----------------------------------
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
PROGRAM PASCASARJANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat,
Nikmat, Karunia, serta Taufik dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mini
Riset ini dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya. Kami juga berterima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Desain Sistem Instruksional
yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Sehingga dengan terselesaikannya tugas ini
dapat menambah Pengalaman, Ilmu dan Wawasan bagi kami sebagai penyusun.
Kami sangat berharap tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya
dan berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita bersama.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini masih terdapat adanya
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah kami buat di waktu yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Demikian, besar harapan penyusun agar tugas ini dapat memberikan manfaat dan
menjadi bacaan yang menarik bagi kita semua.
Tim Peyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sofan, 2013:24).
Sedangkan menurut Santrock dan Yussen (dalam Sofan, 2013) belajar sebagai perubahan
yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Belajar bisa dilaksanakan secara formal
maupun non formal, untuk belajar yang formal dilaksanakan di sekolah. Di sekolah setiap
anak atau peserta didik melakukan proses pembelajaran yang harus dilaksanakan. Multimedia
adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis,
gambar, foto, audio, video dan animasi secara terintegrasi.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori antara lain: multimedia linier dan
multimedia interaktif. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih
apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Masalah prestasi belajar siswa banyak faktor
yang menyebabkan, seperti faktor yang ada di luar peserta didik tersebut, antara lain
intelegensi yang rendah, kurangnya motivasi belajar, cara belajar yang kurang efektif,
minimnya frekuensi dan jumlah waktu belajar, tingkat disiplin yang rendah dan media belajar
atau bahan ajar yang masih kurang.
Dengan adanya masalah tersebut, tingkat pencapaian tujuan pembelajaran kelas VII
semester genap di SMP Negeri 40 Medan, untuk mata pelajaran IPA masih tergolong rendah.
Hal tersebut ditunjukan dari rendahnya daya capai kurikulum dan daya serap siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, dilihat dari daftar nilai ulangan harian kelas VII F dan G
pada semester ganjil dalam mata pelajaran IPA belum memuaskan secara merata. Hal
tersebut ditemukan pada nilai rata-rata kelas VII F dan G pada mata pelajaran IPA yaitu 60,
yang pada kelas VII F ada 26 siswa sedangkan kelas VII G ada 28 siswa yang tidak
memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari 30 siswa atau bisa dibilang 99% dari
kedua kelas tersebut.
Model Banathy yang berorientasi pada tujuan pembelajaran dapat membantu guru
dalam proses pembelajaran. Karena guru sebagai fasilitator untuk siswa, sebaiknya mampu
memilih dan merancang atau membuat multimedia pembelajaran interaktif yang sesuai
dengan karakteristik siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan siswa lebih
mudah memahami materi yang disampaikan khususnya mata pelajaran IPA di SMP Negeri
40 Medan.
Dari identifikasi di atas menunjukan bahwa siswa-siswi yang ada di SMP Negeri 40
Medan sangat membutuhkan media belajar atau bahan ajar yang masih kurang yang sesuai
dengan karakteristik siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi
belajar siswa. Selain itu proses pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efisien.
Multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy untuk mata pelajaran IPA adalah
media yang perlu dikembangkan di SMP Negeri 40 Medan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka adapun permasalahan yang muncul untuk
dijadikan dasar pada penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah desain pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan
model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran
2020/2021 di SMP Negeri 40 Medan?
1.3 TUJUAN
METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan penelitian ini adalah
penelitian pengembangan. Jenis penelitian pengembangan yang digunakan dalam
pengembangan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran IPA adalah model
pengembangan Banathy. Model Banathy ini termasuk ke dalam model pengembangan sistem
instruksional yang merupakan salah bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak
dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem
tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pemilihan model pengembangan ini didasari atas pertimbangan bahwa model Banathy
ini yang lebih berorientasi pada sistem instruksional. Dalam model ini tidak hanya
menghasilkan produk namun bisa mengubah sistem, dari sistem tatap muka menjadi sistem
berbasis komputer. Sofan (2006:14) menyatakan bahwa tahapan penelitian pengembangan
pada model Banathy dibagi menjadi 6 (enam) yaitu: 1) Menganalisis dan merumuskan tujuan,
baik tujuan umum maupun tujuan yang lebih spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang
harus dicapai peserta didik. 2) Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk
menilai keberhasilannya. 3) Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
merumuskan apa yang harus dipelajari. Kemampuan awal siswa harus dianalisis atau dinilai
agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.
Penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data yaitu (1) metode
pencatatan dokumen, (2) metode kuesioner dan (3) metode tes. Menurut Agung (2012)
metode pencatatan dokumen adalah metode pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. Pada penelitian ini
pencatatan dokumen dilakukan dengan membuat laporan tentang tahap-tahap yang telah
dilakukan dalam mengembangkan produk multimedia interaktif. Pada penelitian
pengembangan ini, metode pencatatan dokumen dimulai pada tahap analisis di SMP Negeri
40 Medan.
Dokumen yang dapat dikumpulkan adalah berupa daftar nilai ulangan harian siswa
kelas VII F dan VII G untuk mata pelajaran IPA, buku paket yang digunakan oleh siswa,
silabus kurikulum 2013 yang digunakan sebagai pedoman oleh guru, dan catatan hasil
wawancara serta observasi yang dilakukan. Metode kuesioner adalah daftar pertanyaan yang
didistribusikan atau dapat juga dijawab di bawah pengawasan peneliti (Nasution, 2012:128).
Metode kuesioner ini digunakan untuk mengukur kelayakan produk yang telah dibuat baik itu
pada evaluasi (Expert Judgement) dari para ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli
desain pembelajaran, ahli media pembelajaran dan siswa saat uji coba perorangan, kelompok
dan lapangan. Efektivitas penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dapat diukur
dengan menggunakan metode tes.
Metode tes merupakan cara untuk mengetahui kemampuan dari peserta baik itu
kemampuan pengetahuan, keterampilan, intelegensi. Metode tes ini dilakukan dengan cara
pre-test dan posttest untuk mengukur pengetahuan siswa sebelum dan sesudah menggunakan
multimedia pembelajaran interaktif dengan menggunakan soal-soal pilihan ganda. Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini berupa (1)
laporan pengembangan produk, (2) lembar kuesioner dan (3) soal tes pilihan ganda.
Soal-soal tes pilihan ganda digunakan untuk mengumpulkan data nilai hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Tujuan
mengumpulkan data nilai siswa, agar dapat mengetahui tingkat efektivitas penggunaan
produk multimedia pembelajaran interaktif terhadap peningkatan hasil belajar yang dilakukan
dengan cara menggunakan uji t untuk sampel berkorelasi. Di dalam penelitian pengembangan
ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu (1) teknik analisis deskriptif kualitatif, (2) teknik
analisis deskriptif kuantitatif dan (3) teknik analisis statistik inferensial.
Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui
angket dalam bentuk skor. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan mengelompokkan
informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan
yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk
yang dikembangkan selanjutnya. Dalam analisis statistik inferensial digunakan untuk
mengetahui tingkat keefektivan produk terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas VII G
SMP Negeri 40 Medan, sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan
multimedia pembelajaran interaktif dalam pelajaran IPA.
Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan post-
test terhadap materi pokok yang diuji cobakan. Hasil pre-test dan post-test kemudian
dianalisis yang menggunakan uji t berkorelasi dengan penghitungan manual. Sebelum
melakukan uji hipotesis (uji t berkorelasi) dilakukan uji prasyarat (normalitas dan
homogenitas).
BAB II
Dalam model Banathy ada 6 tahap yaitu, Tahap 1 merumuskan tujuan (formulate
objectives) yang dilihat dari silabus materi yang akan dibuatkan multimedia pembelajaran
interaktif. Adapun beberapa kompetensi yang ingin dicapai melalui multimedia pembelajaran
interaktif ini adalah sebanyak 3 (tiga) Kompetensi Dasar. Tahap 2 mengembangkan tes
(develop test) dengan membuat instrumen untuk evaluasi (Expert Judgement) dari para ahli
isi, desain pembelajaran, media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil
dan uji coba lapangan. Instrumen tersebut akan digunakan pada saat uji produk yang sudah
dikembangkan. Tahap 3 analisis kegiatan belajar (analyzing learning task) untuk
mengananlisis karakteristik anak yang dilakukan dengan interview dan observasi secara
umum karakteristik siswa di SMP Negeri 40 Medan, dan ditemukan beberapa analisis seperti
latar belakang ekonomi, tingkat intelegensi, agama, serta keanekaragaman gaya belajar anak.
Tahap 4 mendesain sistem instruksional (design system) perlu data-data seperti materi
pembelajaran, gambar-gambar pendukung, animasi pengetikan, dan lain-lain. Untuk
mempermudah proses pengembangan, maka disusunlah storyboard terlebih dahulu.
Stroryboard ini dibuat sebagai gambaran isi dari multimedia pembelajaran interaktif yang
akan dibuat. Tahap 5 melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output)
implementasi terhadap multimedia yang telah dikembangkan pada siswa SMP Negeri 40
Medan untuk mengetahui respon siswa tehadap multimedia pembelajaran interaktif dari segi
kemenarikannya dan kelayakannya.
