Anda di halaman 1dari 13

PROCEEDINGS

The 12TH ANNUAL INDONESIAN GEOTHERMAL


terferenASSOCIATION MEETING & CONFERENCE
Bandung on 6-8 November, 2012

KARAKTERISASI DISTRIBUSI PERMEABILITAS RESERVOIR PANASBUMI


LAPANGAN X BERDASARKAN MODEL UJI INTERFERENCE MENGGUNAKAN
SIMULATOR TOUGH2

Sutopo*, Agni M Sumbaga**, Ali Ashat*

*Program Studi Magister Panas Bumi ITB


**Medco Energy

ABSTRAK Komunikasi antar sumur menunjukkan bahwa kegiatan


pada satu sumur mempengaruhi sumur lain.
Harga permeabilitas reservoir lapangan panasbumi X Konektivitas antar sumur bisa diketahui dari ada
telah ditentukan dengan analisa hasil uji interference tidaknya respon tekanan pada sumur pengamat ketika
yang melibatkan tiga jenis sumur yaitu sumur produksi, dilakukan produksi, injeksi atau shut-in pada sumur
injeksi dan pengamat. Namun harga permeabilitas aktif. Kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida
masih secara kwalitatif. Dalam studi ini dilakukan perlu diketahui untuk memperkirakan kemampuan
pemodelan uji interference dengan menggunakan produksi sumur. Harga permeabilitas bisa ditentukan
simulator TOUGH2 untuk memperoleh harga secara kwalitatif dengan menganalisa laju penurunan
permeabilitas secara kwalitatif serta distribusinya atau laju kenaikan tekanan hasil pengamatan.
dalam reservoir. Metode dalam pemodelan untuk men-
dapatkan harga permeabilitas dan distribusinya adalah Pada uji interference yang hanya melibatkan dua jenis
dengan melakukan matching respon tekanan hasil sumur yaitu sumur produksi atau injeksi sebagai sumur
pemodelan dengan hasil uji di la-pangan pada masukan aktif dan sumur pengamat, harga permeabilitas secara
harga permeabilitas tertentu. Pemodelan dibagi kwantitatif bisa ditentukan secara analitis dengan
menjadi dua macam yaitu pemodelan homogen dan Metode Type Curve Matching. Namun pada uji
pemodelan hete-rogen. Reservoir dimodelkan persegi interference yang melibatkan tiga jenis sumur yaitu
dengan dibagi menjadi sistem grid. Bagian reservoir sumur produksi, sumur injeksi dan sumur pengamat,
yang dimodelkan mempertimbangkan letak manifestasi analisis secara analitik dengan Type Curve Matching
permukaan adanya panasbumi. Harga permeabilitas akan sulit dilakukan. Oleh karena itu untuk memper-
dan distribusinya diang-gap sesuai jika respon tekanan hitungkan pengaruh kedua jenis sumur aktif dilakukan
pemodelan selaras dengan respon tekanan uji pemodelan uji interference dengan menggunakan
interference di lapangan. simulator TOUGH2. Pada pemo-delan ini diharapkan
didapatkan harga permea-bilitas yang sesuai dan lebih
PENDAHULUAN jauh lagi didapatkan semua tahap permeabilitas dalam
reservoir.
Untuk melakukan pengembangan lanjut suatu lapangan
panas bumi telah dibor sumur-sumur eksplorasi. Studi pemodelan uji interference tidak standar ini
Sumur-sumur eksplorasi tersebut digunakan untuk bertujuan untuk: mendapatkan gambaran harga
melakukan pengujian. Pengujian sumur merupakan permeabilitas secara kwantitatif, mendapatkan
kegiatan yang sangat penting untuk menentukan gambaran semua tahap harga permeabilitas tersebut
kemampuan suatu formasi untuk berproduksi. dalam reservoir, dan menunjukkan bahwa simulator
Kemampuan produksi suatu formasi bisa ditentukan TOUGH2 bisa digunakan untuk pemodelan uji
dari informasi mengenai karakteristik reservoir seperti interference.
per-meabilitas efektif dari analisa hasil uji sumur. Uji
interference adalah salah satu uji sumur setelah Metode dalam pemodelan untuk men-dapatkan harga
pemboran yang dilakukan pada lapangan panas bumi. permeabilitas dan distribusinya adalah dengan
Uji interference tersebut bertujuan untuk mengetahui melakukan matching respon tekanan hasil pemodelan
ada tidaknya komunikasi antar sumur yang telah dibor dengan respon tekanan hasil uji di lapangan pada
dan juga pengaruh satu sumur terhadap sumur lain. masukan harga permeabilitas tertentu. Pemodelan yang
Selain itu juga untuk menentukan harga salah satu dilakukan dibagi menjadi dua macam yaitu pemodelan
properti reservoir yang dapat menunjukkan pertahap dan pemodelan semua tahap. Langkah
kemampuan produksi formasi yang dibor yaitu pertama adalah menetapkan bagian reservoir yang
permeabilitas efektif. dimodelkan. Model reservoir kemudian dibagi menjadi
sistem grid.
Pemodelan pertahap dilakukan dalam empat tahap pada keda-laman 900 m sampai dengan 1700 m
sesuai tahapan uji interference di lapangan. Dalam menunjukkan zona reservoir utama dengan temperatur
pemodelan pertahap, model reservoir dianggap 250 ºC. Lan-daian temperatur berada di sebelah kiri
mempunyai satu harga permeabilitas, sumur yang kurva BPD menunjukkan bahwa fluida yang
terlibat adalah sumur produksi, injeksi dan satu sumur terkandung dalam reservoir adalah satu fasa yaitu air.
pengamat. Harga permeabilitas yang didapatkan
dianggap berada di sekitar sumur pengamat, sehingga Sumur X 3-1 dibor dengan kedalaman 1681 m.
dari pemodelan pertahap ini didapatkan empat harga Landaian tekanan & temperatur hasil survei temperatur
permeabilitas yang berbeda untuk masing-masing terhadap kedalaman di sumur X 1-1 diperlihatkan pada
sumur pengamat yang berbeda pada setiap tahap uji Gambar 5. Profil temperatur yang tegak (isotermal)
interference. Harga permeabilitas tersebut diguna-kan pada kedalaman 900 m sampai dengan 1600 m menun-
sebagai gambaran data masukan untuk pemodelan jukkan zona reservoir utama dengan temperatur 250 ºC.
semua tahap. Harga permeabilitas dianggap cocok jika Landaian temperatur berada di sebelah kiri kurva BPD
respon tekanan yang dihasil-kan pemodelan selaras menunjukkan bahwa fluida yang terkandung dalam
dengan respon tekanan uji di lapangan. reservoir adalah satu fasa yaitu air.

