Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


DI APOTEK RESKY FARMA

TANGGAL 15 JUNI SAMPAI DENGAN 15 JULI 2015

Disusun oleh:

Nama : Faisal
Nim : 13.05.004
Semester : IV (Empat)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KONAWE


Jl. Sultan Hasanuddin Kel. Lalosabila
KONAWE
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTEK IFA FARMA

Tanggal 15 Juni Sampai Dengan 15 Juli 2015

DISETUJUI OLEH
Pembimbing I Pembimbing II

Hj. NURLAILA UKSAN, AMF

Penanggung Jawab Apotek

SAHRANI

MENGETAHUI

An. Direktur Stikes Konawe /


Dosen Pembimbing
Ka. Laboratorium STIKES konawe

Erni Tamburaka, S.Si.,M.P.W Rabbiatull Fatimah, S.Farm, MM, Apt

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas rahmat dan hidayah Nya sehingga

kami dapat melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) di apotek Resky Farma

dengan baik dan lancar.

Praktek lapangan ini di selenggarakan dalam rangka memberikan bekal

pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman dalam pengolahan apotek kepada

mahasiswa serta meningkatkan kemampuan dalam mengabdikan profesinya

kepada masyarakat.

Alhamdulillah Praktek Kerja Lapangan ini dapat di laksanakan dengan baik

dan lancar tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak pada kesempatan ini

penyusun mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada :

1. SAHRANI sebagai pemilik Apotek Resky Farma yang telah memberikan

izin tempat dilaksanaan PKL

2. Uksan, AMF sebagai pembimbing selama PKL

3. Segenap karyawan/asisten Apotek Resky Farma yang telah memberikan

bantuan selama PKL berlangsung.

4. Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dengan

ikhlas dan penuh semangat

5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu demi satu yang telah

membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKL ini.

ii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh

karena itu segala saran dan kritik demi kesempurnaan sangat kami harapkan.

Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembacanya dan semua pihak yang

membutuhkan dalam peningkatan wawasan keterampilan dalam pengolahan

apotek.

Unaaha, 27 juni 2015

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1

B. Tujuan PKL ......................................................................................... 2

C. Manfaat PKL ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4

A. Pengertian Apotek ............................................................................. 4

B. Tugas Dan Fungsi Apotek................................................................... 5

C. Ketentuan Umum & Peraturan Perundang-undangan Ttng Apotek ..... 5

D. Persyaratan Apotek ............................................................................ 10

E. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek ................... 12

F. Pengelolaan Apotek ............................................................................ 13

BAB III PROGRAM KEGIATAN PKL DI APOTEK RESKY FARMA ............. 33

BAB IV HASIL KEGIATAN DI APOTEK RESKY FARMA .............................. 36

A. Tinjauan Mengenai Apotek Resky Farma ........................................... 36

1. Lokasi Apotek ............................................................................... 36

2. Bangunan Apotek ......................................................................... 37

3. Perlengkapan Apotek ................................................................... 37

4. Struktur Organisasi Apotek ........................................................... 37

iv
B. Kegiatan Mahasiswa Di Apotek Resky Farma..................................... 38

1. Kegiatan Manajerial ...................................................................... 38

2. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 44

A. Kesimpulan ......................................................................................... 44

B. Saran .................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Denah Apotek

Lampiran II Pembahasan Resep

Lampiran III Contoh etiket Dan Label

Lampiran IV Contoh Copy Resep

Lampiran V Contoh Kwitansi

Lampiran VI Contoh Nota

Lampiran VII Contoh Surat Pesanan Obat

Lampiran VIII Contoh surat pesanan obat mengandung precursor

Lampiran IX Contoh Kartu Stock

Lampiran X Contoh Faktur

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat merupakan suatu komponen penting dan strategis dalam sistem

pelayanan di Rumah Sakit, Apotek, maupun Puskesmas. Oleh karena itu perlu

diciptakan suatu aturan di bidang pemakaian obat sehingga dapat diupayakan

untuk memenuhi persyaratan efektif, aman, rasional dan murah. Pemilihan jenis

obat yang tepat dan efektif sangat mempengaruhi proses penyembuhan pasien

walaupun banyak fakor yang berpengaruh pada proses penyembuhan suatu

penyakit.

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh Apoteker. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah

suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan

dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan mutu kehidupan pasien (Anonim, 2009).

Untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dasar secara langsung kepada

masyarakat salah satunya adalah kegiatan pelayanan pengobatan selalu

membutuhkan obat publik. Untuk mengetahui jenis dan jumlah obat publik yang

dibutuhkan, maka disusunlah perencanaan kebutuhan obat.

Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat meliputi obat yang dipilih berdasarkan

seleksi ilmiah, medis dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik

dibandingkan dengan risiko efek samping yang ditimbulkan.Lalu jenis obat yang

dipilih seminimal mungkin untuk menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.

1
Apabila jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak, maka kita

memilih berdasarkan “drug of choise” dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Dengan demikian sebagai seorang farmasis dirasa perlu membekali diri dengan

pengetahuan mengenai pelayanan farmasi di apotek. Pelaksanaan Pengantar

Praktek Kerja Lapangan di apotek bagi mahasiswa sangatlah perlu dilakukan

dalam rangka mempersiapkan diri untuk berperan langsung dalam pengelolaan

farmasi di apotek dan juga sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu yang

selama ini didapatkan dari perkuliahan sesuai dengan fungsi dan kompetensi Ahli

Farmasi.

B. Tujuan Pengantar Praktek Kerja Lapangan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini, mahasiswa

mampu memahami dan mempraktekkan secara langsung standar pelayanan

kefarmasian di Apotek.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan pengantar praktek kerja lapangan ini,

mahasiswa diharapkan mampu memahami :

a) Melaksanakan salah satu peran, fungsi, dan kompetensi Ahli Farmasi

yaitu pelayanan kefarmasian di Apotek meliputi identifikasi resep,

merencanakan dan melaksanakan peracikan obat yang tepat.

b) Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja

kefarmasian sebenarnya, khususnya di Apotek.

c) Melaksanakan pelayanan informasi obat kepada pelanggan, mampu

melaksanakan administrasi dan manajemen penyimpanan serta

perawatan alat kesehatan.

2
d) Membangkitkan sifat entrepreneurship sehingga suatu saat mampu

membaca dan menggeluti aspek-aspek usaha yang potensial di bidang

farmasi.

