Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Pengukuran dan pengujian sumur dapat dilakukan baik pada waktu pemboran
maupun setelah pemboran selesai, yaitu setelah pemboran mencapai
kedalaman yang diinginkan atau setelah sumur diproduksikan. Teknik
pemboran sumur, baik sumur panas bumi maupun sumur minyak pada
prinsipnya sama, namun ada beberapa perbedaan. Salah satu perbedaannya
adalah pada pemboran sumur panas bumi digunakan cooling tower untuk
mendinginkan fluida pemboran sebelum disirkulasi kembali (Gambar 1).
1
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
3. Jenis reservoir.
4. Tekanan dan temperatur di dalam sumur dan di reservoir.
5. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpy
fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
6. Karakteristik fluida dan kandungan gas.
7. Karakteristik reservoir di sekitar sumur.
8. Kondisi lubang sumur, casing liner.
Gambar 1
Skema Peralatan Pemboran Sumur Panasbumi
2
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 2
Komplesi Sumur Panasbumi
GROSS
PERMEABILITY TEST
DISCHARGE (OUTPUT)
TEST
TRANSIENT TEST
3
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
1. UJI KOMPLESI
Uji komplesi atau completion test adalah pengujian sumur yang dilakukan
untuk mengetahui kedalaman zona produksi dan kedalaman pusat-pusat
rekahan (feed zone) serta produktivitasnya.
Uji komplesi dilakukan dengan menginjeksi air dingin dengan laju tetap dan
mengukur besarnya tekanan dan temperatur didalam sumur guna
mengetahui profil (landaian) tekanan dan temperatur pada waktu dilakukan
injeksi. Uji komplesi umumnya dilakukan beberapa kali dengan laju
pemompaan yang berbeda-beda. Dengan menganalisa landaian tekanan dan
temperatur, lokasi dari zona produksi, pusat-pusat rekahan dan
produktivitasnya dapat ditentukan.
Ada dua jenis pengujian yang dilakukan pada waktu uji komplesi, yaitu :
1. Uji hilang air atau water loss test.
Uji hilang air dilakukan untuk mengetahui tempat-tempat dimana terjadi
hilang air atau tempat-tempat dimana fluida formasi masuk kedalam
sumur, karena hal tersebut merupakan indikasi adanya pusat-pusat
rekahan. Hal ini dapat ditentukan dari landaian tekanan, temperatur dan
aliran pada waktu air dipompakan dengan laju konstant.
2. Uji permeabilitas total atau gross permeability test.
Uji permeabilitas total dilakukan untuk mengetahui transien tekanan
setelah laju aliran diubah-ubah. Dengan menganalisa data tersebut
besarnya permeabilitas total dapat ditentukan.
4
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
6) Bila dianggap perlu lakukan kembali uji hilang air untuk mengetahui
dengan lebih pasti likasi zona produksi dan kedalaman pusat-pusat
rekahan.
7) Matikan pompa (warm-up).
Analisa data dari hasil uji hilang air dan uji permeabilitas dibahas dibawah ini.
Lokasi dari pusat rekahan (feed point) ditentukan dengan menganalisa data
tekanan dan temperatur di dalam sumur, yaitu dengan membandingkannya
dengan besarnya tekanan formasi, serta melihat perubahan temperatur yang
terjadi didalam sumur. Untuk memahami hal tersebut lihat landaian tekanan
didalam sumur dan landaian tekanan formasi pada Gambar 3. Pada Gambar
3a dapat dilihat bahwa hingga kedalaman D, besarnya tekanan formasi
adalah lebih besar dari tekanan didalam sumur. Ini berarti diatas kedalaman
tersebut terjadi inflow, yaitu fluida formasi masuk kedalam sumur. Dibawah
kedalaman D, besarnya tekanan lebih kecil dari tekanan di dalam sumur. Ini
berarti dibawah kedalaman D terjadi outflow, yaitu fluida dari sumur keluar
dan masuk kedalam formasi. Contoh lainnya adalah pada Gambar 3b. Seperti
dapat dilihat pada gambar tersebut, besarnya tekanan di dalam sumur lebih
besar dari tekanan formasi. Ini berarti terjadi outflow, yaitu fluida dari sumur
keluar dan masuk kedalam formasi.
