Penyelesaian :
Modal manusia memiliki peran penting dalam penciptaan nilai ekonomi dan bisnis
(McGregor dkk. 2004; Karami dkk. 2006). Modal manusia meliputi semua proses yang
mampu memicu tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan melahirkan pengusaha yang
kompetitif dan mampu menjalankan bisnis dengan lebih baik. Faktor kemampuan dan
keterampilan modal manusia yang berkualitas diperlukan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan terutama dalam industri kecil dan menengah (Skuras 2005). Oleh karena itu,
pembangunan manusia harus dilakukan agar kualitas manusia dapat ditingkatkan untuk
kepentingan pembangunan ekonomi khususnya melalui peningkatan kualitas SDM
industry.
Konsep modal manusia menurut pandangan modern mulai dipelopori oleh Schultz
(1960) dan Becker (1964). Dalam perkembangannya, konsep modal manusia dapat
dijelaskan sebagai kemampuan atau kapasitas baik sejak lahir atau keturunan maupun
pengumpulan yang dibentuk selama usia bekerja secara produktif diikuti dengan bentuk-
bentuk modal atau input lain yang bertujuan untuk mencapai kemapanan ekonomi.
Definisi lain menyebutkan secara lebih spesifik konsep modal manusia pada
dasarnya adalah pendidikan atau intelektual, keterampilan dan pengalaman kerja (Yan dkk.
2003). Istilah modal manusia selanjutnya pada umumnya didefinisikan sebagai akumulasi
pendidikan, termasuk pengetahuan dan keterampilan pada usia kerja yang terkumpul
melalui pendidikan formal, pelatihan dan pengalaman.
Kajian tentang pencapaian kualitas SDM pengusaha mulai mendapat perhatian oleh
pemerintah di berbagai negara. Seperti terjadi di Amerika Serikat dari penelitian Bates
(2005) telah membuktikan bahwa meskipun industri kecil mendapat pemberian modal
(kapitalisasi) yang besar saat memulai bisnis (start-up), namun tetap gagal karena diyakini
akibat pengaruh pencapaian yang lebih rendah dalam pendidikan dan pengalaman spesifik
bidang bisnis yang digeluti. Demikian juga pada industri kecil di Indonesia, berbagai
bentuk bantuan modal dan insentif telah diberikan oleh pemerintah Indonesia, namun
semuanya tidak memberikan hasil yang menggembirakan (Thee 2006).
Walaupun modal manusia telah diyakini memiliki peran penting bagi
perekonomian dan bisnis namun berbagai penelitian gagal membuktikan signifikansinya.
Sering ditemukan hasil penelitian modal manusia yang tidak signifikan (misalnya dalam
kajian Pritchett 1997; Wayne et al. 1999; Pennings dkk. 1998; Dolton & Vignoles 2000).
Penelitian tersebut biasanya lebih berfokus pada penelitian bersifat modal manusia
kuantitatif, yaitu aspek modal manusia yang diukur menggunakan ukuran seperti tahun dan
tingkat pendidikan (Bruderl dkk. 1992; Cooper et al. 1994; Gimeno dkk. 1997) atau
melalui jumlah tahun pengalaman bekerja (Evans & Leighton 1989; Bruderl dkk. 1992).
Sedangkan pengukuran secara kualitatif terhadap aspek modal manusia sering diabaikan
dalam banyak studi yang telah dilakukan. Misalnya tidak memasukkan variasi pengalaman
untuk mengukur pengalaman. Tidak memasukkan kualitas pelatihan atau kesesuaian
latihan dalam mengukur pelatihan, serta tidak memperhatikan jenis keterampilan yang
diperlukan ketika mengukur aspek keterampilan.