C. Manfaat Pengantar Praktek Kerja Lapangan

Dengan melaksanakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan

didapat berbagai hal yang bermanfaat, seperti :

a) Mahasiswa memahami standar pelayanan di apotek

b) Mahasiswa dapat menjadikan salah satu bentuk pendidikan yang berupa

pengalaman belajar secara komprehensif yang sangat penting dan

bermanfaat bagi mahasiswa untuk mencapai suatu keberhasilan

pendidikan, sehingga nantinya mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri

dalam menghadapi dunia kerja.

c) Mahasiswa dapat mengetahui dan mengenal berbagai macam sediaan

obat dan alat kesehatan yang tersedia di Apotek.

d) Mahasiswa dapat menerapkan pelayanan kefarmasian dengan

pendekatan asuhan kefarmasian.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Apotek

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13).

Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.

Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang

diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Keputusan Menkes RI

Nomor 1027/MenKes/SK/IX/2004).

Menurut Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang perubahan

Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara

pemberian izin apotek.

Pasal 1 ayat (a) :

“Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya

kepada masyarakat”.

Pasal 1 ayat (i) :

“Perbekalan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli indonesia (obat

tradisional), bahan obat asli indonesia (bahan obat tradisional), alat kesehatan

dan kosmetika”.

4
A. Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker.

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

5. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

B. Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan Tentang

Apotek

Ketentuan-ketentuan umum yang berlaku tentang perapotekan sesuai

Peraturan Pemerintahan nomor 51 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu

Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,

bahan obat dan obat tradisional.

5
2. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan

kosmetika.

3. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan

Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.

4. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan

Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien.

5. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan

telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.

6. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker

dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker.

7. Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

8. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk melakukan

Pekerjaan Kefarmasian.

9. Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk

memproduksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika.

10. Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana yang

digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi,

yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.

6
11. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi

rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.

12. Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum

yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran

perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

13. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh Apoteker.

14. Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat

bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.

15. Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktek profesi

kefarmasian secara baik.

16. Standar Prosedur Operasional adalah prosedur tertulis berupa petunjuk

operasional tentang Pekerjaan Kefarmasian.

17. Standar Kefarmasian adalah pedoman untuk melakukan Pekerjaan

Kefarmasian pada fasilitas produksi, distribusi atau penyaluran, dan

pelayanan kefarmasian.

18. Asosiasi adalah perhimpunan dari perguruan tinggi farmasi yang ada di

Indonesia.

19. Organisasi Profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di

Indonesia.

20. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti

tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah

diregistrasi.

7
21. Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian selanjutnya disingkat

STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga

Teknis Kefarmasian yang telah diregistrasi.

22. Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin

yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan Pekerjaan

Kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit.

23. Surat Izin Kerja selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan

kepada Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian untuk dapat

melaksanakan Pekerjaan Kefarmasian pada fasilitas produksi dan

fasilitas distribusi atau penyaluran.

24. Rahasia Kedokteran adalah sesuatu yang berkaitan dengan praktek

kedokteran yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

25. Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut

proses produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari Sediaan

Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

26. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang

kesehatan.

Ketentuan – ketentuan umum yang berlaku tentang Ketentuan dan Tata

Cara pemberian Izin Apotek menurut pasal 7 Kepmenkes

No.1332/Menkes/SK/X/2002 adalah sebagai berikut :

1. Permohonan izin apotek ditujukan kepada kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1

8
2. Dengan menggunakan formulir APT-2, Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima

permohonan,dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Badan POM

untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk

melakukan kegiatan.

3. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Tim Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota atau Kepala Badan POM melaporkan hasil pemeriksaan

setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3

4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan 3 tidak

dilaksanakan, Apoteker. Pemohon dapat membuat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

menggunakan contoh formulir APT-4.

5. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan has

pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat 3, atau pernyataan yang

dimaksud dalam ayat 4, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan menggunakan contoh

formulir APT-5.

6. Dalam hal pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Badan POM dimaksud ayat 3 masih belum memenuhi

syarat,Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu

12 hari kerja akan mengeluarkan Surat Penundaan dengan

menggunakan contoh formulir APT-6.

9
7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 6,

Apoteker diberi kesempatan untuk melengkap persyaratan yang belum

dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal

penundaan.

C. Persyaratan Apotek

Menurut Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002, persyaratan Apotek yaitu:

untuk mendapatkan izin apotek, Apoteker bekerja sama dengan pemilik sarana

yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan

termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan

milik sendiri atau milik pihak lain.

1. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.

2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian Apotek

adalah :

1. Lokasi dan Tempat

Jarak antara Apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap

mempertimbangkan segi beli penduduk di sekitar Apotek, kesehatan lingkungan,

keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

2. Bangunan

Bangunan Apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang

cukup,serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran

pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan

kesehatan di bidang farmasi.

10
Bangunan di apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

a) Ruang tunggu

b) Ruang Administrasi dan ruang kerja apoteker

c) Ruang penyimpanan obat

d) Ruang peracikan dan penyerahan obat

e) Tempat pencucian obat

f) Kamar mandi dan toilet

Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan sumber air yang

memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,alat pemadam kebakaran

yang berfungsi baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik dan memenuhi

syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek, nama Apoteker

Pengelola Apotek, nomor Surat Izin Apotek, nomor telepon apotek.

3. Perlengkapan

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki yaitu:

a) Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir,

gelas ukur dan alat lainnya.

b) Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti

lemari obat dan lemari pendingin.

c) Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.

d) Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.

e) Buku standar Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia,

Daftar Pelaporan Harga Obat, serta kumpulan peraturan perundang-

undangan yang berhubungan dengan apotek.

f) Alat Administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan

resep, dan lain-lain

11
E. Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker Pengelola Apotek

1. Ikhtisar isi Jabatan, Memimpin dan melakukan pengawasan atas seluruh

aktivitas apotek sesuai dengan peraturan perundang–undangan

pemerintah dibidang farmasi.

2. Luasnya seluruh aktivitas apotek keluar dan ke dalam.

3. Fungsi melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut :

a. Di bidang pengabdian profesi

1) Melakukan penelitian seperlunya terhadap semua obat dan bahan obat

secara kualitatif atau kuantitatif yang dibeli.

2) Mengadakan pengontrolan terhadap bagian pembuatan.

3) Mengadakan pengontrolan serta pengecekan terhadap pelayanan atas

resep yang telah dibuat dan diserahkan kepada pasien.

4) Menyelenggarakan sterilisasi jika diperlukan.