Pemodelan semua tahap dilakukan dengan Uji Interference di Lapangan X


memodelkan tahapan uji interference dengan masukan Untuk mengetahui permeabilitas dan pengaruh satu
empat harga permeabilitas yang berbeda dari sumur terhadap sumur lain dilakukan uji interference.
pemodelan pertahap untuk mengetahui distri-busi Uji interference di Lapangan X melibatkan empat
permeabilitas dalam reservoir. Harga permea-bilitas sumur (X 1-1, X 2-1, X 2-2, X 3-1) dan dilakukan
dan distribusinya dianggap sesuai jika respon tekanan dalam empat tahap. Setiap tahap pelaksanaan uji
pemodelan selaras dengan respon tekanan uji interference tersebut melibatkan satu sumur produksi,
interference di lapangan. satu sumur injeksi, dan satu atau lebih sumur
pengamat. Sumur produksi, injeksi dan pengamat pada
PEMODELAN UJI INTERFERENCE LAPANGAN masing-masing tahap adalah bergantian antara keempat
X sumur tersebut (lihat Tabel 1).

Tinjauan Lapangan X Sebelum tahap-tahap uji interference dilaksanakan,


Di lapangan Namora-I-Langit telah dibor empat sumur terlebih dahulu dilakukan penutup-an pada sumur yang
yaitu X1-1, X 2-1, X 2-2, dan X 3-1 antara Oktober akan dijadikan sumur produksi pada tahap pertama
1997 sampai dengan Maret 1998 untuk sumur sampai didapatkan harga tekanan yang konstan. Harga
eksplorasi. Peta lokasi sumur dan luas prospek tekanan yang konstan tersebut merupakan initial
Lapangan X ditunjukkan oleh Gambar 1. pressure. Pada setiap tahap uji interference dilakukan
pressure drawdown pada sumur produksi dengan laju
Sumur X 1-1 dibor dengan kedalaman 1722 m. konstan dan pressure build up dengan menutup sumur
Landaian temperatur hasil survei tekanan & temperatur produksi. Dari analisa drawdown rate dan build rate
terhadap kedalaman di sumur X 1-1 diperlihatkan pada bisa didapatkan harga permea-bilitas secara kwalitatif.
Gambar 2. Profil temperatur yang tegak (isotermal)
pada kedalaman 900 m sampai dengan 1600 m Pemodelan Reservoir dan Uji Interference
menunjukkan zona reservoir utama dengan temperatur Pemodelan reservoir untuk mendapatkan model
250 ºC. Landaian temperatur berada di sebelah kiri reservoir sebenarnya yang lebih sederhana dan simulasi
kurva Boiling Point with Depth (BPD) menunjukkan uji interference dilakukan dengan menggunakan
bahwa fluida yang terkandung dalam reservoir adalah simulator TOUGH2. Secara garis besar pekerjaan yang
satu fasa yaitu air. dilakukan adalah :

