Anda di halaman 1dari 12

PAPER

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF


(Strategi Memori dan Metakognisi)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Koginitf dalam Pembelajaran Fisika

Dosen Pengampu :

1. Prof. Dr. Wiyanto, M.si.


2. Dr. Suharto Linuwih, M.Si

Disusun oleh :

1. Solichah (0403521008)
2. Ramadhani Andrawina Ulfa (0403521009)

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
PENGARUH STRATEGI BELAJAR KOGNITIF, METAKOGNITIF DAN
SOSIAL AFEKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA
Solichah dan Ramadhani Andrawina Ulfa

Universitas Negeri Semarang


Semarang, Indonesia

e-mail: solikbuzar@students.unnes.ac.id

ramadhaniandrawinaulpha98@students.unnes.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh strategi belajar kognitif, metakognitif dan sosial afektif terhadap
hasil belajar Fisika. Jenis penelitian adalah ex post facto yang bersifat korelasional. Populasi penelitian adalah
seluruh siswa kelas XI MA Miftahul Huda Tayu Tahun Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 943 siswa. Sampel
penelitian berjumlah 273 siswa yang diambil dengan teknik proporsional random sampling. Data hasil belajar
Fisika dikumpulkan menggunakan metode tes dan data strategi belajar kognitif, metakognitif dan sosial afektif
dikumpulkan dengan metode kuesioner. Analisis data menggunakan uji regresi linier sederhana dengan taraf
signifikansi 0,05. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara strategi belajar kognitif dan hasil belajar IPA dengan koefisien korelasi sebesar 0,42 kategori sedang, 2)
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara strategi belajar metakognitif dan hasil belajar IPA dengan
koefisien korelasi sebesar 0,22 kategori lemah dan 3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
strategi belajar sosial afektif dan hasil belajar Fisika dengan koefisien korelasi sebesar 0,18 kategori sangat
lemah.

Kata kunci: strategi belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif, hasil belajar Fisika

PENDAHULUAN
Hasil belajar merupakan salah satu siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari
bagian terpenting dalam pembelajaran hasil belajar yang dicapai. Salah satu
mencakup pengetahuan (knowledge), sikap indikator tercapai atau tidaknya proses
(attitude) dan keterampilan (skills). Hasil pembelajaran adalah dengan melihat hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki belajar yang dicapai siswa (Anni, 2004).
siswa setelah menerima pengalaman Pencapaian hasil belajar siswa dalam
belajarnya (Sudjana, 2010). Keberhasilan pembelajaran dipengeruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal proses yang secara langsung terlibat dalam
merupakan segala sesuatu yang melekat menyelesaikan suatu tugas (belajar). Strategi belajar
pada diri siswa meliputi intelektual, (learning strategies) adalah upaya yang dilakukan
psikologis dan biologis. Salah satu faktor siswa dalam belajar untuk memahami,
internal aspek psikologis yaitu strategi menggunakan dan mengolah informasi secara
belajar (learning strategy). Strategi belajar individu (Kafadar, 2013). Strategi belajar yang dapat
merupakan pikiran atau perilaku yang digunakan dan dibelajarkan menurut O’Malley dan
digunakan oleh siswa dalam memengaruhi Chamot, (1995) yaitu strategi belajar kognitif,
hal-hal yang dipelajari termasuk memori metakognitif dan sosial afektif.
dan metakognitif. Michael Pressly (dalam Strategi belajar merupkan hal yang penting
Nur, 2000) menyatakan bahwa strategi- bagi siswa dalam pembelajaran. Norman (dalam
strategi belajar adalah operator-operator Nur, 2000) tentang pentingnya strategi belajar
kognitif meliputi dan terdiri atas proses- menyatakan bahwa keberhasilan sebagaian besar
siswa bergantung pada kemahiran untuk
penggunaan struktur-struktur-struktur
belajar secara mandiri dan memonitor
pengorganisasian. Strategi belajar kognitif
belajar mereka sendiri. Perbedaan strategi
membantu siswa dalam mengkonstruksi
belajar yang digunakan menunjukkan cara
pengetahuannya sendiri.
tercepat dan terbaik bagi siswa dalam
Strategi belajar metakognitif adalah
upaya menerima sebuah informasi untuk
pengetahuan siswa tentang belajrnya
meningkatkan efektivitas dalam belajar.
sendiri atau pengetahuan tentang
Analisis pembelajaran menggunakan
bagaimana belajar. Stategi belajar
strategi belajar yang pernah dilakukan
metakognitif meliputi tiga aspek sebagai
sebelumnya terbatas pada pengaruh
berikut. 1) Perencanaan mencakup
strategi belajar secara umum sehingga
penentuan tujuan belajar, sumber-sumber
belum dijelaskan kontribusi strategi belajar
belajar dan refleksi hasil belajar. 2)
kognitif, metakognitif dan sosial afektif
Monitoring yaitu pemusatan perhatian pada
terhadap hasil belajar.
aktivitas belajar yang dilakukan. 3) Regulasi
Strategi belajar kognitif melibatkan
merupakan proses siswa untuk memantau
transformasi dan manipulasi materi yang
kegiatan belajarnya berdasarkan acuan
sedang dipelajari. Stategi belajar kognitif
atau kreteria yang telah ditetapkan.
meliputi tiga aspek sebagai berikut. 1)
Metakognisi dapat membantu siswa
Mengulang membantu mempertahankan
menentukan hal-hal yang dibutuhkan dan
informasi dalam memori jangka pendek. 2)
menggunakannya untuk mencapai hasil
Elaborasi merupakan penambahan rincian
belajar sehingga metakognisi dapat
informasi baru sehingga informasi yang
menentukan pencapaian hasil belajar siswa
dibangun menjadi lebih bermakna. 3)
(Kulze dalam Zulyanty, 2017).
Strategi organisasi adalah peningkatan
Strategi belajar sosial afektif
kebermaknaan informasi baru melalui
merupakan strategi belajar yang melibatkan
siswa belajar dengan orang lain. Strategi
belajar sosial afektif erat kaitannya dengan
perasaan dan perilaku siswa dalam belajar.
Strategi belajar sosial afektif meliputi tiga
aspek sebagai berikut. 1) Kerjasama
merupakan interaksi yang terjadi antara
siswa dengan orang lain untuk mencapai
tujuan belajar. 2) Respon sikap merupakan
reaksi yang diberikan siswa atas suatu
tindakan tertentu. 3) Kontrol emosi
merupakan kemampuan pengaturan pada
perasaan-perasaan yang timbul dalam
pembelajaran. Pembelajaran menekankan
aspek sosial yaitu interakasi, pemberian
bantuan dan pemberian tanggung jawab
pada siswa untuk menyelesaikan tugas-
tugas belajar (Trianto, 2009).
Berdasarkan kajian konseptual yang
telah diuraikan, perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut tentang pengaruh strategi
belajar kognitif, metkognitif dan sosial
afektif terhadap hasil belajar IPA.