5) Menyelenggarakan informasi tentang obat pada pasien, dokter dan

sebagainya.

6) Menyelenggarakan komunikasi dengan mengusahakan segala

sesuatunya agar melancarkan hubungan keluar antara lain dengan dokter

masalah survei pasar, promosi dan publisitas, dan sebagainya.

b. Di bidang administrasi

1) Memimpin, mengatur dan mengawasi pekerjaan tata usaha, keuangan,

perdagangan dan statistik.

2) Membuat laporan-laporan

3) Menyelenggarakan surat-menyurat.

4) Mengadakan pengawasan penggunaan dan pemeliharaan aktifan

perusahaan.

12
c. Di bidang komersil

1) Merencanakan dan mengatur kebutuhan barang yaitu obat,alat kesehatan

dan sebagainya untuk satu periode tertentu sesuai dengan peraturan

yang berlaku.

2) Mengatur dan mengawasi penjualan dalam betuk resep maupun

penjualan bebas, langganan dan sebagainya.

3) Menentukan kalkulasi harga dan kebijakan harga.

4) Berusaha meningkatkan permintaan

5) Memupuk hubungan baik dengan para pelanggan.

6) Mencari langganan baru.

7) Menentukan kepada siapa dapat diberi kredit atas pembelian obat.

8) Mengadakan efisiensi dalam segala bidang.

d. Tanggung jawab dan wewenang meliputi :

1) Bertanggung jawab mengenai segala aktivitas perusahaan kepada

pemilik sarana dan keluar dibidang farmasi kepada Departemen

Kesehatan RI.

2) Memimpin, mengelola sejumlah orang dalam melakukan pengabdian

profesi kefarmasian.

3) Menambahan, memberhentikan dan mutasi pegawai serta pemberian dan

kenaikan gaji. (Hartono, 2003)

F. Pengelolaan Apotek

Pengelolaan apotek adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan oleh

Apoteker Pengelola Apotek dalam rangka tugas dan fungsi apotek yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.

13
1. Pengelolaan Obat

Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan

sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku meliputi perencanaan,

permintaan atau pengadaan, penyimpanan, jumlah persediaan obat dan

pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In First Out) dan

FEFO (First Expired First Out).

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan

kesehatan menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan.

Perencanaan obat di apotek umumnya dibuat untuk mengadakan dan mencukupi

persediaan obat di apotek, sehingga dapat mencukupi permintaan obat melalui

resep dokter ataupun penjualan secara bebas. Perencanaan obat didasarkan

atas beberapa faktor, antara lain :

1) Obat yang paling banyak dipakai.

2) Persediaan terakhir stok barang.

3) Berdasarkan jenis penyakit yang sedang mewabah.

4) Berdasarkan musim dan cuaca.

Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat

di tiap unit pelayanan kesehatan adalah :

1) Metode konsumsi

Yaitu dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal

yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis

data untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.

14
2) Metode epidemiologi

Yaitu dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit.

Langkah yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan

dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit,

menyediakan pedoman pengobatan,menghitung perkiraan kebutuhan obat,dan

penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.

3) Metode campuran

Yaitu merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode

epidemiologi.(Amiruddin Ridwan,2006)

b. Permintaan obat atau pengadaan

Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam

rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan

pelayanan di apotek.

Pengadaan obat ini dilakukan dengan cara pembelian. Berhasil atau

tidaknya usaha banyak tergantung pada kebijakan pembelian. Cara melakukan

pembelian dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:

1) Pembelian Secara Kredit

Pembelian yang dilakukan kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi) pada

umumnya dilakukan secara kredit, dengan lamanya pembayaran berkisar antara

14 - 30 hari.

2) Kontan

Pembelian dilakukan secara kontan atau tunai. Biasanya untuk transaksi

obat golongan narkotika dan barang-barang COD (Cash On Delivery atau

dibayar langsung saat barang datang).

15
3) Konsinyasi/titipan

Dimana apotek menerima titipan barang yang akan dijual dalam waktu

maksimal 3 bulan.

c. Penyimpanan

Dalam penyimpanan obat digolongkan menurut :

1) Disimpan dalam wadah tertutup rapat, untuk obat yang mudah menguap

seperti aether, anaestheticus.

2) Disimpan terlindung dari cahaya untuk obat seperti tablet, kaplet, dan

sirup.

3) Disimpan bersama zat pengering, penyerap lembab (kapur tohor) seperti

kapsul.

4) Disimpan pada suhu kamar (pada suhu 15-30 C) untuk obat seperti tablet,

kaplet, dan sirup.

5) Disimpan pada tempat sejuk (pada suhu 5-15 C) untuk obat seperti salep

mata, cream, ovula,dan suppositoria.

6) Disimpan di tempat dingin (pada suhu 0-5 C) seperti vaksin.

7) Penyimpanan obat narkotika dilakukan dalam lemari khusus sesuai

persyaratan peraturan Menkes No.35 tahun 2009 Khusus untuk lemari

tempat penyimpanan obat narkotika syarat yang tercantum di pengaturan

adalah sebagai berikut:

a. Ukuran lemari : 40x80x100

b. Bahan : kayu atau bahan lain yang kuat.

c. Lemari dibagi menjadi dua fungsi dengan kunci yang berlainan. Fungsi

yang pertama untuk perbekalan dan bahan baku morfin, petihidin, dan

garam-garamnya.

16
d. Lemari khusus narkotika ditempatkan pada dinding tembok atau lantai,

tidak boleh digunakan untuk keperluan lain, tidak boleh dilihat oleh

umum, dan kunci dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai

apotek yang dikuasakan.

8) Penyusunan obat dalam persediaan diatur menurut golongan secara

sistem alfabetis. Dapat pula diatur menurut pabrik. Obat antibiotik perlu

diperhatikan mengenai tanggal kadaluwarsa. Setiap terjadi mutasi obat

segera dicatat dalam kartu stok.

d. Jumlah Persediaan Obat

Tujuan persediaan obat adalah menjaga agar pelayanan obat oleh apotek

dapat berjalan dengan lancar yaitu dengan :

1) Menjaga kemungkinan keterlambatan pemesanan.

2) Menambah penjualan, bila ada pertambahan pemesanan secara

mendadak.

Jumlah stok obat untuk persediaan 1 sampai 2 bulan sesuai kebijakan

apotek masing-masing.

e. Perhitungan Nilai (Harga Obat) Persediaan

Harga obat dalam persediaan dapat ditentukan dengan bermacam-macam

metode, yaitu :

1) Metode harga standar yaitu merupakan suatu harga yang ditetapkan lebih

dahulu untuk jangka pendek atau bukan untuk jangka waktu panjang.