Sumur X 2-1 dibor dengan kedalaman 1333 m. 1. Menetapkan bagian dari reservoir yang akan
Landaian temperatur hasil survei tekanan & temperatur dimodelkan
terhadap kedalaman di sumur X 2-1 diperlihatkan pada 2. Membuat model komputer (sistem grid)
Gambar 3. Profil temperatur yang tegak (isotermal) 3. Mempersiapkan data masukan untuk komputer
pada kedalaman 1100 m sampai dengan 1300 m seperti ukuran masing-masing grid, parameter
menunjukkan zona reservoir utama dengan temperatur reservoir di masing-masing grid seperti
250 ºC. Lan-daian temperatur berada di sebelah kiri permeabilitas, porositas, initial pressure, initial
kurva BPD menunjukkan bahwa fluida yang temperature, tebal reservoir, data produksi dan
terkandung dalam reservoir adalah satu fasa yaitu air. injeksi.
4. Mempersiapkan data lapangan untuk pe-
Sumur X 2-2 dibor dengan kedalaman 1701 m. nyelarasan respon tekanan
Landaian temperatur hasil survei tekanan & temperatur 5. Simulasi uji interference dan history matching.
terhadap kedalaman di sumur X 2-2 diperlihatkan pada
Gambar 4. Profil tem-peratur yang tegak (isotermal)
Metode Pempdelan perubahan pembagian jumlah grid dengan sifat - sifat
Model dibuat dengan menggunakan distributed reservoir yang tetap sama tidak akan menimbulkan
parameter approach dimana sistem yang dimodelkan perubahan respon tekanan yang signifikan, oleh sebab
dibagi menjadi sejumlah grid yang satu sama lain itu upaya penyelarasan respon tekanan dilakukan
saling berhubungan. Tujuan pembagian grid tersebut dengan mengubah harga masukan permeabilitas dan
adalah agar bisa menga-tur keanekaragaman distribusi porositas.
permeabilitas, porositas dan parameter lain. Parameter
hasil perhitungan di tiap grid oleh simulator berada Pemodelan uji interference ini dibagi menjadi dua
ditengah grid (block centered). tahap yaitu tahap pemodelan pertahap dan pemodelan
semua tahap. Pemodelan pertahap dengan masukan
Penyelesaian persamaan diffusivity reservoir dengan satu harga permeabilitas bertujuan untuk mendapatkan
kondisi infinite acting, homogen dan isotropik, dapat harga permeabilitas untuk masukan pada pemodelan
ditulis sebagai berikut: semua tahap.
W  1.781Cr 2 
P  ln 
 (1) Pemodelan pertahap dilakukan untuk tiap tahap uji
4kh  4kt  interference untuk mendapatkan harga permeabilitas
dimana P adalah drawdown (Pa), W adalah laju alir secara kwantitatif dan hasilnya digunakan sebagai
massa (kg/s),  untuk viskositas (Pa.s),  adalah gambaran input awal pemo-delan semua tahap
sehingga didapatkan distribusi permeabilitas dalam
densitas fluida (kg/m3), k adalah permea-bilitas (Darcy,
reservoir.
m2), h adalah ketebalan reservoir (m),  adalah
porositas (fraksi, %), C ialah kom-presibilitas (Pa-1), r Sistem Grid
adalah jarak sumur terhadap titik acuan (m), dan Langkah awal dari pemodelan adalah menetapkan
t adalah waktu (s). bagian reservoir yang akan dimo-delkan. Bagian
reservoir yang akan dimodelkan secara lateral
Persamaan (1) menunjukkan bahwa apabila harga laju diperlihatkan oleh Gambar 6. Luas area sistem panas
alir massa, viskositas, densitas fluida, tebal reservoir, bumi yang dimodelkan adalah 30 km 2 (5 km  6 km).
kompresibilitas, dan waktu sudah ditentukan, maka Penentuan bagian reservoir yang dimodelkan ini
yang mempengaruhi perubahan tekanan adalah dengan mempertimbangkan letak manifestasi
porositas dan permea-bilitas. Oleh karena itu dalam permukaan adanya panasbumi.
pemodelan reservoir dan uji interference ini, variabel-
variabel yang mempe-ngaruhi perubahan tekanan yaitu Secara vertikal bagian dari reservoir yang dimodelkan
laju alir massa, viskositas, densitas fluida, tebal adalah zona reservoir utama dari tiap sumur yang rata-
reservoir, kompresibilitas, dan waktu ditentukan rata berada pada kedalaman 900 m sampai 1600 m.
sebagai variabel yang tetap dengan harga tertentu, se- Namun untuk memperhi-tungkan reservoir yang belum
hingga untuk mendapatkan perubahan tekanan yang ditembus diguna-kan ketebalan model sebesar 1000 m.
diinginkan dilakukan dengan mengubah-ubah harga
permeabilitas dan porositas. Model reservoir dibagi menjadi 15 grid pada arah x, 18
grid arah y dan 1 blok lapisan pada arah z. Sistem grid
Asumsi yang digunakan dalam pemodelan ini adalah dari model reservoir diperlihatkan pada Gambar 7.
fluida dalam reservoir dalam kondisi satu fasa serta Pembagian grid pada model dilakukan dengan
litologi batuan reservoir adalah homogen serta laju mempertimbangkan letak sumur dan adanya patahan.
produksi dan laju injeksi konstan. Berdasarkan Tabel 2 Pembagian grid secara lateral diusahakan agar pada
yang bersumber dari Bjornsson dan Bodvarson6, satu grid tidak terdapat lebih dari satu sumur. Tekanan
umumnya reservoir panas bumi mempunyai harga di grid diasum-sikan sama dengan tekanan sumur.
porositas sekitar 3–20%. Hal ini digunakan sebagai
gam-baran untuk harga porositas. Kompresibilitas (C) Prosedur Simulasi
dibuat sekecil mungkin sehingga pengaruhnya dapat Secara garis besar simulasi uji inter-ference dengan
diabaikan yaitu sebesar 10-15 Pa-1, laju alir massa (W) simulator TOUGH2 dilaksanakan dengan prosedur
dibuat konstan sesuai dengan data lapangan pada seperti pada Gambar 8.
masing-masing tahap uji inter-ference, ketebalan
lapisan reservoir (h) ditentukan dengan melihat HASIL SIMULASI
