Anda di halaman 1dari 266

Kasus pertama

LAPORAN PENDAHULUAN ANTE NATAL CARE (ANC)


A. Pengertian

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum
sehingga akan terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada saat pertemuan ovum dan sperma hingga
masa di mana janin siap lahir, dalam perhitungan medis ± 40 minggu (Masriroh, 2013).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat preventif care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu
maupun janin agar melalui persalinan dengan sejat dan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental ibu sehingga ibu dalam keadaan
status kesehatan optimal, karena kesehatan ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya (Winjosastro, 2002).

B. Tujuan

Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan
selamat serta menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi yang dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan kematian neonatal. (Bobak, 2004).

C. Standar Pelayanan Ante Natal

Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7 T yaitu:


1. Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adlah untuk mengetahui sesuai tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan
dilakukan setiap berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu harus naik 0,5 sampai dengan 0,75
kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus naik 0,25 kg setiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus naik
sekitar 0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg selama kehamilan.
2.  Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada
setiap kunjungan. Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat bahkan sampai
kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah menyebabkan pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus
neonatorum. Imunisasi TT diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu setelah TT1, TT3 diberikan setelah
enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4.
4. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain itu
untuk mengetahui presentasi janin, serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga dilakukan pngukuran
tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak sesuai dengan umur
kehamilan maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang
berlaku diseluruh puskesmas di Indonesia. Pemberian satu  tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal
kehamilan.
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk menghindari kesalahan penanganan kehamilan,
komunikasi dengan suami dan keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan manajemen rujukan yang
benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga membantu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari
akses transfortasi yang memadai.
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru
(TBC) , PMS). Wanita  yang sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap penyakit menular seksual yang
dapat menimbulkan kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya (Bobak, 2004).

D. Fisiologi Kehamilan

Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi
bervariasi pada setiap individu. Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara seperti :
a) Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh hari, contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka
perhitungan minggu suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rrumus (5+12) sampai (5+12)+7=24
b) Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan
kenaikan suhu 1\2 derajat celcius
c) Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum
d) Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum

Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam. Bentuk sperma yang menyerupai kecebong dengan
kepala yang lonjong dan ekor yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak masuk melalui kanalis cervikalis
dan kavum uteri kemudian berada dalam tuba untuk menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi, maka
kemungkinan besar akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalm ovum dengan meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing
dengan kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan
ovum penuh dengan hasil pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan berlangsung terus hingga bagian dalam terbentuk
ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist. Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut villi
yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim, yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut
nidasi atau implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai nidasi diperlukan waktu 6-7 hari (Purwaningsih
dkk, 2010).

E. Tanda dan Gejala

1. Tanda-tanda pasti
a) mendengar bunyi jantung janin
b) melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa
c) melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan ultrasographi

Jika ditemukan hanya salah satu dari tanda-tanda ini, maka diagnosa kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali, tanda-tanda
pasti kehamilan baru dapat diketahui pada usia kehamilan di tas empat bulan, tetapi dengan menggunakan USG kantong kehamilan
sudah nampak pada kehamilan 10 minggu dan bunyi jantung janin sudah dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Purwaningsih
dkk, 2010).
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan trisemester I, tetapi dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh
diduga. Makin banyak tanda-tanda mungkin yang ditemukan, makin besar kemungkinan hamil.
Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi :
a. Tanda-tanda objektif
Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama makin bundar bentuknya. Kadang-kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya (tanda piskacek).
Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga jika kita
letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas symphyse pubis, maka isthmus ini tidak teraba
seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix (tanda hegar).
Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks menjadi lebih lunak
selunak bibir atau ujung daun telinga.
Kontraksi braxton hicks
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong menjadi keras karena berkontraksi.
Ballottement
Pada bulan ke-4 dan ke-5 janin lebih kecil dibandingkan dengan cairan ketuban, maka bila rahim didorong dengan sekonyong-konyong
atau digoyangkan, makan anakan akan melenting di dalam rahim.
Ballottement dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.
Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya kadang-kadang tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain dapat
menyerupai bentuk janin.
.Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan lain dapat menimbulkan reaksi yang positif.
Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai membesarkan perut.
Keluarnya colostrums
Hyperpigmentasi
Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum (topeng kehamilan), areola dan papilla mammae, linea alba (putih) menjadi linea
fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
Tanda-tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
b. Tanda-tanda subjektif
i. Adanya amenorrhoe
ii. Mual dan muntah
iii. Ibu merasa pergerakan anak
iv. Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan kandung kencing
v. Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).

F. Adaptasi Fisiologi

a. Perubahan fisiologis
i. Uterus
Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,
dan ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum
dan di daerah insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda
juga terbentuk sel-sel otot yang baru.
Uterus pada wanita hamil sering berkontraksi tanpa perasaan nyeri. Juga saat disentuh, misalnya pada pemeriksaan dalam,
pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak dapat menjadi keras dan kemudian
lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
ii. Cervix
Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam kehamilan adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah dapt
ditemukan sebulan setelah konsepsi.
Pelunakan cervis terjadi karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena timbulnya oedema dari cervix dan
hyperplasia kelenjar-kelenjar servix.
iii. Vagina
Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan. Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa
kehamilan, reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini disebabkan terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil
penghancuran glycogen yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein. Reaksi asam ini mempunyai sifat
bekterisida.
iv. Ovarium
Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
v. Dinding perut
Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering timbul garis-garie memanjang atau serong pada perut. Garis-garis ini
disebut striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu terdapat juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida
warnanya menbiru disebut striae lividae.
Pada seorang multigravida, di samping strie lividae, terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrick)
dari strie gravidarum yang disebut strie albicans.
vi. Kulit
Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya
setelah partus, gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
vii. Payudara
Payudara biasanya membesar disebabkan karena hypertophi olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak gambaran-
gambaran dari vena yang meluas. Putting susu biasanya membesar dan lebih tua warnanya dan acapkali mengeluarkan
colostrum. Perubahan-perubahan pada payudara disebabkan karena pengaruh hormonal.
viii. Pertukaran zat
Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi penimbunan protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik dan
ada kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan phosphor bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin begitu
pula akan ferum untuk pembentukan Hb janin.
ix. Darah
Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun erytrosyt, tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh
hydramia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
1) Hb 10 gr%
2) erytrosyt 3,5 juta per mm3
3) leucocyt 8.000-10.000 per mm3

Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar
dan adanya placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga sumbunya berubah.
Kegiatan paru-paru pun bertambah karena selain untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri juga harus mencukupi
kebutuhan janin akan 02.
x. Gastrointestinal
Sekresi asam lambung dan gerakan lambung berkurang, hal tersebut mungkin menyebabkan muntah dan kembung pada
masa kehamilan. Tonus usus kurang, yang menimbulkan obstipasi.
xi. Urinarius
Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus juga mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.
Ureter jelas melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon progesterone,
walaupun mungkin ada juga factor tekanan pada ureter oleh rahim yang membesar.
Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan kapasitas karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir
kehamilan oleh kepala janin yang yang turun ke dalam rongga panggul.
xii. Hormonal
Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise anterior, dan kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau
hipertropi.
xiii. Kelenjar adrenal
Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama kehamilan, terutama bagian kortika yang membentuk kortin. Jumlah ion
natrium dan kalium dalam darah diatur oleh kortin. Bagian medula dari kelenjar adrenal mensekresi epinephrin, hormon yang
sangat penting. Kehamilan tidak mengubah ukuran atau fungsi bagian medula.
Hormon-hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1)      hCG (human chorionic gonadotropin)
         dihasilkan oleh sel-sel trofoblast
         puncaknya pada minggu ke-9 – 13
         mempertahankan korpus luteum sampai plasenta mengambil alih
2)       hPL (human placental lactogen)
         Dihasilkan oleh sel-sel synsitio tropoblas
         Kerjanya berlawanan dengan insulin
         Mempunyai pengaruh peningkatan asam lemak bebas dan menurunkan metabolisme glukosa
3)      Estrogen
         Dihasilkan oleh ovarium dan plasenta.
        Berperan dalam perkembangan uterus dan mammae, meningkatkan pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta menurunkan
hidrokloric asam lambung.
b. Perubahan Psikologis
Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal kehamilan menimbulkan perubahan status emosional seorang calon ibu.
Bagi pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh rasa cinta dan saling mencintai, keterlambatan datang bulan
merupakan salah satu tanda yang menggembirakan, karena ikatan batin antara keduanya semakin kokoh dengan adanya
kehamilan yang didambakan.
Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan subjektif seperti perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian perut atas,
pusing kepala, dan nafsu makan berkurang mendesak keluarga untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah terbukti terjadi kehamilan perasaan cinta dan gembira semakin bertambah, diikuti pula oleh perasaan cemas
karena kemungkinan keguguran. Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan juga dapat mempengaruhi kelabilan mental,
hingga menimbulkan ngidam dan perubahan kelakuan. (Masriroh, 2013).

G. Keluhan Selama Kehamilan


Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap
kehamilannya (Depkes RI, 2007). Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a) Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang menjelang tengah hari (morning sickness).
b) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
c) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
d) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan pada kandung kencing.
e) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks
dan vagina.
f) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam perlu diwaspadai adanya abortus.
g) Perut membesar.
h) Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan
yang timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan
antipati terhadap kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian dan dukungan suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan
yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ,
melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan,
sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada
triwulan III perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi (Purwaningsih, dkk, 2010).

H. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :

1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8.  Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin. (Bobak, 2004).
I. Fisiologi (Rohmah, 2009).

Kehamilan

Trimester I
Trimester III

Peningkatan Uterus membesar Perubahan fisik Perubahan psikologis


Estrogen Payudara membesar

Perubahan Focus perhatian pada


Tonus otot Ketidak nyamanan pola seksual keselamatan janin
menurun pada ibu

HCL lambung Mencari informasi kecemasan


Peristaltik persalinan & perawatan
Tekanan gaster janin/anak
Rahim membesar

Mual/muntah kapasitas VU

Trimester III
Perubahan nutrisi Perubahan pola
kurang dari kebutuhan eliminasi
Uterus semakin Perubahan tubuh
membesar semakin tampak
membesar

Diafragma
terdorong ke atas Penekanan pada
saluran kemih Body image
(ureter)
Distensi paru-paru
Inefektif pola nafas
Resiko infeksi

Pemeriksaan Penunjang

1. LABORATORIUM
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. U S G
a) Jenis kelamin.
b) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).

J. Pemeriksaan Ante Natal


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan yaitu untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami
kehamilan. Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk
mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah
enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan
merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari setelah
konsepsi (Bobak, 2005).

TPP = tgl HPHT+7 – 3 bulan HPHT+ 1 tahun HPHT


                                    atau
TPP = tgl HPHT +7 + 9 bulan dari HPHT
Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus.
Menurut Abdul Bahri Saifuddin dalam Salmah dkk (2006), kunjungan antenatal untuk pemantauan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak
minimal empat kali pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
a. Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan
b. Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan
c. Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali kunjungan
kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, harus lebih sering dan intensif.
Menurut Manuaba (2000), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan ditentukan berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
Setiap minggu sejak umur krhamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan:
1. Kunjungan pertama, mementukan diagnosis ada tidaknya kehamilan.
2. Kunjungan kedua, menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan.

Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:


Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka
akan terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba cembung dan resisten.
Leopold III:
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang
dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika
kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk ke pintu atas panggul.
Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan
merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu
jika bagian yang masuk baru setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
· Hari +7, Bulan -3,Tahun +1 àjika bulan HPHT bulan April s/d Desember
· Hari +7, Bulan +9,Tahun Tetap àjika bulan HPHT bulan Januari s/d Maret
3. Kunjungan ketiga, menentukan status kesehatan ibu dan janin.
4. Kunjungan keempat, menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada/tidaknya faktor risiko kehamilan.
5. Kunjungan kelima, menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan selanjutnya.
Pemeriksaan panggul luar
Tujuan :
1. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
2. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
1. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
2. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
3. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri ( normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri (normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima)
(normal: 10-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke
pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90
cm).

K. Nasehat Untuk Ibu Hamil


1. Nutrisi dalam kehamilan
Kebutuhan kalori untuk ibu hamil sebanyak 300 – 500 kkal/hari, tergantung berat badan sebelum hamil, aktifitas, dan tipe kehamilan (1
bayi atau kembar). Peningkatan BB yang normal selama kehamilan adalah 6,5 – 16 kg. Jenis makanan yang sehat dan veriativ selama
kehamilan diantaranya adalah:
· Buah dan sayuran
· Makanan mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang
· Protein seperti ikan, daging, kacang
· Susu dan keju.
Suplemen yang dianjurkan selama kehamilan:
· Asam folat.
Asam folat dikonsumsi sebelum hamil dan selama hamil melindungi dari gangguan saraf janin (anansefali, spina bifida). Wanita hamil
dianjurkan mengkonsumsi asam folat 400 µg/hari selama 12 minggu kehamilan.
· Zat besi.
Zat besi adalah komponen utama dari hemoglobin yang bekerja mengangkut oksigen di dalam darah. Selama hamil, suplai darah meningkat
untuk kebutuhan janin. Kebutuhan zat besi adalah 30 – 50 mg/hari. Suplemen besi sebaiknya dikonsumsi diantara waktu makan dengan
perut yang kosong atau diikuti jus jeruk utnuk meningkatkan penyerapan.
· Kalsium.
Kalsium penting dalam mengatur kekuatan tulang wanita hamil dan pertumbuhan tulang bagi janin. Kalsium yang disarankan sebanyak
1200 mg/hari. Kalsium sebaiknya dikonsumsi ketika sedang makan, diikuti dengan jus buah yang kaya akan vitamin C untuk
meningkatkan penyerapan.
2. Obat-obatan selama kehamilan
Dianjurkan kepada ibu hamil sebaimanapun keamanan suatu obat untuk ibu hamil, disarankan untuk mengkonsumsi obat sesedikit mungkin
untuk mengurangi risiko efek samping obat terhadap janin.
3. Olah raga selama kehamilan
Tips olah raga untuk wanita hamil hamil:
1) Berjalan kaki adalah olah raga terbaik untuk wanita hamil
2) Aerobic low impact
3) Dianjurkan latihan ringan sampai sedang 3 kali seminggu
4) Jangan melakukan olah raga yang mengakibatkan kelelahan atau kehabisan napas dan hentikan olah raga bila mengalami gejala
lelah, pusing.
5) Pakailah sepatu olah raga yang nyaman
6) Lakukan istirahat secara teratur
7) Hindari olah raga yang melakukan gerakan berbaring dengan punggung sebagai dasarnya terutama pada triwulan kedua dan
ketiga.
8) Asupan makanan sebaiknya ditingkatkan dengan komposisi sesuai dengan energi yang dikeluarkan ketika berolahraga
9) Hindari mengangkat beban berat di atas kepala dan melakukan gerakan yang mengakibatkan peregangan dari otot punggung.
10) Kondisi dimana olah raga dilarang untuk wanita hamil adalah:
a) Hipertensi dalam kehamilan
b) Ketuban pecah dini
c) Perdarahan berkelanjutan pada triwulan II dan III
d) Pertumbuhan janin terhambat.
4. Bekerja selama kehamilan
Wanita hamil tetap dapat bekerja namun aktivitas yang dijalaninya tidak boleh terlalu berat, dan disarankan untuk menghentikan
aktivitasnya bila merasakan gangguan pada kehamilannya.
5. Berhubungan seksual selama kehamilan
Pada umumnya sanggama diperbolehkan asalkan dilakukan dengan hati-hati. Untuk wanita dengan riwayat kehamilan preterm, plasenta
praevia, atau abortus berulang dianjurkan untuk menghindari berhubungan seks pada masa kehamilan demikian pula ketika kepala
sudah masuk rongga panggul dianjurkan untuk tidak melakukan sanggama.
6. Bepergian selama kehamilan
Hal-hal yang dianjurkan apabila seorang wanita hamil bepergian adalah:
1) Duduk dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya trombophlebitis.
2) Stoking penyangga sebaiknya dipakai apabila harus duduk dalam jangka waktu lama di mobil atau di pesawat terbang.
3) Sabuk pengaman sebaiknya diletakkan di bawah perut ketika kehamilan sudah besar.
7. Merokok pada saat hamil
Wanita hamil dilarang merokok karena dapat menyebabkan BBLR, lahir preterm, ketuban pecah dini, plasenta previa, dan kematian janin.
Etanol yang terkandung dalam alkohol dapat menembus plasenta yang merupakan zat teratogen yang dapat menyebabkan risiko
terbesar adalah kecacatan pada janin.

L. Fokus Pengkajian Keperawatan


1. Aktivitas dan Istirahat
a. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu) kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah
kehamilan terakhir.
b. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
c. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume episode singkope.
d. Varises
e. Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada trisemester akhir)
2. Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3. Eliminasi
a. Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi
b. Peningkatan frekuensi perkemihan
c. Urinalisis: Peningkatan berat jenis
d. Hemoroid
4. Makanan/Cairan
- Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum terjadi
- Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama, trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
- Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah berdarah
- Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
- Sedikit edema dependen
- Sedikit glikosuria mungkin ada
- Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir kehamilan.
5. Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung
6. Pernapasan
a. Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal
b. Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan torakal.
7. Keamanan
a. Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC)
b. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12 minggu) atau fetoskop (17 - 20 minggu)
c. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20
minggu.
d. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
8. Seksualitas
a. Penghentian menstruasi
b. Perubahan respon /aktivitas seksual
c. Leukosa mungkin ada.
d. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20
– 30 minggu) agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu)
e. Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan vaskularitas lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter
dan pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan (trisemester pertama dan ketiga);
kemungkinan strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu
f. Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi, strial gravidarum.
g. Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
9. Integritas Sosial
a. Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.
b. Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor kehamilan
c. Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung sampai disfungsional.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas,
keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.
11. Pemeriksaan Diagnostik
a) DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
b) golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas
c) Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
d) Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e) Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil vagina, lesi, rabas abnormal.
f) Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g) Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
h) Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi, diabetes penyakit ginjal)
i) Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif
j) Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
k) Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu
l) Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi
selanjutnya dari folus pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.

M. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


(Doengoes, 2002)
Trisemester I
1. Nutrisi; Perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap b/d mual muntah
Tujuan: Mengikuti diet yang dianjurkan
Mengkonsumsi suplemen zat besi/vitamin sesuai resep.
Tindakan:
1) Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu atau sekarang dengan menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi
rambut, kuku, dan kulit, Rasional: Kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi selama kehamilan sebagaimana selama 2
tahun sebelum kehamilan
2) Dapatkan riwayat kesehatan: catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 tahun), Rasional: Remaja dapat
cenderung malnutrisi/anemia dan klien lansia mungkin cenderung obesitas/DM
3) Berikan informasi tertulis dan verbal yang tepat tentang diet, Rasional: Materi referensi yang dapat dipelajari di rumah,
meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang
4) Timbang berat badan, pastikan berat badan pregravid biasanya, Rasional: Ketidakadekuatan penambahan BB prenatal dan atau
di bawah berat badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi –pertumbuhan intraurine (IUGR) pada janin
dengan berat badan lahir rendah
5) Pantau kadar hemoglobin (Hb) / Ht, Rasional: Mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa
oksigen ibu
2. Diagnosa; Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah
Tujuan: Klien mengkonsumsi cairan dengan jumlah yang sesuai setiap hari
Tindakan:
1) Auskultrasi denyut jantung janin
Rasional: Adanya denyut jantung memastikan adanya janin bukan mola hidatidosa
2) Tentukan frekuensi/beratnya mual atau muntah
Rasional: Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar Hormon Gonadotropin Korionik
(HCG), perubahan matabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastric memperberat mual dan muntah
pada trisemester pertama.
3) Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain. (Misalnya uklus, peptikum, gastritis, kolesistisis)
Rasional: Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk mengatasi masalah khusus dalam
mengidentifikasi intervensi
4) Kaji suhu dan turgor kulit, membran mukosa, TD, suhu, masukan haluaran dan berat jenis urine.
Rasional: Indikator dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat/kebutuhan hidrasi
5) Anjurkan peningkatan masukan minuman bikarbonat makan enam kali sehari dengan jumlah yang sedikit dan makanan
tinggi karbohidrat
Rasional: Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.
3. Diagnosa: Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
Tujuan: Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri
Tindakan:
1) Buat hubungan saling percaya antara perawat – klien
Rasional: Memberikan informasi dan meningkatkan hubungan saling percaya
2) Klarifikasi kesalah pahaman
Rasional: Ketakutan biasanya timbul dari kesalahpahaman informasi dan dapat mengganggu pembelajaran selanjutnya.
3) Tentukan derajat motivasi untuk belajar
Rasional: Klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar tersebut jelas.
4) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan pasangan
Rasional: Penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan.
5) Jelaskan rutinitas kunjungan kantor dan rasional dari intervensi
Rasional: Menguatkan hubungan antara pengkajian kesehatan dan hasil positif ibu/bayi.
4. Diagnosa: Cedera; resti terhadap janin
Tujuan: Klien menunjukkan prilaku yang meningkatkan kesehatan diri sendiri dan janin.
Tindakan:
1) Diskusikan pentingnya kesejahteraan ibu
Rasional: Kesejahteraan janin secara langsung berhubungan dengan kesejahteraan ibu, khususnya selama trisemester
pertama..
2) Anjurkan klien untuk melakukan latihan secukupnya
Rasional: Karena aktivitas keras dapat menurunkan aliran darah ke uterus. Takikardia sementara, kemungkinan
hiperkemia janin.
3) Anjurkan klien untuk melakukan hubungan seks yang lebih aman seperti pemakaian kondom
Rasional: Untuk mengurangi terjadinya penyakit hubungan seksual.
4) Catat masukan protein
Rasional: Masukan protein penting untuk perkembangan jaringan otak janin
5) Berikan informasi untuk menghindari kontak dengan orang yang diketahui mengalami infeksi Rubella
Rasional: Pemajanan dapat mempunyai efek negative pada perkembangan janin, khususnya pada trisemester I
6) Anjurkan penghentian penggunaan tembakau
Rasional: Merokok mempengaruhi sirkulasi plasenta
Trisemester II
1. Diagnosa; Gangguan citra tubuh b/d persepsi perubahan biotik
Tujuan: Klien mengungkapkan penerimaan/adaptasi bertahap untuk mengubah konsep diri.
Tindakan:
1) Kaji sikap terhadap kehamilan
Rasional: Pada trisemester II perubahan bentuk tubuh telah tampak efek-efek yang tampak, kloasma, strial, jerawat,
perubahan emosi
2) Berikan informasi tentang kenormalan perubahan

Rasional: Informasi dapat membantu klien memahami/menerima apa yang terjadi


3) Anjurkan gaya dan sumber-sumber yang tersedia dari pakaian saat hamil
Rasional: Situasi menandakan kebutuhan akan pakaian yang akan meningkatkan penampilan klien untuk kerja dan
melakukan aktivitas yang menyenangkan.
2. Diagnosa: kep. Pola pernapasan, ketidakefektifan.
Tujuan: Klien melaporkan penurunan frekuensi/beratnya keluhan.
Tindakan:
1) Kaji status pernapasan
Rasional: Menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60 % klien prenatal, meskipun kapasitas vital
meningkat. Fungsi pernapasan diubah saat kemampuan diafragma untuk turun pada inspirasi. Berkurang oleh
pembesaran ulkus.
2) Anjurkan sering istirahat
Rasional: Menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang disebabkan kelebihan
3) Anjurkan menggunakan posisi semi fowler untuk duduk
Rasional: Pengubahan posisi tegak meningkatkan ekspansi paru.
4) Kaji Ht / Hb
Rasional: Peningkatan kadar plasma pada gestas minggu ke 24 – 32 mengencerkan kadar Hb. Mengakibatkan
kemungkinan anemia dan menurunkan kapasitas pembawa O2.
3. Diagnosa; Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
Tujuan: Klien mendemonstrasikan perilaku perawatan diri yang mengakibatkan kesejahteraan.
Tindakan:
1) Tinjau ulang perubahan yang diharapkan selama trisemester II
Rasional: Pertanyaan timbul sesuai perubahan baru yang terjadi tanpa memperhatikan apakah perubahan diharapkan atau
tidak.
2) Lakukan / lanjutkan program penyuluhan
Rasional: Pengulangan menguatkan penyuluhan dan bila klien belum melihat sebelumnya, informasi bermanfaat pada
saat ini.
3) Identifikasi kemungkinan resiko kesehatan individu
Rasional: Membantu mengingatkan / informasi untuk klien tentang potensial situasi resiko tinggi.
4) Diskusikan adanya obat-obatan yang mungkin diperlukan untuk mengontrol atau mengatasi masalah medis
Rasional: Membantu dalam memilih tindakan karena kebutuhan harus ditekankan pada kemungkinan efek berbahaya
pada janin.
Trisemester III
1. Diagnosa kep. Kenyamanan
Tujuan: Klien melakukan aktivitas perawatan diri dengan tepat untuk mengurangi ketidaknyamanan
Tindakan:
1) Kaji secara terus-menerus ketidaknyamanan. Klien dan metode untuk mengatasinya
Rasional: Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
2) Kaji status pernapasan klien
Rasional: Penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma, mengakibatkan dispnea. Khususnya pada
multigravida yang tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara ibu dan bayi dalam kandungan
3) Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan, anjurkan memakai sepatu hak rendah
Rasional: Lordososis dan regangan otot disebabkan oleh pengaruh hormon pada sambungan pelvis dan perpindahan
pusat gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
4) Perhatikan keluhan frekuensi BAK dan tekanan pada daerah kandung kemih
Rasional: Pemberian uterus trisemester III menurunkan kapasitas kandung kemih, mengakibatkan sering berkemih
2. Cedera; resiko tinggi terhadap ibu
Tujuan: Klien mengungkapkan pemahaman tentang ennin-faktor resiko individu yang potensial
Tindakan:
1) Pantau TTV, periksa hipertensi
Rasional: Berbagai derajat masalah kardiovaskular terjadi pada detensi natrium/air secara negative mempengaruhi ginjal
sirkulasi uterus, dan fungsi ssp

2) Dapatkan kultur vagina


Rasional: Infeksi vaginal atau PHS yang tidak diobati menciptakan ketidaknyamanan berat pada klien
3) Tinjau ulang kebutuhan terhadap kelahiran
Rasional: Mencegah infeksi neonatus selama proses kelahiran
4) Dapatkan Hb/Ht pada gestasi minggu ke 28
Rasional: Mendeteksi anemia dengan hipoksemia/anoksia potensial pada klien dan janin
5) Berikan pengawasan ketat dan terus-menerus terhadap klien diabetik
Rasional: Wanita paling cenderung terhadap terhadap masalah trisemester III yang berhubungan dengan asupsi plasenta,
ISK, lahir mati, penuaan plasenta dan ketoasidosis
3. Perubahan pola eliminasi urine
Tujuan: Klien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
Tindakan:
1) Berikan info tentang perubahan berkemih
Rasional: Membantu klien memahami perubahan fisiologi dari frekuensi berkemih.
2) Anjurkan pada klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur
Rasional: Meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang mengalami oedema.
3) Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine
Rasional: Posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena kava dan menurunkan aliran ke vena
4) Berikan info tentang bahaya menggunakan diuretik
Rasional: Kehilangan / pembatasan natrimn dapat sangat menurunkan regulator ennin-angiotensin-aklosteron dari kadar
cairan, mengakibatkan dehidrasi.

PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS


RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG PENGKAJIAN DATA
A. ANAMNESIS
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN IBU ANTENATAL
1. IDENTITAS PASIEN 2. TANDA VITAL
Nama : Ny. R
Pengukuran Hasil
Umur : 17 tahun Temperatur 36,6 ˚C
Nadi 80x/menit
Alamat : Jln. Mayorzen lorong Margoyas Pernafasan 20x/menit
Tekanan Darah 100/90mmHg
Pendidikan terakhir : SMP

Tanggal dirawat : 20 maret 2020 3. MATA:


Konjungtiva: warna kemerahan Kelainan: tidak ada
Dokter Penanggung jawab : Dr.Y 4. WAJAH
Cloasma Gravidarum: tidak Kelainan: tidak
Nama Penanggung jawab : Tn. A
MULUT & GIGI
Diagnosa Medis : Antenatal Karies gigi:tidak. Protesa : tidak
Kelainan: tidak
GPA : G 3./ P 1. / A 1
2. RIWAYAT KESEHATAN: 5. LEHER:
a. Keluhan Utama: ps datang dengan keluhan 2 hari yang lalu, keluar Kelenjar tiroid: tak teraba Kelainan: tidak ada
darah hitam dari kemaluan, mules, keluar flek perpaginam, dilakukan Kelenjar getah bening: tidak. Kelainan: tidak ada

pemeriksaan USG di bidan A dan ps disarankan ke rumah sakit. DADA


Organ Item Hasil
Riwayat Penyakit yang Lalu: Tidak ada Payudara Bentuk Simetris
3. RIWAYAT GINEKOLOGI Pembengkakan tidak
Usia Menarche : 16 tahun. Areola Membesar
HPHT : 25 november 2019 tidak
Siklus Menstruasi : 7 hari Lama Menstruasi / siklus: 28 hari. Puting susu Membesar
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 2 x ganti pembalut/ hari. Bentuk Menonjol
Frekuensi : Teratur Colostrum tidak
Nyeri Haid : Ada Kelainan tidak ada
RIWAYAT SEKSUAL Paru Bunyi Vesikuler
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali :16 tahun. Kelainan Tidak ada
Aktifitas Seksual : Aktif
Gangguan Seksual : - Jantung Bunyi lubdup
Frekuensi Denyut Jantung 90 x / menit.
4. RIWAYAT OBSTETRI & KELUARGA BERENCANA regular
Anak ke… Hidup Usia Usi Jenis Masala Teknik Jenis Kelainan tidak ada
Usia / Mati Gestasi a Persalinan h Nifas Menyusui KB
Ibu
6. ABDOMEN
- Striae Gravidarum : Ada
- Linea Alba : tidak
- Leopold Item Hasil
Leopold I - -
Leopold II - -
5. RIWAYAT KELUARGA Leopold III - -
Pernikahan yang ke : Leopold IV - -
Penyakit Dalam Keluarga : pertama
Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada 7. PANGGUL LUAR:
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada Bentuk :
Ukuran :
6. ASPEK PSIKOSOSIAL Kelainan : tidak ada
7. POLA FUNGSI
8. GENITO URINARIA
B. PEMERIKSAAN FISIK VULVA & PERINEUM
1. Tinggi badan: 158 .cm. Berat badan: 55kg.
Tanda Chadwick : tidak Klien tampak cemas. Ketidaktahuan tentang
Pembengkakan vulva : tidak
TTV proses abortus
Keluaran : darah
Jumlah : sedikit TD : 100/90 mmHg
PERIKSA DALAM ↓
Nadi : 80 x/menit
Portio : tipis/ tebal
RR : 25 x/menit
Lunak / kaku
TT : 36,50 C
Dilatasi Servix :- Terganggunya fisiologis ibu
Keluaran : lendir+darah
Kelainan :- ↓
3. DS:
KANDUNG KEMIH : kosong.
Klien mengatakan cemas Intoleransi aktifitas
jika akan menghadapi Kecemasan
9. EKSTREMITAS
persalinan nanti.
Oedema : tidak
Klien mengatakan belum
Varises : tidak
terlalu mempersiapkan Pendarahan
Refleks Patella : Positif
pakaian untuk bayinya
nanti.
anemia
DO:
Klien tampak cemas
C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. URINE Klien tampak gelisah kelemahan
Protein Uria : positif
Klien tampak bingung
Kelainan :
2. Hb : 10,5 mg/dL gangguan aktivitas
Kelainan :

ANALISIS DATA
Problem Etiologi Symptom intoleransi aktivitas
DS: Keguguran pada janin
Klien mengatakan 1 hari Nyeri Akut DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:

yang lalu keluar darah 1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
dari pervagina. Rangsangan pada uterus 2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan
Klien mengatakan 3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum

perutnya terasa mules.
Klien mengatakan prostagladin
dibagian vagina nyeri.

Klien mengatkan nyeri di
bagian abdomen bagian. Dilatasi serviks
DO:

Tampak keluar
darah dari Keguguran pada janin
pervagina.
Klien tampak ↓
meringis menahan
sakit.
Gelisa, tingkah
Nyeri Akut
berhati-hati posisi
untuk mengurangi
nyeri.
Skala nyeri 6. Keguguran janin
2. DS: ↓ Ansietas
Klien mengatakan sudag
gagal dalam memberikan
keturunan.
DO:
Klien tampak gelisa
dan khawatir.
2. RENCANA KEPERAWATAN (Terlampir.) INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
o
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi NOC : NIC :
DS a. Pain Level, a. Pain
 Klien mengatakan 1 hari b. Pain control, Management
yang lalu keluar darah dari c. Comfort level 1. Anjurkan pasien untuk tingkatkan istirahat
pervagina Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam nyeri 2. Ajarkan tentang teknik non farmakologi seperti rileksasi, tarik nafas
 Klien mengatakan perutnya pasien dapat di kontrol dengan kriteria hasil: dalam.
terasa mules 3. Menganjurkan klien untuk menghindari aktivitas yang berat dan
 Klien mengatakan dibagian no Kriteria Hasil A T A menggunakan tehnik relaksasi jika masih terasa nyeri
vagina nyeri 4. Menganjurkan kepada klien untuk menghindari penggunaan sepatu
 Klien mengatkan nyeri di 1. Menyatakan rasa nyaman 3 4 dengan tumit tinggi
bagian abdomen bagian setelah nyeri berkurang 5. kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
bawah ruangan, pencahayaan dan kebisingan
DO 2. Mampu mengontrol nyeri 3 4 6. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
 Tampak keluar darah dari (tahu penyebab nyeri, karakteristik, kualitas dan faktor presipitasi
pervagina mampu menggunakan 7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
 Klien tampak meringis tehnik nonfarmakologi nyeri pasien
menahan sakit untuk mengurangi nyeri, 8. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Gelisa, tingkah berhati-hati mencari bantuan) 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
posisi untuk mengurangi 3. Mampu mengenali nyeri 2 4 mengurangi nyeri
nyeri (skala, intensitas, frekuensi
 Skala nyeri 6 dan tanda nyeri)
 TTV 4. Tanda vital dalam rentang 2 5
TD : 100/90 mmHg normal
Nadi : 80 x/menit 5. Melaporkan bahwa nyeri 3 4
RR : 25 x/menit berkurang dengan
TT : 36,50 C menggunakan manajemen
nyeri
Indikator: 1. Ekstrim, 2. Berat, 3. Sedang, 4. Ringan, 5. Tidak ada
2. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan NOC NIC
tentang penyakit a. Anxiety self-control a. Anxiety
DS b. Anxiety level Reduction
 Klien mengatakan sudag c. Coping 1. Gunakan pendekatan agar klien mau mengungkapkan apa yang klien
gagal dalam memberikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam pasien rasakan
keturunan tidak mengalami ansietas dengan kriteria hasil: 2. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutan
no Kriteria Hasil A T A persepsi
DO 3. Dorong keluarga untuk menemani pasien
 Klien tampak gelisa dan 1. Klien mampu 2 3 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
khawatir mengidentifikasi dan 5. Identifikasi kecemasan
 Klien tampak cemas mengungkapkan gejala
 TTV cemas
TD : 100/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 25 x/menit
TT : 36,50 C

2. Mengidentifikasi, 3 4
mengungkapkan
menunjukkan tehnik untuk
mengontrol cemas
3. Vital sign dalam batas 3 5
normal
4. Postur tubuh, ekspresi 3 4
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktifitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

Indikator: 1. Ekstrim, 2. Berat, 3. Sedang, 4. Ringan, 5. Tidak ada


3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan NOC 1. Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat
umum  Energy conservation terlebih dahulu
 Aktivity tolerance 2. Bantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 Self care : ADLs 3. Bantu klien untuk mendapatkan kursi roda
4. Monitor respon fisik , emosi, sosial, dan spiritual
Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
 Tanda-tanda vital normal
 Energi psikomotor mampu berpindah tanpa bantuan alat

3. IMPLEMENTASI
No Diagnosa Tanggal Tindakan keperawatan Evaluasi Paraf
waktu
Dx. 1 15-03-16  Mengkaji skala nyeri pada klien ( skala 6 (1-10) S: Klien mengatakan rasa nyeri berkurang (skala 3) (1-10)
 menganjurkan pasien untuk tingkatkan istirahat
 mengajarkan tentang teknik non farmakologi seperti rileksasi, O: K.u baik, nyeri berkurang
tarik nafas dalam. - Mimik wajah tampak menahan sakit
 Menganjurkan klien untuk menghindari aktivitas yang berat dan
menggunakan tehnik relaksasi jika masih terasa nyeri
 Menjelaskan kepada klien tentang posisi yang nyaman bagi A: - masalah belum teratasi
klien
 mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
P : Intervensi dilanjutkan
 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
a) anjurkan kepda klien dan keluarga untuk menggunkan tehnik
lokasi, karakteristik, kualitas dan faktor presipitasi
relksasi (tarik napas dalam)
b) ajurkan keluarga ciptakan lingkungan yang nyaman dirumah
 mengunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
c) anjurkan klien untuk teratur minum obat
pengalaman nyeri pasien
d) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukanintervensi
 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri

Dx. 2 15-03-16  menggunakan pendekatan agar klien mau mengungkapkan apa S: Klien mengatakan rasa cemasnya berkurang setelah dilakukan tindakan
yang klien rasakan
 meberin dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
O: KU Baik
ketakutan persepsi
 tampak masih merasa cemas akan kehilngan
 tampak sedih
 memberi dorongan keluarga untuk menemani pasien
 memberikan pemahaman prespektif pasien terhadap situasi
A: masalah belum teratasi
stress
 mengidentifikasi kecemasan
P: intervebsi dilanjutkan..
 ajarkan klien dan kluarga untuk mengatasi cemas dengan tehnik
tarik napas dalam (rileksasi)
 dorong klien untuk mengungkapkan perasaan kepada keluarga
terdekat (suami)
 ajurkan keluarga untuk menemani klien
 berikan pemahaman terhadap situasi stres
Dx 3 15/03-16 1. menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat- S: klien mengatakan sekarang sedikit- sedikit sudah bisa berjalan ke kamar
berat terlebih dahulu mandi
2. membantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu O: klien tampak sudah bisa berjalan walau masih dengan bantuan suami.
dilakukan
3. menbantu klien untuk mendapatkan kursi roda A: masalah belum teratasi
4. memonitor respon fisik , emosi, sosial, dan spiritual P: intervensi dilanjutkan
a) memberikan penkes kepada keluarga keamana klien dari resiko
jatuh
b) anjurkan kepda keluarga agar ada menemani saat dirumah
c) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d) berikan alat bantu klien untuk berjalan dan melakukan aktivitas
ringan (jika dibutuhkan)
e) anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal/Waktu Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan Paraf


15/03/2016 Jam Nyeri akut b/d agen cedera biologi  Mengkaji skala nyeri pada klien ( skala 6 (1-10)
9.30  menganjurkan pasien untuk tingkatkan istirahat
 mengajarkan tentang teknik non farmakologi seperti rileksasi, tarik nafas dalam.
 Menganjurkan klien untuk menghindari aktivitas yang berat dan menggunakan tehnik relaksasi jika masih
terasa nyeri
 Menjelaskan kepada klien tentang posisi yang nyaman bagi klien
 mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
 melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, kualitas dan faktor
presipitasi

 mengunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien


 mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukanintervensi
 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

S: Klien mengatakan rasa nyeri berkurang (skala 3) (1-10)

O: K.u baik, nyeri berkurang


- Mimik wajah tampak menahan sakit

A: - masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
a) anjurkan kepda klien dan keluarga untuk menggunkan tehnik relksasi (tarik napas dalam)

b) anjurkan klien untuk bnyak-banyak istirahat


c) ajurkan keluarga ciptakan lingkungan yang nyaman dirumah
d) anjurkan klien untuk teratur minum obat kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik

I:
a) menganjurkan kepda klien dan keluarga untuk menggunkan tehnik relksasi (tarik napas dalam)

b) menganjurkan klien untuk bnyak-banyak istirahat


c) mengajurkan keluarga ciptakan lingkungan yang nyaman dirumah
d) menganjurkan klien untuk teratur minum obat kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
E: Evaluasi
Selesai

15/03/2016 Ansietas b/d kurang pengetahuan  menggunakan pendekatan agar klien mau mengungkapkan apa yang klien rasakan
Jam 10.00 tetang penyakit  meberin dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutan persepsi

 memberi dorongan keluarga untuk menemani pasien


 memberikan pemahaman prespektif pasien terhadap situasi stress
mengidentifikasi kecemasan

S: Klien mengatakan rasa cemasnya berkurang setelah dilakukan tindakan

O: KU Baik
 tampak masih merasa cemas akan kehilngan
 tampak sedih

A: masalah belum teratasi

P: intervebsi dilanjutkan..
 ajarkan klien dan kluarga untuk mengatasi cemas dengan tehnik tarik napas dalam (rileksasi)
 dorong klien untuk mengungkapkan perasaan kepada keluarga terdekat (suami)
 ajurkan keluarga untuk menemani klien
berikan pemahaman terhadap situasi stres
I:
 mengajarkan klien dan kluarga untuk mengatasi cemas dengan tehnik tarik napas dalam (rileksasi)
 medorong klien untuk mengungkapkan perasaan kepada keluarga terdekat (suami)
 mengajurkan keluarga untuk menemani klien
berikan pemahaman terhadap situasi stres
E: Selesai

15/03/2016 Intoleransi aktivitas b/d kelemahan  menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat terlebih dahulu
Jam 10.30 umum  membantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan
 memantu klien untuk mendapatkan kursi roda
 memoonitor respon fisik , emosi, sosial, dan spiritual

S: klien mengatakan sekarang sedikit- sedikit sudah bisa berjalan ke kamar mandi

O: klien tampak sudah bisa berjalan walau masih dengan bantuan suami.