Setelah produk tersebut direvisi sesuai saran dan masukan dari para ahli, maka produk
tersebut dapat diuji cobakan ke siswa. Uji coba yang dilakukan yaitu (1) uji coba perorangan,
(2) uji coba kelompok kecil, (3) uji coba lapangan. Uji coba yang dilakukan pertama yaitu uji
coba perorangan dengan jumlah responden sebanyak 3 orang dengan 1 siswa berprestasi
belajar tinggi, 1 siswa berprestasi belajar sedang, dan 1 siswa berprestasi belajar rendah. Dari
analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba perorangan,
diperoleh persentase jawaban siswa untuk tiap komponen penilaian adalah 91,3% dan berada
pada kualifikasi sangat baik.
Pada uji coba kelompok kecil, subjek coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII
F SMP Negeri 40 Medan sebanyak 12 (dua belas) siswa. Siswa tersebut terdiri dari empat
orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, empat orang siswa dengan prestasi belajar sedang
dan empat orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Dari data yang diperoleh, persentase
tingkat pencapaian multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba kelompok kecil
memperoleh nilai sebesar 92,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik.
Uji coba yang terakhir yaitu uji coba lapangan diberikan kepada 30 orang siswa kelas
VII F SMP Negeri 40 Medan. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian
multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba lapangan memperoleh nilai sebesar
92,6% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Efektivitas pengembangan multimedia
pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur
dengan memberikan lembar soal pilihan ganda terhadap 30 orang peserta didik kelas VII G
SMP Negeri 40 Medan melalui pretest dan posttest.
Nilai rata-rata pretest sebesar 53,17 dan nilai rata-rata posttest sebesar 85,50.
Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 siswa tersebut, maka dilakukan uji-t untuk sampel
berkolerasi secara manual. Sebelum pengujian hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan
uji normalitas sebaran data dan homogenitas varians. Setelah dilakukan penghitungan secara
manual diperoleh hasil t hitung sebesar 10,81. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan
harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58.
Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000.
Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara
sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif. Pembahasan dalam
penelitian pengembangan ini jelas membahas hasil-hasil pengembangan untuk menjawab
pertanyaan dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy
pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di SMP
Negeri 40 Medan.
Secara umum ada 3 pertanyaan ilmiah yang harus dijawab dalam penelitian
pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA, yaitu 1) Bagaimanakah desain
pengembangan multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata
pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di SMP Negeri 40
Medan, 2) Bagaimanakah validitas hasil pengembangan multimedia pembelajaran interaktif
dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA siswa kelas VII semester genap tahun
pelajaran 2020/2021 di SMP Negeri 40 Medan, menurut review ahli, uji coba perorangan, uji
coba kelompok kecil dan uji coba lapangan?, 3) Bagaimanakah efektivitas penggunaan
multimedia pembelajaran interaktif dengan model Banathy pada mata pelajaran IPA kelas
VII semester genap tahun pelajaran 2020/2021 di SMP Negeri 40 Medan?.
Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli isi yaitu sebagai
berikut. Pertama, Ketepatan materi dengan indikator. Materi yang disajikan di dalam
multimedia pembelajaran interaktif harus sesuai dengan indikator pembelajaran yang terdapat
dalam RPP yang digunakan pada multimedia pembelajaran interaktif. Kriteria ini
memperoleh skor 4 (baik) karena materi pada media sudah mencakup keseluruhan indikator
pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut, ketepatan materi dengan indikator sudah baik.
Kedua, Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran.
Media ini dinilai berdasarkan kriteria yang terdapat pada uji ahli desain pembelajaran
yang didukung oleh prinsip dasar sistem instruksional, yaitu sebagai berikut: Pertama,
Kejelasan judul program. Judul program merupakan gambaran awal materi yang akan
dibahas. Judul harus memberikan gambaran tentang sekilas materi yang akan dibahas dalam
multimedia pembelajaran interaktif. Oleh karena itu, judul harus dibuat secara jelas dan tepat.
Kriteria ini mendapatkan skor 5 (sangat baik). Skor 5 diperoleh apabila judul yang dibuat
jelas. Berdasarkan hasil tersebut maka kejelasan judul program sudah sangat baik. Kedua,
Kejelasan petunjuk penggunaan.
Berdasarkan hasil tersebut, kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran sudah baik.
Kedua, Keseimbangan Warna. Menurut Wawan dan Tegeh, (2009:78), sebuah layar yang
lengkap memiliki keseimbangan elemen. Elemen berwarna gelap akan lebih terlihat dari pada
elemen berwarna lembut. Warna hijau yang terlihat gelap, akan lebih terlihat terang dengan
warna putih. Kriteria ini mendapatkan skor 4 (baik). karena elemen warna yang disajikan
sudah seimbang.