landaian temperatur dari sumur pengamat. Kondisi
inisial ditentukan dari plot P vs t data lapangan untuk Pemodelan Pertahap
tekanan inisial dan landaian temperatur untuk Pada pemodelan secara pertahap, reservoir yang
temperatur inisial. dimodelkan mempunyai satu harga permea-bilitas di
seluruh grid. Pemodelan ini bertujuan untuk
Penyelarasan respon tekanan dapat dilakukan dengan mendapatkan gambaran masukan harga permeabilitas
mengubah-ubah harga masukan permea-bilitas atau untuk pemodelan semua tahap (seperti pada Tabel 1).
jumlah pembagian grid pada model reservoir. Namun Pemodelan secara per-tahap ini melibatkan dua sumur
aktif yaitu sumur produksi dan injeksi serta satu sumur yang didapat di sumur pengamat X 2-2 pada tahap 3 ini
pengamat. Jadi tiap tahap uji interference yang konsisten dengan harga permea-bilitas dengan sumur
melibatkan dua sumur pengamat dimodelkan dua kali pengamat yang sama pada tahap 1 yaitu sebesar 25 mD
dengan sumur pengamat yang berbeda. Harga permea- namun pada harga porositas yang berbeda. Hal ini
bilitas dan porositas yang didapat dari tiap pemodelan diperkirakan karena yang menjadi sumur aktif adalah
pertahap dianggap berada di sekitar sumur pengamat. sumur yang berbeda. Pada tahap 1 sumur X 2-2
Harga permeabilitas dan porosi-tas pada model mengamati X 2-1 sedang pada tahap 3 mengamati X1-
dianggap sesuai jika menghasilkan respon tekanan 1. Jadi penyebaran porositas dari X 2-2 ke X 2-1
yang selaras dengan respon teka-nan hasil uji berbeda dengan penyebaran porositas dari X 2-2 ke X
interference di lapangan. Gambaran harga masukan 1-1.
data permeabilitas untuk pemo-delan ini adalah hasil
uji produksi yang menun-jukkan lapangan Namora Tahap 4
mempunyai permea-bilitas menyerupai lapangan Cerro Pada tahap 4 ini, pemodelan di run untuk uji
Prieto di Mexico yaitu range 5-20 mD. interference selama 82 hari dengan skenario laju sumur
produksi konstan sebesar 59.6 kg/s dan laju sumur
Tahap 1 injeksi konstan sebesar 37.8 kg/s selama 72 hari
Pada tahap 1 ini, pemodelan di run untuk uji kemudian keduanya ditutup selama 10 hari. Setelah
interference selama 71 hari dengan skenario laju sumur dilakukan perubahan-perubahan input permeabilitas
produksi konstan sebesar 51.7 kg/s dan laju sumur didapatkan hasil respon tekanan yang paling selaras
injeksi konstan sebesar 32.1 kg/s selama 40 hari untuk harga permea-bilitas pada sumur pengamat X 2-1
kemudian keduanya ditutup selama 31 hari. Setelah sebesar 6 mD dan porositas 0.08. Pada sumur
dilakukan beberapa perubahan input permeabilitas pengamat X 2-2 sebesar 25 mD dan porositas 0.1. Hasil
didapatkan hasil respon tekanan yang paling selaras respon tekanan dapat dilihat pada Gambar 12. Respon
untuk harga permeabilitas pada sumur pengamat X 1-1 tekanan hasil uji di lapangan di kedua sumur pengamat
sebesar 20 mD dan porositas 0.2. Pada sumur pada tahap 4 ini berosilasi, sehingga matching
pengamat X 2-2 sebesar 25 mD dan porositas 0.2. Hasil dilakukan pada tren kurva respon tekanan.
respon tekanan dapat dilihat pada Gambar 9.
Apabila dibandingkan harga permeabilitas dan
Tahap 2 porositas pada sumur pengamat X 2-2 pada tahap 4
Pada tahap 2 ini, pemodelan di run untuk uji dengan tahap 3, harga permeabilitas konsisten dan
interference selama 25 hari dengan skenario laju sumur harga porositas tidak berbeda jauh karena sumur yang
produksi konstan sebesar 53.4 kg/s dan laju sumur diamati adalah sama yaitu X 1-1. Dari Gambar 12
injeksi konstan sebesar 42.7 kg/s selama 2 hari ditunjukkan hasil penga-matan tekanan selama uji
kemudian keduanya ditutup selama 23 hari. Setelah interference yang naik-turun selama periode drawdown
dilakukan beberapa perubahan input per-meabilitas maupun buildup sehingga matching respon tekanan
didapatkan hasil respon tekanan seperti ditunjukkan hasil pemo-delan dilakukan pada tren data lapangan
Gambar 10 dengan input permea-bilitas sebesar 20 tersebut.
mD dan porositas 0.2 di sumur pengamat X 1-1.
Hasil Lengkap Pemodelan Pertahap
Gambar 10 menunjukkan bahwa pada periode build Hasil lengkap pemodelan pertahap bisa dikelompokkan
up hasil simulator dengan uji di lapangan tidak selaras, menjadi lima macam material yang bisa dilihat pada
penulis berpendapat bahwa kenaikan tekanan secara Tabel 3.
cepat akibat formasi dengan permeabilitas yang besar
antara sumur pengamat dan sumur aktif. Hal ini Pemodelan Semua Tahap
menjadi pertimbangan ketika melakukan pemodelan Pemodelan semua tahap dilakukan untuk mendapatkan
semua tahap dengan sumur pengamat X 2-2. gambaran distribusi permeabilitas dalam reservoir.
Harga permeabilitas dan poro-sitas dari pemodelan
Tahap 3 pertahap digunakan sebagai input awal. Dari
Pada tahap 3 ini, pemodelan di run untuk uji pemodelan pertahap telah dida-patkan lima macam
interference selama 62 hari dengan skenario laju sumur material/batuan dibedakan dari harga permeabilitas dan
produksi konstan sebesar 46.6 kg/s dan laju sumur porositas. Oleh sebab itu pada pemodelan semua tahap,
injeksi konstan sebesar 27.7 kg/s selama 32 hari reservoir dibagi menjadi lima blok distribusi untuk
kemudian keduanya ditutup selama 30 hari. Setelah menggam-barkan distribusi masing-masing nilai
dilakukan perubahan-perubahan input per-meabilitas permea-bilitas. Pembagian kelima blok pertama kali