METODE
Penelitian ini adalah penelitia ex post
facto dengan jenis korelasional. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP Negeri se-Kecamatan Tegallalang
tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah
943 siswa dan terdistribusi ke dalam empat
sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode tes dengan bentuk tes pilihan
teknik proporsional random sampling. ganda. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil
belajar IPA.Tes hasil belajar IPA berjumlah 30 butir.
Data hasil belajar IPA dikumpulkan Karakteristik tes ini adalah memiliki reliabilitas 0,79
kualifikasi tinggi, valid, memiliki daya pembeda lebih
besar 0,40 dengan kualifikasi sedang, tinggi
dan memiliki reliabilitas 0,73 berkualifikasi
dan sangat tinggi serta memiliki tingkat
tinggi.
kesukaran tes lebih besar dari 0,20
Analisis data penelitian menggunakan
kualifikasi mudah, sedang dan sukar. Data
analisis deskriptif dan analisis inferensial.
strategi belajar kognitif, metakognitif dan
Analisis deskriptif digunakan untuk
sosial afektif dikumpulkan dengan
mendeskripsikan nilai rata-rata strategi
menggunakan metode kuesioner.
belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif
Kuesioner strategi belajar sebanyak 37
dan hasil belajar IPA. Nilai hasil belajar IPA
pernyataan yang memenuhi kreteria.
siswa dikualifikasikan dengan Penilaian
Karakteristik kuesioner dalam penelitian ini
Acuan Patokan (PAP). Nilai strategi belajar
adalah valid
dikonversi ke skala seratus kemudian
dikualifikasikan berdasarkan mean ideal
(Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi).
Analisis inferensial digunakan untuk
menguji hipotesis. Uji hipotesis penelitian
menggunakan regresi linier sederhana
dengan taraf signifikansi 0,05. Sebelum
pengujian hipotesis dilakukan uji asumsi
meliputi uji normalitas, linieritas dan
keberartian arah regresi serta uji
multikolinieritas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Secara umum hasil penelitian yang Perbandingan nilai rata-rata strategi
dideskripsikan yaitu nilai rata-rata strategi belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif
belajar kognitif, metakognitif, sosial afektif, dan hasil belajar IPA disajikan pada Tabel
hasil belajar IPA, pengujian asumsi dan 1.
pengujian hipotesis.