A: masalah belum teratasi


P: intervensi dilanjutkan
a) memberikan penkes kepada keluarga keamana klien dari resiko jatuh
b) anjurkan kepda keluarga agar ada menemani saat dirumah
c) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d) berikan alat bantu klien untuk berjalan dan melakukan aktivitas ringan (jika dibutuhkan)
e) anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat
I: S: klien mengatakan sekarang sedikit- sedikit sudah bisa berjalan ke kamar mandi

O: klien tampak sudah bisa berjalan walau masih dengan bantuan suami.

A: masalah belum teratasi


P: intervensi dilanjutkan
a) memberikan penkes kepada keluarga keamana klien dari resiko jatuh
b) anjurkan kepda keluarga agar ada menemani saat dirumah
c) bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d) berikan alat bantu klien untuk berjalan dan melakukan aktivitas ringan (jika dibutuhkan)
e) anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat

I:
a) memberikan penkes kepada keluarga keamana klien dari resiko jatuh
b) menganjurkan kepda keluarga agar ada menemani saat dirumah
c) membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
d) memberikan alat bantu klien untuk berjalan dan melakukan aktivitas ringan (jika dibutuhkan)
e) menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas yang berat-berat
E: Selesai

SATUAN ACARA PENYULUHAN Setelah melakukan penyuluhan kesehatan selama kurang lebih

(SAP) 15 menitklien mengerti mengenai Standar Pelayanan Antenatal


Care.

1. Topik : Standar Pelayanan Antenatal Care (ANC)


B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
10T
Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat:
2. Sub topik : Menjelaskan Standar Pelayanan
1). Pengertian Antenatal Care
ANC 10T
2). Tujuan dan Manfaat Antenatal Care
3. Sasaran : Ibu Hamil
3). Dampak Ibu Tidak ANC
4. Hari/Tanggal  : Sabtu, 25 Mei 2018
4). Jadwal Kunjungan Antenatal Care
5. Waktu : 09.00 - 10.00
5). Tempat Kunjungan Antenatal Care
6. Tempat : Puskesmas Air Putih
6). Pemeriksaan 10 T
7. Pelaksana :
C. Sasaran: Ibu Hamil
 Anis Mahayati Salim
D. Materi: Terlampir
 Anisatul FatimahSetyorini
E. Media: Leaflet
 Marwah Azizah
F. Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
 Mega Putri Agustina
 Wanda Annisa Edyson
 Widya Rana

A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)

G.Kegitan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 2 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam

 Memperkenalkan  Mendengarkan/memperhati
diri -kan

 Menjelaskan tujuan  Merespon/menyetujui


dari penyuluhan
 Menjawab/merespon
 Kontrak waktu
penyuluhan

 Melakukan apersepsi

2. Pelaksanaan 15 menit  Menjelaskan tentang  Memperhatikan


materi penyuluhan secara
 Bertanya & menjawab
teratur :
pertanyaan yang diajukan
a. Pengertian Antenatal
Care

b. Tujuan dan Manfaat


Antenatal Care

c. Dampak Ibu Tidak


ANC

d. Jadwal Kunjungan
Antenatal Care

e. Tempat Kunjungan
Antenatal Care

f. Pemeriksaan 10T

3. Evaluasi 5 menit  Menanyakan pada  Mendengarkan dan


klien tentang materi yang memperhatikan
telah di berikan
 Menjawab pertanyaan
 Menyimpulkan
materi penyuluhan

4. Terminnasi 2 menit  Mengucapkan terima  Mendengarkan


kasih atas peran peserta

 Mengucapkan salam
penutup  Menjawab salam

 Sasaran mampu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan


H. EVALUASI  Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
1. Evaluasi struktur  Pelaksana menyajikan materi sesuai dengan waktu yang
 Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan telah di tentukan
 Pelaksananan siap melakukan penyuluhan/pendidikan
kesehatan 3. Evaluasi Hasil
 Sasaran siap dierika penyuluhan/pendidikan kesehatan Klien mengerti dan memahami materi tentang pelayanan
antenatal care pada ibu hamil
2. Evaluasi Proses
 Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah di Sumber Pustaka
tentukan Rita Yulifah dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2011. Asuhan
 Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
1). Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
keehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2). Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
maternal, dan sosial ibu bayi.
MATERI 3). Mengenal secara dini adanya komplikasi yang
ANTENATAL CARE (ANC) mungkin terjadi selama kehamilan, termasuk riwayat
  penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
A. Pengertian 4).Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Dati I Jawa Timur dalam dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
pelaksanaan Pemgembangan Desa Siaga Provinsi jawa seminimal mungkin.
Timur (2006) terdapat beberapa pengertian mengenai 5).Mempersiapkan peran ibu daan keluarga dalam
asuhan antenatal, yaitu sebagai berikut : menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang
1). Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan untuk secara normal.
melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang 6).Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
dilakukan secara berkala diikuti dengan upaya perinatal
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
selama kehamilan.
2). Antenatal Care adalah pengawasan sebelum C. Dampak Ibu Hamil Tidak ANC

persalinan terutama ditujuakan pada pertumbuhan 1. Meningkatnya angka mortalitas dan morbilitas ibu
dan perkembangan janin dalam rahim.
2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan
3). Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu 3. Kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak
hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, dapat dideteksi secara dini.
masa nifas, persiapan memberikan ASI dan
D. Jadwal Kunjungan Antenatal Care
pemulihan kesehatan reproduksi secara wajar.
B. Tujuan dan Manfaat
1. Minimal 1 kali pada trimester I (<14 minggu).  Puskesmas
Tujuannya :
 Pondok bersalin desa
a) Menentukan diagnosis ada atau tidaknya
 Rumah Sakit Pemerintah/Swasta
kehamilan
 Rumah Sakit Bersalin
b)Menentukan usia kehamilan dan perkiraan
persalinan  Tempat Praktik Swasta (Bidan dan Dokter)

c)Menentukan normal atau tidaknya kehamilan F. Pemeriksaan 10 T


serta ada atau tidaknya faktor resiko kehamilan.
Pelayanan Antenatal Care  (ANC) selengkapmya
d)Menentukan rencana pemeriksaan / mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan
penetalasanaan selanjutnya. kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi dan
intervasi khusus dengan tingkat resiko dengan peneraan
2. Minimal 1 kali pada trimester II (14-20 minggu)
operasional yang dikenal dengan “10 T” untuk pelayanan
Pada kunjungan ini, ibu hamil akan lebih antenatal yang terdiri dari :
mendapatkan informasi yang lebih dalam lagi 1) Timbang Berat Badan dan Tinggi Badan
mengenai kehamilan di trimester I dan kewaspadaan
Pertambahan berat badan yang normal pada
khusus terhadap komplikasi yang mungkin terjadi
ibu hamil yaitu berdasarkan masa tubuh (BMI:
pada trimester ini.
Body Mass Index) dimana metode ini untuk
3. Minimal 2 kali pada trimester III (28-36 minggu)
menentukan pertambahan berat badan yang optimal
Biasanya pada kunjungan pertama aka dideteksi ada selama masa kehamilan, karena merupakan hal
tidaknya kehamilan ganda/gemeli, sedangkan untuk yang penting mengetahui BMI wanita hamil. Total
kunjungan kedua pada trimester ini akan diperiksa dan pertambahan berat badan pada kehamilan yang
dideteksi ada/tidaknya kelainan letak janin. normal 11,5-16 kg. adapun tinggi badan
E. Tempat Kunjungan Antenatal Care menentukan ukuran panggul ibu, ukuran normal
tinggi badan yang baik untuk ibu hamil antara lain
>145 cm. Rekomendasi WHO pada wanita dinegara secara langsung di perut ibu hamil) dan dilakukan
berkembang, kenaikan BB selama kehamilan 5-9 pengukuran secara langsung  untuk memperkirakan
kg atau minimal 1 kg setiap bulan selama 2 usia kehamilan, serta bila umur kehamilan
trimester terakhir kehamilan. bertambah.
Pemeriksaan ini dilakukan pula untuk
2) Tekana Darah menentukan posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul,
Pengukuran tekanan darah/tensi dilakukan
untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
secara rutin setiap ANC, diharapkan tenakan
tepat waktu. Pemantauan ini bertujuan untuk
darah selama kehamilan tetap dalam keadaan
melihat indikator kesejahteraan ibu dan janin
normal (120 / 80 mmHg). Hal yang harus
selama masa kehamilan.
diwaspadai adalah apabila selama kehamilan
terjadi peningkatan tekanan darah (hipertensi)
4) Tablet Zat Besi (min 90 tablet)
yang tidak terkontrol, karena dikhawatirkan dapat
terjadinya preeklamsia atau eklamsia (keracunan Wanita hamil cenderung terkena anemia (kadar
dalam masa kehamilan) dan dapat menyebabkan Hb darah rendah) pada 3 bulan terakhir masa
ancaman kematian bagi ibu dan janin / bayinya. kehamilannya, karena pada masa itu janin
Hal yang juga harus menjadi perhatian adalah menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
tekanan darah rendah (hipotensi), seringkali sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
disertai dengan keluhan pusing dan kurang Anemia pada kehamilan dapat disebabkan oleh
istirahat. meningkatnya kebutuhan zat besi untuk
3) Tinggi Fundus Uteri pertumbuhan janin, kurangnya asupan zat besi pada
makanan yang dikonsumsi ibu hamil, pola makan
Pada seorang ibu hamil untuk menentukan usia
ibu terganggu akibat mual selama kehamilan, dan
kehamilan dilakukan pemeriksaan abdominal atau
adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi
perut secara seksama. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara  melakukan palpasi (sentuhan tangan
(Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan Manfaat dari imunisasi TT ibu hamil diantaranya:
menstruasi. a) Melindungi bayi yang baru lahir dari
Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan penyakit tetanus neonatorum. Tetanus
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh neonatorum adalah penyakit tetanus yang
maupun sel otak, kematian janin, abortus, cacat terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1
bawaan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), anemia bulan) yang disebabkan oleh clostridium
pada bayi yang dilahirkan, lahir prematur, tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan
pendarahan, rentan infeksi. Defisiensi besi bukan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf
satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila pusat.
prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya
b) Melindungi ibu terhadap kemungkinan
dianggap sebagai penyebab yang paling dominan.
tetanus apabila terluka.
Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi
folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang
sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia. Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk
Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi
atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal
umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari (pada ibu hamil) dan tetanus neonatorum (bayi
berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. berusia kurang dari 1 bulan). Pemberian imunisasi
TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis
60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. 0,5 cc di injeksikan intramuskuler atau subkutan
5) Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (dalam otot atau dibawah kulit). Imunisasi TT
sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan
untuk mendapatkan imunisasi TT lengkap. TT1
untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus
dapat diberikan sejak di ketahui postif hamil
yang disebabkan oleh penyakit tetanus, maka
dimana biasanya di berikan pada kunjungan
dilakukan kegiatan pemberian imunisasi TT.
pertama ibu hamil ke sarana kesehatan. Jarak
pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 mengatasi risiko penyakit lain selama kehamilan.
adalah minimal 4 minggu. Sehingga ketika waktu persalinan dapat berlangsung
Pemberian imunisasi tetanus toxoid pada dengan aman dan sehat.
kehamilan umumnya diberikan 2 kali saja,
imunisasi pertama diberikan pada usia kehamilan 7) Tes Terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS)
16 minggu untuk yang kedua diberikan 4 minggu
Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga
kemudian.. akan tetapi untuk memaksimalkan
dapat mengganggu saluran perkemihan dan reproduksi.
perlindungan maka dibentuk program jadwal
Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas
pemberian imunisasi pada ibu hamil.
adalah melakukan diagnosis pendekatan gejala,
6) Tes laboratorium
memberikan terapi, dan konseling untuk rujukan. Hal ini
Tes laboratorium sederhana yang dilakukan saat bertujuan untuk melakukan pemantauan terhadap
pemeriksaan kehamilan adalah pemeriksaan Hb untuk adanya PMS agar perkembangan janin berlangsung
menilai status anemia atau tidak pada ibu hamil. normal.
Sebaiknya pemeriksaan Hb ini dilakukan sejak
trimester I, sehingga apabila ditemukan kondisi 8) Status gizi ibu
anemia akan dapat segera diterapi dengan tepat.
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil, haruslah
Apabila didapatkan resiko penyakit lainnya saat
dilakukan beberapa pengukuran. Bidan / dokter saat
kehamilan seperti darah tinggi/hipertensi dan kencing
pemeriksaan masa kehamilan akan melakukan
manis/diabetes melitus, maka dapat dilakukan tes
pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).Pengukuran
laboratorium lainnya seperti tes fungsi ginjal, kadar
LILA dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun)
protein (albumin dan globulin), kadar gula darah dan
dan ibu hamiluntuk memprediksi adanya kekurangan
urin lengkap.
energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah
Tes laboratorium dilakukan sesuai dengan
terjadi dalam waktu lama.
kebutuhan dan kondisi ibu hamil saat melakukan
Pengukuran LILA dilakukan  dengan melingkarkan
pemeriksaan kehamilan dan bertujuan untuk
pita LILA sepanjang 33 cm, atau meteran kain dengan
ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan 9) Letak presentase bayi dan denyut jantung janin
pengukuran, ibuhamil pada posisi  berdiri dan dilakukan
Dalam melakukan pemeriksaan fisik saat
pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
kehamilan, bidan / dokter akan melakukan suatu
lengan kiri,  jika ibu hamil yang bersangkutan tidak
pemeriksaan untuk menentukan posisi janin, terutama
kidal.
saat trimester III atau menjelang waktu prediksi
Sebaliknya jika dia kidal,  pengukuran dilakukan
persalinan. Selain itu, akan dilakukan pula 
pada lengan kanan. Hal ini dilakukan untuk
pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)  sebagai
memperkecil bias yang terjadi, karena adanya
acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan
pembesaran otot akibat aktivitas, bukan karena
perkembangan janin, khususnya denyut jantung janin
penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri
dalam rahim. Denyut jantung janin normal permenit
lumpuh, pengukuran dilakukan pada lengan kanan.
adalah sebanyak 120-160 kali. Pemeriksaan denyut
Dengan pengukuran LILA dapat digunakan untuk
jantung  janin harus dilakukan pada ibu hamil, dan 
deteksi dini dan menapis risiko bayi dengan berat badan
denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
lahir rendah (BBLR). Setelah melalui penelitian khusus
kehamilan 16 minggu / 4 bulan.
untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA
Alat yang sering digunakan dalam menentukan
sebagai berikut :
posisi janin dan denyut jantung janin saat ini adalah
1) Jika LILA kurang dari 23,5 cm, berarti status
USG (Ultra Sono Grafi). USG adalah suatu alat dalam
gizi ibuhamil kurang,misalnya kemungkinan
dunia kedokteran yang memanfaatkan gelombang
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau
ultrasonik (gelombang yang memiliki frekuensi yang
anemia kronis, dan berisiko lebih tinggi
tinggi yaitu 250 kHz – 2.000 kHz) yang kemudian
melahirkan bayi BBLR.
hasilnya ditampilkan dalam layar monitor. USG ini
2) Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm, berarti aman untuk janin dan sang ibu.
status gizi ibuhamil baik, dan  risiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah. 10) Temu wicara dan Tata Laksana Kasus
Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama
penanganan tindakan yang harus dilakukan oleh bidan
atau dokter dalam temu wicara, antara lain :
1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.

2) Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan

3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa


surat hasil rujukan

4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan

5) Memberikan asuhan Antenatal (selama masa kehamilan)

6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah

7) Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga


tentang rencana proses kelahiran

8) Persiapan dan biaya persalinan


Kasus ke dua

Laporan pendahuluan Pre-elklamsia

A. Definisi
1. Pre-eklampsia

Pre-eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda


hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena
kehamilan.Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan
ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya,
misalnya pada mola hidatosa. Preeclampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah persalinan. (Manjoer
Arif,2000:270).

Pra-eklampsia adalah suatu kondisi yang spesifik


pada kehamilan, terjadi setelah minggu ke-20 gestasi,
ditandai dengan hipertensi dan proteinuria.Edema juga 1) Bagian depan kaki (pra-tibia)
dapat terjadi. (Safe Motherhood:2000) 2) Tangan, jari-jari tangan
3) Wajah, kelopak mata
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada
4) Dinding abdomen
tanda-tanda lain. Untuk menegakkan diagnosis pre-
5) Daerah sakrum
eklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30mmHg
6) Vulva (Safe Motherhood:2000)
atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau
mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan diastolik Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin
sebenarnya lebih dapat dipercaya. Apabila tekanan yang melebihi 0.3 g/l dalam urin 24 jam atau
diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1 atau 2+ atau 1 g/l
90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter
dibuat. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan
kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih
lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan;
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan
karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup
berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat
serius.
diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan, dan muka. Edema pretibial yang ringan Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan
sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih
seberapa berarti untuk penentuan diagnose pre- tanda/gejala di bawah ini ditemukan”
eklampsia. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu
a. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau
dalam kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi
tekanan diastolic 110 mmHg atau lebih
bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu
b. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4
menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-
+ pada pemeriksaan kualitatif;
eklampsia.
c. Oliguria, urin 400 ml atau kurang dalam 24 jam’
Edema dapat terjadi di bagian berikut: d. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau
nyeri di daerah epigastrium;
e. Edema paru-paru atau sianosis (Prawirohardjo, Oliguria Tidak ada Ada
Sarwono, 1991) Menurunnya Tidak ada Ada
gerakan janin

Temuan Pra-eklampsia Pra-eklampsia Tabel Klasifikasi Pra-eklampsia menurut Safe

Ringan Berat Motherhood tahun 2000.

Tekanan darah Meningkat Meningkat


2. Eklampsia
diastolik sebesar 15- >20 mmHg
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan
20mmHg atau atau nilai
berarti “halilintar”. Kata tersebut dipakai karena seolah
nilai absolut absolut >100
– olah gejala – gejala eklamsia timbul dengan tiba – tiba
>90 tetapi
tanpa didahului oleh tanda – tanda lain. Sekarang kita
<100
ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada
Proteinuria Renik atau 1+ 2+ atau
wanita hamil atau dalam nifas dengan tanda – tanda pre-
semakin besar
eklampsia. Pada wanita yang menderita eklampsia
secara
timbul serangan kejangan uang diikuti oleh koma.
persisten
Tergantung dari saat timbulnya eklampsia dibedakan
Edema Tidak ada Ada
eklampsia gravidarum, eklampsia parturientum,
generalisata
eklampsia puerperale. Perlu dikemukakan bahwa pada
(termasuk
eklampsia gravidarum sering kali persalinan mulai tidak
wajah &
lama kemudian.
tangan)
Dengan pengetahuan bahwa biasanya eklampsia
Sakit kepala Tidak ada Ada
didahului olah pre-eklampsia, tampak pentingmya
Gangguan Tidak ada Ada
pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai
penglihatan
usaha untuk mencegah timbulnya penyakit itu.
Nyeri abdomen Tidak ada Ada
atas
Frekuensi
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara B. Etiologi
dan yang lain. Frekuensi rendah pada umumnya
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan
merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat
antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal
banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-sebab
yang cukup, dan penanganan pre-eklampsia yang
penyakit terebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi
sempurna.
jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus
Di negara – negara sedang berkembang frekuensi
dapat menerangkan hal-hal berikut:
dilaporkan berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedang di
negara – negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 1) Sebab bertambahnya frekuensi pada

0,05% - 0,1%. primigravidaritas, kehamilan ganda, hidramnion,


dan mola hidatidosa.
2) Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin

Diagnosis tuanya kehamilan.


3) Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami
penderita dengan kematian janin dalam uterus.
kesukaran. Dengan adanya tanda dan gejala pre-
4) Sebab jarang terjadinya eklampsia pada
eklampsia yang disusul oleh serangan kejangan seperti
kehamilan-kehamilan berikutnya.
telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak
5) Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria,
diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus
kejang, dan koma.
dibedakan dari (1) epilepsi; dalam anamnesis diketahui
adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil-muda
Etiologi pre-eklampsia sampai saat ini belum
dan tanda pre-eklampsia tidak ada; (2) kejangan karena
diketahui dengan pasti.Banyak teori-teori yang
obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
ke dalam vena, dapat timbul kejangan; (3) koma karena
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”;
sebab lain, seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
namun belum ada yang memberikan jawaban yang
ensefalitis, dan lain – lain
memuaskan.Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab pre-eklampsia adalah teori “iskemia aktivasi komplemen.Hal ini dapat diikuti dengan
plasenta”.Namun teori belum dapat menerangkan terjadinya pembentukan proteinuria.
semuahal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, c) Peran Faktor Genetik
1998). Adapun teori-teori tersebut adalah; Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.pre-
eklampsia meningkat pada anak dari ibu yang
menderita pre-eklampsia.
a) Peran Prostasiklin dan Tromboksan d) Iskemik dari Uterus
Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga e) Defisiensi Kalsium
sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu
sendotelial plasenta berkurang, sedangkan pada mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh
kehamilan normal, prostasiklin darah (Joane, 2006).
meningkat.Sekresi tromboksan oleh trombosit f) Disfungsi dan aktivasi dari endothelial
bertambah sehingga timbul vasokonstriksi Kerusakan sel endotel vaskuler maternal
generalisata dan sekresi aldosterone memiliki peranan penting dalam pathogenesis
menurun.Akibat perubahan ini menyebabkan terjadinya pre-eklampsia.Fibronektin dilepaskan
pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan
hipertensi dan penurunan volumeplasma (Y, meningkat secara signifikan dalam darah wanita
Joko, 2002). hamil dengan pre-eklampsia. Kenaikan kadar
b) Peran Faktor Imunologis fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat
pertama karena pada kehamilan pertama terjadi sesuai dengan kemajuan kehamilan (Drajat
pembentukan blocking antibodies terhadap Koerniawan).
antigen plasenta tidak sempurna.Pada pre-
eklampsia terjadi kompleks imun humoral dan
2. Endoteliosis kapiler glomeruler.
C. Patofisiologi
3. Tidak adanya dilatasi arteri spilar.
1. Pre-eklampsia
(Kemenkes, 2008)
Pre-eklampsia ringan jarang sekali menyebabkan
kematian ibu.  Oleh karena itu,  sebagian besar
2) Perubahan anatomi-patologik
pemeriksaan anatomi patologik berasal dari penderita
Plasenta.  Pada pre-eklampsia terdapat
eklampsia yang meninggal.  Pada penyelidikan akhir-
spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat
akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa
menurunnya aliran darah ke plasenta.  Perubahan
perubahan anatomi-patologik pada alat-alat itu pada pre-
plasenta normal seba akibat tuanya kehamilan,
eklampsia tidak banyak berbeda daripada yang
seperti menipisnya sinsitium,  menebalnya dinding
ditemukan pada eklampsia.  Perlu dikemukakan di sini
pembuluh darah dalam villi karena fibrosis,  dan
bahwa tidak ada perubahan histopatologik yang khas
konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotic,
pada pre-eklampsia dan eklampsia.  Perdarahan,  infark, 
dipercepat prosesnya pada pre-eklampsia dan
nekrosis,  dan trombosis pembuluh darah kecil pada
hipertensi.  Pada pre-eklampsia yang jelas ialah
penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
atrofi sinsitium,  sedangkan pada hipertensi menahun
Perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh
terdapat terutama perubahan pada pembuluh darah
vasospasmus arteriola.  Penimbunan fibrin dalam
dan stroma.  Arteria spiralis mengalami konstriksi
pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam
dan penyempitan,  akibat aterosis akut disertai
patogenesis kelainan-kelainan tersebut. (Prawirohardjo,
necrotizing teriopathy.
Sarwono, 1991)

Ginjal.Alat ini besarnya normal atau dapat


1) Pathologi dan patogenesis
membengkak.  Pada simpai ginjal dan pada
Tiga lesi patologis utama yang terutama berkaitan pemotongan mungkin ditemukan perdarahan-
dengan pre-eklampsia dan eklampsia : perdarahan kecil.
1. Perdarahan dan neklosis di banyak organ, Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan
sekunder terhadap kontriksi kapiler kawan-kawan (1968)  menunjukkan pada pre-
eklampsia bahwa kelainan berupa:  1)  kelainan digambarkan menghilang, hanya kadang-kadang
glomerulus; 2) hyperplasia sel-sel jukstaglomeruler; ditemukan sisa-sisa penambahan matriks mesangial.
3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; 4) spasmus
pembuluh darah ke glomerulus. Hati. Alat ini besarnya normal, pada
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat
perubahan-perubahan sebagai berikut: a) sel-sel perdarahan yang tidak teratur.
diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan Pada pemeriksaan mikrosopik dapat ditemukan
mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding perdarahan dan nekrosis pada tepi lobules, disertai
kapiler glomerulus seolah-olah terbelah, tetapi thrombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di
ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop electron sekitar vena porta. Walaupun umumnya lokasi ialah
disebabkan oleh bertambahnya maktriks mesangial; periportal, namun perubahan tersebut dapat
c) sel-sel kapiler membengkak dan lumen ditemukan di tempat-tempat lain. Dalam pada itu,
menyempit atau tidak ada; d) penimbunan zat rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat
protein berupa serabut ditemukan dalam kapsul penyakit dan luas perubahan pada hati.
Bowman.
Sel-sel jukstaglomeruler tampak membesar dan Otak.Pada penyakit yang belum lanjut hanya
bertambah dengan pembengkakan sitoplasma sel dan ditemukan edema dan anemia pada korteks serebri;
bervakuolisasi. pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat;
tampak jelas fragmen inti sel terpecah- Retina. Kelainan yang sering ditemukan
pecah.Pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi pada retina ialah spasmus pada arteriola-arteriola,
nyata sekali. Pada tempat lain tampak regenerasi. terutama yang dekat pada diskus optikus. Vena
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang tampak lekuk pada persimpangan dengan arteriola.
menyebabkan proteinuria dan mungkin sekali ada Dapat terlihat edema pada diskus optikus dan retina.
hubungannya dengan retensi garam dan air.Sesudah Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi
persalinan berakhir, sebagian besar perubahan yang ini prognosisnya baik, karena retina akan melekat
lagi beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan Perubahan patologik yang didapatkan pada pre-
eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia; eklamsia adalah spasmus pembuluh darah disertai
biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya dengan retensi garam dan air.Dengan biopsy ginjal,
hipertensi menahun. Altchek dkk.(1968) menemukan spasmus yang hebat
pada arteriola glomelurus.Pada beberapa kasus
Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai lumen arteriola demikian kecilnya, sehingga hanya
tingkat edema dan perubahan karena dapat dilalui oleh satu sel darah merah.Bila dianggap
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang- spasmus arteriola juga ditemukan diseluruh tubuh,
kadang ditemukan abses paru-paru. maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang
meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang kenaikan tahanan perifer, agar oksigenisasi jaringan
mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami dapat dicukupi.Kenaikan berat badan dan edema
perubahan degeneratif pada miokardium. Sering disebabkan penimbunan cairan yang berlebihan
ditemukan degenasi lemak dan cloudy swelling serta dalam ruang interstitialbelum diketahui sebabnya.
nekrosis dan perdarahan.Sheehan (1958) Telah diketahui bahwa pada preeklamsia dijumpai
menggambarkan perdarahan subendokardial di kadar aldosterone yang rendah dan konsentrasi
sebelah kiri septum inteventrikulare pada kira-kira proklatin yang tinggi daripada kehamilan normal.
dua pertiga eklampsia yang meninggal dalam 2 hari Aldosterone penting utuk mempertahankan volume
pertama setelah timbulnya penyakit. plasma dan mengatur retensi air dan natrium.Pada
preeklamsia permeabilitas pembuluh darah terhadap
Kelenjar adrenal.Kelenjar adrenal dapat protein meningkat.
menunjukkan kelainan berupa perdarahan dan
Perubahan pada plasenta dan uterus.
nekrosis dalam berbagai tingkat.
Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
3) Perubahan fisiologi patologik
lama pertumbuhan janin terganggu pada hipertensi
yanglebih pendek bisa terjadi gawat-janin sampai Perubahan pada retina.Pada pre-eklampsia
kematiannya karena kekurangan oksigenisasi. tampak edema retina, spasma setempat atau
menyeluruh pada satu atau beberapa arteri, jarang
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap
terlihat perdarahan atau eksudat.
perangsangan sering didapatkan pada pre-eklamsia
dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus Retinopatia arteriosklerotika menunjukkan
prematurus. penyakit vascular yang menahun. Keadaan tersebut
tak tampak pada pre-eklampsia, kecuali bila terjadi
Perubahan pada ginjal.Perubahan pada
atas dasar hipertensi menahun atau penyakit ginjal.
ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal
menurun, sehingga menyebabkan filtrasi glomelurus Spasmus arteri retina yang nyatamenunjkan adanya
mengurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah pre-eklampsia berat, walaupun demikian,
dalam hubungan dengan proteinuria dan mungkin vasospasmus ringan tidak selalu menunjukkan pre-
sekali juga dengan retensi garam dan air.Mekanisme eklampsia ringan.
retensi garam dan air belum diketahui benar, tetapi
Pada pre-eklampsia jarang terjadi ablasio retina.
disangka akibat perubahan dalam perbandingan
Keadaan ini disertai dengan buta sekonyong-
antara tingkat filtrasi glomelurus menurun, yang
konyong.Pelepasan retina disebabkan oleh edema
menyebabkan retensi garam dan dengan demikian
intraokuler dan merupakan indikasi untuk
juga retensi air.Peranan kelenjar adrenal dalam
pengakhiran kehamilan segera.Biasanya setelah
retensi garam dan air belum diketahui benar.
persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari
Fungsi ginjal pada pre-eklampsia tampaknya sampai 2 bulan. Gangguab penglihatan secara tetap
agak menurun bila dilihat dari clearance asam urik. jarang ditemukan.
Filtrasi glomelurus dapat turun sampai 50% dari
normal, sehingga menyebabkan diuresis turun, pada
keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Skotoma, diplopia, dan amblyopia pada penderita hipoksia.Engan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi
pre-eklampsia merupakan gejala yang menunjukan berkurang, sehingga turunnya hematocrit dapat
akan terjadinya eklampsia. Keadaan ini disebabkan dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan keadaan
oleh perubahan aliran darah dalam pusat penglihatan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan.
di korteks serebri atau dalam retina.
Jumlah air dan natrium dalam badan lebih banyak
Perubahan pada paru-paru.Edema paru- pada penderita pre-eklampsia daripada wanita hamil
paru merupakan sebab utama kematian penderita biasa atau penderita dengan hipertensi menahun.
pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini Penderita pre-eklampsia tidak dapat mengeluarkan
biasanya disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri. dengan sempurna air dan garam yang diberikan.Hal
ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
Perubahan pada otak. McCall melaporkan
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak
bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada
berubah.
hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi lagi pada
eklampsia. Walaupun demikian, aliran darah ke otak Elektrolit, kristaloid, dan protein dalam serum tidak
dan pemakaian oksigen oleh otak hanya menurun menunjukan perubahan yang nyata pada pre-
pada eklampsia. elampsia.Konsentrasi kalium, natrium, kalsium, dan
klorida dala serum biasanya dalam batas-batas
Metabolisme air dan elektrolit.Hemokonsentrasi
normal. Gula darah, bikarbonas, dan Ph pun normal.
yang menyertai pre-eklampsia dan eklampsia tidak
diketahui sebabnya.Terjadi disini pergeseran cairan 2. Eklampsia
dan ruang intravascular ke ruang intertisial.Kejadian Pada eklampsia, kejang-kejang dapat menyebabkan
ini yang diikuti oleh kenaikan hematocrit, kadar gula darah naik untuk sementara, asidum laktikum
peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya dan asam organic lain naik, dan bikarbonas natrikus,
edema, menyebabkan volume darah mengurang, sehungga menyebabkan cadangan alkali turun. Setelah
viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah kejangan, zat organic dioksidasi, sehingga natrium
tapi lebih lama.Karena itu, aliran darah ke jaringan dilepaskan untuk dapat bereaksi dengan asam karbonik
di berbagai bagian tubuh mengurang, dengan akibat
menjadi bikarbonas natrikus. Dengan demiian, cadangan
alali dapat pulih kembali. D. Faktor Penyebab
Oleh beberapa penulis kadar asam urat dalam darah 1. Pre-eklampsia
dipakai sebagai parameter untuk menentukan proses pre- Hingga saat ini penyebab pre-eklampsia dan
eklampsia menjadi baik atau tidak. Pada keadaan normal eklampsia belum diketahui dengan pasti, penyakit ini
asam urat melewati glomelurus dengan sempurna untuk masih disebut disease of theory (Sudhaberata, 2001).
diserap kembali dengan sempurna oleh tubulus kontorti Namun demikian, perhatian harus ditujukan terutama
proksimalis dan akhirnya dikeluarkan oleh tubulus pada penderita yang mempunyai faktor predisposisi
kontorti distalis. Tampaknya perubahan pada glomelurus terhadap pre-eklampsia. Menurut Wiknjosastro (2008)
menyebabkan filtrasi asam urat mengurang, sehingga faktor predisposisi/risiko tersebut antara lain:
kadarnya dalam darah meningkat. Akan tetapi, kadar a. Usia : primigravida dengan usia dibawah 20 tahun
asam urat yang tinggi tidak selalu ditemukan. dan semua ibu dengan usia diatas 35 tahun dianggap
Selanjutnya, pemakaian diuretika golongan tiazid lebih rentan. Pre-eklampsia yang meningkat di usia
menyebabkan kadar asam urat meningkat. muda dihubungkan belum sempurna organ-organ
Kadar kreatinin dan ureum pada pre-eklampsia tidak yang ada di tubuh wanita untuk bereproduksi, selain
meningkat, kecuali bila terjadi oliguria atau anuria. itu faktor psikologis yang cenderung kurang stabil
Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan juga meningkatkan kejadian pre-eklampsia di usia
tekanan osmotic plasma menurun pada pre-eklampsia, muda. Bertambahnya umur wanita berkaitan dengan
kecuali pada penyakit yang berat dengan perubahan pada system kardiovskular dan secara
hemokonsentrasi. teoritis preeclampsia dihubungkan dengan adanya
Pada kehamilan cukup bulan kadar fibrinogen patologi pada endotel yang merupakan bagian dari
meningkat dengan nyata. Kadar tersebut lebih pembuluh darah. Preeclampsia-eklampsia hampir
meningkat lagi pada pre-eklampsia.Waktu pembekuan secara eksklusif merupakan penyakit pada nullipara.
lebih pendek dan kadang-kadang ditemukan kurang dari Biasanya terdapat pada wanita yang berumur lebih
1 menit pada eklampsia. (Prawirohardjo, Sarwono. dari 35 tahun mempunyai resiko 3-4 kali lipat
1991)
mendapatkan preeclampsia dibandingkan usia lebih (Manuaba, 2007). Menurut Angsar (2008), ada
muda (Karkata,2006). faktor keturunan dan familial dengan model gen
b. Paritas : primigravida memiliki insidensi hipertensi tunggal. Genotype ibu lebih menentukan terjadinya
hampir dua kali lipat. Menurut penelitian, telah hipertensi dalam kehamilan secara familial
diketahui bahwa umur reproduksi sehat pada seorang dibandingkan dengan genotype janin. Telah terbukti
wanita berkisar antara 20-30 tahun. Artinya bahwa pada ibu yang mengalami preeclampsia, 26%
melahirkan setelah umur 20 tahun, jarak persalinan anak perempuannya akan mengalami preeclampsia
sebaiknya 2-3 tahun dan berhenti melahirkan setelah pula, sedangkan hanya 8% nak menantu mengalami
umur 20 thun. Berarti jumlah anak cukup 2-3 orang. preeclampsia.
Telah dibuktikan bahwa kelahiran ke empat dan d. Status sosial ekonomi : preeclampsia dan eklampsia
seterusnya akan meningkatkan kematian ibu dan lebih umum ditemui pada kelompok sosial ekonomi
janin (Roeshadi,2004). Menurut Prawirohardjo rendah. Menurut Benson (1994), status ekonomi
(2005) paritas 2 merupakan paritas paling aman yang rendah juga merupakan salah satu faktor
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas satu predisposisi kejadian preeclampsia. Beberpa peneliti
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka menyimpulkan bahwa sosial ekonomi yang baik
maternal lebih tinggi primigravida dn gravid pada mengurangi terjadinya preekalampsia.
usia diatas 35 tahun merupakan kelompok resiko e. Komplikasi obstetric : kehamilan kembar, kehamilan
tinggi untuk preeclampsia-eklampsia. mola atau hidrops fetalis. Preeclampsia lebih besar
c. Faktor ketturunan (genetic) : bukti adanya pewarisan kemungkinan terjadinya kehamilan kembar. Selin
secara genetic paling mugkin disebabkan oleh itu, hipertensi yang diperberat karena kehamilan
turunan resesif. Menurut (Chapman, 2006) ada banyak terjadi pada kehamilan kembar. Dilihat dari
hubungan genetic yang telah diteggakkan, riwayat segi teori hiperplasentosis, kehamilan kembar
keluarga ibu atau saudara perempuan meingkatkan mempunyai risiko untuk berkembangnya
resiko empat sampai delapan kali. Faktor risiko preeclampsia. Kejadian preeclampsia pada
terjadinya komplikasi hipertensi pada kehmilan kehamilan kembar meningkat menjadi 4-5 kali
dapat diturunkan pada anak perempuannya dibandingkan kehamilan tunggal. Selain itu,
dilaporkan bahwa preeclampsia akan meningkat 1. Pre-eklampsia
pada kehamilan kembar tiga dan seterusnya. Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis
(Karkata, 2006) karena etiologi pre-eklampsia, dan faktor-faktor apa
f. Riwayat penyakit yang sudah ada sebelumnya: dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, system diketahui. Tujuan utama ialah (1) mencegah terjadinya
lupus erytematosus (SLE), sindrom antifosfolipid pre-eklampsia berat dan eklampsia; (2) melahirkanjanin
antibody. Dasar penyebab preeclampsia diduga hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-
adalah gangguan fungsi endotel pembuluh darah (sel kecilnya.
pelapis dalam pembuluh darah) yang menimbulkan Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas
vasospasme lumen pembuluh darah pengobatan medik dan penanganan obstetrik.
mengecil/menciut. Pengobatan pre-eklampsia yang tepat ialah
2. Eklampsia pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut
menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya
Faktor risiko pada eklampsia adalah:
eklampsia dengan bayi yang masih prematur penundaan
1) Primigravida
pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan
2) Wanita gemuk eklampsia atau kematian janin. Pada janin dengan berat

