Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Gengogaku
Nyuumon
Gramatika Bahasa Jepang:
Nihongo no Hinshi

Fakultas Program Studi Modul Kode MK Disusun Oleh

01
Bahasa S1 Bahasa Jepang 201731008 Tim Dosen MK Gengogaku

Abstract Kompetensi
Materi dalam modul ini akan berisi Mahasiswa memiliki kemampuan
tentang teori hishi (kelas kata bahasa untuk menjelaskan tentang kelas kata
Jepang) dan linguistik bahasa bahasa Jepang (hinshi) dan linguistik
Jepang. Serta merupakan mata bahasa Jepang.
kuliah yang berjenjang sebagai
syarat dalam mengambil MK
gengogaku pada semester 4 (empat).

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


1 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
GRAMATIKA BAHASA JEPANG
Gramatika bahasa Jepang dibagi menjadi nihongo bunpoo dan kokugo bunpoo. Kokugo
bunpoo dapat diartikan sebagai gramatika bahasa Jepang dalam ruang lingkup kokugo
kyooiku yaitu pendidikan bahasa Jepang untuk orang Jepang sebagai bahasa ibunya,
sedangkan nihongo bunpoo berada pada bidang nihongo kyooiku yaitu pendidikan bahasa
Jepang sebagai bahasa kedua, bahasa ketiga dan sebagainya atau sebagai bahasa asing yang
diselenggarakan bagi orang asing .
Untuk menunjukkan definisi dari gramatika (bunpoo), Iwabuchi memberikan ilustrasi dengan
memberikan contoh tujuh buah kata yakni, deru, aru, tokoro, uchi, ta, no, dan e. Apabila
kata-kata tersebut dideretkan berdasarkan gramatika bahasa Jepang yang benar maka akan
menjadi kalimat “uchi no aru tokoro e deta”. Berdasarkan ilustrasi ini, Iwabuchi mengartikan
gramatika sebagai aturan-aturan mengenai bagaimana menggunakan dan menyusun kata-kata
menjadi sebuah kalimat. Selain itu, aturan-aturan mengenai bagaimana menyusun beberapa
bunsetsu untuk membuat sebuah kalimat pun disebut gramatika (Iwabuchi, 1989:254).
Apabila kata-kata digabungkan maka akan membentuk unsur kalimat, lalu apabila unsur-
unsur kalimat itu digabungkan maka akan membentuk sebuah kalimat. Di dalam
pembentukan itu, di dalam masing-masing bahasa terdapat masing-masing aturannya.
Aturan-aturan yang umum dan sistematis di dalam masing-masing bahasa itu disebut
gramatika (Katoo, 1991:109). Gramatika sering diartikan sebagai aturan-aturan menyusun
bentuk satuan bahasa tertentu. Yang dimaksud bahasa tertentu di sini yaitu bahasa alami
tertentu, bisa bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa Cina, dan sebagainya, lalu yang disebut
bentuk satuan bahasa biasanya mengacu pada kata, klausa, kalimat, wacana, dan sebagainya.
Bentuk satuan yang kecil berfungsi sebagai bagian yang membentuk satuan yang lebih besar.
Aturan-aturan pembentukan inilah yang disebut gramatika (Hayashi, 1990:422).
Sampai saat ini di dalam dunia pendidikan bahasa Jepang kadang-kadang diperdebatkan
sehubungan denngan perlu-tidaknya penguasaan gramatika oleh pembelajar bahasa Jepang.
Dengan kata lain sering muncul pertanyaan apakah perlu mempelajari gramatika bahasa
Jepang. Bukankah kita dapat berbicara bahasa Jepang tanpa menguasai gramatikanya. Ada
dua pendapat terhadap persoalan ini, ada yang mengatakan perlu dan ada juga yang
mengatakan sebaliknya. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa contoh kalimat untuk
mengilustrasikan perlunya menguasai gramatika bahasa Jepang.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
わたしは本をよむ。
Watashi wa hon o yomu.
„saya (akan) membaca buku‟
Orang yang baru belajar bahasa Jepang, tanpa menguasai gramatika bahasa Jepang pun,
misalnya hanya dengan membuka kamus barangkali akan mengerti apa yang dimaksud
kalimat di atas. Kata watashi, hon, dan yomu pasti ada di dalam kamus, kalaupun partikel wa
dan o tidak ada di dalam kamus tetapi mungkin partikel-partikel itu dapat diperkirakan apa
makna dan fungsinya. Tetapi apabila dihadapkan pada kalimat berikut, barulah akan muncul
beberapa permasalahan.