2) Metode FIFO (First In First Out), yaitu menurut harga pertama dibeli jadi

meskipun harga sudah naik tetap digunakan harga lama pada waktu obat

dibeli.

3) Metode LIFO (Last In First Out), yaitu menurut harga pembelian terakhir.

17
f. Gambaran umum penggolongan obat

Obat yang ada diapotek telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi

beberapa golongan.Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah APA dalam

memperoleh, menyimpan dan menyerahkannya, sehingga pengggunaan menjadi

tepat. Penggolongan obat tersebut terdiri dari :

a) Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa

resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,

ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di DepKes R.I Contoh: Minyak

kayu putih,Obat batuk hitam, Obat batuk putih,Tablet parsetamol,Tablet vitamin

C,B Kompleks,vitamin E dan lain-lain. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan

S.K Menkes RI Nomor 2380/A/SK/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas

dan obat bebas terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat

warna hijau dengan garis tepi berwarna hitam,seperti terlihat pada gambar

berikut:

Gambar 1.1 Lambang obat bebas

b) Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada

pemakainya tanpa resep dokter. Obat keras terbatas adalah obat yang masuk

dalam daftar W singkatan dari “Waarschuwing “artinya peringatan. Maksudnya

obat yang pada penjualannya disertai dengan peringatan.

18
Syarat-syarat penyerahan obat bebas terbatas adalah sebagai berikut :

1) Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkusan asli dari pabriknya

atau pembuatnya.

2) Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus dicantumkan

tanda.

3) Tanda tersebut berwarna hitam, berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan

memuat pemberian berwarna putih.

4) Tanda peringatan seperti contoh dibawah ini:

Gambar 1.2 Peringatan pada obat bebas terbatas

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/1983

tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan

garis tepi berwarna hitam. Seperti terliha pada gambar berikut ini :

Gambar 1.3 Lambang obat bebas terbatas

c) Obat keras daftar G

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari

“Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya

jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.

19
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan atau

memasukkan obat-obat keras ditetapkan sebagai berikut :

1) Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembungkus disebutkan

bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

2) Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata untuk

dipergunakan secara parenteral, baik dengan carasuntikan maupun

dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dan

jaringan.

3) Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras:

obat itu sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung

obat itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau

ada pengecualian.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar G adalah

lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf

K yang menyentuh garis tepi,seperti yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1.4 Lambang obat keras

d) Narkotika dan Psikotropika

Narkotika dan psikotropika adalah obat yang biasa mempengaruhi keadaan

psikis seseorang. Untuk mengelolanya memerlukan cara khusus. Penandaan

untuk narkotika adalah sebagai berikut :

20
Gambar 1.5 Lambang obat narkotik

Sedangkan penandaan psikotropika yaitu:

Gambar 1.6 Lambang obat Psikotropik

Pengertian Narkotika menurut undang-undang Nomor 35 tahun 2009

tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan

rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dapat dibedakan

kedalam golongan I, II, III. Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009 narkotika dibagai

3 golongan yakni:

(1) Narkotika golongan 1

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang

sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: ganja, papaver

somniverum, cocain (Erythroxylon coca), opium mentah, opium masak, heroin,

Etorfin dan lain-lain.

21
(2) Narkotika golongan II

Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan dalam pilihan

terakhir dan akan digunakan dalam terapi atau buat pengembangan ilmu

pengetahuan serta memiliki potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh:

fentanil, morfin, petidin, tebaina, ekgonina dan lain-lain.

(3) Narkotika golongan III

Narkotika yang digunakan dalam terapi atau pengobatan dan untuk

pengembangan pengetahuan serta menimbulkan potensi ringan serta

mengakibatkan ketergantungan. Contoh : etil morfin, codein, propiran,

nikokodina, polkodina, norkodeina dan lain-lain.

Pengertian psikotropika menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1997

tentang psiktropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan

narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan

saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan

perilaku. Psikotropika dibagi menjadi 4 golongan.

(1) Golongan I

Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuanilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai

potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : Lisergida

dan Psilosibina.

(2) Golongan II

Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat

digunakan dalam terapi atau ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : Amfetamina dan Metakualon.

22
(3) Golongan III

Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak

digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh:

Amobarbitaldan Phenobarbital.

(4) Golongan IV

Golongan IV adalah psikotropika berkhasiat pengobatan dan sangat luas

digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan, contoh : Diazepam dan

Klordiazepoksida.

g. Cara Pengelolaan Obat Non Narkotika, Narkotik dan Psikotropika

Perbedaan cara pengelolaan obat bebas, bebas terbatas, obat keras daftar

G dengan pengelolaan obat narkotika dan psikotropika, yaitu pada :

1) Cara pemesanan : SP untuk obat narkotika dan psikotropika harus

menggunakan SP khusus yang ditangani oleh APA.

2) Cara penyimpanan : lemari untuk obat narkotika dan psikotropika

disimpan pada lemari khusus terpisah dengan obat lainnya,yang bentuk

dan ukuran lemarinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

3) Cara penyerahan : penyerahan untuk obat narkotika dan psikotropika

harus sesuai dengan persyaratan yang telah diatur :

a) Apotek, RS, Puskesmas, Balai pengobatan dengan SP Khusus

narkotika.

b) Dokter, pasien dengan resep asli,lengkap dengan nama alamat pasien

dengan dokternya.

23
4) Cara pelaporan : Laporan obat narkotika dan psikotropika selain

digunakan untuk kepentingan analisis bisnis internal, tetapi juga

dilaporkan kepada pihak eksternal (Sudin Yankes Dati II/Kodya dengan

tembusan kepada Dinkes Provinsi, Kepala Balai POM, PBF Kimia

Farma).

Persamaan cara pengelolaan obat bebas, obat bebas terbatas,obat keras

daftar G dengan pengelolaan narkotika dan psikotropika yaitu pada cara

pemusnahan. Cara pemusnahan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras

daftar G,narkotika dan psikotropika,yaitu harus :

1) Ada berita acaranya, yang ditandatangani oleh saksi dari pemerintah

(Badan POM atau Dinkes)

2) Dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

tembusan kepada Dinas Kesehatan Dati II/Kodya/Provinsi.

