vektor dan
pemeriksaan darah tepi untuk deteksi mikrofilaria.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Cacing
filariasis menginfeksi manusia melalui gigitan nyamuk infektif yang mengandung larva
stadium III. Gejala yang timbul berupa demam berulang-ulang 3-5 hari, demam ini dapat
hilang pada saat istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat.
b. Aktifitas / Istirahat
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktivitas ( Perubahan
TD, frekuensi jantung)
c. Sirkulasi
e. Integumen
f. Makanan / Cairan
h. Neurosensoris
Gejala : Pusing, perubahan status mental, kerusakan status indera peraba, kelemahan
otot.
i. Nyeri / Kenyamanan
j. Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, panas dan perih, luka, penyakit defisiensi imun, demam berulang,
berkeringat malam.
k. Seksualitas
l. Interaksi Sosial
m. Pemeriksaan diagnostic
Menggunakan sediaan darah malam, diagnosis praktis juga dapat menggunakan
ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Jika pasien sudah terdeteksi
kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk
mendeteksi pengerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau kelenjer mamae wanita.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
3.3 Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
No.
Intervensi
Rasional
Dengan pakaian tipis dan menyerap keringat maka akan mengurangi penguapan.
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi pengobatan (anti piretik).
No.
Intervensi
Rasional : Nyeri berat dapat menyebabkan syok dengan merangsang sistem syaraf simpatis,
mengakibatkan kerusakan lanjutan
Intervensi
Rasinal : Klien memperoleh informasi untuk dapat melakukan pengobatan secara mandiri
Klien dapat informasi yang benar dari perawat untuk dapat merasakan manfaat
penanganannya lebih baik
Intervensi
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
Intervensi
Rasional : Mengurangi resiko abrasi kulit dan penurunan tekanan yang dapat menyebabkan
kerusakan aliran darah seluler
2.Gunakan pelindungan kaki, bantalan busa atau air pada waktu berada di tempat tidur dan
pada waktu duduk dikursi
Rasional : Tingkatkan sirkulasi darah pada permukaan kulit untuk mengurangi panas atau
kelembaban
Rasional : Kerusakan kulit dapat terjadi dengan cepat pada daerah yang bereksiko yang
terinfeksi dan nekrotik
5.Kolaborasi: Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya
decubitus
Ibu S. Usia 39 tahun, agama Islam, alamat tinggal lorong Mawar no 30 Jambi,
pekerjaan Ibu Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 13/03/2011, diruang perawatan
penyakit dalam kelas III/A. dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam
hilang bila istirahat dan demam akan muncul kembali ketika bekerja berat. Klien selalu
bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.Klien tampak cemas.Klien juga
mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dan klien
mengatakan nyeri semakin terasa jika kaki yang sakit dibawa bergerak. Klien mengatakan
kakinya yang sakit tampak lebih besar dari yang satunya. Saat pengkajian didapat klien masih
mengeluh demam dan Wajah klien tampak memerah, klien juga mengeluh terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung kaki, skala nyeri 7. Nyeri terasa berulang-
ulang, nyeri tekan (+), non piting oedema (+), klien tampak meringis ketika berjalan. data
yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.Dari pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg,
RR : 24 x/i, N : 110 x/i, S : 38,5°C. Dari hasil pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8
gr/dl, Leukosit 9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria
inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
Pengkajian
1. Identitas klien
a. Nama : Ibu S
b. Umur : 39 tahun
d. Agama : islam
e. Suku/bangsa : Indonesia
Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
2. Data medik
Diagnosa Medik
Saat masuk : Filariasis
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam
hilang bila istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.
