Anda di halaman 1dari 8

“6 SASARAN PENTING KESELAMATAN PASIEN YANG

HARUS DIKETAHUI DAN DIPAHAMI OLEH SEORANG


PERAWAT”
FADILLAH SYAFRIDAYANI/ 181101020

syafridayanifadillah@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dibuat kajian ini untuk member informasi kepada pembaca mengenai 6
sasaran penting yang harus perawat ketaahui dan pahami agar meningkatkan asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien .Metode yang dilakukan dalam penulisan
kajian ini adalah metode pengumpulan data yang kemudian dianalisis dan disimpukan,
dimana data-data tersebut diambil dari sumber referensi seperti teks book, e-book, dan jurnal.
6 sasaran penting keselamatan pasien adalah :Ketepatan identifikasi pasien , Peningkatan
komunikasi yang efektif, Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, Kepastian tepat
lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi, Pengurangan resiko infeksiterkait pelayanan
kesehatan, Pengurangan resiko pasien jatuh. Keenam sasaran penting tersebut harus diketahui
dan dipahami untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat
terhadap pasien.

Kata kunci
Passien, Perawat, Keselamatan
PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah layanan jasa yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan
masyarakat. Rumah sakit adalah tempat yang sangat kompleks yang terdapat berbagai macam
obat, tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya, berbagai jenis tenaga profesi dan
non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam secara terus menerus.
Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan peluang untuk terjadinya kesalahan pelayanan yang dapat berakibat terhadap
keselamatan pasien.

Keselamatan pasien saat ini menjadi isu terkini dalam pelayanan kesehatan rumah
sakit sejak tahun 2000 yang didasarkan atas makin meningkatnya kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) atau adverse event. Adverse event merupakan suatu peristiwa yang dapat
menyebabkan hal yang tak terduga atau tidak diinginkan sehingga membahayakan
keselamatan pengguna alat kesehatan termasuk pasien atau orang lain. Klasifikasi adverse
event merupakaan kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian tidak cedera (KTC) dan sentinel
(kematian atau cedera).

Contoh dari KTD seperti medication error, flebitis, dekubitus, infeksi daerah operasi,
dan pasien jatuh dengan cidera. WHO (World Health Organitation) tahun 2004
mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara yaitu Amerika,
Inggris, Denmark dan Australia dan ditemukan kejadian tidak diharapkan (KTD) dengan
rentang 3,2% –16,6%. Data tersebut menjadi pemicu di berbagai negara agar melakukan
penelitian serta pengembangan sistem keselamatan pasien .

Menurut Bea, et al 2013 bahwa ketidakpedulian akibat keselamatan pasien akan


menyebabkan dampak yang merugikan bagi pasien dan pihak rumah sakit, seperti biaya yang
harus ditanggung pasien menjadi lebih besar, pasien semakin lama dirawat di rumah sakit dan
terjadinya resistensi obat. Kerugian bagi rumah sakit yang harus dikeluarkan menjadi lebih
besar yaitu pada upaya tindakan pencegahan terhadap kejadian luka tekan (dekubitus), infeksi
nosokomial, pasien jatuh dengan cidera dan kesalahan obat yang mengakibatkan cidera.

Menurut (Arumaningrum, 2014) Salah satu upaya untuk meminimalkan insiden atau
kejadian patient safety, keperawatan sebagai pelayanan profesional yang merupakan ujung
tombak pelayanan kepada pasien harus bertindak dengan didasari oleh ilmu pengetahuan
termasuk pengetahuan tentang patient safety, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan
berkualitas dan bermanfaat dalam mencegah insiden kejadian tidak diharapkan atau KTD.

Menurut (KARS, 2013) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) menjadi indikator standar
dasar yang utama dalam penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Menurut Permenkes
Nomor 1691, 2011 Ada enam sasaran keselamatan pasienyaitu Ketepatan identifikasi pasien;
Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai;
Kepastian tepat-lokasi,tepat-rosedu, tepat-pasien operasi; Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan; dan Pengurangan risiko pasien jatuh .
TUJUAN

Tujuan dibuat kajian ini untuk member informasi kepada pembaca mengenai 6
sasaran penting yang harus perawat ketaahui dan pahami agar meningkatkan asuhan
keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien .

METODE

Metode yang dilakukan dalam penulisan kajian ini adalah metode pengumpulan data
yang kemudian dianalisis dan disimpukan, dimana data-data tersebut diambil dari sumber
referensi seperti teks book, e-book, dan jurnal.

HASIL

6 sasaran penting keselamatan pasien adalah :


1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Keenam sasaran penting tersebut harus diketahui dan dipahami untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan perawat terhadap pasien.