3) Menggunakan formulir model AP-8.

h. Cara Pemesanan

1) APA membuat pesanan melalui SP narkotika atau SP psikotropika (untuk

narkotika model N 9 rangkap 4,psikotropika model khusus rangkap 3).

2) Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan obat narkotika

beserta faktur ke apotek.

3) Surat pesanan narkotika yang berwarna putih, kuning dan biru untuk PBF

dan 1 lembar salinan berwarna merah sebagai arsip.

24
i. Prosedur pelaporan

Khusus narkotika dan psikotropika dilakukan pelaporan sebagai berikut:

2) Apotek membuat laporan mutasi narkotika psikotropika berdasarkan

dokumen penerimaan dan pengeluaran setiap bulan.

3) Laporan mutasi narkotika dan psikotropika di tandatangani oleh APA,

dibuat rangkap 5, ditujukan kepada Subdinas Pelayanan Kesehatan

Daerah Tingkat II/Kota Madya dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan

Provinsi, kepala Balai POM, PBF Kimia Farma dan salinan 1 arsip.

2. Pengelolaan Resep

a. Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, maupun dokter

hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien

yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Komponen Resep

Dalam resep harus memuat:

1) Nama, alamat, nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, Dokter hewan.

2) Tanggal penulisan resep (inscription).

3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep (invocation).

4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatur).

5) Tanda tangan atau paraf Dokter penulis resep,sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).

6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep Dokter

hewan.

7) Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat yang

jumlahnya melebihi dosis maksimal.(Syamsuni. H,2006)

25
c. Pelayanan resep meliputi:

Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Memeriksa kelengkapan Resep meliputi: nama dokter, surat izin praktek

(SIP), alamat praktek dokter, tanggal penulisan resep, nama obat, jumlah

obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin

pasien.

2) Pemeriksaan kesesuaian farmasetika meliputi : bentuk sediaan, dosis,

potensi, stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.

3) Pertimbangan klinik seperti halnya pada efek samping, interaksi, dan

kesesuaian dosis suatu obat.

4) Konsultasi dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau

obatnya tidak tersedia.

Jika resep yang diterima berupa racikan maka hal-hal yang harus

diperhatikan yaitu sebagai berikut:

1) Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik.

2) Peracikan obat.

3) Pemberian etiket warna putih untuk penggunaan oral atau dalam dan

etiket warna biru untuk pemakain luar.

4) Memasukkan obat kedalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.

Setelah obat sudah disiapkan maka obat tersebut siap untuk diserahkan

ke pasien, namun sebelum obat diserahkan kepada pasien harus

dilakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada

26
etiket, cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat. Hal ini sangat

diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.

d. Penyimpanan Resep

Resep yang telah dibuat,disimpan menurut urutan tanggal dan nomor

penerimaan atau pembuatan resep. Resep yang mengandung narkotik harus

terlebih dahulu dipisahkan dari resep lainnya, tandai dengan garis merah di

bawah nama obatnya. Resep yang telah disimpan selama lebih dari 3 tahun

dapat dimusnahkan dengan cara dibakar atau cara lain yang memadai.

Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) bersama

dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.

e. Pemusnahan Resep

Pada pemusnahan resep harus dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP)

sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan, rangkap 4 ditandatangani oleh APA

bersama dengan sekurang-kurangnya seorang petugas apotek.

Berita acara pemusnahan itu berisi:

1) Tanggal pemusnahan resep.

2) Cara pemusnahan resep.

3) Jumlah bobot resep yang dimusnahkan dalam satuan kilogram (kg).

4) Tanggal resep yang terlama dan terbaru yang dimusnahkan.

Pemusnahan obat dan perbekalan kesehatan dibidang farmasi karena

rusak, dilarang, dan kadaluwarsa dilakukan dengan cara dibakar, ditanam, atau

dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.

27
Pemusnahan tersebut harus dilaporkan oleh APA secara tertulis kepada

Subdinkes/Dinkes setempat dengan mencantumkan:

1) Nama dan alamat apotek.

2) Nama Apoteker Pengelola Apotek.

3) Perincian obat dan perbekalan kesehatan di bidang farmasi yang akan

dimusnahkan.

4) Rencana tanggal dan tempat pemusnahan.

5) Cara pemusnahan.

3. Administratif

Administratif, kegiatannya meliputi : agenda atau pengarsipan dimana

pengaplikasiannya sebagai berikut :

a) Aliran barang masuk berasal dari pembelian (kontan atau kredit)

Pembelian disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan setempat. Jenis obat

yang diperlukan dapat dilihat dari buku data-data obat yang mau dipesan

(defecta untuk pesanan membeli barang serta pengendalian persediaan), baik

dari bagian penerimaan resep atau obat bebas di counter muka maupun dari

petugas gudang.

b) Aliran barang keluar

Setiap barang yang keluar dari gudang, disediakan buku permintaan

barang, yang ditulis oleh seorang asisten apoteker dari peracikan. Buku tersebut

memuat kolom nama barang jumlah yang diminta, jumlah yang diberikan, sisa

persediaan dan keterangan. Dari kolom sisa persediaan dapat dipakai sebagai

alat bantu untuk pengadaan barang (defecta untuk pesanan membeli barang

serta pengendalian persediaan).

28
c) Stock opname tahunan

Biasanya diadakan setiap satu sekali pada akhir tahun.Maksudnya untuk

mengetahui untung rugi perusahaan pada tahun tersebut. Untuk obat

narkotika,diadakan stock opname tiap bulan sekali dan dilaporkan kepada Dinas

Kesehatan Provinsi. Perlengkapan administrasi terdiri dari blanko surat pesanan,

blanko faktur penjualan, blanko surat penjualan, blanko salinan resep, blanko

laporan narkotika dan psikotropika, buku catatan pembelian, buku catatan

penjualan, buku catatan keuangan, dan kartu stok obat.

4. Sumber Daya Manusia (SDM)

Apoteker Pengelola Apotek harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Ijazahnya telah terdaftar pada Kementrian Kesehatan.

b. Telah mengucapkan Sumpah atau Janji sebagai Apoteker.

c. Memiliki STRA.

d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan

tugasnya sebagai Apoteker.

e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker

Pengelola Apotik di Apotik lain.