Penelitian terdahulu tentang modal manusia kebanyakan hanya mencakup satu atau
dua aspek saja secara terpisah. Begitu juga ketika menganalisis hubungannya dengan aspek
kinerja, kebanyakan penelitian hanya mengkaji satu atau dua aspek kinerja saja dan
seringkali menghasilkan signifikansi penelitian yang tidak pasti (Susanne, 2009; Clark,
2003; Hudson et al. 2001). Dimungkinkan hal itu disebabkan oleh tidak tepatnya
penentuan keterkaitan antara aspek modal manusia yang dipilih, dan pengukuran setiap
aspeknya. Pemikiran ini sesuai dengan penelitian oleh McGregor dkk. (2004) yang
menjelaskan kembali pemikiran tentang konsep modal manusia dengan mengaitkan pada
model transisi hubungan pekerjaan untuk sebuah ekonomi baru. Dinyatakan bahwa
perlunya memikirkan kembali berbagai kemampuan yang diperlukan oleh para manajer
dan karyawan untuk kinerja suatu bisnis. Perkembangan teori dan penyusunan model harus
dimasukkan berbagai faktor termasuk tipe sumber daya manusia yang khusus, isu
keterampilan dan kemampuan, kepatuhan industri (industrial compliance), perilaku
personel yang diperlukan oleh suatu pekerjaan modern, dan konsep keterampilan yang
lebih sesuai. Singkatnya, modernisasi pekerjaan membutuhkan konsep baru melalui modal
manusia.
Oleh karena itu perlu adanya kajian terpadu tentang berbagai aspek modal manusia
terutama ketika dikaitkan dengan kinerja usaha. Hal ini dapat ditunjukkan dari penelitian
yang menegaskan beberapa aspek modal manusia dalam menjelaskan beberapa aspek
kinerja perusahaan (Bruderl dkk. 1992; Gimeno dkk. 1997; Pennings dkk. 1998; Pasanen
2003), dan termasuk pula dalam hal pertumbuhan dan survival perusahaan (Westhead
1995; McGregor dkk. 2004). Dengan demikian, penting membuat kajian empiris tentang
berbagai aspek modal manusia yang mencakup aspekaspek berbagai aspek modal manusia
terutama aspek pendidikan, pelatihan, pengalaman, keterampilan, kewirausahaan dan
jaringan.
Sumber: (
https://publikasiilmiah.ums.ac.id)
Penyelesaian :
Pada waktu yang bersamaan, bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan untuk
mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah lebih dahulu maju. Oleh karena
itu, pembangunan bangsa yang maju dan mandiri, untuk mewujudkan kesejahteraan,
mengharuskan dikembangkannya konsep pembangunan yang bertumpu
pada manusia dan masyrakatnya. Atas dasar itu, untuk mencapai tujuan pembangunan
yang demikian, titik berat pembangunan diletakkan pada bidang ekonomi dengan
kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan kapasitas dan kualitas suatu bangsa melalui pembangunan SDM yang
unggul merupakan tugas bersama dalam menciptakan bangsa yang kuat dan negara yang
makmur. Melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik dan mental
akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian
bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional. Dalam kaitan ini, terdapat
beberapa hal yang harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan kualitas SDM antara
lain, pertama, adalah sistem pendidikan yang baik dan bermutu. Untuk mencapai hal
tersebut, maka diperlukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh,
terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan, serta relevansinya dengan kebutuhan
masyarakat dan dunia kerja. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran penting dalam
penyelenggaraan sistem pendidikan yang efektif dan efisien, berorientasikan pada
penguasaan IPTEK serta merata di seluruh pelosok tanah air.
Kedua adalah penguatan peran agama dalam kehidupan sosial bermasyarakat dalam
rangka memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa (character building). Ketiga adalah
peningkatan kapasitas SDM melalui berbagai Diklat, kompetensi, pembinaan dan lain-lain.
Tenaga kerja profesional dan terampil sesuai tuntutan/kebutuhan pasar merupakan faktor
keunggulan suatu bangsa dalam menghadapi persaingan global.
Sumber: (https://www.kemenkopmk.go.id/membangun-sdm-indonesia-membangun-
sinergitas)
3. Penghargaan terhadap sumber daya manusia
Penyelesaian :
Menurut Irham Fahmi (2016:64) reward merupakan bentuk pemberian balas jasa
yang diberikan kepada seseorang karyawan atas prestasi pekerjaan yang dilakukan, baik
berbentuk finansial maupun non finansial. Menurut Siagian (2015:4-5) reward adalah
pekerjaan itu sendiri, upah, peluang promosi, pengawasan, dan rekan kerja. reward juga
merupakan usaha atau cara untuk menumbuhkan pengakuan atau perasaan diterima
didalam organisasi, yang meliputi non finansial dan finansial. Sedangkan menurut
Satrohadiwirya (2010:17) yang mengatakan penghargaan merupakan imbalan balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut
telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan definisi para ahli diatas, reward adalah ganjaran, hadiah, atau imbalan.