didapatkan hasil respon tekanan yang paling selaras ditentukan secara sembarang pada reservoir yang
untuk harga permea-bilitas pada sumur pengamat X 2-2 kemudian disesuaikan dengan masing-masing sumur
sebesar 25 mD dan porositas 0,06. Pada sumur X 3-1 berada pada blok distribusi yang berbeda. Pemodelan
hasil paling selaras dicapai pada harga permeabilitas 14 dengan distribusi ini dirun secara langsung empat
mD dan porositas sebesar 0.03. Hasil respon tekanan tahap.
dapat dilihat pada Gambar 11. Harga permea-bilitas
Pemodelan semua tahap dianggap sesuai jika respon pemodelan paling bagus didapatkan dengan blok
tekanan yang dihasilkan sesuai dengan respon tekanan distribusi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 14.
pada masing-masing tahap. Proses matching dilakukan Hasil input material/batuan tidak berubah seperti pada
dengan tiga sensitivitas yaitu harga permeabilitas, Tabel 3. Perbandingan respon tekanan hasil pemodelan
porositas dan distribusi per-meabilitas. Untuk dengan uji di lapangan ditunjukkan oleh Gambar 15 -
mendapatkan perubahan respon tekanan yang 19.
signifikan dilakukan sensitivitas terhadap harga
permeabilitas dan porositas dan apabila hanya Gambar 14 merupakan gambaran distribusi
diperlukan sedikit perubahan respon tekanan maka permeabilitas di reservoir dengan matching respon
sensitivitas dilakukan ter-hadap blok distribusi. tekanan seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 15 -
19. Hasil yang ditun-jukkan oleh Gambar 15 - 19
Dari data uji interference di lapangan menunjukkan adalah hasil terbaik. Perubahan properti pada satu layer
hasil pengukuran tekanan inisial yang berbeda di setiap akan mempengaruhi layer yang lain. Hasil di atas
sumur. Perbedaan tekanan tersebut menunjukkan letak menunjukkan ketidakselarasan untuk sumur pengamat
alat pengukur tekanan (capillary tubing) di tiap sumur X 1-1, namun penulis menganggap bahwa model
berada pada kedalaman yang berbeda. Bahkan data distribusi permea-bilitas sudah representatif. Distribusi
penga-matan di X 2-2 pada tahap 1 dan 3 berbeda permea-bilitas yang ditunjukkan Gambar 14 bersifat
secara signifikan. Hal ini diperkirakan disebabkan alat probable sehingga tidak menutup kemungkinan apabila
pengukur tekanan diubah letak kedalamannya. distribusi pada Gambar 14 diubah masih bisa
dihasilkan matching respon tekanan.
Untuk memodelkan pengamatan tekanan pada
kedalaman yang berbeda maka model reservoir Dari pemodelan diperoleh hasil permeabilitas sebesar
reservoir dibagi menjadi beberapa layer. Pemba-gian 6-25 mili-Darcy. Apabila dinyatakan dalam bentuk
model menjadi beberapa layer ini berguna untuk permeability thickness (kh) maka dari pemodelan
memodelkan letak kedalaman alat pengukur tekanan. didapatkan sebesar 6-25 Darcy-meter. Hasil pemodelan
Alat pengukur tekanan diasum-sikan diletakkan di uji interference tersebut sesuai apabila dibandingkan
tengah-tengah layer. Mengacu pada data uji dengan hasil uji produksi dimana lapangan X mem-
interference di lapangan didapatkan tekanan inisial punyai harga permeability thickness sama dengan
yang berbeda pada masing – masing sumur karena lapangan Cerro Prieto di Mexico yaitu sebesar 4-40
perbedaan kedalaman pe-ngukuran jadi ada beberapa Darcy-meter.
layer yang diamati. Tekanan inisial masing-masing
sumur ditunjukkan oleh Tabel 4. Pada masing-masing Dari pelaksanaan simulasi dan hasil yang didapat dari
sumur kecuali X 2-2 didapatkan satu tekanan inisial pemodelan uji interference tidak standar untuk
ketika dijadikan sumur pengamat. Pada X 2-2 dida- menentukan harga permeabilitas secara kwantitatif dan
patkan dua tekanan inisial sumur pengamat yang distribusinya dalam reser-voir maka dapat ditarik
berbeda pada tahap 1 dan 3, hal ini diperkirakan kesimpulan dan saran seperti tercantum di bawah ini.
kedalaman pengukur tekanan berada pada kedalaman
yang berbeda saat tahap - tahap uji interference KESIMPULAN DAN SARAN
tersebut dilakukan oleh karena itu sumur X 2-2
dianggap mengamati layer yang berbeda saat tahap 1 Kesimpulan
dan 3. 1. Pemodelan uji interference untuk menen-tukan
harga permeabilitas dengan simulator TOUGH2
Untuk mendapatkan jumlah layer yang tepat digunakan mempunyai hasil yang sesuai dengan hasil uji
acuan bagaimana kedalaman dengan tekanan yang produksi
ditunjukkan Tabel 4 berada di tengah – tengah layer. 2. Simulator TOUGH2 bisa digunakan lebih jauh
Gradien tekanan statik sumur digunakan untuk untuk menentukan distribusi permea-bilitas atau
menentukan kedalaman tekanan inisial yang porositas.
ditunjukkan oleh Tabel 4 dan dengan acuan seperti 3. Dari pemodelan didapatkan harga per-meabilitas di
disebutkan di atas maka didapatkan model reservoir lapangan X berkisar antara 6 – 25 mD, dengan
terbagi menjadi dela-pan layer dengan tebal reservoir distribusi permeabilitas seperti ditunjukkan oleh
dimulai dari elevasi 200 m di atas permukaan laut Gam-bar 14.
sampai elevasi 750 di bawah permukaan laut. Model 4. Besarnya permeabilitas dan porositas saling
reservoir dengan delapan layer serta letak alat pe- mempengaruhi terhadap P sehingga sensiti-vitas
ngukur tekanan pada sumur pengamat di layer – layer untuk memperoleh respon tekanan yang
tertentu ditunujukkan oleh Gambar 13. diinginkan harus dilakukan pada keduanya.