Adapun tahapan dalam menerima pegawai adalah sebagai berikut:

a. Pencarian melalui iklan, relasi

b. Seleksi melalui persyaratan pendidikan, wawancara, tes kesehatan, test

lainnya

c. Perjanjian kerja

29
Dalam memimpin sebuah apotek, diperlukan:

a. Struktur Organisasi, dimana garis-garis wewenang dan tanggung jawab

saling mengisi (formasi)

b. Job Discription (uraian tugas), dimana setiap pegawai yang bekerja

mengetahui apa tugasnya, tanggung jawabnya, siapa atasan

langsungnya, wewenangnya.

c. Hubungan antar manusia(human relation)

d. Pembinaan secara periodik, termasuk adanya insentif agar timbul

kegairahan, ketenangan kerjadan kepastian masa depan.

Sumber daya manusia di apotek yaitu:

a. Apoteker

Menurut Kepmenkes No. 1027 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan

kefarmasian di Apotek, apoteker di apotek senatiasa harus memiliki kemampuan

menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang

tepat, kemampuan berkomunikasi antar pofesi, menempatkan diri sebagai

pimpinan dalam situasi multidisiplin, kemampuan menelola SDM secara efektif,

selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi

peluang untuk meningkatkan pengetahuan.

Di apotek, apoteker dapat bertugas sebagai:

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA)

2) Apoteker Pendamping

3) Apoteker Pengganti

Menurut KepMenkes No. 1332 Tahun 2002 bahwa apabila APA

berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus

menunjuk seorang Apoteker Pendamping. Apabila APA dan Apoteker

30
Pendamping berhalangan juga dalam melakukan tugasnya maka APA menunjuk

seorang Apoteker Pengganti. APA bertanggungjawab penuh dalam menjalankan

tugasnya di apotek serta mengawasi kinerja Asisten Apoteker dan kayawan lain.

b. Tenaga Teknis Kefarmasian

Menurut PP No.51 Tahun 2009 Tenaga Teknis Kefarmasian meliputi:

sarjana famasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker.

Menurut KepmenkesNo. 679 Tahun 2003 tentang registrasi dan izin kerja

Asisten Apoteker, Asisten Apoteker adalah tenga kesehatan yang berijazah

Sekolah Asisten Apoteker/ Sekolah Menengah Farmasi, Akademi Analis Farmasi

dan Makanan Jurusan Analis Farmasi Dan Makanan Politeknik Kesehatan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepmenpan Nomor 07/Kep/M.Pan/12/1999 Tentang Jabatan fungsional asisten

apoteker dan angka kreditnya.

Pasal 3 ayat 1:

“Asisten Apoteker berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional penyiapan

pekerjaan kefarmasian pada unit pelayanan kesehatan di lingkungan

Departemen Kesehatan, dan Instansi diluar Depkes baik di tingkat pusat maupun

di tingkat daerah.”

Kompetensi tenaga teknis kefarmasi di apotek, yaitu:

1) Pelayanan Resep meliputi :

a) Mengidentifikasi isi resep

b) Melakukan konsultasi

c) Memastikan resep dapat dilayani

31
d) Menghitung harga resep

e) Menginformasikan harga resep

f) Memeriksa hasil akhir

g) Menyerahkan sediaan farmasi sesuai resep disertai informasi

2) Pelayanan non resep :

a) Menerima permintaan pelayanan obat bebas, bebas terbatas, dan

komoditi lain

b) Menganalisis permintaan

c) Memberikan alternatif macam-macam obat bebas, bebas terbatas, dan

komoditi lain

d) Memberi pilihan harga obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain

e) Menyerahkan obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain

f) Memberikan informasi obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain

3) Pengelolaan sediaan Farmasi

a) Memesan dan menerima sedang Farmasi

b) Memeriksa sediaan Farmasi yang habis

c) Memeriksa dan mengendalikan sediaan Farmasi yang mendekati waktu

kadaluarsa

d) Menyimpan sediaan Farmasi sesuai dengan golongannya.

e) Menghitung harga sediaan Farmasi Menerima pesanan sediaan Farmasi

dari institusi farmasi

32
4) Pengelolaan pencatatan

a) Melaksanakan tata cara menyimpan resep

b) Pencatatan persediaan Farmasi

c) Penyimpanan surat pesanan

d) Pencatatan dan penyimpanan laporan

c. Pemilik Sarana Apotek

Apoteker Pengelola Apotek dapat sekaligus menjadi pemilik sarana apotek.

APA dapat bekerjasama dengan PSA apabila diperlukan

d. Juru resep (reseptir), kasir, akuntan, petugas kebersihan dan karyawan

lain tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan.(Yustina Sri Hartini

Dan Sulasmono,2007)

33
BAB III

PROGRAM KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK RESKY FARMA

Tempat kegiatan PKL : di apotek resky farma

Tanggal pelaksanaan : 15 juni s/d 15 juli 2015

Jam kerja : jam 08 : 00 s/d 14 : 00 dan 14 :00 s/d 21 : 00

No Kegiatan Tugas APA Tugas Pembimbing

mengenal dan mengetahui Memberikan pengarahan


Memberikan
1 obat yaitu nama dagang, sekaligus memberikan
pengarahan
komposisi, dan indikasinya penjelasan

Mengetahui jenis-jenis Memberikan pengarahan


Memberikan
2 sediaan obat yang terdapat sekaligus memberikan
pengarahan
di apotek penjelasan

Menyusun dan merapikan

obat/barang pada tempat


Memberikan pengarahan
yang ditentukan Memberikan
3 sekaligus memberikan
berdasarkan generic, pengarahan
penjelasan
paten, injeksi, sirup obat

bebas, bebas terbatas dll.

34
Mengarahkan
Menilai mahasiswa
Melayani pelanggan yang bagaimana cara
4 dalam melayani
membeli obat di apotek melayani dengan
pelanggan
baik dan benar

Menjelaskan Memeriksa kemampuan


Mencatat obat yang sudah
bagaimana cara mahasiswa dan
di jual dalam buku
mencatat obat memeriksa catatan yang
5 penjualan obat
yang sudah di jual sudah di catat apakah
bebas,bebas terbatas dan
dalam buku sudah benar atau masih
obat keras
penjualan apotek salah

Membaca resep dengan Memberikan pengarahan


Memberikan
6 teliti dan berikan obat yang sekaligus memberikan
pengarahan
diminta penjelasan

Memberikan pengarahan
Meracik obat puveres, Memberikan
7 sekaligus memberikan
kapsul dan salep pengarahan
penjelasan