Gambar 3
Perbandingan landaian tekanan didalam sumur dan di formasi
5
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 4
(a) Landaian temperatur didalam sumur
(b) Profil aliran pada waktu injeksi air dingin
6
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 5
Landaian temperatur di sumur East Mesa
Landaian temperatur di sumur BRI14, Broadlands
7
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 6
Contoh landaian temperatur di sumur KA-17, Kawerau (New Zealand)
Gambar 7
Contoh landaian temperatur didalam sumur yang menembus formasi dengan
permeabilitas tinggi
8
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 8
Contoh landaian temperatur didalam sumur yang menembus formasi dengan
permeabilitas rendah
Pada zona bagian atas dimana terjadi inflow, kesetimbangan panas dengan
asumsi capasitas fluida tetap, adalah :
Kesetimbangan masa :
Wm = Wi + Wfu (2)
9
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 9
Aliran fluida di dalam sumur
Setelah laju aliran masa dari formasi diketahui maka besarnya tekanan
formasi atau besarnya Prosuctivity Index dari masing-masing feed points
dapat diketahui dengan dara sebagai berikut :
Wfu
PIu = (4)
Pfu − Pwu
Contoh :
Sumur NG4 pada waktu ditutup memperlihatkan adanya aliran fluida kearah
dasar sumur (downflow) dari upper feed zone yang terdapat pada kedalaman
750 meter dengan temperatur 226oC. Kedalaman sumur adalah 1200 meter.
10
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Dari empat kali pengujian, yaitu dengan menginjeksikan air kedalam sumur
dengan rate yang berbeda-beda, diperoleh data seperti diperlihatkan pada
Tabel 1. Dari hasil pengukuran lainnya diketahui bahwa tekanan formasi di
upper zone (Pfu) adalah 74 barg dan di lower zone adalah 108,3 barg. Hitung
produktivitas dan injektivitas pada kedua zone tersebut!
Perhitungan:
1. Laju aliran fluida dari upper zone kedalam sumur (inflow rate dari upper
zone) :
Tm − Ti
Wfu = Wi
Tfu − Tm
164 − 82
Wfu = 14
226 − 164
Bila laju injeksi berubah dari 14 sampai 82 kg/detik, laju aliran total didalam
sumur akan berubah dari 32 hingga 87 kg/detik. Bila injektivitasnya dihitung,
maka overall well injectivity pada kedalaman 750 meter adalah = (82-
11
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Efek dari perubahan rate injeksi dapat dimonitor dengan dua cara. cAra
pertama adalah dengan mencari hubungan tekanan-aliran yang stabil
sehingga dapat diperoleh besarnya injectivity atau dengan memonitor
transien tekanan dengan cara seperti yang digunakan di perminyakan,
sehingga dapat diperoleh besarnya transitivitas atau permeability thickness (
hasil kali permeabilitas dengan ketebalan).
Apabila alat ukur (gauge) ditempatkan pada kedalaman yang salah, maka
hasil pengukuran salah. Hal ini dapat terlihat dari ketidak teraturan pada
chart (naik turun) yang disebabkan karena pergerakan fluida dengan densitas
bervariasi, menyebabkan perbedaan tekanan antara dua kedalaman tersebut
(tempat alat ditempatkan dan kedalaman feed point) berubah-ubah dari
waktu ke waktu. Chart yang diperoleh tidak dapat dianalisa.