山田先生は学校へ行かれませんでした。
Yamada sensei wa gakkoo e ikaremasen deshita.
„Pak Yamada tidak pergi ke sekolah‟
Kalimat di atas terdiri dari tiga bunsetsu; bunsetsu pertama terdiri dari sebuah jiritsugo
(Yamada sensei) dan sebuah fuzokugo (wa), begitu juga bunsetsu kedua terdiri dari sebuah
jiritsugo (gakkoo) dan sebuah fuzokugo (e). Sedangkan bunsetsu ketiga terdiri dari sebuah
jiritsugo (ika) dan lima buah fuzokugo (re, mase, n, deshi, dan ta). Untuk memahami kalimat
itu secara keseluruhan tidak cukup kalau hanya mengandalkan kamus tanpa menguasai
gramatika bahasa Jepang dengan baik. Kata-kata yamada sensei, wa, gakkoo, e, mudah
dipahami walau hanya dengan membuka kamus. Namun kata ikaremasen deshita tidak
muncul di dalam kamus mana pun sehingga untuk memahaminya diperlukan pengetahuan
tentang gramatika bahasa Jepang dengan baik.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
TANGO, BUNSETSU, BUN, DANRAKU, BUNSHOO
TANGO (単語)
Satuan terkecil yang membentuk kalimat (bun) sering dikenal dengan istilah tango (kata). Hal
ini berarti bahwa sebuah kalimat dapat dibagi-bagi menjadi bagian-bagian terkecil berupa
tango. Misalnya:
私/は/毎日/学校/へ/行き/ます/。 (7単語)
Watashi/wa/mainichi/gakkoo/e/ikimasu/.
„saya setiap hari pergi ke sekolah‟.

kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa tango yakni watashi, wa, mainichi, gakkoo, e,
iki, masu. Masing-masing tango memilki arti tertentu walaupun ada juga tango yang tidak
memiliki arti yang pasti apabila tidak digabungkan dengan tango lain yang dapat berdiri
sendiri.
Iwabuchi (1989:105-106) menyebut tango dengan istilah go. Dia menyebutkan bahwa tsuki,
hashiru, omoshiroi, rippada, sono, mettani, shikashi, rareru, dan sebagainya disebut go atau
tango. Go merupakan satuan terkecil di dalam kalimat. Misalnya:
花が咲く。
hana ga saku
„bunga berkembang‟

Jika kalimat di atas dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil akan menjadi hana-
ga-saku, bagian-bagian kalimat ini tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil
lagi. Kalaupun dibagi-bagi lagi maka akan menjadi ha-na-ga-sa-ku yang hanya merupakan
deretan silabel (onsetsu) yang tidak mempunyai arti apapun. Go memiliki arti tertentu,
diucapkan sekaligus, dan memiliki aksen tertentu. Di dalam cara-cara pembentukannya, go
dapat dibagi menjadi jiritsugo dan fuzokugo.
Pada umumnya masing-masing tango dapat berdiri sendiri dan memiliki arti yang pasti, tetapi
ada juga tango yang tidak memiliki arti tertentu tanpa bantuan tango lain yang dapat berdiri
sendiri. Tango yang dapat berdiri sendiri dan dapat menunjukkan arti tertentu disebut
jiritsugo (termasuk didalamnya dooshi, i-keiyooshi, na-keiyooshi, meishi, rentaishi, fukushi,
setsuzokushi, dan kandooshi), sedangkan yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki
arti tertentu disebut fuzokugo (termasuk didalamnya jodooshi dan joshi).