Membuat copy resep dari Memberikan

R/ asli yang diambil pengarahan Memeriksa hasil kerja


8
sebagian/ permintaan bagaimana cara mahasiswa

pembeli menulis copy resep

35
Memfasilitasi

pelayanan non R/
Melakukan pelayanan non Sebagai pembimbing
9 termasuk OWA
R/ termasuk OWA. sekaligus penggarah
dan membimbing

siswa

Mengecek stock obat yang Memberikan Memeriksa hasil kerja


10
sudah di jual penjelasan mahasiswa

Menjelaskan
Menilai mahasiswa
Menerima barang atau bagaimana cara
11 dalam menerima barang
obat dari PBF menerima barang
atau obat
dari PBF

Memeriksa obat yang Memberikan pengarahan


Memberikan
12 sudah habis atau tidak sekaligus memberikan
pengarahan
pernah di order penjelasan

Memberikan

Menulis faktur pembelian pejelasan cara Memeriksa hasil kerja


13
obat menulis faktur di mahasiswa

buku pembellian

36
BAB IV

HASIL KEGIATAN PERAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI APOTEK RESKY FARMA

A. Tinjauan Mengenai Apotek Resky Farma

1. Lokasi Apotek

Menurut peraturan yang ada terkait dengan jarak antara apotek adalah

tidak lagi adanya pembatasan terhadap jarak apotek yang telah di selengarakan

dengan apotek yang telah ada. Namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi

penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah

dokter yang berpraktek, sarana pelayanan kesehatan, hygine lingkungan dan

faktor lainnya agar mudah di jangkau masyarakat.

Denah Lokasi Apotek Resky Farma

“Lokasi Apotek Resky Farma

37
2. Bangunan Apotek

Apotek resky Farma memiliki 2 bangunan yang bertingkat satu, yaitu

a. Gudang obat

b. Apotek terdiri dari Ruang Obat, Tempat Meracik, Ruang Tunggu, Poli

Saraf, Poli Anak, Ahli Penyakit Dalam, Poli THT-KL, Poli Gigi,

Laboratorium, dan WC

3. Perlengkapan Apotek Resky Farma

a) Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan obat seperti Mortir dan

stemper

b) Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi seperti : botol, lemari atau rak

penyimpanan obat, dan lemari pendingin.

c) Wadah pengemas atau pembungkus antara lain: etiket, wadah pengamas

dan pembungkus dengan jenis ukuran yang sesuai dengan kebutuhan.

d) Alat administrasi seperti: blanko pesanan obat, kartu stock obat, salinan

resep, kwaitansi, blanko faktur dan nota penjualan, buku pembelian, buku

penjualan, buku pinjaman, buku pengeluaran dan pemasukan apotek.

e) Buku standar yang ada seperti: ISO dan farmakope Indonesia edisi III

4. Struktur Organisasi Apotek

Personalia di Apotek Resky Farma terdiri dari 4 orang yang meliputi 1

orang PSA, 1 orang Apoteker pengelola apotek (APA), 1 orang asisten apoteker

(AA), 1 orang asisten pendamping, dan 5 staf apotek.

38
PSA (Pemilik Saran Apotek)

SAHRANI

APOTEKER

MAGRIANTIN, S.Farm, Apt

ASISTEN APOTEKER ASISTEN APOTEKER


PENDAMPING

Hj. NURLAILA UKSAN, AMFf

STAF

AGUS SALIM HERMAN HERDIN NOVITA

CLEANIN SERVICE

AHMAD GUNAWAN WEKOILA

Struktur Organisasi Apotek Resky Farma

B. Kegiatan Siswa Di Apotek Resky Farma

1. Kegiatan Manajerial

a. Perencanaan Dan Pengadaan Obat

1) Perencanaan

Perencanaan merupakan dasar tindakan manejer untuk dapat

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dalam perencanaan pengadaan sediaan

farmasi seperti obat-obatan dan alat kesehatan yang dilakukan adalah

pengumpulan data obat-obatan yang akan di tulis dalam buku defacta. Sebelum

perencanaan di tetapkan, umumnya di dahulukan oleh prediksi atau ramalan

tentang peristiwa yang akan datang.

39
Sesuai dengan peraturan Menkes No.1027 tahun 2004, dalam membuat

perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan :

a) Pola peresepan

b) Pola penyakit

c) Tingkat perekonomian masyarakat

d) Budaya masyarakat

e) Ketersediaan barang/perbekalan farmasi

2) Pengadaan

Pengadaan biasanya di lakukan berdasarkan perencanaan yang telah di

buat dan di sesuaikan dengan anggaran keuangan yang ada. Pengadan barang

meliputi: pemesanan, cara pemesanan, mengatasi kekosongan dan

pembayaran.

a) Pemesanan barang atau order dilakukan oleh asisten apoteker

berdasarkan catatan yang ada dalam buku habis berisi catatan barang-

barang yang hampir habis atau yang sudah habis di apotek. Sebelum

dilakukan order, obat yang tertulis dalam buku habis dicocokkan dengan

buku defacta.

b) Cara pemesanan barang dilakukan dengan menuliskan surat pesanan

(SP). Selain narkotika dan psikotropika meliputi tanggal, nomor pesanan,

kode supplie, nama barang, satuan barang, dan jumlah barang. SP akan

diambil selesman dari masing-masing PBF, apabila selesman PBF tidak

datang order bisa dilakukan melalui telpon (untuk obat selain narkotika

dan psikotropika)

40
c) Mengatasi pemesanan obat akibat waktu antara pemesanan dan

kedatangan barang yang lama.

d) Pembayaran dapat dilakukan dengan cara COD (Cast on delivery) atau

kredit.

b. Penerimaan Obat

Penerimaan barang harus dilakukan dengan mengecek kesesuain barang

yang datang dengan faktur dan SP. Kesesuain meliputi : nama barang, jumlah

barang, satuan, harga, diskon, dan nama PBF serta mengecek masa

kadaluarsanya. Faktur di periksa tanggal pesan dan tanggal jatuh temponya, lalu

di tanda tangani dan di cap oleh Apoteker pengelola Apotek (APA) atau Asisten

Apoteker (AA), yang mempunnyai SIK. Kemudian faktur yang sudah di tanda

tangani tersebut di masukkan kedalam format pembelian.

c. Pencatatan Keuangan Dan Perbekalan Farmasi

Keuangan meliputi adminitrasi untuk uang masuk, uang keluar , buku

harian penjualan. Catatan mengenai uang masuk meliputi laporan penjualan

harian sedangkan uang yang keluar tercatat dalam buku pengeluaran apotek.

d. Penataan Dan Penyimpanan Obat

Obat dan bahan obat harus di simpan dalam wadah yang cocok dan harus

memenuhi ketentuan pengemasan dan penandaan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Penyimpanan obat di golongkan berdasarkan bentuk bahan baku seperti :

bahan padat di pisahkan dari bahan cair atau bahan yang setengah padat di

pisahkan dari bahan cair. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan zat-zat yang

bersifat higroskopis demikian pula halnya terhadap barang-barang yang mudah

terbakar dan obat-obat yang mudah rusak dan meleleh pada suhu kamar.