Gambar 10
Contoh hasil pengujian yang dapat dianalisa
12
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 11
Contoh hasil pengujian yang tidak baik
Injektivitas adalah slope dari plot tekanan-aliran yang stabil. Sebagai contoh
pada Gambar 12 diperlihatkan hubungan antara rate injeksi dengan tekanan
di sumur KA23, Kawerau. Tekanan didalam sumur diukur di dekat pusat
rekahan utama (major feed point). Besarnya injektivitas adalah 14 kg/Mpa.s.
sumur ini, yang diperkirakan mempunyai temperatur reservoir 270oC
(tekanan saturasi 5,5 Mpa), diperkirakan akan mempunyai laju produksi
bervariasi antara 10 dan 25 kg/detik. hubungan antara injektivitas dengan
laju alir maksimum pada Gambar 13 tingkat ketidakpastiannya cukup besar,
sekitar 50%, sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk menentukan
peralatan yang akan digunakan untuk uji produksi.
Permeability-thickness
Gambar 12
Hubungan Antara Rate Injeksi Dengan Tekanan Di dalam Sumur Dekat Pusat
Rekahan Utama
13
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 13
Hubungan Antara Injektivitas Dengan Laju Alir Maksimum
4. UJI PANAS
Ada beberapa cara bagaimana panas dapat mendapai sumur, antara lain
adalah :
1. Panas merambat dengan cara konduksi melalui formasi sekitarnya
2. Fluida mengalir langsung kedalam sumur pada suatu kedalaman dan
keluar pada kedalaman lain (“interzonal flow”)
3. Panas merambat dengan cara konveksi didalam lubang sumur.
14
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Interzonal flow, yaitu pergerakan air dari satu level ke level lain melalui
lubang sumur dicirikan oleh pemanasan yang merata di dan lebih cepat di
suatu bagian sumur dibandingkan dengan dibagian lain. Sebagai contohnya
adalah hasi uji panas sumur OK5 (Okoy Field, di Phillipina) yang diperlihatkan
pada Gambar 12b. Landaian temperatur memberikan indikasi adanya
interzonal flow antara kedalaman 1100 m dan 1550 m. Ini berarti
permeabilitas di kedua kedalaman tersebut cukup besar.
Gambar 14
Landaian temperatur waktu uji panas di sumur NG7
Landaian temperatur waktu uji panas di sumur OK-5
4. UJI PRODUKSI
Uji produksi (biasa disebut discharge atau output test) dilakukan untuk
mengetahui :
1. Jenis fluida reservoir dan fluida produksi.
2. Kemampuan produksi sumur, yaitu besarnya laju produksi dan enthalpy
fluida pada berbagai tekanan kepala sumur.
3. Karakteristik fluida dan kandungan gas.
15
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Salah satu hasil uji produksi adalah kurva produksi (output curve), yaitu
kurva yang menggambarkan kemampuan produksi sumur dalam bentuk
gambar, yaitu berupa hubungan antara laju alir masa total, laju alir masa
uap, enthalpy dan fraksi uap atau dryness. Sebagai contoh pada Gambar 15
dan 16 diperlihatkan kurva produksi sumur dari berbagai lapangan panas
bumi.
Gambar 15
Contoh Kurva Produksi (Output Curve)
16
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 16a
Kurva uji produksi sumur dari berbagai lapangan panas bumi dominasi air
(Armstead, 1983)
17
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 16b
Kurva produksi sumur dari berbagai lapangan panas bumi dominasi uap
(Armstead, 1983)
Bila pada tekanan atmosfir air tidak mendidih maka laju aliran masa (laju
produksi) ditentukan dengan cara mengukur laju aliran yang melewati sharp-
edged weir (ISO 143/I). Laju alir masa air yang diukur adalah yang keluar dari
atmosferic separator (silencer). Ada tiga jenis weirbox yang sering dipakai yaitu
rectangular, suppressed dan triangular. Rumus pendekatan yang bisa digunakan
untuk menentukan besarnya laju alir masa air yang bersuhu 980C yang terukur oleh
massing-masing tipe weirbox akan dijelaskan berikut ini:
Rectangular Weir
18
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Suppressed Weirs
900 V Notches
Apabila pada tekanan atmosfir mendidih maka laju aliran masa yang
diperoleh dari pengukuran dengan sharp-edged weir (Watm) perlu dikoreksi
dengan faktor koreksi, yang biasa disebut Flash Correction Factor (FCF) yang
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1
FCF = (9)
1−X
dimana :
hf ref − hf atm
x= (10)
hf g atm
19
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Dalam hal ini hf ref adalah enthalpy fluida produksi yang ditentukan
berdasarkan temperatur di kepala sumur atau temperatur zona produksi.