3) Wanita dengan: badan kemungkinan hidup pada pre-eklampsia berat


lebih baik di luar dari di dalam uterus. Cara
 Hipertensi esensial, kehamilan kembar,
pengakhiran dapat dilakukan dengan induksi persalinan
polihidramnion, diabetes, mola hidatiform
atau seksio sesarea menurut keadaan. Pada umumnya
4) Riwayat pre-eklampsia atau eklampsia pada indikasi untuk kehamilan ialah : (1) pre-eklampsia
kehamilan sebelumnya ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan (2)
pre-eklampsia dengan hipertensi dan/atau proteinuria
5) Riwayat eklampsia keluarga
menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup
matur; (3) pre-eklampsia berat; (4) eklampsia.
E. Penatalaksanaan
menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat.
Biasanya dengan tindakan yang sederhana ini tekanan
Penanganan pre-eklampsia ringan darah turun, berat badan dan edema turun, proteinuria
Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi tidak atau mengurang. Setelah keadaan menjadi normal
utama untuk penanganan pre- eklampsia. Istirahat kembali penderita dibolehkan pulang, akan tetapi harus
dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan diperiksa lebih sering daripada biasa. Karena biasanya
pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke hamil sudah tua, persalinan tidak lama lagi berlangsung.
ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstrimitas Bila hipertensi menetap biarpun tidak tinggi, penderita
bawah turun dan resorbsi cairan dari daerah tersebut tetap tinggal di rumah sakit. Dalam hal ini perlu diamati
bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan keadaan janin dengan pemeriksaan kadar dalam air
volume darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan kencing berulang kali, pemeriksaan ultrasonik,
istirahat biasanya tekanan darah turun dan edema amnioskopi, dan lain-lain. Perlu diperhatikan bahwa
berkurang. Pemberian fenobarbital 3 x 30 mg sehari induksi persalinan yang dilakukan terlalu dini akan
akan menenangkan penderita dan dapat juga merugikan karena bahaya prematuritas, sebaliknya
menurunkan tekanan darah. Apakah restriksi garam induksi yang terlambat dengan adanya insufisiensi
berpengaruh nyata terhadap pre-eklampsia, masih plasenta akan menyebabkan kematian intrauterin janin.
belum ada persesuaian faham. Ada yang menyatakan Bila keadaan janin mengizinkan, ditunggu dengan
bahwa jumlah garam pada makanan sehari-hari tidak melakukan induksi persalinan, sampai kehamilan cukup
berpengaruh banyak terhadap keadaan pre-eklampsia, atau lebih dari 37 minggu.
penulis lain sebaliknya menganjurkan garam dalam diet Beberapa pre-eklampsia ringan tidak membaik
penderita. dengan penanganan konservatif. Tekanan darah
Pada umumnya pemberian diuretika dan meningkat, retensi cairan dan proteinuria bertambah,
antihipertensiva pada pre-eklampsia ringan tidak walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik.
dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak menghentikan Dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan
proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis walaupun janin masih prematur.
janin. Selain itu, pemakaian obat obat tersebut dapat Penanganan pre-eklampsia berat
Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah Tidak boleh dilupakan bahwa kadang – kadang
dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eklampsia hipertensi timbul untuk pertama kali dalam persalinan
berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk dan dapat menjadi eklampsia, walaupun pada
mencegah rimbulnya kejang-kejang. Apabila sesudah pemeriksaan antenatal tidak ditemukan tanda – tanda
12-24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat difikirkan pre-eklampsia. Dengan demikian, pada persalinan
cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan. normal pun tekanan darah perlu diperiksa berulang –
Tindakan ini perlu untuk mencegah seterusnya bahaya ulang dan air kencing perlu diperiksa terhadap protein.
eklampsia. Sebagai pengobatan untuk mencegah Untuk penderita pre-eklampsia diperlukan analgetika
timbulnya kejang-kejang dapat diberikan: (1) larutan dan sedativa lebih banyak dalam persalinan. Pada kala
sulfas magnesikus 40% sebanyak 10ml (4 gram) II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan
disuntikkan intramuskulus bokong kiri dan kanan dalam otak lebih besar, sehingga apabila syarat – syarat
sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap telah dipenuhi, hendaknya persalinan diakhiri dengan
6 jam menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan
hanya diberikan bila diuresis baik refleks patella positif, narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada
dan kecepatan pernapasan lebih dari 16 per menit. Obat susunan saraf pusat. Anastesia lokal dapat diberikan bila
tersebut, selain menenangkan, juga menurunkan tekanan tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita masih
darah dan meningkatkan diuresis; (2) Klorpromazin somnolen karena pengaruh obat.
50mg intramuskulus; (3) Diazepam 20mg intrmuskulus. Ergometrin menyebabkan konstriksi pembuluh darah
dan dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu,
Penanggulangan pre-eklampsia dalam persalinan pemberian ergometrin secara rutin pada kala III tidak
Rangsangan untuk menimbulkan kejangan dapat dianjurkan, kecuali jika ada perdarahan postpartum
berasal dari luar atau dari penderita sendiri, dan his karena atonia uteri. Pemberian obat penenang diteruskan
persalinan merupakan rangsangan yang kuat. Maka dari sampai 48 jam postpartum, karena ada kemungkinan
itu, pre-eklampsia berat lebih mudah menjadi eklampsia setelah persalinan berakhir, tekanan darah naik dan
pada waktu persalinan. eklampsia timbul. Selanjutan obat tersebut obat tersebut
dikurangi secara tertahap dalam 3 – 4 hari.
Telah diketahui bahwa pada pre-eklampsia janin meningkatkan dieresis.Dalam pada itu, pertolongan yang
diancam bahaya hipoksia, dan pada persalinan bahaya perlu diberikan jika timbul kejangan ialah
ini makin besar. Pada gawat-janin, dalam kala I, mempertahankan jalan pernapasan bebas,
dilakukan sebera seksio-sesarea; pada kala II dilakukan menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen,
ekstaksi dengan cunam atau ekstraktor vakum. dan menjaga agar penderita tidak mengalami trauma.
Postpartum bayi sering menunjukkan tanda asfiksia Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejangan lagi yang
neonatorum karena hipoksia intrauterin, pengaruh obat selanjutnya mempengaruhi gejala-gejala lain, dapat
penenang, atau narkosis umum, sehingga diperlukan diberikan beberapa obat, misalnya:
resusitasi. Maka dari itu, semua peralatan untuk - Sodium pentothal sangat berguna untuk
keperluan tersebut perlu disediakan. (Prawirohardjo, menghentikan kejangan dengan segera bila
Sarwono, 1991) diberikan secara intravena. Akan tetapi, obat ini
mengandung bahaya yang tidak kecil. Mengingat
hal ini, obat itu hanya dapat diberikan di rumah
sakit dengan pengawasan yang sempurna dan
2. Eklampsia
tersedianya kemungkinan untuk intubasi dan
Tujuan utama pengobatan eklampsia ialah
resusitasi. Dosis inisial dapat diberikan sebanyak
menghentikan berulangnya serangan kejang dan
0,2 – 0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan.
mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang
- Sulfat magnesicus yang mengurangi kepekaan
aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
saraf pusat pada hubungan neuromuskuler tanpa
Pengawasan dan perawatan yang intensif sangat
mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf.
penting bagi penanganan penderita eklampsia, sehingga
Obat ini menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
ia harus dirawat di rumah sakit. Pada pengangkutan ke
tekanan darah, meningkatan diuresis, dan
rumah sakit diperlukan obat penenang yang cukup untuk
menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial
menghindarkan timbulnya kejangan;
yang diberikan ialah 8 g dalam larutan 40%
Tujuan pertama pengobatan eklampsia ialah
secara intramuskulus; selanjutnya tiap 6 jam 4g,
menghentikan kejangan mengurangi vasospasmus, dan
dengan syarat bahwa refleks patella masih
positif, pernapasan 16 atau lebih per menit,  Stabilisasi kondisi ibu
dieresis harus secara intravena; dosis inisial yang  Pengendalian serangan kejang
diberikan adalah 4 g 40% Mg SO4 dalam larutan  Pengendalian hipertensi
10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8  Melahirkan bayi
g IM dan selalu disediakan kalsium glukonas 1 g
 Pencegahan serangan kejang berikutnya
dalam 10 ml sebagai antidotum.
- Lytic cocktail yang terdiri atas petidin 100 mg,
klorpomazin 100 mg, dan prometazin 50 mg
dilarutkan dalam glukosa 5% 500 ml dan 2) Stabilisasi kondisi ibu:

diberikan secara infus intravena. Jumlah tetesan Langkah yang harus dilakukan:

disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita.  Memastikan patensi jalan napas

Maka dari itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit  Pemasangan infuse

dalam waktu setengah jam pertama dan bila  Pemindahan pasien


keadaan sudah stabil, pengukuran dapat  Pemeriksaan
dijarangkan menurut keadaan penderita. 3) Obat-obatan:
(Prawirohardjo, Sarwono, 1991)  Sedasi
 Monitoring MgSO4
Sedangkan menurut Adi (2015) penatalaksanaan  Obat alternative
eklampsia adalah:  Obat untuk hipertensi
1) Tujuan  Antibiotic
Memerlukan tindakan yang segera dengan tujuan
 Monitoring janin
berikut ini:
4) Melahirkan Bayi
 Ketika eklampsia masih iminem,
lakukanlah tindakan untuk mencegahnya
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG


FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
Teoritis Praktikal
PRE-EKLAMSIA 1. hipertensi 1. 140/90
2. odem 2. odem kaki,tangan dan wajah
PENGKAJIAN DATA 3. 3.
A. ANAMNESIS 4. 4.
1. IDENTITAS PASIEN 5. 5.
Nama : Ny. s
Umur : 29 tahun
Alamat : jln.ciracas B. PEMERIKSAAN FISIK
Pendidikan terakhir : SMA 1. TRIAS PRE EKLAMPSIA:
Tanggal dirawat : 02.02..2017 Tekanan Darah :. 140 / 90 mmHg.
Dokter Penanggung jawab : Dr. Y Oedema : ada pada tangan, kaki, dam wajah
Nama Penanggung jawab : Tn. A Protein uria : Positif.
Diagnosa Medis : Pre- Eklamsia Kelainan : tidak ada
GPA : G 2/ P 1 / A 0 Usia Kehamilan: 28 minggu. ANALISIS DATA
Problem Etiologi Symptom
2. RIWAYAT KESEHATAN
Kelebihan volume Gangguan Ds :
Keluhan Utama : berat badan meningkat dengan berlebihan, edema pada kaki,
Pasien mengeluh
tangan dan wajah. cairan mekanisme penambahan berat badan
Riwayat Penyakit yang Lalu : tidak ada
regulasi yang berlebihan,
Pasien
3. RIWAYAT GINEKOLOGI
mengeluh
Usia Menarche : 13 tahun.
adanya
HPHT : 1 juli 2016
pembengkakan
Siklus Menstruasi : hari. Lama Menstruasi/ siklus: hari.
pada kaki
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 1 x ganti pembalut/ hari.
(edema), jari
Frekuensi ; Teratur
tangan dan
Nyeri Haid : Ada.
pada wajah
terutama pada
4. RIWAYAT SEKSUAL
kelopak mata
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali : tahun.
Pasien mengatakan sering
Aktifitas Seksual : Aktif.
mengeluh sakit kepala dan
Gangguan Seksual : tidak ada
tengkuk bagian belakang
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA
tegang.
Anak Hidup Usia Usi Jenis Masala Teknik Jeni
ke… / Mati Gestas a Persalina h Nifas Menyusu s KB
DO:
Usia i Ibu n i
Tekanan darah > 140/90
mmHg Nadi 88x/mnt
1… hidup 39 m 26 normal Tidak Pil kb Suhu 36oC
… ada
Nyeri akut Agen cedera Hasil laboratorium
2… proteinuria
… biologis TFU 1/3 diatas pusat,
3… (hipertensi) DJJ tidak terdengar

4… DS:
… Pasien mengatakan sering
mengeluh sakit kepala dan
tengkuk bagian belakang
6. RIWAYAT KELUARGA tegang
Pernikahan yang ke : pertama DO:
Penyakit Dalam Keluarga : tidak ada TD > 140/90 mmHg
Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada Nadi 88x/mnt
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada Resiko Suhu 36oC
ketidakefektifan Hipertensi
7. ASPEK PSIKOSOSIAL
8. TANDA DAN GEJALA PRE EKLAMPSIA perfusi jaringan DS
otak Pasien mengatakan DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:
sering mengeluh 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
sakit
kepala dan tengkuk gangguan mekanisme regulasi
bagian belakang 2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
tegang, edema.
DO: berhubungan dengan Hipertensi
TD > 140/90 mmHg 3. Resiko gangguan hubungan ibu-janin berhubungan
Nadi 88x/mnt
Suhu 36oC dengan komplikasi kehamilan

leb biha ensi


iha n kepera
n volu watan
vol me yang
um caira disara a
e n nkan .
cai terat untuk U
ran asi menye n
ber yang lesaik t
hu dibu an u
bu ktika masal k
1. INTERVENSI
ng n ah: m
No. Di Tuju Interv R an deng 1. Manajeme e
ag an ensi a de an: n cairan n
no dan s ng 1. Keseimba dengan j
sa Krite i an ngan aktivitas: a
ria o ga cairan a. Jaga g
Hasil n ng dengan intake/ a
a gu criteria asupan k
l an hasil: yang e
1. Ke Kele Interv me a. Intake akurat s
ka dan dan e en iki urine) e
nis output catat i gk penget t
me seimb output m ak ahuan 2. Manajeme a
reg ang b. Kaji b an tentan n h
ula b. Turgo lokasi a pa g Hipervole u
si r kulit dan n da peman mia i
dit elastic luasny g ka tauan dengan k
an c. Berat a a ki tekana aktivitas: e
dai badan edema n (ed n a. Timba a
de stabil c. Monit c em darah ng d
ng or a a), c. Penge berat a
an: 2. Pengetahu hasil i jar tahuan badan a
DS an: laborat r i tentan tiap n
: Manajem orium a tan g hari e
Pa en yang n ga strateg denga d
sie Hipertensi releva b n i n e
n a. Meng n . da menge waktu m
me etahui denga U n lola yang a
ng efek n n pa stress sama p
elu terape retensi t da d. Meng b. Monit a
h utik cairan u wa etahui or s
ad obat (panta k jah pentin edema i
an yang u m ter gnya perifer e
ya diberi kadar e uta mema n
pe kan protein n ma tuhi c. Reposi c
mb b. Memil dalam g pa pengo si .
da batan pasien U Pr depen a
kel denga n ote den s
op n t inu il
ak edema u ria l
ma depen k a
ta den m b
secara e o
D teratur m r
O: d. Tingka a a
T tkan n t
D integri t o
> tas a r
14 kulit u i
0/9 (menc p u
0 egah e m
m geseka r
m n, k p
Hg hindari e a
DJ kelem m s
J baban b i
tid yang a e
ak berlebi n n
ter han) g
de pada a
ng pasien n
ar edema h
a a
. l
U p
n a
t s
u i
k e
m n
e
n
g
e
t a
a .
h U
u n
i t
k u
e k
a m
d e
a m
a a
n n
v t
it a
u s
p e
e c
r a
u r
b a
a t
h e
a r
n a
b t
e u
r r
a b
t .
b M
a e
d m
a a
n n
p t
a a
s u
i k
e e
n a
d a
a n
a y
n a
e t
d e
e k
m a
a n
c a
. n
U p
n a
t d
u a
k e
m d
e e
n m
c a
e
g d
a .
h U
a n
d t
u a
k a
m r
e e
n a
c y
e a
g n
a g
h e
a d
d e
a m
n a
y
a
g
e
s
2. Re Keti Interv
e
sik dake ensi
k
o fektif kepera
a
ke an watan
n
tid perfu yang
p
ak si disara
a
efe jarin nkan
d
kti gan untuk an hipertensi
fa perif menye dai membaik
n er lesaik de dengan
pe terat an ng kriteria
rf asi masal an hasil:
usi yang ah: pa a) Tidak
jar dibu 1) Monitor sie ada
in ktika tanda- n sakit
ga n tanda vital me kepal
n deng dengan ng a
pe an: aktivitas: ata b) Tidak
rif 1) Status  Monit ka ada
er sirkulasi or n pusin
ber dengan tekana ser g
hu kriteria n ing
bu hasil: darah, me
3) Memiliki
ng a) Tidak nadi, ng
pengetahu
an ada suhu, elu
an
de edema dan h
manajeme
ng perifer status sa
n
an b) Wajah pernpa kit
hipertensi
Hi tidak san ke
dengan
pe pucat denga pal
kriteria
rte n tepat a
hasil:
nsi 2) Keparaha da
a) Teka
dit n n
ten nan di
gk dara 88
uk h x/
ba 120/ mn
gia 80 t
n b) Men Su
bel geta hu
ak hui 36
o
an tand C
g a
3 Re Resi Interv
teg dan
sik ko ensi
an gejal
o gang kepera
g, a
ga guan watan
ed eksa
ng hubu yang
em serb
gu ngan disara
a. asi
an ibu- nkan
T hipe
hu janin untuk
D rtens
bu terat menye
> i
ng asi lesaik
14
an yang an
0/9
ib dibu masal
0
u- ktika ah:
m
ja n 1) Perawatan
m
ni deng prenatal,
Hg
n an: dengan
Na
ber 1) Status aktivitas: mi n
hu janin : a) M dan dar
bu Antepart oni fisiol ah,
ng um baik tor ogis ed
an dengan de keha em
de kriteria ny milan a
ng hasil: ut sesua per
an a) Denyu jan i gel
ko t tun tingk an
m jantun g at ga
pli g janin jan kesei n
ka 120 – in mban ka
si 160 b) M gan ki,
ke oni tan
ha 2) Pengeta tor 3) Kontrol ga
mi huan : ga kejang n
la kehamil ng sendiri da
n an gu dengan n
a) Pola an kriteria wa
perge hip hasil: jah
rakan ert a) Menc da
janin ens egah n
baik i faktor pro
b) Perub (te resik tei
ahan ka o/pe nur
anato na micu
kejan ia) sik
g 2) Pencegaha an
n kejang pas
dengan ien
aktivitas: unt
a) Int uk
ruk me
sik ma
an ng
pas gil
ien jik
me a
ng dir
en asa
ai tan
pot da
ens ak
ial an
dar terj
i adi
fak ny
tor a
res kej
iko an
b) Int g
ruk
c) Int
ruk
sik 3. IMPLEMENTASI
an
Tan No. Catatan Tindakan T
kel
gga Dx (Respon subjektif, a
uar
l/Ja objektif, hasil) n
ga/
m d
SO
a
me
ng
T
en
a
ai
n
per
g
tol
a
on
n
ga 02/ 1 A. Manajemen cairan Z
n 02/ 1. Menjaga r
per 201 intake/asupan .
ta 7 yang akurat dan E
ma 8.0 WIB catat output l
pa a. Respon s
da subjektif : a
kej pasien
an mengatakana
g kan minum
08.
15 sesuai yang
WI diperintahka B laboratorium i
B s
n yang relevan
c
b. Respon Z dengan retensi i
r l
objektif : cairan (pantau
. 10. l
intake dan D 30 kadar protein i
09. i WI a
output sudah dalam urine)
00 s B
WI terlihat a a. Respon
B
akurat subjektif : -
Z
b. Respon r
.
2. Mengkaji lokasi objektif
T
dan luasnya :kadar a
Z n
edema protein
r t
a. Respon . dalam urin r
T i
subjektif masih tinggi
a
09. :pasien n Hasil
45 t
mengatakan laboratorium
WI r
B terdapat i : Z
r
bengkak 200mg/24ja
.
dikaki m E
l
b. Respon
10. s
00 objektif B. Manajemen a
WI
:terdapat Hipervolemia
B
edema di dengan aktivitas:
Z Z
area kaki 1. Menimbang
r r
10. . berat badan tiap .
15 V D
3. Memonitor hasil hari dengan
WI r i
waktu yang sama s kanan miring kiri
a
g. RS : - 4. Meningkatkan
h. RO : BB integritas kulit
pasien (mencegah
berkurang gesekan, hindari
1kg kelembaban
2. Memantau yang berlebihan)
adanya edema pada pasien
perifer edema dependen
a. RS : - RS :pasien
b. RO :kaki mengatakan
pasien tidak terjadi lecet
terlihat dan selalu
bengkak mengganti
3. Melakukan pakaian saat
reposisi pasien berkeringat
dengan edema RO :pasien
dependen secara miring kanan
teratur dan kiri dengan
RS :pasien perlahan untuk
mengatakan menghindari
02/ 2 1) Memonitor tekanan Z
tidak kesulitan
r
02/ darah, nadi, suhu,
bergerak .
201 dan status R
RO : pasien
a
7 pernafasan
dapat mengubah t
11. RS : - i
posisi miring
h
00 RO : RO: TD: > 130/90 t
WI  TD : 130/90 mmHg, hasil lab r
B mmHg proteinuria, terdapat i
 S : 36,5o C edema pada tungkai
 N : 88 kanan dan kiri
A. EVALUASI
x/menit
 RR : 20 No. Ta No. SOAP P
x/menit ng Dx ar
ga KE af

02/ 3 l P
03 1 S:
02/ 1) Memantau denyut Z
/0  Pasien Zr
201 jantung janin r .
2/ mengatakan
7 RS: - . T
20 sudah memahami an
17. RO: Denyut jantung E tri
17 tentang keadaan
00 janin tidak terdengar l
cairan tubuh
WI s
secara umum
B 2) Mengidentifikasi a
untuk
gangguan hipertensi
mempertahankan
(tekanan darah,
nya dan tetap
edema pergelangan
seimbang.
17. kaki, tangan dan Z
 Pasien
30 wajah dan r
mengatakan
WI proteinuria) .
bengkak dikaki.
B RS: Pasien T
mengatakan tungkai a
O:
kanan kiri bengkak n
 Intake dan output yang relevan
sudah seimbang. dengan retensi
 Terdapat edema cairan (pantau
di area kaki kadar protein
 Berat badan dalam urine).
pasien berkurang  Timbang berat
 Kaki pasien badan tiap hari
masih terlihat dengan waktu
bengkak yang sama.

 Pasien dapat  Monitor edema


mengubah posisi perifer.
miring kanan  Reposisi pasien
miring kiri dengan edema
dependen secara
A : Masalah teratur.
belum teratasi  Tingkatkan
P: integritas kulit
 Menjaga (mencegah
intake/asupan gesekan, hindari
yang akurat dan kelembaban yang
catat output berlebihan) pada
 Mengkaji lokasi pasien edema
dan luasnya dependen
edema.
 Memonitor hasil 03 2 S:-
laboratorium /0 O: Zr
2/  TD : 130/90 . 07 tungkai kanan kiri
D
20 mmHg bengkak
is
17 S : 36,5o C a
N : 88 x/menit O:
RR : 20 x/menit  Denyut jantung
janin tidak
A : Masalah terdengar
belum teratasi  TD: > 130/90
P: mmHg, hasil lab
 Monitor tekanan proteinuria,
darah, nadi, suhu, terdapat edema
dan status pada tungkai
pernpasan dengan kanan dan kiri
tepat A : Masalah
 Ajarkan prinsip- belom teratasi
prinsip P:
manajemen nyeri  Monitor denyut
 Dukung jantung janin
istirahat/tidur  Monitor
yang adekuat gangguan
yang membantu hipertensi
penurunan (tekanan darah,
edema
3/ 3 S:
pergelangan kaki,
2/  Pasien tangan dan wajah
20 mengatakan
dan proteinuria) lebih kooperatif dalam pengobatan dan pencegahan
memburuknya penyakit.
III. Materi (Terlampir)
1. Menjelaskan Pengertian Preeklampsia Berat
2. Menjelaskan Penyebab Preeklampsia Berat
3. Menjelaskan Tanda-tanda Preeklampsia Berat
4. Menjelaskan penanganan Preeklampsia Berat
SATUAN ACARA PENYULUHAN
5. Menjelaskan bahaya Preeklampsia Berat
6. Menyebutkan cara pencegahan Preeklampsia Berat
Topik : Penyuluhan tentang Preeklampsia
IV. Media
Berat (PEB)
1. Leaflet
Pokok bahasan : Menjelaskan tentang Preeklampsia
V. Metode
Berat pada Ibu
1. Ceramah
Target/sasaran : Keluarga dan Ibu
2. Tanya Jawab
Hari/Tanggal : Rabu, 03 Juli 2018
3. Demonstrasi
Waktu : 45 menit
VI. Kriteria Evaluasi
Tempat : Diruang Seruni
1. Evaluasi Struktur
a. peserta hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan diruang

I. Tujuan instruksional umum Seruni Ny. S

Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyeluhan

keluarga mampu memahami tentang Preeklampsia Berat dilakukan sebelumnya.

(PEB) 2. Evaluasi Proses

II. Tujuan instruksional khusus a. peserta antusias terhadap materi penyuluhan.

Setelah dilakukan penyuluhan (health education), keluarga b. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat

dapat mengetahui tentang masalah penyakitnya sehingga penyuluhan


c. peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab a. Peserta mengerti apa yang dimaksud Preeklampsia
pertanyaan secara benar Berat
3. Evaluasi Hasil b. peserta hadir saat pertemua
Kegiatan penyuluhan
NO Waktu KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 Pembukaan :
a. mengucapkan salam. a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri dan b. Mendengarkan
10 Menit akademik c. Mendengarkan
c. Menjelaskan topik dan tujuan d. Menjawab
pendidikan kesehatan
d. Menanyakan kesiapan
2 Pelaksanaan :
a. Menjelaskan Pengertian a. Memperhatikan
Preeklampsia Berat b. Memperhatikan
b. Menjelaskan Penyebab c. Memperhatikan
20 menit Preeklampsia Berat d. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
c. Menjelaskan Tanda-tanda e. Memperhatikan.
Preeklampsia Berat f. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Menjelaskan Penanganan
Preeklampsia Berat
e. Menjelaskan Bahaya
Preeklampsia Berat
f. Menjelaskan cara
pencegahan Preeklampsia
Berat
3 Evaluasi :
a. Menanyakan kepada peserta a. Menjawab pertanyaan.
10 menit tentang materi yang telah
diberikan, dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4 Penutup :
a. Mengucapkan terimakasih a. Mendengarkan
5 menit atas peran serta peserta. b. Menjawab salam
b. Mengucapkan salam
penutup.

VII. Pengorganisasian
1. Protokol / Pembawa acara
Uraian tugas :
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri kepada peserta.
b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
c. Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluhan / Pengajar
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
3. Fasilitator
Uraian tugas :
a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
d. Menginterupsi penyuluhan tentang istilah/hal-hal yang dirasa
kurang jelas bagi peserta.
4. Observer
Uraian tugas :
a. Mengamati serta menempatkan diri sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan peserta.
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses penyuluhan.
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak sesuai dengan rencana penyuluhan.

MATERI PENYULUHAN
CARA PENANGANAN PREEKLAMPSIA BERAT

A. PENGERTIAN PREEKLAMPSIA BERAT


Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang secara spesifik hanya muncul selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu
(kecuali pada penyakit trofoblastik) dan dapat di diagnosis ada peningkatan tekanan darah selama kehamilan (sistolik ≥140 mmHg atau
diastolic ≥90 mmHg), yang sebelumnya normal disertai proteinuria (≥0,3 gramprotein selama 24 jam atau ≥30 mg/dl dengan hasil reagen
urine ≥ +1). Apabila hipertensi selama kehamilan muncul tanpa protein uria, perlu dicurigai adanya Preeklampsia seiring kemajuan
kehamilan, jika muncul gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri pada abdomen, nilai trombosit rendah dan kadar enzim ginjal
abdomen (Varney, 2007 dalam Norman & Dwi, 20013).

B. PENYEBAB PREEKLAMPSIA BERAT


Menurut (Bobak 2005) ada beberapa factor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit:
a. Primigravida, kira-kira 85% Preeklampsia Berat terjadi pada kehamilan pertama
b. Grand Multigravida
c. Janin besar
d. Distensi Rahim berlebihan: hidramnoin, hamil ganda, mola hidatosa
e. Morbit obesitas atau kegemukan dan penyakit yang menyertai hamil seperti diabetes mellitus.
f. Pada ibu yang mengalami hipertensi kronis atau penyakit ginjal, insiden dapat mencapai 25%
g. Jumlah umur ibu diatas 35 tahun Preeklampsia adalah suatu penyakit yang tidak terpiahkan dari Preeklampsia ringan sampai berat,
sindrom HELLP, atau eklampsia. Preeklampsia berkisar antara 3% sampai 5% dari kehamilan yang dirawat.

C. TANDA-TANDA PREEKLAMPSIA BERAT


1. Tekanan Darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ +2
3. Kenaikan Berat Badan 1kg atau lebih dalam seminggu
4. Nyeri kepala yang hebat
5. Penglihatan kabur
6. Air kencing < 2 gelas/hari
7. Nyeri uluhati
8. Gangguan kesadaran
9. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan fungsi liver, penurunan jumlah trombosit dan adanya perdarahan pada
pembuluh darah.

D. PENANGANAN PREEKLAMPSIA BERAT


1. Ibu harus diopname di Rumah Sakit
2. Dipasang infus dan kateter
3. Diberikan obat pencegah kejang
4. Diberikan obat penurunan tekanan darah bila diperlukan
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Bila usia kehamilan 37 minggu
7. Apabila kondisi ibu dan janin baik maka ada kegagalan dalam perawatan untuk usia kehamilan < 37 minggu (keadaan ibu dan janin
memburuk)
8. Janin dilahirkan dengan cara sesuai kondisi ibu dan janin saat itu.

E. BAHAYA PREEKLAMPSIA BERAT


1. Pada ibu:
a. Kejang-kejang
b. Perdarahan otak
c. Koma sampai meninggal
2. Pada anak:
a. Kekurangan O2 sampai meninggal

F. PENCEGAHAN DAN LAIN-LAIN


1. Ibu sebaiknya tidak hamil pada usia dibawah 20 Tahun / 35 Tahun keatas
2. Ibu tidak kegemukan / obesitas
3. Kontrol rutin setelah pulang dari rumah sakit
4. 40hari setelah melahirkan ibu KB
5. Jarak anak minimal 2Tahun
6. Kontrol rutin apabila hamil lagi,sejak terlambat haid sampai melahirkan
Kasus ketiga
Letak sungsang merupakan letak membujur dengan kepala janin di fundus
uteri (manuaba, 2001 : 237).
Letak sungsang adalah janin yang letaknya membujur atau memanjang dalam
rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Mochtar, 1998 : 350).
Presentasi sungsang terjadi bila bokong atau tungakai janin berpresentasi ke
dalam pelvis ibu (Hacker, 2001 : 254).
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (wiknjosastro,
2006 : 606).
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa letak sungsang
adalah suatu keadaan dimana letak pada janin memanjang dengan posisi kepala

Laporan pendahuluan berada di fundus uteri.

A. kelainan letak.
2.      Klasifikasi.
Saya ambil letak sungsang
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi letak sungsang adalah :
Letak sungsang.
a.       Letak bokong (Frank Breech) merupakan letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke
1.      Pengertian.
atas.
b.      Letak sungsang sempurna (Complete Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di
Breech) merupakan letak bokong dimana bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian keras dan bulat, yaitu kepala, dan
kedua kaki ada di samping bokong atau kepala teraba di fundus. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi
letak kaki bokong sempurna. atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan
c.       Letak sungsang tidak sempurna pemeriksaan dalam.
(Incomplete Breech) adalah letak Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
sungsang dimana selain bokong bagian dengan adanya sacrum, tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
atas : ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari
1)      Kedua kaki = letak kaki sempurna. Satu kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
kaki = letak kaki tidak sempurna. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di samping
2)      Kedua lutut = letak lutut sempurna. Satu bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya teraba satu
lutut = letak lutut tidak sempurna. kaki di samping bokong (Wiknjosastro, 2006 : 611).
5.      Tanda dan Gejala
3.      Etiologi. a.    Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
Menurut Wiknjosastro merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
(2006) faktor-faktor yang b.    Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
menyebabkan letak sungsang c.    Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada
antara lain : pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
a.       Multipritas. d.   Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
b.      Hamil kembar.
c.       Hidramnion. 6.      Penanganan.
d.      Hidrisefalus. a.       Penanganan selama kehamilan.
e.       Plasenta previa. Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum
f.       Plasenta previa. permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah
g.      Kelainan uterus. mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke
h.      Panggul sempit. dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255).
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan
4.      Diagnosis. denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar
berhasil denyut jantung janin harus 4)   Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala.
selalu diawasi. Sesudah janin 5)   Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.
berada dalam keadaan presentasi b.      Penanganan selama persalinan.
kepala, kepala didorong masuk ke 1)   Kelahiran Pervaginam.
dalam rongga panggul. Versi luar Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada
hendaknya dilakukan dengan pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256). Menurut Mochtar
kekuatan ringan tanpa mengadakan (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara
paksaan. Versi luar tidak akan spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang
berhasil jika versi luar dilakukan harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu :
apabila air ketuban hanya sedikit. a)    Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan
Kontraindikasi lain untuk observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya
melakukan versi luar adalah jangan ekspresi Kristeller, karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm.
panggul sempit, perdarahan b)   Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat
antepartum, hipertensi, hamil akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit.
kembar, plasenta previa Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
(Wiknjosastro, 2006 : 615). 2)   Seksio sesarea.
Menurut Mochtar (1998) Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan
syarat versi luar yaitu pembukaan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan
kurang dari 5 cm, ketuban masih janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup
ada, bokong belum turun atau bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesarea.
masuk pintu atas panggul. Teknik
versi luar yaitu B.     Letak lintang.
1)   Lebih dahulu bokong lepaskan dari 1.    Pengertian letak lintang.
pintu atas panggul dan ibu dalam Letak lintang adalah Bila sumbu memanjang janin menyilang sumbu
posisi trendelenburg. memanjang ibu secara tegak lurus atau mendekati 90 derajat (Mochtar, 1998 : 366).
2)   Tangan kiri letakkan di kepala dan Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus
tangan kanan pada bokong. dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain
3)   Putar kea rah muka atau perut (Wiknjosastro, 2006 : 622).
janin.
Letak lintang adalah bila 1)      Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
sumbu janin melintang dan 2)      Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke dalam
biasanya bahu merupakan bagian pintu atas panggul
terendah janin (Buku Acuan 3)      Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
Nasional). Dari beberapa pendapat c.       Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
para ahli dapat disimpulkan bahwa d.      Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
letak lintang adalah keadaan 1)      Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk menentukan
dimana posisi janin melintang. tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
2)      Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri,
2.    Etiologi letak lintang. ketiak menutup ke kiri.
Sebab terpenting dari letak 3)      Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
lintang adalah multiparitas disertai 4)      Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namun
dinding uterus dan perut yang pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
lembek. Pada kehamilan prematur,
hidramnion dan kehamilan kembar, Menurut Wiknjosastro (2006) adanya letak lintang sering sudah dapat diduga
janin sering dijumpai dalam letak hanya dengan inspeksi. Uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak
lintang. Keadaan ini yang dapat sesuai dengan umur kehamilannya. Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin
menghalangi turunnya kepala ke berada di samping, dan di atas simfisis juga kosong, kecuali bila bahuturun ke dalam
dalam rongga panggul seperti panggul. Denyut jantung janin ditemukan di sekitar umbilikus.
misalnya panggul sempit, tumor di Pada pemeriksaan dalam teraba tulang iga, scapula, dan kalau tangan
daerah panggul dan plasenta menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan
previa. Demikian pula kelainan cara bersalaman. Terababahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri.
bentuk rahim seperti uterus arkutus Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri. Letak punggung ditentukan
atau uterus subseptus dengan adanya scapula, letak dada dengan klavikula. Pemeriksaan dalam agak sukar
(Wiknjosastro, 2006 : 624). dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban intak, namum pada letak lintang
biasanya ketuban cepat pecah (mochtar, 1998 : 368).
3.    Diagnosis letak lintang.
a.       Inspeksi : Perut membuncit ke samping
b.      Palpasi 4.    Mekanisme persalinan letak lintang.
Menurut Mochtar (1998) sebaiknya diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar.
anak normal dan cukup bulan tidak Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada tidaknya
mungkin lahir secara spontan panggul sempit, tumor dalam pnggul, atau plasenta previa, sebab dapat
dalam letak lintang. Janin hanya membahayakan janin meskipun versi luar berhasil, janin mungkin akan memutar
dapat lahir spontan, bila kecil atau kembali. Untuk mencegah janin memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan
premature, sudah mati dan menjadi korset, dan dilakukan pemeriksaan antenatalulangan untuk menilai letak janin.
lembek atau panggul luas. Pada Pada seorang primigravida bila versi luar tidak berhasil, sebaiknya segera
cara Denman bahu tertahan pada dilakukan seksio sesarea. Pertolongan persalinan letak lintang pada multipara
simpisis dan dengan fleksi kuat di bergantung pada beberapa faktor. Apabila riwayat obstetric wanita yang
bagian bawah tulang belakang, bersangkutan baik, tidak didapatkan kesempitan panggul, dan janin tidak seberapa
badan bagian bawah, bokong dan besar, dapat ditunggu dan diawasi sampai pembukaan serviks lengkap untuk
kaki turun di rongga panggul dan kemudian melakukan versi ekstrasi. Selama menunggu ketuban harus diusahakan
lahir, kemudian disusul badan supayua utuh dan melarang untuk meneran dan bangun.
bagian atas dan kepala. Apabila ketuban pecah sebelum pembukaan lengkap dan terdapat prolaps
Pada cara Douglas bahu funikuli, harus dilakukan seksio sesarea. Dan apabila ketuban pecah, tetapi tidak
masuk ke dalam rongga panggul, terjadi prolaps funikuli, maka bergantung kepada tekanan, dapat ditunggu sampai
kemudian dilewati oleh bokong pembukaan lengkap kemudian dilakukan versi ekstrasi atau dengan seksio sesarea.
dan kaki, sehingga bahu, bokong Pada letak lintang ksep atau persalinan lama, versi ekstrasi akan mengakibatkan
dan kaki lahir, selanjunya disusul rupture uteri, sehingga bila janin masih hidup, hendaknya dilakukan seksio sesarea
oleh lahirnya kepala. Dua cara dengan segera, sedangkan pada janin mati dilahirkan secara pervaginam dengan
tersebut merupakan variasi suatu dekapitasi (Wiknjosastro, 2006 : 627).
mekanisme lahirnya janin dalam
letak lintang, akibat fleksi lateral
yang maksimal dari tubuh janin KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
(Wiknjosastro, 2006 : 625). KELAINAN LETAK
 
5.    Penanganan letak lintang.
Apabila pada pemeriksaan A.    Pengkajian
antenatal ditemukan letak lintang,
1.    Aktifitas / Istirahat : Melaporkan Pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi (mis.,dagu
keletihan, kurang energy, Letargi, wajah, atau posisi bokong)
penurunan penampilan Penurunan janin mungkin kurang dari 1 cm/jam padanulipara atau kurang dari
2.    Sirkulasi : Tekanan darah dapat 2 cm/jam pada multipara
meningkat 7.    Seksualitas
3.    Eliminasi : Distensi Dapat primigravida atau grand multipara. Uterus mungkin distensi berlebihan
usus atau kandung kencing karena hidramnion, gestasi multipel,janin besar atau grand multiparitas.
mungkin ada 8.    Pemeriksaan Diagnosis
4.    Integritas ego : Mungkin sangat a.       Tes pranatal : dapat memastikan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple
cemas dan ketakutan b.      Ultrasound atau pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis,presentasi janin ,posisi
5.    Nyeri / Ketidaknyamanan dan formasi.
Dapat terjadi sebelum
awitan(disfungsi fase laten primer)
atau setelah persalinan terjadi
(disfungsi fase aktif sekunder).
Fase laten persalinan dapat B.     Diagnosa Keperawatan
memanjang : 20 jam atau lebih 1.    Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir
lama pada nulipara (rata- rata 2.    Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada
adalah 8 ½ jam), atau 14 jam pada penurunan janin
multipara (rata – rata adalah 5 ½ 3.    Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin
jam). 4.    Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
6.    Keamanan
Dapat mengalami versi
eksternal setelah gestasi 34minggu
dalam upaya untukmengubah
presentasi bokong menjadi
presentasi kepala
… Minggu thn ada
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN 2…
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS …
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS 3…
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG …
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN KELAINAN LETAK 4…

PENGKAJIAN DATA
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN 6. RIWAYAT KELUARGA
Nama : NY. A Pernikahan yang ke : pertama
Penyakit Dalam Keluarga :tbc
Umur : 22 tahun Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : lancar
Alamat : jln.cicendo
7. ASPEK PSIKOSOSIAL
Pendidikan terakhir : sarjana S1 8. TANDA DAN GEJALA KELAINAN LETAK
Teoritis Praktikal
Tanggal dirawat : 10 april 2014 1. rahim 1. rahim arkuatus
Dokter Penanggung jawab : Dr.B 2. plasenta 2. plasenta letak rendah
Nama Penanggung jawab : Tn. J 3. tulang panggul 3. kesempitan pamggul
Diagnosa Medis : letak sungsang 4. 4.
5. 5.
GPA : G 2/ P 1 / A 0

2. RIWAYAT KESEHATAN B.
Keluhan Utama: cepat lelah PEMERIKSAAN FISIK
Riwayat Penyakit yang Lalu: tidak ada 1. Kelainan Dalam Pemeriksaan Leopold I: TFU petengahan pusat-px. Pada
fundus \teraba keras bundar melenting yang berarti kepala. TFU : 30 cm.
3. RIWAYAT GINEKOLOGI 2. Kelainan Dalam Pemeriksaan Leopold II: Perut ibu sebelah kiri teraba lebar
Usia Menarche : 12 tahun. dan memberikan tahanan yang besar berarti punggung kiri.
HPHT : 15 agustus 2013 3. Kelainan Dalam Pemeriksaan Leopold III: Bagian terbawah janin teraba
Siklus Menstruasi : 28 hari. Lama Menstruasi/ siklus: 6-7 hari. lunak, kurang bundar, kurang melinting berarti bokong.
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 2-3 x ganti pembalut/ hari. 4. Kelainan Dalam Pemeriksaan Leopol IV : Bokong belum masuk PAP.
Frekuensi ; Teratur
Nyeri Haid : tidak.