Tabel 1. Perbandingan nilai rata-rata strategi belajar dan hasil belajar IPA
Strategi Belajar Hasil Belajar
Statistik Sosial FISIKA
Kognitif Metakognitif Afektif
Mean 72,70 71,32 67,51 71,47
Standar Deviasi 8,05 8,10 7,35 10,52

Berdasarkan Tabel 1 perbandingan nilai dimensi. Perbandingan nilai per dimensi


rata-rata antara strategi belajar kognitif dan strategi belajar kognitif, metakognitif dan
metakognitif tidak jauh berbeda sedangkan sosial afektif disajikan pada Gambar 1.
nilai rata-rata strategi belajar sosial afektif
lebih rendah daripada nilai strategi belajar
kognitif dan metakognitif. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa dalam belajar
siswa cenderung menggunakan strategi
belajar kognitif dan metakognitif
dibandingkan strategi belajar sosial afektif.
Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa
secara umum yang menggunakan strategi
belajar kognitif, metakognitif dan sosial
afektif berada pada kategori sedang.
Secara lebih rinci strategi belajar kognitif,
metakognitif dan sosial afektif disajikan Gambar 1. Perbandingan nilai per dimensi
berdasarkan nilai per strategi belajar
Dimensi mengulang pada strategi membaca materi secara berulang-ulang.
belajar kognitif memiliki nilai rata-rata paling Berdasarkan kualifikasi nilai per dimensi strategi
tinggi daripada elaborasi dan organisasi. belajar kognitif berada pada kualifikasi tinggi.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa Dimensi monitoring pada strategi belajar
yang menggunakan strategi belajar kognitif metakognitif memiliki nilai rata-rata paling tinggi
cenderung pada dimensi mengulang atau daripada dimensi regulasi dan perencanaan. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa strategi
Dimensi kontrol emosi pada strategi
belajar metakognitif yang digunakan siswa
belajar sosial afektif memiliki rata-rata
cenderung pada dimensi monitoring
paling tinggi daripada dimensi kerjasama
aktivitas belajar. Berdasarkan nilai per
dan respon sikap. Hal tersebut
dimensi strategi belajar metakognitif berada
mengindikasikan bahwa strategi belajar
pada kualifikasi tinggi.
sosial afektif yang digunakan siswa
cenderung pada dimensi kontrol emosi.
Kualifikasi strategi belajar sosial afektif
berdasarkan nilai per dimensi memiliki
kualifikasi tinggi.
Hipotesis penelitian diuji menggunakan
uji regresi linier sederhana. Selain uji
regresi juga dilakukan analisis untuk
menentukan sumangan efektif dan relatif
dari variabel strategi belajar kognitif,
metakognitif dan sosial afektif terhadap
hasil belajar. Ringkasan hasil analisis
regresi secara lengkap disajikan pada Tabel
2.

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linier Sederhana


Pasangan
Persamaan Regresi Sig. r 2 (SE) % (SR) %
Variabel R
X1 → Y Ý = 33,03+ 0,52 X1 0,00 0,42 0,16 15,03 82,1
X2 → Y Ý = 51,07+ 0,28 X2 0,00 0,22 0,05 1,72 9,4
X3 → Y Ý = 53,57+ 0,26 X3 0,02 0,18 0,03 1,59 8,7
Ý =20,88+0,48 X1
X1,X2,X3 → Y +0,98 X2+0,12 X3 0,00 0,42 0,18 - -