Apabila Watm adalah laju alir dari pengukuran dengan sharp-edged weir,
maka laju alir yang sebenarnya (M) adalah :
hf g
M = Watm (11)
hg atm − hf ref
Bila M adalah dalam ton/jam, H adalah enthalpy fluida (sama dengan hf ref)
maka potensi sumur dalam MWth dapat ditentukan dengan cara sebagai
berikut :
M * H * 10 6
Q= (12)
3600
20
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 20b
Diagram Mollier
Sesuai dengan namanya, alat utama yang digunakan dalam pengujian ini
adalah kalorimeter (lihat Gambar 21). Metoda kalorimeter umumnya
digunakan untuk mengukur laju aliran dari sumur-sumur yang diperkirakan
mempunyai laju aliran kecil (lihat Gambar 22). Kalorimeter yang mempunyai
kapasitas tidak lebih dari 1.5 m3 dapat dengan mudah dipindah-pindahkan
dengan menggunakan trailer dan mempunyai kapasitas test maksimum
sekitar 30 ton/jam, tergantung dari enthalpy fluida.
21
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 21
Tangki kalorimeter yang digunakan untuk pengujian sumur-sumur
(Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)
22
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 22
Perkiraan ukuran kalorimeter dan separator yang dibutuhkan untuk uji
produksi
(Grant et al. 1982)
Prosedur pengujian
1. Isi kalorimeter dengan air dingin.
2. Ukur jarak dari permukaan air hingga bagian atas tangki kalorimeter (x1)
dan hitung volume air (V1).
3. Ukur temperatur fluida (T1).
4. Alirkan fluida dari sumur kedalam tangki kalorimeter selama beberapa
waktu, tergantung dari besarnya aliran dan kemudian catat waktu
pengaliran dengan stopwatch (∆t).
5. Catat tekanan kepala sumur.
6. Ukur jarak dari permukaan air hingga bagian atas tangki kalorimeter (x2).
7. Ukur temperatur fluida (T2).
8. Hitung keadaan awal total cairan (V2).
9. Kosongkan tangki kalorimeter dan ulangi pengujian tersebut.
Metoda Perhitungan
V2
V1 T2
T1
Gambar 23
Prinsip metoda kalorimeter dan cara perhitungan laju aliran masa
dan enthalpy fluida
23
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
V2 V1
(− )
v2 v1
M= (13)
∆t
V2hf2 V1hf1
( − )
v2 v1
Q= (14)
∆t
Q
H= (15)
M
V1
M1 = (16)
ϑf 1
V2
M2 = (17)
ϑf 2
M1 − M2
W = (18)
∆t
4. Hitung enthalpy dengan persamaan berikut:
h2 M 2 − h1 M 1
h= (19)
M 2 − M1
5. Dari beberapa hasil pengujian pada bebelapa tekanan kepala sumur,
plot laju aliran masa dan enthalpy sebagai fungsi tekanan kepala
sumur.