4. RIWAYAT SEKSUAL
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 18 tahun.
Aktifitas Seksual : Aktif
Gangguan Seksual : tidak ada
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA
Anak Hidup Usia Usi Jenis Masala Teknik Jeni
ke… / Mati Gestas a Persalina h Nifas Menyusu s KB
Usia i Ibu n i

1… hidup 40 19 spontan Tidak Asi baik pil


DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:

1.    Nyeri (akut) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan lahir


2.    Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada

penurunan janin

3.    Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin

4.    Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


RENCANA KEPERAWATAN (Terlampir)

Dx1 : Nyeri (akut ) berhubungan dengan Peningkatan tahanan pada jalan


lahir ditandai dengan : Peningkatan tonus otot, pengungkapan, Prilaku
distraksi (gelisah, meringis, menangis),wajah menunjukan nyeri.
Kriteria Evaluasi :
1.      Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan
kanyamanan
2.      Tampak rileks diantara kontraksi
3.      Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi
INTERVENSI RASIONAL
1.      Buat upaya yang memungkinkan
1.      Jawaban pertanyaan dapat
klien/pelatih untuk merasa nyaman menghilangkan rasa takut dan
mengajukan pertanyaan peningkatan pemahaman
2.      Berikan instruksi dalam tehnik
2.      Mendorong relaksasi dan memberikan
pernafasan sederhana klien cara mengatasi dan mengontrol
tingkat ketidaknyamanan.
3.      Relaksasi dapat membantu
3.      Anjurkan klien menggunakan tehnik menurunkan tegangan dan rasa
relaksasi.Berikan instruksi bila perlu takut,yang memperberat nyeri dan
menghambat kemajuan persalinan
4.      Berikan tindakan kenyamanan (mis.
4.      Meningkatkan relaksasi,menurunkan
Masage,gosokan punggung, sandaran tegangan dan ansietas dan
bantal, pemberian kompres sejuk, meningkatkan koping dan kontrol klien
pemberian es batu) 5.      Mencegah dan membatasi keletihan
5.      Anjurkan dan bantu klien otot, meningkatkan sirkulasi
dalamperubahan posisi dan
penyelarasan EFM 6.      Menghilangkan nyeri, meningkatkan
6.      Kolaborasi : Berikan obat analgetik relaksasi dan koping dengan
saat dilatasi dan kontaksi terjadi kontraksi,memungkinkan klien tetap
fokus

Dx2 : Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan


obstruksi mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
1)      Tidak terdapat cedera pada ibu
INTERVENSI RASIONAL
1.      Tinjau ulang riwayat persalinan,
1.      Membantu dalam mengidentifikasi
awitan, dan durasi kemungkinan penyebab, kebutuhan
pemeriksaan diagnostik, dan intervensi
yang tepat
2.      Evaluasi tingkat keletihan yang
2.      Kelelahan ibu yang berlebihan
menyertai,serta aktifitas dan istirahat menimbulkan disfungsi sekunder atau
sebelum awitan persalinan mungkin akibat dari persalinan lama
3.      Disfungsi kontraksi memperlama
3.      Kaji pola kontraksi uterus secara persalinan,meningkatkan risiko
manual atau secara elektronik komplikasi maternal / janin
4.      Indikator kemajuan persalinan ini dapat
4.      Catat penonjolan , posisi janin dan mengidentifikasi timbulnya penyebab
presentasi janin persalinan lama
5.      Relaksasi dan peningkatan perfusi
5.      Tempat klien pada posisi rekumben uterus dapat memperbaiki pola
lateral dan anjurkan tirah baring dan hipertonik.Ambulasi dapat membantu
ambulasi sesuai toleransi kekuatan grafitasi dalam merangsang
pola persalinan normal dan dilatasi
serviks
6.      Oksitosin perlu untukmenambah atau
6.      Gunakan rangsang putting untuk memulai aktifitas miometrik untuk pola
menghasilkan oksitosin endogen. uterus hipotonik
7.      Melahirkan sesaria diindikasikan
7.      Kolaborasi : Bantu untuk persiapan malposisi yang tidak mungkin
seksio sesaria sesuai indikasi,untuk dilahirkan secara vagina
malposisi

Dx3 : Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan


malpresentasi janin
Kriteria Evaluasi :
1.      Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik tidak ada deselerasi
lambat
INTERVENSI RASIONAL
1.      Kaji DDJ secara manual atau
1.      Mendeteksi respon abnormal ,seperti
elektronik,perhatikan variabilitas yang berlebih – lebihan,
variabilitas,perubahan periodik dan bradikardi & takikardi, yang mungkin
frekuensi dasar. disebabkan oleh stres, hipoksia,
asidosis, atau sepsis
2.      Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
2.      Perhatikan tekanan uterus menurunkan atau mengganggu
selamaistirahat dan fase kontraksi oksigenasi dalam ruang intravilos
melalui kateter tekanan intrauterus bila
3.      Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit
tersedia atau kurang tidakmemungkinkan
3.      Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi oksigenasi adekuat dalam ruang
kontraksi uterus.beritahu dokter bila intravilos
frekuensi 2 menit atau kurang 4.      Presentasi ini meningkatkan risiko ,
karena diameter lebih besar dari jalan
4.      Siapkan untuk metode melahirkanyang masuk ke pelvis dan sering memerlukan
paling layak, bilabayi dalam presentasi kelahiran secara seksio sesaria
bokong 5.      (Rasional : Risiko cedera atau kematian
janin meningkat dengan malahirkan
pervagina bila presentasi selain verteks
5.      Atur pemindahan pada lingkungan
perawatan akut bila malposisi dideteksi
klien dengan PKA

Dx4 : Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi


Kriteria Evaluasi :
1.Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
2.Mengidentifikasi /menggunakan tehnik koping efektif  
INTERVENSI RASIONAL
1.      Tentukan kemajuan persalinan , kaji
1.      Persalinan yang lama yang berakibat
derajat nyeri dalam hubungannya keletihan dapat menurunkan
dengan dilatasi / penonjolan kemampuan klien untuk mengatasi atau
mengatur kontraksi
2.      Kenali realitaskeluhan klien akan
2.      Ketidaknyamanan dan nyeri dapat
nyeri /ketidaknyamanan disalahartikan pada kurangnya
kemajuan yang tidak dikenali sebagai
masalah disfungsional
3.      Tentukan tingkat ansietas klien dan
3.      Ansietas yang berlebihan
pelatih perhatikan adanya frustasi meningkatkan aktifitas adrenal
/pelepasan katekolamin,menyebabkan
ketidak seimbangan endokrin,kelebihan
epinefrin menghambat aktifitas
miometrik
4.      Dapat membantu reduksi ansietas dan
4.      Berikan informasi faktual tentang apa meningkatkan koping
yang terjadi 5.      Menurunkan ansietas, meningkatkan
5.      Berikan tindakan kenyamanan dan kenyamanan , dan membantu klien
pengubahan posisi klien.Anjurkan mengatasi situasi secara positif
penggunaan tehnik relaksasi dan
pernafasan yang dipelajari
SATUAN ACARA PENYULUHAN 5. Ibu dapat mengetahui penanganan kelainan letak
sungsang.

Pokok bahasan : Kelainan Letak Janin


Sub pokok bahasan   : Letak Sungsang C. Strategi Pelaksanaan :
Sasaran             : Ibu hamil dan keluarga
Metode  : Ceramah, diskusi, dan simulasi
Waktu        : 30 menit
Media : leaflet dan LCD
Tempat           :RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh
Banjarmasin (Poli Kandungan)

A. Tujuan Instruksional Umum :

Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan ibu


hamil dapat memahami mengenai kelainan letak janin (letak
sungsang).
D. Proses Pelaksanaan
B. Tujuan Instruksional Khusus :
Waktu Tahap Kegiatan
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 30 Kegiatan Penyuluh Sasaran
menit, diharapkan ibu hamil dapat mengetahui tentang :
5 Menit Pembukaan 1. Membuka acara 1.      Menjawab salam 
1. Ibu dapat mengetahui definisi letak sungsang.
2. Menyampaikan topik 2.      Mendengarkan
2. Ibu dapat mengetahui dan menyebutkan penyebab
3. Kontrak waktu 3.      Menyetujui kontra
kelainan letak sungsang.
3. Ibu dapat mengetahui dan menyebutkan tanda dan gejala 15 Kegiatan Inti 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Mendengarkan
kelainan letak sungsang. Meni pengetahuan sasaran
4. Ibu dapat mengetahui pencegahan kelainan letak t 2. Memberikan materi 2. Mendengarkan/
sungsang. dan simulasi menyimak dan
menanyakan. Ibu hamil mengikuti kegiatan sampai
3. Memberikan feed back 3. Menanggapi selesai

10 Evaluasi / 1. Memberikan 1. Menjawab b. Proses : Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.

Meni Penutup pertanyaan c. Output:  Penyuluh memberi materi secara sistematis dan

t 2. Menyimpulkan materi 2. Menyimak menarik.

3. Menutup 3. Menjawab Penyuluh dapat menjawab pertanyaan pasien.

(mengucapkan salam) salam 3. Evaluasi Hasil


Ibu hamil dapat menjawab dengan benar 75% dari 
pertanyaan penyuluh.
E. Setting Tempat
Kriteria Evaluasi :
Penyuluhan dilaksanakan di depan poli kandungan 1. Mampu menyebukanIbu dapat mengetahui definisi letak
RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh sungsang.
2. Mampu menyebutkan penyebab kelainan letak sungsang.
F. Evaluasi 3.  Mampu menyebutkan tanda dan gejala kelainan letak
1. Evalusi Struktur sungsang
a. Kesiapan Media meliputi : leaflet dan materi untuk 4.  Mampu menyebutkan pencegahan kelainan letak
penyuluhan. sungsang
b. Penentuan waktu 5. Mampu menyebutkan penanganan kelainan letak
c. Penentuan tempat sungsang
d. Pemberitahuan kepada pasien Evaluasi Kegiatan
e. Pengorganisasian panitia kecil dari rumah sakit a. Persiapan
2. Evaluasi Proses - Membuat satuan acara penyuluhan
a. Input : Ibu hamil dapat mengikuti penyuluhan - Membuat kontrak dengan sasaran penyuluhan
- Mempersiapkan bahan dan materi yang akan disampaikan
Kegiatan penyuluhan berjalan tertib.
b. Proses
Ibu hamil mengajukan pertanyaan.
- Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada sasaran
- Menyampaikan topik dan tujuan yang penyuluhan - Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama
- Menjelaskan materi penyuluhan kepada sasaran penyuluhan berlangsung
- Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menanyakan - Sasaran mengajukan pertanyaan jika ada hal yang
hal-hal yang belum dimengerti dari materi yang dijelaskan belum dimengerti
penyuluh - Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi
- Memberikan pertanyaan kepada sasaran tentang materi yang materi dengan antusias dan bersemangat.
sudah disampaikan penyuluh - Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penyuluhan
- Menyimpulkan materi penyuluhan yang sudah disampaikan berlangsung
kepada sasaran c) Evaluasi hasil
- Menutup acara dengan mengucapkan salam dan terimakasih - Peserta antusias bertanya tentang kelainan letak
kepada sasaran sungsang
c. Evaluasi - Peserta mulai memahami bagaimana penanganan letak
1) Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir sungsang
kegiatan penyuluhan dengan memberikan pertanyaan secara
lisan sebagai berikut:
a. Apa penyebab kelainan letak ?
b. Bagaimana
sungsang
2) Kriteria evaluasi
penanganan kelainan letak
Kasus ke
a) Evaluasi struktur
- Menyiapkan SAP empat
- Menyiapkan materi
- Kontrak waktu dengan sasaran
Laporan pendahuluan Perdarahan Antepartum
b) Evaluasi proses
2.1.1    Pengertian
- Peserta yang mengikuti penyuluhan adalah ibu hamil.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam 3. Plasenta Previa marginalis, yaitu apabila pinggir plasenta
semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah melebihi 28 atau ari-ari berada tepat pada pinggir pembukaan jalan ari.
minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram (Manuaba, 2010). 4. Plasenta letak rendah, yaitu apabila letak tidak normal pada
Sedangkan menurut Wiknjosastro (2007), perdarahan segmen bawah rahim akan tetapi belum sampai menutupi
antepartum adalah perdarahan pervaginam yang timbul pada pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2005).
masa kehamilan kedua pada kira-kira 3% dari semua kehamilan.  Etiologi
Jadi dapat disimpulkan perdarahan antepartum adalah Mengapa plasenta atau ari-ari bertumbuh pada
perdarahan yang terjadi pada akhir usia kehamilan segmen bawah rahim tidak selalu jelas. Plasenta previa bisa
disebabkan oleh dinding rahim di fundus uteri belum
2.1.2    Jenis-jenis Perdarahan Antepartum
menerima implantasi atau tertanamnya ari-ari dinding rahim
1. Plasenta Previa
diperlukan perluasan plasenta atau ari-ari untuk memberikan
 Pengertian
nutrisi janin (Manuaba, 2010).
Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa
dengan ari-ari yang letaknya tidak normal, yaitu pada bagian
yang belum di ketahui atau belum jelas, bermacam-macam
bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
teori dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.
pembukaan jalan rahim. Pada keadaan normal ari-ari terletak
Strasmann mengatakan bahwa faktor terpenting
dibagian atas rahim (Wiknjosastro, 2005).
adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang
menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan browne
 Klasifikasi
menekankan bahwa faktor terpenting ialah villi khorialis
Jenis-jenis plasenta previa di dasarkan atas teraba
persisten pada desidua kapsularis.
jaringan plasenta atau ari-ari melalui pembukaan jalan lahir
Faktor-faktor etiologinya :
pada waktu tertentu.
1) Umur dan Paritas
1. Plasenta previa totalis, yaitu apabila seluruh pembukaan
a. Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih
tertutup oleh jaringan plasenta atau ari-ari.
sering dari pada umur di bawah 25 tahun.
2. Plasenta previa parsialis, yaitu apabila sebagian pembukaan
b. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
tertutup oleh jaringan plasenta.
c. Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri
umur muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan merupakan gejala utama dan pertama dari plasenta previa.
banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada triwulan

dimana endometrium masih belum matang. ketiga, akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20

2) Hipoplasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur minggu karena sejak itu segmen bawah rahim telah terbentuk

muda dan mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya

3) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, kehamilan, segmen bawah rahim akan lebih melebar lagi, dan

bekas operasi, kuretase dan manual plasenta. leher rahim mulai membuka. Apabila plasenta atau ari-ari

4) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum tumbuh pada segmen bawah rahim, pelebaran segmen bawah

siap menerima hasil konsepsi. rahim dan pembukaan leher rahim tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian
5) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
plasenta dari dinding rahim. Pada saat itulah mulai terjadi
6) Kadang-kadang pada mal nutrisi (Manuaba, 2010).
perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek
 Patofisiologi
karena terlepasnya plasenta dan dinding rahim atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannya tidak
dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah rahim untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal,
makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi
(Winkjosastro, 2005)

 Frekuensi
Frekuensi plasenta previa pada Ibu yang hamil berusia
lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan
dengan Ibu yang kehamilan pertamanya berumur kurang dari 25
tahun. Pada Ibu yang sudah beberapa kali hamil dan melahirkan kemudian ternyata dugaan itu salah. Sedangkan diagnosis
dan berumur lebih dari 35 tahun. Kira-kira 4 kali lebih sering bandingnya meliputi pelepasan plasenta prematur (ari-ari lepas
dibandingkan yang berumur kurang dari 25 tahun. (Winkjosastro, sebelum waktunya), persalinan prematur dan vasa previa
2003) (Winkjosastro, 2005)

 Tanda dan Gejala


Gejala utama dari plasenta previa adalah timbulnya  Anamnesis
perdarahan secara tiba-tiba dan tanpa diikuti rasa nyeri. Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada

berbahaya tapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih multigravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari

banyak dari pada sebelumnya apalagi kalau sebelumnya anamnesis, melainkan dari pemeriksaan darah (Winkjosastro,

telah dilakukan pemeriksaan dalam. Walaupun 2005)

perdarahannya dikatakan sering terjadi pada triwulan ketiga


 Pemeriksaan
akan tetapi tidak jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
Untuk menentukan penanganan yang tepat, guna
minggu karena sejak saat itu bagian bawah rahim telah
mengatasi perdarahan antepartum yang disebabkan oleh
terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
plasenta previa. Perlu dilakukan beberapa langkah pemeriksaan.
Pada plasenta previa darah yang dikeluarkan akibat
pendarahan yang terjadi berwarna merah segar, sumber
1) Pemeriksaan luar
perdarahannya ialah sinus rahim yang terobek karena
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan letak janin
terlepasnya ari-ari dari dinding rahim. Nasib janin
2) Pemeriksaan inspekulo
tergantung dari bahayanya perdarahan dan hanya kehamilan
Pemeriksaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
pada waktu persalinan (Winkjosastro, 2005)
sumber terjadinya perdarahan
3) Penentuan letak plasenta tidak langsung
 Diagnosis
Pemeriksaan ini bertujuan untuk megetahui secara pasti letak plasenta
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus
atau ari-ari. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dangan radiografi,
dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai
radioisotopi dan ultrasonografi.
4) Penentuan letak plasenta secara langsung. 2) Prolaps plasenta
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat 3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan
tentang adanya dan jenis plasenta previa dan pemeriksaan ini bisa kalau perlu dibersihkan dengan kerokan
dilakukan dengan secara langsung meraba plasenta melalui kanalis 4) Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan
servikalis (Winkjosastro, 2005). 5) Perdarahan setelah kehamilan
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak
 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Kehamilan
7) Bayi lahir prematur atau berat badan lahir rendah (Mochtar,
Karena dihalangi oleh ari-ari maka bagian terbawah janin
2011)
tidak terdorong ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah
kesalahan-kesalahan letak janin seperti letak kepala yang
 Pragnosis Plasenta Previa
mengapung, letak sungsang atau letak melintang.
Karena dahulu penanganan plasenta previa relatif bersifat
Sering terjadi persalinan prematur atau kelahiran
konservatif, maka angka kesakitan dan angka kematian Ibu dan
sebelum waktunya karena adanya rangsangan koagulum darah
bayi tinggi, kematian Ibu mencapai 8-10% dari seluruh kasus
pada leher rahim. Selain itu jika banyak plasenta atau ari-ari yang
terjadinya plasenta previa dan kematian janin 50-80% dari
lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi kontraksi, juga
seluruh kasus terjadinya plasenta previa.
lepasnya ari-ari dapat merangsang kontraksi (Mochtar, 2003)
Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka
angka kematian dan kesakitan Ibu dan bayi baru lahir jauh
 Pengaruh Plasenta Previa Terhadap Persalinan
menurun. Kematian Ibu menjadi 0,1-5% terutama disebabkan
1) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan persalinan
perdarahan, infeksi, emboli udara dan trauma karena tindakan.
akan menjadi tidak normal
Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25%, terutama
2) Bila ada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau
disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan
dipecahkan dapat menyebabkan terjadinya prolaps funikuli
persalinan buatan (Mochtar, 2003).
3) Sering dijumpai inersia primer
4) Perdarahan (Mochtar, 2011)  Penanganan Plasenta Previa
Setiap perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan di
 Komplikasi Plasenta Previa atas 22 minggu harus dianggap penyebabnya adalah plasenta
1) Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung)
previa sampai ternyata dugaan itu salah. Penderita harus dibawa observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan
ke rumah sakit yang fasilitasnya cukup. keadaan gawat darurat (Manuaba, 2010).

2) Terapi Aktif atau Tindakan Segera


Ada 2 cara penanganan yang bisa dilakukan : Wanita hamil diatas 22 minggu dengan perdarahan
1) Terapi ekspektatif atau sikap menunggu pervaginam yang aktif dan banyak harus segera
Tujuannya adalah supaya janin tidak terlahir sebelum dilaksanakan secara aktif tanpa memandang kematangan
waktunya dan tindakan yang dilakukan untuk meringankan janin. Bentuk penanganan terapi aktif
gejala-gejala yang diderita. Penderita dirawat tanpa a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis. menyelamatkan Ibu dan anak atau untuk mengurangi
Syarat-syarat bisa dilakukannya terapi ekspektatif kesakitan dan kematian.
adalah kehamilan belum matang, belum ada tanda-tanda b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya
persalinan, keadaan umum Ibu cukup baik dan bisa pengawasan untuk dapat melakukan pertolongan lebih lanjut
dipastikan janin masih hidup. c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
Tindakan yang dilakukan pada terapi ekspektatif mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan
adalah rawat inap, tirah baring dan pemberian antibiotik, yang mempunyai fasilitas yang cukup.
kemudian lakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk b) Pertolongan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan
memastikan tempat menempelnya plasenta, usia kehamilan yang paling banyak dilakukan (Manuaba, 2010).
letak dan presentasi janin bila ada kontraksi. Berikan obat-
obatan MgSO4 4 gr IV, Nifedipin 3 x 20 mg/hari,
betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru-paru janin
Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta 2. Solusio Plasenta
masih berada di sekitar ostium uteri internum maka dugaan  Pengertian Solusio Plasenta
plasenta previa menjadi jelas. Sehingga perlu dilakukan
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta atau ari-ari dari tempat c) Persalinan anak kedua hamil kembar
perlekatannya yang normal pada rahim sebelum janin dilahirkan 3) Dapat terjadi pada kehamilan dengan tali pusat yang pendek
(Saifuddin, 2006). faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta adalah:
a) Hamil tua
 Klasifikasi Solusio Plasenta b) Mempunyai tekanan darah tinggi atau eklampsia
Menurut derajat lepasnya plasenta c) Bersamaan dengan pre-eklampsia atau eklampsia
1) Solusio Plasenta Parsialis d) Tekanan vena kava inferior yang tinggi
Bila hanya sebagian saja plasenta terlepasnya dari tempat e) Kekurangan asam folik
perletakannya. (Manuaba, 2010).
2) Solusio Plasenta Totalis   Patofisiologi Solusio Plasenta

Bila seluruh plasenta sudah terlepasnya dari tempat Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta

perlekatannya atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga

3) Prolapsus Plasenta plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila perdarahan

Bila plasenta turun ke bawah dan teraba pada sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan

pemeriksaan dalam. plasenta, peredaran darah antara rahim dan plasenta belum
terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya
baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
 Etiologi Solusio Plasenta
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan
Penyebab Solusio Plasenta adalah
bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
1) Trauma langsung terhadap Ibu hamil
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus menerus
a) Terjatuh trauma tertelungkup
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
b) Tendangan anak yang sedang digendong
mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya.
c) Atau trauma langsung lainnya
Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
2) Trauma Kebidanan, artinya solusio plasenta terjadi karena
sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari
tindakan kebidanan yang dilakukan :
dinding rahim.
a) Setelah versi luar
b) Setelah memecahkan air ketuban
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput Diagnosis solusio plasenta bisa ditegakkan bila pada
ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban anamnesis ditemukan perdarahan disertai rasa nyeri, spontan
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi dan dikutip penurunan sampai terhentinya gerakan janin dalam
diantara serabut otot rahim. rahim.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas dari dinding rahim. Apabila sebagian besar atau  Anamnesis

seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian Dari anamnesis didapatkan rasa sakit yang tiba-tiba

janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak diperut, perdarahan, dari jalan lahir yang sifatnya hebat berupa

berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. gumpalan darah besar dan bekuan-bekuan darah.

Waktu sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan


darah, kelainan ginjal, dan nasib janin. Makin lama sejak  Pemeriksaan

terjadinya solusio plasenta, makin hebat terjadinya komplikasi Untuk menentukan penanganan yang tepat untuk
(Manuaba, 2010). mengatasi solusio plasenta, pemeriksaan yang bisa
dilakukan adalah :
 Frekuensi Solusio Plasenta 1) Pemeriksaan fisik secara umum
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan 2) Pemeriksaan khusus berupa palpasi abdomen, auskultasi,
(Winkjosastro, 2005). pemeriksaan dalam serta ditunjang dengan pemeriksaan
ultrasonogravi.
 Tanda dan Gejala Solusio Plasenta
Solusio Plasenta yang ringan pada umunya tidak
 Komplikasi Solusio Plasenta
menunjukkan gejala yang jelas, perdarahan yang dikeluarkan
1) Komplikasi langsung.
hanya sedikit. Tapi biasanya terdapat perasaan sakit yang tiba-
Adalah perdarahan, infeksi, emboli dan syok obstetrik.
tiba diperut, kepala terasa pusing, pergerakan janin awalnya kuat
2) Komplikasi tidak langsung
kemudian lambat dan akhirnya berhenti. Fundus uteri naik,
Adalah couvelair rahim, hifofibrinogenemia, nekrosis
rahim teraba tegang.
korteks renalis yang menyebabkan tidak diproduksinya air urin

 Diagnosis Solusio Plasenta


serta terjadi kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis berhentinya perdarahan kita berikan suntikan morfin
dan lain-lain (Mochtar, 2003). subkutan, stimulasi kardiotonika seperti coramine, cardizol
dan pentazol serta transfusi darah.
 Prognosis Solusio Plasenta 2) Terapi aktif
1) Terhadap Ibu Prinsipnya kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% agar anak segera dilahirkan dan pedarahan berhenti.
dari seluruh jumlah kasus Solusio plasenta. Hal ini Pertolongan persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam,
dikarenakan perdarahan sebelum dan sesudah persalinan, umumnya dapat bersalin secara normal.
toksemia gravidarum, kerusakan organ terutama nekrosis Tindakan bedah seksio sesarea dilakukan apabila, janin hidup
korteks ginjal dan infeksi. dan pembukaan belum lengkap, gawat janin tetapi
2) Terhadap Anak persalinan normal tidak dapat dilaksanakan dengan segera,
Kematian anak tinggi, menurut kepustakaan 70-80% persiapan untuk seksio sesarea, hematoma miometrium
dari seluruh jumlah kasus solusio plasenta. Hal ini tidak mengganggu kontraksi rahim dan observasi ketat
tergantung pada derajat pelepasan dari pelepasan plasenta, kemungkinan terjadinya perdarahan ulang.
bila yang terlepas lebih dari sepertiga ari-ari maka Persalinan pervaginam dilakukan apabila : Janin hidup, gawat
kemungkinan kematian anak 100% selain itu juga janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar
tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan. panggul, janin telah meninggal dan pembukaan > 2 cm
3) Terhadap Kehamilan Berikutnya (Saifuddin, 2006).
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler
dengan solusio plasenta yang lebih hebat dengan persalinan
prematur (Mochtar, 2011). Laporan kasus
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
 Penanganan Solusio Plasenta FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN
ANTEPARTUM BLEEDING
1) Terapi Konservatif PENGKAJIAN DATA
A. ANAMNESIS
Prinsipnya kita menunggu perdarahan berhenti dan kemudian 1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. U
persalinan berlangsung spontan. Sambil menunggu
Umur : 41 tahun 4. 4.
5. 5.
Alamat : pruwatan RT08/ RW09

Pendidikan terakhir : SMA B. PEMERIKSAAN FISIK


Item Hasil
Tanggal dirawat : 1 Maret 2015 Jenis Perdarahan Darah segar
Jumlah 100 ml ( 2 x ganti pembalut/hari)
Dokter Penanggung jawab : Dr. Y Sifat Nyeri

Nama Penanggung jawab : Tn. S


ANALISIS DATA
Diagnosa Medis : perdarahan antepartum Problem Etiologi Symptom
1. Hipovolemia karena DS:
GPA : G 3 / P 2 / A 0 Usia Kehamilan: 30 minggu. Cemas b.d. perubahan kehilangan darah · Klien mengatakan
2. RIWAYAT KESEHATAN yang menyertai (perdarahan). mengalami perdarahan
Keluhan Utama: Perdarahan saat kehamilan kehamilan. sejak tanggal 1 Juni 2009
mulai jam 01.30 WIB.
Riwayat Penyakit yang Lalu : Klien tidak memiliki riwayat penyakit yang menyertai · Klien mengatakan usia
kehamilan, seperti penyakit jantung, paru, hipertensi, DM. kehamilannya saat ini
baru 30 minggu.
· Menurut klien,
3. RIWAYAT GINEKOLOGI perdarahan pertama yang
Usia Menarche : 13 tahun. keluar bentuknya
HPHT : 30 juli 2014 bergumpal.
Siklus Menstruasi : 7 hari. Lama Menstruasi/ siklus: 28 hari. · Klien mengatakan saat
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 2 x ganti pembalut/ hari. ini perdarahan yang
Frekuensi ; Teratur keluar sudah agak
Nyeri Haid : Ada berkurang dari pada ke
DO:
4. RIWAYAT SEKSUAL · Hasil USG diperoleh
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 24 tahun. gambaran plasenta previa
Aktifitas Seksual : Aktif. menutupi orifisium uteri
Gangguan Seksual : tidak ada interna dengan disertai
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA gambaran hipoekoik
Ana Hidup/ Usia Usi Jenis Masala Teknik Jeni diantaranya.
k Mati Gestas a Persalina h Nifas Menyusu s KB · Hb 9,1 gr/dL
ke… i Ibu n i · Ht 28 %
Usia · Eritrosit 3,61 jt/ µL
Tidak · Konjungtiva klien pucat
1 Hidup 38 m 26 t VE Ada Asi,norma Pil · Suhu 37,1 0C, nadi 84
2 Hidup 40 m 33 T VE Tidak l pil x/mnt, TD 100/70 mmHg,
ada Asi RR 20 X/mnt.marin.
3 Sedan Belum normal
g hamil bersalin 2. Perubahan yang DS:
Cemas menyertai kehamilan · Klien mengatakan
6. RIWAYAT KELUARGA terkadang merasa cemas
Pernikahan yang ke pertama dengan kondisi janin yang
Penyakit Dalam Keluarga : Tidak ada ada dalam rahimnya bila
Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada gangguan dalam persalinan sering terjadi perdarahan.
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada gangguan. · Klien mengatakan takut
kalu mengalami
7. ASPEK PSIKOSOSIAL keguguran.
8. TANDA DAN GEJALA ANTEPARTUM BLEEDING DO:
Teoritis Praktikal · Klien gelisah dan lebih
1. perdarahan pervaginam 1. sering diam.
2. placenta previa totalitas 2. · Klien lebih sering
3. 3. melamun.
3. Keterbatasan informasi DS:
Kurang pengetahuan mengenai plasenta previa · Klien mengatakan
kurang mengetahui
tentang kelainan
kehamilan yang
dialaminya.
· Klien mengatakan ingin
mengetahui lebih banyak
mengenai kelainan dalam
kehamilannya saat ini.
DO:
· Klien bingung ketika di
tanya mengenai
penyebab kelainan dalam
kehamilannya saat ini.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:


1. Gangguan perfusi jaringan (plasental) tidak efektif b.d. hipovolemia
karena kehilangan darah (perdarahan).
2. Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai plasenta
previa.
3. Cemas b.d. perubahan yang menyertai kehamilan.

Rencana keperawatan

Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Paraf &
Nama
2 Maret 2015 Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan · Kaji penyebab terjadinya perdarahan(abrasi plasenta, plasenta
Jam 12.00 jaringan (plasental) tidak keperawatan selama 3x24 jam previa, merokok, penggunaan kokain, PIH (pregnance induced
efektif b.d. hipovolemia diharapkan pasien dapat hiertention).
karena kehilangan darah menunjukkan perfusi yang adekuat, · Kaji secara akurat kemunginan harapan hidup janin, kaji juga
(perdarahan). dengan kriteria hasil: kapan menstruasi terakhir ibu, prioritaskan pelaporan yang
· Tanda-tanda vital stabil didapat dari Ultrasound atau riwayat obstetrik.
· Membrane mukosa berwarna merah · Inspeksi keadaan perineum, hitung jumlah dan karkateristik
muda perdarahan.
· Pengisian kapiler normal (<> · Monitor TTV
· Haluaran urin adekuat. · Lakukan persiapan prosedur emergency antepartum , partum,
· Pernapasan adekuat seperti terapi oksigen, terapi parenteral IV dan mungkin infuse
parallel.
· Catat masukan dan pengeluaran makanan dan minuman.
· Elevasikan ekstremitas bawah untuk meningkatkan perfusi ke
organ vital dan fetus.
2 Maret 2015 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pembelajaran : kelainan dala kehamilan
Jam 12.00 b.d. keterbatasan keperawatan selama 3X24 jam, klien · Kaji tingkat pengetahuan klien tentang plasenta previa.
informasi mengenai dan keluarga mampu memperoleh · Jelaskan tanda dan gejala plasenta previa.
plasenta previa. pengetahuan mengenai kelainan · Identifikasi kemungkinan penyebab plasenta previa.
dalam kehamilan yang ditandai · Berikan informasi tentang kondisi klien.
dengan: · Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik.
· Mengenal kelinan kehamilan yang · Diskusikan tentang pilihan terapi.
sedang dialami klien. · Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada
· Mengetahui faktor penyebab atau petugas.
faktor pencetus · Jelaskan cara mencegah komplikasi.
· Mengetahui tanda dan gejala · Jelaskan cara penatalaksaan plsaenta previa.
· Mengetahuikomplikasi dari
plesenta previa
· Mengetahui cara mencegah
komplikasi
· Menjelaskan penatalaksanaan
plasenta previa.
2 Maret 2015 Cemas b.d. perubahan Setelah dilakukan tindakan · Membantu klien mengidentifikasi penyebab cemas yang
Jam 12.00 yang menyertai keperawatan selam 3x24 jam dialaminya.
kehamilan. diharapkan klien dapat: · Mengajari klien cara melakukan teknik relaksasi
· Tidak terjadi trauma fisik selama · Klien dapat menyebutkan penyebab cemas yang sedang di
perawatan. alaminya.
· Mempertahankan tindakan yang · Memberikan penjelasan kepada klien mengenai kondisi penyakit
mengontrol cemas. yang sedang dialaminya.
· Mengidentifikasi tindakan yang harus
diberikan ketika terjadi cemas.
· Memonitor faktor risiko dari
lingkungan.

Penkes

Kegiatan
No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Penyuluh
Peserta
1. Pembukaan 5 menit 1.1 Mengucapkan salam dan terima kasih atas Menjawab salam dan mendengarkan dengan seksama
kedatangan peserta
1.2 Memperkenalkan diri
1.3 Menjelaskan tujuan
1.4 Menjelaskan durasi waktu
2. Inti 10 menit 2.1 Pengertian kehamilan resiko tinggi Mendengarkan dan memperhatikan
2.2 Siapa saja ibu hamil yang tergolong resiko
tinggi
2.3 Pengertian atau batasan tanda bahaya
kehamilan.

2.4 Macam tanda bahaya kehamilan muda dan


kehamilan lanjut.
2.5 Cara penyelesaian masalah atau bahaya
kehamilan yang dilakukan oleh ibu dan
keluarga
2.6 Cara pencegahan atau antisipasi dari
bahaya kehamilan.

3. Diskusi dan 10 menit 3.1 Memberikan kesempatan pada peserta Peserta mengajukan pertanyaan
Tanya Jawab untuk bertanya jika terdapat hal-hal yang
belum jelas
3.2 Memberikan kesempatan pada pembimbing
untuk memberikan masukan
3.3 Membagikan leaflet
3.4 Penyaji member tugas baca pada peserta
jika ada penjelasan yang kurang jelas
4. Penutup 5 menit 1.1 Menyimpulkan hasil penyuluhan Peserta memperhatikan dan menjawab pertanyaan dan
salam
1.2 Mengevaluasi hasil kegiatan
1.3 Memberi salam dan meminta maaf bila ada
salah
1.4 Mengucapkan terimakasih atas perhatian
dan mengucapkan salam penutup

1. Pengorganisasian
13.1 Fasilitator : K. Kasiati, S.Pd., M.Kes
Miatuningsih Dip.,MW.,SPd
13.2 Moderator : Okky Angraeny
Tugas : Mengatur jalannya penyuluhan
Menyampaikan topik/ sub topik materi
Mengatur kontrak waktu
Memberi salam pembuka
Menjelaskan tujuan umum dan khusus
Memperkenalkan penyaji materi, fasilitator
13.3 Penyaji : Widya Rismawati
Tugas : Menyajikan materi penyuluhan
13.4 Observer : Kristiani Pax Jufilia Ndahu
Tugas : Menilai proses penyuluhan
13.5 Notulen : Mifta Nurlaili El Akhlaq
Tugas : Mencatat semua peserta yang hadir
Mencatat semua pertanyaan peserta
14 Kegiatan Evaluasi
14.2 Struktural
14.1.1 Peserta hadir (53,3% = 8 orang) di tempat penyuluhan 10 menit sebelum acara dimulai
14.1.2 Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di unit BKIA Puskesmas Banyu Urip Surabaya
14.1.3 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
14.1.4 Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
14.2 Proses
14.2.1 Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai tugas
14.2.2 Peserta memperhatikan terhadap materi penyuluhan, serta peserta yang terlibat aktif dalam penyuluhan 75% yang hadir
14.3 Hasil yang ingin dicapai
Peserta mengerti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh yaitu sesuai dengan tujuan khusus, peserta memahami dan
dapat menjelaskan kembali tentang:
14.3.1 Pembagian usia muda dan usia lanjut dengan benar.
14.3.2 Macam tanda bahaya kehamilan muda
14.3.3 Macam tanda bahaya kehamilan lanjut
14.3.4 Cara yang harus dilakukan jika terdapat tanda bahaya
14.3.5 Cara mendeteksi dari bahaya kehamilan.
14.3.6 Dapat menyebutkan kehamilan yang resiko tinggi
14.3.7 Bahaya yang ditimbulkan oleh kehamilan resiko tinggi
14.3.8 Pencegahan kehamilan resiko tinggi.

LAMPIRAN MATERI

1. Kehamilan Resiko Tinggi


1.1 Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin
atau mengancam jiwa ibu dan janin.
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun
janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal.

1.2 Ibu hamil yang tergolong resiko tinggi adalah sebagai berikut :
1. Terlalu muda, hamil  16 tahun
Rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain
itu mental ibu belum cukup dewasa.

2. Terlalu tua, hamil  35 tahun


Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku.
3. Terlalu lambat hamil anak pertama, kawin  4 tahun
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:
 Suami istri tinggal serumah
 Suami atau istri tidak sering keluar kota
 Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

4. Terlalu lama hamil lagi ( 10 tahun)


Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi.Kehamilan ini bisa terjadi pada:
 Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi
 Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

5. Terlalu cepat hamil lagi (< 2 tahun)


Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada
kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya

6. Terlalu banyak anak, 4 / lebih


Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
 Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
 Kekendoran pada dinding rahim
 Tampak ibu dengan perut menggantung

7. Terlalu pendek  145 cm


Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
 Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.
 Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

8. Pernah gagal kehamilan


Riwayat kehamilan lalu jelek :
 Keguguran
 Lahir belum cukup bulan
 Lahir mati
 Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
Bahayanya, akan terulang kegagalan kehamilan pada kehamilan berikutnya.

9. Pernah melahirkan dengan :


a. Tarikan tang / vakum
b. Uri dirogoh
c. Diberi infus / transfusi
10. Pernah operasi sesar
 Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim 

11. Penyakit pada ibu hamil :


a. Kurang darah
b. Malaria
c. TBC Paru
d. Payah Jantung
e. Kencing manis (Diabetes)
f. Penyakit Menular Seksual
Beresiko menularkan atau menurunkan pada janin dalam kandungan.

12. Bengkak pada muka / tungkai dan tangan, disertai tekanan darah tinggi
Bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan.

13. Hamil kembar 2 atau lebih


Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:
 Sesak napas
 Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
 Varises
 Hemorrhoid
Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu.

14. Hamil kembar air (hydramnion)


Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat
cepat.

15. Bayi mati dalam kandungan


Keluhan-keluhan yang dirasakan:
 Tidak terasa gerakan janin
 Perut terasa mengecil
 Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam.

16. Kehamilan lebih bulan


Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun.

17. Letak sungsang


Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.

18. Letak lintang


Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu.
Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.

19. Perdarahan dalam kehamilan ini


Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus
dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, 

20. Preeklampsia berat / kejang-kejang


Pre eklampsia adalah tekanan darah tinggi pada kehamilan. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang,
menjadi eklamsia.

2. Tanda Bahaya Kehamilan


2.1 Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang bisa terjadi selama kehamilan yang apabila
tidak dilaporkan atau tidak bisa terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya.( Uswhaya,2009:3)

2.2 Tanda Bahaya/ Komplikasi Ibu dan Janin Masa Kehamilan Muda
2.2.1 Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam terjadi pada kehamilan muda atau usia dibawah 20 minggu. (Sarwono, 2009:282). Penyebab terjadinya
perdarahan pervaginam pada umumnya, antara lain:

2.2.1.1 Abortus/ Keguguran


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu
atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan (Saifudin, 2006).

2.2.1.2 Kehamilan Ektopik


Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. (Saifuddin, 2006:
152).

2.2.1.3 Molahidatidosa
Hamil mola adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tadak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dini
fili korialis disertai degenerasi hidrofik. Uterus melunak dan berkembang dari usia gestasi yang normal, tidak dijumpai adanya janin,
kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah anggur korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar
berbentuk gelembung – gelembung seperti anggur.

2.2.1.4 Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Mual dan muntah merupakan gangguan yang sering dijumpai pada trimester 1, kurang lebih pada 6 minggu setelah haid terakhir
selama 10 minggu.

2.2.2 Nyeri Perut Bagian Bawah


2.2.2.1 Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik terganggu adalah Kehamilan ektopik yang dapat mengalami abortus atau ruptura, apabila masa kehamilan
berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misal: tuba).

2.3 Tanda Bahaya Pada Kehamilan Lanjut (Umur Kehamilan Lebih dari 22 minggu)
Tanda bahaya yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Pengelihatan kabur
4. Bengkak muka dan/ tangan
5. Nyeri Abdomen Hebat
6. Gerakan janin tidak terasa
7. Keluar cairan pervaginam

2.3.1 Perdarahan Pervaginam


Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan di atas 28 minggu atau lebih, karena perdarahan
antepartum sering terjadi pada umur kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan perdarahan pada trimester ke
tiga.
Perdarahan antepartum digolongkan sebagai berikut :
Perdarahan yang ada hubungannya dengan kehamilan

2.3.1.1 Placenta previa


Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri.

2.3.1.2 Solutio placenta.


Batasan solutio plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan trimester III.
Terlepasnya plasenta sebelum waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat menimbulkan
gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.