Berdasarkan hasil analisis, diperoleh angka penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian
signifikansi pada pasangan variabel kurang yang dilakukan Dismore dan Zoellner
dari 0,05 dengan demikian hal tersebut (2017) yang menyatakan bahwa terdapat
menunjukan bahwa terdapat hubungan hubungan yang positif dan signifikan antara
yang positif dan signifikan antara strategi strategi kognitif dan pemrosesan informasi
belajar kognitif, metakogniti, sosial afektif pada simulasi sains.
dan hasil belajar IPA. Strategi belajar kognitif memberikan
kontribusi positif terhadap hasil belajar IPA
Pembahasan karena pada strategi belajar kognitif
Hasil analisis menyatakan bahwa 1) terdapat kegiatan mengulang (rehearsel),
terdapat hubungan yang positif dan elaborasi dan organisasi. Kegiatan
signifikan antara strategi belajar kognitif dan mengulang terdiri atas mengulang
hasil belajar IPA, 2) terdapat hubungan sederhana dan mengulang kompleks.
yang positif dan signifikan antara strategi Membaca materi berulang-ulang membantu
belajar metakognitif dan hasil belajar IPA siswa mengingat, menghafal, dan
dan 3) terdapat hubungan yang positif dan memahami pengetahuan sehingga
signifikan antara strategi belajar sosial mendukung pencapaian hasil belajar
afektif terhadap hasil belajar IPA. kognitif pada jenjang mengingat dan
Strategi belajar kognitif dan hasil memahami. Hal ini didukung oleh pendapat
belajar IPA secara umum menunjukan Nur (2000) menyatakan bahwa membaca
hubungan bersifat positif. Hal tersebut berulang- ulang dilakukan siswa untuk
berarti bahwa jika strategi belajar kognitif mengingat dan mempertahankan
meningkat maka hasil belajar IPA yang pengetahuan lebih lama berada dalam
dapat dicapai siswa juga meningkat. Hasil memori jangka pendek sehingga
pengetahuan dapat ditransfer ke memori
jangka panjang.
Kegiatan mengulang yang lebih kecil. Memberikan tanda khusus seperti menggaris
kompleks dilakukan siswa dengan bawahi konsep-konsep penting membantu siswa
memberikan tanda khusus pada ide-ide memberikan penekanan pada konsep-konsep
kunci materi dan membuat catatan-catatan penting materi yang dipeljari sedangkan membuat
catatan kecil membantu melengkapi
memahami materi pelajaran dengan
pemberian tanda khusus dengan
pemahamannya sendiri yang diungkapkan
menambahkan catatan- catatan kecil pada
secara tulisan. Kegiatan mencatat sebagai
bagian materi yang digaris bawahi. Selain
salah satu aspek penting dalam proses
itu kegiatan ini juga membantu siswa
pembelajaran dapat meningkatkan
melakukan pengulangan dan penghafalan
pemahaman tentang materi yang dipelajari
dengan lebih cepat dan efisien. Anderson
mengarah pada pencapaian hasil belajar
dan Armbuster (dalam Nur, 2000)
juga dibuktikan oleh hasil penelitian yang
menyatakan bahwa membuat catatan atau
dilakukan oleh Dewi dan Rahayu (2014)
note taking efektif diguakan pada materi
yang menyatakan bahwa perilaku siswa
yang bersifat konseptual dimana tugas
mencatat mempunyai hubungan yang
yang penting adalah mengidentifikasi ide-
positif dan signifikan dengan kemampuan
ide utama.
memori pada proses belajar.
Penambahan rincian pengatahuan
Kegiatan merangkum isi pelajaran
menjadi lebih bermakna dilakukan melalui
membantu siswa mengulang kembali materi
kegiatan elaborasi. Kegiatan elaborasi
yang telah dipelajari, memahami inti-inti
membantu siswa mencapai hasil belajar
materi, dan membuat hubungan antar
kognitif pada jenjang menerapkan,
beberapa konsep yang sedang dipelajari
menganalisis dan mengevaluasi. Siswa
sehingga informasi yang dibangun pada
secara individu berlatih menerapkan
struktur kognitif menjadi lebih bermakna.
konsep yang telah mereka peroleh
Hal tersebut juga didukung oleh pendapat
sebelumnya untuk melatih keterampilan
Wormeli (2005) yang menyatakan bahwa
berpikir dalam menyelesaikan suatu
kegiatan merangkum memberikan
permasalahan (Adnyani, 2019).
peningkatan yang besar dalam pengertian
Elaborasi melibatkan aktivitas berpikir
dan ingatan jangka panjang dari suatu
yang lebih kompleks diantaranya yaitu
informasi. Selain merangkum isi pelajaran
mencatat, merangkum isi pelajaran dan
kegiatan elaborasi siswa yaitu membuat
membuat analogi-analogi. Kegiatan
analogi konsep-konsep yang dipelajari.
mencatat membantu siswa meningkatkan
Kegiatan analogi membantu siswa
keaktifan belajar, kemampuan mengingat
menyederhanakan objek yang dipelajari
informasi, meningkatkan pemahaman
berdasarkan perbandingan ciri-ciri objek
materi, memudahkan mempelajari informasi
yang dimiliki selain itu kegiatan analogi juga
secara singkat dan mengorganisasikan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk
pengetahuan yang telah dimiliki dengan
membangun pengetahuan mereka sendiri,
pengetahuan sebelumnya. Hal ini didukung
melatih kemandirian serta kecakapan
oleh pendapat Sukirman (2004) yang
berpikir. Hal ini didukung oleh pendapat
menyatakan bahwa kegiatan mencatat
Podomi dan Jailani (2015) yang
merupakan salah satu aspek penting dalam
menyatakan bahwa analogi sebagai bagian
proses belajar karena kegiatan
kognisi memberikan kesempatan yang lebih
pembelajaran membantu siswa dalam
luas kepada siswa untuk menalar dan
pengulangan, mengingat, dan mengerjakan
melatih kemandirian belajar.
tugas-tugas sehingga siswa mendapatkan
Kegiatan peningkatan kebermaknaan
hasil belajar yang optimal. Hal senada juga
informasi pada strategi belajar kognitif
diungkapkan Irsyad (2004) yang
dilakukan melalui kegiatan organisasi.
menyatakan bahwa kegiatan mencatat
Kegiatan pengorganisasian membantu
merupakan proses dimana siswa mencoba
siswa mencapai hasil belajar ranah kognitif
pada jenjang menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta. Kegiatan
pengorganisasian dapat dilakukan dengan
pengelompokan-pengelompokan ulang
konsep atau membagi kedalam sub yang
lebih kecil. Kegiatan pengorganisasian
materi yang dilakukan siswa berupa
outlining atau membuat kerangka garis-
garis
besar materi dan pemetaan konsep. utuh. Selain itu outlining juga membantu siswa
Kegiatan Outlining membantu siswa menghubungkan berbagai macam konsep dengan
menyajikan ide-ide utama beserta rincian konsep dengan konsep lain. Konsep-konsep yang