24
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 24
Contoh Uji tegak
Gambar 25
Metoda Vertical Discharge (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)
25
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
G = W/A (21)
dimana p adalah tekanan lip dari pengukuran (bar absolute); G adalah laju
alir masa per unit area (kg/cm2.s), H adalah enthalpy (kJ/kg), W adalah laju
alir masa (kg/s) and A luas area pipa (cm2). Untuk vertical discharge kita
dapat mengasumsikan besarnya flowing enthalpy berdasarkan pada
interpretasi data downhole dan dengan demikian besarnya laju alir panas, Q
(MW thermal diatas O0C) dapat dihitung.
Untuk range of discharge enthalpy (900 – 2800 kJ/kg), H0.102 sangat kecil
bedanya, sehingga Q dapat didapat dengan ketepatan yang cukup memadai.
Sebagai perkiraan awal, besarnya energi listrik yang dapat dihasilkan kira-
kira 10% dari MW thermal-nya.
G × H 1.102
= 0.184 (25)
p 0.96
M
G= (26)
3600 × A
26
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
M × H 1.102
= 0.184 (27)
3600 × A × p 0.96
Gambar 26
Metoda Horizontal Discharge
(Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)
Dimana:
Laju aliran air dari silencer dihubungkan dengan laju aliran total dari sumur
(M) oleh flash correction factor [FCF]
W atm × h fgatm
M = (30)
h gatm − H
27
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
untuk tekanan atmosfer sebesar 1 bar absolute (hg atm = 2675 kJ/kg dan
hfg atm = 2258 kJ/kg) maka diperoleh:
W atm × 2258
M = (37)
2675 − H
Perhitungan laju alir dan enthalpy dari hasil pengujian dengan methoda lip
pressure (horizontal discharge) sangat mudah, yaitu dengan cara sebagai
berikut:
1. Hitung harga Y dengan persamaan:
Watm
Y=
A × p 0.96
28
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
2675 + 925 × Y
H=
1 + 7.85 × Y
W atm × 2258
M =
2675 − H
Metoda ini paling akurat untuk mengukur aliran dua fasa dari sumur
panasbumi dengan penggunaan cyclone separator. Separator akan
memisahkan fasa uap dan fasa cair pada tekanan separator. Ukuran
separator tergantung dari perkiraan besarnya laju aliran masa.
Gambar 27
Pengujian Sumur dengan Metoda Separator
dan Laju Alir Diukur dengan Orifice Plate
29
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Bila air diukur dengan menggunakan orifice meter, maka harus dijaga agar
tidak terjadi flashing (penguapan) yang berlebihan waktu air melewati orifice.
Hal ini dapat dihindarkan dengan mendinginkan air atau menempatkan orifice
pada ketinggian tertentu sehingga tekanan air antara separator dan orifice
cukup besar untuk mencegah terjadinya flashing penguapan dalam orifice.
Aliran melalui orifice dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
∆p
M = 0.03959172 × c × Z × e × E × d 2 (38)
υg
dimana:
M = laju alir masa, ton/jam
c = koeffisien yang ditentukan dari Gambar 28. untuk "radius tapping" yang
2
⎛d⎞
merupakan fungsi dari m, dimana m = ⎜ ⎟ , d adalah diameter dalam
⎝D⎠
orifice (m) dan D adalah diameter dalam pipa (m). Baik d maupun D
harus nilai yang sebenarnya (hasil pengukuran bukan harga
nominalnya). Untuk mempermudah dalam perhitungan, besarnya d dan
D yang sebenarnya bisa didekati dengan cara mengkalikan harga
nominalnya dengan faktor panas material yang digunakan.