Dalam konsep manajamen reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi
para pegawai, metode ini bisa juga mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan seseorang
dengan perasaan bahagia, senang dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu
perbuatan yang berulang-ulang, selain motivasi reward juga bertujuan agar seseorang
menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi yang telah dapat
dicapainya. Maka dapat disimpulkan bahwa reward adalah segala imbalan balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan atas kontribusi karyawan.
Tujuan penghargaan
1) Menarik SDM
2) Memotivasi SDM
Penghargaan pegawai harus memotivasi pegawai untuk dapat bekerja lebih
baik, lebih bersemangat dan lebih berkinerja tinggi.
3) Mengembangkan SDM
4) Memuaskan SDM
5) Memelihara SDM
Pasar tenaga kerja mempengaruhi pemberian reward dalam dua cara, yang pertama
tingkat persaingan tenaga kerja sebagian menentukan batas rendah atau floor tingkat
pembayaran. Tingkat pembayaran suatu perusahaan yang terlalu rendah, tenaga kerja
yang memenuhi syarat tidak akan bersedia bekerja diperusahaan itu. Kedua, pada saat
yang sama, mereka menekan pengusaha untuk mencari alternatif, seperti penyediaan
tenaga kerja asing, yang harganya mungkin lebih rendah, atau teknologi yang
mengurangi kebutuhan tenaga kerja.
2) Kondisi ekonomi
Salah satu aspek yang juga mempengaruhi reward sebagai salah satu faktor
eksternal adalah kondisi-kondisi ekonomi industri, terutama derajat tingkat persaingan,
yang mempengaruhi kesanggupan untuk membayar perusahaan itu dengan gaji tinggi.
3) Peraturan pemerintah
4) Serikat pekerja
Pengaruh eksternal penting lain pada suatu program reward kerja adalah serikat
kerja. Kehadiran serikat pekerja diperusahaan sektor swasta diperkirakan meningkat
upah 10 sampai 15 persen dan menaikkan tunjangan sekitar 20 sampai 30 persen.
Perbedaan upah antara perusahaan yang mempunyai serikat pekerja dengan yang tidak
mempunyai serikat pekerja tampak paling besar selama periode resesi dan paling kecil
selama periode inflasi.
Sumber: (http://repository.unsada.ac.id)
Penyelesaian:
Dasar-Dasar Motivasi
Motivasi adalah serangkaian sikp dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk
mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut
merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu
bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari dua komponen
yaitu:
Pada dasarnya motivasi dapat memacu karyawan untuk bekerja keras sehingga
dapat mencapai tujuan mereka. Hal ini akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan
sehingga berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan. Sumber motivasi ada tiga
faktor, yakni:
Disamping itu terdapat beberapa aspek yang berpengaruh terhadap motivasi kerja
karyawan, yakni:
4. Penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen
Sementara itu menurut Stephen Robbins, motivasi adalah; The willingness to exert high
levels of effort toward organizational goals, conditioned by the effort’s ability to satisfy
some individual need.
a. Sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.
b. Suatu keahlian dalam mengarahkan karyawan dan perusahaan agar mau bekerja secara
berhasil, sehingga keinginan karyawan dan tujuan perusahaan sekaligus tercapai.
Unsatisfied need
Tension
Drives
Search Behavior
Satisfied Need
Reduction of Tension
Teori Motivasi
Aktualisasi Diri
Penghargaan Diri
Kebutuhan akan harga diri, kebuuhan dihormati dan dihargai orang lain.
Kepemilikan Sosial
Rasa Aman
Kebutuhan rasa aman, keutuhan prlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan
lingkungan hidup
Kebutuhan Fisiologis
Karyawan sebenarnya tidak suka bekerja dan jika ada kesempatan dia akan
menghindari atau bermalas-malasan dalam bekerja.
Semenjak karyawan tidak suka atau tidak menyukai pekerjaannya, mereka harus
diatur dan dikontrol bahkan mungkin ditakuti untuk menerima sanksi hukum jika
tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.
Karyawan akan menghindari tanggung jawabnya dan mencari tujuan formal sebisa
mungkin.
Kebanyakan karyawan menempatkan keamanan di atas faktor lainnya yang
berhubungan erat dengan pekerjaan dan akan menggambarkannya dengan sedikit
ambisi.