PEMBAHASAN

Seluruh tindakan medis terhadap pasien pasti memiliki resiko, tentunya seluruh
tenaga medis dirumah sakit tidak menginginkan terjadinya hal yang tidak diinginkan untuk
terjadi dirumah sakit. Keselamatan pasien harus sangat diperhatikan oleh tenaga medis setiap
penanganan yang dilakukan terhadap pasien, oleh sebab itu tenaga medis harus memahami
apa saja yang harus diperhatikan untuk keselamatan pasien agar dapat diaplikasikan pada saat
menangani pasien dirumah sakit.

Keselamatan pasien adalah proses yang dijalankan oleh organisasi yang bertujuan
membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman. Proses tersebut mencakup pengkajian
risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, dan
kemampuan belajar dari suatu keadaan atau kejadian, menindak lanjuti suatu kejadian, dan
menerapkan solusi yang tepat untuk mengurangi risiko tersebut terjadi kembali . untuk
meningkatkan keselamatan pasien maka perawat harus memahami 6 sasaran penting
keselamatan pasien, 6 sasaran keselamatan pasien tersebut sebagai berikut :

1) Ketepatan identifikasi pasien

Ketepatan identitas pasien merupakan sasaran pertama yang harus diperhatikan pasien
untuk mengurangi terjadinya kejadian yang tidak diinginkan selama di rumah sakit. Perawat
harus memperhatikan apakah identitas pasien sudah benar atau tidak, untuk memastikan
ketepatan identitas pasien perawat harus mengsingkronkan data yang dimiliki dengan gelang
identitas yng digunakan oleh pasien, selain itu perawat juga bisa menanyakan langsung
kepada pasien mengenai nama pasien, umur pasien dan tempat serta tanggal lahir pasien
Ketepatan identitas pasien sangat wajib diperhatikan untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian asuhan keperawatan maupun pemberian terapi, salam pemberian terapi dan asuhan
keperawatan dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pasien selama dirumah sakit,
dampak yang sangat besar akan dialami oleh pasien apabila perawat teledor dalam
memberikan terapi dan asuhan keperawaran akibat tidak teliti dalam mengnali identitas
pasien.

2) Peningkatan komunikasi yang efektif

Komunikasi sangatlah penting untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan


diberikan perawat terhadap pasien. Sebelum perawat menangani pasien , perawat harus
mengumpulkan data-data yang dimiliki oleh pasien yang tentunya didaapat dari pasien itu
sendiri. Apabila perawat tidak memiliki komunikasi yang efektif maka perawat tidak akan
bisa mendapat data objektif dari pasien, apabila perawat tidak dapat membina hubungan
saling percaya terhadap pasien maka pasien pun enggan untuk memberikan masalah nya
kepada perawat, selain itu apabila perawat tidak dapat berkomunikasi secara efektif kepada
pasien maka dia tidak akan mengetahui hal penting apa saja yang harus dia tanyakan kepada
pasien, bukan malah mendapat informasi penting dengan pasien ,perawat malah mendapatkan
hal tidak penting bahkan membuat pasien marah kepadanya.

Komunikasi efektif selain dilakukan perawat kepada pasien, dilakukan juga terhadap
perawat dengan tenaga medis yang lainnya, apabila perawat tidak dapat berkomunikasi secara
efektif terhadap tenaga medis lain mengenai sesuatu yang berhubungan dengan pasien maka
juga akan mempengaruhi keselamatan pasien. Misalnya data yang perawat dapat dari pasien
A adalah B, namun karena perawat tidak dapat mengkomunikasikan dengan bener kepada
tenaga medis yang lain, baik itu dokter, farmasi dan ahli gizi sehingga tenaga medis lainnya
bukan memahami pasien A dengan data B malah berasumsi pasien A dengan data C
dikarenakan kesalahan perawat dalam menyampaikan komunikasi kepada tenaga medis
lainnya, ini dapat berbahaya kepada keselamatan pasien karena beda data yang diberi beda
pula layanan kesehatan yang akan diterima.

3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

Obat merupakan salah satu terapi yang diberikan kepada pasien yang bertujuan untuk
membantu pasien untuk pulih kekeadaan semula atau membantu pasien mengurangi rasa
sakit yang dialaminya, maka dari itu perawat harus mengawasi dan mewaspadai pemberian
obat kepada pasien untuk mencapai tujuan dari pemberian obat itu. Salah satu cara untuk
meningkatkan keselamatan pasien adalah dengan memperhatikan proses pemberian obat. Ada
30 prinsip pemberian obat yang harus diperhatikan perawat dalam memberikan obat kepada
pasien, prinsip ini sudah sangat berkembang yang awalnya hanya 7 prinsip benar pemberian
obat berkembang menjadi 30 prinsip benar pemberian obat, perkembangan ini bukan untuk
menambah beban kerja perawat namun merupakan salah satu cara untuk mengurangi
kecelakaan pasien yang diakibatkan oleh kesalahan pemberian obat.