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
BUNSETSU
Bunsetsu dapat dikatakan sebagai satuan kalimat yang lebih besar daripada tango yang pada
akhirnya dapat membentuk sebuah kalimat (bun). Iwabuchi (1989:247-248) menjelaskan
tentang bunsetsu melalui contoh kalimat berikut.
1. 読書/に/は/楽しみ/の/ため/の/読書/も/あれ/ば/知識/を/得る
/ため/の/読書/も/あり/ます。/ (単語)
Dokusho-ni-wa-tanoshimi-no-tame-no-dokusho-mo-are-ba-chishiki-o-eru-tame-no-
dokusho-mo-ari-masu. (tango)
„Dalam bacaan, ada bacaan untuk kesenangan, ada juga bacaan untuk mendapatkan
pengetahuan‟
2. 読書には-楽しみの-ための-読書も-あれば-知識を-得る-ための-読書
も-あります。 (文節)
Dokusho ni wa-tanoshimi no-tame no-dokusho mo-areba-chishiki o-eru-tame no-
dokusho mo-arimasu. (bunsetsu)
„Dalam bacaan, ada bacaan untuk kesenangan, ada juga bacaan untuk mendapatkan
pengetahuan‟

Contoh nomor (1) dan (2) di atas merupakan kalimat yang sama. Kedua kalimat tersebut
dibagi-bagi dengan dua cara sehingga menjadi satuan-satuan yang lebih kecil daripada
kalimat tersebut. Satuan hasil pemenggalan seperti kalimat (1) disebut tango, sedangkan
satuan hasil pemenggalan kalimat (2) disebut bunsetsu. Jadi, pada dasarnya kalimat dibentuk
oleh bunsetsu dan bunsetsu dibentuk oleh tango. Ada kalimat yang terbentuk hanya dari satu
bunsetsu tetapi ada juga yang terbentuk dari sejumlah bunsetsu. Begitu juga ada satu bunsetsu
yang terdiri dari satu tango (yang termasuk kelompok jiritsugo) dan ada juga bunsetsu yang
terbentuk dari beberapa tango (sebuah jiritsugo ditambah fuzokugo). Hirai (1982:141)
menjelaskan bahwa bunsetsu adalah unsur atau elemen yang membentuk kalimat. Ada
bunsetsu yang terdiri dari sebuah jiritsugo dan ada juga yang terdiri dari sebuah jiritsugo
ditambah fuzokugo. Ada kalimat yang terbentuk dari sebuah bunsetsu, dan ada juga kalimat
yang terbentuk dari sejumlah bunsetsu.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
BUN
Kalimat dalam bahasa Jepang disebut bun. Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
み あ じょせい わか しんせん か ち
a. お見合いでは、女性は若いこと、新鮮であることが価値とされていた。

Omiai de wa, josei wa wakai koto, shinsen de aru koto ga kachi to sarete ita.
b. いいえ。
iie
き おとこ はや こ
c. 赤いシャツを着ている 男 は、私に「早く来い。」と言った。

Akai shatsu o kite iru otoko wa, watashi ni 「hayaku koi」to itta.