2.3.2 Sakit Kepala Yang Hebat, Penglihatan Kabur, Bengkak Muka Dan/Tangan
Tanda dan gejala preeclampsia berat :
1) Kenaikan sistole >160 mmHg dan kenaikan diatole >110 mmHg.
2) Pengeluaran protein dalam urine (Proteinurine = 2+)
3) Edema kaki, tangan sampai muka
4) Terjadi gejala subyektif :
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur
- Nyeri pada epigastrium
- Sesak nafas
- Berkurangnya urine.
5) Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma.
6) Terjadi koma
2.3.3 Keluar Cairan Pervaginam
1. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban
sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten).
.
2. Penyebab ketuban pecah dini
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Serviks inkompeten
2) Keterangan rahim berlebihan, kehamilan ganda, hidramnion
3) Kelainan letak janin dalam rahim, letak sungsang, letak lintang
4) Kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP, sefalpelvik disproforsi.
5) Kelainan bawaan dari selaput ketuban
6) Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan
ketuban pecah.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut:
(1)Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
(2)Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2.3.4 Gerakan Janin Berkurang
1. Pengertian
Sebaiknya ibu mengamati gerakan janinnya setiap hari setelah usia 28 minggu (pada resiko tinggi) yang sudah teridentifikasi sedangkan
pada wanita yang beresiko rendah dimulai sejak usia kandungan 34 minggu (varney,2007).
Menjelang usia cukup bulan janin akan mengalami penurunan jumlah gerakan yang sesungguhnya karena amplitudo
gerakan janin cenderung menghilang seiring penurunan jumlah cairan amnion.
Penurunan volume cairan mengurangi ruangan untuk gerakan tungkai janin sehingga persepsi ibu tentang gerakan janin
berkurang.
Pada ibu perokok dianjurkan untuk puasa merokok selama 2 jam sebelum melakukan penghitungan gerakan janin, karena
nikotin mengurangi gerakan pernafasan fetus, dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga
mengurangi jumlah oksigen sampai kejanin. Pada saat bersamaan jantung fetus berdetak lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen
pada tubuhnya. Kurangnya oksigen dan makanan bergizi menyebabkan cacat pada janin. ketika ibu hamil merokok, plasenta tampak
dingin saat pembuluh darah mengkerut dan aliran darah berkurang. Secara bersamaan jantung janin berdetak saat nikotin mulai masuk
(Rose, 2004). Pengetahuan / informasi tersebut adalah :
1) Pergerakan janin akan bertambah setelah makan
2) Pergerakan ibu dapat membuat pergerakan janin lebih aktif
3) Janin yang normal akan tidur selama 20 menit
4) Selama 2 – 3 minggu sebelum lahir, aktifitas normal janin akan berkurang
Penurunan gerakan pada janin menandakan kegawat daruratan pada janin (fetal distres ). Fetal distres adalah ketidak seimbangan antara
kebutuhan 02 dan nutrisi janin sehingga menimbulkan perubahan metabolisme janin menuju metabolisme dan aerob yang menyebabkan
hasil akhir metabolismenya bukan lagi CO2. ( Manuaba,JBG:2007:841).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur sehingga dapat menurunkan 02 dan
makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernapas spontan dan teratur setelah
dilahirkan. Asfiksia neonatorum dapat merupakan kelanjutan kegawatan janin(Fetal distres) intra uteri yang disebabkan oleh
banyak hal.
Sebab asfiksia neonatorum, yang merupakan kelanjutan dari fetal distres intra uteri. (Manuaba I Bagus Gde;2007:842)

2.3.5 Nyeri Perut Yang Hebat


1. Pengertian
Nyeri perut yang hebat mungkin bisa mengindikasikan masalah yang mengancam jiwa adalah rasa sakit yang parah, terus
berlanjut dan tidak bisa diperingan dengan istirahat.
Pada kehamilan lanjut nyeri perut yang hebat dapat di timbulkan oleh :
1) Persalinan Prematur
2) Ruptur Uteri
3) Solutio Plasenta

2.4 Sikap yang harus dilakukan oleh ibu dan keluarga dalam menghadapi bahaya kehamilan, antara lain:
2.4.1 Mendiskusikan dan menentukan tempat dan calon penolong persalinan serta menandatangani “Perjanjian Tertulis / Amanat Persalinan”.
1. Suami dan keluarga memberi dukungan moral kepada ibu serta melakukan pendampingan selama pemeriksaan kehamilan dan pada
saat proses persalinan berlangsung.
2. Suami dan keluarga menyetujui serta mendukung petugas kesehatan melakukan rujukan
2.4.2 Menyiapkan dana untuk kepentingan dan kebutuhan ibu selama hamil, bersalin dan nifas termasuk biaya rujukan.
1. Suami dan keluarga berupaya menyediakan dana yang cukup untuk biaya tindakan penanganan komplikasi
2. Suami dan keluarga selalu mendampingi ibu selama tindak penanganan komplikasi
2.4.3 Mengupayakan dan mempersiapkan transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan
1. Suami dan keluarga segera menghubungi Ambulance Desa pada saat rujukan
2. Ibu harus mendapatkan pelayanan tepat cepat terjadi komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas
2.4.4 Menyiapkan calon donor darah yang bersedia membantu jika sewaktu-waktu diperlukan
1. Suami ,keluarga dan masyarakat berupaya menyiapkan calon pendonor darah untuk kepentingan tranfusi darah
2.4.5 Mendiskusikan dan menentukan metode KB yang akan dipergunakan pasca persalinan :
1. Ibu,suami dan keluarga mengetahui jenis, metode, manfaat dan efek samping alat kontrasepsi
2. Ibu, suami dan keluarga bersama-sama menyepakati alat kontrasepsi yang akan digunakan
3. Ibu dan suami bersama-sama datang ke fasilitas kesehataan untuk mendapatkan pelayanan KB
4. Ibu dan suami segera datang ke fasilitas kesehatan, bila mengalami efek samping atau jika akan berganti alat kontrasepsi

2.5 Cara pencegahan dan antisipasi bahaya kehamilan, antara lain:


2.5.1 ANC rutin minimal 4x yaitu pada trimester I sebanyak 1x kunjungan, pada trimester II sebanyak 1x kunjungan, pada trimester III
sebanyak 2x kunjungan. Pada usia kehamilan 0 – 28 minggu kontrol 1x dan pada usia kehamilan 29- 36 minggu kontrol 2x. Idealnya
yaitu umur kehamilan 0-28 minggu 1bulan 1x dan pada umur kehamilan 29-36minggu kontrol 2minggu 1x.
2.5.2 Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna, seperti: sayur hijau, lauk, buah, susu hamil.
2.5.3 Istirahat cukup
2.5.4 Senam hamil
2.5.5 Dukungan dari keluarga.
2.5.6 Hindari stress dengan tidak berpikir berat
2.5.7 Tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam perhari.
2.5.8 Apabila timbul keluhan atau tanda-tanda bahaya kehamilan muda dan tanda bahaya kehamilan tua, segera pergi ke tempat bidan,
puskesmas, atau RS terdekat

2.6 Berikut ini 18 Penapisan yang dilakukan oleh Bidan antara lain:
1. Riwayat Bedah Sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (UK <27 minggu)
4. Ketuban pecah disertai mekonium
5. Ketuban pecah lama (>24 jam)
6. Ketuban pecah pada UK <37 minggu
7. Ikterus
8. Anemia Berat
9. Tanda atau Gejala Infeksi
10. Preeklampsi atau hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara pada fase aktif kala 1 persalinan masih 5/5
14. Persentase bukan kepala
15. Persentase ganda atau majemuk
16. Kehamilan ganda (gemeli)
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
Kasus ke lima
Laporan pendahuluan INTRANATAL FISIOLOGIS
1.   Definisi Persalinan
      Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi pembentukan serviks serta pengeluaran janin dan placenta  dari ibu.
      Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir 
      Persalinan normal adalah suatau proses dimana janin cukup bulan dengan placenta  belakang kepala masuk melalui jalan lahir dengan
normal dan lahir secara spontan
2.   Macam-Macam Persalinan
      a.    Persalinan spontan
             Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
      b.   Persalinan buatan
             Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya dengan forceps, sectio caesarea
      c.    Persalinan anjuran
             Persalinan terjadi bil abyi sudah cukup besar untuk hidup diluar tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan
dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan  ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin
3.   Penyebab Terjadinya Persalinan
      Beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab terjadinya persalinan :
      a.    Penurunan kadar progesteron
             Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim,  sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim, selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tapi pada akhir  kehamilan kadar progesteron menurun
sehingga timbul his
      b.   Teori oxytocin
             Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim
      c.    Keregangan otot-otot
             Dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot makin rentan
      d.   Pengaruh janin
      e.    Teori prostaglandin
             Peningkatan kadar prostaglandin dalam decidua mengakibatkan kontraksi myometrium pada setip umur kehamilan atau pada/selama
persalinan
4.   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
      a.    Jalan lahir
             Hal ini mengacuh kemampuan panggul dan jalan lahir dalam memungkinkan janin  turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu :
             -     Tipe panggul
             -     Struktur panggul
             -     Diameter PAP
             -     Diamater PBP
             -     Kemampuan uterus berdistensi, kemampuan serviks berdilatasi dan saluran  vagina dan introitus vagina berdistensi
      b.   Janin
             Hal ini mengacuh pada janin dan kemampuan untuk bergerak melalui jalan lahir  yang berdasarkan fakotr berikut ini :
             -     Ukuran kepala janin dan kemampuan kepala untuk moulase dalam jalan lahir
             -     Presentase  bagian janin yang masuk pertama kali dalam panggul ibu
             -     Posisi janin : hubungan dari titik patokan dan bagian terendah janin dan panggul ibu
      c.    Tenaga
             Mengacuh pada frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi uterus untuk menyebabkan pendataran dan dilatasi serviks komplet
      d.   Psikis
             Mengacuh pada keadaan psikologik klien, sistem pendukung yang tersedia persiapkan kelahiran anak, pengalaman dan strategi  koping
5.   HIS
      a.    Definisi
                        His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari masa kehamilan sebelum persalinan sudah ada
kontraksi yahg disebut his pendahuluan atau his palsu. His pendahuluan  ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri perut bagian bawah
dan lipat paha tidak menyebabkan nyeri yang memencar dari pinggang ke perut bagian bawah dan lipat paha tidak tidak menyebabkan
nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat
bahkan serig berkurang. His pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
                        His persalinan disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot waktu kontraksi, tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bahwa
rahim oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi. Kontraksi rahim bersifat otonom tidak dipengaruhi oleh kemaunan, walau
begitu dapat dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan jari-jari tangan dapt menimbulkan  kontraksi.
      b.   Macam-macam his
             1.   His pembukaan adalah his yang menimbulkan pembukaan dari serviks
             2.   His pengeluaran adalah his yang mendorong anak keluar dan biasanya disertai dengan keinginan untuk mengejan
             3.   His pelepasan uri yang melepaskan uri
6.   Pembagian Persalinan
      a.    Kala I
             Serviks membuka sampai 10 cm, kala I dinamakan juga kala pembukaan secara klinis dapat dinyatakan partus mulai bila his dan (blood
show) lendir campur darah ini berasal dari kapiler-kapiler yang berada disekitar kanalis servikal.
             Proses-proses serviks akibat his dibagi dalam 2 fase
             1).  Fase laten
                   Fase pertama dalam tahap persalinan, mulai dengan awitan persalinan sejati dan berakhir pada dilatasi serviks 4 cm. Fase rata-rata kira-
kira 8/10-20 jam untuk nulipara dan 3/6-14 jam untuk multipara.
             2).  Fase aktif
                   Bila kontraksi meningkat sampai intensitasnya sedang dalam fase ini dan saat dilatasi dari 4-8 jam, klien menjadi lebih terlibat dan
terfokus pada pross persalinan. Fase aktif berakhir kira-kira 1-2 jampada multipara, 3-4 jam pada nulipara. Janin turun pada jalan kira-
kita 1 cm perjam pada nulipara dan 2 cm pada multipara
                   Tanda-tanda kala I :
                   1).  His kuat dan teratur serta intervalnya makin lama makin pendek
                   2).  Pengeluaran lendir campur darah lewat vagina
                   3).  Sering berkemih
                   4).  Pada pemeriksaan sudah ada pembukaan
      b.   Kala II
             Tahap pengeluaran mulai dengan dilatasi serviks penuh (10 cm) dan berakhir  dengan lahirnya bayi. Ibu berupaya untuk mengejan
terjadi secara involunter selama kontraksi yaitu 1,5-2 menit, berakhir 60-90 detik
            Tanda-tanda kala II
             -     His lebih teratur/terkoordinir, lebioh kuat dan intervalnya makin pendek yaitu antara 2-3 menit
             -     Adanya perusaan ingin mengedan
             -     Ibu merasa seperti ingin BAB
             -     Pada pemeriksaan dalam sudah ada pembukaan lengkap
             -     Anus dan vulva terbuka serta perineum menonjol
             -     Presentase (bagian paling rendah) akan kelihatan)
      c.    Kala III
             Persalinan tahap III mulai dengan kelahiran bayi yang disesuaikan dengan pelepasan da pengeluaran placenta. Berakhir kapan saja 30
menit dengan rata-rata selama 3-4 menit pada nulipara dan 4-5 menit pada multipara. Tahap ini paling pendek
      d.   Kala IV
             Dalam kala ini diamati apakah ada/terjadi perdarahan post partum atau tidak. Beberapa hal yang diamati :
             1).  Kelengkapan placenta dan selaput ketuban
             2).  Perkiraan jumlah darah yang hilang
             3).  Perineum
             4).  Keadaan ibu
             5).  Tanda-tanda vital
7.   Tujuan Persalinan Normal
      Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
mempertahankan aspek sayang ibu dan sayang bayi
8.   Tugas Penolong Persalinan
      1).  Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarga selama proses persalinan saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya
      2).  Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan setelah persalinan ; menilai adanya faktor resiko ;
melakukan defekasi dini terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul
      3).  Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniontomy ; episiotomy pada kasus gawat janin, melakukan
penatalaksaan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS
RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN IBU INTRANATAL FISIOLOGIS

PENGKAJIAN DATA
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M,D

Umur : 27 Tahun

Alamat : pinokalan

Pendidikan terakhir : Sarjana

Tanggal dirawat : 20 oktober 2009

Dokter Penanggung jawab : DR. A

Nama Penanggung jawab : Tn. P.T

Diagnosa Medis : INTRANATAL FISIOLOGIS

GPA : G 1 / P 0 / A 0 Usia Kehamilan: minggu.

2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama: Nyeri perut bagian bawah sampai bagian belakang
Riwayat Penyakit yang Lalu: tidak ada

3. RIWAYAT GINEKOLOGI
Usia Menarche : 14 tahun.
HPHT : 13 januari 2009
Siklus Menstruasi : 4-5 hari. Lama Menstruasi/ siklus: 28 hari.
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 3x ganti pembalut/ hari.
Frekuensi ; Teratur
Nyeri Haid : tidak.

4. RIWAYAT SEKSUAL
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 25 tahun.
Aktifitas Seksual : Aktif.
Gangguan Seksual : tidak ada
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA
Anak Hidup/ Usia Usia Jenis Masalah Teknik Jenis
ke… Mati Gestasi Ibu Persalinan Nifas Menyusu KB
Usia i

1 - - - - - - -

6. RIWAYAT KELUARGA
Pernikahan yang ke: Pertama
Penyakit Dalam Keluarga : tidak ada
Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada

7. ASPEK PSIKOSOSIAL : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan mampu bekerjasama dengan orang lain, klien tampak cemas dan gelisah akan proses persalinan yang
akan dihadapi
B. PEMERIKSAAN FISIK IBU BERSALIN
1. LEOPOLD
Leopold Item Hasil
Leopold I TFU Setiggi pusat
Ukuran
Bagian di Fundus Kepala
Ukuran 5 cm.
Usia Kehamilan 40 minggu
Kelainan Tidak ada
Leopold II Letak punggung Kanan
Bagian kecil kiri
Denyut Jantung Janin 85 x / menit
Kelainan Tidak ada

Leopold III Bagian di bawah bokong


Engagement Masuk
Kelainan Tidak ada
Leopold IV Kepala janin vs PAP devergen
Kelainan tidak ada

2. KEMAJUAN PERSALINAN
Pembukaan : 7 cm. Penurunan Kepala: ada
Ketuban : (+)

3. TANDA VITAL

Pengukuran Hasil
Temperatur 36,2 ˚C
Nadi 100 x/menit
Pernafasan 24x/menit
Tekanan Darah 110 / 80 mmHg

4. HIS
Item Hasil
Frekuensi 2 jam 45 menit
Durasi
Intensitas sedang
Kelainan tidak ada

5. PANGGUL LUAR:
Bentuk : distansia cristarum
Ukuran : 29 cm
Kelainan : tidak ada

6. GENITO URINARIA
VULVA & PERINEUM
Tanda Chadwick : Ada
Pembengkakan vulva : Ada
Keluaran : lendir + darah
Jumlah : 15 ml. sedikit
PERIKSA DALAM
Portio : tipis
Lunak
Dilatasi Servix : cm.
Keluaran : darah.
Kelainan : tidak ada
KANDUNG KEMIH : kosong.

7. EKSTREMITAS
Oedema : Ada
Varises : Ada
Refleks Patella : Positif

PERTOLONGAN PERSALINAN
1. Melaksanakan Rencana tindakan yang sudah ditetapkan.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan: langkah-langkah persalinannormal (APN).
3. Pemberian Medikasi sesuai kolaborasi.
4. Mempersiapkan alat dan pasten untuk tindakan.

Diagn Perencanaan Keperawatan Evaluasi


osa Jam Implementasi Kepera
Kepe watan
Tujuan I Rasional
rawat
/Kriter n
an
t
e
r
ia v
Hasil e
n
s
i
Nyeri Setelah 1.  1.  Suatu 18.00 1.  Mengobservasi BJJ, his, dan pembukaan jalan lahir, Pukul
b/d dilakuk O gambaran BJJ 144x/m, His 2-3x tiap 10 menit, durasi 50-60, 20.00
kontra an b mengenai pembukaan 3-4 cm, presentase janin ; letak belakang S :   Ibu
ksi tindaka s kemajuan kepala mengata
uterus n e proses 2.  Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan menarik kan
ditand kepera r persalinan napas panjang dari hidung  dan buang perlahan-lahan semakin
ai watan v melalui mulut sakit
denga selama a 3. Mengajarkan ibu cara mengedan yang baik O :   Wajah
n ibu 1 jam, s 2.  Teknik tampak
meng ibu i relaksasi merigis
ataka mampu dapat 4.  Melakukan massase/ gosokka pada daerah tulang     -  Keluar
n menyes B menguran belakang tiap ibu ada his lendir
nyeri uaikan J gi nyeri campur
perut diri J 3.Agar ibu darah
bagai dengan , tahu cara 5.  Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak dari
n nyeri mengedan ada his untuk meningkatkan tenaga dalam menghadapi vagina
bawa yang h yang baik proses persalinan     -  His
h dirasak i kuat    4-
sampa an s 4.  Massase 5x/m
i akibat , dapat 6.  Menyiapkan partus set : durasi
belak pening menguran      -    1/2  kocher  1 buah 80”-85”
ang, katan p gi fokus      -    2 klem A :   Masalah
ekspr kontrak e ibu pada       -    Gunting episiotomi 1 buah teratasi
esi si m nyeri yang      -    Gunting  tali pusat 1 buah P :   Awasi
wajah uterus, b dirasakan      -    Pita tali pusat 1 buah kala II
merin dengan u 5..      -    Gaas secukupnya
gis, kriteria k Memenuhi      -    Kateter logam 1 buah
keluar : a kebutuhan      -    Handscoen 1 pasang
lendir -   His a cair  dan      Menyiapkan hecting set
camp semaki n nutrisi       -    Nalfuder 1 buah
ur n kuat bagi ibu      -    Jarum otot 1 buah
darah, dan j untuk      -    Jarum kulit 1 buah
ausku teratur a persiapan      -    Gaas secukupmya
ltasi -   Ibu l proses      -    Benang catgut
BJJ mengat a persalinan      Menyiapkan pakain bayi
144x/ akan n 6.  Persiapan      -    Gurita 1 buah
m, his perutny untuk      -    1 baju lengan panjang
jarang a l menolong      -    1 baju lengan pendek
dan semaki a persalinan      -    Cidako 2  buah
tidak n sakit h dan untuk      -    1 pasang kaos kaki
teratu dan i persiapan      -    1 pasang kaos tangan
r, timbul r selesai      -    4 buah loyor
TD:1 rasa persalinan      Menyiapkan pakaian ibu
10/80 ingin      -    Pakaian bersih 1 pasang
mmH menged      -    Pakaian dalam
g, an 2.       -    Gurita
N:80x A      -    Softex
/m, j
R:20x a
/m r
k
a
n

t
e
k
n
i
k

r
e
l
a
k
s
a
s
i

3.
A
j
a
r
k
a
n

i
b
u

c
a
r
a
m
e
n
g
e
d
a
n

y
a
n
g

b
a
i
k

4. 
L
a
k
u
k
a
n

m
a
s
s
a
s
e

p
a
d
a

t
u
l
a
n
g
b
e
l
a
k
a
n
g

s
a
a
t

a
d
a

h
i
s

5..
A
n
j
u
r
k
a
n

i
b
u

u
n
t
u
k

m
a
k
a
n
d
a
n

m
i
n
u
m

s
a
a
t

i
b
u

t
i
d
a
k

a
d
a

h
i
s

6. 
S
i
a
p
k
a
n

p
a
r
t
u
s

s
e
t
,

h
e
c
t
i
n
g

s
e
t
,

p
a
k
a
i
a
n

b
a
y
i
,

p
a
k
a
i
n

i
b
u
Kece Setelah 1.  1.  Agar ibu 1.  Menjelaskan dengan singkat pada ibu, bahwa proses Pukul
masan  dilakuk J dapat persalinan dari setiap anak berbeda-beda 10.20
b/d an e mengetah S:
lama tindaka l ui bahwa O :  
menu n a adanya A :   Ibu
nggu kepera s perbedaaa tampak
proses watan k n proses 2.  Memberikan dukugan mental  dan spiritual pada ibu tenang
persal selama a persalinan agar dapat menghadapi proses persalinan dengan baik dan tidak
inan ½ jam  n dan setiap yaitu  mendorong ibu untuk selalu berdoa pada Tuhan gelisah
ditand kecema anak agar proses persalinan lancar  dan melibatkan     -  Ibu
ai san itu d 2.  keluarganya dalam memberikan dukungan mental mampu
denga dapat e Memberik untuk menghadapi proses persalinan menghad
n ibu hilang n an 3.  Meyakinkan  ibu dengan menjelaskan bahwa ibu api
bertan dengan g ketenanga melakukan cara-cara  tersebut tanpa ragu-ragu dan proses
ya- kriteria a n pada ibu reaksi melawan maka proses persalinan dapat persalina
tanya -    Ibu n dan dapat berlangsung denga baik sesuai yang diharapkan n
meng tidak menguran P :   Beri
enai cemas s gi penjelasa
keha dan i kecemasa n dan
milan gelisah n n ibu ingatkan
ya, -    Ibu g dalam tentang
kapan mampu k proses proses
bayin mengha a persalinan persalina
ya dapi t n secara
akan proses terus
lahir persalin d menerus
dan an a 3. 
apaka dengan n Menamba
h baik hkan rasa
akan -    s percaya
selam Ekspres e ibu pada
at i wajah d setiap
ekspr tenang e tindakan
esi -    Klien r sehingga
wajah tampak h ibu dapat
tampa rileks a melakuka
k n nnya
cemas a 4.
dan Keterlibat
gelisa b an
h a keluarga
h sangat
w berpengar
a uh dalam
proses
p persalinan,
r menurunk
o an cemas
s
e
s
p
e
r
s
a
l
i
n
a
n

d
a
r
i

s
e
t
i
a
p

a
n
a
k

b
e
r
b
e
d
a
-
b
e
d
a
2. 
B
e
r
i

d
u
k
u
n
g
a
n

m
e
n
t
a
l

d
a
n

s
p
i
r
i
t
u
a
l

p
a
d
a

i
b
u
 

a
g
a
r

d
a
p
a
t
m
e
n
g
h
a
d
a
p
i

p
r
o
s
e
s

p
e
r
s
a
l
i
n
a
n

d
e
n
g
a
n

b
a
i
k

3. 
Y
a
k
i
n
k
a
n

i
b
u

b
a
h
w
a

s
e
m
u

t
i
n
d
a
k
a
n

p
e
r
a
w
a
t
 

d
a
p
a
t

m
e
m
b
a
n
t
u

d
a
l
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
r
s
a
l
i
n
a
n
4.
L
i
b
a
t
k
a
n

k
e
l
u
a
r
g
a

d
a
l
a
m

p
r
o
s
e
s

p
e
r
s
a
l
i
n
a
n

Diagn Perencanaan Keperawatan Jam Implementasi Keperawatan Evaluas


I
n
t
osa Tujuan e
Kepe /Kriter r
Rasional
rawat ia v
an Hasil e
n
s
i
1 Nyeri Setelah 1.  1.   Sebagai 20.05 1.  Mendekatkan partus set yang sudah disiapkan  Pukul
b/d 2 jam D persiapan didekatkan pasien 20.00
penur dilakuk e memulai S :  
unan an k tindakan klien
bagia tindaka a menolong mengata
terend n  t persalinan kan peru
ah kepera k 2.   2.  Mengatur posisi ibu dengan posisi dorsal recumbent  sakit
anak watan, a Memperm yaitu dengan cara kaki fleksi dan telapak kaki berada O :   Ibu
ditand ibu n udah diatas tempat tidur dapat
ai dapat kelancaran 3.  Mengajarkan teknik mengedan yang baik dengan cara menged
denga menyes a proses kedua tangan memegang kedua kaki sejajar, bagian n dengan
n ibu uaikan l persalinan tengah paha, kepala diangkat sampai dagu  mendekati  baik
meng dengan a 3.   Cara dada, mata melihat kearah pusat     -   Bayi
ataka nyeri t mengedan lahir
n yang yang baik 4. jam 20.05 pembukaan lengkap dengan
perutn dirasak p dan benar selamat
ya an, a membantu     -   Adanya
semak dengan r memudah ruptur
in kriteria t kan perineum
sakit, -    Ibu u penurunan tingkat I
timbu dapat s bagian sepanjan
l menged terendah 5.  Memberi minum pada ibu saat tidak ada his g 2 cm
keingi an d 4. Membantu A :   Masalah
nan dengan i mendapat sebagian
untuk baik kan teratasi
BAB, -    Bayi d gambaran P :   Awasi
keluar dapat e jelas kala III
lendir lahir k tentang
camp dengan a kemajuan 6.  Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
ur selamat t kala II selanjutnya
darah, tanpa
anus ada p 5.   Memenuhi
dan resiko a kebutuhan
perine atau s cairan dan
um kompli i memberi 
meng kasi e energi 
emba -    Kala II n dalam 7.  Menolong persalinan dengan cara sebagai berikut
ng, tidak menghada      -   Memakai handscoen
His ada pi proses      -   Melakukan vulva hygiene
semak kompli persalinan      -   Membentangkan duk steril dibawah bokong
in kasi 2.  6.   Sebagai      -   Membimbing ibu untuk mengedan yang baik bila ada
kenca A langkah his
ng, t awal      -   Saat his kencang  dan ibu ingin mengedan, anus
pemb u memulai mengemabng, perineum menonjol dan tampak kepala
ukaan r tindakan bayi semakin besar terlihat, ibu disuruh mengedan
lengk keperawat seperti BAB dibantu dengan kristeller
ap, p an dalam      -   Tangan kanan menyokong daerah perineum duk steril
ketub o upaya agar perineum tidak robek  dan tangan kiri menahan
an (-) s pencegaha kepala bayi saat berada dibawah simphisis pubis agar
i n infeksi kepala bayi tidak terlalu cepat defleksi
s 7.   Membantu      -   Jari tangan kiri tetap menahan  dan mengikuti  kepala
i proses bayi sehingga lahirlah dahi, mata dan dagu
  persalinan      -   Segera  setelah  kepala lahir, ibu dilarang untuk
agar dapat mengedan, ujung dari duk steril yang digunakan  untuk
i berjalan menyokong diusapkan pada wajah bayi agar lendir 
b dengan tidak masuk ke dalam mata. hidung dan mulut
u baik      -   Jari telunjuk dan jari tangan kanan meraba leher bayi
apakah ada lilitan tali mpusat, bila ada
d dilonggarkan/dibebaskan dari leher
e      -   Jika tidak ada, kepala bayi di bantu  untuk mengadakan
n putaran paksi luar dan lakukan tarikan ringan ke bwah
g untuk melahirkan bahu depan dimana tangan kiri
a memegang dagu dan tangan kanan memegang bagian
n pariental kepala bayi
     -   Melakukan tarikan ringan ke atas untuk melahirkan
p bahu belakang kemudian bayi ditarik ringan ke arah
o perut ibu
s      -   Pukul 10.00 lahir bayi laki-laki spontan  letaka
i belakang kepala segera menangis apgar score 8-10
s      -   Penolong yang lain menghisap lendir dengan penghisap
i lendir untuk membersihkan jalan napas bayi sampai
menangis dengan kuat dan menandakan bayi benrpas
d dengan optimal dan memberi inj. Oksitosin sintetik  1
o amp, IM
r      -   Tali pusat diklem ± 3 jari dari pangkal umbilikus
s kemudian diurut  kearah tali pusat dari placenta ± 2 jari
a kemudian di klem II
l      -   Tangan kiri memegang ke 2 klem untuk melindu ngi
bayi dan tangan kanan menggunting tali pusat  bagian
r tengah antara ke 2 klem tersebut. Klem diletakkan
e diatas perut ibu, sedangkan klem I tetap dipegang dan
c didisinfeksi dengan bethedine kemudian di bungkus
u dengan gaas yang telah dibasahi bethadine kompres
m      -   Setelah tali pusat dibungkus, melakukan pemeriksaan
b head to toe
e    Kepala
n    Bentuk bulat, tidak ada caput succeddaneum, ubun-
t ubun besar-besar, datar, ubun-ubun kecil, datar, LK : 35
3.  cm
B    Mata
i    Simetris, tidak ada kotoran, tidak ada perdarahan
m    Telinga
b    Simetris, bentuk normal/ aurikula baik, kanalis
i auditorius baik, tidak ada pengeluaran sekret
n    Hidung
g    Ada lubang hidung, tidak ada cuping hidung,
pengeluaran sekret masih ada sedikit
k    Mulut
l
   Bibir simetris, palatum mole : baik, biopalatoskisis 
i
tidak ada, belum ada gigi, lidah warna merah muda
e
   Leher
n
   Pergerakan leher baik, vernix : ada
   Dada
c
   Pergerakan pernapasan dada, simetris LD:32 cm
a
   Perut
r
   LP : 30 cm, lembek, tali pusat masih basah
a
   Punggung
 
   Tidak ada kelainan, fleksibilitas tulang punggung : baik
   Ekstremitas atas
m
   Simetris, pergerakan aktif, jari-jari lengkap
e
   Ekstremitas bawah
n    Simetris, pergerakan aktif, jari-jari lengkap, pendek dan
g agak bengkok
e    Genetalia
d    Laki-laki, penis menggantung, skrotum terdapat 2 buah
a pelir
n    Anus
   Ada lubang anus, belum ada pengeluaran meconium
y -    Menimbang BB Bayi : 3250 gr
a -    Mengukur TB bayi : 48 cm
n -    Membungkus bayi dan menyerahkan pada perawatan 
g selanjutnya
-    Mengukur TFU setinggi pusat, kontraksi kuat, jumlah
b perdarahan ± 50 cc
a -    Memeriksa perineum apakah ada robekan, terdapat
i robekan perineum tingkat II, sepanjang      5 cm 
k

4.
A
m
a
t
i

d
a
n

p
a
n
t
a
u

k
e
m
a
j
u
a
n

k
a
l
a

I
I

5. 
B
e
r
i

m
i
n
u
m

p
a
d
a
i
b
u

s
a
a
t

t
i
d
a
k

a
d
a

h
i
s
6. 
C
u
c
i

t
a
n
g
a
n

s
e
b
e
l
u
m
m
e
l
a
k
u
k
a
n

t
i
n
d
a
k
a
n

s
e
l
a
n
j
u
t
n
y
a

7. 
T
o
l
o
n
g

p
e
r
s
a
l
i
n
a
n

Kala II
Kala III
Perencanaan Keperawatan
I
n
Diag
t
nosa
e
Kep Tujuan
r Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi
era /Kriter Rasional
v
wat ia hasil
e
an
n
s
i
Resi Setelah 1.  1.   Tidak 20.30 1.  Mengosongkan kandung kemih dengan Pukul 20.30
ko ½ jam K menekan menggunakan kateter logam jumlah urine ± 150 S :   klien
perd dilakuk o jalan lahir cc mengatakan
arah an s sehingga nyeri perut
an tindaka o placenta 2.  Mengetengahkan fundus uteri, melakukan O :   Placenta
b/d n n lahir massase ringan di perut untuk merangsang sudah lahir
plac kepera g dengan kontraksi uterus     -   Perdarahan 
enta watan, k lengkap 3.  Melihat apakah placenta sudah lepas dari seluruhnya ±
belu tidak a 2.Mempertaha endometrium dengan menggunakan metode 200 cc
m terjadi n nkan kutzner dengan cara : tangan kiri menekan ringan     -   TFU  1
lahir perdara kontraksi pada fundus uteri, tangan kanan memegang klem. JBPST
ditan han k uterus Apabila tali pusat masuk ke dalam saat fundus A :   Masalah
dai yang a sehingga uteri ditekan, berarti placenta belum lepas dari teratasi
deng berlebi n plasenta endometrium dan sebaliknya apabila tali pusat P :   Awasi kala IV
an han dan d lahir tidak masuk ke dalam saat ditekan, berarti
klien placent u 3.   placenta sudah lepas dari endometrium. Placenta
men a dapat n Mengetah sudah lepas dari endometrium
gata lahir g ui 3.  Melahirkan placenta puku; 20.45
kan dengan  lepasnya      Pertahankan posisi ibu dorsal recumbent.
peru lengkap k placenta Anjurkan ibu untuk tidak mengejan, tali pusat
tnya e dari perlahan-lahan ditarik dengan cara digulung pada
sem m endometri klem II oleh tangan kanan. Tangan kiri menekan
akin i um ringan fudus uteri. Tangan kanan meerima
sakit h placenta dan apabila placenta hampir keluar
, seluruhnya, tangan kiri membantu tangan kanan
KALA IV
                       Jam Implementasi                                                           
Di Tuj Inte Rasional keperawatan                                                                      
ag uan/ rven   
n krit si E
os eria v
a             a
      Hasi l
      l u
      a
      si
  
ke
pe
ra
w
at
a
n
R Setel 1. 1. untuk 21.00 1. Merawat luka di bagian labia mayora kiri P
es ah Raw mencegah u
ik dilak at terjadinya 2.  Menjahit dengan 6 jahitan di labia myora kiri karena ada ruptur k
o ukan luka infeksi 3. Melakukan Vulva hygine, membersihkan daerah perineum u
in tinda di 4. Mengganti pembalut klien dan pakaian klien l
fe kan bagi 2. agar 2
ks kepe an perdaraha 3
i rawa labia berakhir .
b/ tan may 0
d  sela ora 0
L ma 2 kiri 3. untuk S
uk jam 2. mengetah :
a infe jahit ui -
ro ksi di interfensi O
be tidak daer apa yang :
ka terja ah akan R
n di rupt dilakukan u
di ur 4Pembalut p
ta yang tidak t
nd 3.  diganti u
ai mon merupaka r
de itor n pintu t
ng kead masuk e
an aan mikroorga l
ad klien nisme a
an h
ya  4.ga d
nti ij
lu pem a
ka balut h
di dan it
ba laku A
gi kan :
an vulv M
la a a
bi hgin s
a e a
m l
ay a
or h
a t
ki e
ri r
a
t
a
si
P
:-

Imple E
Perenc
mentas v
Diag anaan
Jam i a
nosa Kepera
Kepera l
No Kepe watan
watan u
rawa
Tujuan a
tan Interve Rasion
/Kriteri s
nsi al
a hasil i
2. Kelel Setelah 1.  Awasi 1.   2 1.  Mengawasi Pukul
ahan 2 jam perdara Mengid 1 perdarahan dan 23.
b/d dilakuk han dan entifika . tanda-tanda vital  00
prose an observa si 0 perdarahan S :   Ibu
s tindaka si perkem 0 berjumlah ± me
persa n tanda- bangan 200cm, TTV : Td : nga
linan keperaw tanda kesehat 110/80 mmHg,  N: taka
ditan atan, vital an  ibu 105x/m,  n
dai kelelaha selama R:24x/m,  Sb:36,20 tida
deng n dapat periode C k
an berkura post 2.  Mengawasi lela
ibu ng 2.  Awasi  partum kontraksi uterus, h
meng sampai kontrak TFU : 1 JBPST, O :   Ibu
ataka hilang si kontraksi uterus tam
n dengan uterus 2 baik pak
mera kriteria 2.   2 3.  Memakaikan tena
sa -    Ibu 3.  Menget . gurita dan ng
lelah, mengata Pakaika ahui 4 mengganti pakaian     -   Ibu
klien kan n gurita apabila 5 ibu yang kotor ma
tamp tidak dan ada dengan bersih mp
ak lelah ganti perdara 4.  Memberi makan u
lelah, -    Ibu baju han dan minum pada mel
perda dapat ibu 2 ibu aku
rahan melaku 3.   Ibu 2 kan
50 kan 4.  Beri dapat . 5.  Menganjurkan ibu akti
Pendidikan kesehatan 1 Pembukaan 5 Menit        Mengucapkan
salam
       Memperkenalkandiri
ATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)        Kontrak waktu
PERSIAPAN PERSALINAN        Menjelaskan maksud dan tujuan pemberia
pendidikan kesehatan
Pokok Bahasan           : Intra Natal Care (INC) 2 Pelaksanaan 10 Menit        Menjelaskan pengertian persalinan
Sub Pokok Bahasan    : Persiapan Persalinan penyampaian        Menjelaskan macam-macam persalinan
Sasaran                        : Ibu Hamil materi        Menjelaskan persiapan ibu menghadapi p
Tempat                        : 3 Diskusi 15 menit Tanya jawab Peserta bertanya
Penyuluh                     : 4 Penutup 5 Menit        Menyimpulkan hasil penyuluhan.
Tanggal                       :        Memberi saran-saran.
       Mengucapkan salam penutup
A.    Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan
selama 30 menit, Ibu hamil mampu menjelaskan macam-macam G.    EVALUASI
persiapan persalinan. Prosedur    : Post Test
Bentuk                  : Lisan
B.     Tujuan Instruksional Khusus Jenis                      : Tanya Jawab
Setelah mengikuti  pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan, ibu Jenis Pertanyaan
dapat: 1.      Jelaskan pengertian persalinan
1.      Menjelaskan pengertian persalinan 2.      Jelaskanpersiapan ibu menghadapi persalinan
2.      Menjelaskan macam-macam persalinan
3.      Menjelaskan persiapan ibu menghadapi persalinan H.    HASIL
1.        Sasaran dapat Menjelaskan pengertian persalinan
C.    METODE 2.        Sasaran dapat menjelaskan persiapan ibu menghadapi persalinan
1.      Ceramah.
2.      Tanya jawab.
3.      Demonstrasi.