Selanjutnya memasukkan input material seperti yang Saran


ditunjukkan oleh Tabel 3 dan blok distribusi masing – Untuk pelaksanaan uji interference seperti kasus dalam
masing material pada model reservoir delapan layer tugas akhir ini perlu dilakukan record tekanan pada
dan dirun langsung empat tahap uji interference. Hasil semua sumur pada tiap tahap sehingga bisa diketahui
tekanan inisial pada sumur yang dijadikan pengamat
pada tahap berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Earlougher, Robert C Jr., Advance in Well Test


Analysis, Henry L. Doherty Memorial Fund
AIME, SPE of AIME, Dallas, 1977.

Saptadji, N.M., Teknik Eksploitasi Panas Bumi, Diktat


Kuliah, Departemen Teknik Perminyakan –
ITB, Bandung, 1996.

Pruess, K., TOUGH2 User’s Guide, Lawrence Barkeley


Laboratory University of California, California,
1987.
Setiawan, B., Pemodelan Interference Test Pada
Lapangan Panasbumi XX Menggunakan
Simulator TOUGH2, Tugas Akhir,
Departemen Teknik Perminyakan – ITB,
Bandung, 2001.

Bodvarsson G.S and Whiterspoon P.A., Geothermal


Reservoir Engineering, Geotherm. Sci. &
Tech., Volume 2(1) pp. 1-68.1989.

Sumbaga, A. M., Penentuan Harga Permeabilitas dan


Distribusinya di Lapangan Panasbumi X
dengan Pemodelan Uji Interference
Menggunakan Simulator Tough2, Tugas
Akhir, Departemen Teknik Perminyakan –
ITB, Bandung, 2004.
Tabel 1: Tahap pelaksanaan uji inteference di lapangan X

Test Action Duration Producer Injector Monitoring


phase days wells
1 drawdown 40 X 2-1 X 3-1 X 2-2
X 1-1
1b build-up 31 X 2-2
X 1-1
2 drawdown 2 X 2-2 X 2-1 X 1-1
2b build-up 23 X 1-1
3 drawdown 32 X 1-1 X 2-1 X 3-1
X 2-2
3b build-up 30 X 3-1
X 2-2
4 drawdown 72 X 1-1 X 3-1 X 2-1
X 2-2
4b build-up 44 X 2-1
X 2-2

Tabel 2: Sifat Batuan Reservoir di Beberapa


Lapangan Panasbumi6 Tabel 3: Hasil Pemodelan Pertahap

Lapangan Negara Porositas (%) Material Permeabilitas, Porositas, Sumur


mD %
Krafla Iceland 3 s/d 5
1 20 20 X 1-1
Laugarness Iceland 0.2
2 6 8 X 2-1
Laugaland Iceland
Nesjavellir Iceland 5 3 25 20 X 2-2
Svartsengi Iceland 5 s/d 10 4 25 10 X 2-2
Lardderello Italy 5 5 14 3 X 3-1
Olkaria Kenya 2
Tabel 4: Tekanan inisial sumur
Cerro Prieto Mexico 20
Broadlands NZ 20 Sumur Tekanan inisial (bar)
Wairakei NZ 20 X 1-1 102,2
X 2-1 70,64
Bacman Phillipines 5
X 2-2 tahap 1 49,9
Tongonan Phillipines 5 s/d 10 X 2-2 tahap 3 90,61
The Geyser USA 5 X 3-1 111
Baca USA 5
Gambar 1: Lokasi sumur dan luas prospek Lapangan X
0
0
200
200
400
400
600
600
kedalaman, m