Dari analisis data dan analisis komentar yang diberikan responden saat uji coba
perorangan, diperoleh persentase jawaban siswa untuk tiap komponen penilaian adalah 91,3
% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Sehingga multimedia pembelajaran interaktif ini
valid menurut uji coba perorangan. Uji coba yang kedua adalah uji coba kelompok kecil. Uji
coba kelompok kecil dilakukan kepada 12 orang siswa SMP Negeri 40 Medan dengan 4
siswa berprestasi belajar tinggi, 4 siswa berprestasi belajar sedang, dan 4 siswa berprestasi
belajar rendah. Dari analisis data yang diperoleh, siswa cenderung memberikan skor 4 (baik)
pada kriteria kejelasan suara.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan volume laptop saat siswa menggunakan
multimedia pembelajaran interaktif. Untuk kriteria kesesuaian video dengan materi
cenderung mendapat skor 5 (sangat baik). Serta untuk kriteria yang lain, sebagian besar
memberikan skor 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Maka secara keseluruhan, persentase tingkat
pencapaian multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba kelompok kecil
memperoleh nilai sebesar 92,5% dan berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga
multimedia pembelajaran interaktif ini valid menurut uji coba kelompok kecil.
Uji coba yang terakhir yaitu uji coba lapangan diberikan kepada 30 orang siswa kelas
VII F SMP Negeri 40 Medan. Dari data yang diperoleh, persentase tingkat pencapaian
multimedia pembelajaran interaktif pada saat uji coba lapangan memperoleh nilai sebesar
92,6% dan berada pada kualifikasi sangat baik. Penilaian yang diberikan oleh siswa sangat
bervariasi. Ada yang cenderung memberikan skor 5 (sangat baik) terhadap kejelasan paparan
materi, ada pula yang cenderung memberikan skor 4 (baik) pada kriteria kesesuaian musik
yang digunakan. Pertama,Kejelasan paparan materi.
Penjabaran materi pada media pembelajaran haruslah jelas. Kejelasan paparan materi
tersebut disesuaikan dengan materi berdasarkan RPP dan sumber materi yang digunakan,
seperti buku pedoman yang biasa peserta didik pakai dalam proses belajar. Kriteria ini
kebanyakan mendapatkan skor 5 (sangat baik) karena kejelasan paparan materi dalam
multimedia pembelajaran interaktif sudah jelas oleh peserta didik atau siswa. Serta dapat
dimengerti dan dipahami dengan mudah oleh peserta didik.
Secara umum, multimedia pembelajaran interaktif ini tidak perlu direvisi sehingga
dilanjutkan untuk mengetahui efektivitas produk terhadap hasil belajar siswa. Pembahasan
ketiga, Efektivitas pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPA telah dilakukan
dengan metode tes. Dalam penelitian ini di ukur dengan memberikan lembar soal pilihan
ganda terhadap 30 orang peserta didik kelas VII G SMP Negeri 40 Medan melalui pretest dan
posttest. Berdasarkan nilai pretest dan posttest 30 orang siswa tersebut, maka dilakukan uji-t
untuk sampel berkorelasi.
Rata-rata nilai pretest adalah 53,17 dan rata-rata nilai posttest adalah 85,50. Setelah
dilakukan penghitungan secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 10,81. Kemudian
harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2
= 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,000.
Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan
H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara
sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.
Dilihat dari konversi hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 1 40 Medan, nilai rata-rata
posttest peserta didik 85,50 berada pada kualifikasi Sangat Baik, dan berada di atas nilai
KKM mata pelajaran IPA sebesar 75. Melihat nilai rerata atau mean posttest yang lebih besar
dari nilai rerata atau mean pretest, dapat dikatakan bahwa multimedia pembelajaran interaktif
pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.
BAB III
KESIMPULAN
Bagi guru untuk multimedia pembelajaran interaktif ini agar diterapkan lebih lanjut
dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif
dan efisien. Bagi kepala sekolah agar menyimpan multimedia pembelajaran interaktif ini
dengan baik, sehingga dapat menambah koleksi sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh
guru maupun siswa. Penelitian ini telah menghasilkan multimedia pembelajaran interaktif
dengan model Banathy dengan kategori baik dan efektif dalam meningkatkan hasil belajar
IPA siswa.
Agung, Anak Agung Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Candiasa, I Made. 2010. Statistik Univariat dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS. Singaraja:
Undiksha Press.
Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha Press.
-------. 2012. Statistik Pendidikan : Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Pardana, Adi. 2012. Pengembangan Multimedia Interaktif Internet untuk Informasi pada
Mata Pelajaran TIK Kelas XI Semester I di SMA Negeri 5 Denpasar Tahun Pelajaran
2011/2012. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Rohman, Muhammad dan Sofan Amri. 2013. Strategi dan Desain Pengembangan Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.