41
Penyimpanan dilakukan dengan cara/berdasarkan nama penyakit, khasiat obat,

dan nama generik dan paten untuk memudahkan pengambilan obat saat

diperlukan.

2. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian

a. Pelayanan Non Resep

Penjualan meliputi obat bebas/obat bebas terbatas, kosmetik, alat

kesehatan, serta barang lain yang dapat dijual tanpa resep dokter. Misalnya :

jamu dan fitofarmaka

Dalam pelayanan tanpa resep apoteker mengikuti standar operasional

prosedur (SOP) yang telah ditentukan apotek

1) Pasien datang

2) Menyapa pasien dengan ramah dan menanyakan kepada pasien obat

apa yang dibutuhkan

3) Tanyakan lebih dahulu keluhan atau penyakit yang diderita pasien,

kemudian bantu pasien untuk mendapatkan obat yang tepat

4) Menghitung harga dan minta persetujuan terhadap nominal harga

5) Bila sudah terjadi persetujuan, ambilkan obat yang diminta pasien

6) Serahkan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai

kegunaan dan aturan pakai

b. Pelayanan Resep

Penjualan obat dengan resep dokter pada umumnya dilakukan dengan

SOP apotek yang telah ditentukan meliputi :

1) Apoteker menerima resep

2) Lakukan skrining resep meliputi adsministrasi, pharmaceutical dan klinik

42
3) Bila ada obat yang akan diganti (merk lain) mintakan persetujuan pasien

terlebih dahulu serta dokter yang bersangkutan

4) Hitunglah nominal harga dan mintalah persetujuan kepada pasien

5) Siapkan obat sesuai dengan resep dan berikan etiket

6) Teliti kembali resep sebelum menyerahkan kepada pasien

7) Pada saat menyerahkan, wajib memberikan informasi minimal mengenai

kegunaan dan aturan pakai

c. Standar Operasional Prosedur Meracik Obat

1) Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik

2) Buatlah instruksi meracik meliputi : no resep, nama pasian, jumlah dan

cara mencampur

3) Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya

untuk diracik.

4) Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker

5) Siapkan bat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada

struknya

6) Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu

7) Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati-hati

8) Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya

9) Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket

10) kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan

11) Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai

12) Cucilah tangan sampai bersih

43
d. Pelayanan KIE

Dimana kita sebagai ahli farmasi mampu memberikan konseling mengenai

obat dengan benar dan tepat yang diberikan kepada pasien atau pembeli,

adapun konseling yang diberikan :

1) Kegunaan atau indikasi suatu obat

2) Cara penggunaan atau aturan pakai

3) Efek samping obat

4) Kontra indikasi obat

5) Interaksi obat sesuai kebutuhan pasien

6) Pola hidup

7) Kepatuhan pasien

Setelah konseling dilakukan, maka obat dapat diserahkan kepada pasien

atau pelanggan yang membeli obat di apotek

44
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1) Fungsi apotek adalah menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dari fungsi

yang pertama ini seorang farmasis harus hadir dengan wajah yang

sangat sosial penuh etika dan moral

2) Dalam pelayanan standar operasional prosedur (SOP) yang dilakukan

apotek telah mengikuti syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh

pemerintah

B. Saran

1) Untuk mahasiswa stikes konawe agar pelaksanaan PKL dilaksanakan

pada waktu yang lebih lama agar siswa-siswi lebih dapat memahami

perannya di bidang kefarmasian sebagai seorang asisten apoteker.

2) Diharapkan kegiatan seperti ini dapat berlangsung seterusnya guna dapat

memberikan bekal tambahan bagi mahasiswa stikes konawe agar mampu

bersaing dalam dunia kerja dan mampu mencetak mahasiswa yang

profesional di bidang kefarmasian sehingga membawa nama baik

universitas

45
LAMPIRAN

Lampiran I Denah Lokasi Apotek

Lampiran II Pembahasan Resep


1. SANMOL DROP

1) Kelengkapan Resep

Mempunyai alamat, nama dokter dan nama pasien

2) Kandungan

3) Indikasi Kegunaan

Meringankan rasa sakit pada keadaan sakit pada keadaan sakit kepala,

sakit gigi, menurunkan deman yang disertai influenza dan deman setelah

imunisasi.

4) Kontra Indikasi

a. Hipersensivitas terhadap parasetamol

b. Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat

5) Efek Samping

a. Penggunaan jangka lama dan dosis berat dapat menyebabkan

kerusakan hati

b. Reaksi hipersensivitas

6) Perhatian khusus

a. Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penderita penyakit

ginjal

b. Bila setelah 2 hari deman tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri

tidak menghilang, segera hubungi unit penyelamat kesehatan.

c. Penggunaan obat ini pada penderita yang menkonsumsi alcohol,

dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati.

7) Aturan Pakai

Diminum 3x sehari 0,8 mc


2. APECUR SYRUP

1) Kelengkapan Resep

Mempunyai alamat, nama dokter dan nama pasien

2) Kandungan

Curcuminiod 2 mg, β-carotence 10% 4 mg, vitamin B1 3 mg, vitamin B2 2

mg, vitamin B6 5 mg, vitamin B12 5 mcg, vitamin D 100 iu, dexpanthenol 3

mg, Ca pidolate 300 mg.

3) Indikasi Kegunaan

Suplemen vitamin untuk meningkatkan nafsu makanan dan stamina,

mencegah defisiensi.

4) Aturan Pakai

Diberikan sesudah makan, diminum 1x sehari ½ sendok teh.

Lampiran III Contoh Etiket Dan Label


Lampiran IV Contoh Copy Resep

Lampiran V Contoh Kwitansi


Lampiran VI Contoh Nota

Lampiran VII Contoh Surat Pesanan Obat


Lampiran VIII Contoh Surat Pesanan Obat Mengandung Precursor

Lampiran IX Contoh Kartu Stok Obat


Lampiran X Contoh Faktur

Anda mungkin juga menyukai