D.    MEDIA
1.      Leaflet.
MATERI PENYULUHAN
E.     MATERI “PERSIAPAN PERSALINAN”
Terlampir
A.      Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat
(Barbara, 2009).
F.     KEGIATAN
NO Tahap Waktu Kegiatan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) dokter akan melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia)
atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan. (Manuaba, 2010). juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan. Daam
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servks,dan janin keadaan demikian, Anda tidak boleh mengejan terlalu kuat karena mengejan
turun ke dalam jalan lahir  (Sarwono,2006). dapat mempertinggi tekanan darah dan membahayakan jiiwa Anda. Vakum
Jadi,persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi pada juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut
kehamilan cukup bulan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan atau tanpa jantung janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali
bantuan. permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen
(HIPOKSIA).
B.       Macam-macam persalinan Proses persalinannya sendiri menghabiskan waktu lebih dari 10 menit.
1.      Persalinan Normal Namun, dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk menjalani seluruh
Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak prosedur.
belakang kepala/ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat bantu, serta tidak b.      Persalinan Dibantu forsep (ekstrasi forsep)
melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi). Proses persalinan normal Forsep merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam
biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. (Manuaba, 2010). menyerupai sendok. Berbeda dengan vakum, persalinan yang dibantu forsep
Terjadinya persalinan membutuhkan tiga faktor penting, yaitu bisa dilakukan meski Anda tidak mengejan, misalnya saat terjadi keracunan
kekuatan ibu saat mengejan, keadaan jalan lahir, dan keadaan janin. kehamilan, asma, atau penyakit jantung. Persalinan dengan forsef relatip
Ketiganya harus dalam keadaan baik, sehingga bayi dapat dilahirkan. Dengan lebih beresiko dan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun
adanya kekuatan mengejan ibu, janin dapat didorong kebawah, dan masuk kadang terpaksa dilakukan juga apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak
kerongga panggul. Saat kepala janin memasuki ruang panggul,posisi kepala baik.
sedikit menekuk sehingga dagu dekat dengan dada janin. Posisi ini akan Dokter akan meletakan forsep diantara kepala bayi dan memastikan itu
memudahkan kepala janin lolos melalui jalan lahir, yang diikuti dengan terkunci dengan benar, artinya kepala bayi dicengkram dengan kuat dengan
beberapa gerakan selanjutnya. setelah kepala keluar, bagian tubuh janin yang forsep. Kemudian forsep akan ditarik keluar sedangkan ibu tidak perlu
lain akan mengikuti, mulai dari bahu, badan, dan kedua kaki. mengejan terlalu kuat. Persalinan forsep biasanya membutuhkan episiotomi.
Forsep digunakan pada ibu pada keadaan sangat lemah, tidak ada
2.      Persalinan Dibantu Alat tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak boleh mengejan,
Jika pada fase kedua/ kala dua persalinan tidak maju dan janin tidak forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat janin ketika
juga lahir, sedangkan Anda sudah kehabisan tenaga untuk mengejan, maka janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan. Apabila persalinan
dokter akan melakukan persalinan berbantu, yaitu persalinan dengan yang dibantu forsep telah dilakukan dan tetap tidak bisa mengeluarkan bayi,
menggunakan alat bantu yang disebut forsep atau vakum. Jika tidak berhasil maka operasi caesar harus segera dilakukan.
maka akan dilakukan operasi caesar.
a.      Persalinan dibantu Vakum (Ekstrasi Vakum) 3.      Secsio Caesar 
Disebut juga ekstrasi vakum. Vakum adalah seatu alat yang a.      Operasi Caesar Terencana (elektif)
menggunakan cup ppenghisap yang dapat menarik bayi keluar dengan Pada operasi caesar terencana (elektif), operasi caesar telah
lembut. direncanakan jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan
Cara kerjanya sangat sederhana, yaitu vakum diletakan diatas kepala mempertimbangkan keselamatan ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang
bayi, kemudian ada selang yang menghubungkan mangkuk ke mesin yang menjadi pertimbangan untuk melakukan operasi caesar secara elektif, antara
bekerja dengan listrik atau pompa. Alat ini berpungsi membantu menarik lain :
kepala bayi ketika Anda mengejan. Jadi tarikan dilakukan saat Anda 1)      Janin dengan presentasi bokong : Dilakukan operasi caesar pada janin
mengejan, dan saat mulut rahim sudah terbuka penuh (FASE KEDUA) dan presentasi bokong pada kehamilan pertama, kecurigaan janin cukp besar
kepala bayi sudah berada dibagian bawah panggul. sehingga dapat terjadi kemacetan persalinan (CEPALO PELVIC
Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan DISPROPORTION), janin dengan kepala menengadah (DEFLEKSI), janin
kesehatan serta nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses dengan lilitan tali pusat, atau janin dengan presentasi kaki.
persalinan cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka
2)      Kehamilan kembar : Pada kehamilan kembar dilihat presentasi terbawah melanjutkan persalinan pervaginam dengan alat (berbantu) atau operasi
janin apakah kepala, bokong, atau melintang. Masih mungkin dilakukan caesar, tergantung pada penurunan kepala janin didasar tanggul, keadaan
persalinan pervaginam jika persentasi kedua janin adalah kepala-kepala. tanggul ibu, dan ada tidaknya kegawatan pada janin.
Namun, dipikirkan untuk melakukan caesar pada kasus janin Persalinan macet merupakan penyebab tersering operasi caesar.
pertama/terbawah selain presentasi kepala. pada USG juga dilihat apakah Beberapa alasan yang dijadikan pertimbangan ialah kontraksi tidak lagi
masing-masing janin memiliki kantong ketuban sendiri-sendiri yang terpisah, efektif, janin terlalu besar semantara jalan lahir ibu sempit, dan posisi kepala
atau keduanya hanya memiliki satu kantong ketuban. Pada kasus kehamilan janin yang tadak memungkinkan dilakukan penarikan dengan vakum maupun
kembar dengan janin hanya memiliki satu kantong ketuban, resiko untuk forsep.
saling mengait/menyangkut satu sama lain terjadi lebih tinggi, sehingga perlu 2)      Stres pada janin
dilakukan caesar terencana.Pada kehamilan ganda dengan jumlah janin lebih Ketika janin stres, dia akan kekurangan oksigen. Pada pemeriksaan
dari dua (misal 3 atau lebih), disarankan untuk melakukan operasi caesar klinik tanpak bahwa denyut jantung janin menurun. Secara normal, selama
terencana. terjadi kontraksi denyut jantung      janin menurun sedikit, namun akan
3)      Plasenta previa : artinya plasenta terletak dibawah dan menutupi mulut kembali ke prekwensi asalnya, jika :
rahim. Karena sebelum lahir janin mendapat suplai makanan dan oksigen, –        Prolaps tali pusat: jika tali pusat keluar melalui mulut rahim, dia bisa terjepit,
maka tidak mungkin plasenta sebagai media penyuplai lahir/ lepas terlebih sehingga suplai darah dan oksigen kejanin berkurang. Keadaan ini berbahaya
dulu dari janin karena dapat mengakibatkan kematian janin. Plasenta terdiri jika janin dilahirkan secara normal lewat vagina, sehingga memerlukan
dari banyak pembuluh darah, lokasi plasenta yang menutupi jalan lahir, tindakan operasi caesar segara.
sangat rawan dengan terjadinya pendarahan. Apabila terjadi kontraksi pada –        Perdarahan : Jika Anda mengalami perdarahan yang banyak akibat plasenta
rahim, maka sebagian plasenta yang kaya pembuluh darah ini akan terlepas terlepas dari rahim, atau karena alasan lain, maka harus dilakukan operasi
dan menimbulkan pendarahan hebat yang dapat mengancam nyawa janin dan caesar.
ibu. –        Stres janin berat : Jika denyut jantung janin menurun sampai 70x per menit,
4)      Kondisi medis ibu : preeklamsia, kencing manis (diabetes militus), herpes, maka harus segera dilakukan operasi caesar. Normalnya denyut jantung janin
penderita HIV/AIDS, penyakit jantung, penyakit paru kronik, atau tumor adalah 120/160x per menit. (wordpress.com/macam-macam-persalinan)
rahim (mioma) yang ukurannya besaratau menutupi jalan lahir, kista yang
menghalangi turunnya janin, serta berbagai keadaan lain merupakan hal-hal C.      Persiapan ibu menghadapi persalinan
yang menyebabkan operasi caesar lebih diutamakan. 1.         Persiapan persalinan secara bio/fisiologis
5)      Masalah pada janin : Misanya pada janin dengan oligohidramnion (cairan a.       Semakin meningkat umur kehamilan, ibu semakin merasakan pergerakan-
ketuban sedikit) atau janin dengan gangguan perkembangan. pergerakan bayi. Perut ibu semakin membesar, pergerakan ibu semakin tidak
b.      Opereasi Caesar Darurat (Emergency) bebas, ibu merasakan tidak nyaman.
Yang dimaksud operasi caesar darurat adalah jika operasi dilakukan b.      Kadang-kadang ibu mengalami gangguan kencing, kaki bengkak
ketika proses persalinan telah berlangsung. Hal ini terpaksa dilakukan karena c.       Kondisi otot panggul dan otot jalan lahir mengalami penekanan
ada masalah pada ibu maupun janin. Beberapa keadaan yang memaksa d.      Keluarnya bayi itu sebagian besar disebabkan oleh kekuatan dan kontraksi
terjadinya operasi caesar darurat, antara lain : otot-otot dan sebagian lagi oleh tekanan dari perut.
1)      Persalinan macet e.       Kontraksi dari otot uterus dan pelontaran bayi keluar amat dipengaruhi oleh
Keadaan ini dapat terjadi pada fase pertama (fase lilatasi) atau fase sistem syaraf simpati, parasimpatis dan syaraf lokal pada otot uterus
kedua (ketika Anda mengejan). Jika persalinan macet pada fase pertama,
dokter akan memberi obat yang disebut oksitosin untuk menguatkan 2.         Persiapan Psikologis
kontraksi otot-otot rahim. Dengan demikian mulut rahim dapat membuka. a.       Peristiwa kelahiran bukan hanya merupakan proses murni fisiologis belaka,
Ada teknik lain, yaitu memecahkan selaput ketuban atau memberikan cairaan akan tetapi banyak diwarnai dengan komponen psikologis
infus intrafena jika Anda kekurangan cairan /dehidrasi. Jika cara-cara itu b.      Ada perbedaan yang dialami ibu yang satu dengan yang lain
tidak berhasil, maka operasi caesar akan dilakukan. c.       Pada minggu-minggu terakhir menjelang persalinan bayinya, ibu banyak
Jika persalinan macet pada fase kedua, dokter harus segera dipengaruhi oleh perasaan/emosi dan ketegangan
memutuskan apakah persalinan dibantu dengan vakum atau forsep atau perlu d.      Ibu merasa cemas dapat lahir dengan lancar, sehat atau cacat
segera dilakukan operasi caesar. Hal yang menjadi   pertimbangan untuk e.       Adanya dukungan moral daripada suami dan calon ayah
f.       Kesiapan mental untuk menghadapi proses persalinan dan meyakinkan diri Misal :
sebelum proses persiapan persalinan normal adalah suatu proses yang alami a.       Malnutrisi akan membawa akibat bagi kehamilan, ibu maupun janin
dan terbaik b.      Perumahan yang tidak memenuhi syarat, ini akan menimbulkan higiene yang
g.      Ibu  juga amat bahagia menyonsong kelahiran bayinya yang diidam- kurang
idamkannya.
h.      Disamping itu ibu merasakan takut terhadap darah, takut sakit, takut terjadi
gangguan waktu melahirkan, bahkan takut mati.
i.        Kecemasan ayah juga tidak boleh diabaikan. Kecemasan ayah hampir sama
besarnya dengan kecemasan ibu yang melahirkan, hanya berbeda sang ayah 4.         Persiapan Kultural
tidak secara langsung merasakan efeknya kehamilan. Ibu harus mengetahui adat istiadat, kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup
yang kurang baik terhadap kehamilan dan berusaha unutk mencegah akibat
Bantuan yang diberikan kepada ibu dalam rangka bimbingan persiapan itu. (Hamilton P.2008)
mental adalah sebagai berikut :
a.       Mengatasi perasaan  takut yang dirasakan oleh ibu dalam persalinan dengan 5.         Persiapan TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin)
cara : Tabulin adalah tabungan yang dipersiapkan untuk persalinan yang
         Memberikan pengertian pada ibu tentang peristiwa persalinan dilakukan pada pasangan suami istri sedang dasolin atau dana social bersalin
         Menunjukkan kesediaan untuk menolong digunakan untuk merencanakan dalam kehamilannya.
         Mengajak ibu berdoa untuk menyerahkan diri dan mohon bantuan kepada Salah satu kegiatan ini adalah membuat tabungan ibu bersalin
Tuhan sesui dengan agama. (tabulin). Secara psikologis, ibu akan merasa tenang menghadapi
b.      Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan saat  persalinan jika semua kebutuhan sudah terpenuhi. Tabulin ini biasanya
         Dengan penjelasan yang bijaksana dilakukan oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan, sehingga akan
         Dengan menjawab perasaan ibu secara baik dan tidak menyinggung perasaan menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Adapun manfaat dari
c.       Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannyapersalinan. diadakannya tabulin ini adalah sebagai berikut :
Misal : a.       Sebagai tabungan/simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau
         His/kontraksi yang mengakibatkan rasa sakit itu penting untuk membuka sesudah persalinan.
jalan kelahiran b.      Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
         Mengeluarkan anak dalam kandungan bukan saja dengan his makin kuat Tabungan yang bersifat social ini sangat membantu warga, terutama
tetapi juga dengan cara yang baik. Penjelasan ini banyak sekali sesuai dengan bagi warga yang berekonomi lemah. Proram ini sangat tepat dan efektif
perubahan fisiologis dalam persalinan. Perlu diingat  bahwa penjelasan harus dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan merasa
sederhana agar mudah dimengerti oleh ibu. terbebani dalam upaya mendukung program tersebut karena  penggalangan
d.      Ibu harus sering ditemani karena akan merasa mendapatkan bantuan moril dana tabungan dilakukan mellaui proses jimpitan. Melalui tabulin bumil
orang yang simpati dengan memberi bantuan setiap saat yang diperlukan dan diharapakan dapat menabung sehingga saat melahirkan, tidak mengalami
mendengarkan segala keluhan penderita kesulitan biaya persalinan karena sudah ada dana tabungan. Kegiatan ini
e.       Mengerti perasaan penderita adalah upaya yang sangat baik untuk menurunkan angka kematian ibu.
f.       Menarik perhatian dan kepercayaan ibu dengan perhatian dan tingkah laku, Meskipun demikian, cara ini belum menjamin 100% menjamin ibu hamil
bijaksana, halus dan ramah serta sopan selamat dari maut. Tabungan ini biasanya dibentuk berdasarkan RW atau
g.      Berusaha membesarkan kepercayaan dan keselamatan ibu menghadapi posyandu. Sebagai tenaga kesehatan yang akan membantu proses kelahiran
persalinan dengan memberi petunjuk dan mengikutinya. biasanya akan menetukan jumlah tabungan ibu hamil di setiap minggu nya
dan
3.         Persiapan Sosial memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya manfaat tabulin
Segi sosial merupakan akar untuk tumbuh, dalam hal ini harus sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk membayar tabulin.
dipersiapkan mengenai unsur apa yang harus dikenal dari lingkungan sosial, (www.academia.edu/TABULIN)
kondisi ekonomi, taraf penghidupan dan kebudayaan yang berhubungan
dengan calon ibu yang akan melahirkan. 6.         Persiapan Kegawatdaruratan (BAKSOKUDA)
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat

Kasus ke
“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :
a.       B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaru ratan
b.      A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti
spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

enam
c.       K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan
alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus
menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
d.      S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien),
alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima
ibu
e.       O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan
merujuk
f.       K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan
ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan
dalam waktu cepat.
g.      U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar Laporan pendahuluan partus lama
rujukan
h.      DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi
darah apabila terjadi perdarahan.
(jurnalbidandiah.blogspot.com/pelayanan-kontrasepsi-dan-rujukannya) LANDASAN TEORI
Dengan latar belakang budaya tertentu, masyarakat saat ini
masih ada yang mempercayakan proses persalinan dengan dukun,
terutama pada masyarakat pedesaan. Persalinan yang ditolong oleh
dukun tidak selamanya berlangsung dengan lancar, terkadang juga
mengalami beberapa komplikasi seperti :
1. Persalinan lama
2. Retensio plasenta
3. Inversio uteri
4. Rupture uteri
5. Atonia uteri
6. Perdarahan post partum
Dalam hal ini, penulis membahas mengenai persalinan lama. 2. Kala II (kala pengeluaran)
Sebelum penulis membahas mengenai partus lama, penulis akan Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir, berlangsung selama 2
membahas sedikit mengenai persalinan yang normal. jam untuk primi dan 1 jam untuk multi.
Menurut WHO (1998) dan Mayles (1996) persalinan adalah
3. Kala III (kala uri)
serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
bulan 37-42 minggu, lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
dari tubuh bayi.
a. Uterus terdorong ke atas
A. Tahapan Dalam Persalinan b. Tali pusat bertambah panjang
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2002), tahapan dalam c. Terjadinya perdarahan tiba-tiba
persalinan di bagi menjadi 3 kala yaitu : d. Uterus menjadi bundar
1. Kala I (kala pembukaan)
4. Kala IV (kala pengawasan)
Dimulainya dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
Proses ini dibagi menjadi 2 fase yaitu :
a. Fase laten (8 jam), servik membuka sampai 3 cm
B. Etiologi atau Penyebab Persalinan
b. Fase aktif (7 jam) servik, membuka dari 4 cm sampai 10 cm
Berdasarkan Buku Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran UNPAD
Fase aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
(1985). apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui
1) Fase akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
benar, yang ada hanya merupakan teori-teori yang kompleks antara lain
menjadi 4 cm
dikemukakan faktor-faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
2) Fase dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,
pengaruh tekanan pada syaraf dan nutrisi.
berlangsung cepat dari 4 cm
1.Teori penurunan hormon
menjadi 9 cm
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon
3) Fase deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penanganan
jam, pembukaan menjadi 10 cm
otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh
(lengkap)
darah sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun.
1. Teori plasenta menjadi tua
Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang 2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan 3. Perasaan sering-sering atau sulit kencing karena kandung kemih
menimbulkan kontraksi tertekan oleh bagian terbawah janin
2. Teori distensi rahim 4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot- kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor
otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter. pains”.
3. Teori iritasi mekanik 5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah,
Dibelakang servik terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) bila bisa bercampur darah (bloody show)
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin akan
D. Tanda - Tanda Inpartu
timbul kontraksi uterus
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
4. Induksi partus (induction of labour)
teratur
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
2. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
a. Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
kanalis servikalis dengan tujuan
3. Kadang-kadang pecah dengan sendirinya
merangsang fleksus frankenhauser
4. Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah
b. Amniotomi : pemecahan ketuban
ada seperti telah dikemukakan terdahulu. Faktor-faktor yang
c. Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan per
berperan dalam persalinan adalah:
infus
a. Kekuatan mendorong keluar (power)
C. Gejala atau Tanda-Tanda Persalinan 1) His (kontraksi uterus)
Sebelum terjadi persalinan, sebenarnya beberapa minggu 2) Kontraksi otot-otot dinding perut
sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya 3) Kontraksi diafragma
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). 4) Dan ligamentous actiou terutama ligamentum rotundum
Memberikan tanda-tanda sebagai berikut : b. Faktor jalan lahir (passage)
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada
pintu atas panggul, terutama pada primigravida dan pada multi uterus, servik, vagina dan dasar panggul.
begitu kentara. c. Faktor janin (passenger)
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia, karena
6. Primi tua primer dan sekunder
seperti kita ketahui bahwa 80% dari persalinan terutama di daerah
7. Perut gantung, grandemulti
pedesaan masih di tolong oleh dukun. Baru sedikit sekali dari dukun
8. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum
beranak ini yang telah ditatar sekedar mendapat kursus dukun,
mendatar
karenanya kasus-kasus partus lama masih banyak dijumpai, dan keadaan
9. Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten
ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu
10. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang
maupun anak. Yang sangat ideal tentunya bagaimana mencegah
menemaninya ke rumah sakit merupakan calon partus lama.
terjadinya partus lama. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6
jam dari pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat
Gejala Klinik
menimbulkan komplikasi-komplikasi, baik terhadap ibu mupun terhadap
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998) gejala klinik
anak dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak.
partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
11. Pada ibu
A. Definisi
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
Menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), pengertian dari
pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai:
partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada
Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat
primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida. Dilatasi serviks di
mekonium.
kanan garis waspada persalinan fase aktif.
12. Pada janin :
B. Etiologi a. Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan
Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan,
dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan berbau.
persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor b. Kaput succedaneum yang besar
penyebabnya antara lain : c. Moulage kepala yang hebat
1. Kelainan letak janin d. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
2. Kelainan-kelainan panggul e. Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
3. Kelainan kekuatan his dan mengejan
gejala
4. Pimpinan persalinan yang salah
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala d. Persalinan disfungsional
utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain : e. Pemberian sedatif yang berlebihan
1. Dehidrasi Serviks yang belum matang hanya memperpanjang fase
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara normal begitu
meteorismus terjadi pendataran. Sekalipun fase laten berlangsung lebih dari 20
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri jam, banyak pasien mencapai dilatasi serviks yang normal ketika fase
segmen bawah rahim aktif mulai. Meskipun fase laten itu menjemukan, tapi fase ini tidak
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbahaya bagi ibu atau pun anak.
berbau, cairan ketuban bercampur mekonium
2. Fase aktif yang memanjang pada primigravida
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di
Para primigravida, fase aktif yang lebih panjang dari 12 jam
dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah
merupakan keadaan abnormal, yang lebih penting daripada
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
panjangnya fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Pemanjangan
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura
fase aktif menyertai :
uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
a. Malposisi janin
b. Disproporsi fetopelvik
c. Penggunaan sedatif dan analgesik secara sembrono
d. Ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan
C. Klasifikasi Partus Lama
Keadaan ini diikuti oleh peningkatan kelahiran dengan
Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996) mengklasifikasikan
forceps tengah, secsio caesarea dan cedera atau kematian janin.
partus lama menjadi beberapa fase, yaitu :
Periode aktif yang memanjang dapat dibagi menjadi dua kelompok
1. Fase laten yang memanjang
klinis yang utama, yaitu kelompok yang masih menunjukkan
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida
kemajuan persalinan sekalipun dilatasi servik berlangsung lambat
atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal.
dan kelompok yang benar-benar mengalami penghentian dilatasi
Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup :
serviks.
a. Serviks belum matang pada awal persalinan
b. Posisi janin abnormal
3. Fase aktif yang memanjang pada multiparas
c. Disproporsi fetopelvik
Fase aktif pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam 4. Bahaya bagi ibu
(rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu
per jam merupakan keadaan abnormal. Meskipun partus lama pada maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya
multipara lebih jarang dijumpai dibandingkan dengan primigravida, proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu
namum karena ketidakacuhan dan perasaan aman yang palsu, 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi,
keadaan tersebut bisa mengakibatkan malapetaka. perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran
Kelahiran normal yang terjadi di waktu lampau tidak berarti dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
bahwa kelahiran berikutnya pasti normal kembali. Pengamatan yang
5. Bahaya bagi janin
cermat, upaya menghindari kelahiran pervaginam yang traumatik
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta
dan pertimbangan secsio caesarea merupakan tindakan penting
mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
dalam penatalaksanaan permasalahan ini. Berikut ini ciri-ciri partus
a. Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
lama pada multipara :
b. Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala
a. Insedensinya kurang dari 1%
janin
b. Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada
c. Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang
primigravida dengan partus lama
sulit
c. Jumlah bayi besar bermakna
d. Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini
d. Malpresentasi menimbulkan permasalahan
mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya
e. Prolapsus funiculi merupakan komplikasi
dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada
f. Perdarahan postpartum berbahaya
janin.
g. Rupture uteri terjadi pada grande multipara
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi
h. Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam
pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus
i. Ekstraksi forceps tengah lebih sering dilakukan
lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya
j. Angka secsio caesarea tinggi, sekitar 25%
tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah
D. Bahaya Partus Lama berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama
Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH (1998), menjelaskan mengenai meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun
bahaya partus lama bagi ibu dan janin, yaitu : pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya
sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan c. Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan
melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam
defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi.
lahir setelah persalinan normal. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di
pasang infus untuk pemberian kalori.
d. Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung
D. Penatalaksanaan Pada Partus Lama kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan
Menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong.
penatalaksanaan partus lama antara lain : e. Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus
1. Pencegahan diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya
a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat
mengurangi insidensi partus lama. ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah
b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan
belum matang. Servik yang matang adalah servik yang membahayakan bayinya.
panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami f. Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan
pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan
dan lunak serta bisa dilebarkan. meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan
dengan maksud yang jelas.
2. Tindakan suportif
g. Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan
a. Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus
dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang
membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat
layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi
menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara
b. Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus
spontan.
lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui
pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda 3. Perawatan pendahuluan
adanya acetone dalam urine, harus dicegah Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
a. Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
b. Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
c. Streptomisin 1 gr intramuskular
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
d. Infus cairan : PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS
1) Larutan garam fisiologis RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA PARTUS
2) Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam
LAMA
e. Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan
PENGKAJIAN DATA
A. ANAMNESIS
mengharuskan untuk segera bertindak 1. IDENTITAS PASIEN
Nama : ny.safira

4. Pertolongan Umur : 25 tahun

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, Alamat : jln. Jend sudirman

Pendidikan terakhir : SMA


manual aid pada letak sungsang, embriotomi bila janin meninggal,
Tanggal dirawat : 14 november
seksio sesarea dan lain-lain.
Dokter Penanggung jawab : dr. y

Nama Penanggung jawab : tn. rizal

Diagnosa Medis : partus lama

GPA :G 1 P A0 Usia Kehamilan 36 minggu.


2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama: Ibu mengatakan hamil anak pertama usia
kehamilan 9 bulan mengeluh perutnya mulas bagian
bawah dan menjalar sampai ke pinggang sejak pukul
10.00 WIB, terdapat pengeluaran pervaginam lendir
bercampur darah.

Riwayat Penyakit yang Lalu tidak ada

3. RIWAYAT GINEKOLOGI
Usia Menarche : 13 tahun.
HPHT : 5 februari
Siklus Menstruasi : 7-8 hari. Lama Menstruasi/ siklus: 28 hari.
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 2 x ganti pembalut/ hari.
Frekuensi ; Teratur
Nyeri Haid : Ada
4. RIWAYAT SEKSUAL
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 24 tahun.
Aktifitas Seksual : Aktif
Gangguan Seksual : tidak ada
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA
An Hidu Usia Us Jenis Masal Teknik Jen
ak p/ Gest ia Persali ah Menyu is 3. Kebutuhan
ke Mati asi Ibu nan Nifas sui KB
… a. Penyuluhan tentang pemenuhan cairan dan nutrisi bagi
Usi
a ibu
1 seda 9 blln 25 Nornal pil Dasar : untuk memenuhi kebutuhan energi bagi ibu
ng

6. RIWAYAT KELUARGA
dan mencegah dehidrasi
Pernikahan yang ke: pertama
Penyakit Dalam Keluarga : tidak ada b. Persiapan fisik dan mental ibu serta penyuluhan cara
Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada
Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada mengurangi rasa nyeri
7. ASPEK PSIKOSOSIAL Dasar : agar ibu tenang dan tidak merasa takut dalam
8. TANDA PARTUS LAMA
Tanda Hasil menghadapi persalinan
Kontraksi Ada
Durasi 10 menit
Frekuensi 3-4 detik
Intensitas kuat
Dilatasi Serviks 5 cm. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Nyeri Ada
Vaginal Show Ada Potensial terjadi partus lama
Jenis vaginal show lender + darah
Kesadaran Ibu Komposmentis
DJJ 130 x / menit.
Dasar : Inpartu kala I
Warna air ketuban putih .
Ibu hamil anak pertama
B. ANALISIS DATA & DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosa IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA DAN
Ibu G1P0A0 hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, KOLABORASI
presentasi kepala. Ibu inpartu kala I fase laten Kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan bila ada komplikasi
Dasar : ibu mengatakan hamil anak pertama, HPHT 5 pada kala I dan proses persalinan
Februari 2007, DJJ 126 x/menit, pada pemeriksaan Rencana keperawatan
dalam pembukaan 2 cm, ketuban (+), presentasi II. RENCANA TINDAKAN
kepala 1. a. Jelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini
2. Masalah : b. Libatkan keluarga dalam memberikan dukungan psikologis
Nyeri adanya his c. Observasi kala I menggunakan partograf dan kolaborasi
Dasar : ibu mengatakan nyeri dan sakit pada saat his bila ada keluhan
datang
d. Siapkan ruang bersalin, alat, kebutuhan fisik dan Radian warmer
psikologis ibu serta persiapan bidan 3) Menyiapkan alat resusitasi
2. Penyuluhan cara mengedan yang efektif Slym zuinger
a. Jelaskan manfaat mengejan efektif 4) Menyiapkan pakaian bayi
b. Ajarkan ibu cara mengejan efektif Memantau kemajuan persalinan
c. Observasi cara mengejan efektif Partograf
3. Penyuluhan mengatasi rasa nyeri PD setiap 4 jam atau indikasi inpartu
a. Jelaskan penyebab nyeri 5) Menyiapkan alat penanganan syok dan perdarahan
b. Ajarkan cara mengatasi nyeri 6) Memenuhi kebutuhan fisik ibu
4. Pemenuhan nutrisi Makan dan minum
a. Beri ibu makan jika lapar BAB dan BAK
b. Beri ibu minuman manis sebagai penambah tenaga 7) Memenuhi kebutuhan psikologi ibu
Memberikan dukungan persalinan
8) Menyiapkan alat-alat untuk bidan
III. PELAKSANAAN Mitela Skort Kacamata
1. a. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya saat ini, bahwa Masker Handscone Sepatu boot
ibu telah memasuki kala I persalinan 9) Melakukan penyuluhan cara mengejan efektif
b. Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan Menjelaskan manfaat mengejan efektif pada ibu, apabila
psikologis ibu mengejan dengan baik dapat membantu
c. Melakukan observasi kala I menggunakan partograf, mempercepat penurunan kepala dan pengeluaran
mengenai DJJ, penurunan kepala, pembukaan serviks, bayi.
frekuensi his dan tanda vital Mengajarkan ibu cara mengejan efektif, mengejan
d. Persiapan persalinan: dilakukan pada saat his dan telah memasuki kala II
1) Ruangan bersalin persalinan, sehingga diafragma berfungsi lebih baik.
2) Menyiapkan alat persalinan Badan ibu dilengkungkan dengan dagu ibu di dada,
Partus set kaki ditarik kearah badan sehingga lingkungan badan
Heating set dapat membantu mendorong janin
Mengobservasi cara mengejan ibu Kala II pukul 05.00 WIB
2. Melakukan penyuluhan cara mengatasi rasa nyeri S : Ibu mengatakan perutnya mulas-mulas seperti ingin BAB dan
a. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri. Nyeri disebabkan keluar air dari kemaluannya
karena adanya kontraksi pada dinding rahim yang akan O : 1. Dilakukan PD pada pukul 05.00 dengan hasil
membantu mendorong janin untuk turun a. Dinding vagina tidak terdapat kelainan
b. Mengajarkan cara mengatasi nyeri. Ibu disuruh untuk b. Perineum kaku, konsistensi portio lunak, tipis, effacement
berjalan-jalan bisa masih bisa, kemudian menganjurkan 90%
ibu untuk tidur dengan posisi miring kiri, agar c. Pembukaan serviks 10 cm
pembukaan serviks lebih cepat d. Presentasi kepala, penurunan bagian terendah di Hodge
IV kanan depan
IV. EVALUASI
e. DJJ : 134 x/menit, teratur
1. Ibu mengerti dengan kondisinya saat ini
f. Keadaan umum : baik
2. Hasil pengawasan kala I dengan partograf
Kesadaran : composmentis
DJJ : 128 x/menit
TD : 120/70 mmHg RR : 22 x/menit
Penurunan kepala : Hodge II
Pols : 80 x/menit Temp : 370C
Tanda-tanda vital :
g. Perineum menonjol, vulva membuka, ada tekanan dari
TD : 120/70 mmHg
anus
Pols : 82 x/menit
RR : 20 x/menit A : 1. Diagnosa
0
Temp : 37,5 C a. Ibu G1P0A0 inpartu kala II dengan partus lama
Dasar :
1) Kontraksi uterus 4x dalam 10 menit, lama 45 detik
Frekuensi his : 3 x dalam 10 menit, teratur, lebih kuat dan nyeri, 2) Pembukaan lengkap
lamanya kurang dari 20 detik 3) Portio tidak teraba, ketuban (-), perineum menonjol,
Pembukaan serviks 5 cm anus dan vulva membuka.
Ibu berkemih sebanyak 200 ml 4) DJJ 134 x/menit
b. Potensial terjadi pemanjangan kala I fase aktif 8. Libatkan keluarga dalam memberikan motivasi dan dukungan
Dasar : pada ibu
Ibu hamil anak pertama
Pembukaan 10 cm, perineum kaku, ketuban (-) 9. Bayi lahir pukul 05.30 WIB
Kala II berlangsung selama 8 jam BB : 3500 gr Jenis kelamin :
laki-laki
2. Masalah
Apgar score : 8/9 PB :
Ibu cemas menghadapi persalinan
50 cm
Dasar :
Anus : (+)
1) Ibu memasuki kala II persalinan
2) Ibu hamil anak pertama
Kala III pukul 05.45 WIB
S : Ibu mengatakan perutnya terasa mulas
3. Kebutuhan
O : 1. Keadaan umum : baik
1) Pemenuhan cairan dan nutrisi bagi ibu
Kesadaran : composmentis
2) Penyuluhan cara relaksasi
2. Tanda-tanda vital :
3) Pertolongan persalinan
TD : 110/70 mmHg RR : 25 x/menit
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini sudah memasuki fase persalinan Pols : 84 x/menit Temp :
2. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau 36,50C
tenaga ibu, kontraksi uterus, pantau penurunan, presentasi 3. TFU 2 jari di bawah pusat
kepala janin dan DJJ setelah kontraksi dan vital sign 4. Abdomen : kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras
3. Anjurkan ibu mengejan jika ada his 5. Semburan darah, tali pusat memanjang
4. lakukan episiotomi pada puncak his karena perineum kaku
A : 1. Diagnosa
dan agar tidak terjadi robekan yang lebih lebar dan teratur
a. Ibu G1P0A0 inpartu kala III
5. Lakukan pertolongan persalinan, lahirkan kepala, bahu dan
Dasar :
tubuh bayi kemudian lakukan resusitasi
1) Uterus teraba bulat dan keras, TFU 2 jari di bawah
6. Periksa janin tunggal atau kembar
pusat
7. Observasi perdarahan pervaginam
2) Plasenta belum lahir b. Panjang plasenta : 20 cm
b. Potensial terjadi retensio plasenta c. Lebar plasenta : 15 cm
Dasar : plasenta belum lahir d. Berat plasenta : 500 gram
e. Tebal plasenta : 2 cm
2. Masalah
f. Inserse : marginal
Nyeri pada perut bagian bawah
5. Setelah 15 detik lakukan masase fundus secara sirkular
Dasar :
6. Lakukan vulva hygiene pada ibu
a. Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
7. Observasi adanya laserasi luka episiotomi
b. Plasenta belum lahir
8. Siapkan heating set dan lakukan penjahitan luka perineum
c. Kontraksi uterus baik
Derajat II dengan cara jelujur dan subkutikular
d. TFU 2 jari di bawah pusat

3. Kebutuhan
Kala IV pukul 06.00 WIB
Pemenuhan nutrisi dan cairan
S : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas
Dasar : ibu tampak lemah
O : 1. Keadaan umum : baik
P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini Kesadaran : composmentis
2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital 2. Tanda-tanda vital :
3. Lakukan manajemen aktif kala III TD : 110/70 mmHg RR : 20 x/menit
a. Pemberian oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 bawah Pols : 80 x/menit Temp :
paha kanan sebelah luar, selambat-lambatnya 2 menit 37 0C
setelah bayi lahir. 3. Keadaan kandung kemih : kosong
b. Lakukan peregangan tali pusat terkendali dengan dorso 4. TFU 2 jari di bawah pusat
kranial 5. Kontraksi uterus baik
c. Massase fundus uteri selama 15 detik secara sirkuler 6. Perdaharan pervaginam : 150 cc
4. Lahirkan plasenta dengan hati-hati 7. Keadaan jahitan laserasi derajat II baik
Plasenta lahir lengkap pukul 05.45 WIB
A : 1. Diagnosa
a. Kotiledon dan selaput utuh
a. Ibu P1A0 partus spontan pervaginam partus kala IV Miring kanan atau miring kiri
Dasar : Ibu boleh berjalan setelah 6 jam
1) Ibu partus spontan pervaginam pukul 05.30 WIB 5. Pemenuhan nutrisi ibu
2) Robekan perineum derajat II Makanan dan minuman
3) Pengeluaran lochea rubra 6. Pemenuhan istirahat
4) TFU 2 jari bawah pusat Tidur
b. Potensial terjadi perdarahan pervaginam 7. Lakukan perawatan luka perineum
Dasar : Perawatan luka dengan menggunakan kasa steril
1) Plasenta lahir pukul 05.45 WIB
2) Perdarahan pervaginam berupa lochea rubra
3) Terdapat robekan perineum derajat II

2. Masalah
Gangguan rasa nyaman

3. Kebutuhan
Personal Hygiene
Pemenuhan cairan dan nutrisi

P : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini


2. Periksa tanda vital ibu, TFU, kandung kemih, dan perdarahan
setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam
satu jam kedua
3. Penyuluhan personal hygiene
Mandi
Vulva hygiene
4. Pemenuhan mobilisasi ibu
penkes
Topik : Perawatan pada kehamilan, persalinan dan diakibatkan masuknya kuman kedalam alat kandungan seperti
nifas eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari
Sub Topik : Tanda bahaya saat kehamilan, saat persalinan, dan tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri)
nifas (Rustam Mochtar, 1998).
Sasaran : Keluarga pasien, pasien dan pengunjung Hingga saat ini penyebab infeksi nifas diantaranya adalah
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Desember 2014 persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar,
Waktu : 25 menit tindakan operasi persalinan, tertinggalnya plasenta, selaput ketuban
Tempat : Ruang 8 dan bekuan darah, ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih
kecil melebihi 6 jam, keadaan yang dapat menurunkan keadaan
I. Latar Belakang umum yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil, bersalin dan sat kehamilan, malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil dengan penyakit
nifas adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin infeksi (Manuaba, 1998).
sekitar 25-30% kematian wanita usia subur disebabkan oleh II. Tujuan Umum
kehamilan persalinan dan nifas. Kematian saat melahirkan biasanya Setelah mendapatkan penjelasan tentang tanda bahaya
menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak kehamilan, saat persalinan dan nifas diharapkan keluarga pasien
produktivitasnya. Tahun 1996 WHO memperkirakan lebih dari dan pasien dapat mengetahui manfaat pentingya mengetahui tanda
585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil bersalin dan nifas. bahaya pada kehamilan beserta pengertiannya.
Di Asia Selatan wanita kemungkinan 1 : 18 meninggal akibat III. Tujuan Khusus
kehamilan, persalinan dan nifas. Di negara Afrika 1 : 14, sedangkan 1. Peserta penyuluhan mengerti dan memahami pengertian
di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50% kematian di tanda bahaya Pada kehamilan, persalinan dan nifas
negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi 2. Peserta penyuluhan mengerti macam-macam tanda bahaya
yang ada serta biaya relatif rendah (Prawirohardjo, 2002). pada kehamilan, persalinana, dan nifas
Pada wanita atau ibu nifas penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya 3. Peserta penuyuluhan dapat mengerti bagaimana cara
masa nifas sangat penting dan perlu, oleh karena masih banyak ibu mencegah atau mengantisipasi tanda bahaya kehamilan,
atau wanita yang sedang hamil atau pada masa nifas belum persalinan, dan nifas
mengetahui tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, baik yang
IV. Materi dari e. Menjawab
Terlapir penyuluha pertanyaan
n
V. Metode d. Menyebut
Ceramah kan materi
Tanya Jawab penyuluha
n
VI. Media e. Bertanya
Leaflet kepada
Lcd peserta
penyuluha
VII. Kegiatan Penyuluhan n apakah
NWaktuKegiatan PenyuluhanKegiatan Peserta sudah
o mengetah
1 3 menitPembukaan : a. Menjawab
ui tentang
a. Memulai salam
tanda
kegiatan b. Mendengar
bahaya
dengan kan
kehamilan
mengucap pemateri
,
kan salam c. Mendengar
persalinan
b. Memperke kan
dan nifas
nalkan diri pemateri 2 15 Pelaksanaan : a. Mendengar
serta d. Mendengar me penyampaian kan
kelompok kan dan nit materi : pemateri
c. Menjelask memperhat a. Menjelask b. Bertanya
an tujuan ikan an tentang kepada
pengertian pemateri peserta
tanda penyuluha
bahaya n tentang
kehamilan materi
, yang
persalinan telaah
dan nifas diberikan
b. Menjelask dan
an tentang reimforce
macam- ment
macam kepada
tanda peserta
bahaya yang
c. Menjelask dapat
an cara menjawab
pencegaha
4 2 menitTerminasi : a. Mende
n tanda
a. Mengucap ngarkan
bahaya
kan terima b. Menja
d. kepada
kasih atas wab
peserta
partisipasi salam
penyuluha
nya
n untuk
b. Mengucap
`bertanya
3 5 menitEvaluasi : a. Menjawab kan salam
a. Menanyak pertanyaan penutup
an kepada
Kriteria hasil
VIII. Evaluasi Pre Penyuluhan
1. Evaluasi Sarana prasarana a. Peserta penyuluhan berantusias 20% dari 10 orang hanya 2
a.    Peserta Penyuluhan bersedia diberi penyuluhan (100%) yang berantusias
b.    Persiapan materi yang disampaikan 2 : 10 x 100 = 20%
c.     Persiapan media yang akan disampaikan Post penyuluhan
d.    Persiapan klien yang akan diberi penyuluhan a. Peserta penyuluhan berantusias 90% dari 10 orang yang
e.    Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan sebelumnya mengerti setelah diberikan penyuluhan
10 : 10 x 100 = 100%
b. Peserta penyuluhan mengerti dan bertanya tentang tujuan
2. Evaluasi Proses khusus penyuluhan
Audience
a.     Peserta Penyuluhan antusias terhadap materi yang
8. Perorganisasian dan uraian tugas
diberikan
b.    Peserta Penyuluhan tidak meninggalkan tempat penyuluhan
1. Protokol / Pembawa acara
sebelum acara selesai.
c.     Peserta Penyuluhan bertanya dan menjawab pertanyaan Uraian tugas : Mia Audina dan I Putu Ryan Aristya
dengan benar
a. Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim
d.    Peserta Penyuluhan dapat menerapkan materi yang telah
kepada peserta.
didapatkan

b. Mengatur proses dan lama penyuluhan.


Penyaji
a. penyaji dapat menguasai materi dengan baik c. Menutup acara penyuluhan.
b. penyaji dapat menjawab pertanyaan dari peserta
penyuluhan 2. Penyuluh / Pengajar

3. Evaluasi hasil
Uraian tugas : Mahfud Sholeh
a.       Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan b. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
bahasa yang mudah dipahami oleh peserta.
c. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
b.      Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan penyuluhan.
proses penyuluhan.
d. Mengevaluasi hasil penyuluhan denga rencana penyuluhan.
c.       Memotivasi peserta untuk bertanya. 
e. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa
3. Fasilitator tidak sesuai dengan  rencana penyuluhan.

Uraian tugas : Elik Anistina


Materi

a. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta. 1. Pengertian


Tanda bahaya adanya bahaya yang dapat terjadi selama
b. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan. kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan
kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau
c. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu

d. Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa (Pusdiknakes,2003)

kurang jelas bagi peserta. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan normal adalah
4. Observer proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala,
Uraian tugas : Rahma Hafiidha
tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

a. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan Masa nifas adalah pulih kembali, mulai dari partus selesai

diri sehingga sampai alat-alat kandungan kembali sebelum hamil, lamanya 6-8
minggu masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
    memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
penyuluhan. sebelum hamil dan berlangsung kira-kira 6 minggu.
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum oleh kekurangan gizi. Mungkin juga ibu mempunyai penyakit lain,
karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan seperti batuk menahun, malaria, dll yang segera perlu diobati.
keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya yang menandakan
bahwa ia perlu segera mencari bantuan medis, ibu juga perlu  Perdarahan

mengetahui kemana ia mencari bantuan tersebut.