4. Riwayat kesehatan saat ini : Klien merasakan nyeri, panas, dan sakit yang menjalar dari
pangkal kaki kearah ujung kaki dengan skala nyeri , nyeri terasa berulang-ulang
7. Faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga (kanker, hipertensi, diabetes mellitus,
penyakit jantung, epilepsy, TBC) : tidak ada
8. Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi-Cairan
2. Eliminasi
3. Tidur istirahat
4. Data Psikologis
4. Koping : baik
6. Data sosial
8. Pemeriksaan fisik
Alasan : klien masih dapat berinteraksi dengan baik,hanya terkadang tampak meringis saat
nyeri pada kakinya kembali dirasakan.
a. Kesadaran
Respon motorik ( M ) :6
Respon verbal ( V ) :5
Respon eyes ( E ) :4
Jumlah : : 15
Kesimpulan : Composmentis
b. Nadi
Irama : Teratur
3. Kepala
4. Mata/Penglihatan
c. Simetris : ya
e. Pupil : baik
f. Konjungtiva : an anemis
5. Hidung/penciuman
a. Ukuran : kecil
b. Bentuk : mancung
c. Kesimetrisan : simestris
d. Warna : kemerahan
6. Telinga pendengaran
7. Pengecapan
8. Dada/pernafasan
a. bentuk : simetris
9. kardiovaskuler
10. Abdomen/pencernaan
11. Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot :2
b. Tonus otot : buruk
f. Nyeri : panas dan sakit pada bagian pangkal sampai ujung kaki
i. Ekstermitas bawah : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri tekan (+), non piting
edema (+), klien mengatakan panas dan sakit yang menjalar dari pangkal hingga ujung kaki.
Klien tampak meringis ketika berjalan, nyeri bertambah saat kaki klien bergerak.
b. Koordinasi : baik
a. Warna : normal
f. Pucat : tidak
h. Pigmentasi : normal
a. pemeriksaan darah
i. Interpretasi laboratorium
Ht 37-47 % 36,80 % ↓
Eosinofil 1-3 20 ↑↑
Basofil 0-1 4 ↑
Monosit 2-8 1 ↓
Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh teratur, ujung ekor
runcinng, tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti) transparan.
Klasifikasi Data
Data Subjektif / DS :
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung
kaki.
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
· Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
Data objektif / DO :
· Skala nyeri 7
· Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
· Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
· Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang
40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
· Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur,
ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
Analisa Data
Nama : Ny. S
Umur : 39 tahun
1.Syimptom :
DS:
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung
kaki.
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
DO:
· Skala nyeri 7
· Suhu 38,5°c
· Leukosit 9500/mm³
Etiologi :
Parasite dewasa
Berkembang biak
Nyeri
Problem :
Nyeri
2. Syimptom
DS:
· Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung
kaki.
DO:
· Suhu 38,5°c
· RR 24x/i
· N 110x/
· TD 130/60 mmHg
Mediator inflamasi
Hipertermi
Hipertermi
DS:
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.
DO:
· N 110x/i
· RR 24x/i
Parasit dewasa
Berkembang biak
3. Symptom
DS:
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
DO:
· Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
· Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur,
ujung ekor runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
Parasite dewasa
Kerusakan struktur
4. Symptom
DS:
DO:
Inefektif Informasi
Kurangnya pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien mengatakan
terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, klien mengatakan kaki
nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika
kaki yang sakit dibawa bergerak, klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri
tekan (+), non pitting oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c,
Leukosit 9500/mm³.
2. Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien mengatakan
demam berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali
bekerja berat, klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah
ujung kaki, Suhu 38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I, TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak
memerah, kulit klien teraba hangat.Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil
20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
3. Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d
Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki, klien
mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak, kaki klien tampak lebih
besar dari yang satunya, klien tampak meringis saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di
dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya kepada
perawat tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filariasis adalah kelompok penyakit yang mengenai manusia dan binatang yang
disebabkan oleh parasit kelompok nematode yang disebut filaridae., dimana cacing
dewasanya hidup dalam cairan san saluran limfe, jaringan ikat di bawah kulit dan dalam
rongga badan. Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan dalam
darah, hidrokel, kulit sesuai dengan sefat masing-masing spesiesnya.
Penyakit filariasis banayak ditemukan di berbagai negara tropik dan subtropik, termasuk
Indonesia. Prevalensi tidak banyak berbeda menurut jenis kelamin, usia maupun ras.