Dari contoh-contoh kalimat di atas dapat kita lihat bahwa diantara kalimat-kalimat itu
ada kalimat pendek yang terbentuk hanya dengan satu kata dan ada juga kalimat
panjang yang terbentuk dari sejumlah kata. Bentuk kalimat juga sangat bervariasi dan
tidak ada aturan-aturannya yang khusus. Memang subjek dan predikat menjadi bagian
yang sangat penting dalam sebuah kalimat, tetapi hal itu pun tidak menjadi syarat
mutlak. Pada umumnya yang dimaksud dengan kalimat adalah bagian yang memiliki
serangkaian makna yang ada di dalam suatu wacana yang dibatasi dengan titik.
Sedangkan di dalam ragam lisan sebuah kalimat ditandai dengan penghentian
pengucapan pada akhir kalimat tersebut. (Iwabuchi, 1989:242-243).
Didalam ragam tulisan keberadaan sebuah kalimat tampak lebih jelas karena pada
bagian akhirnya selalu ditandai tanda titik. Kalau bukan dengan tanda titik, kalimat
ditandai juga dengan tanda tanya atau tanda seru. Bagi kalimat-kalimat panjang, sebuah
kalimat dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian untuk menghentikan
pengucapan sejenak untuk menarik napas pada bagian yang tepat sebagai usaha untuk
mempermudah cara membacanya dan mempermudah pemahaman maknanya.
Pemotongan kalimat seperti itu dalam ragam tulisan biasanya ditandai dengan
pemakaian tanda koma.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
DANRAKU
Satuan yang lebih besar daripada bun adalah danraku (paragraf atau alinea). Danraku
biasanya terbentuk dari beberapa bun yang saling berkaitan dan mengungkapkan pikiran atau
hal lain yang lebih lengkap. Kindaichi (1989:1233) menjelaskan bahwa danraku adalah
bagian-bagian terbesar yang terdapat dalam sebuah bunshoo. Bagian-bagian ini dapat dibagi-
bagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Di dalam ragam tulisan, penulisan sebuah danraku
biasanya dimulai dengan cara menjorokkan sebuah huruf (kana atau kanji) awal baik dalam
penulisan dengan komputer maupun tulisan tangan termasuk dalam penulisan secara vertikal
maupun horisontal.
Hirai (1989:143) memaparkan bahwa danraku tidak akan terwujud apabila hanya
menderetkan beberapa kalimat secara serampangan. Untuk membentuk sebuah danraku harus
menderetkan kalimat dengan kalimat berdasarkan hubungan tertentu. Untuk itu ada delapan
cara sebagai berikut:
a. Dengan konjungsi
b. Dengan kata penunjuk
c. Degan cara melakukan pengulangan kata-kata yang sama
d. Dengan joshi, jodooshi, hoojoo dooshi, dan sebagainya
e. Menyamakan bentuk predikat
f. Dengan kata-kata yang menyatakan waktu, tempat, dan sebagainya
g. Dengan kata-kata yang menyatakan urutan
h. Dengan hubungan makna kalimat

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa danraku:


a. Bagian dari bunshoo yang memiliki suatu makna.
b. Satuan kumpulan kata terbesar setelah bunshoo.
c. Terbentuk lebih dari 1 kalimat.
d. Dalam penulisan, setiap danraku yang baru menjorok satu huruf kedalam. Ini
disebut dengan keishiki danraku/hyouki danraku. Ada juga yang disebut dengan
imi danraku yaitu, mengelompokkan beberapa keishiki danraku/hyouki danraku
menjadi satu danraku yang baru berdasarkan kesatuan makna.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
BUNSHOO
Apabila sejumlah danraku yang memiliki makna yang saling berkaitan disambung-
sambungkan maka akan menjadi sebuah bunshoo (wacana) yang merupakan satuan bahasa
yang paling besar dimulai dari awal (judul) hingga akhir suatu wacana sebagaimana layaknya
sebuah karya tulis ilmiah seperti makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi atau bentuk-bentuk
tulisan lainnya seperti cerita, karangan, artikel majalah, surat kabar, novel dan sebagainya.
Bunshoo adalah kumpulan kalimat yang secara keseluruhan memiliki sebuah kesimpulan
(Kindaichi, 1989:1751). Hayashi (1990:555) membedakan bunshoo dan danwa. Baik
bunshoo maupun danwa merupakan kumpulan kalimat. Biasanya bunshoo merupakan sesuatu
yang ditulis (wacana tulis), sementara danwa merupakan sesuatu yang dibicarakan/diucapkan
(wacana lisan).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bunshoo adalah:
a. Pesan tentang perasaan atau pemikiran dari penulis/pembicara dengan
merangkaikan beberapa kalimat yang secara keseluruhan memiliki kesatuan
makna.
b. Merupakan satuan kumpulan kata yang paling besar.
c. Terdiri atas beberapa paragraf (danraku) atau kumpulan kalimat (bun).