Kedalaman (m)

800 800
1000 1000

1200 1200

1400 1400
landaian temperatur
1600 1600 BPD
1800
1800
0 20 40 60 80 100 120 0 50 100 150 200 250 300 350

tekanan, bar Temperatur (deg C)

Gambar 2: Landaian Tekanan dan Temperatur Sumur X 1-1

0 0

200
200

400
Kedalaman (m)

400
kedalaman, m

600
600

800
800
1000 landaian temperatur
1000 BPD
1200
1200
1400
1400 0 50 100 150 200 250 300 350
0 20 40 60 80
Temperatur (deg C)
tekanan, bar

Gambar 3: Landaian Tekanan dan Temperatur Sumur X 2-1


0
0

200
200

400
400
600

Kedalaman (m)
600
kedalaman, m

800
800
1000
1000
1200
1200
1400 landaian temperatur
1400
BPD
1600
1600
1800
1800
0 20 40 60 80 100 120 0 50 100 150 200 250 300 350
tekanan, bar Temperatur (deg C)

Gambar 4: Landaian Tekanan dan Temperatur Sumur X 2-2


0 0

200 200

400 400

600 600
kedalaman, m

Kedalaman (m)

800
800

1000
1000

1200
1200
1400
1400 landaian temperatur
1600 BPD
1600
1800
1800
0 50 100 150 200 250 300 350
0 20 40 60 80 100 120 140
tekanan, bar Temperatur (deg C)

Gambar 5: Landaian Temperatur Sumur X 3-1


Ubah permeabilitas
dan porositas Input data
pemodelan
homogen

Perhitungan P di masing - masing blok dengan menggunakan simulator


TOUGH2

P hasil perhitungan simulasi sama dengan hasil uji di


lapangan ?

Ubah
permeabilitas,
porositas, blok
distribusi Input data
pemodelan
distribusi

Perhitungan P di masing - masing blok dengan menggunakan simulator


Gambar 6: Bagian dari Reservoir yang Dimodelkan TOUGH2

6,00
0
5,50
0
P hasil perhitungan simulasi sama dengan hasil uji di
5,00
lapangan ?
0
4,50
0
4,00
0
Harga k dan
3,50
0
distribusinya
2-1
3,00
0 2-2
2,50 3-1
Gambar 8: Prosedur Simulasi
0
2,00
0
1,50 1-1
0
1,00
0
500

0
0 500 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00
0 0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar 7: Sistem Grid dari Model Reservoir Arah X


dan Y
Press (Pa) vs Tim es (days) Press (Pa) vs Tim es (days)

1.0222e+7 4.992e+6
BO 1 DU 1
1.0222e+7 History 4.99e+6 History
1.0221e+7
4.988e+6
1.0221e+7
1.022e+7 4.986e+6
1.022e+7
4.984e+6
1.0219e+7
1.0219e+7 4.982e+6
1.0218e+7 4.98e+6
1.0218e+7
Press (Pa)
Press (Pa)

1.0217e+7 4.978e+6

1.0217e+7 4.976e+6
1.0216e+7
4.974e+6
1.0216e+7
1.0215e+7 4.972e+6
1.0215e+7
4.97e+6
1.0214e+7
1.0214e+7 4.968e+6
1.0213e+7 4.966e+6
1.0213e+7
1.0212e+7 4.964e+6
1.0212e+7 4.962e+6

0e+0 2e+1 4e+1 6e+1 0e+0 1e+1 2e+1 3e+1 4e+1 5e+1 6e+1 7e+1
Times (days) Times (days)

(a) (b)
Gambar 9: Hasil matching respon tekanan pada sumur pengamat (a) X 1-1 dan (b) X 2-2 tahap 1
Press (Pa) vs Tim es (days)

1.024e+7 AI 1
1.0239e+7 History
1.0238e+7
1.0237e+7
1.0236e+7
1.0235e+7
1.0234e+7
1.0233e+7
1.0232e+7
1.0231e+7
Press (Pa)
1.023e+7
1.0229e+7
1.0228e+7
1.0227e+7
1.0226e+7
1.0225e+7
1.0224e+7
1.0223e+7
1.0222e+7
1.0221e+7
1.022e+7
1.0219e+7
1.0218e+7
1.0217e+7

0e+0 5e+0 1e+1 1.5e+1 2e+1


Times (days)

Gambar 10: Hasil matching respon tekanan pada sumur pengamat X 1-1 tahap 2

Press (Pa) vs Tim es (days) Pre s s (Pa) vs Tim e s (days )

1.1102e+7
DU 1 DN 1
9.0655e+6 1.1101e+7
History History
9.065e+6 1.1101e+7
9.0645e+6 1.11e+7
9.064e+6 1.11e+7
9.0635e+6 1.1099e+7
9.063e+6 1.1099e+7
9.0625e+6 1.1098e+7
9.062e+6
1.1098e+7
9.0615e+6
1.1097e+7
9.061e+6
1.1097e+7
Press (Pa)
Press (Pa)