Karyawan dapat memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang wajar, lumrah dan
alamiah baik tempat bermain atau beristirahat, dalam artian berdiskusi atau sekadar
teman bicara.
Manusia akan melatih tujuan pribadi dan pengontrolan diri sendiri jika mereka
melakukan komitmen yang sangat objektif.
Kemampuan untuk melakukan keputusan yang cerdas dan inovatif adalah tersebar
secara meluas di berbagai kalangan tidak hanya melulu dari kalangan top
management atau dewan direksi.
4. Teori ERG
Teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam
individu yang menyebabkan mereka bertingkah laku tertentu.
Kepuasan
Process Theory menekankan pada bagaimana dan dengan tujuan apa setiap individu
dimotivasi agar menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Dalam pandangan ini,
kebutuhan hanyalah salah satu elemen dalam suatu proses tentang bagaimana para individu
bertingkah laku.
Dasar dari teori proses tentang motivasi ini adalah adanya expectancy (harapan),
yaitu apa yang dipercayai oleh individu akan mereka peroleh dari tingkah laku mereka.
Faktor tambahan dari teori ini adalah kekuatan dari preferensi individu terhadap
hasil yang diharapkan.
Rangsangan
Tanggapan yang
akan datang
Tanggapan Akibat
Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi. Sebaliknya
teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi perilaku di masa lalu memengaruhi tindakan
di masa yang akan datang dalam suatu siklus proses belajar.
Dalam pandangan teori ini, individu bertingkah laku tertentu karena di masa lalu
mereka belajar bahwa perilaku tertentu seseorang akan berhubungan dengan hasil yang
menyenangkan terhadap orang lain, dan perilaku tertentu akan juga menghasilkan akibat
tidak menyenangkan. Pada umumya, individu lebih suka akibat yang menyenangkan,
karena mereka akan mengulangi perilaku yang akan mengakibatkan konsekuensi yang
menyenangkan.
Dari gambar di atas terlihat bahwa suatu peristiwa (rangsangan) merupakan sebab
dengan akibat tertentu yang akan memengaruhi perilaku individu (tanggapan). Jika akibat
tersebut positif, dalam menghadapi situasi yang serupa, individu cenderung melakukan
sesuatu yang sama, tetapi jika akibat tersebut negatif maka individu cenderung mengubah
perilaku untuk menghindarinya.
Perilaku individu dapat diubah. Perilaku negatif dapat diubah dengan memberikan
imbalan agar berubah menjadi positif. Pada umumnya akan lebih efektif jjika memberikan
imbalan untuk perilaku yang diinginkan daripada menghukum perilaku yang tidak
diinginkan.
Cara berinteraksi;
Menjadi pendengar aktif;
Penyusunan tujuan yang menantang;
Pendekatan penyelesaian masalah dan tujuan yang berfokus pada perilaku bukan
pada pribadi;
Informasi yang menggunakan teknik penguatan.
Akhirnya, pola dasar expectancy theory itu adalah pemahaman antara individu dan
hubungannya dengan hasil kerja dan kemampuan kerja antara hasil kerja dan penghargaan
dan kepuasan tujuan individu.Menurut teori ini ada empat asumsi mengenai perilaku
individu dalam perusahaan, yaitu:
Imbalan
Intrinsik
Imbalan
Ekstrinsik
Gambar: Model Teori Harapan
Model teori harapan (gambar) mempunyai sejumlah implikasi nyata, yaitu:
Menentukan imbalan yang dinilai oleh setiap karyawan. Jika imbalan menjadi
motivator, maka akan cocok untuk individu yang terlibat. Pimpinan dapat
menentukan imbalan apa yang diinginkan oleh karyawannya dengan reaksinya
dalam situasi yang berbeda-beda dan menanyakan imbalan apa yang mereka
inginkan.
Menentukan kinerja yang diinginkan. Identifikasi tingkat kinerja atau perilaku yang
diinginkan sehingga dapat memberitahukan apa yang harus dilakukan agar mereka
diberi imbalan.
Mengaitkan imbalan dengan kinerja. Untuk mempertahankan motivasi, imbalan
yang layak harus jelas dikaitkan dengan suatu kinerja dalam jangka waktu yang
singkat.