Meningkatkan keamanan obat merupakan cara untuk menghindari kesalahan-kesalahan


dalam pemberian obat, apabila pasien salah menerima obat maka akan berakibat fatal untuk
kesehatan pasien. Umumnya pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh bagian farmasi
atau apoteker namun tak jarang ini menjadi tugas perawat diakibatkan oleh minimnya tenaga
kesehatan dibidang tersebut. Jika pemberian obat diberikan oleh farmasi ataupun apoteker
perawat tak juga harus lepas tangan sepenuhnya terhadap pemberian obat kepada pasien,
perawat juga harus mewaspadai ataupun memantau proses pemberian obat tersebut, agar obat
yang diberikan kepada pasien benar dan tepat.

4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi

Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat operasi merupakan sasaran keselamatan
pasien ke empat, mengapa hal ini penting untuk diketahui? Agar tidak terjadinya kesalahan
yang tentunya akan meningkatkan angka kecelakaan dirumah sakit. Kepastian lokasi
merupakan hal penting yang harus diperhatikan perawat pertama kali, perawat harus
mengetahui mana bagian yang harus dioperasi, jangan sampai terjadi kesalahan yang
seharusnya dioperasi bagian perut sebelah perut kanan karena kurangnya perhatian perawat
mengetahui lokasi yang akan dioperasi malah terjadi pembedahan diperut sebelah kiri, selain
itu memperhatikan lokasi operasi bukan hanya diperhatikan oleh perawat namun semua
tenaga medis yang akan membantu tindakan operasi termasuk dokter.

Setelah mengetahui lokasi operasi selanjutnya yang harus diketahui adalah prosedur yang
akan dilakukan, ketepatan prosedur merupakan langkah kedua setelah mengetahui lokasi,
jangan sampai karena perawat lalai untuk memahami prosedur yang akan dilakukan sehingga
berakibat buruk pada pasien pacsa atau pra operasi, setelah lokasi sudah benar, prosedur yang
akan dilakukan sudah diketahui dan sudah tepat maka selanjutnya adalah tepat operasi. Tepat
operasi bisa terjadi seiring bersamaan dengan sudah terjadinya ketepatan lokasi, ketepatan
prosedur sehingga terciptalah ketepatan operasi, untuk mencapai ketepatan operasi perawat
harus mendata ulang ataupun mengecek data ulang apakah benar pasien, tepat lokasi dan
tepat prosedur yang dilaksanakan.

5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya sarang penyakit dan tempat seorang pasien
berharap dapat sehat dan tak merasa kesakitan. Sasaran penting keselamatan pasien ke lima
meruapakan pengurangan resiko infeksi, infeksi sangat mudah terjadi dirumah sakit, mulai
dari kelalaian perawat dalam memperhatikan alat-alat yang digunakan pasien dalam
pengobatan dirumah sakit hingga kelalaian perawat menjaga kebersihan diri sebelum
menangani pasien. Umumnya pasien kerumah sakit untuk sehat ,namun kelalaian-kelalaian
yang dilakukan tenaga medis malah membuat pasien terinfeksi penyakit baru, hal ini lah yang
harus dihindari agar angka kecelakaan dirumah sakit dapat kerkurang.

Kecelakaan dirumah sakit bukan hanya pasien dalam keadaan fisik luar yang terganggu
namun juga keadaan fisik dalam dan keadaan fisiologisnya. Maka dari itu perawat harus
memahami bagaimana cara untuk mencegah pasien terinfeksi akibat pelayanan kesehatan,
salah satu caranya bisa selalu memastikan setiap alat kesehatan yang digunakan ditubuh atau
sebelum digunakan dalam keadaan bersih dan steril kemudia selalu membersihkan diri serta
menggunakan alat pelindung diri sebelum, saat dan setelah melakukan interaksi dengan
pasien. Saat ini sangat marak terjadi infeksi nosokomial dirumah sakit oleh sebab itu penting
bagi perawat mengetahui, memahami dan mengaplikasikan sasaran ke lima ini untuk
meningkatkan angka keselamatan pasien dirumah sakit.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