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
KELAS KATA BAHASA JEPANG (HINSHI)

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
Jenis kata merupakan klasifikasi kata berdasarkan pada tataran gramatika. Untuk
mengklasifikasikannya perlu ditentukan kriteria/parameter. Parameter tersebut dapat beragam
bergantung pada pemahaman seseorang terhadap kaidah gramatika suatu bahasa atau
kesadaran seseorang terhadap rasa bahasanya. Oleh sebab itu, terdapat klasifikasi kata yang
bervariatif.
Murakami (1986: 24 dalam Dahidi: 2004) membagi kata “tango‟ dalam bahasa Jepang
menjadi dua kelompok besar, yaitu jiritsugo dan fuzokugo. Kelas kata yang dengan
sendirinya dapat menjadi bunsetsu seperti meishi „nomina‟, dooshi „verba‟, keiyoshi
„adjektiva‟ atau ada juga yang menyebutnya i-keisyooshi „adjektiva-I‟, keiyoodoshi atau ada
juga yang menyebutnya na-keiyooshi „adjektiva-na‟, fukushi „adverbia‟, rentaishi,
„prenomina‟, setsuzokushi „konjungsi‟, dan kandooshi „interjeksi‟, itu semua termasuk
kelompok jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya tidak dapat menjadi
bunsetsu seperti kelas kata joshi „partikel‟, dan jodooshi „verba bantu‟ termasuk kelompok
fuzokugo.
Yang dimaksud dengan jiritsugo adalah kelompok kata yang dapat berdiri sendiri dan
mempunyai makna, sedangkan fuzokugo adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri
sendiri. Artinya, ia baru bermakna dan berfungsi apabila bergabung dengan kata lain. Istilah
jiritsugo hampir sama dengan istilah morfem bebas dalam bahasa Indonesia, dan fuzokugo
mirip dengan istilah morfem terikat.
Dalam tulisan ini, penulis hanya akan menguraikan klasifikasi kata dalam bahasa
Jepang berdasarkan Gramatika Hashimoto. Seperti sudah dikemukakan dimuka, alasannya
yaitu mengingat gramatika ini banyak diacu pada pelajaran tata bahasa di sekolah-sekolah
baik bahasa Jepang sebagai bahasa nasional maupun bahasa Jepang sebagai bahasa asing..
Dijelaskan oleh Masuoka (2003) bahwa gramatika Hashimoto memisahkan bunsetsu
„frasa‟, disamping kata, dan kalimat. Bunsetsu „frasa‟ adalah suatu pemilahan frasa yang
paling pendek yang terdapat di dalam suatu ujaran. Misalnya:
1. Watashi wa/sakujitsu/yuujin to/ futari de/ Maruzen e/ hon o/ kai ni/ikimashita.
Saya Top/kemarin/teman dengan/ berdua/Maruzen ke/ buku Acc/ membeli-untuk datang-past
Saya telah membeli buku ke Maruzen berdua bersama teman kemarin.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
Bagian yang dipisahkan oleh garis miring merupakan satu bunsetsu. Bunsetsu