Perdarahan melalui jalan lahir pada kehamilan, persalinan dan nifas
sering merupakan tanda bahaya yang dapat berakibat kematian ibu
2. Macam-macam tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas
dan atau janin.
 Ibu tidak mau makan dan muntah terus
1. Perdarahan melalui jalan lahir pada kehamilan sebelum 3
Kebanyakan ibu hamil dengan umur kehamilan 1-3 bulan sering merasa
bulan dapat disebabkan oleh keguguran atau keguguran
mual dan kadang-kadang muntah. Keadaan ini normal dan akan
yang mengancam. Ibu harus segera meminta pertolongan
hilang dengan sendirinya pada kehamilan lebih dari 3 bulan.
bidan atau dokter. Janin mungkin masih dapat diselamatkan.
Bila janin tak dapat diselamatkan, ibu perlu mendapat
Tetapi, bila ibu tetap tidak mau makan, muntah terus menerus sampai
pertolongan agar kesehatannya terjaga
ibu lemah dan tak dapat bangun, keadaan ini berbahaya bagi keadan
2. Perdarahan melalui jalan lahir disertai nyeri prut bawah
jani dan kesehatan.
yang hebat, pada ibu yang terlambat haid 1-2 bulan,
 Berat badan ibu hamil tidak naik meupakan keadaan dangat berbahaya. Kehidupan ibu
terancam, ia harus langsung di bawa ke rumah sakit untuk
Selama kehamilan berat badan ibu naik sekitar 9-12 kg, karena adanya diselamatkan jiwanya.
pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu akibat 3. Perdarahan kehamilan 7-9 bulan, meskipun hanya sedikit,
kehamilan. Kenaikan berat badan itu biasanya terlihat nyata sejak merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera
kehamilan berumur 4 bulan sampai menjelang persalinan. mendapat pertolongan di rumah sakit.
4. Perdarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah
Bila berat badan ibu tidak naik pada akhir bulan keempat atau kurang
melahirkan, sangat berbahaya dan merupakan penyebab
dari 45 kg pada akhir bulan keenam, pertumbuhan janin mungking
kematian ibu paling sering. Keadaan ini dapat menyebabkan
terganggu. Kehidupan janin mungking terancam. Ibu mungkin
kematian dalam waktu kurang dari 2 jam. Ibu perlu segera uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya
ditolong untuk penyelamatan jiwanya. (Pusdiknakes, 2003).
5. Perdarahan pada masa nifas (dalam 42 hari setelah
melahirkan) yang berlangsung terus menerus, disertai bau  Sakit kepala yang hebat
tak sedap dan demam, juga merupakan tanda bahaya. Ibu Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan
harus segera di bawa ke rumah sakit. ketidaknyamanan yang no rmal dalam kehamilan. Sakit kepala yang
menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat
 Bengkak tangan/wajah, pusing, dan dapat diikuti kejang
yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan
Sedikit bengkak pada kaki atau tungkai bawah pada umur kehamilan 6
bahwa penglihatannya men jadi kabur atau berbayang. Sakit kepala
bulan ke atas mungkin masih normal. Tetapi , sedikit bengkak pada
yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia
tangan atau wajah, apa lagi bila disertai tekanan darah tinggi dan
(Pusdiknakes, 2003).
sakit kepala (pusing), sangat berbahaya. Bila keadaan ini dibiarkan
maka ibu dapat mengalami kejang-kejang. Keadaan ini disebut
 Selaput kelopak mata pucat
keracunan kehamilan atau eklamsi.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan
Keadaan ini sering menyebabkan kematian ibu serta janin. Bila hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester I dan III, <10,5gr%
ditemukan satu atau lebih gejala tersebut, ibu harus segera meminta pada trimester II. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita
pertolongan kepada bidan terdekat untuk di bawa ke rumah sakit tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester II. Anemia
   Nyeri perut yang hebat dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin,
adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan 2002).
masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat,
 Gerakan janin berkurang atau tidak ada
menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti
appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks,
persalinan pre term, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi
pada keadaan normal, gerakan janin dapat dirasakan ibu pertama kali  Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
pada umur kehamilan 4-5 bulan. Sejak saat itu, gerakan janin sering
dirasakan ibu. Biasanya ketuban pecah menjelang persalinan, setelah ada tanda awal
persalinan seperti mulas dan keluarnya lendir, bercampur sedikit
Janin yang sehat bergerak secara teratur. Bila gerakan janin berkurang, darah. Cairan ketuban biasanya berwarna jenih kekuningan.
melemah atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan
bayi mungkin terancam. Ibu perlu segera mencari pertolongan. Bila ketuban telah pecah dan cairan ketuban keluar sebelum ibu
mengalami tanda-tanda persalinan, janin dan ibu akan mudah
 Kelainan letak janin terinfeksi. Hal ini berbahaya bagi ibu maupun janin. Ibu perlu
segera mendapat pertolongan bidan terdekat untuk di bawa ke
Pada keadaan normal, kepala janin berada di bagian bawah rahim ibu
rumah sakit.
dan menghadap ke arah punggung ibu. Menjelang persalinan,
kepala bayi turun dan masuk ke rongga panggul ibu.  Persalinan lama

Kadang-kadang letak bayi tidak normal sampai umur kehamilan 9 Persalinan berlangsung sejak ibu mulai merasa mulas sampai kelahiran
bulan. Pada keadaan ini, ibu harus melahirkan di rumah sakit, agar bayi. Persalinan tersebut buasanaya berlangsung kurang dari 12
ibu dan bayi dapat diselamatkan. Persalinan mungkin mengalami jam. Ibu yang melahirkan anak kedua dan selanjutnya biasaya lebih
gangguan atau memerlukan tindakan. Anjurkan ibu/keluarganya cepat dari ibu yang melahirkan anak pertama.
untuk menabung.
Bila bayi belum lahir lebih dari 12 jam sejak mulainya mulas, maka
Kelainan letak janin antara lain : persalinan tersebut terlalu lama. Perlu dilakukan tindakan. Ibu perlu
mendapat pertolongan di rumah sakit untuk menyelamakan janin
1. Letak sungsang : kepala janin di bagian atas rahin
dan mencegah terjadinya perdarahan atau infeksi pada ibu.
2. Letak lintang: letak janin melintang di dalam rahim
 Keluar darah dari jalan lahir

Kalau menjelang persalinan terlihat bagian tubuh bayi di jalan lahir, Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada

misalnya tangan, kaki atau tali pusat, maka ibu perlu segera di bawa masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami

ke rumah sakit perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama
haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi, dan ini 3. Tbc : gejalanya batuk tidak sembuh-sembuh, nafsu makan
normal terjadi.Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan kurang, berat badan turun, berkeringat pada malam hari.
ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. 4. Malaria : gejalanya demam menggigil secara berkala,
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda lemah, pucat
adanya infeksi. 5. Infeksi pada saluran kelamin : gejalanya tidak selalu nyata,
misalnya keputihan, luka atau nyeri pada alat kelamin
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang
Ibu dengan keadaan tersebut harus diperikasa dan mendapat
merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.
pengobatan secara teratur oleh dokter. Anjurkan ibu dan
Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau
keluarganya menabung untuk persiapan persalinannya nanti
kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak
normal adalah merah, banyak, dan kadang -kadang, tetapi tidak
 Demam tinggi pada masa nifas
selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bias
berarti plasenta previa atau abrupsio plasenta (Pusdiknakes, 2003). Ibu yang pada masa nifas (selama 42 hari sesudah melahirkan )
mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya
 Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan
cairan (dari lubang rahim) yang berbau, mungkin mengalami
infeksi jalan lahir. Pada keadaan ini cairan liang rahim tetap
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Bila
berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu
ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau merugikan
kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janinpun terancam  Payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa
sakit
Beberapa penyakit yang merugikan kehamilan antara lain: Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar
payudara (mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu
1. Penyakit jantung : gejalanya ibu sering berdebar, mudah
pertama pascasalin, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu
sesak nafas bila melakukan kegiatan ringan sehari-hari
ke 3 atau ke 4 (Prawirohardjo, 2008).
2. Kurang darah (anemia) berat : gejalanya pucat, lesu, lemah,
Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, nyeri dan
pusing dan sering sakit.
takikardia. Pada pemeriksaan payudara membengkak, mengeras,
lebih hangat, kemerahan dengan batas tegas, dan disertai rasa nyeri f)       Penurunan gairah sex, dan kurang percaya diri terhadap
(Prawirohardjo, 2008). Penanganan utama mastitis adalah : kemampuan menjadi seorang ibu.
a.    Memulihkan keadaan dan mencegah terjadinya komplikasi Penanganan bila terjadi baby blues yaitu hilang tanpa pengobatan,
yaitu bernanah (abses) dan sepsis yang dapat terjadi bila pengobatan psikologis dan antidepresan, konsultasi psikiatrik untuk
penanganan terlambat, tidak cepat, atau kurang efektif. pengobatan lebih lanjut (tiga bulan) (Manuaba, 2008).
b.    Susukan bayi sesering mungkin.  Depresi masa nifas (depresi postpartum)
c.    Pemberian cairan yang cukup, anti nyeri dan anti inflamasi. Depresi masa nifas adalah keadaan yang amat serius. Hal ini
d.    Pemberian antibiotic 500 mg/6 jam selama 10 hari. disebabkan oleh kesibukannya yang mengurusi anak-anak sebelum
e.    Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan sayatan (insisi) kelahiran anaknya ini. Ibu yang tidak mengurus dirinya sendiri,
untuk mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase seorang ibu cepat murung, mudah marah-marah (Eny, 2009).
dengan pipa agar nanah dapat keluar terus. Gejala-gejala depresi masa nifas adalah :
a)      Sulit tidur bahkan ketika bayi sudah tidur.
 Perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya (baby b)      Nafsu makan hilang.
blues) c)      Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol.
Ada  kalanya  ibu  mengalami  parasaan  sedih  yang berkaitan dengan d)     Terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi.
bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh e)      Tidak menyukai atau takut menyentuh bayi.
perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit f)       Pikiran yang menakutkan mengenai bayi
menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan g)      Sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi.
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan, selain itu juga h)      Gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan
karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan berdebar-debar.
kehamilan (Eny, 2009). Gejala-gejala baby blues antara lain :
a)      Menangis. 3. Cara pencegahan tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas
b)      Mengalami perubahan perasaan. Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan
c)      Cemas. baik bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat
d)     Kesepian. dilakukan tindakan perbaikinya, dan kenyataannya, banyak dari
e)      Khawatir mengenai sang bayi. faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi
terjadi. Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk
memberikan penanganan kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi.
Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa kehamilan dapat
mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.

Sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan:


1.      ANC secara rutin
2.      Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang seperti :
sayuran hijau, lauk, buah, susu hamil / susu kedelai /
kacang hijau
3.      Istirahat cukup
4.      Olahraga ringan misalnya: jalan-jalan
5.      Dukungan dari keluarga
6.      Hindari stres dengan tidak berpikir berat
7.      Jangan melakukan pekerjaan yang terlalu bErat atau
beresiko dan jangan capek
8.      Bila timbul keluhan yang meresahkan, segera pergi ke
tenaga kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan
9.      Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus
lebih sering dan lebih intensif.
10.  Hindari rokok, alkohol, dll
Kasus ke B.     Etiologi
1       Indikasi Ibu

tujuh
a)      Panggul sempit absolute
b)      Placenta previa
c)      Ruptura uteri mengancam
d)     Partus Lama
e)      Partus Tak Maju
f)       Pre eklampsia, dan Hipertensi

2. Indikasi Kelainan Letak Janin


a. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
LAPORAN PENDAHULUAN jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
A.    Pengertian primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
2005). cara lain.
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan b. Letak belakang
membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari panggul sempit, primigravida, janin besar.
dalam rahim. (Mochtar, 1998). c. Gawat Janin
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan d. Janin Besar 
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding
uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2006). Kontra Indikasi dilakukanya SC
a)      Janin Mati insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak
b)      Syok, anemia berat. dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi
c)      Kelainan congenital Berat D.     Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk
C. Patofisiologi mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
     Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang robekan serviks dan segmen bawah rahim. Sectio caesarea
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya
misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, plasenta previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan
partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan walaupun anak sudah mati.
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
     Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan E. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan 1. Abdomen (SC Abdominalis)
menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan a)      Sectio Caesarea Transperitonealis
sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak      Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri pada corpus uteri yang mempunyai kelebihan
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. mengeluarkan janin lebih c e p a t , tidak
     Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,
dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas dan sayatan bias diperpanjang  proksimal  atau distal .
pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga mudah menyebar secara intra abdominal  karena tidak ada
menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, reperitonealisasi yang baik danuntuk persalinan berikutnya
dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan b)      Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih
mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, b)      Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
perdarahan kurang dan kemungkinan rupture uteri spontan spontan.
kurang/lebih kecil. Dan memiliki kekurangan luka dapat c)      Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
melebar kekiri, bawah, dan kanan sehingga mengakibtakan dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
pendarahan yang banyak serta keluhan pada kandung kemih. luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir
c)      Sectio caesarea ekstraperitonealis kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum baru terjadi dalam persalinan.
parietalis dan dengan demikian tidak membuka kavum d)     Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
abdominalis. supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
2.       Vagina (sectio caesarea vaginalis) tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
apabila : sebelum menutup luka rahim.
a)      Sayatan memanjang (longitudinal) 4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
b)      Sayatan melintang (tranversal) Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
c)      Sayatan huruf T (T Insisian) bawah rahim kira-kira 10cm
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal) Kelebihan :
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira- a)      Penjahitan luka lebih mudah
kira 10cm. berikut adalah Kelebihanya : b)      Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
a)      Mengeluarkan janin lebih memanjang c)      Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk
b)      Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik menahan isi uterus ke rongga perineum
c)      Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal d)     Perdarahan kurang
Kekurangan : e)      Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
a)      Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak spontan lebih kecil
ada reperitonial yang baik. Kekurangan :
a)      Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga 12. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak. G.    Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
b)      Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi. 1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji
perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek
F.    Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria kehilangan darah pada pembedahan.
Persalinan dengan Sectio Caesaria, memerlukan perawatan yang 2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan 3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea 4. Urinalisis / kultur urine
menurut Doenges (2001),antara lain : 5. Pemeriksaan elektrolit
1. Nyeri akibat ada luka pembedahan
2. Adanya luka insisi pada bagian abdomen H.       Penatalaksanaan
3. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus 1. Pemberian cairan
4. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan      Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
(lokhea tidak banyak) pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
5. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira- elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
kira 600-800ml pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
6. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
7. Biasanya terpasang kateter urinarius darah sesuai kebutuhan.
8. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar 2.     Diet
9. Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan      Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
muntah flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
10. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
11. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air
kurang paham prosedur teh.
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
3. Mobilisasi sesuai indikasi
a)      Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : b)      Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran
b)      Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah pencernaan
operasi 1.      Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
c)      Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur 2.      Oral             : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
telentang sedini mungkin setelah sadar 3.      Injeksi         : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
d)     Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 perlu
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
e)      Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi c)      Obat-obatan lain
setengah duduk (semifowler)    Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
f)       Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan f.       Perawatan luka
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5      Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
pasca operasi. basah dan berdarah harus dibuka dan diganti
g.      Perawatan rutin
4. Kateterisasi      Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah
     Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri suhu, tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
dan tidak enak pada penderita, menghalangi involusi uterus h.      Perawatan Payudara
dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 -      Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
penderita. yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
5. Pemberian obat-obatan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri.(Manuaba, 1999)
a)      Antibiotik
I.      Komplikasi Section Caesaria
1. Infeksi Puerpuralis Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
a)      Ringan      : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja. pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri
b)      Sedang     : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai Fisiologi, 1983)
dehidrasi atau perut sedikit kembung K. Periode Masa Nifas
c)      Berat        : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal 1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telh di perbolehkan
ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana berdiri dan berjalan jalan.
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena 2. Pueperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat alat
ketuban yang telah pecah terlalu lama. genetalis yang lamanya 6-8 minggu.
2.     Pendarahan disebabkan karena : 3. Remote puerperium waktu yang di perlukan untuk pulih dan
a)      Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
b)      Atonia Uteri persalinan mempunyai komplikasi
c)      Pendarahan pada placenta bled L. Adaptasi Fisiologis Post Partum
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung 1. Perubahan fisik
kemih bila reperitonalisasi terlalu tinggi. Suatu komplikasi yang a.       Involusi
baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio
caesarea klasik Proses involusi terjadi karena adanya:
1)     Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
J. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
Masa Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan
kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah melahirkan.
selama 6- 8 minggu (Moctar, 1998). 2)     Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh
darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna
untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena 8 minggu 30 gr
kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran Normal
darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang
diperlukan sehingga ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. 2)   Involusi tempat plasenta
3)  Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus. pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
Involusi pada alat kandungan meliputi:  implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
1)   Uterus dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya.            juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel 3)   Perubahan pembuluh darah rahim
dibawah ini. Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi
peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi
dalam masa nifas.
4)     Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui
oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh  1 jari
saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari cervix,
robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat diregang
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal.
Diameter Bekas
Berat Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
Involusi TFU Melekat
Uterus b.   After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
Plasenta
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari
Setelah plasenta lahir Sepusat 1000 gr 12,5 pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai
1 minggu
hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik
Pertengahan 500 gr 7,5 cm c.    Lochia
pusat Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui
2 minggu symphisis 350 gr 5 cm vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya
Tak teraba lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir
6 minggu 50 gr 2,5 cm dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Sebesar hamil 2 Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan
minggu warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri
dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini
sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga. klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
1)   Lochea rubra (cruenta)            membantu  mengurangi retensi cairan sehubungan dengan
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan   
vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca f.     Ginjal
persalinan. Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
2)   Lochea sanguinolenta              volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis.
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum
persalinan.
3)   Lochea serosa                          g.    System Hormonal
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca 1)         Oxytoxin
persalinan. Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi
pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
4)   Lochea alba                             persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta.
Cairan putih setelah 2 minggu. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
5)   Lochea purulenta                       memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk. perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya,
6)   Lacheostatis isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
Lochea tidak lancar keluarnya. membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
d.   Dinding perut dan peritonium Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,  progesteron dan
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi 2)      Prolaktin
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
uterus jatuh ke belakang  menjadi retrofleksi karena ligamentum glandula  hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar
dengan latihan-latihan pasca persalinan prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan.
e.    Sistim Kardiovasculer Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi pada
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi de graaf, ovulasi dan menstruasi
3)       Laktasi Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh b.    Periode Taking Hold
ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bayinya dan ibunya sendiri. bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem air kecil atau buang air besar.
LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat c.    Periode Letting Go
merangsang laktasi. Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang tanggung jawab terhadap bayi.
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang 
reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah
susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke hypofise dan tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum blues
mengeluarkan air susunya. dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partus
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan
nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5
%, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.   1. Pengkajian
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak a.       Identitas klien dan penanggung jawab
badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam,
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi
alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
UNPAD, 1983)
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk,
2. Perubahan Psikologi keadaan umum tanda vital.
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi b.      Keluhan utama
dalam 3 tahap yaitu:
c.       Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
a.    Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini multipara
terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. d.      Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang. 5) Nyeri / ketidaknyamanan
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau    Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah bedah, distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri
pasien operasi. tekan uterus mungkin ada.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu 6)   Pernapasan
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
sekarang, Maksudnya apakah pasien pernah mengalami 7) Keamanan
penyakit yang sama (Plasenta previa). 8) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
3) Riwayat Kesehatan Keluarga 9) Seksualitas
4) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga 10) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran
pasien ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa. lokhea sedang.
e.       Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi 2. Diagnosa Keperawatan
   Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. a.    Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan (histamin, prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan
kira-kira 600-800 mL (section caesarea)
2) Integritas ego b.    Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan
   Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda sirkulasi
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai c.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, kering bekas operasi.
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan. d.    Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
3) Makanan dan cairan prosedur pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi.
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan). e.    Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi
4) Neurosensori dan pembedah
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
Dokter Penanggung jawab : dr.y

Nama Penanggung jawab : tn.a

Diagnosa Medis : partus perlu tindakan operatif

GPA :G 1 P 1 A 0 Usia Kehamilan 37 minggu.

2. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama: Ibu mengatakan hamil anak pertama usia
kehamilan 39 minggu mengeluh perutnya mulas bagian
bawah dan menjalar sampai ke pinggang sejak pukul
10.00 WIB.

Riwayat Penyakit yang Lalu tidak ada

3. RIWAYAT GINEKOLOGI
Usia Menarche : 14 tahun.
HPHT : 5 februari
Siklus Menstruasi : 7-8 hari. Lama Menstruasi/ siklus:28 hari.
Gangguan Haid : Banyaknya Darah Haid : 2 x ganti pembalut/ hari.
Frekuensi ; Teratur
Nyeri Haid : Ada
4. RIWAYAT SEKSUAL
Usia Berhubungan Seksual Pertama kali: 25 tahun.
Aktifitas Seksual : Aktif
Gangguan Seksual : tidak ada
5. RIWAYAT OBSTETRI dan KELUARGA BERENCANA
Ana Hidup Usia Usi Jenis Masal Teknik Jeni
k / Mati Gest a Persalin ah Menyu s
ke asi Ibu an Nifas sui KB
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS …
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Usi
RUMAH SAKIT ADVENT BANDUNG a
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN PADA PARTUS PERLU Hidup 39 m 26 sc pil
1
TINDAKAN OPERATIF
6. RIWAYAT KELUARGA
PENGKAJIAN DATA Pernikahan yang ke: pertama
A. ANAMNESIS Penyakit Dalam Keluarga : tidak ada
1. IDENTITAS PASIEN Gangguan Persalinan Dalam Keluarga: tidak ada
Nama : ny. a Gangguan Nifas Dalam Keluarga : tidak ada
Umur : 26 tahun 7. ASPEK PSIKOSOSIAL
8. TANDA PARTUS PERLU TINDAKAN OPERATIF
Alamat : jl. Cicaringinn Tanda Hasil
Letak melintang
Pendidikan terakhir : sarjana
Presentasi janin lainnya.
DJJ 86 x / menit.
Tanggal dirawat : 11 november
His Tidak ada
Frekuensi 30-40 Menit.
Durasi 6 Detik.
Intensitas sedang
Dilatasi Serviks 5 cm
Tekanan Darah 130/70 mm/Hg.
Kesadaran Ibu Composmentis
Lain-lain Tidak ada

B. ANALISIS DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN.

Etiologi Symptom

1. Nyeri akut
ngeluh nyeri skala 6

k meringis 2. toleransi aktivitas

sah dalam motorik


3. resiko tinggi

h sus
n tampak belum kering.

KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS:

ut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,


din) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section caesarea)
aktivitas b/d tindakan anestesi, kelemahan, penurunan sirkulasi
inggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering
asi.

O DIAGNOSA KEPERAWATAN Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional


D
X
NNyeri akut berhubungan dengan
Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian 1. Mempengaruhi pilihan
pelepasan mediator nyeri (histamin, selama …. x 24 jam diharapkan secara komprehensif pengawasan keefektifan
prostaglandin) akibat trauma nyeri klien berkurang / terkontrol tentang nyeri meliputi intervensi
jaringan dalam pembedahan (section dengan kriteria hasil : lokasi, karakteristik,
caesarea) a)      Mengungkapkan nyeri dan tegang durasi, frekuensi,
di perutnya berkurang kualitas, intensitas

b)      Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 ) nyeri dan faktor


presipitasi.
c)      TTV dalam batas normal ; Suhu :
2. Observasi respon 2. Tingakat ansietas dapat
36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg,
nonverbal dari mempengaruhi persepsi
RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100
ketidaknyamanan atau reaksi terhadap nyeri
x/menit
(misalnya wajah
d)     Wajah tidak tampak meringis meringis) terutama
e)      Klien tampak rileks, dapat ketidakmampuan untuk
berisitirahat, dan beraktivitas berkomunikasi secara
sesuai kemampuan efektif.
3. Kaji efek pengalaman 3. Mengetahui sejauh mana
nyeri terhadap kualitas pengaruh nyeri terhadap
hidup (ex: beraktivitas, kualitas hidup pasien
tidur, istirahat, rileks,
kognisi, perasaan, dan
hubungan sosial)
4. Ajarkan menggunakan 4. Memfokuskan kembali
teknik nonanalgetik perhatian, meningkatkan
(relaksasi, latihan kontrol dan
napas dalam,, sentuhan meningkatkan
terapeutik, distraksi.) kemampuan harga diri
dan kemampuan koping
5. Kontrol faktor - faktor 5. Memberikan ketenangan
lingkungan yang yang kepada pasien sehingga
dapat mempengaruhi nyeri tidak bertambah
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya,
dan suara)
6. Kolaborasi untuk 6. Analgetik dapat
penggunaan kontrol mengurangi mediator
analgetik, jika perlu.  kimiawi nyeri pada
reseptor nyeri sehingga
dapat mengurangi rasa
nyeri
Intoleransi aktivitas b/d tindakan
Tujuan : setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengukur tingakat
anestesi, kelemahan, penurunan keperawatan selama … x 24 jam di kemampuan klien untuk kemampuan klien
sirkulasi harapkan kllien dapat melakukan beraktivitas berkativitas dan
aktivitas mandiri tanpa adanya menentukan intervensi
komplikasi yang tepat
2. Kaji pengaruh aktivitas
Kriteria Hasil : klien mampu 2. Aktivitas memberikan
terhadap kondisi luka
melakukan aktivitasnya secara dampak yang signifikan
dan kondisi tubuh
mandiri pada kondisi luka
umum
3. Kondisi pasca operasi
3. Bantu klien untuk
memenuhi kebutuhan dan pasca anastesi
aktivitas sehari-hari. memberikan kelemahan
4. Bantu klien untuk fisik dan perlunya
melakukan tindakan diberikan batuan untuk
sesuai dengan memenuhi kebutuhna
kemampuan /kondisi sehari hari
klien 4. Memenuhi kebutuhan
5. Evaluasi perkembangan ADL
kemampuan klien 5. Identifiksi keefektifan
melakukan aktivitas intervensi yang telah
diberikan
Resiko tinggi infeksi berhubungan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. Tinjau ulang kondisi 1. Kondisi dasar seperti
dengan trauma jaringan / luka keperawatan selama .. x 24 jam dasar / faktor risiko diabetes atau hemoragi
kering bekas operasi. diharapkan klien tidak mengalami yang ada sebelumnya. menimbulakan potensial
infeksi dengan kriteria hasil : Catat waktu pecah resiko infeksi atau
a)      Tidak terjadi tanda - tanda ketuban penyembuhan luka yag
infeksi (kalor, rubor, dolor, buruk. Pecah ketuban yg
tumor, fungsio laesea) terjadi sebelum
b)      Suhu dan nadi dalam batas pembedahan 24 jam
normal ( suhu = 36,5 -37,50 dapat menimbukan
C, frekuensi nadi = 60 -100x/ koriamnionitis sebelum
menit) intervensi bedah dan
c)      WBC dalam batas normal dapat mempengaruhi
(4,10-10,9 10^3 / uL)  proses penyembuhan
luka.
2. Kaji adanya tanda 2. Mengetahui secara dini
infeksi (kalor, rubor, terjadinya infeksi
dolor, tumor, fungsio sehingga dapa dilakukan
laesa) pemilihan intervensi
secara tepat dan cepat
3. Lakukan perawatan 3. Meminimalisir adanya
luka dengan teknik konaminasi pada luka
aseptic yang dapat menimbulkan
infeksi
4. Inspeksi balutan 4. Balutan steil menutupi
abdominal terhadap luka dan melindungi luka
eksudat / rembesan. dari cedera atau
Lepaskan balutan kontaminasi. rembesan
sesuai indikasi dapat menandakan
terjadinya hematoma
yang memerlukan
intervensi lanjut
5. Anjurkan klien dan 5. Cuci tangan menurunkan
keluarga untuk mencuci resiko terjadinya infeksi
tangan sebelum / nosokomial
sesudah menyentuh
luka
6. Pantau peningkatan 6. Peningkatan suhu, nadi
suhu, nadi, dan dan WBC merupakan
pemeriksaan salah satu data penunjang
laboratorium jumlah yang dapat
WBC / sel darah putih mengidentifikasi adanya
bakteri di dalam darah.
Proses tubuh untuk
melawan bakteri akan
memproduksi panas dan
frekuensi nadi. Sel darah
putih akan meningkat
sebagai kompensasi
7. Kolaborasi untuk untuk melawan bakteri di
pemeriksaan Hb dan dalam tubuh
Ht. Catat perkiraan 7. Resiko infeksi pasca
kehilangan darah melahirkan dan proses
selama prosedur penyembuhan akan buruk
pembedahan bila kada Hb rendah
danterjadinya kehilangan
darah berlebih
8. Kolaborasi penggunaan 8. Antibiotic dapat
antibiotik sesuai menghambat proses
indikasi infeksi
Ansietas berhubungan dengan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon psikologis 1. Keberadaan sistem
kurangnya informasi tentang keperawatan selama … x 6 jam terhadap kejadian dan pendukung klien
prosedur pembedahan, diharapkan ansietas klien ketersediaan sistem ( misalnya pasangan)
penyembuhan dan perawatan berkurang dengan kriteria hasil : pendukung dapat memberikan
post operasi. a) Klien terlihat lebih tenang dan dukungan secara
tidak gelisah psikologis dan membantu
b)      Klien mengungkapkan bahwa klien dalam
ansietasnya berkurang  mengungkapkan
2. Tetap bersama klien, masalahnya.
bersikap tenang dan 2. Keberadaan perawat
menunjukkan rasa dapat memberikan
empati dukungan dan perhatian
pada klien ehingga klie
merasanyaman dan
mengurangi ansietas
3. Observasi respon yang dirasakan
nonverbal klien 3. Ansietas sering kali tidak
(misalnya: gelisah) dilaporkan secara verbal
berkaitan dengan namun pada pola prilaku
ansietas yang dirasakan klien secara non verbal
4. Dukung dan arahkan
kembali mekanisme 4. Mendukung mekanisme
koping koping dasar,
meningkatkan rasa
percaya diri klien shingga
menurunkan ansietas
5. Berikan informasi yang 5. Kurangnya informasi dan
benar mengenai miss intervensi terhadap
prosedur pembedahan, informasi yang di miliki
penyembuhan, dan sebelunya dapat
perawatan post operasi. mempengaruhi nrasa
ansietas yang dirasakan
6. Diskusikan 6. Klien dapat mengaami
pengalaman / harapan penyimpangan memori
kelahiran anak pada dari melahirkan. Masal
masa lalu lalu atau persepsi yang
tidak realistis dan
abnormalitas mengenai
proses persalinan sc akan
meningkatkan ansietas
7. Evaluasi perubahan
ansietas yang dialami 7. Identifiksi keefektifan
klien secara verbal  intervensi yang telah
diberikan
Defisit perawatan diri berhubungan
Tujuan setelah di berikan asuhan 1. Kaji tingkat kemapuan 1. Mungkin klien tidak
dengan kelemahan fisik akibat keperawatan selama .. x 24 jam di klien untuk merawat mengalami perubahan
tindakan anatesi dan pembedahan harapkan klien mampu memenuhi diri berarti, tetapi perdarahan
kebutuhan perawatan dirinya massif perlu di waspadai
dengan kriteria hasil: untuk mencegah kondisi
1. Klien terlihat bersih dan klien lebih buruk
terawatt 2. Kaji pengaruh aktifitas 2. Aktifitas merangsang
2. Klien dapat memenuhi kondisi luka dan aktivitas vaskularisai dan
kebutuhan perawatanya kondisi tunuh umum pulsasi organ reproduksi,
secara mandiri tetapi dapat
mempengaruhi londisi
luka post operasi dan
mempengaruhi
kurangnya energi
3. Bantu klien untuk 3. Menginstirahatkan klien
memenuhi kebutuhan secara optimal.
aktifitas sehari hari
4. Bantu klien untuk 4. Mengoptimalkan kondisi
melakukan tindakan klien, pada abortus
sesuai dengan tingkat iminens, istirahat mutlak
kemampuan atau sangan diperlukan
kondisi klien
5. Evaluasi 5. Menilai kondisi umum
perkembangan kondisi klien
klien melakukan
aktifitas

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di siapakan
5. EVALUASI
DX 1:
a) Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
b)      Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )

c)      TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit

d)     Wajah tidak tampak meringis


e)     Klien tampak rileks, dapat berisitirahat, dan beraktivitas sesuai kemampuan
DX 2:
a) klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri

DX 3:
a) Tidak terjadi tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio laesea)
b)  Suhu dan nadi dalam batas normal ( suhu = 36,5 -37,50 C, frekuensi nadi = 60 -100x/ menit)
c) WBC dalam batas normal (4,10-10,9 10^3 / uL) 
DX 4
a) Klien terlihat lebih tenang dan tidak gelisah
b)      Klien mengungkapkan bahwa ansietasnya berkurang 
DX 5
a) Klien terlihat bersih dan terawatt
b) Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatanya secara mandiri

Penkes

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Bahasan : Perawatan Post Sectio Caesarea (SC)

Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang Ponek RS Ngudi Waluyo

Tempat Kegiatan : Ruang Ponek RS Ngudi Waluyo

Hari/Tanggal/Jam : Menyesuaikan

Alokasi Waktu : 30 menit

Edukator : Kelompok 4
A. Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk dewasa ini tidak lepas dari meningkatnya sistem kesehatan di Indonesia. Hal ini dapat terlihat jelas

dari usaha penurunan jumlah angka kesakitan, peningkatan angka harapan hidup serta penurunan jumlah kematian.

Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dengan tindakan penyelamatan bayi serta ibunya saat persalinan. Tindakan

penyelamatan bayi dan ibu dalam persalinan salah satunya adalah dengan cara operasi sectio caesarea (SC). Bedah sesar (bahasa Inggris:

caesarean section atau cesarean section dalam Inggris-Amerika), disebut juga dengan seksio sesarea (disingkat dengan sc) adalah

prosespersalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerotomi) untuk mengeluarkan

bayi.

Penemuan operasi bedah caesar tentunya sangat banyak menolong ibu hamil yang memiliki masalah atau komplikasi medis pada

kandungannya, sehingga dapat menyelamatkan banyak nyawa ibu dan anak yang tidak bisa tercapai pada proses kelahiran normal. Akan

tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa operasi bedah caesar juga mempunyai dampak negatif pada kesehatan, misalnya : cedera kandung kemih,

cedera pada rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan dapat pula cedera pada bayi, resiko infeksi dan masih banyak lagi.

Mengingat pasien pasca persalinan lewat operasi sectio caesarea mengalami penurunan kondisi umum yang menyangkut kapasitas

fisik dan kemampuan fungsional, sehingga perlu mendapatkan perawatan khusus setelah operasi SC . Selanjutnya pasien dan keluarga juga

perlu mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai perawatan setelah operasi SC untuk mendapatkan proses penyembuhan yang lebih

optimal.

B. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan dapat menambah pengetahuan peserta penyuluhan mengenai perawatan setelah SC.
2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu:

a. Menjelaskan pengertian operasi Sectio Caesarea (SC)

b. Menjelaskan kegiatan menuju ± 24 jam setelah operasi SC

c. Menjelaskan makanan sehat setelah operasi SC

d. Memjelaskan 14 langkah mempercepat pemulihan setelah operasi SC

C. Materi Penyuluhan

a. Pengertian operasi Sectio Caesarea (SC)

b. Penjelasan kegiatan menuju ± 24 jam setelah operasi SC

c. Makanan sehat setelah operasi SC

d. 14 langkah mempercepat pemulihan setelah operasi SC

D. Sasaran

Pasien dan keluarga di Ruang Ponek RS Ngudi Waluyo

E. Metode

Ceramah, tanya jawab, diskusi

F. Media

Leaflet
G. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Media


Pembukaan 5 menit - Membuka kegiatan - Menjawab salamCeramah,

dengan - Mendengarkan tanya

mengucapkan salam - Memperhatikan jawab

- Memperkenalkan diri

- Menjelaskan maksud

dan tujuan

penyuluhan

- Kontrak waktu

- Menggali

pengetahuan peserta

sebelum

memberikan materi

penyuluhan

- Pretest
Penyajian 15 menit Menjelaskan tetang: - MendengarkanCeramah, leaflet

a. Pengertian dan tanya

operasi memperhatikan jawab

Sectio - Memberikan
Caesarea tanggapan dan

(SC) pertanyaan

b. Penjelasan mengenai hal

kegiatan yang kurang

menuju ± 24 dimengerti

jam setelah

operasi SC

c. Makanan

sehat setelah

operasi SC

d. 14 langkah

mempercepat

pemulihan

setelah

operasi SC

Penutup 10 menit - Menggali

pengetahuan

peserta setelah

dilakukan

penyuluhan

(posttest),
menyimpulkan hasil

kegiatan

penyuluhan

- Menutup dengan

salam

H. Kriteria Evaluasi

1. Struktur

a. Mendapatkan perizinan kepada pihak rumah sakit mengenai kegiatan penyuluhan beberapa hari sebelum acara

b. Materi dan media siap sebelum penyuluhan dilakukan

c. Sarana dan prasaranan siap sebelum penyuluhan dilakukan

d. Menyusun anggota penyuluhan

2. Proses

a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta

b. Media yang digunakan adalah leaflet

c. Waktu penyuluhan 30 menit

d. Tidak ada peserta meninggalkan tempat penyuluhan saat kegiatan berlangsung

e. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

3. Hasil
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, peserta diharapkan mengalami peningkatkan pengetahuan tetang perawatan setelah operasi

caesar dan cuci tangan dengan indikator 90% pasien mambu menjawab 3 dari 4 tujuan khusus

I. Materi Penyuluhan

(Lampiran 1)

J. Daftar Pustaka

(Lampiran 2)

Lampiran 1

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian operasi Sectio Caesarea (SC)

Sectio Caesarea menurut (Wikjosastro, 2000) adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada

dinding perut dan dinding rahim dengan syarat dinding dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Sementara menurut (Bobak

et al, 2004) Sectio Caesarea merupakan kelahiran bayi melalui insisi trans abdominal. Menurut (Mochtar, 1998) Sectio Caesarea adalah

suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau Sectio Caesarea

adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim.


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus.

B. Senjelasan kegiatan menuju ± 24 jam setelah operasi SC

Berguling di Kasur

Cara mudah untuk membantu ibu berguling dari punggung ke samping agar tidak menimbulkan rasa sakit. Pertama tekuk lutut dan

panggul (bergantian) sehingga kaki terletak rata di atas tempat tidur. Tekan kaki ke tempat tidur lalu angkat panggul sehingga tubuh ibu

berada dalam posisi lurus dari bahu hingga lutut. Putar panggul ke sisi sembari menggulingkan badan bagian atas ke sisi yang sama. Maka

ibu dalam posisi menyamping. Cara ini hanya menimbulkan sedikit rasa sakit sebatas pada bagian sayatan

Pernapasan Dalam

Umumnya pasca menjalani operasi caesar, menarik napas dalam-dalam lalu membuang akan membuat rasa sakit. Namun napas

dalam harus tetap dilakukan, terutama bagi ibu yang harus dibius total selama proses operasi caesar guna membersihkan lendir-lendir yang

menempel di dada karena dapat menyebabkan infeksi.

Cara yang bisa dilakukan seperti: tahan daerah luka sayatan dengan lembut namun kuat menggunakan tangan, batal kecil, atau

gulungan hantuk. Tarik naps dalam-dalam lalu hembuskan kuat. Tetapi bila paru-paru ibu bersih, menarik napas dalam-dalam lalu

menghembuskan kuat tidak perlu dilakukan.

Berdiri lalu Berjalan


Selama beberapa menit pertama, ibu biasanya merasa lemas, pusing dan sakit kepala. Untuk mengurangi rasa pusing, sebelum

bangun dari tempat tidur, ibu bisa melakukan beberapa gerakan. Misalnya memutar pergelangan kaki dan menekuk tungkai untuk

memperbaikin peredaran darah.

Ibu istirahat sejenak untuk membiasakan dengan posisi-posisi baru, terutama sewaktu bangun dari tidur dan berdiri. Sebelum, berdiri

Ibu berguling ke tepi tempat tidur terlebih dahulu dan membiasakan diri.

Kaki dibiarkan menggantung beberapa saat baru kemudian mendorong tubuh ke posisi duduk. Duduk sesaat dan sambil

membiasakan diri, ibu bisa melakukan gelakan memutar pergelangan kaki. Setelah ibu merasa siap, kaki diletakkan di lantai dan kemudian

ibu berdiri. Ibu tidak boleh ragu meminta bantuan perawat atau keluarga. Ibu harus mengusahakan berdiri tegak semampunya. Hal ini tidak

akan membahayakan luka sayatan bekas operasi caesar meskipun pada bagian itu terasa sakit.

Selanjutnya ibu memberi waktu sedikit bagi tubuh agar terbiasa. Setelah tubuh terbiasa, ibu bisa melangkahkan kaki sedikit demi

sedikit. Percobaan pertama biasanya memang sulit, namun setelah terbiasa ibu tidak akan merasa terbebani. Porsi berjalan ditambahkan

sedikit setiap harinya agar tubuh cepat terbiasa.

Banyak Gas pada Perut

Sesudah menjalani operasi pembedahan pada bagian perut, baik operaso caesar maupun bukan biasanya gas perut akan tertimbun

akibat menurunnya aktivitas usus akibat pembedahan.Tumpukan gas dalam perut dapat menyebabkan nyeri seperti ditusuk-tusuk. Nyeri

tersebut akan hilang sesudah ibu mengeluarkan gas tersebut.

Setelah operaso biasanya ibu tidak diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan jenis apapun selama perawat atau dokter masih

memantau aktivitas usus. Gerakan fisik selama tidur, bangun tidur, pernapasan dalam serta bergoyang-goyang di kursi cukup untuk

membantu dan menekan produksi gas perut.


Berkemih/Mengeluarkan Air Seni

Rangkaian proses pembedahan, pembiusan dan pemasangan kateter pada kantung kemih akan membuat ibu merasa sakit dan

kesulitan saat berkemih. Ibu dituntut untuk menaati anjuran perawat dan dokter. Namun bila dalam jangka waktu tertentu ibu belum bisa

berkemih. Biasanya dokter akan melakukan prses kateter ulang dengan sistem in-out. Dokter atau perawat akan memasang kateter yang

berukuran lebih kecil, mengeluaran air seni, dan setelah selesai akan dicopot.

Menyusui Bayi

Pemberian ASI eksklusif sesusah bedah caesar sangat dianjurkan. Tetapi ibu biasanya kesulitan menemukan posisi yang nyaman

selama menyusui agar luka sayatan tidak tertekan oleh gerakan-gerakan bayi. Posisi yang bisa membantu antara lain berbaring

menyamping. Bisa juga dengan meletakkan bantal di atas luka sayatan sebelum menggendong bayi di pangkuan untuk disusui.

C. Makanan sehat setelah operasi SC

Pantangan Makanan Setelah Operasi Caesar

Setelah operasi Caesar, tidak ada pantangan soal makanan, karena operasi tersebut tidak melukai usus. Akan tetapi memang

memerlukan tahapan dalam mengkonsumsi makanan diawal-awal setelah melakukan operasi, karena bius mempengaruhi kerja usus dalam

mencerna makanan menjadi lebih lambat. Yang bisa Ibu lakukan pasca operasi ini, awalnya dengan minum air sedikit dulu, baru bisa makan

bubur dengan lauk telur, dan kalau keesokan harinya Anda sudah bisa “buang angin”, maka ibu sudah bisa makan nasi seperti biasa.

Selain itu pada minggu-minggu pertama sebaiknya ibu hindari mengangkat benda berat kecuali menggendong bayi. Karena akan lebih

menyenangkan jika Ibu menangani bayinya sedini mungkin, dan tidak terlalu fokus pada rasa sakit akibat luka bekas operasi. Dan

beristirahatlah jika memungkinkan untuk mengembalikan stamina pasca operasi.


Sebenarnya ibu bebas mengkonsumsi makanan apapun asalkan dalam batas kewajaran, karena luka pasca operasi caesar

membutuhkan banyak protein untuk mempercepat proses penyembuhan. Untuk itu sangat dibutuhkan makanan dengan kandungan yang

sehat dan tentunya memiliki protein yang tinggi. Berikut adalah makanan sehat setelah operasi caesar :

Jambu Biji

Jambu biji kaya akan zat besi seperti apel dan mudah dijumpai di negara-negara beriklim tropis, terutama Indonesia.

Susu

Susu dan produk susu sangat penting untuk ibu yang menyusui karena dapat memberikan banyak protein dan kalsium yang

dibutuhkan tubuh. Kedua nutrisi ini akan hilang dari tubuh seorang ibu saat mereka menyusui.

Buah-buahan Kering

Buah-buahan yang dikeringkan kaya kolesterol baik, energi dan Vitamin E. Nutrisi ini banyak ditemukan pada kacang mete, kismis,

kenari dan almond.

Kelentang

Kelentang adalah sayuran hijau (buah kelor) yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh, terutama untuk melawan infeksi.

Telur

Telur memberikan kombinasi sempurna dari lemak, protein dan kalsium yang diperlukan seorang wanita setelah melahirkan. Ini

membantu menjaga tubuh ibu tetap kuat dan juga menjaga ketidakseimbangan hormon yang tepat dalam tubuh.

Bayam

Bayam kaya akan besi, kalsium, vitamin K dan vitamin A. Semua nutrisi ini sangat baik untuk para ibu yang baru melahirkan.

Bit Merah
Bit merah merupakan salah satu sayuran yang baik dikonsumsi pada periode postnatal. Sayuran ini sangat kaya akan zat besi dan

beta-karoten yang dibutuhkan tubuh wanita.

Biji-bijian

Makanan yang mengandung biji-bijian seperti bubur gandum, beras merah maupun roti gandum merupakan sumber karbohidrat yang

dapat membantu menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang makan sekitar 3 porsi biji-bijian dalam

seharinya, maka total lemak dalam tubuhnya berkurang sekitar 3%.

Cuka Apel

Para peneliti mengungkapkan bahwa asam asetat yang bereaksi dengan enzim akan mengoksidasi lemak sehingga tak banyak lemak

yang berakumulasi di dalam tubuh manusia. Makanya, Anda yang ingin berat tubuhnya tetap terkontrol pasca melahirkan sekalipun

disarankan untuk mengonsumsi cuka apel ini secara konsisten.

Kacang

Para peneliti dari universitas top dunia, Harvard University AS, menemukan bahwa wanita yang makan kacang dua kali seminggu

mengalami penurunan berat badan dibandingkan dengan wanita yang sama sekali tidak memakan kacang.

D. 14 langkah mempercepat pemulihan setelah operasi SC

Berikut adalah empat belas tips agar ibu cepat pulih setelah operasi caesar menurut buku 200 Tips Ibu Smart Anak Sehat (2009)

karangan Nadia Indivara.

1. Jangan membawa beban berat. Kondisi ibu pasca operasi caesar biasanya masih lemah, apalagi rasa nyeri pasca operasi masih

terasa. Setelah 1 bulan, kondisi ibu biasanya akan membaik jika diikuti dengan istirahat dan makan yang baik.
2. Hadapi masa nifas dengan tenang dan nyaman. Masa nifas adalah masa setelah melahirkan hingga 6 minggu. Tetapi, ibu baru akan

pulih sempurna seperti sebelum hamil setelah tiga bulan. Untuk memulihkan keadaan fisik dan psikis hingga keadaan normal, maka

harus diimbangi dengan makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang cukup.

3. Jangan berhubungan seks terlebih dulu. Tubuh si ibu butuh waktu untuk pulih, begitu pula organ seksual. Sebaiknya, tunggu dulu

hingga 4-6 minggu pasca melahirkan.

4. Banyak bergerak setelah memungkinkan. Lakukan secara bertahap dan ini akan membantu mempercepat proses pemulihan.

5. Minta bantuan untuk menjaga si kecil.

6. Minum teh peppermint hangat untuk mengatasi perut kembung.

7. Istirahat cukup, minimal, ibu harus tidur 8 jam sehari unutk memulihkan kondisi.

8. Minumlah yang cukup, supaya tidak sembelit pasca melahirkan.

9. Minta saran dari bidan atau perawat untuk posisi menyusui yang nyaman.

10. Jangan panik jika keringat berlebih. Menyusui akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin untuk konstraksi otot rahim agar

mengecil. Sehingga, ini akan membuat otot jantung memompa lebih kuat seperti olahraga hingga berkeringat.

11. Mulai berlatih otot panggul bawah segera setelah memungkinkan. Jangan lupa untuk meminta izin dan petunjuk dokter.

12. Mungkin saja suasana hati si ibu akan mudah berubah. Kehamilan dan persalinan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis si ibu.

Bagi beberapa wanita, bahkan bisa menimbulkan trauma psikologis hebat, hingga menimbulkan masalah kejiwaan. Sehingga, agar

ibu cepat pulih setelah operasi caesar dibutuhkan obat-obatan dan terapi psikologis untuk menyembuhkannya. Jadi, jika si ibu mulai

menangis, sangat lelah, atau ada perasaan lain yang mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog.

13. Rawat bekas luka jahitan dengan selalu menjaga kebersihan luka dengan memberinya cairan antiseptik. Mandi teratur dan bersihkan

daerah kemaluan setelah buang air besar dan buang air kecil dengan baik. Sebab, jika tidak dibersihkan bisa menimbulkan infeksi

pada bekas luka.


14. Jangan cemas jika bekas luka terasa kencang dan gatal. Proses penyembuhan luka mengakibatkan luka terasa kencang dan gatal.

Agar ibu cepat pulih setelah operasi caesar, terutama saat proses penyembuhan luka, lebih baik luka cukup dibersihkan

Kasus ke delapan
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. POST PARTUM

1. Pengertian
“Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu.” (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.

2. Nifas Dibagi dalam 3 Periode


a. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu boleh berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6–8 minggu.
c. Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).

3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Post Partum


a. Perubahan Fisiologis  
- Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat
dan berat uterus 1000 gram, waktu uri lahir
tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi lembut
dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah
persalinan tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas
simfisis dengan berat uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah
persalinan tinggi fundus uteri kembali normal dengan berat 30 gram. (Mochtar, 1998)
- Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea
Purulenta jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270
ml. (Mochtar, 1998).

- Servik dan Vagina


Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya tidak rata karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak
dapat kembali secara sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum akan menjadi lebih besar karena adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik
mengalami distersi, struktur internal kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan vagina akan menjadi lebih lunak
dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8 minggu meskipun bentuknya
tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya saja.  
- Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat
kenyamanan sehubungan dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan adanya edema, khimosis, kemerahan dan
pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh dalam 2 minggu. (Pillitteri,
1999).

- Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat
perubahan pada mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3 hari pertama post partum mammae terasa penuh atau
membesar oleh karena kelahiran plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu. (Pillitteri, 1999).

- Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus
selalu konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole
30 mmHg dan distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi. Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama
atau lebih diduga terjadi infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau
komplikasi post partum lainnya. (Sherwen, 1999).

- Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 – 8 minggu post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit. Keseimbangan
asam basa akan kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan meningkat selama 14 hari post partum. Pada umumnya tidak ada
tanda-tanda infeksi pernafasan atau distress pernafasan pada beberapa wanita mempunyai faktor predisposisi penyakit emboli paru. Secara tiba-tiba terjadi
dyspneu. Emboli paru dapat terjadi dengan gejala sesak nafas disertai hemoptoe dan nyeri pleura. (Sherwen, 1999).

-  Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan
varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena, kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah kemungkinan komplikasi. (Sherwen, 1999).

- Sistem Persyarafan  
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya
peningkatan tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Sherwen, 1999).
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum 
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum 
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN


1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

TANDA DAN GEJALA

1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
• Uterus
• Involusi :  Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
Segera setelah lahir
1 jam setelah lahir
12 jam setelah lahir
setelah 2 hari Pertengahan simpisis dan umbilikus
Umbilikus
1 cm di atas pusat
Turun 1 cm/hari
Lembut Terjadi
Berkurang
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
- Lochea
• Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
• Tahap 
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.

• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.


Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.

- Siklus Menstruasi 
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.

- Ovulasi 
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan.

- Serviks 
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan
tampak bercelah.

- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar,
produksi mukus normal dengan ovulasi.
- Perineum 

• Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.

• Laserasi 
TK I :  Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II :  Meluas sampai dengan otot perineal
TK III :  Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV :  melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak
disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada
1-2 hari.
c. Sistem Endokrin 
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada
minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler 
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah 
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung 
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi 
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal 
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen 
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin. 
RESUM KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 29 April 2013 jam 08.00 WIB.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (Buruh pabrik)
Alamat : Kerten 1/1 Cakungan Banyudono
Boyolali.

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin :Laki-laki
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Swasta (Buruh pabrik)
Alamat :Kerten 1/1 Cakungan Banyudono Boyolali.
Hubungan dengan pasien: Suami

c. Catatan Medis
No. RM : 069689
Tanggal masuk: 28 April 2013 Jam 18.45
Ruang : Anyelir

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan post partum spontan.
P : Nyeri karena tindakan episiotomy pada perineum.
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Didaerah perineum
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri dirasakan saat darah keluar dari jalan lahir dan ketika
mengejan, nyeri hilang saat darah tidak keluar, tidak mengejan dan tidak banyak
bergerak.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Pasien datang ke IGD hari minggu tanggal 28 April 2013 jam 18.30 diantar suami
dan ibunya dengan G1P0A0 hamil 36 minggu, kenceng-kenceng mulai jam 10.35
sampai jam 13.45 dan sudah keluar lendir darah.

c. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien menyatakan belum pernah mondok di rumah sakit. Pernah mengalami sakit
panas tetapi hanya dirawat dirumah.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit keturunan.

e. Riwayat kesehatan obstetric


Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 30 hari
Lama haid : 7 hari
HPHT : 22 Agustus 2012
HPL : 20 Mei 2013
Riwayat KB : Pasien belum pernah mengguanakan KB.
Riwayat kehamilan
Tabel 3.1. Riwayat Kehamilan
No Usia
Jenis kelamin
Cara
Penolon g
Tempat Lahir BB + PB Keterangan
Jenis Persalinan
1 1 hari Laki-laki Normal Dokter RSU Banyudon o
Hidup 2200 + 40 Preterem spontan

Haid nyeri atau tidak : ya, dulu waktu awal pertama haid
sakit,tetapi selanjutnya tidak merasakan sakit saat haid
II. PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik yang lemah.
7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal, trauma perineal.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan darah, penurunan intake oral.
9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi bayi/ibu.
10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.    

III. RENCANA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan: 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit,Suhu 36-37 TD 120/80 mmHg.

Intervensi  
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam, mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.
2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, Laserasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan meningkat.
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses (tahap-tahap penyembuhan luka)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)
- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi 
- Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma, keutuhan (sambungan dan pendarahan).
- Berikan kompres es, untuk menurunkan  edema.
- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam untuk meningkatkan vaskularisasi.
- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah genetalia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulit
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat prenatal dan intranatal
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus
- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi
- Monitor input dan output cairan
- Monitor tanda-tanda vital

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


• Darah lengkap
Hb, Ht, Leukosit, trombosit.
• Urine lengkap 

PEDIDIKAN KESEHATAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan           : Post Natal Care (PNC)

Sub Pokok Bahasan    : Tanda Bahaya Pada Masa Nifas


Target dan Sasaran      : Ibu Nifas
Hari/Tanggal               :
Waktu                         : 30 menit
Tempat                        :

A.      Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.

B.       Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan,
peserta dapat mengetahui tentang:
1.        Pengertian masa nifas
2.        Tanda bahaya pada masa nifas
3.        Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4.        Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanda bahaya pada masa nifas
Dan ibu nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga mereka dapat
mengetahui dan mengenali apa yang termasuk dalam tanda-tanda bahaya nifas dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam masa
nifas dapat dideteksi secara dini.

C.      Materi
1.      Pengertian masa nifas
2.      Tanda bahaya pada masa nifas
3.      Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas
4.      Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa nifas

D.      Metode
Ceramah dan Tanya jawab

E.       Media
Leaflet dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Materi Penyuluhan

TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS

A.      Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010)
Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal, dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
Masa nifas dimulai beberapa jam setelah plasenta lahir dan mencakup 6 minggu berikutnya. (APN, 2008)
Jadi masa nifas adalah periode yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan pulih seperti keadaan
sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
B.        Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2011).
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1.      Pendarahan Post Partum
a.       Tanda dan gejala
Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010).
Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1)      Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2)      Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010)
Menurut Manuaba (2008), pendarahan post partum merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di Negara berkembang.
Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
a.       Grandemultipara
b.      Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
c.       Persalinan yang dilakukan dengan tindakan
b.      Penanganan
Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.

2.      Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina)


Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender
waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
a.       Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama dua
hari pasca persalinan.
b.      Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.
c.       Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d.      Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu.
e.       Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk.
f.       Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya.
a.    Tanda dan gejala
1)   Keluarnya cairan dari vagina
2)   Adanya bau yang menyengat dari vagina
3)   Disertai dengan demam > 38oC
b.    Penanganan
Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
Nyeri pada Perut dan Panggul
a.       Tanda dan gejala
Peritonitis: Peradangan pada peritoneum
1)      Demam
2)      Nyeri perut bagian bawah
3)      Suhu meningkat
4)      Nadi cepat dan kecil
5)      Nyeri tekan
6)      Pucat muka cekung, kulit dingin
7)      Anoreksia terkadang muntah
b.      Penanganan
Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke fasilitas kesehatan.
Pusing dan Lemas yang Berlebihan
Menurut Manuaba (2008),  pusing dan lemas pada masa nifas dapat disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan
kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a.       Tanda dan gejala
1)      Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala
2)      Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah
3)      Lemas
b.      Penanganan
-          Lakukan istirahat baring
-          Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
-          Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
-          Meminum tablet fe selama 40 hari
-          Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
Suhu Tubuh Ibu >38oC
Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi nifas.
a.    Tanda dan gejala
Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38 oC
b.    Penanganan
1)   Istirahat baring
2)   Kompres dengan air hangat
3)   Perbanyak minum
4)   Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
Kasus ke sembilan LAPORAN PENDAHULUAN ATONIA UTERI
1.      Definisi Atonia Uteri
Atonia uteria (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir).
(JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002).
Setelah plasenta lahir, fundus harus selalu di palpasi untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Kegagalan uterus untuk
berkontraksi setelah melahiirkan sering menjadi penyebab perdarahan obstetris. Faktor predisposisi atonia uteri diperlihatkan di Tabel 56-1.
Pembedahan antara perdarahan akibat atonia uterus dan akibat laserasi secara tentatif di dasarkan pada kondisi uterus. Uterus yang atoniik
akanlembek dan tidak keras pada palpasi. Jika tetap terjadi perdarahan meskipun uterus berkontraksi dengan kuat, kausa perdarahanya
kemungkinan besar adalah laserasi.  Darah yang merah segar juga mengisyaratkan laserasi. Uuntuk memastikan peran laserasi sebagai kausa
perdarahan, harus dillakukan pemeriksaan yang cermat terhadap vagina, serviks dan uterus.
           Kadang-kadang perdarahan disebabkan oleh atonia dan trauma, terutama setelah pelahiran operatif mayor. Secara umum, setelah setiap
kelahiran harus dilakukan inspeksi terhadap inspeksi terhadap serviks dan vagina untuk mengidentifkasi perdarahan akibat laserasi. Anestesi
harus adekuat untuk mencegah rasa tidak nyaman selama pemeriksaan ini. Pemeriksaan ringga uterus, serviks dan seluruh vagina merupakan
hal yang esensial setelah ekstraksi bokong, setelah versi podalik iinterna, dan setelah persalinan pervaginam pada seorang wanita dengan
riwayat sesar. (Leveno, Kennethj. 2009.)
2.2       Fisiologi
            Kontrol normal perdarahan di tempat pelekatan plasenta.
            Menjelang aterm, diperkirakan bahwa sekitar 600 ml/ mnt darah mengalir melalui ruang antarvilus. Saat plasenta terlepas, banyak arteri dan
vena yang menyalurkan darah menuju dan dari plasenta terputus secara mendadak. Di tempat implantasi plasenta, diperlukan kontraksi dan
retraksi miometrium untuk menekan pembuluh-pembuluh tersebut dan menyebabkan obliterasi lumen agar perdarahan dapat dikendalikan.
Potongan plasenta atau bekuan darah yang melekat akan menghambat kontraksi dan retraksi efektif miometrium sehingga hemostasis di tempat
implantasi tersebut terganggu. Jika miometrium di tempat implantasi plasenta dan disekitarnya berkontraksi dan beretraksi dengan kuat, kecil
kemungkinan terjadi perdarahan yang fatal meskipun terjadi gangguan mekanisme pembekuan yang hebat.
Selama kala tiga persalinan, akan terjadi perdarahan tak-terhindarkan yang disebabkan oleh pemisahan parsial sementara plasenta.
Sewaktu plasenta terlepas, darah dari tempat implantasi dapat cepat lolos kedalam vagina (pemisahan duncan) atau tersembunyi di balik
plasenta dan membran (pemisahan schultze) sampai plasenta lahir. Pengeluaran plasenta harus diupayakan melalui tekanan manual di fundus
seperti di jelaskan di Bab 19. Turunnya plasenta ditandai oleh kendurnya tali pusat. Jika perdarahan menetap, diindikasikan pengeluaran
plasenta secara manual. Uteus harus di pijat jika tidak berkontraksi dengan kuat. (Leveno, Kennethj 2009).
2.3       patofisiologi
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus,
perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum pelahiran. Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum
anatara lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan
pervaginam setelah seksio sesarea (VBAC) atau insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan apabila
digunakan zat-zat anestetik berhalogen dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan relaksasi uterus (Gilstrap dkk, 1987).
Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita
dengan janin besar, janin multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia uteri. Kehilangan darah pada persalinan kembar,
sebagai contoh, rata-rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak (pritchard, 1965). Wanita yang persalinannya ditandai dengan his
yang terlalu kuat atau tidak efektif juga dengan kemuungkinan mengalami perdarahan berlebihan akibat atonia uteri setelah melahirkan.
Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih rentan mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum.
Wanita dengan paritas tinggi mungkin berisiko besar mengalami atonia uteri. Fucs dkk. (1985) melaporkan hasil akhir pada hampir 5800
wanita para 7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat empat
kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk. (1999) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen
pada wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih.
Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami perdarahan postpartum. Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan
persalinan kala tiga berupa upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta selain dari pada mengeluarkannya secara manual. Pemijatan dan
penekanan secara terus menerus terhadap uterus yang sudah berkontraksi dapat mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta sehingga
pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran darah  meningkat.
2.4       Etiologi
Overdistensi uterus,baik absolut maupuun relatif, merupakan faktor resiko mayor terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat
disebabkan oleh kehamilan ganda, janin makrosomia, polihidramnion atau abnormalitas janin (misal hidrosefalus berat), kelainan struktur
uterus atau kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat akumulasi darah di uterus baik sebelum maupun plasenta lahir. Lemahnya
kontraksi moimetrium merupakan akibat dari kelelahan karena persalinan lama atau persalinan dengan tenaga besar, terutama biila
mendapatkan stimmulasi.
Hal ini dapat pula terjadi sebagai akibat dari iinhibisi kontraksi yang disebabkan oleh obat-obatan, seperti agen anestesi terhalogenisasi,
nitrat, obat-obat antiinflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta simpatomimetik dan nifedipin.
Penyebab lain yaitu plasenta letak rendah, toksin bakteri (korioamnionitis, endomiometritis, septikemia), hipoksia akibat hipoperfusi atau uterus
couvelaire pada abruptio plasenta dan hipotermia akibat resusitasi masif.
Data terbaru menyebutkan bahwa grandemultiparitas bukan merupakan faktor resiko independen untuk terjadinya perdarahan postpartum.
(Buku Ajar Obstetri, 2010).
Faktor penyebab terjadinya atonia uteri adalah :
1)      Atonia Uteri
a.       Umur  : Umur yang terlalu muda atau tua
b.      Paritas : Sering dijumpai para multipara dan grandemultipara
c.       Partus lama dan partus terlantar
d.      Obstein operatif dan narkosa
e.         Uterus terlalu tegang dan besar, misalnya pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
f.        Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus cauvelair pada solusio plasenta.
g.       Faktor sosio ekonomi, yaitu mamumsi
2)      Sisa plasenta dan selaput ketuban
3)      Jalan lahir : robekan perineum, vagina serviks, famiks dan rahim.
4)      Penyakit darah
5)      Kelainan pembekuan darah misalnya hipofibrinogenemia
6)      Perdarahan yang banyak
7)      Solusio plasenta
8)      Kematian janin yang lama dalam kandungan
9)      Pre-eklamsi dan eklamsi
10)  Infeksi, hepatitis dan septik syok

2.5       Faktor Predisposisi


            Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
1)      melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan yang
pasca persalinan akibat atonia uteri.
2)      Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 µg) segera setelah bayi lahir.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah:
1)      regangan rahim yang berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, atau anak teralu besar.
2)      Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep.
3)      Persalinan grande-multipara.
4)      Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis atau menderita penyakit menahun.
5)      Mioma uteri yangmenggangu kontraksi rahim.
6)      Infeksi intrauterin (korioamnionitis).
7)      Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
2.6       Tanda dan Gejala Atonia Uteri
1.  perdarahan pervaginam
             Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku darah.
 2. konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3.  fundus uteri naik.
4.  terdapat tanda-tanda syok
a)      nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b)      tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c)      pucat
d)     keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e)      pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f)       gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g)      urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
2.7       Manifestasi Klinis
1.      Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2.       Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer) 
Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehhilangan darah dalam jumlah banyak  > 500 ml ), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,
haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi syol hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Gejala klinis berdasarkan penyebab :
1.      Atonia Uteri
Gejala yang selalu ada : uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir ( perdarahan post partum
primer ).
Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terleppasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum ; karena perlukaan pada
jalan lahir atau karena atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama ; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil  seperti pada hamil
kembar atau janin besar ; persalinan yang serin ( multiparitas ) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha
mengeluarkan plasenta dan mendorng rahim ke bawah sementara plasenta belum epas dari rahim.
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila ada perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari
penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan atonia uteri, rahim membesar dan lembek.
Tearapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan
seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah
sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong kebawah sebelum plasenta
lepas dari dinding rahim.
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan supaya penghentian perdarahan sepecap mungkin dan mengatasi akibat perdarahan.
Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi
hasil yang diharapkan dalam waktu singkat dilakukan kompresi baimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu
dimasukkan tampon kasa ke dalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinan dilakukan
pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.
2.8       Penatalaksanaan
1.      kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
2.      masase uterus, berikan oksitosin dan ergometrin intravena, bila ada perbaikan dan perdarahan berhenti, oksitosin dilanjutkan perinfus.
3.      Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang tampon uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil,
dipertahankan selama 24 jam.
4.      Kompresi bimanual eksternal, menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang
melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali
berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi bimanual internal.
5.      Kompresi bimanual internal, uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit
pembuluh darah didalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini
bla perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabia perdarahan tetap terjadi, coba kompresi aorta
abdominalis.
6.      Kompresi aorta abdominalis, raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan
kemuadian tekankan pada daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat
akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.
7.      Dalam keadaan uterus tidak respon terhadap oksitosin/ergometrin, bisa dicoba prostaglandin F2a (250 mg) secara intramuskular atau langsung
pada miometrium (transabdominal). Bila perlu pemberiannya dapat diulang dalam 5 menit dan tiap 2 atau 3 jam sesudahnya.
8.      Laparotomi dilakukan bila uterus tapi lembek dan perdarahan yang terjadi tetap>200 ml/jam. Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri uterina
atau hipogastrik (khusus untuk penderita yang belum punya anak atau muda sekali).
9.      Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir.  
2.9       Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan
kebutuhan transfusi darah.

Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah
atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus
dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip
100-150 cc/jam.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan
pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-
10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan
operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.

1.      Oksitosin
Jika uterus tidak keras, diindikasikan pemijatan fundus kuat-kuat. Dua puluh unit (2 ampul) oksitosin dalam 1000 ml ringer laktat atau salin normal
umumnya efektif jika diberikan secara intravena dengankecepatan sekitar 10 ml/mnt (200 Mu oksitosin per menit) dibarengi dengan pemijatan
uterus. Oksitosin jangan diberikan sebagai dosisi bolus yang tidak diencerkan karena
2.      Turunan Ergot
Jika oksitosin yang disalurkan secara cepat melalui infus terbukti tidak efektif, sebagian dokter memberikan metilergonovin (Mathergine), 0,2 mg,
secara intramuskulus atau intravena. Obat ini dapat merangsang uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan. Jika diberikan secara
intravena, metilergonovin dapat menyebabkan hipertensi yang berbahaya, teutama pada wanita preeklamsia.
3.      prostaglandin
Turunan 15 methyl dari prostaglandin F 2α (Hemabate) juga dapat digunakan untuk mengatasi atonia uterus. Dosis awal yang dianjurkan adalah 250
µg (0,25 mg) secara intramuskulus, dan hal ini diulangi jika diperlukan dengan interval 15 hingga 90 menit hingga maksimum 8 dosis. Selain
kontriksi vaskuler dan saluran napas paru, efek samping lain adalah diare, hipertensi, muntah, demam, flushing dan takikardi.  
4.      Perdarahan yang tidak responsif terhadap oksitosik
Perdarahan yang berlanjut setelah beberapa kali pemberian obat oksitosik mungkin berasal dari laserasi jalan lahir, termasuk dari pada beberapa
kasus ruptur uterus. Karena itu, jika perdarahan menetap, jangan membuang-buang waktu dengnan melakukan upaya-upaya acak untk
menghentikan perdarahan, tetapi harus segera dimulai suatau penatalaksanaan seperti di Tabel 56-2. Dengan transfusi dan kompresi uterus
dengan tangan serta oksitosin intravena, jarang diperlukan tindakan tambahan. Bila atonia tidak teratasi, mungkin diperlukan histerektomi
sebagai tindakan untuk menyelamatkan nyawa. Cara lain yang mungkin berhasil adalah ligasi arteri uterina, ligasi arteri illiaka interna, atau
embolisasi angiografik.
            Ligasi Arteri Iliaka Interna  
Pengikatan arteri iliaka interna kadang-kadang mengurangi secara bermakna perdarahan akibat atonia uterus. Operasii ini lebih mudah dilakukan
jika insisi digaris tengah abdomen diperluas keatas melewati umbilikus. Ligasi arteri iliaka interna mengurangi tekanan nadi di arteri sebelah
distal dari ikatan sehingga mengubah sistem tekanan arteri menjadi tekanan yang mendekati tekanan di sirkulasi vena yang lebih mudah
dihentikan melalui pembentukan bekuan biasa. Ligasi bilateral kedua arteri tampaknya tidak secara serius menggangu kemampuan reproduksi
selanjutnya. (Leveno, Kennethj 2009 ).
TABEL 56-2 penatalaksanaan perdarahan yang tidak responsif terhadap oksitosik
1)      Lakukan penekanan uterus bimanual (Gbr. 56-3). Tekniknya adalah melakukan pemijatan
aspek posterior uterus dengan tangan di abdominal dan pemijatan bagian depan uterus
melalui vagina dengan kepalan yang lain. Tindakan ini akan mengatasi sebagian besar
perdarahn.
2)      Minta bantuan!
3)      Mulai transfusi darah. Golongan darah semua pasien obstetris harus diketahui, jika mungkin,
sebelum persalinan, serta lakukan uji coombs indirek untuk mendeteksi antibodi eritrosit. Jika
yang terakhir iini negatif, tidak diperlukan pencocokan-silang darah. Pada kedaruratan yang
ekstrem, pasien diberi packed red blood cells golongan O negatif D (“donor universal”).
4)      Lakukan eksplorasi uterus dengan tangan untuk mencari potongan plasenta yang tertinggal
atau laserasi. 
5)      Dengan cermat lakukan inspeksi atau serviks dan vagina setelah kedua struktur ini
dipajankan.
6)      Pasang kateter intravena kaliber besar yang kedua sehingga pasien dapat diberi
7)      kristaloid olus oksitosin bersamaan dengan transfusi darah.
8)      Dipasang kateter foley untuk memantau haluaran urine yang merupakan indikator yang baik
untuk menilai perfusi ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN ATONIA UTERI
3.1  Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan
tindakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang
diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post meliputi:
A.    Anamnesa
1.      Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record    dan lain – lain.
2.      Riwayat kesehatan
a)      Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah,
tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b)      Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c)      Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
3.      Riwayat obstetrik
a)      Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT
b)      Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil
c)      Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1)      Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta.
2)      Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati,
berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
3)      Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi
d)     Riwayat Kehamilan sekarang
1)      Hamil muda, keluhan selama hamil muda
2)      Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat
mual, keluhan lain
3)      Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat
Pola aktifitas sehari-hari.
a.)    Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas
harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan.
b.)    Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum
sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )
c.)    Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan.
d.)   Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan
atau duk.
B.     Pemeriksaan Fisik
1.      Inspeksi
a.)    Mulut                    : bibir pucat
b.)    Payudara               : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c.)    Abdomen              : terdapat pembesaran abdomen
d.)   Genetalia               : terdapat perdarahan pervaginam
e.)    Ekstremitas           : dingin
2.      Palpasi
a.)       Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b.)      Genetalia  : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
3.      Auskultasi
a.)    Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)
4.      Perkusi
a.)    Ekstremitas : reflek patella + / +
                   I.            Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
1.      Rambut dan kulit
a)      Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
b)      Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
c)      Laju pertumbuhan rambut berkurang.
2.      Mata : pucat, anemis
3.      Hidung
4.      Gigi dan mulut
5.      Leher
6.      Buah dada / payudara
a)      Peningkatan pigmentasi areola putting susu
b)      Bertambahnya ukuran dan noduler
7.      Jantung dan paru
a)      Volume darah meningkat
b)      Peningkatan frekuensi nadi
c)      Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
d)     Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
e)      Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
f)       Diafragma meninggi.
g)      Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8.      Abdomen
a)      Menentukan letak janin
b)      Menentukan tinggi fundus uteri
9.      Vagina
a)      Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
b)      Hipertropi epithelium
10.  System musculoskeletal
a)      Persendian tulang pinggul yang mengendur
b)      Gaya berjalan yang canggung
c)      Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
                II.            Pemeriksaan Khusus
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :
1.      Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2.      Sistem vaskuler
a.)    Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya
b.)    Tensi diawasi tiap 8 jam
c.)    Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah
d.)   Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan
e.)    Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura.
3.      Sistem Reproduksi
a.)    Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya
b.)    Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau
c.)    Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas
d.)   Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak
e.)    Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum
f.)     Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi)
4.      Traktus urinarius
Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain
5.      Traktur gastro intestinal
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi
6.      Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir 
C.    Pemeriksaan Penunjang
1.      Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang
2.      Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-
14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000)
3.      Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum
4.      Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih
5.      Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial
diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID
Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
3.2  Analisis Masalah
Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah :
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
2.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia
3.      Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis
4.      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb
5.      Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan
6.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi
3.3  Diagnosa dan Rencana Tindakan Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan
Intervensi :
-       Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi (misalnya
laserasi, fragmen plasenta tertahan, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion atau retensi janin mati selama lebih dari 5 minggu)
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah dan membatasi terjadinya
komplikasi.
-       Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh perawat.
Rasional :  Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan
kebutuhan penggantian.
-       Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatkan tangan
kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium dapat menurunkan kehilangan
darah. Penempatan satu tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan inversi uterus selama masase.
-       Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional :     Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat dideteksi sampai volume
cairan telah menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
-       Pantau parameter hemodinamik seperti tekanan vena sentral atau tekanan baji arteri pulmonal bila ada.
Rasional : Memberikan pengukuran lebih langsung dari volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian.
-       Lakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh horizontal.
Rasional :  Perdarahan dapat menurunkan atau menghentikan reduksi aktivitas. Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena,
menjamin persediaan darah keotak dan organ vital lainnya lebih besar.
-       Pertahankan aturan puasa saat menentuka status/kebutuhan klien.
Rasional : Mencegah aspirasi isi lambung dalam kejadian dimana sensorium berubah dan/atau intervensi pembedahan diperlukan.
-       Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urin.
Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan keluaran 30
– 50 ml/jam atau lebih besar.
-       Hindari pengulangan/gunakan kewaspadaan bila melakukan pemeriksaan vagina dan/atau rektal
Rasional : Dapat meningkatkan hemoragi bila laserasi servikal, vaginal atau perineal atau hematoma terjadi.
-       Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologis
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan ancietas dan kebutuhan metabolik.
-       Kaji nyeri perineal menetap atau perasaan penuh pada vagina. Berikan tekanan balik pada laserasi labial atau perineal.
Rasional : Haematoma sering merupakan akibat dari perdarahan lanjut pada laserasi jalan lahir.
-       Pantau klien dengan plasenta acreta (penetrasi sedikit dari myometrium dengan jaringan plasenta), HKK atau abrupsio placenta terhadap tanda-
tanda KID.
Rasional :  Tromboplastin dilepaskan selama upaya pengangkatan placenta secara manual yang dapat mengakibatkan koagulopati.
-       Mulai Infus I atau 2 i.v dari cairan isotonik atau elektrolit dengan kateter !8 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan darah lengkap atau
produk darah (plasma, kriopresipitat, trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.
-       Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Oksitoksin, Metilergononovin maleat, Prostaglandin F2 alfa.
Rasional :  Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang terpajan, dan menghentikan
hemoragi pada adanya atonia.
Magnesium sulfat
Rasional : Beberapa penelitian melaporkan penggunaan MGSO4 memudahkan relaksasi uterus selama pemeriksaan manual.
Terapi Antibiotik.
Rasional : Antibiotok bertindak secara profilaktik untuk mencegah infeksi atau mungkin perlu diperlukan untuk infeksi yang disebabkan atau
diperberat pada subinvolusi uterus atau hemoragi.
-       Pantau pemeriksaan laboratotium sesuai indikasi : Hb dan Ht.
Rasional : Membantu dalam menentukan kehilangan darah. Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.

2.       Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovalemia


Intervensi :
-       Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya dari kesehatan yang buruk
meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan oksigen.
-       Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan dapat
menunjukan upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
-       Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun
dibawah 50 mmHg.
-       Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ vital, sirkulasii pada pembuluh darah perifer diperlukan yang mengakibatkan sianosis
dan suhu kulit dingin.
-       Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi kejaringan.
-       Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi
Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.

3.      Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian.
Intervensi :
-       Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan koinsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan. Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang, memperberat ancietasnya.
-       Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum; misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau dikomplikasi oleh faktor-faktor
psikologis.
-       Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol emosional dalam berespon terhadap perubahan status fisiologis. Membantu dalam
menurunkan tranmisi ansietas antar pribadi.
-       Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas, berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan.
Rasional :  Pengungkapan memberikan kesempatan untuk memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan meningkatkan perspektif,
memudahkan proses pemecahan masalah.

4.        Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi jaringan.


Intervensi :
-       Tentukan karakteristik, tipe, lokasi, dan durasi nyeri. Kaji klien terhadap nyeri perineal yang menetap, perasaan penuh pada vagina, kontraksi
uterus atau nyeri tekan abdomen.
Rasional :  Membantu dalam diagnosa banding dan pemilihan metode tindakan. Ketidaknyamanan berkenaan dengan hematoma, karena tekanan
dari hemaoragik tersembunyi kevagina atau jaringan perineal. Nyeri tekan abdominal mungkin sebagai akibat dari atonia uterus atau
tertahannya bagian-bagian placenta. Nyeri berat, baik pada uterus dan abdomen, dapat terjadi dengan inversio uterus.
-       Kaji kemungkinan penyebab psikologis dari ketidaknyamanan.
Rasional : Situasi darurat dapat mencetuskan rasa takut dan ansietas, yang memperberat persepsi ketidaknyamanan.
-       Berikan tindakan kenyamanan seperti pemberian kompres es pada perineum atau lampu pemanas pada penyembungan episiotomi.
Rasional :  Kompres dingan meminimalkan edema, dan menurunkan hematoma serta sensasi nyeri, panas meningkatkan vasodilatasi yang
memudahkan resorbsi hematoma.
-       Berikan analgesik, narkotik, atau sedativa sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan nyeri dan ancietas, meningkatkan relaksasi.

5.      Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.


Intervensi :
-       Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk menangani dan membuang material
yang terkontaminasi misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional :  Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organinisme infeksious.
-       Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau
leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
-       Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus atau nyeri pelvis.
Rasional :  Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock, dan kematian bila tidak teratasi.
-       Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif, sputum purulent), mastitis
(bengkak, eritema, nyeri), atau infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan, frekuensi, nyeri).
Rasional :  Diagnosa banding adalah penting untuk pengobatan yang efektif.
-       Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai indikasi.
Rasional :  Anemia sering menyertai infeksi, memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.
6.      Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi :
-       Jelaskan faktor predisposisi atau penyebab dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi.
Rasional :  Memberikan informasi untuk membantu klien/pasangan memahami dan mengatasi situasi.
-       Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan klien untuk belajar. Dengarkan, bicarakan dengan tenang, dan berikan waktu untuk
bertanya dan meninjau materi.
Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk mengembangkan rencana perawatan individu. Menurunkan stress dan ancietas, yang
menghambat pembelajaran, dan memberikan klarifikasi dan pengulangan untuk meningkatkan pemahaman.
-       Diskusikan implikasi jangka pendek dari hemoragi pasca partum, seperti perlambatan atau intrupsi pada proses kedekatan ibu-bayi (klien tidak
mampu melakukan perawatan terhadap diri dan bayinya segera sesuai keinginannya).
Rasional : Menurunkan ansietas dan memberikan kerangka waktu yang realistis untuk melakukan ikatan serta aktivitas-aktivitas perawatan bayi.
-       Diskusikan implikasi jangka panjang hemoragi pasca partum dengan tepat, misalnya resiko hemoragi pasca partum pada kehamilan selanjutnya,
atonia uterus, atau ketidakmampuan untuk melahirkan anak pada masa datang bila histerektomie dilakukan.
Rasional :  Memungkinan klien untuk membuat keputusan berdasarkan informasi dan mulai mengatasi perasaan tentang kejadian-kejadian masa
lalu dan sekarang.

3.4  Implementasi
Setelah rencana tindakan perawatan tersusun, selanjutnya rencana tindakan tersebut dilaksanakan sesuai dengan situasi yang nyata untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan tindakan, perawat dapat langsung melaksanakan kepada orang lain yang dipercaya
di bawah pengawasan orang yang masih seprofesi dengan perawat. (Nursalam, 2001 : 63)

3.5  Evaluasi
Evaluasi dari proses keperawatan adalah nilai hasil yang diharapkan dimasukkan kedalam SOAP terhadap perubahan perilaku pasien.
Untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat diatasi, disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika
tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai (Nursalam, 2001 : 71)

Anda mungkin juga menyukai