Z=1
e = faktor ekspansibilitas yang besarnya ditentukan dengan persamaan
1 ∆p
sebagai berikut: e = 1 − (0.41 − 0.35m 2 ) × × , dimana k adalah
k Pupstream
adiabatik indeks (1.33 untuk saturated steam dan 1.3 untuk
superheated steam)
30
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
0.62
0.615
C 0.61
0.605
0.6
0.595
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
m
Gambar 28
Konstanta Radius Tapping Orifice
Bila laju aliran masa hasil pengukuran dengan orifice dididefinisikan sebagai
M, untuk laju alir uap dari M, untuk laju aliran air, maka laju alir fluida dari
sumur (M) adalah :
M = Mv + Mw (39)
Dryness (x) adalah:
Mv
W= (40)
Mv + Mw
B. Pengukuran Laju Alir Uap dengan Orifice Meter dan Air dengan
Weir
Bila air dialirkan ke silencer dan laju alirnya diukur dengan menggunakan
weir (lihat Gambar 29), penentuan laju alir masa dan enthalpy fluida dari
sumur tidak sama dengan apabila keduanya diukur dengan menggunakan
orifice. Cara perhitungannya akan dijelaskan dibawah ini.
31
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 29
Laju alir Uap dengan Orifice dan Laju alir Air dialirkan ke Silencer
dan diukur dengan Weir (Gambar oleh Dudi Duardi, 1997)
Anggap aliran dari separator ke silincer adalah isenthalpic. Jadi enthalpy air
pada kondisi separator (hwl) sama dengan enthalpy air masuk ke separator
(h2). Maka dryness di silencer (x2) adalah:
h2 − h f 2
x2 = (43)
h fg 2
Bila (Mw’) adalah laju aliran air yang keluar dari silencer dan diukur dengan
weir, maka laju aliran air yang keluar dari separator (Mw)adalah :
MW '
MW = (44)
1 − x2
h2 − h f 2
dengan mensubstitusikan x2 = ke dalam persamaan di atas, diperoleh
h fg 2
persamaan berikut:
MW ' h fg 2
MW = (45)
hg 2 − h2
32
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
33
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Interference test
Interference test merupakan salah satu jenis uji transien tekanan yang
biasanya dilakukan untuk mengetahui saling hubungan atau komunikasi
antar sumur sehingga dapat diperkirakan/dipastikan :
1. Penyebaran batas reservoir yang telah diperkirakan sebelumnya.
2. Mengetahui sistim reservoir, apakah terbuka atau tertutup.
3. Harga "interwell properties" seperti transmisivity dan storativity, serta
besaran lainnya seperti Initial Reservoir Pressure.
34
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 30
Sumur Aktip dan Sumur Observasi Dalam Suatu Interference Test
35
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 31
Skema Rangkaian Peralatan
36
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Gambar 32
Contoh Respons Tekanan Di Sumur Pengamatan
Sebelum dan selama Pengujian Berlangsung
Gambar 33
Contoh Respons Tekanan Di Sumur Pengamatan
Selama Pengujian Berlangsung dan Sesudah Sumur Aktip Ditutup
37
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
Cara yang paling baik dalam menganalisa test interference ini adalah dengan
menggunakan cara type curve matching. Analisa Uji Transien akan dibahas
pada pelatihan Teknik Reservoir Panas Bumi
6. SOAL LATIHAN
2. Salah satu cara untuk menentukan laju produksi dan enthalpy fluida dari
sebuah sumur panasbumi adalah menyemburkan fluida secara mendatar
ke silencer melalui pipa lip dan mengukur air yang keluar dari silencer
dengan menggunakan weir box.
(a) Berdasarkan persamaan dari Russell james, turunkanlah rumus untuk
menghitung W/p0.96 untuk berbagai harga enthalpy.
(b) Apabila pipa sembur (lip pipe) mempunyai diameter 203 mm, dan
pada waktu pengujian dilaksanakan tekanan lip adalah 3.74 bara dan
ketinggian air di weir box adalah 290 mm, jelaskanlah cara
menghitung laju alir masa dan enthalpy fluida.
38
Training “Pengenalan Sistem dan Teknologi Panas Bumi”
Dr. Ir. Nenny Miryani Saptadji FTTM - ITB, 27-31 Juli 2009.
23 24 25 March 26 27
March March March March
39