9.0605e+6
1.1096e+7
9.06e+6
1.1096e+7
9.0595e+6
1.1095e+7
9.059e+6
1.1095e+7
9.0585e+6
1.1094e+7
9.058e+6
1.1094e+7
9.0575e+6
1.1093e+7
9.057e+6
1.1093e+7
9.0565e+6
1.1092e+7
9.056e+6
1.1092e+7
9.0555e+6
9.055e+6 1.1091e+7
9.0545e+6 1.1091e+7
9.054e+6 1.109e+7

0e+0 1e+1 2e+1 3e+1 4e+1 5e+1 6e+1 0e+0 1e+1 2e+1 3e+1 4e+1 5e+1 6e+1
Times (days) Times (days)

(a) (b)
Gambar 11: Hasil matching respon tekanan pada sumur pengamat (a) X 2-2 dan (b) X 3-1 tahap 3

Press (Pa) vs Tim es (days) Press (Pa) vs Tim es (days)

EL 1 DU 1
7.074e+6
History 9.067e+6 History
7.073e+6
9.066e+6
7.072e+6
9.065e+6
7.071e+6
9.064e+6
7.07e+6

7.069e+6 9.063e+6

7.068e+6 9.062e+6
Press (Pa)
Press (Pa)

7.067e+6 9.061e+6
7.066e+6 9.06e+6
7.065e+6
9.059e+6
7.064e+6
9.058e+6
7.063e+6
9.057e+6
7.062e+6
7.061e+6 9.056e+6

7.06e+6 9.055e+6

7.059e+6 9.054e+6

7.058e+6
0e+0 2e+1 4e+1 6e+1 8e+1 0e+0 2e+1 4e+1 6e+1 8e+1
Times (days) Times (days)

(a) (b)
Gambar 12: Hasil matching respon tekanan pada sumur pengamat (a) X 2-1 dan (b) X 2-2 tahap 4
Press (Pa) vs Tim es (days)

BO 7
1.02e+7 History

1.015e+7

1.01e+7

1.005e+7

1e+7

Press (Pa)
9.95e+6

9.9e+6

9.85e+6

9.8e+6

9.75e+6

9.7e+6

9.65e+6

9.6e+6

0e+0 5e+1 1e+2 1.5e+2 2e+2 2.5e+2


Times (days)

Gambar 15: Hasil matching respon tekanan pada sumur


X 1-1 di layer 7
Gambar 13: Model reservoir delapan layer (arah sumbu
z) Press (Pa) vs Tim es (days)
8.2e+6
EL 3
8e+6 History
6,00
0 7.8e+6

5,50 7.6e+6
0 7.4e+6
5,00 7.2e+6
0
7e+6
4,50
Press (Pa)

0 6.8e+6

4,00 6.6e+6
0
6.4e+6
3,50
6.2e+6
0
2-1 6e+6
3,00
0 2-2 5.8e+6
2,50 3-1 5.6e+6
0
5.4e+6
2,00
0 0e+0 5e+1 1e+2 1.5e+2 2e+2 2.5e+2
Times (days)
1,50 1-1
0
1,00
Gambar 16: Hasil matching respon tekanan pada sumur
0 X 2-1 di layer 3
50
0
0
Pre s s (Pa) vs Tim e s (days )
0 50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00
DU 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5.1e+6
History
5.05e+6

keterangan : 5e+6

material 1 k = 20 mD 4.95e+6

4.9e+6
material 2 k = 6 mD 4.85e+6
Press (Pa)

material 3 k = 25 mD 4.8e+6

material 4 k = 25 mD 4.75e+6

4.7e+6
material 5 k = 14 mD 4.65e+6

4.6e+6

Gambar 14: Blok distribusi permeabilitas untuk setiap 4.55e+6

layer 4.5e+6

0e+0 5e+1 1e+2 1.5e+2 2e+2 2.5e+2


Times (days)

Gambar 17: Hasil matching respon tekanan pada sumur


X 2-2 di layer 1
Pre s s (Pa) vs Tim e s (days ) Pre s s (Pa) vs Tim e s (days )

DU 5 1.136e+7 DN 8
9.15e+6 History
History
1.134e+7
9.1e+6
1.132e+7
9.05e+6
1.13e+7
9e+6
1.128e+7
8.95e+6 1.126e+7

8.9e+6 1.124e+7

Press (Pa)
Press (Pa)

8.85e+6 1.122e+7

8.8e+6 1.12e+7

1.118e+7
8.75e+6
1.116e+7
8.7e+6
1.114e+7
8.65e+6
1.112e+7
8.6e+6
1.11e+7
8.55e+6
1.108e+7

8.5e+6
0e+0 5e+1 1e+2 1.5e+2 2e+2 2.5e+2
Times (days)
0e+0 5e+1 1e+2 1.5e+2 2e+2 2.5e+2
Times (days)
Gambar 19: Hasil matching respon tekanan pada sumur
Gambar 18: Hasil matching respon tekanan pada sumur X 3-1 di layer 8
X 2-2 di layer 5

Anda mungkin juga menyukai