Disusun Oleh
Kelompok 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia,
Rahmat dan Hidayah-Nya berupa kesehatan sehingga makalah yang berjudul
“Pengembangan Sumber Daya Manusia” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Manajemen SDM
Pendidikan. Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik
dari segi penulisan maupun segi penyususan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah
selanjutnya.
Bab I : Pendahuluan.....................................................................................
Bab II : pembahasan.....................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................................
Daptar pustaka..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh Kelompok 3
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.
Secara makro, faktor-faktor masukan pembangunan, seperti sumber daya alam, material
dan finansial tidak akan memberi manfaat secara optimal untuk perbaikan kesejahteraan
rakyat bila tidak didukung oleh memadainya ketersediaan faktor SDM, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Pelajaran yang dapat dipetik dari berbagai negara maju adalah, bahwa
kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa di negara-negara tersebut didukung oleh SDM
yang berkualitas. Jepang, misalnya, sebagai negara pendatang baru (late comer) dalam
kemajuan industri dan ekonomi memulai upaya mengejar ketertinggalannya dari negara-
negara yang telah lebih dahulu mencapai kemajuan ekonomi dan industri (fore runners)
seperti Jerman, perancis dan Amerika dengan cara memacu pengembangan SDM (Ohkawa
dan Kohama 1989).
Pengembangan SDM pada intinya diarahkan dalam rangka meningkatkan kualitasnya, yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Hasil berbagai studi menunjukkan,
bahwa kualitas SDM merupakan faktor penentu produktivitas, baik secara makro maupun
mikro. Sumber Daya Manusia (SDM) secara makro adalah warga negara suatu bangsa
khususnya yang telah memasuki usia angkatan kerja yg memiliki potensi untuk berperilaku
produktif (dengan atau tanpa pendidikan formal) yg mampu memenuhi kebutuhan hidup
sendiri dan keluarganya yang berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di
lingkungan bangsa atau negaranya.
Kualitas SDM Makro sangat dipengaruhi oleh kualitas kesehatan (fisik dan psikis), kualitas
pendidikan informal dan formal (yang berhubungan dengan keterampilan/keahlian kerja),
kepribadian terutama moral/agama, tingkat kesejahteraan hidup dan ketersediaan lapangan
kerja yang relevan.
Dalam konteks mikro, Sumber Daya Manusia adalah manusia/orang yang bekerja di
lingkungan sebuah organisasi yang disebut pegawai, karyawan, personil, pimpinan /
manajer, pekerja, tenaga kerja, majikan buruh dll. Di lingkungan organisasi bidang
pendidikan adalah semua pegawai administratif,pendidik /guru, dosen serta tenaga
kependidikan lainnya.
Dalam kenyataannya manusia (SDM) dengan organisasi sebagai wadah untuk mewujudkan
hakikat kemanusiaan dan untuk memenuhi kebutuhan (need) manusia memiliki hubungan
yang sangat / kuat. Hubungan tersebut sebagai berikut :
Oleh karena itu SDM diperlukan oleh setiap institusi kemasyarakatan dan organisasi.
Berbagai institusi kemasyarakatan, seperti institusi keluarga, institusi ekonomi, dan institusi
keagamaan, SDM merupakan unsur penting dalam pembinaan dan pengembangannya.
Demikian pula dalam organisasi, SDM berperan sangat penting dalam pengembangannya,
terutama bila diinginkan pencapaian tujuan yang optimal. Bila tujuan akhir setiap kegiatan
pembangunan, baik dalam konteks makro maupun mikro, adalah peningkatan taraf hidup,
maka optimalisasi pencapaian tujuan itu adalah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
secara optimal. Berdasarkan konsep di atas, dukungan SDM yang berkualitas sangat
menentukan keoptimalan keberhasilan pencapaian tujuan itu.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain memenuhi tugas dosen, dalam rangka
pengambilan nilai, juga dijadikan bahan diskusi kelompok pada mata kuliah manajemen
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Derajat kualitas usaha yang ditampilkan seseorang yang terlibat dalam proses produksi
untuk menghasilkan barang atau jasa, dan
2) Manusia yang memiliki kemampuan kerja untuk menghasilkan produksi, baik barang
atau jasa (Simanjuntak, 1985).
Perbedaan antara kedua pengertian di atas terletak pada derajat kualitas manusia itu sendiri.
Pada pengertian pertama, manusia dipandang sebagai SDM bila memiliki kualitas yang
sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan usaha. Dalam konteks makro, ciri yang
menandainya adalah kualitas untuk melaksanakan perubahan dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat, sedangkan dalam konteks mikro adalah kualitas untuk melakukan
proses produksi, misalnya dalam suatu organisasi bisnis atau industri. Jadi, manusia
menjadi SDM apabila dia terlibat dalam proses produksi dan kualitas kemampuan yang
dimilikinya sesuai untuk menghasilkan produksi itu. Pada pengertian kedua, aspek kualitas
tidak ditonjolkan. Karena pada dasarnya setiap individu manusia yang termasuk pada
kategori angkatan kerja itu terlibat atau dapat dilibatkan dalam proses pembangunan atau
proses produksi, maka dalam kondisi memiliki kemampuan apapun dia termasuk kategori
SDM, apabila dia terlibat dalam proses itu. Bila belum terlibat, dia masih dikategorikan
sebagai potensi. Oleh sebab ada persyaratan keterlibatan, baik pada pengertian pertama
maupun pada pengertian kedua, maka pemanfaatan kemampuan dalam proses
pembangunan nasional maupun dalam proses produksi merupakan indikator utama proses
pengembangan SDM. Artinya, upaya apapun yang diarahkan untuk meningkatkan
kompetensi, akan termasuk pada upaya pengembangan SDM apabila dikaitkan dengan
pemanfaatannya dalam pembangunan atau dalam proses produksi.
Pengembangan SDM merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
pendekatan bersifat terintegrasi dan holistik dalam mengubah prilaku orang-orang yang
terlibat dalam suatu proses pekerjaan, dengan menggunakan serangkaian teknik dan strategi
belajar yang relevan (Megginson, Joy-Mattews, dan Banfield, 1993). Konsep ini
mengandung makna adanya berbagai unsur kegiatan selama terjadinya proses mengubah
prilaku, yaitu adanya unsur pendidikan, adanya unsur belajar, dan perkembangan. Unsur
pendidikan dimaksudkan untuk menentukan teknik dan strategi yang relevan untuk
mengubah prilaku. Unsur belajar dimaksudkan untuk menggambarkan proses terjadinya
interaksi antara individu dengan lingkungan, termasuk dengan pendidik. Adapun unsur
perkembangan dimaksudkan sebagai proses gradual dalam perubahan dari suatu keadaan,
misalnya dari keadaan tidak dimilikinya kompetensi menjadi keadaan memiliki
kompetensi, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Pengembangan SDM yang membawa misi sebagaimana disebutkan di atas difokuskan pada
peningkatan ketahanan dan kompetensi setiap individu yang terlibat atau akan terlibat
dalam proses pembangunan. Peningkatan ketahanan dan kompetensi ini di antaranya
dilaksanakan melalui pendidikan. Bila dikaitkan dengan pengembangan SDM dalam rangka
meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan juga merupakan upaya
meningkatkan derajat kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable terhadap
berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi. Selain itu, pendidikan yang
diselenggarakan seharusnya juga memberi bekal-bekal kemampuan dan keterampilan untuk
melakukan suatu jenis pekerjaan tertentu yang dibutuhkan agar dapat berpartisipasi dalam
pembangunan (Boediono, 1992). Program semacam ini harus dilaksanakan dengan
disesuaikan dengan keperluan dan usaha yang mengarah kepada antisipasi berbagai
perubahan yang terjadi, baik di masa kini maupun yang akan datang (Han, 1994; Dertouzas,
Lester, dan Solow, 1989).
Perbaikan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat adalah fokus dari pembangunan sektor
ekonomi, dengan tujuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan
material, baik kebutuhan primer, sekunder, tertier maupun kuarter. Pemenuhan kebutuhan
ini seharusnya seimbang dengan pemenuhan kebutuhan mental dan spiritual. Bebas dari
rasa takut, adanya rasa aman, dihargai harkat dan martabatnya, dilindungi kebebasan dan
hak-haknya, serta tersedianya kesempatan yang sama untuk mewujudkan cita-cita dan
potensi diri adalah bentuk-bentuk kebutuhan mental yang seharusnya diperbaiki kondisinya
melalui pembangunan. Adapun pemenuhan kebutuhan spiritual terkait dengan kebebasan
dan ketersediaan prasarana, sarana dan kesempatan untuk mempelajari, mendalami dan
menjalankan ajaran agama yang dianut, sehingga komunikasi dengan Sang Pencipta dapat
terpelihara.
Pada sisi peningkatan kualitas SDM, pembangunan diarahkan untuk menjadikan rakyat
negeri ini kreatif, menguasai serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (IPTEKS), dan memiliki moralitas. Kreatifitas diperlukan untuk bisa bertahan
hidup dan tidak rentan dalam menghadapi berbagai kesulitan. Dengan kreatifitas, seseorang
menjadi dinamis dan bisa menemukan jalan keluar yang positif ketika menghadapi
kesulitan atau masalah.
Persoalan ketenagakerjaan selalu mendapat perhatian yang serius dari berbagai kalangan,
baik pemerintah, swasta maupun dari masyarakat. Kompleksitas permasalahan
ketenagakerjaan ini dapat dipandang sebagai suatu upaya masing-masing individu untuk
memperoleh dan mempertahankan hak-hak kehidupan yang melekat pada manusia agar
memenuhi kebutuhan demi kelangsungan hidup.
Dari tujuan tersebut tercermin bahwa sebagai titik sentral pembangunan adalah
pemberdayaan sumber daya manusia termasuk tenaga kerja, baik sebagai sasaran
pembangunan maupun sebagai pelaku pembangunan. Dengan demikian, pembangunan
ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek pendukung keberhasilan pembangunan
nasional. Di sisi lain, terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembangunan nasional tersebut, khususnya dibidang dibidang ketenagakerjaan, sehingga
diperlukan kebijakan dan upaya dalam mengatasinya.
Sehubungan hal tersebut di atas pengembangan SDM di Indonesia dilakukan melalui tiga
jalur utama, yaitu pendidikan, pelatihan dan pengembangan karir di tempat kerja.
Jalur pendidikan merupakan tulang punggung pengembangan SDM yang dimulai dari
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Sementara itu, jalur pelatihan dan pengembangan
karir di tempat kerja merupakan jalur suplemen dan komplemen terhadap pendidikan.
Arah pembangunan SDM di indonesia ditujukan pada pengembangan kualitas SDM secara
komprehensif meliputi aspek kepribadian dan sikap mental, penguasaan ilmu dan teknologi,
serta profesionalisme dan kompetensi yang ke semuanya dijiwai oleh nilai-nilai religius
sesuai dengan agamanya. Dengan kata lain, pengembangan SDM di Indonesia meliputi
pengembangan kecerdasan akal (IQ), kecerdasan sosial (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).
Dalam rangka pengembangan SDM di indonesia, banyak tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan pertama adalah jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar 216 juta jiwa.
Tantangan kedua adalah luasnya wilayah indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau dengan
penyebaran penduduk yang tidak merata. Tantangan ketiga adalah mobilitas penduduk
yang arus besarnya justru lebih banyak ke pulau Jawa dan ke kota-kota besar.
Berbagai tantangan seperti itu, memerlukan konsep, strategi dan kebijakan yang tepat agar
pengembangan SDM di Indonesia dapat mencapai sasaran yang tepat secara efektif dan
efisien. Hal ini penting dilakukan karena peningkatan kualitas SDM Indonesia tidak hanya
untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing di dalam maupun diluar negeri, tetapi
juga untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan penghasilan bagi masyarakat.
2.4 Pengertian dan strategi Manajemen SDM Pendidikan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai suatu bentuk upaya dalam pengembangan SDM, pendidikan merupakan salah satu
sektor terpenting dalam pembangunan Pendidikan dan Perspektif nasional. Hal ini
mengingat pendidikan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas yang menjadi
faktor input dominan dalam pembangunan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan
pembangunan nasional, pendidikan seharusnya mendapat prioritas, karena melalui upaya
ini dapat dihimpun stok modal manusia dan stok modal sosial yang memadai secara
kualitas untuk melaksanakan pembangunan. Tanpa tersedianya stok modal manusia dan
stok modal sosial yang memadai, terutama secara kualitas, keberhasilan pembangunan patut
dipertanyakan
Daftar Pustaka
Boediono, (1994). Pendidikan dan Latihan Dalam Periode Tinggal Landas. Mimbar
Pendidikan, No. 1 Tahun XIII.
Dertouzas, M.L., Lester, R.K., dan Solow, R.M., (1989). Made In America: Regaining the
Productive Edge. Cambridge, MA: Harper Perennial.
Gilley, J.W., dan Eggland, S.E., (1989). Principles of Human Resource Development.
Reading, MA: Addison-Wisley Publishing Company, Inc.
Megginson, D., Joy-Mattews, J., dan Banfield, P., (1993). Human Resource Development.
London: Kogan-Page Limited.
Simanjuntak, P., (1985). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.