Sasaran keselamatan yang terakhir yang harus diketahui perawat adalah resiko jatuh.
Masih sering terjadi pasien jatuh, baik dari tempat tidur atau pada saat berjalan ingin kekamar
mandi. Hal ini harus diperhatikan oleh perawat. Perawat harus memastikan keselamatan
pasien selama berada dirumah sakit, merawat harus memastikan bahwa pasien tidak terjatuh
selama dirumah sakit karena ini akan mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Namun
mengenai pasien jatuh tak mesti perawat 24 jam harus bersama pasien dan menjaga pasien
agar tak jatuh. Perawat dapat memberika pendidikan kesehatan dan keselamatan terhadap
keluarga pasien yang menjaga untuk memperhatikan keadaan pasien dan selalu mendampingi
pasien pada saat ingin berjalan kekamar mandi, dan selalu memperhatikan keselamatan
pasien selama ditempat tidur.

KESIMPULAN

6 Sasaran keselamatan pasien harus dipahami dan diaplikasikan oleh perawat untuk
mengurangi angka kecelakaan yang terjadi dirumah sakit. Dalam menjaga keselamatan
pasien bukan hanya peran perawat namun semua tenaga medis yang berada dirumah sakit dan
keluarga yang menjaga pasien selama dirumah sakit. Angka kecelakaan pasien selama
dirumah sakit dapat berkurang apabila semua tenaga medis dan keluarga pasien dapat bekerja
sama dalam mengurangi angka kecelakaan tersebut agar tujuan pasien dibawa kerumah sakit
dapat tercapai yaitu untuk pulih kekeadaan normal.

SARAN

Perawat dan tenaga medis harus menambah informasi mengenai 6 sasaran


keselamatan pasien serta mampu mengajari keluarga dan pasien untuk membantu peran
tenaga medis mengurangi angka kecelakaan dirumah sakit, serta perawat dan tenaga medis
lainnya harus mampu mengaplikasikan 6 sasaran keselamatan pasien tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Darliana, D. (2016). Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Upaya Penerapan Patient Safety

di Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah DR.Zainoel Abidin di Banda

Aceh. Idea Nursing Jurnal. Vol.7, No.1 , 61-69.

Firawati, Pabuty, A., & Putra, A. S. (2012). Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien di

RSUD Solok. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.6, No.2 , 733-79.


Hapsari, A. P., Wahyuni, C. U., & Mudjianto, D. (2018). Pengetahuan Petugas Surveilans

Tentang Identifikasi Healthcare-Associated Infection di Surabaya. Jurnal Berkala

Etimologi. Vol.6, No.2 , 131-138.

Kamil, H. (2017). Patient Safety. Idea Nursing Jurnal. Vol.1, No.1 , 1-8.

Najiah. (2018). Budaya Keselamatan Pasien dan Insiden Keselamatan Pasien di Rumah Sakit:

Literature Review. Jurnal Islamic Nursing. Vol.3, No.1 , 1-8.

Mauliku, N. E. (2012). Kajian analisispenerapan sistem manajemen Keselamatan

danKesehatan Kerja Rumah SakitdiRumah SakitIm-manuelBandung. Stikes Achmad

Yani, 4:65-69

Piri, Sovian. (2015). Pengaruh Kesehatan, Pelatihan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri

terhadap Kecelakaan Kerja pada pekerja Konstruksi di Kota Tomohon., 2(4).

Available at. Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol 2 No. 4 November 2015.

Potter, A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Keperawatan Konsep, Proses, dan Teknik (edisi

4). Jakarta: EGC.

Potter, A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika.

Potter, A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika.

Ramli, S. (2013). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001,

Jakarta: Dian Rakyat

Simamora, R. H. (2019). Buku Ajar: Pelaksanaan Identifikasi Pasien. Uwais Inspirasi

Indonesia.
Simamora, R. H. (2019). Documentation of Patient Identification into the Electronic System

to Improve the Qualite of Nursing Services. INTERNATIONAL JOURNAL OF

SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH Vol 08. No.09 , 1884-1886.

Simamora, R. H. (2019). Pengaruh Penyuluhan Identifikasi Pasien dengan Menggunakan

Media Audiovisual terhadap Pengetahuan Pssien Rawat Inap. Jurnal Keperawatan

Silampari , 342-351.

Setya, P., Santoso, & Rahayu, P. E. (2018). Pelaksanna Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Rumah Sakit. Jurnal Edurance Vol.3,

No.2 , 271-277.

Suma'mur. (2013). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV.

Sagung Seto.

Triwibowo, C., Yuliawati, S., & Husna, N. A. (2016). Handover Sebagai Upaya Peningkatan

Keselamatan Pasien (Patient Safety) di Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan Soedirman

(The Soedirman Journal of Nursing), Vol.11, No.2 , 76-80.

Anda mungkin juga menyukai