Menganalisis faktor-faktor yang mengurangi efektivitas imbalan. Perbedaan antara
rencana imbalan dengan pengaruh lain di dalam lingkungan kerja memungkinkan
dilakukannya penyesuaian di dalam sistem imbalan.
Memastikan imbalan mencukupi. Imbalan yang kecil akan menjadi motivator yang
kecil pula.
Penggunaan motivasi yang bersifat positif lebih memerlukan tingkat kemampuan yang
cukup tinggi daripada penggunaan motivasi negatif. Setiap individu berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Karena itu, setiap pemimpin harus mempelajari setiap perilaku
bawahannya agar bisa menggunakan motivasi yang tepat dan cocok.
Cara ini sering diabaikan sebagai alat motivasi yang sangat berguna. Kebanyakan
manusia senang menerima pengakuan terhadap pekerjaan yang diselesaikannya dengan
baik. Berdiam diri saja tidak cukup, terutama apabila pekerjaan baik dihargai tanpa
komentar, sementara pekerjaan jelek selalu diberikan teguran. Pimpinan tentu saja bisa
memberikan pujian untuk siapa saja dan pekerjaan apa saja. Bagaimanapun
penghargaan terhadap pekerjaan yang terselesaikan dengan baik akan menyenangkan
perasaan karyawan tersebut.
Komunikasi dan Informasi
Kebanyakan orang ingin mengetahui latar belakang atau alasan suatu tindakan. Hal
ini banyak diabaikan oleh para manajer dalam praktik sehari-hari. Pada umumnya
manajer cenderung berpikir hanya tentang imbalan atau uang yang pantas diberikan
kepada karyawan. Dikarenakan sifat ini, yaitu rasa ingin tahu atau kebutuhan
pentingnya akan informasi, maka pemberian informasi tentang mengapa suatu tindakan
atau perintah diberikan bisa merupakan motivasi yang negatif. Pemberian informasi
yang jelas juga akan sangat berguna untuk menghindari adanya gosip, desas-desus dan
sebagainya.
Pada umumnya, setiap orang senang bersaing secara sehat, fair dan jujur. Sikap
dasar ini bisa dimanfaatkan oleh para pimpinan dengan memberi rangsangan atau
motivasi persaingan yang sehat dalam menjalankan tugasnya. Pemberian hadiah untuk
yang menang merupakan bentuk motivasi positif. Partisipasi yang dimaksudkan disini
adalah,, yang digunakan sebagai democratic manajement atau consultative supervision.
Dengan dijalankannya partisipasi ini bisa diperoleh beberapa manfaat, seperti bisa
dibuatnya keputusan yang lebih baik karena banyaknya sumbangan pikiran, adanya
penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan
diperlukan atau feeling of importance. Kebanggaan di sini sebagai alat motivasi atau
overlap dengan persaingan dan pemberian penghargaan
Model Tradisional
Model motivasi ini dihubungkan dengan tokoh Fredrick Taylor dan aliran
manajemen ilmiah. Sesuai dengan aliran ini, aspek yang sangat penting dari pekerjaan
para manajer adalah bagaimana membuat para karyawan bisa menjalankan pekerjaan
mereka yang membosankan dan berulang-ulang dengan cara yang paling efesien.
Untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar melakukan tugas mereka dengan
berhasil; semakin banyak mereka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang
sempurna, semakin besar penghasilan mereka.
Elton Mayo dan penelliti tentang hubungan manusiawi lainnya menemukan bahwa
kontak sosial yang dialami mereka, dan kebosanan serta rutinitas pekerjaan merupakan
hal-hal yang mengurangi motivasi mereka dalam bekerja. Sehingga mereka
menganjurkan para manajer bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui
kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna.
Sesuai dengan pendapat ini, perusahaan mencoba untuk mengakui kebutuhan sosial
para karyawan, dan mencoba memotivasi mereka dengan meningkatkan kepuasan
kerjanya. Para karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil
keputusan dalam menjalankan pekerjaannya.
Meskipun demikian, tujuan para manajer adalah tetap sama seperti dalam model
tradisional, para karyawan mau menerima kondisi kerja yang diciptakan oleh manajer.