mempunyai bentuk tertentu yang pasti, dan mempunyai makna tertentu. Dengan demikian,
sebuah kalimat dapat dipilah-pilah terdiri atas beberapa bunsetsu. Seperti dijelaskan oleh
Hashimoto bahwa bunsetsu adalah satuan/unit terkecil untuk menentukan dan menguraikan
kalimat dan ia membentuk kalimat secara langsung.
Apabila kita menguraikan lagi satu bunsetsu misalnya, akan diperoleh go „kata‟. Dengan
demikian, bunsetsu dibentuk oleh kata-kata, dan bunsetsu dapat pula dibentuk hanya dengan
satu kata. Dengan mengklasifikasikan bunsetsu tersebut, pada akhirnya akan terdiri atas dua
jenis kelompok kata, yaitu kata-kata yang muncul di awal bunsetsu tersebut, lagi pula kata-
kata tersebut dapat digunakan secara berdiri sendiri seperti watashi „saya‟, sakujitsu
„kemarin‟, yuujin „teman‟, kau „membeli‟, iku „pergi‟, dll. Kata-kata seperti itu disebut shi
atau jiritsugo „kata-kata yang dapat berdiri sendiri‟. Selain itu, terdapat unsur-unsur yang
melekati kata-kata tersebut dan ia tidak dapat berdiri sendiri seperti wa, to, de, o, ni, masu, ta,
dll. Unsur-unsur ini disebut ji atau fuzokugo „kata-kata yang berfungsi untuk membantu kata
yang lain‟
Sepengetahuan penulis, pengertian bunsetsu yang dimaksud Hashimoto, sama dengan
istilah ku „frasa‟ yang dimaksud dalam tata bahasa modern. Sedangkan istilah bunsetsu
sendiri dalam tata bahasa modern digunakan untuk merujuk pada klausa, seperti halnya sama
dengan rujukan yang dimaksud dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, dalam tata bahasa
modern istilah bunsetsu dipergunakan untuk merujuk pada satuan yang lebih besar dari frasa.
Sementara Hashimoto tidak demikian. Istilah lain yang digunakan pada gramatika Hashimoto
adalah taigen dan yoogen. Untuk lebih jelasnya akan kami uraikan di bawah ini.
Taigen adalah kelompok kata yang dapat berdiri sendiri, tidak mengalami konjugasi,
dapat menjadi topik atau pelaku, dan dapat pula menjadi kata-kata sapaan. Taigen dapat
diikuti joshi/kakujoshi „partikel‟ dan membentuk sebuah seibun „kelompok kata‟, dan
menjadi predikat ketika diikuti desu, atau da. Jenis taigen adalah nomina, numeralia, dan
pronominal.
Yoogen adalah kata-kata yang dapat berdiri sendiri, mengalami konyugasi, dapat
berfungsi sebagai predikat, dan dapat berfungsi sebagai pewatas. Yoogen dapat dipilah
berdasarkan bentuk konyugasinya yaitu verba, adjektiva i, dan adjektiva na.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
KLASIFIKASI KELAS KATA BAHASA JEPANG (HINSHI)
た ん ご ひ ん し ひ ん し
Pembagian jenis 単語 sesuai fungsinya dinamakan 品詞. Penamaan untuk setiap 品詞
ひんしめい がっこうぶんぽう たんご