Penyakit filariasis dapat disebabkan oleh berbagai macam spesies, sehingga gambaran
klinisnya spesifik untuk masing-masing spesies, misalnya bentuk limfatik biasnya digunakan
sebagai tanda bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi,
dan Brugia timori, dimana parasit dapat menyumbat saluran limfe dengan manifestasi
terbentuknya elefantiasis, sedangkan Loa loa ditandai dengan calabar swelling. Onchocerca
volvulus menyebabkan kebutaan dan pruritus pada kulit.
Diagnosis penyakit ini dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah, sedangkan bila tidak
ditemukan mikrofilaria maka diagnosis dapat berdasarkan riwayat asal penderita, biopsi
kelenjar limfe, dan pemeriksaan serologis.
Prinsip terapi ialah dengan menggunakan kemoterapi untuk membunuh filaria dewasa dan
mikrofilarianya serta mengobati secara simpotomatik terhadap reaksi tubuh yang timbul
akibat cacing yang mati. Dapat juga dilakukan pembedahan.Pencegahan penularan penyakit
ini dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan seperti DEC ataupun dengan
mengontrol vektor. Penyakit ini sangat berbahaya dan hampir diseluruh dunia
dapatditemukan penyakit ini karena mudahnya dalam penyebaran penyakit ini. Beberapa
asuhan keperawatan secara teoritis yang mungkin yang mungkin muncul pada penderita
penyakit ini yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peradangan pada kelenjar getah bening
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada kulit
1. Nyeri b.d cacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d Klien mengatakan
terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki, klien mengatakan kaki
nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan nyeri bertambah jika
kaki yang sakit dibawa bergerak, klien tampak meringis ketika berjalan, Skala nyeri 7, nyeri
tekan (+), non pitting oedema (+), N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg, Suhu 38,5°c,
Leukosit 9500/mm³.
2. Hipertermi b.d Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening d.d Klien mengatakan
demam berulang selama 4 hari, demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali
bekerja berat, klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah
ujung kaki, Suhu 38,5°c, RR 24x/I, N 110x/I, TD 130/60 mmHg, wajah klien tampak
memerah, kulit klien teraba hangat.Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil
20%, basofil 4%, netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
3. Gangguan mobilitas fisik b.dcacing Firaria penyebab penyumbatan pemb. Limfa d.d
Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki, klien
mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak, kaki klien tampak lebih
besar dari yang satunya, klien tampak meringis saat berjalan, N 110x/I, RR 24x/i.data yang di
dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
4. Kerusakan integritas kulit b.d Pembengkakan menyebabkan kerusakan struktur d.d Klien
mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya, klien mengatakan
kakinya yang sakit tampak besar sebelah, Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada
kelenjar getah bening, Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya, Adanya
pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal), Dari pemeriksaan darah jari
kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti
dan selubung tubuh transparan, kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui
vektor
5. Kurangnya pengetahuan b.d Inefektif Informasi d.d Klien selalu bertanya kepada
perawat tentang penyakit yang dideritanya, Klien tampak cemas.
Dari kasus yang kita dapatkan diatas dapat dipastikan bahwa Ny. S mengalami fialriasis. Dan
setelah dilakukan intervensi didapati keadaan klien tampak mulai membaik, masalah teratasi
sebagian dan beberapa intervensi masih harus dilanjutkan.
4.2 Saran
Demikianlah makalah ini yang penulis susun dengan penuh keikhlasan. Diharapkan
dengan adanya makalah opini mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai penyakit
Filariasis. Selain itu mahasiswa juga mampu memahami secara teoritis mengenai penyakit ini
serta mampu membuat asuhan keperawtan tentang kasus Filariasis.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah referensi akademik untuk
melengkapi bahan pembelajaran dan motivasi mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak lagi
tentang penyakit Filariasis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk dapat memperbaiki penulisan
makalah ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
· http://v3aza.blogspot.com/2011/05/askep-filariasis.html
· http://yaya-ryuta.blogspot.com/2011/04/makalah-asuhan-keperawatan-pada-klien.html