Dalam model tradisional, para karyawan diharapkan bersedia menerima wewenang
manajer dengan diberikan imbalan upah yang tinggi, menjalankan sistem kerja yang
efesien yang dirancang oleh para manajer. Dalam model hubungan manusiawi, para
karyawan diharapkan untuk menerima wewenang manajer karena atasan mereka
memperlakukan mereka dengan baik dan tenggang rasa, juga penuh perhatian atas
segala kebutuhan mereka.
Tugas manajer dalam model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah
atau uang saja tetapi juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam
mencapai tujuan organisasi dan anggotanya, di mana setiap karyawan menyumbangkan
sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing.
Sumber:
(https://www.academia.edu/21724745/MOTIVASI_Manajemen_Sumber_Daya_Man
usia_)
5. Meningkatkan competitive advantage melalui karyawan
Penyelesaian:
Pendekatan riset yang menfokuskan pada SDM secara individual dan kaitkan
dengan kinerja perusahaan telah dirintis sejak awal tahun 1990-an. Bartel (1994) menguji
hubungan antara program pelatihan yang diadopsi dan pertumbuhan produktivitas,
sementara hubungan antara program pelatihan dan kinerja keuangan didukung oleh Gerhart
dan Milkovich (1992).Weitzman dan Kruse (1990) mengidentifikasi hubungan antara
skema kompensasi insentif dan produktivitas, dan Terpstra dan Rozell (1993) menguji
proses rekrutmen, seleksi uji validasi dan penggunaan prosedur seleksi formal dan
menemukan hubungan dengan profit perusahaan. Pada umumnya, penyeleksian dalam
penyusunan staf mempunyai hubungan positif dengan kinerja perusahaan (Becker dan
Huselid 1992, Schmidt, Hunter, McKenzie dan Muldrow 1979). Evaluasi kinerja dan
keterkaitan dengan skema kompensasi telah diidentifikasi sebagai penyumbang kenaikan
dalam profitabilitas perusahaan (Borman 1991).
Studi empiris yang terkait dengan hubungan intellectual capital dalam bentuk
sumber daya pengetahuan (knowledge) dengan kinerja perusahaan antara lain dilakukan
oleh: Nonaka dan Takeuchi (1995), dan Zahra dan George (2002). Nonaka dan Takeuchi
(1995) menyatakan bahwa hanya perusahaan yang dapat memproduksi pengetahuan baru
secara berkelanjutan saja yang mampu mencapai posisi lebih baik untuk memiliki
competitive advantage. Zahra dan George (2002) mengutarakan model rekonseptualisasi
yang menghubungkan antara sumber pengetahuan, absorptive capacity dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keunggulan bersaing.
Sumber: (https://media.neliti.com)
Penyelesaian:
Sumber daya manusia yaitu salah satu faktor yang penting dan tidak dapat
dilepaskan dari sebuah organisasi, baik institusi maupun perusahaan.SDM juga merupakan
penentu perkembangan perusahaan. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang
dipekerjakan dalam sebuah organisasi sebagai penggerak untuk mencapai tujuannya. Dan
sebagai kepala pekerja dia harus memberi upah terhadap pekerjanya yang sudah memenuhi
tugasnya, tidak dapat dihindari bahwa sebagian orang pekerja untuk mendapatkan upah.
Dalam sebuah Hadis “Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: “Allah
berfirman: Ada tiga golongan orang yang aku (Allah) musuhi pada hari qiyamat, seorang
yang bersumpah (memberi gaji) atas nama_KU lalu mengingkarinya, seseorang yang
menjual orang merdeka lalu memakan harganya (hasil penjualannya) dan seseorang yang
mempekerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak
dibayar upahnya. (HR. Bukhari)
Misalnya seorang karyawan sebagai sumber daya manusia yang bekerja di kantor.
Kemampuan pola pikirnya harus ia gunakan untuk memecahkan segala persoalan didalam
pekerjaannya dan harus dengan dukungan fisik untuk mengatasi rasa lelah ketika dia
sedang bekerja selama delapan jam.
Suatu ilmu atau cara untuk mengatur hubungan dan sumber daya (tenaga kerja)
yang dimiliki oleh masing masing orang secara efisien dan efektif serta dapat digunakan
secara maksimal untuk tercapainya tujuan suatu perusahaan.
Sumber:
(https://www.kompasiana.com/matusdiyah/57dd420f137b61b25020bdf8/sumber-
daya-manusia-tenaga-kerja)