disebut品詞名. Menurut 学校文法、単語 terbagi atas 10 jenis, yaitu:


めいし

1. 名詞 (Nomina )
どうし

2. 動詞 (Verba)
けいようし

3. 形容詞 (Adjektiva-i)
けいようどうし

4. 形容動詞 (Adjektiva-na)
ふくし

5. 副詞 (Adverbia)
れんたいし

6. 連体詞 (Prenomina)
かんどうし

7. 感動詞 (Interjeksi)
せつぞくし

8. 接続詞 (Konjungsi)
じょどうし

9. 助動詞 (Kopula)
じょし

10. 助詞 (Partikel)
たんご め い し せつぞくし じ り つ ご

単語 dari nomor 1 s.d 8 yaitu mulai dari 名詞 sampai 接続詞 disebut 自立語, yang
た ん ご

artinya berdiri sendiri, sudah memiliki makna tanpa harus digunakan bersama 単語
ふ ぞ く ご

yang lain. Sedangkan nomor 9 dan 10 disebut 付属語, tidak berdiri sendiri, yang dalam
た ん ご じ り つ ご

penggunaannya selalu bersama-sama dengan 単語 yang termasuk 自立語.

Perhatikan 2 kalimat berikut :


(1) わたし は 熱い
ちゃ
が 一杯 のみ たい です。
お茶

名詞 助詞 形容詞 名詞 助詞 名詞 動詞 助動詞 助動詞

(2) あそこ に あかく て、 きれいな 花 が たくさん 咲い て い ます。


名詞 助詞 形容詞 助詞 形容動詞 名詞 助詞 副詞 動詞 助動詞 動詞 助動詞

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id
た ん ご た ん ご

Kalimat (1) terdiri atas 9 単語, dan kalimat (2) terdiri atas 12 単語, dengan nama
れんたいし

jenisnya masing-masing. Jenis kata yang tidak ada dalam 2 kalimat ini adalah 連体詞,
せつぞくし かんどうし

接続詞 dan 感動詞.

けいようどうし ご か ん

動詞、形容詞、形容動詞 memiliki 語幹 yaitu bagian dari ketiga jenis kata ini yang
ご び ご か ん ど う し
tidak berubah, serta 語尾 yaitu bagian yang berubah. Misalnya 語幹 dari 動詞「読む」
ご び けいようし

adalah 「よ」,「む」 adalah語尾 dari 形容詞 「新しい」adalah「あたらし」dan


ご び けいようどうし

「い」nya adalah 語尾. untuk contoh 形容動詞「にぎやかだ」、「にぎやか」adalah


ご か ん ご び

語幹 dan 「だ」adalah 語尾.

ご び ご か ん かつよう

Proses berubahnya 語尾 dari suatu 語幹 , disebut 活用 する ‘berkonjugasi’. Karena


ど う し ようげん め い し

動詞、形容動詞 adalah jenis kata yang berkonjugasi maka disebut 用言Sedangkan 名詞


たいげん

karena tidak berkonjugasi dan berdiri sendiri maka disebut dengan 体言.
たいげん し ゅ ご しゅだい

Pada umumnya 体言 ini dalam kalimat berfungsi sebagai 主語 ‘subjek’ atau 主題

‘topik’. Sebagai pewatas biasanya diikuti partikel「が」atau 「は」. Bagian yang


し ゅ ご しゅだい じゅつご

menjelaskan keadaan 主語 atau 主題 ini disebut 述語 ‘predikat’.

Perhatikan data berikut :


(3) わたしは 学生です。
主語 述語
‘saya adalah mahasiswa’

(4) さくら
たいへん きれいですね。
桜が

主語 述語
‘(Bunga) sakura sangat indah, ya’

‘20 Sho-Gengogaku Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A http://www.widyatama.ac.id
(5) 田中さんは 今朝
け さ
会社へ 行きました。

主語 述語
‘Pak Tanaka tadi pagi pergi ke tempat kerja’

Latihan!
Perhatikan bunshoo di bawah ini!
ちい いぬ か ともだち いぬ こ ど も う
わたしは小さいころ犬を飼っていました。友達の犬が子供をたくさん生んだので、
ぴき いえ き ちい
い匹もらったのです。わたしの家に来たときは、小さくておとなしかったので「チ
な おお
ビ」という名をつけました。しかしだんだん大きくなって、よくほえるようになり

ました。
せ わ ぜ ん ぶ つく ちか こうえん さ ん ぽ
チビの世話は全部わたしがやりました。えさを作ったり近くの公園を散歩したり
はん まえ
しました。チビは「おすわり」をおぼえました。「おすわり」というのはご飯の前
ほか
にすわらせることです。その他 には、あまりしつけをしませんでした。チビは1
どきんじょ こ ど も こ ど も
度近所の子供にかみついたことがあります。子供は、けががしませんでしたが、わ
いぬ
たしは犬をつれてあやまりにいきました。
どうぶつ か たいせつ おも
動物を飼ううえで、しつけはとても大切だと思いました。

Hitung ada berapa :


a. Danraku
b. Bun dalam setiap danraku
c. Bunsetsu dalam setiap danraku
d. Tango dalam setiap danraku

‘20 Sho-Gengogaku Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Ningrum Tresnasari, S.S.,M.A http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka
Sudjianto & Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta Pusat:
Kesaint Blanc.

‘20 Gengogaku Nyuumon Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Tim Dosen MK Gengogaku http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai