Anda di halaman 1dari 14

REKAYASA IDE

SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

Dosen Pengampu

Drs. Jongga Manullang, M.Pd

DISUSUN OLEH:

WAHYUDI (5193131018)

M.IRSYAD AWALUDDIN (5193131003)

RIZKA NANDA (5191131006)

OSCAR SERPARA (5193131017)

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nafas kehidupan kepada saya dan telah menolong hambanya menyelesaikan
rekayasa ide dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Dan tidak lupa ucapan terima kasih
kepada bapak Dr. Jongga Manullang M.Pd sebagai dosen pengampu yang telah
memberikan tugas ini kepada saya, sebagai pelatihan dan penambahan wawasan,
serta berbagai pihak yang telah membantu saya menyelesaikan tugas ini dengan
baik.
Adapun rekayasa ide ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah
Sistem Transmisi Tenaga Listrik, yang mana dalam mengajukan gagasannya ini
berdasarkan pemahaman dan apa yang diketahui penulis.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap rekaysa ide ini . Saya berharap semoga rekayasa ide ini bermanfaat bagi
diri saya sendiri dan kepada para pembacanya .

Medan, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A. Uraian Permasalahan
B. Subjek Penelitian
C. Assasesment Data
BAB III Metode Pelaksanaan
A. Metode Penelitian
B. Langkah Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Pembahasan
B. Kekuatan Penelitian
C. Kelemahan Penelitian
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem transmisi listrik merupakan sistem yang berfungsi untuk
mengalirkan listrik dari pembangkit ke gardu listrik utama (main substation).
Umumnya, pembangkit listrik dan substation terpisah dengan jarak yang cukup
jauh, berkisar antara 300 km hingga 3000 km. Akibatnya, panjangnya jarak
tersebut dapat berdampak pada besarnya rugi-rugi listrik, salah satunya adalah
disipasi panas. Salah satu cara untuk meminimalisir besarnya rugi-rugi listrik
saat proses penyaluran adalah dengan memperbesar tegangan listrik. Pada
sistem transmisi listrik, tegangan listrik mencapai 550 kV.

Listrik yang dihasilkan oleh generator biasanya memiliki tegangan sebesar


15 kV hingga 25 kV. Tegangan ini terbilang rendah untuk dapat ditransmisikan
dalam jarak yang sangat jauh. Dua parameter yang menentukan daya listrik
adalah tegangan dan arus seperti pada persamaan: Daya = Tegangan x Arus.
Dengan demikian, dengan nilai daya tertentu, apabila tegangan rendah, maka
arus listrik tinggi. Tingginya arus listrik akan berdampak pada besarnya
kerugian listrik saat melalui sistem transmisi, karena kuadrat arus proporsional
dengan energi yang terdisipasi dalam bentuk panas. Dengan demikian, listrik
yang keluar dari generator akan ditingkatkan tegangannya dengan
menggunakan transformator. Ketika tegangan listrik sudah cukup tinggi,
kemudian listrik ditransmisikan melalui overhead lines atau yang dikenal
dengan sebutan SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)
Tegangan listrik yang sampai ke konsumen umumnya sebesar 120 V atau
230 V. Tentunya nilai ini sangat jauh lebih kecil dibanding besar tegangan saat
awal transmisi (550 kV). Pada proses transmisi listrik, listrik yang disalurkan
mengalami tiga tahap proses penurunan tegangan (step down voltage)
menggunakan trafo yang terdapat pada gardu listrik. Tahap pertama yaitu ketika
listrik bertegangan 550 kV mengalir melaluioverhead lines kemudian sampai ke
gardu listrik pertama. Di gardu listrik tersebut, tegangan diturunkan dari 550 kV
menjadi 230 kV. Kemudian listrik dialirkan lagi hingga ke gardu kedua yang
memungkinkan tegangan listrik diturunkan dari 230 kV ke 69 kV yang
seterusnya dialirkan kembali melalui overhead line ke gardu ketiga. Saat keluar
dari gardu ini, tegangan listrik menjadi sebesar 12 kV. Proses transmisi listrik
berakhir pada tahap ini. Proses penyaluran listrik selanjutnya diteruskan oleh
sistem distribusi listrik.

Fungsi sistem distribusi listrik adalah untuk menyalurkan listrik ke


konsumen akhir. Pada sistem distribusi listrik, media transportasi listrik bisa
juga melalui overhead lines, dengan ukuran kabel yang tidak sebesar pada
sistem transmisi listrik, dan melalui underground cable. Listrik bertegangan 12
kV mengalir melalui kabel sampai ke gardu listrik untuk menjalani proses
penurunan tegangan menjadi 120 V atau 230 V yang siap digunakan oleh
konsumen. Dengan demikian, sistem kelistrikan pada prinsipnya terdiri dari tiga
proses utama dari hulu ke hilir, yaitu proses pembangkitan listrik (power
generation), proses transmisi listrik (power transmission) dan proses distribusi
listrik (power distribution).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari rekayasa ide ini dibuat ialah utuk pemenuhan
tugas sistem transmisi tenaga listrik dan untuk mengetahui lebih dalam tentang
sistem transmisi tenaga listrik. Rekayasa ide ini juga bertujuan untuk
memberikan pemahaman tentang kelistrikan.
C. Manfaat
Adapun manfaat Rekayasa ide ini ialah supaya penulis dapat
menyumbangkan pemikirannya terhadap permasalahan yang diangkat dan juga
menambah pengetahuan tentang hal tersebut tidak hanya itu dengan dibuatnya
rekayasa ide ini semoga tujuannya dapat terlaksana.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

A. Metode Penelitian
Tipe thyristor yang digunakan adalah back to back thyristor yang
fungsi utamanya sebagai regulator. Pada rangkaian thyristor ini digunakan
rangkaian zero crossing detector yang berfungsi sebagai pendeteksi titik
persilangan pada nilai nol yang nantinya titik ini menjadi acuan untuk
membangkitkan sinyal trigger.
B. Langkah Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan perancangan pengontrolan tegangan
AC dengan menggunakan thyristor SCR. Thyristor SCR dirangkai secara
back to back sehingga dapat berkerja pada tegangan positif dan tegangan
negatif. Zero crossing detector sebagai pendeteksi perpotongan gelombang
sinus pada tegangan AC dengan membaca titik persilangan nol, sehingga
dapat memberikan sinyal acuan kepada sinyal trigger sebagai pemicu back to
back thyristor. Pengontrolan tegangan AC satu fasa ini akan diaplikasikan
pada rangkaian dimmer lampu dengan cara mengendalikan iluminasi
pencahayaan pada sebuah ruangan, sehingga ruangan mendapatkan
pencahayaan yang cukup, tidak berlebihan ataupun kekurangan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. Pengendalian pencahayaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penghematan energi listrik dan waktu
operasi sebuah lampu.
C. Teknik Pengumpulan Data
Sistem rangkaian ini berkerja dengan input zero crossing detector dan
ADC potensiometer yang diterima mikrokontroler ATmega328P.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Pembahasan
Thyristor merupakan bahan semikonduktor yang digunakan sebagai saklar
dengan prinsip kerja hampir sama seperti dioda, namun dilengkapi dengan gate
yang berfungsi untuk mengatur sudut penyalaannya seseuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga tegangan keluaran dapat divariasikan. Sudut penyalaan (firing
angle) adalah waktu setelah tegangan masukan mulai menjadi positif sampai
thyristor dipicu. Thyristor dapat diaplikasikan sebagai pemanas industri, dimmer
lampu, pengontrolan keceptan motor dan pengontrol magnet AC.
Pada penelitian ini dilakukan perancangan pengontrolan tegangan AC
dengan menggunakan thyristor SCR. Thyristor SCR dirangkai secara back to back
sehingga dapat berkerja pada tegangan positif dan tegangan negatif. Zero crossing
detector sebagai pendeteksi perpotongan gelombang sinus pada tegangan AC
dengan membaca titik persilangan nol, sehingga dapat memberikan sinyal acuan
kepada sinyal trigger sebagai pemicu back to back thyristor. Pengontrolan tegangan
AC satu fasa ini akan diaplikasikan pada rangkaian dimmer lampu dengan cara
mengendalikan iluminasi pencahayaan pada sebuah ruangan, sehingga ruangan
mendapatkan pencahayaan yang cukup, tidak berlebihan ataupun kekurangan yang
dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Pengendalian pencahayaan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penghematan energi listrik dan waktu operasi
sebuah lampu.
Regulasi tegangan merupakan pengaturan tegangan AC yang berfungsi
mengubah nilai tegangan tanpa merubah frekuensi. Konverter ini mengontrol
tegangan, arus dan daya rata-rata yang dikirim ke beban AC dari sumber AC.
Terdapat beberapa bentuk regulasi tegangan diantaranya regulasi elektromekanikal,
Rheostat, dan regulator aktif [1].
Prinsip dari kontrol sudut fasa untuk gelombang penuh satu fasa, daya yang
mengalir ke beban dikontrol dengan menunda sudut pemicuan (firing angle) dari
thyristor T1 dan sudut pemicuan thyristor T2. Selama setengah siklus positif dari
tegangan masuk, anoda pada thyristor T1 relatif positif terhadap katoda sehingga
thyristor T1 dalam kondisi bias maju. Ketika thyristor T1 dipicu pada ωt = α,
thyristor T1 akan tersambung dan tegangan masuk akan muncul ke beban. Ketika
tegangan masuk mulai negatif pada ωt = π, anoda thyristor T1 akan negatif terhadap
katodanya dan thyristor T1 dalam keadaan bias mundur sehingga T1 akan padam.
Selanjutnya pada saat tegangan masuk mulai negatif pada ωt = π, maka anoda
thyristor T2 relatif positif terhadap katoda, dan thyristor berada dalam kondisi bias
maju. Sehingga ketika thyristor T2 dipicu pada ωt = π α, thyristor T2 akan
tersambung dan tegangan masuk juga akan muncul ke beban, kemudian ketika
tegangan masuk mulai positif lagi, maka thyristor T2 akan padam, begitu
seterusnya, kembali seperti siklus awal.
Metode zero crossing detector adalah metode paling umum untuk
mengetahui frekuensi/perioda suatu gelombang. Metode ini berfungsi untuk
menentukan frekuensi suatu gelombang dengan cara mendeteksi banyaknya zero
point pada suatu rentang waktu. Zero crossing detector adalah rangkaian yang
berfungsi untuk mendeteksi perpotongan gelombang sinus pada tegangan AC
dengan zero point tersebut, sehingga dapat memberikan sinyal acuan saat
dimulainya pemicuan triac. Dengan menggunakan rangkaian zero crossing detector
ini, maka dapat mendeteksi zero point sekaligus mengubah suatu sinyal sinusoidal
(sine wave) menjadi sinyal kotak (square wave). Perpotongan titik nol yang
dideteksi adalah pada saat peralihan dari siklus positif menuju siklus negatif dan
peralihan dari siklus negatif menuju siklus positif [2].
Mikrokontroler ATmega328P merupakan sebuah chip IC yang memiliki
flash memory sebesar 32 Kb (0,5 Kb digunakan sebagai bootloader) dan RAM 2
Kb. Mikrokontroler ATmega328P sudah tersedia dalam board Arduino Uno. Pada
Arduino Uno, mikrokontroler telah dilengkapi sistem minimum dengan clock
sebesar 16MHz.
Perancangan Rangkain Back to Back Thyristor
Sistem rangkaian ini berkerja dengan input zero crossing detector dan ADC
potensiometer yang diterima mikrokontroler ATmega328P. Adapun blok diagram
rangkaian back to back thyristor sebagai berikut.
Gambar 4 Blok diagram rangkaian back to back thyristor
Blok diagram pada Gambar 4, menjelaskan sumber tegangan AC 220 v
digunakan sebagai tegangan sumber dari rangkaian tersebut. Zero crossing detector
membaca sinyal keluaran dari gelombang dengan bentuk pulsa sebagai persilangan
titik nol, kemudian masuk ke rangkaian pengontrol sudut penyalaan menggunakan
mikrocontroller Atamega328 dan menggunakaan program bahaca C. Keluaran dari
mikrocontroller terhubung dengan gate dari SCR dan sudut penyalaan bias diatur
dengan menggunakan potensiometer.
Gambar 5, menjelaskan rangkaian zero crossing detector yang dirancang
untuk mendeteksi gelombang sinus saat melewati titik tegangan nol yang digunakan
sebagai acuan saat memberikan sinyal trigger pada gerbang thyristor. Rangkaian
zero crossing detector dirancang dengan menggunakan Diode Bridge dan rangkaian
inverter yang terdapat pada IC 4093. IC 4093 memiliki 14 pin yang terdiri dari 6
pasang inverter da -).
Untuk aplikasi pembangkitan sinyal trigger ini hanya 2 buah Pin yang
digunakan sebagai penghasil sinyal square, yaitu Pin 9 dan 10, yang mana keluaran
sinyal pada pin tersebut dihubungkan pada osiloskop. Pin 2 digunakan sebagai
masukan dari rangkaian zero crossing detector.
Selanjutnya, rangkaian pengontrol tegangan AC yang ditunjukkan pada
Gambar 6 terdiri dari 2 buah thyristor C106, dirancang agar menghasilkan tegangan
keluaran yang berbeda dengan mengatur sudut penyalaan thyristor dari 0o sampai
180o. Sinyal trigger dari Pin 9 Arduino dih bungkan pada T1 melalui transistor 2N
3904 dan optokopler MOC 3020 yang bekerja pada siklus positif. Sinyal trigger dari
Pin 10 dihubungkan pada T2 melalui transistor 2N 3904 dan optokopler MOC 3020
yang bekerja pada siklus negatif. Rangkaian ini dihubungkan pada sumber 220 V
dengan beban RL.

Gambar 5 Rangkaian zero crossing detector

Gambar 6 Rangkaian daya regulator tegangan AC 1 fasa


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari gagasan ini dpat disimpulakan bahwa Sistem transmisi listrik
merupakan sistem yang berfungsi untuk mengalirkan listrik dari pembangkit ke
gardu listrik utama (main substation).
Thyristor merupakan bahan semikonduktor yang digunakan sebagai saklar
dengan prinsip kerja hampir sama seperti dioda, namun dilengkapi dengan gate
yang berfungsi untuk mengatur sudut penyalaannya seseuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga tegangan keluaran dapat divariasikan.
B. Saran
Diharapkan adanya saran dari para pembaca, khususnya teman-teman
mahasiswa dan Bapak Dosen pengampu mata kuliah dasar konversi energi listrik
agar makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

[1] M. H.Rashid, Power Electronics Circuits, Devices, And


Applications, Third Edition, Pearson Education International, 2004.
[2] A. Reza, Rancang Bangun Pengendali Motor Induksi Satu
Phase, Depok, 2010.
[3] . Y. Nugraha, Motor Stepper Berbasis Mikrokontroller
ATMega 8535 Pada Perancangan Sistem Kendali Otomatis Tetesan Cairan
Infus Pada Pasien.", Medan, 2011.

Anda mungkin juga menyukai