tiap-tiap sub yang disusun secara hirarki diorganisasikan secara hirarki memudahkan siswa
sebagai suatu jaringan pengetahuan yang dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
kebermaknaan informasi. Hal ini didukung
Strategi belajar metakognitif dan hasil
oleh pendapat Patten et al., (dalam Nur,
belajar IPA secara umum menunjukan
2000) yang menyatakan bahwa
hubungan bersifat positif. Hal tersebut
pengorganisasian secara hirarki dimana
berarti bahwa jika strategi belajar
hal- hal khusus dikelompokan dibawah
metakognitif meningkat maka hasil belajar
topik- topik yang lebih umum membantu
IPA juga meningkat. Hasil penelitian ini juga
peningkatan pemahamam siswa.
diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
Kegiatan pengorganisasian melalui
Fauziah et al., (2014) yang menyatakan
pemetaan konsep memudahkan siswa
bahwa terdapat hubungan yang positif dan
dalam memahami materi yang dipelajari
signifikan antara kemampuan metakognitif
secara sistematis berdasarkan aturan-
dan hasil belajar biologi.
aturan yang disusun secara peta konsep.
Strategi belajar metakognitif
Selain itu dengan pembuatan peta konsep
memberikan kontribusi positif terhadap hasil
membantu siswa menggambarkan,
belajar IPA karena pada strategi belajar
mengklasifikasikan serta menganalisis
metakognitif terdapat kegiatan perencanaan
hubungan antar konsep-konsep yang
aktivitas belajar, refleksi dan regulasi.
sedang dipelajari sehingga belajar
Kegiatan perencanaan aktivitas belajar
bermakna dapat berlangsung. Hal ini
melibatkan aktivitas metakognitif membantu
didukung oleh teori belajar Ausubel (dalam
siswa mempersiapkan kegiatatan-kegiatan
Trianto, 2009) yang menyatakan bahwa
belajar secara sistematis seperti
belajar bermakna dapat terjadi apabila
merencanakan waktu belajar, memilih
pengetahuan baru dikaitkan dengan
strategi belajar dan menentukan sumber-
pengetahuan sebelumnya pada struktur
sumber belajar untuk mencapai hasil
kognitif melalui pertolongan peta konsep.
belajar kognitif. Hal ini didukung oleh
Strategi belajar kognitif dan hasil
pendapat Nur (2000) menyatakan bahwa
belajar IPA secara umum menunjukan
perencanaan pada aktivitas metakognitif
hubungan pada kategori sedang hal ini
seperti, memperhitungkan waktu belajar
disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
dan pemilihan strategi yang efektif
Pertama, terdapat karakteristik siswa
membantu siswa dalam belajar dan
dengan strategi belajar kognitif sedang
memecahkan suatu masalah.
memperoleh nilai hasil belajar yang tinggi
Hasil dari kegiatan perencanaan
dan terdapat beberapa siswa dengan
dalam hal ini adalah hasil belajar pada
strategi belajar kognitif tinggi memperoleh
strategi metakognitif direfleksikan pada
nilai hasil belajar IPA yang rendah. Kedua,
kegiatan monitoring. Kegiatan refleksi
kegiatan-kegiatan strategi belajar kognitif
membantu siswa melihat kembali proses
belum optimal dilakukan siswa dalam
belajar yang telah dilalui seperti
belajar sehingga kontribusi yang diberikan
mengidentifikasi keungulan ataupun
berada pada kategori sedang. Ketiga,
kelemahan selama proses belajar sehingga
dalam belajar siswa tidak hanya
siswa mampu membuat keputusan
menggunakan strategi belajar kognitif akan
terhadap hasil belajar yang diperoleh.
tetapi siswa juga menggunakan strategi
Zulyanti (2017) menyatakan bahwa
belajar metakognitif dan sosial afektif.
kemampuan untuk merefleksikan
pengetahuan merupakan metakognisi.
Hubungan hasil belajar dengan metakognisi
yaitu metakognisi dapat membatu siswa
menentukan hal-hal yang dibutuhkan dan
menggunakannya untuk mencapai hasil
belajar sehingga metakognisi dapat
menentukan pencapaian hasil belajar siswa
(Kulze dalam Zulyanty, 2017).
Hasil belajar yang dicapai kemudian
dibandingan dengan acuan-acuan yang
telah ditetapkan dalam belajar melalui
kegiatan regulasi. Kegiatan regulasi
membantu siswa memotivasi diri dalam regulasi melibatkan proses metakognisi, motivasi
belajar, mengoptimalkan kemampuan- dan perilaku dalam belajar. Hubungan regulasi diri
kemampuan yang dimiliki, dan menilai dan hasil belajar yaitu regulasi dapat mengelola
proses serta hasil belajar berdasarkan pikirian, perasaan dan penetapan tindakan yang
aturan-aturan yang telah mereka tetapkan. dilakukan sehingga regulasi mejadi salah satu
Zimmerman dan Schuk (2002) menyatakan determinan hasil belajar (Friskilia dan Winata, 2018).
Strategi belajar metakognitif dan hasil
bimbingan orang yang lebih mampu
belajar IPA secara umum menunjukan
(Masganti, 2017).
tingkat hubungan yang lemah hal ini
Kegiatan respon sikap menunjukan
disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
reaksi yang diberika siswa berupa
Pertama, kegiatan-kegiatan yang
tanggapan atau jawaban atas suatu
melibatkan aktivitas metakognitif seperti
tindakan tertentu. Kegiatan respon sikap
perencanaan, monitoring dan regulasi yang
selama pembelajaran memberikan
dilakukan siswa belum optimal. Kedua,
kesempatan bagi siswa untuk bertanya
dalam pembelajaran siswa lebih tinggi
terkait materi dan meminta penjelasan
menggunakan strategi belajar kognitif
ulang terkait materi yang belum dipahami.
dibandingkan strategi belajar metakognitif.
Selain itu kegiatan respon sikap juga
Ketiga, strategi belajar metakognitif tidak
membantu interaksi aktif antara siswa
berlaku pada siswa berkemampuan kognitif
ataupun siswa dengan guru selama
rendah.
pembelajaran. Selama interaksi guru dapat
Strategi belajar sosial afektif dan hasil
memberikan penguatan terhadap jawaban
belajar IPA secara umum menunjukan
siswa, memebrikan masukan atau
hubungan bersifat positif. Hal tersebut
tambahan serta memberikan penjelasan
berarti bahwa jika strategi belajar sosial
yang tepat terkait miskonsepsi yang dialami
afektif meningkat hasil belajar IPA juga
siswa. Hal ini didukung oleh teori belajar
meningkat. Hasil ini juga diperkuat oleh
Vygotsky yang menyatakan bahwa
hasil penelitian yang dilakukan Palerangi et
pembelajaran menekankan aspek sosial
al., (2017) yang menyatakan bahwa
yaitu interakasi, pemberian bantuan dan
terdapat pengaruh yang positif dan
pemberian tanggung jawab pada siswa
signifikan antara keterampilan sosial dan
untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar
kompetensi kejuruan siswa. Strategi belajar
(Trianto, 2009).
sosial afektif memberikan kontribusi positif
Kontrol emosi pada strategi belajar
terhadap hasil belajar IPA karena pada
sosial afektif mengarah pada pengaturan
strategi belajar sosial afektif terdapat
pada perasaan-perasaan yang timbul
kegiatan kerjasama, respon sikap dan
selama pembelajaran. Kegiatan kontrol
kontrol emosi. Kegiatan belajar bersama
emosi membantu siswa memotivasi diri
atau kooperatif mendorong siswa
dalam belajar, mengatur sikap saat
berinteraksi dengan pasangan belajar
menghadapi tes dan keyakinan terhadap
saling bergantung secara positif, saling
kemampuan diri sendiri untuk menyelesikan
bertukar ide atau pendapat dan
tugas-tugas belajar. Goleman (2009)
menyatukan persepsi untuk mencapai hasil
menyatakan bahwa krontrol emosi
belajar. Hal ini sejalan dengan teori belajar
merupakan salah satu indikator kecerdasan
menurut Vygotsky yang menyatakan bahwa
emosional yakni kemampuan mengatasi
proses belajar akan terjadi secara efektif
kegelisahan dalam belajar, motivasi diri,
dan efisien apabila anak belajar secara
dan pengaturan suasana hati menentukan
kooperatif dengan anak-anak lain dalam
keberhasilan siswa dalam mencapai
suasana dan lingkungan yang mendukung,
prestasi belajar.
dalam
Strategi belajar sosial afektif dan hasil
belajar IPA secara umum menunjukan
hubungan yang sangat lemah hal ini
disebabkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, kegiatan-kegiatan pada strategi
sosial afektif belum mampu dilakukan siswa
dengan optimal untuk meningkatkan hasil
belajar. Kedua strategi belajar sosial afektif
masih rendah digunakan siswa dalam
belajar dibandingan dengan strategi kogntif
dan metakognitif. Hal ini menyebabkan
strategi belajar sosial afektif memberikan
kontribusi yang lebih kecil terhadap hasil
belajar dibandingkan strategi belajar kognitif
dan metakognitif. Ketiga, strategi belajar berdasarkan hasil belajar IPA yang dikelompokkan
sosial afektif hanya berlaku pada siswa pada kategori tinggi, sedang dan rendah. Strategi
berkemampuan kognitif sedang dan tinggi belajar kognitif, metakognitif dan sosial afektif
Kontribusi strategi belajar kognitif, memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil
metakognitif dan sosial afektif juga ditinjau belajar tinggi karena siswa berekemampuan kognitif
tinggi mempunyai kemampuan berpikir
pada jenjang kognitif yang paling rendah.
kompleks. Kemampuan berpikir ini
Siswa berkemampuan rendah ditandai
membantu siswa mengoptimalkan kegiatan-
kurangnya motivasi belajar tidak adanya
kegiatan pada strategi belajar kognitif,
keseriusan dalam belajar dalam
metakognitif dan sosial afektif. Hal ini
menyelesaikan tugas-tugas dan lain
sesuai dengan pendapat Yusuf (2011) yang
sebagainya (Sanjaya, 2006).
menyatakan bahwa kemampuan berpikir
Strategi belajar metakognitif
atau kecerdasan inteligensi mempengaruhi
berkontribusi negatif terhadap hasil belajar
kemampuan belajar, menggunakan
yang berarti jika strategi metakognitif siswa
pengetahuan dalam rangka memecahkan
meningkat maka hasil belajar akan turun.
masalah dan beradaptasi dengan
Hal ini terjadi karena siswa berkemampuan
ligkungan. Pribadi siswa terkait
rendah belum mampu melakukan kegiatan-
intelegensinya memegang peranan besar
kegiatan berpikir kompleks yang melibatkan
terhadap tinggi- rendahnya taraf prestasi
metakognisi. Strategi belajar sosial afektif
belajar siswa, khususnya dalam pelajaran
juga memberikan kontribusi negatif
yang menuntut banyak pemikiran misalnya
terhadap hasil belajar yang berarti bahwa
pelajaran sains Winkel (dalam Yusuf,
jika strategi belajar sosial afektif meningkat
2011).
maka hasil belajar akan turun. Hal ini terjadi
Strategi belajar kognitif, metakognitif
karena siswa belum mampu melakukan
dan sosial afektif terhadap hasil belajar
kegiatan- kegiatan strategi sosial afektif
sedang memberikan kontribusi yang positif
dengan optimal seperti belajar
karena siswa berkmampuan kognitif sedang
bekerjasama, mengendalikan perasaan dan
mampu melakukan kegiatan-kegiatan
emosi untuk mencapai hasil belajar.
belajar kognitif, metakognitif dan sosial
Berdasarkan uraian tersebut diketahui
afektif untuk mencapai hasil belajar. Hal ini
bahwa strategi belajar kognitif telah terbukti
didukung oleh pendapat Sanjaya, (2006)
memberikan kontribusi positif terhadap hasil
yang menyatakan siswa yang mempunyai
belajar IPA secara umum, hasil belajar IPA
kemampuan memadai akan mempengaruhi
kategori tinggi, hasil belajar IPA kategori
proses pembelajaran mereka dibandingkan
sedang dan hasil belajar IPA kategori
dengsn siswa yang tidak memiliki hal itu.
rendah. Dilain pihak strategi belajar
Pada hasil belajar sedang strategi belajar
metakognitif dan sosial afektif hanya
kognitif dan metakognitif memberikan
memberikan kontribusi positif terhadap hasil
kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan
belajar IPA secara umum, hasil belajar IPA
strategi belajar sosial afektif.
kategori tinggi dan hasil belajar IPA kategori
Strategi belajar kognitif memberikan
sedang. Dari ketiga strategi belajar tersebut
kontribusi yang bersifat positif terhadap
dapat disimpulkan bahwa strategi belajar
hasil belajar rendah sedangkan strategi
kognitif memberikan kontribusi paling tinggi
belajar metakognitif dan sosial afektif
terhadap hasil belajar IPA. Hal ini
bersifat negatif. Strategi belajar kognitif
dikarenakan strategi belajar kognitif mampu
mampu memberikan kontribusi positif
digunakan oleh siswa berkemampuan
karena siswa berkemampuan rendah dapat
kognitif rendah hingga berkemampuan
melakukan kegiatan-kegiatan mengulang
tinggi sedangkan strategi belajar
untuk memahami namun belum optimal
metakognitif dan sosial afektif hanya
sehingga hasil belajar yang mampu dicapai
berlaku pada siswa berkemampuan kognitif
berada
tinggi dan sedang. Selain itu kegiatan-
kegiatan strategi belajar kognitif sering
dilakukan siswa dalam pembelajaran
sehingga mampu mendukung pencapaian
hasil belajar kognitif dari jenjang yang
paling rendah sampai paling tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN


Mengacu pada rumusan masalah,
analisis data dan pembahasan dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
Pertama, terdapat hubungan yang positif belajar IPA. Ketiga terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara strategi belajar kognitif dan signifikan antara strategi belajar sosial afektif
dan hasil belajar IPA. Kedua terdapat terhadap hasil belajar IPA.
hubungan yang positif dan signifikan antara Berdasarkan berbagai temuan- temuan pada
strategi belajar metakognitif dan hasil penelitian maka dapat disarankan beberapa sebagai
berikut. Bagi guru bidang studi IPA,
Bahri, D.S dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar
disarankan untuk memotivasi dan
mendorong siswa belajar mandiri dalam Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
pembelajaran sehingga siswa mampu
menggunakan strategi belajar secara lebih Dewi, P.B dan Rahayu, I. 2014. Perilaku
aktif dan optimal untuk menyelesaikan mencatat dan kemampuan memori pada
tugas-tugas pembelajaran. Guru juga proses belajar. Jurnal Psikologi
diharapkan lebih memperhatikan dimensi- Udayana, 1( 2): 241-250.
dimensi pada setiap strategi belajar kognitif, Dismore, D.L dan Zoellner, B.P. 2018. The
metakognitif dan sosial afektif, terutama relation between cognitive and
organisasi, perencanaan dan kerjasama. metacognitive strategic processing
Strategi belajar kognitif, metakognitif dan during a science simulation. British
sosial afektif dapat memberikan kontribusi Journal of Educational Psychology, 3
yang lebih tinggi dengan membelajarkan (88): 95-117.
kepada siswa bagaimana cara Fauziah, D.R., Aloysius, D.C dan Zubaidah.
menggunakan strategi tersebut. Bagi siswa, 2018 Hubungan Keterampilan
diharapkan lebih aktif dan termotivasi dalam Metakognitif Terhadap Hasil Belajar
pembelajaran dengan adanya strategi Biologi Dan Retensi Siswa Keas X
belajar kognitif, metakognitif dan sosial dengan Penerapan Strategi
afektif. Siswa juga diharapkan dapat Pembelajaran Think Pair Share di SMA
menggunakan strategi belajar untuk Negeri 6 Malang. ResearchGate, 2(1):1-
mencapai hasil belajar yang lebih tinggi. 5.
Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan Friskilia,O.S dan Winata,H. 2018. Regulasi Diri
penelitian lebih lanjut tentang kontribusi Sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa
strategi belajar kognitif, metakognitif dan Sekolah Menegah Kejuruan.Jurnal
sosial afektif terhadap kemampuan yang
Pendidikan Manajemen Perkantoran, 3
lain selain hasil belajar dengan
menggunakan topik atau materi yang (1):184-191.
berbeda serta memperhatikan dimensi
masing-masing strategi terutama dimensi Goleman, D. 2009. Emotional Intelligence.
organisasi pada strategi belajar kognitif, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
perencanaan pada strategi belajar
Irsyad, D dan Elfi . 2004. Belajar untuk
metakognitif dan kerjasama pada strategi
Belajar. Bukit Tinggi: Usaha Ikhlas.
belajar sosial afektif sehingga diketahui
Kafadar, T. dan Tay. B. 2014. Learning Strategies
kosistensi hasil penelitian ini.
and Learning Style Used By Student in Social
DAFTAR PUSTAKA Studies. International Journal of Academic
Adnyani, I.G.A.A.W., Pujani, N.M dan Juniartina, Research, 2(2):259- 264.
P.P. 2019. Pengaruh Model Learning Cycle
7E Terhadap Keterampilan Berpikir Kristis Masganti, S. 2017. Perkmbangan Peserta Didik.
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Medan: Perdana Publishing.
Sains Indonesia, 1(1): 1-12.
Nur, M. 2000. Teori-Teori Pembelajaran
Anni C. T. 2004. Psikologi Belajar. Kognitif. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya Pusat Sains dan Matematika
Semarang: IKIP Semarang Press. Sekolah.

Palerangi, Tuwoao dan Andoko, 2016.


Kontribusi Kemandirian Belajar dan
Keterampilan Sosial Terhadap
Kompetensi Kejuruan Siswa Paket
Keahlian Teknik. Jurnal Pendidikan Teori
dan Pengembangan, 1 (9):1806-1816.
Sanjaya,W. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenamedia Group.
Sukirman,S. 2004. Tuntunan Belajar di
Perguruan Tinggi. Jakarta: Pelangi Cendikya.
O’Malley, J. M and Chamot, A.U.
1990. Learning Strategies in
Second Language Acquisition.
Cambridge Apllied Linguistic.
Trianto, 2009. Mendesain
Pembelajaran Inovatif-
Progresif. Jakarta: Kencana
Prenanda Media Grup.

Weinstein, C. E. dan Mayer, R. E.


1983. The Teaching Learning
Strategies. In. M.C Handbook
of research on teaching.
Newyork Macmillan.

Wormeli, R. 2005. Meringkas


Mata Pelajaran. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Zimmerman, dan Schunk. (2002).
Self Regulated Learning and
Academic Achievment.
Mahwah, New Jersey:
Erlbaum.

Zulyanty, M. 2017. Metakognisi


Siswa Dengan Gaya Belajar
Introvert Dalam Memecahkan
Masalah Matematika. Jurnal
Kajian Pembelajaran
Matematika, 1(1): 12-18.

Yusuf, S, L.N dan Sugandhi, N.M.


2013. Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai